• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR LAMPIRAN

PENGIRIM PETAN

VIII. ANALISIS ASPEK MANAJEMEN, DAN SOSIAL EKONOM

8.1. Analisis Aspek Manajemen

Analisis aspek manajemen melihat bentuk usaha, struktur organisasi, sistem pembagian kerja, serta sistem penggajian tenaga kerja yang digunakan perusahaan. Aspek manajemen perlu dikaji agar usaha yang didirikan dan dioperasikan nantinya dapat berjalan dengan lancar.

8.1.1. Bentuk dan Struktur Organisasi

Bentuk usaha yang digunakan adalah perusahaan perorangan dan masih merupakan perusahaan keluarga. Dengan menyandang sebagai perusahaan keluarga, tentu saja prinsip gotong royong dan kekeluargaan selalu diterapkan, sehingga usaha dapat mudah dikendalikan.

Struktur organisasi yang dimiliki perusahaan masih sederhana. Pemilik modal juga merangkap sebagai pengelola atau karyawan. Pembagian tugas dan wewenang sudah diatur dengan jelas. Meskipun demikian, pengrajin belum melakukan sistem pencatatan yang baik.

Pemilik usaha bertanggung jawab atas perusahaan dan berwenang untuk memutuskan suatu tindakan strategis yang perlu diambil guna keberlangsungan usahanya. Di sisi lain, pemilik juga bertindak sebagai humas. Penanganan berbagai urusan kerjasama dengan pihak lain dilakukannya dengan tetap menjaga hubungan baik, sehingga diharapkan perusahaan dapat selangkah lebih dikenal.

Usaha tapioka Uhan memperkerjakan 6 orang tenaga kerja laki-laki sebagai tenaga kerja tetap dan 4 orang tenaga kerja perempuan sebagai tenaga kerja tidak tetap. Berdasarkan jenis kelamin, kaum lelaki lebih dominan pada setiap kegiatan produksi dibanding kaum perempuan, yaitu pekerjaan yang membutuhkan tenaga yang lebih besar. Kegiatan yang dilakukan oleh pekerja perempuan sifatnya pekerjaan yang ringan-ringan seperti pengupasan ubi kayu, penjemuran tapioka dan dalam pembentukan onggok (ampas dari ubi kayu yang telah diperas). Umumnya tenaga kerja laki-laki tidak hanya menguasai satu jenis pekerjaan saja, melainkan mereka dapat seluruh pekerjaan dalam proses produksi, sehingga mereka dapat bekerja lebih fleksibel.

48

8.1.2. Sistem Pembagian Kerja

Peraturan pembagian kerja pada setiap tahap dalam proses produksi tidak begitu baku, karena usaha ini bersifat informal. Pembagian kerja tersebut mencakup kegiatan pemarutan atau penggilingan, penyaringan atau pemerasan dan penjemuran. Selain itu juga terdapat kegiatan pengangkutan bahan baku, pengupasan ubi kayu, pencucian ubi kayu, dan pengangkutan tapioka.

Hari kerja terdiri dari 6 hari dalam seminggu dengan hari libur pada hari Jum’at. Jam kerja dimulai dari pukul 06.00 WIB hingga pukul 16.00 WIB, dengan waktu istirahat pukul 12.00 WIB – 13.00 WIB. Adapun jam kerja borongan tidak tentu. Data mengenai pembagian jumlah tenaga kerja dapat dilihat pada Tabel 19.

Tabel 19. Pembagian dan Jumlah Tenaga Kerja dalam Industri Tapioka di Desa Cipambuan, 2006

Jumlah Tenaga Kerja (orang) Kegiatan

Laki-laki Perempuan Jam kerja/hari Pengangkutan ubi kayu 2 - 4 - ½ – 1

Pemarutan 1 - 3 Penyaringan/pemerasan 3 - 4 - 8 Penjemuran tapioka/aci - 2 - 4 6 – 8 Pembuatan onggok - 2 - 4 2 Pengangkutan tapioka/aci dan onggok 2 - 4 - ¼ - 1

Sistem penggajian dalam usaha ini dilakukan mingguan dengan upah per hari Rp. 35,000,- yang diberikan setiap hari Sabtu. Adapun untuk tenaga kerja tidak tetap, pengupahan didasarkan pada jumlah pikulannya (1 pikul ± 72 kilo gram). Upah kupas per pikul adalah Rp 3,250,-. Jumlah pikulan setiap harinya tergantung pada ketersediaan ubi kayu. Rata-rata setiap hari tenaga kerja tidak tetap mendapat upah berkisar Rp 15,000,- - Rp. 30,000,-.

8.2. Analisis Aspek Sosial Ekonomi

Analisis aspek sosial yaitu aspek yang menganalisis kemungkinan- kemungkinan atau perkiraan dampak yang ditimbulkan terhadap berjalannya usaha pengolahan tapioka. Dampak tersebut meliputi kondisi sosial masyarakat, lingkungan maupun manfaatnya. Lingkungan sekitar lokasi penelitian dapat

49

berpengaruh positif maupun negatif terhadap kehadiran kegiatan usaha pengolahan tepung tapioka, sehingga aspek ini penting untuk dianalisis.

8.2.1. Kondisi Sosial

Dilihat dari aspek sosial, usaha pengolahan tapioka memiliki banyak dampak yang positif. Banyak pihak yang memperoleh manfaat dari usaha ini, diantaranya adalah petani ubi kayu, masyarakat, dan pengrajin tapioka itu sendiri serta pemerintah. Pihak-pihak yang terkait tersebut dapat memperoleh kenaikan penghasilan dari usaha tersebut.

Kegiatan usaha ini mampu memberikan manfaat sosial yang besar artinya bagi perekonomian masyarakat dengan menciptakan peluang berusaha yang luas dengan pembiayaan yang relatif kecil, seiring dengan tingkat keahlian dan daya dukung permodalan yang umumnya masih rendah. Pengusahaan tapioka juga turut berperan dalam meningkatkan dan memobilisasi tabungan domestik, karena usaha ini menggunakan modal sendiri yang berasal dari tabungan pribadi dan keluarganya.

Keuntungan yang dirasakan dengan adanya usaha ini oleh pemerintah adalah dalam hal penanggulangan masalah pengangguran, sehingga gejolak sosial yang biasa muncul akibat tinggginya tingkat pengangguran suatu daerah dapat sedikit teratasi. Keuntungan lain yang diperoleh pemerintah yaitu dalam upaya peningkatan pendapatan masyarakat pedesaan, proses percepatan pembangunan dengan adanya prasarana menuju lokasi usaha. Adanya pemasukan rutin berupa pajak bumi dan bangunan (PBB), pajak penghasilan (PPn), atau semacam iuran atau dana retribusi lainnya yang diatur oleh aturan daerah setempat, menyebabkan pendapatan asli daerah (PAD) dapat ditingkatkan.

8.2.2. Dampak Lingkungan

Dampak negatif yang muncul yaitu usaha pengolahan tapioka ini menghasilkan limbah padat, cair, dan udara. Limbah cair pengolahan tapioka berasal dari proses pembuatan, yaitu dari pencucian bahan baku sampai pada proses pengendapan. Limbah padat berasal dari proses pengupasan singkong dari kulitnya serta ampas dari hasil pengolahan.

Limbah hasil pengolahan tapioka ini jika tidak ditangani dengan baik dapat menimbulkan berbagai masalah diantaranya: penyakit, seperti gatal-gatal;

50

timbul bau tak sedap; air limbah yang masuk ke tambak dapat mengakibatkan kematian ikan peliharaan; serta terjadinya perubahan estetika sungai.

Selain berdampak negatif, limbah padat dan cair juga memiliki sisi positif, yakni dapat dimanfaatkan secara ekonomis. Salah satu contoh limbah padat adalah onggok. Onggok dapat digunakan sebagai bahan baku pembuat saus, makanan ringan dan obat nyamuk bakar. Limbah padat lainnya adalah kulit ubi kayu yang banyak dimanfaatkan untuk pupuk dan pakan ternak. Limbah cair dari usaha ini dapat digunakan untuk mengairi sawah sekitar lokasi pabrik.

8.3. Hasil Analisis Aspek Manajemen dan Sosial Ekonomi

Kegiatan manajemen perusahaan sudah ditetapkan dengan baik dan sesuai kebutuhan. Struktur organisasi,wewenang, dan tanggung jawab pada setiap posisi dan sistem penggajiannya, meskipun masih sederhana, sudah ditegaskan dengan cukup jelas, sehingga aspek manajemen ini dapat mendukung perusahaan menjadi sebuah usaha yang layak untuk diusahakan.

Dari sudut aspek sosial ekonomi usaha ini dapat diputuskan layak untuk dijalani. Banyak pihak yang memperoleh manfaat dari usaha tapioka ini. Selain kenaikan pendapatan, usaha ini juga mampu menyerap tenaga kerja yang diperoleh dari masyarakat sekitar sehingga secara tidak langsung mengurangi jumlah pengangguran.

Dokumen terkait