• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. Bilangan Penyabunan (AOAC, 1984)

Bilangan penyabunan merupakan jumlah alkali yang dibutuhkan untuk menyabunkan sejumlah contoh minyak. Bilangan penyabunan dinyatakan dalam jumlah miligram kalium hidroksida yang dibutuhkan untuk menyabunkan 1 gram minyak. Contoh minyak diambil sebanyak 5 gram dan dilarutkan ke dalam 50 ml KOH 0.5 N beralkohol dalam erlenmeyer. Selanjutnya erlenmeyer dihubungkan dengan pendingin tegak dan dididihkan selama 30 menit. Contoh uji selanjutnya didinginkan dan dititrasi dengan HCl 0.5 N serta indikator phenolphtalein (pp). Analisis diulang sebanyak 2 kali. Dilakukan juga titrasi blanko dengan cara yang sama tanpa cuplikan minyak.

Bilangan Penyabunan = (B-S) x N x 56,1 G

Dengan : B : ml titar blanko S : ml titar untuk contoh N : normalitas titar G : berat contoh (gram) 2. Bilangan Peroksida (SNI 01-3555-1994)

Sebanyak 0,3-0,5 gram contoh. Ditambahkan 30 ml campuran larutan dari 20 ml asam asetat glasial, 25 metanol 95%, dan 55 ml kloroform. Kemudian ditambahkan satu gram kristal kalium iodida dan disimpan di tempat gelap selama 30 menit. Selanjutnya ditambahkan 50 ml air suling bebas CO2.

Larutan dititrasi dengan larutan standar natrium tiosulfat 0,02 N dengan larutan kanji sebagai indikator. Dilakukan juga penetapan blangko dan analisis diulang dua kali.

Bilangan peroksida (mg/kg) = (Vt – V0) x T x 1000

M Dengan: Vt : ml titar contoh

V0 : ml titar blangko

T : normalitas titar M : berat contoh (gram)

3. Bilangan Asam (AOAC, 1984)

Bilangan asam dinyatakan sebagai jumlah miligram KOH yang digunakan untuk menetralkan asam lemak yang terdapat dalam 1 gram minyak. Sebanyak 10 gram minyak dimasukkan ke dalam erlenmeyer 200 ml kemudian ditambahkan 50 ml alkohol netral 95%. Kemudian dipanaskan selama 10 menit dalam penangas sambil diaduk. Larutan ini kemudian dititrasi dengan KOH 0.1 N dengan indikator pp 1% di dalam alkohol, sampai tepat terlihat warna merah muda. Setelah itu dihitung jumlah miligram KOH yang digunakan untuk menetralkan asam lemak bebas dalam 1 gram minyak. Analisis diulang sebanyak 2 kali.

Bilangan Asam = A x N x 56,1

G

Dengan : A : ml KOH untuk titrasi N : normalitas titar G : berat contoh (gram) 56,1 : berat molekul KOH Kadar asam lemak bebas = S x N x 282,5

10 x G

Dengan : S : ml KOH untuk titrasi contoh N : normalitas titar

G : berat contoh (gram) 282,5 : berat molekul asam oleat

4. Bilangan Asam (AOCS CA 30-63 atau ASTM D-664, FBI-A01-03)

Timbang 10 gram sampel biodiesel (FAME) ke dalam sebuah labu erlenmeyer 250 ml. Tambahkan 50 ml campuran pelarut toluen dan etanol 95% (dengan perbandingan 50% (v) : 50% (v)) yang telah dinetralkan dengan larutan KOH alkoholik 0,1 N dan indikator fenolftalein sesaat sebelum digunakan. Dalam keadaan teraduk kuat, titrasi larutan isi labu erlenmeyer dengan larutan KOH dalam alkohol. Lakukan titrasi sampai larutan kembali berwarna merah jambu dengan intensitas yang sama seperti pada campuran pelarut yang telah dinetralkan. Warna merah jambu ini harus bertahan minimum 15 detik. Catat volume titran yang dibutuhkan (ml). Analisis ini diulang sebanyak 2 kali.

Bilangan Asam = A x N x 56,1

G

Dengan : A : ml KOH untuk titrasi N : normalitas titar G : berat contoh (gram) 56,1 : berat molekul KOH 5. Kadar Air (wb) (AOAC, 1995)

Contoh yang telah diaduk lalu ditimbang sebanyak 10 gram di dalam cawan petri, lalu dimasukkan ke dalam oven (moisture dish) dan dikeringkan pada suhu antara 104º - 106ºC selama 30 menit. Contoh diangkat dari oven dan didinginkan dalam desikator pada suhu kamar, kemudian ditimbang. Pekerjaan ini diulang sampai kehilangan bobot selama pemanasan 30 menit tidak lebih dari 0.005 persen. Analisis diulang sebanyak 2 kali.

Kadar air dan = Bobot yang hilang x 100 zat yang menguap Bobot contoh (g) 6. Densitas Metode Piknometer (ASTM D1298)

Piknometer 50 ml ditimbang bobot kosongnya. Piknometer diisi dengan minyak. Setelah itu didiamkan selama 1 jam dalam termostat sampai suhu analisis (25 ± 5ºC) tercapai dan dicatat dengan ketelitian 0.1ºC. Piknometer ditera sampai batas yang ditentukan lalu ditimbang. Pengukuran diulang 2 kali dan hasilnya tidak boleh berbeda 0.0002. Hasil analisis dinyatakan dalam rataan hitungnya. Densitas dihitung sebagai:

ρt = m1 - m0

Vt

Dengan : M0 : bobot sebelum pemanasan (g)

M1 : bobot setelah pemanasan (g)

7. Viskositas Metode Otswald (ASTM 445)

Viskometer Otswald dibersihkan dengan cairan pembersih, kemudian dibilas hati-hati dengan air suling dan dikeringkan dengan aseton di udara terbuka. Alat dicelupkan ke dalam termostat air yang bertemperatur 40ºC agar tercapai ekuilibrium. Gelas yang berisi air diletakkan di dalam termostat tersebut. Air suling yang telah disetimbangkan temperaturnya dimasukkan ke dalam viskometer. Selanjutnya, contoh minyak diukur viskositasnya pada alat tersebut pada kondisi yang sama dengan pengukuran viskositas air.

8. Kadar Gliserol Total (AOCS CA 14-56 atau ASTM D-6584, FBI-A02-03) Sebanyak 9,9-10,1 ± 0,01 gram sampel biosolar ester alkil ditimbang dalam sebuah labu erlenmeyer. Ditambahkan 100 ml larutan KOH alkoholik, lalu disambungkan dengan kondensor berpendingin udara dan dididihkan isi labu tersebut perlahan selama 30 menit untuk mensaponifikasi ester-ester. Ditambahkan 91 ± 0,2 ml kloroform ke dalam labu takar 1 liter, lalu ditambahkan 25 ml asam asetat glasial dengan menggunakan gelas ukur. Isi labu saponifikasi dipindahkan secara kuantitif ke dalam labu takar dengan menggunakan 500 ml akuades sebagai pembilas. Labu takar ditutup rapat dan kocok isinya kuat-kuat selama 30-60 detik. Ditambahkan akuades sampai ke garis batas takar, lalu ditutup labu rapat-rapat, dan diaduk isinya dengan cara membolak-balik labu. Setelah tercampur baik, biarkan tenang sampai lapisan kloroform dan lapisan akuatik memisah sempurna.

Pipet masing-masing 6 ml larutan asam periodat ke dalam 3 labu erlenmeyer (1 labu untuk blangko). Pipet 100 ml lapisan akuatik yang diperoleh pada langkah 6 ke dalam labu yang berisi asam periodat. Untuk blangko lapisan akuatik diganti dengan 50 ml akuades. Kocok labu secara perlahan agar isinya tercampur sempurna. Setelah itu, labu ditutup dan biarkan selama 30 menit. Kemudian ditambahkan 3 ml larutan KI, lalu campurkan dengan cara melakukan pengocokan secara perlahan. Biarkan selama 1 menit (tidak boleh lebih dari 5 menit) sebelum melakukan titrasi. Jangan tempatkan labu yang isinya akan dititrasi di bawah cahaya terang atau terpaan langsung sinar matahari. Titrasi isi labu dengan menggunakan natrium tiosulfat 0,01 N. Titrasi diteruskan sampai warna coklat iodium hampir hilang. Setelah itu, tambahkan 2 ml larutan indikator pati dan teruskan titrasi sampai warna biru kompleks iodium pati benar-benar hilang. Ulangi untuk blangko. Analisis diulang 2 kali.

Kadar gliserol total = 2,302 (B-C) x N W

Dengan: B : ml titran blangko C : ml titran contoh N : normalitas titran

9. Kadar Ester Alkil (FBI A03-03)

Kadar ester (% b/b) = 100 (As – Aa - 4,57 Gttl)

As

Dengan: As : Angka penyabunan (mg KOH/g biodiesel) Aa : Angka asam (mg KOH/g biodiesel) Gttl : Kadar gliserol total (% b/b) 10.Nilai pH Abu (Fardiaz et al., 1986)

Analisis derajat kebasaan abu dilakukan untuk mengetahui sifat abu apakah bersifat basa (mampu menetralisasi asam) atau tidak. Analisis ini dilakukan dengan metode pengukuran pH suatu bahan.

Sebanyak satu gram abu ditambahkan 20 ml air di dalam gelas piala, kemudian dilakukan pengadukan. Kemudian 50 ml air ditambahkan 20 ml air lagi ke dalam larutan tersebut, diaduk lalu didiamkan hingga terbentuk endapan. Pengukuran pH dilakukan dengan memasukkan elektroda pH-meter ke dalam larutan pada gelas piala tersebut

Dokumen terkait