• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Atribut

Dalam dokumen PEMETAAN KAWASAN RAWAN BANJIR DI DAERAH (Halaman 38-43)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.2 Alat dan Bahan

3.3.2 Analisis Data

3.3.2.2 Analisis Atribut

Dua proses paling penting dalam analisis data yaitu pengskoran dan pembobotan. Dua proses tersebut dilakukan setelah proses klasifikasi nilai dalam tiap parameter. Setelah kedua proses tersebut selesai, dilanjutkan dengan tahap analisis tingkat kerawanan banjir.

1. Pengskoran

Pengskoran dimaksudkan sebagai pemberian skor terhadap masing-masing kelas dalam tiap parameter. Pemberian skor ini didasarkan pada pengeruh kelas tersebut tehadap banjir. Semakin tinggi pengeruhnya terhadap banjir, maka skor yang diberikan akan semakin tinggi.

a. Pemberian Skor Kelas Kemiringan

Kemiringan lahan semakin tinggi maka air yang diteruskan semakin tinggi. Air yang berada pada lahan tersebut akan diteruskan ke tempat yang lebih rendah semakin cepat, dibandingkan lahan yang kemiringannya rendah (landai). Sehingga kemungkinan terjadi penggenangan atau banjir pada daerah yang derajat kemiringan lahannya tinggi semakin kecil (Tabel 2).

Tabel 2 Skor untuk kelas kemiringan lahan

No Kelas Skor 1 Datar (0% - 3%) 9 2 Berombak (3% - 8%) 7 3 Bergelombang (8% - 15%) 5 4 Berbukit Kecil (15% - 30%) 3 5 Berbukit (30% - 45%) 1 6 Berbukit curam/terjal (>45%) 0 Sumber: Primayuda (2006)

b. Pemberian Skor Kelas Tinggi

Kelas ketinggian mempunyai pengaruh terhadap terjadinya banjir. Berdasarkan sifat air yang mengalir mengikuti gaya gravitasi yaitu mengalir dari daerah tinggi ke daerah rendah. Dimana daerah yang mempunyai ketinggian yang lebih tinggi lebih berpotensi kecil untuk terjadi banjir. Sedangkan daerah dengan

ketinggian rendah lebih berpotensi besar untuk terjadinya banjir. Pemberian skor pada kelas ketinggian yang lebih tinggi lebih kecil daripada skor untuk kelas ketinggian yang rendah.

Tabel 3 Skor untuk kelas tinggi

No Kelas Skor 1 0m – 12,5m 9 2 12,5m – 25m 7 3 25m – 50m 5 4 50m -75m 3 5 75m – 100m 1 6 >100m 0 Sumber: Utomo (2004)

c. Pemberian Skor Kelas Tekstur Tanah

Tanah dengan tekstur sangat halus memiliki peluang kejadian banjir yang tinggi, sedangkan tekstur yang kasar memiliki peluang kejadian banjir yang rendah. Hal ini disebabkan semakin halus tekstur tanah menyebabkan air aliran permukaan yang berasal dari hujan maupun luapan sungai sulit untuk meresap ke dalam tanah, sehingga terjadi penggenangan. Berdasarkan hal tersebut, maka pemberian skor untuk daerah yang memiliki tekstur tanah yang semakin halus semakin tinggi (Tabel 3).

Tabel 4 Skor untuk kelas tekstur tanah

No Kelas Skor 1 Sangat halus 9 2 Halus 7 3 Sedang 5 4 Kasar 3 5 Sangat kasar 1 Sumber: Primayuda (2006)

d. Pemberian Skor Kelas Permeabilitas (Drainase) Tanah

Drainase tanah yang terhambat memiliki peluang kejadian banjir yang tinggi disebabkan aliran air tidak dapat meresap ke dalam permukaan tanah dengan lancar sehingga berpotensi menimbulkan terjadinya genangan. Sebaliknya drainase tanah yang cepat memperkecil kemungkinan terjadi banjir.

23

Tabel 5 Skor untuk kelas drainase tanah

No Kelas Skor

1 Terhambat 9

2 Agak Terhambat 7

3 Agak Terhambat - Sedang 5

4 Sedang 3

5 Cepat 1

Sumber: Nurjanah (2005) (Modifikasi)

e. Pemberian Skor Kelas Penutupan Lahan

Penggunaan lahan akan mempengaruhi kerawanan banjir suatu daerah. Penggunaan lahan akan berperan pada besarnya air limpasan hasil dari hujan yang telah melebihi laju infiltrasi. Daerah yang banyak ditumbuhi oleh pepohonan akan sulit mengalirkan air limpasan. Hal ini disebabkan besarnya kapasitas serapan air oleh pepohonan dan lambatnya air limpasan mengalir disebabkan tertahan oleh akar dan batang pohon, sehingga kemungkinan banjir lebih kecil daripada daerah yang tidak ditanami oleh vegetasi (Tabel 6).

Tabel 6 Skor untuk kelas penutupan lahan

No Kelas Skor

1 Sawah, tanah terbuka 9

2 Pertanian lahan kering, permukiman 7

3 Semak, belukar, alang-alang 5

4 Perkebunan 3

5 Hutan 1

6 Awan dan bayangan awan 1

Sumber: Primayuda (2006)

f. Pemberian Skor Kelas Curah Hujan

Daerah yang mempunyai curah hujan yang tinggi akan lebih mempengaruhi terhadap kejadian banjir. Berdasarkan hal tersebut, maka pemberian skor untuk daerah curah hujan tersebut semakin tinggi. pemberian skor kelas curah hujan dibedakan berdasarkan jenis data curah hujan tahunan, dimana data curah hujan dibagi menjadi lima kelas (Tabel 7).

Tabel 7 Skor untuk kelas curah hujan

No Kelas Skor 1 > 3000mm (Sangat basah) 9 2 2501mm – 3000mm (Basah) 7 3 2001mm – 2500mm (Sedang/lembab) 5 4 1501mm – 2000mm (Kering) 3 5 < 1500mm (Sangat kering) 1 Sumber: Primayuda (2006)

g. Pengskoran Kelas Buffer Sungai

Semakin dekat jarak suatu wilayah dengan sungai, maka peluang untuk terjadinya banjir semakin tinggi. Oleh karena itu, pemberian skor akan semakin tinggi dengan semakin dekatnya jarak dengan sungai (Tabel 8).

Tabel 8 Skor untuk kelas buffer sungai

No Kelas Jarak Buffer Skor

1 Sangat rawan 0 – 25m 7

2 Rawan >25m – 100m 5

3 Agak rawan >100m – 250m 3

Sumber: Primayuda (2006)

2. Pembobotan

Pembobotan adalah pemberian bobot pada peta digital terhadap masing – masing parameter yang berpengaruh terhadap banjir. Makin besar pengaruh parameter terhadap kejadian banjir maka bobot yang diberikan semakin tinggi (Tabel 9).

Tabel 9 Bobot parameter penyebab banjir

No Parameter Bobot

1 Kemiringan lahan 0,20

2 Kelas ketinggian 0,10

3 Tekstur tanah 0,20

3 Permeabilitas (Drainase) tanah 0,10

4 Curah hujan 0,15

5 Penggunaan lahan 0,15

6 Buffer sungai 0,10

Sumber: Primayuda (2006) (Modifikasi)

3. Analisis Tingkat Kerawanan dan Resiko Banjir

Analisis ini ditujukan untuk penentuan nilai kerawanan dan resiko sutu daerah terhadap banjir. Nilai kerawanan suatu daerah tehadap banjir ditentukan dari total penjumlahan skor seluruh parameter yang berpengaruh tehadap banjir. Nilai kerawanan ditentukan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:

Keterangan:

K = Nilai kerawanan

Wi = Bobot untuk parameter ke-i

Xi = Skor kelas pada parameter ke-i n

X = ∑

(Wi x Xi) i=1

25

Menurut Kingma (1991) untuk menetukan lebar interval masing-masing kelas dilakukan dengan membagi sama banyak nilai-nilai yang didapat dengan jumlah interval kelas yang ditentukan dengan persamaan sebagai berikut:

Keterangan:

i = Lebar interval

R = Selisih skor maksimum dan skor minimum

n = Jumlah kelas kerawanan banjir

Daerah yang sangat rawan terhadap banjir akan mempunyai total nilai yang tinggi dan sebaliknya daerah yang tidak rawan terhadap banjir akan mempunyai total nilai yang rendah. Dari tabel 10 menunjukkan tingkat kerawanan banjir berdasarkan nilai kerawanan penjumlahan skor masing-masing parameter banjir.

Tabel 10 Nilai tingkat kerawanan banjir

No Tingkat Kerawanan Banjir Total Nilai

1 Sangat rawan 6,75 – 9

2 Rawan 4,5 – 6,75

3 Tidak Rawan 2,25 – 4,5

4 Aman < 2,25

Masing-masing kelas kerawanan banjir tersebut mempunyai kharakteristik Banjir yang dapat dilihat berdasarkan frekuensi, durasi, dan kedalaman kejadian banjir. (Tabel 11)

Tabel 11 Nilai kharakteristik kerawanan banjir

Kharakteristik Banjir

No. Kelas Kerawanan

Frekuensi Durasi Kedalaman (m)

1 Aman Tidak pernah banjir - -

2 Tidak Rawan/ Rendah 1 – 2 tahun - -

3 Rawan/Sedang 1 – 2 tahun 1 – 2 hari 0,5 – 1.0

4 Sangat Rawan/Tinggi Setiap tahun 2 – 15 hari 0,5 – 3.0

Sumber: Nurjanah (2005) dan Primayuda (2006)

Dalam dokumen PEMETAAN KAWASAN RAWAN BANJIR DI DAERAH (Halaman 38-43)

Dokumen terkait