• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis data merupakan suatu proses penyederhanaan data kedalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Pada penulisan penelitian ini, penulis menganalisis data yang diperoleh dengan menganalisis data secara deskriptif kualitatif, yaitu cara menginterpretasikan data kedalam kalimat-kalimat yang tersusun secara sistematis, sehingga diperoleh gambaran yang jelas mengenai jawaban dari permasalahan. Kemudian dari hasil analisis data tersebut disusun kedalam bentuk penalaran yang bersifat induktif, yaitu cara befikir yang didasarkan fakta-fakta yang bersifat khusus kemudian disimpulkan secara umum. Atas dasar kesimpulan tersebut, lalu disusun saran-saran dalam rangka perbaikan.

Iryanto, Tata dan Suharto. 2004. Kamus Bahasa Indonesia. Indah Surabaya. Surabaya.

Muhammad, Abdulkaadir, 2004.Hukum dan Penelitian Hukum. Pt. Citra Aditya Bakti.Bandung.

Soekanto, Soerjono, 1984. Pengantar Penelitian Hukum. Universitas Indonesia Pres.Jakarta.

Soemitro, Ronny Hanitijo. 1990. Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri. Ghalia Indonesia. Jakarta.

Unila, 2007.Format Penulisan Karya Ilmiah. Unila. Bandar Lampung

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.

Abidin, Zainal, 1987. Hukum Pidana Bagian Pertama. Alumni Bandung. Bandung.

Hamzah, Andi, 1994. Hukum Acara Pidana Indonesia. Arikha Media Cipta. Jakarta.

Kansil, C.S.T, 1989.Pengantar Ilmu Hukum. Reality Publisher. Surabaya. Moeljatno, 2008.Kitab Undang-undang Hukum Pidana. Bumi Aksara. Jakarta Muladi dan Barda, Nawawi Arif, 1984.Teori-teori dan Kebijakan Pidana. Diktat

Fakultas Hukum Undip. Semarang.

Nawawi Arif, Barda, 2008. Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana. Prenada Media Group. Jakarta.

Saleh, Ruslan, 1987.Stelsel Pidana Indonesia. Aksara Baru. Jakarta. Sudarto, 1990.Hukum Pidana I. Yayasan Sudarto Fakultas Hukum Undip.

Semarang.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman.

Chazawi, Adami. 2002.Pelajaran Hukum Pidana, Bagian 2 (Penafsiran Hukum Pidana, Dasar Peniadaan, Pemberatan dan Peringanan, Kejahatan Aduan, Perbarengan, dan Ajaran Kausalitas). Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Hamzah, Andi. 2008.Hukum Acara Pidana Indonesia. Sinar Grafika. Jakarta. Harahap, M. Yahya. 2000.Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP,

Edisi 2 (Pemeriksaan Sidang Pengadilan, Banding, Kasasi, dan Peninjauan Kembali).Sinar Grafika. Jakarta.

Sarwoko, joko. 2006.Varia Peradilan Majalah Hukum. Ikatan Hakim Indonesia IKAHI. Jakarta.

Soekanto, Soerjono dan Purnadi Purbacaraka, 1993.Sendi-sendi Ilmu Hukum dan Tata Hukum. Citra Aditya Bakti. Bandung.

Sudarto, 1990. Hukum Pidana I. Yayasan Sudarto Fakultas Hukum Undip. Semarang.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman.

V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan maka dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut:

1. Faktor-faktor yang mendasari putusan hakim dalam hal membebaskan, mengurangkan, atau memberatkan pengenaan pidana antara lain:

a. Hakim dalam mengeluarkan putusan berpedoman pada ketentuan perundang-undangan sebagai dasar menentukan suatu putusan, baik itu dalam aturan umum KUHP, delik-delik khusus dalam KUHP maupun diluar KUHP yang berkaitan dengan tindak pidana yang dilakukan karena dalam pelaksanaan hukuman seorang penegak hukum dalam menjatuhkan pidana harus berdasarkan undang-undang yang mengatur tentang sistem pemidanaan.

b. Faktor struktur penegak hukum berpengaruh besar terhadap suatu putusan yang akan dikeluarkan oleh hakim, karena dalam suatu proses peradilan seorang penegak hukum memiliki peranan yang sangat penting, dari proses penyelidikan, penyidikan guna mencari fakta-fakta dalam suatu peristiwa pidana, keterangan terdakwa dan saksi, alat bukti, unsur-unsur tindak pidana, serta menentukan rumusan delik dalam undang-undang yang

bertautan dengan perbuatan terdakwa untuk didakwakan kepadanya, hal itu yang menjadi dasar penilaian hakim dalam memutus perkara, sehingga jika struktur penegak hukum lemah dalam merumuskan dakwaan terjadi ketidak tepatan rumusan dakwaan dan tidak dapat dibuktikan dipersidangan, menyebabkan terdakwa lepas dari jeratan hukum.

c. Hakim dalam mengeluarkan putusan harus mempertimbangkan rasa keadilan yang berkembang dimasyarakat dan pengaruh tindak pidana terhadap korban dan keluarga korban, selain itu hakim dalam mengeluarkan putusan dengan memperhatikan tindak pidana yang dilakukan, motif dan tujuan melakukan tindak pidana, cara melakukan tindak pidana, sikap batin pelaku dalam melakukan tindak pidana, riwayat hidup dan keadaan sosial ekonomi pelaku, sikap dan tindakan pelaku sesudah melakukan tindak pidana, serta pengaruh pidana terhadap masa depan pelaku.

d. Faktor diri hakim sendiri mempengaruhi putusan yang akan dikeluarkan, baik yang bersifat internal yaitu latar belakang sosial, pendidikan agama, pengalaman dan prilaku sosial dan yang bersifat eksternal yaitu pengaruh- pengaruh politik, ekonomi, dan sosial.

2. Upaya hukum yang dapat dilakukan bagi para pihak yang tidak menerima atas putusan hakim yang telah dijatuhkan antara lain:

a. Banding b. Kasasi

c. Peninjauan kembali

Banding dan kasasi merupakan upaya hukum biasa yang diatur dalam KUHAP Bab XVII, sedangkan peninjauan kembali merupakan upaya hukum luar biasa

yang diatur dalam KUHAP Bab XVIII, yang hanya dapat diajukan jika putusan hakim tersebut sudah mempunyai kekuatan hukum tetap.

B. Saran

Adapun saran yang akan diberikan penulis berkaitan dengan putusan hakim dalam hal membebaskan, mengurangkan, atau memberatkan pengenaan pidana sebagai berikut:

1. Putusan hakim adalah gambaran dari kinerja hakim. Dalam menetapkan suatu putusan hendaknya seorang hakim harus bersandar pada nilai yang hidup di masyarakat, meletakan mata dan hati dalam masyarakat sehingga tidak hanya berpaku pada Undang-undang saja. Oleh karena itu kemampuan hakim dalam menggali peristiwa hukum harus lebih dipertajam, hakim harus bersifat aktif dan kreatif dalam menemukannya, karena itu yang akan dijadikan dalam fakta persidangan guna menjadi acuan dalam mempertimbangkan suatu putusan selain dari ketentuan Undang-undang, sehingga dalam menjatuhkan suatu putusan dapat mencerminkan rasa keadilan dan tidak menimbulkan pandangan negatif pada masyarakat.

2. Terhadap upaya hukum yang dapat dilakukan bagi para pihak yang kurang menerima atas putusan hakim, hendaknya proses upaya hukum tersebut dipermudah dan tidak terbelit-belit. Sehingga memudahkan bagi para pihak yang kurang menerima putusan hakim tersebut untuk mendapatkan keadilan yang sebenar-benarnya.

Dokumen terkait