• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Angka Pengganda Sistem Neraca Sosial Ekonomi

Dalam pembahasan sebelumnya telah dijelaskan bahwa dari kerangka dasar SNSE dapat diturunkan suatu model angka pengganda yaitu:

[

I A

]

X

Y = − 1 dimana Ma =

[

IA

]

1. Dalam hal ini Ma

Perekonomian Indonesia jika dikaji berdasarkan angka pengganda SNSE 2008 dapat dikatakan sangat tergantung kepada 11 sektor yang mempunyai angka pengganda total paling besar. Sektor-sektor ini mampu memberi dampak pengganda sebesar 6.5208 hingga 6.9475 atau jika dibulatkan rata-rata mempunyai angka pengganda sebesar 7. Dari ke-11 sektor tersebut tiga diantaranya yang paling tinggi mempunyai dampak pengganda dalam perekonomian Indonesia adalah (1) sektor perdagangan, restoran dan hotel, (2) sektor konstruksi irigasi, dan (2) sektor bank dan asuransi, dengan nilai

adalah angka pengganda, yang menunjukkan pengaruh perubahan dari neraca eksogen pada sebuah sektor terhadap sektor lainnya setelah melalui keseluruhan sistem.

Dampak perubahan tersebut dicerminkan oleh peningkatan produksi atau output sektor-sektor ekonomi yang dapat dilakukan melalui peningkatan investasi atau Pertambahan Modal Tetap Bruto (PMTB), peningkatan pengeluaran pemerintah melalui subsidi, atau peningkatan ekspor luar negeri. Dalam pembahasan kali ini akan dianalisis dampak pengganda secara sektoral terhadap beberapa indikator makroekonomi seperti nilai tambah, rumah tangga, total output produksi, dan sebagainya.

Tabel 29. Dampak Pengganda Sektoral Berdasarkan Multiplier SNSE 2008

Sektor Produksi T. Krj Modal RT Persh Pemrth Prod Total

Pertanian tanaman pangan 0.8778 0.7418 1.2255 0.5101 0.2360 3.0577 6.6489

Pertanian tanaman lainnya 0.8531 0.7077 1.1848 0.4868 0.2259 3.2770 6.7354

Peternakan dan hasil-hasilnya 0.7387 0.6323 1.0344 0.4343 0.2009 3.4836 6.5241

Kehutanan dan perburuan 0.7377 0.7593 1.0899 0.5183 0.2350 2.9415 6.2818

Perikanan 0.6973 0.7901 1.0626 0.5379 0.2414 2.9301 6.2595

Tambg batubara, bijih lg migas & pns bumi 0.4378 0.9482 0.8670 0.6364 0.2732 2.7065 5.8689

Pertambangan dan penggalian lainnya 0.9675 0.7418 1.3152 0.5106 0.2404 3.0428 6.8182

Industri makanan, minuman dan tembakau 0.6426 0.6585 0.9475 0.4493 0.2040 3.3038 6.2058

Industri pemintalan, tekstil, pakaian dan kulit 0.5632 0.6316 0.8538 0.4293 0.1937 3.1831 5.8545

Industri kayu & barang dari kayu 0.6359 0.6951 0.9566 0.4731 0.2136 3.5465 6.5208

Industri kertas, perctk, alt angk & brg lgm 0.4449 0.5981 0.7184 0.4047 0.1796 2.7112 5.0569

Industri kimia, hasil dari tanah liat, semen 0.4789 0.4444 0.6853 0.3039 0.1399 2.5932 4.6456

Industri pupuk anorganik 0.5875 0.7834 0.9457 0.5303 0.2355 2.6196 5.7021

Industri pupuk organik 0.9917 0.5811 1.2674 0.4044 0.1978 3.2896 6.7319

Listrik, gas dan air bersih 0.5325 0.7804 0.8885 0.5272 0.2324 3.3583 6.3192

Konstruksi jalan dan jembatan 0.7041 0.7157 1.0346 0.4877 0.2222 3.4589 6.6233

Konstruksi irigasi 0.9127 0.6460 1.2158 0.4458 0.2121 3.4391 6.8716

Konstruksi lainnya 0.6757 0.7399 1.0165 0.5032 0.2275 3.4429 6.6057

Perdagangan, restoran dan hotel 0.8010 0.7538 1.1503 0.5150 0.2372 3.4902 6.9475

Angkt, komnks, js penunjang angk & pergudangn 0.6540 0.7336 0.9913 0.4985 0.2251 3.2247 6.3273

Bank dan asuransi 0.6786 0.9196 1.0985 0.6223 0.2765 3.2292 6.8248

Real estate dan jasa perusahaan 0.5924 0.8973 1.0013 0.6057 0.2666 3.0211 6.3844

Pemerinth&perthn, pendk, keseht, film & lain 0.8750 0.5848 1.1493 0.4049 0.1958 3.3171 6.5269

Jasa perseorangan, rumah tangga dan jasa lainnya 0.6886 0.7145 1.0179 0.4866 0.2218 2.9972 6.1267

Sumber : SNSE Tahun 2008 (data diolah)

Penggandanya masing-masing sebesar 6.9475, 6.8716 dan 6.8248. Angka pengganda sebesar 6.9475 pada sektor perdagangan, restoran dan hotel menunjukkan bahwa jika ada dana stimulus, misalkan subsidi sebesar 1 milyar rupiah pada sektor perdagangan, restoran dan hotel maka total pendapatan output dalam perekonomian Indonesia akan meningkat sebanyak 6.9775 milyar rupiah.

Dimana dampak tersebut akan dibagikan kepada peningkatan pendapatan tenaga kerja sebanyak 0.8010 milyar rupiah, pendapatan modal sebanyak 0.7538 milyar rupiah, pendapatan rumah tangga sebanyak 1.1503 milyar rupiah, pendapatan perusahaan sebanyak 0.5150 milyar rupiah, pendapatan pemerintah sebanyak 0.23752, dan pendapatan sektor-sektor produksi sebanyak 3.4902 milyar rupiah.

Dengan demikian dampak pengganda sektor perdagangan, hotel dan restoran dalam perekonomian akan lebih banyak diterima oleh pendapatan produksi yang terjadi karena adanya keterkaitan penggunaan input antara oleh sektor tersebut dengan output produksi pada sektor-sektor lain. Setelah itu, dampak pengganda dari sektor perdagangan, hotel dan restoran juga banyak terdistribusi ke pendapatan rumah tangga yang diperoleh dari hasil kepemilikan tenaga kerja dan modal yang digunakan dalam proses produksi sektor perdagangan, hotel dan restoran ini. Sedangkan untuk pendapatan perusahaan dan pemerintah, dampak yang diterima sangat kecil.

Pendistribusian dampak berganda seperti yang terjadi pada sektor perdagangan, hotel dan restoran di atas, juga terlihat sama kondisinya untuk sektor-sektor yang lain, dimana dampak pengganda dari suatu sektor akan lebih banyak diserap lebih dahulu oleh aktivitas produksi, kemudian ke rumah tangga melalui faktor-faktor produksi, dan terakhir yang paling kecil masuk ke pendapatan perusahaan dan pemerintah. Untuk lebih jelas melihat bagaimana pendistribusian dampak berganda dari sektor-sektor produksi tersebut berikut ini dipaparkan alokasi dari angka pengganda kepada masing-masing neraca aktivitas secara proporsional sebagaimana yang disajikan pada Tabel 30.

Tabel 30. Alokasi Dampak Pengganda Sektor Produksi dalam Neraca Aktivitas Pertambangan dan penggalian lainnya 13.20 11.16 18.43 7.67 3.55 45.99 100.00 Industri makanan, minuman dan tembakau 10.63 10.81 15.62 7.36 3.35 52.22 100.00 Industri pemintalan, tekstil, pakaian dan kulit 10.23 11.20 15.39 7.62 3.44 52.12 100.00 Industri kayu & barang dari kayu 13.41 8.96 17.61 6.20 3.00 50.82 100.00 Pemerinth&perthn, pendk, keseht, film & lain 8.80 11.83 14.21 8.00 3.55 53.61 100.00 Jasa perseorangan, rumah tangga dan js lainnya 10.31 9.57 14.75 6.54 3.01 55.82 100.00

Sumber : SNSE Tahun 2008 (data diolah)

Pada Tabel 30 di atas terlihat jelas bahwa sebagian besar sektor yang masuk dalam kelompok sektor sekunder dan tersier mengalokasikan dampak bergandanya lebih dari 50 persen untuk pendapatan produksi. Contohnya, untuk sektor industri makanan, minuman dan tembakau, dari total dampak bergandanya sebesar 6.2058 (lihat Tabel 29), sekitar 55.22 persen dipancarkan ke dalam tambahan pendapatan produksi. Sisanya 44.78 persen didistribusikan ke aktivitas ekonomi lainnya yakni untuk tambahan pendapatan rumah tangga sebesar 15.62 persen, tambahan pendapatan faktor tenaga kerja dan modal sebesar 21.43 persen,

tambahan pendapatan perusahaan dan pemerintah masing-masing sebesar 7.36 persen dan 3.35 persen. Selain pada kelompok sektor sekunder dan tersier, beberapa sektor primer juga terindikasi mengalokasikan sebagian besar dampak bergandanya (50 persen) untuk tambahan pendapatan produksi yakni sektor pertanian tanaman pangan dan tanaman lainnya, masing-masing sebesar 50.24 persen dan 50.05 persen.

Tabel 31. Dampak Pengganda Sektor Produksi Terhadap Pertambahan Pendapatan Rumah Tangga

Sektor Produksi Buruh Tani Petani Bukan Petani

Total

Desa Kota

Pertanian tanaman pangan 0.0982 0.3945 0.4004 0.3324 1.2255

Pertanian tanaman lainnya 0.1057 0.3454 0.3861 0.3476 1.1848

Peternakan dan hasil-hasilnya 0.1011 0.2870 0.3302 0.3161 1.0344

Kehutanan dan perburuan 0.1028 0.2895 0.3490 0.3487 1.0899

Perikanan 0.1164 0.2850 0.3215 0.3397 1.0626

Tambg batubara, bijih lg migas & pns bumi 0.0482 0.1652 0.2656 0.3879 0.8670

Pertambangan dan penggalian lainnya 0.0639 0.2415 0.5146 0.4952 1.3152

Industri makanan, minuman dan tembakau 0.0671 0.2344 0.3025 0.3436 0.9475 Industri pemintalan, tekstil, pakaian dan kulit 0.0488 0.1620 0.2566 0.3863 0.8538

Industri kayu & barang dari kayu 0.0601 0.2032 0.3197 0.3735 0.9566

Industri kertas, perctk, alt angk & brg lgm 0.0408 0.1368 0.2117 0.3292 0.7184 Industri kimia, hasil dari tanah liat, semen 0.0361 0.1372 0.2402 0.2718 0.6853

Industri pupuk anorganik 0.0527 0.1732 0.3012 0.4187 0.9457

Industri pupuk organik 0.0759 0.2291 0.5225 0.4399 1.2674

Listrik, gas dan air bersih 0.0496 0.1661 0.2699 0.4030 0.8885

Konstruksi jalan dan jembatan 0.0568 0.1925 0.3387 0.4466 1.0346

Konstruksi irigasi 0.0650 0.2202 0.4852 0.4455 1.2158

Konstruksi lainnya 0.0566 0.1903 0.3287 0.4409 1.0165

Perdagangan, restoran dan hotel 0.0628 0.2065 0.3711 0.5099 1.1503

Angkt, komnks, js penunjang angk & pergudgn 0.0539 0.1822 0.2960 0.4593 0.9913

Bank dan asuransi 0.0619 0.2032 0.3160 0.5174 1.0985

Real estate dan jasa perusahaan 0.0545 0.1852 0.2793 0.4823 1.0013

Pemerinth&perthn, pendk, keseht, film & lain 0.0620 0.2165 0.3465 0.5243 1.1493 Jasa perseorangan, rumah tangga dan js lainnya 0.0559 0.1837 0.2950 0.4831 1.0179

Sumber : SNSE Tahun 2008 (data diolah)

Fakta lain yang dapat digambarkan melalui angka pengganda ini adalah mengenai pengaruh dari pembangunan suatu sektor produksi terhadap kenaikan pendapatan rumah tangga. Jika merujuk kepada serangkaian angka pengganda

yang dipaparkan dalam Tabel 31 di atas terlihat jelas bahwa ada 15 sektor produksi dalam perekonomian yang mampu memberi dampak berganda di atas rata-rata (angka pengganda sebesar 1), termasuk di dalamnya adalah semua sektor pertanian, terutama sektor pertanian tanaman pangan yang mempunyai angka pengganda sebesar 1.2255, yang artinya jika ada stimulus fiskal, misalkan subsidi sebesar 1 milyar rupiah ke sektor pertanian tanaman pangan, akan memberi dampak terhadap tambahan pendapatan rumah tangga secara keseluruhan dalam perekonomian sebesar 1.2255 milyar rupiah. Adapun rumah tangga yang paling banyak menyerap dampak berganda dari sektor tanaman pangan tersebut adalah rumah tangga bukan petani di desa yang memperoleh dampak sebanyak 0.4004 milyar rupiah, kemudian rumah tangga petani sebanyak 0.3943 milyar rupiah, rumah tangga bukan petani di kota sebanyak 0.3324, dan terakhir rumah tangga buruh tani sebanyak 0.0982. Setelah tanaman pangan, sektor pertanian berikutnya yang mempunyai kontribusi besar terhadap kenaikan pendapatan rumah tangga adalah sektor pertanian tanaman lainnya (perkebunan) dengan angka pengganda rumah tangga sebesar 1.1848. Menyusul kemudian sektor kehutanan dan perburuan, sektor perikanan, dan sektor peternakan yang relatif sama semua mempunyai angka pengganda rumah tangga berkisar diantara 1.0344 – 1.0899.

Walaupun secara langsung terlihat sektor industri mempunyai kontribusi yang paling tinggi menciptakan nilai tambah (lihat Tabel 22 sebelumnya) dalam perekonomian Indonesia, namun peranannya terhadap pertambahan pendapatan rumah tangga sangat kecil, bahkan kelihatan hanya ada satu sektor industri yang mempunyai angka pengganda rumah tangga di atas rata-rata yakni industri pupuk organik dengan angka pengganda sebesar 1.2674. Sedangkan sektor-sektor

industri lainnya memiliki angka pengganda di bawah 1.0000, yang paling rendah adalah sektor industri kimia, hasil dari tanah liat, semen hanya sebesar 0.6853.

Jika dirata-ratakan angka pengganda pada setiap sektor industri termasuk rendah, hanya sebesar 0.9107. Kondisi ini mengindikasikan bahwa nilai tambah dari sektor industri yang diterima oleh tenaga kerja dan modal tidak ditransmisi dengan baik dan seutuhnya ke pendapatan rumah tangga, sehingga efek pengganda yang dihasilkan oleh sektor industri ke rumah tangga menjadi sangat rendah di bawah rata-rata.

Sebagian besar sektor jasa mempunyai angka pengganda rumah tangga di atas rata-rata. Dalam hal ini terindikasi ada 8 sektor jasa, dimana yang paling tinggi adalah sektor konstruksi irigasi dengan angka pengganda rumah tangganya sebesar 1.2158, menyusul sektor perdagangan, restoran dan hotel sebesar 1.1503, dan sektor pemerintahan, pertahanan, pendidikan, kesehatan, film dan jasa sosial lainnya sebesar 1.1493. Lima sektor jasa lainnya yakni sektor bank dan asuransi, sektor konstruksi jalan dan jembatan, sektor jasa perseorangan, rumah tangga dan jasa lainnya, sektor konstruksi lainnya, dan sektor real estate dan jasa perusahaan mempunyai angka pengganda rumah tangga berkisar diantara 1.0013 - 1.0985.

Tidak ada jaminan bila suatu sektor produksi mempunyai kontribusi langsung yang tinggi terhadap nilai tambah (proporsinya terhadap PDRB), juga tinggi mempunyai dampak pengganda terhadap nilai tambah. Oleh karena angka pengganda memotret dampak dari suatu sektor bukan hanya bersifat langsung (direct effect) saja namun juga dampak yang tidak langsung (indirect effect) dalam perekonomian, dengan kata lain angka pengganda menunjukkan dampak total dari

suatu sektor produksi yang merupakan penjumlahan alogaritma dari dampak langsung dengan dampak tidak langsung.

Tabel 32. Dampak Pengganda Sektor Produksi Terhadap Nilai Tambah

Sektor Produksi Tenaga Kerja Modal Nilai Tambah

Pertanian tanaman pangan 0.8778 0.7418 1.6195

Pertanian tanaman lainnya 0.8531 0.7077 1.5609

Peternakan dan hasil-hasilnya 0.7387 0.6323 1.3709

Kehutanan dan perburuan 0.7377 0.7593 1.4970

Perikanan 0.6973 0.7901 1.4874

Tambg batubara, bijih lg migas & pns bumi 0.4378 0.9482 1.3860 Pertambangan dan penggalian lainnya 0.9675 0.7418 1.7093 Industri makanan, minuman dan tembakau 0.6426 0.6585 1.3011 Industri pemintalan, tekstil, pakaian dan kulit 0.5632 0.6316 1.1947 Industri kayu & barang dari kayu 0.6359 0.6951 1.3310 Industri kertas, perctk, alt angk & brg lgm 0.4449 0.5981 1.0429 Industri kimia, hasil dari tanah liat, semen 0.4789 0.4444 0.9233

Industri pupuk anorganik 0.5875 0.7834 1.3709

Industri pupuk organik 0.9917 0.5811 1.5728

Listrik, gas dan air bersih 0.5325 0.7804 1.3129

Konstruksi jalan dan jembatan 0.7041 0.7157 1.4198

Konstruksi irigasi 0.9127 0.6460 1.5587

Konstruksi lainnya 0.6757 0.7399 1.4156

Perdagangan, restoran dan hotel 0.8010 0.7538 1.5548

Angkt, komnks, js penunjang angk & pergudgn 0.6540 0.7336 1.3876

Bank dan asuransi 0.6786 0.9196 1.5982

Real estate dan jasa perusahaan 0.5924 0.8973 1.4897

Pemerinth&perthn, pendk, keseht, film & lain 0.8750 0.5848 1.4599 Jasa perseorangan, rumah tangga dan js lainnya 0.6886 0.7145 1.4032 Sumber : SNSE Tahun 2008 (data diolah)

Bagaimana perbedaan tersebut terjadi dapat dicontohkan pada sektor industri kertas, percetakan, alat angkutan dan barang dari logam. Sebelumnya, seperti yang tercantum pada Tabel 32 peranan sektor industri ini terhadap nilai tambah paling tinggi diantara semua sektor produksi yakni sebesar 0.1414 (jika dipersenkan menjadi 14.14 persen). Akan tetapi jika dilihat pada angka pengganda

nilai tambahnya (perhatikan Tabel 32) ternyata paling kecil dan berada diurutan kedua paling bawah yakni sebesar 1.0429. Kalah jauh dibandingkan dengan sektor pertambangan dan penggalian lainnya yang mempunyai angka pengganda nilai tambah sebesar 1.7093, padahal dampak langsungnya terhadap nilai tambah hanya 0.0387 atau 3.87 persen. Fakta ini menunjukkan bahwa dampak tidak langsung dari sektor industri kertas, percetakan, alat angkutan dan barang dari logam terhadap kenaikan nilai tambah perekonomian sangat kecil dibandingkan sektor-sektor lainnya, terutama dengan sektor pertambangan dan penggalian lainnya. Padahal dalam suatu perekonomian yang sangat dibutuhkan adalah dampak tidak langsung, oleh karena bisa menjadi trigger tumbuhnya bagi sektor-sektor yang lain. Angka pengganda sebesar 1.7093 pada sektor-sektor pertambangan dan penggalian lainnya mempunyai arti ekonomi jika ada stimulus fiskal sebanyak satu milyar rupiah pada sektor pertambangan dan penggalian lainnya maka secara simultan akan memberi dampak terhadap kenaikan nilai tambah dalam perekonomian sebesar 1.7093 milyar rupiah.

Kecuali sektor peternakan, sektor-sektor pertanian yang lain (tanaman pangan, tanaman lain, perikanan, kehutanan dan perburuan) mempunyai angka pengganda nilai tambah yang tinggi di atas rata-rata (sebesar 1.4153) yaitu sektor tanaman pangan mempunyai angka pengganda nilai tambah sebesar 1.6195, sektor pertanian tanaman lainnya sebesar 1.5609, sektor kehutanan dan perburuan sebesar 1.4970, sektor perikanan sebesar 1.4874. Sedangkan sektor industri, hanya ada satu sektor yang mempunyai angka pengganda nilai tambah tinggi yakni sektor industri pupuk organik sebesar 1.5728. Hampir seluruh sektor jasa memiliki angka pengganda yang tinggi di atas rata-rata. Sekitar tujuh sektor jasa

yang peranannya tinggi terhadap kenaikan nilai tambah, terutama sektor jasa bank dan asuransi yang mempunyai angka pengganda nilai tambah sebesar 1.5982, kemudian sektor konstruksi irigasi sebesar 1.5587, dan sektor perdagangan, restoran dan hotel sebesar 1.5548.

Secara konseptual, sektor andalan pembangunan ekonomi ialah sektor yang diharapkan mampu menjadi mesin penggerak utama pembangunan ekonomi (engine of development) dalam rangka mewujudkan tujuan pembangunan secara berkelanjutan, yang intinya mengacu pada kemampuan sektor tersebut untuk mendorong dan menopang pertumbuhan seluruh sektor dalam perekonomian.

Oleh karena itu layak tidaknya suatu sektor menjadi andalan perekonomian semata-mata tidak hanya ditentukan berdasarkan besarnya kontribusi langsung terhadap perekonomian tetapi juga harus memperhitungkan kontribusi tidak langsungnya melalui keterkaitan antara industri, artinya apakah industri tersebut mempunyai peranan besar untuk mendorong atau menunjang kegiatan produksi dari sektor-sektor yang lain.

Rasmussen (1956) dalam Daryanto dan Hafizrianda (2010) memformulasikan dua jenis indeks untuk mengukur keterkaitan ke depan dan ke belakang, yaitu melalui (1) kemampuan penyebaran (power of dispersion), atau Daya Penyebaran (DP) dan (2) kepekaan penyebaran (sensitivity of dispersion) atau Derajat Kepekaan (DK). Suatu sektor dikatakan sektor kunci apabila memiliki DP dan DK lebih besar dari satu. DP dan DK merupakan perbandingan dampak baik ke belakang maupun ke depan terhadap rata-rata seluruh dampak sektor, sehingga nilai ini sering disebut backward linkage effect ratio dan forward linkage effect ratio. Jika nilai DP dan DK lebih besar

dari satu, berarti pengaruhnya di atas rata-rata. Jika DP dan DK lebih kecil dari satu berarti pengaruhnya di bawah rata - rata.

Dalam SNSE 2008, perhitungan DP dan DK dapat dilakukan pada neraca aktivitas produksi saja, itu pun dihitung dengan cara menghilangkan faktor-faktor pengaruh dari neraca lainnya. Dengan kata lain perhitungan DP dan DK dalam SNSE dilakukan tanpa melibatkan koefisien input pada neraca faktor produksi dan neraca institusi, hasilnya sebagai berikut.

Tabel 33. Multiplier Input - Output Berdasarkan SNSE 2008

Sektor Produksi DP DK

Pertanian tanaman pangan 0.7814 1.0408

Pertanian tanaman lainnya 0.9486 0.9456

Peternakan dan hasil-hasilnya 1.2037 0.9833

Kehutanan dan perburuan 0.8183 0.7267

Perikanan 0.8307 0.7599

Tambg batubara, bijih lg migas & pns bumi 0.8450 1.2753

Pertambangan dan penggalian lainnya 0.6886 1.1088

Industri makanan, minuman dan tembakau 1.1645 1.4207

Industri pemintalan, tekstil, pakaian dan kulit 1.1688 0.8835

Industri kayu & barang dari kayu 1.2994 0.8516

Industri kertas, perctk, alt angk & brg lgm 0.9988 2.1954 Industri kimia, hasil dari tanah liat, semen 0.9699 1.1800

Industri pupuk anorganik 0.7397 0.7379

Industri pupuk organik 0.8878 0.6108

Listrik, gas dan air bersih 1.2364 0.7810

Konstruksi jalan dan jembatan 1.1785 0.7560

Konstruksi irigasi 1.0210 0.6684

Konstruksi lainnya 1.1830 0.9706

Perdagangan, restoran dan hotel 1.1058 1.3694

Angkt, komnks, js penunjang angk & pergudangn 1.0733 1.0859

Bank dan asuransi 0.9786 1.0994

Real estate dan jasa perusahaan 0.9338 0.9181

Pemerinth&perthn, pendk, keseht, film & lain 1.0266 0.6876 Jasa perseorangan, rumah tangga dan jasa lainnya 0.9179 0.9433 Sumber : SNSE Tahun 2008 (data diolah)

Berdasarkan angka multiplier Input-Output yang disajikan dalam Tabel 33, kemudian dibentuk gambar empat kuadran untuk memposisikan sektor-sektor mana saja yang dapat menjadi sektor-sektor kunci dalam perekonomian. Suatu sektor yang dinyatakan sebagai sektor kunci dapat menjadi penghela bagi sektor-sektor lainya baik itu ke belakang (backward) maupun ke depan (forward). Sektor ini mampu menggerakkan perekonomian dari sisi demand dan supply sekaligus.

Adapun penentuan sektor kunci tersebut adalah sektor-sektor yang mempunyai DP dan DK di atas rata-rata atau lebih besar dari satu.

DP < 1 DP > 1

DK > 1

• Pertanian tanaman pangan

• Tambang batubara, bijih logam, migas & pns bumi

• Pertambangan dan penggalian lainnya

• Industri kertas, perctk, alt angk & brg lgm

• Industri kimia, hasil dari tanah liat, semen

• Industri makanan, minuman dan tembakau

• Perdagangan, restoran dan hotel

• Angkt, komnks, js penunjang angkutan& pergudangan

KUADRAN III KUADRAN I

DK < 1

• Pertanian tanaman lainnya

• Kehutanan dan perburuan

• Perikanan

• Industri pupuk anorganik

• Industri pupuk organik

• Bank dan asuransi

• Real estate dan jasa perusahaan

• Jasa perseorangan, rumah tangga dan jasa lainnya

• Peternakan dan hasil-hasilnya

• Industri pemintalan, tekstil, pakaian dan kulit

• Industri kayu & barang dari kayu

• Listrik, gas dan air bersih

• Konstruksi jalan dan jembatan

• Konstruksi irigasi

• Konstruksi lainnya

• Pemerinth&perthn, pendidikan, kesehatan, film & lain

KUADRAN IV KUADRAN II

Gambar 35. Sektor-Sektor Kunci dalam Perekonomian Indonesia Berdasarkan Angka Pengganda Input-Output pada SNSE 2008

Pada Gambar 35 terlihat jelas bahwa ada 3 sektor produksi yang dapat dikatakan sebagai sektor-sektor kunci dalam perekonomian Indonesia. Sektor-sektor yang dimaksud adalah (1) Sektor-sektor industri makanan, minuman dan tembakau, (2) sektor perdagangan, restoran dan hotel, (3) sektor angkutan, komunikasi, jasa penunjang angkutan dan pergudangan. Percepatan pembangunan ketiga sektor ini diperkirakan mampu menciptakan pertumbuhan ekonomi yang berlanjut dan menjadi growth pole dengan efek ganda yang diciptakan yaitu efek demand dan supply.

Dalam Gambar 35, juga terlihat bahwa ada tiga sektor pertanian yang tidak dapat diunggulkan dalam perekonomian Indonesia, oleh karena mempunyai DP dan DK di bawah rata-rata (DP < 1 dan DK < 1). Ketiga sektor tersebut adalah (1) pertanian tanaman lainnya, (2) kehutanan dan perburuan, dan (3) perikanan, Sedangkan pada sektor industri, ternyata sektor (1) industri pupuk anorganik, dan (2) industri pupuk organik, keduanya merupakan sektor-sektor yang tidak dapat diunggulkan. Selanjutnya untuk sektor jasa yang tergolong tidak unggulan adalah (1) sektor bank dan asuransi, (2) sektor real estate dan jasa perusahaan, dan (3) sektor jasa perseorangan, rumah tangga dan jasa lainnya.

Sektor-sektor seperti (1) pertanian tanaman pangan, (2) tambang batu bara, bijih logam, migas dan panas bumi, (3) pertambangan dan penggalian lainnya, (4) industri kertas, percetakan, alat angkutan dan barang logam, dan (5) industri kimia, hasil dari tanah liat, semen, semuanya dapat diunggulkan namun hanya pada sisi supply effect karena mempunyai DK lebih besar dari satu, namun DP kurang dari satu. Sebaliknya untuk sektor (1) peternakan dan hasil-hasilnya, (2) industri pemintalan, tekstil, pakaian dan kulit, (3) industri kayu dan barang dari

kayu, (4) listrik, gas dan air bersih, (5) konstruksi jalan dan jembatan, (6) konstruksi irigasi, (7) konstruksi lainnya, (8) pemerintahan, pertahanan, pendidikan, kesehatan, film dan jasa sosial lainnya, merupakan sektor-sektor yang unggul dari sisi demand efect oleh karena mempunyai DP lebih besar dari satu namun DK kurang dari satu.

Idealnya sektor yang patut dipercepat dan didorong pembangunannya adalah sektor-sektor kunci. Dengan menggunakan prinsip-prinsip big push maka sektor industri makanan, minuman dan tembakau menjadi pilihan yang paling tepat untuk diberi stimulus fiskal yang paling besar dalam perencanaan pembangunan ekonomi nasional di masa mendatang. Selain mampu mendorong dan menyanggah keberlanjutan dari pertumbuhan sektor-sektor yang lain, pengembangan industri makanan, minuman dan tembakau ini dapat juga mengatasi masalah-masalah inflasi, pengangguran, kemiskinan dan neraca perdagangan.

Dokumen terkait