• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

C. Analisis Bahasa Jurnalistik

Penulisan berita tidak mutlak selalu benar dan bersandar pada KBBI, EYD, dan SOP. Sehingga sering ditemukan salah ejaan, kata-kata mubazir, penulisan paragraf terdiri dari satu kalimat, dan sebagainya. Hal ini bisa saja terjadi karena faktor deadline yang tinggi.

Peneliti meneliti teks berita utama surat kabar Republika bulan Desember 2008. Tujuannya untuk mengetahui seberapa jauh penggunaan bahasa jurnalistik atau bahasa jurnalistik Indonesia di surat kabar tersebut.

Untuk membantu dalam penelitian, peneliti menyediakan ciri bahasa jurnalistik yang dikemukakan Kunjana Rahardi. Hasil penelitian akan disajikan dalam sebuah tabel. Tabel tersebut berisi paragraf, data kalimat dan analisis bahasa jurnalistiknya.

Selanjutnya peneliti menghitung modus masing-masing ketidaksesuaian dengan ciri bahasa jurnalistik. Modus menunjukkan frekuensi terbesar pada suatu kelompok data. Modus tersebut merupakan frekuensi yang paling sering muncul. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui ketidaksesuaian yang sering muncul

objek yang diteliti dengan ciri bahasa jurnalistik. Hasil penelitian dan pembahasannya lebih lanjut sebagai berikut:

Berita 1

Berita pertama adalah Berita utama surat kabar Republika tanggal 1 Desember 2008. Berita yang disajikan oleh koran tersebut berjudul Produksi Padi Terus Naik. Berita tersebut terdiri dari 14 paragraf dan 40 kalimat. Analisis datanya adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Analisis bahasa jurnalistik berita utama 1 Desember 2008

Paragraf Data Kalimat Analisis

1 Produksi padi tahun 2008 diperkirakan naik 5,4 persen

atau merupakan yang

tertinggi dalam 20 tahun terakhir.

Paragraf pertama melanggar ciri tidak mubazir. Pembuktiannya ialah kata merupakan menurut hemat peneliti seharusnya di buang. Tanpa adanya kata tersebut

tidak mengurangi makna

sebenarnya, bahkan terlihat lebih ringkas.

Kalimat tersebut menjadi sebagai berikut:

Produksi padi tahun 2008 diperkirakan naik 5,4 persen atau yang tertinggi dalam 20 tahun terakhir.

2 Presiden Susilo Bambang

Yudhoyono mengklaim

pertanian maju pesat sejak

program revitalisasi

pertanian diluncurkan tiga tahun lalu. Buktinya, kata dia, Indonesia berhasil swasembada beras dan jagung.

Paragraf dua tidak ada kesalahan

atau tidak ada masalah.

Pembuktiannya ialah kalimat tersebut spesifik, jelas makna, komunikatif, hemat kata dan tidak ada kata mubazir.

komunikatif artinya kalimat di samping tidak berbelit-belit dan

langsung pada pokok

permasalahan. Spesifik maksudnya disusun oleh kalimat-kalimat pendek. Jika kita mengamatinya paragraf di samping masing-masing kalimat tersusun kurang dari 20 kata. Hal ini memudahkan pembaca mengerti maksud yang disampaikan oleh wartawan dalam tulisannya.

teguh prinsip ekonomi kata. Maknanya jelas dan mudah ditangkap, dan tidak terdapat kata-kata mubazir.

3 Adapun kenaikan 5,4 persen tahun ini merupakan yang tertinggi dalam 20 tahun terakhir.

Paragraf tiga melanggar ciri tidak mubazir. Kata adapun pada kalimat kedua menurut hemat penulis dihilangkan. Tanpa adanya kata adapun makna kalimat kedua tetap sama. Sehingga kalimat kedua menjadi sebagai berikut: Kenaikan 5,4 persen tahun ini merupakan yang tertinggi dalam 20 tahun terakhir.

4 Keberhasilan ini, kata

presiden, merupakan buah kerja kerja keras petani, penyuluh, dan pemerintah. “Mari, jadikan Indonesia sebagai lumbung pangan dunia,” kata Presiden pada acara Jambore dan Festival Karya Penyuluh Pertanian II

Paragraf empat tidak ada kesalahan atau tidak ada masalah. Pembuktiannya ialah kalimat-kalimat di samping mudah ditangkap maksudnya. Serta kalimatnya tidak berbunga-bunga dan tidak melenceng dari pokok isi berita.

di Cibodas, Cianjur, Jawa Barat, Ahad (30/11).

5 Presiden tak terima jika pertanian dikatakan gagal. “Kalau dikatakan pertanian gagal, sakit saudara-saudara. Sakit para bupati, sakit para gubernur, sakit kita semua,” kata Presiden pada acara yang dihadiri 4.500 penyuluh dari seluruh Indonesia itu.

Paragraf lima tidak ada kesalahan atau tidak ada masalah. Isi paragraf lima bersifat spesifik, mudah ditangkap maksudnya, tidak terdapat kata-kata mubazir dan hemat kata.

6 Menteri Pertanian Anton

Apriyanto mengatakan

produksi bahan pangan lain juga meningkat. Produksi

jagung, misalnya,

diperkirakan 15,86% juta ton atau meningkat 19,6%. Kedelai, kelapa sawit, dan daging, kata Anton, juga diperkirakan naik.

Paragraf enam melanggar ciri tidak mubazir. Dapat dilihat pada kalimat ketiga. Menurut hemat penulis kata seperti kata Anton

seharusnya dihilangkan.

Alasannya ialah pada kalimat pertama telah disebutkan bahwa

Menteri Pertanian Anton

Apriyanto Mengatakan….dst. Sehingga kata “kata Anton” tidak perlu digunakan lagi, sebab sudah merujuk pada kalimat pertama.

7 Untuk tahun depan, meski ada krisis keuangan global, tetap Rp 33 triliun.

Kalimat di samping melanggar ciri tidak mubazir. Pembuktiannya ialah Kata untuk dalam kalimat tersebut sebaiknya dihilangkan saja. Kalimat tersebut menjadi lebih ringkas apabila kata untuk

dihapus. Kalimat tersebut menjadi: Tahun depan, meski ada krisis keuangan global, tetap Rp 33 triliun.

8 Sementara itu, Dirut Perum Bulog, Mustafa Abubakar, mengatakan, Indonesia sudah bisa mengekspor beras pertengahan 2009.

Paragraf delapan melanggar ciri tidak mubazir. Seharusnya kata

sementara itu dibuang saja, karena tanpa adanya kata sementara itu

tidak mengurangi makna kalimat pertama dalam paragraf kedelapan. Sehingga kalimat pertama pada paragraf kedelapan ialah:

Dirut Perum Bulog, Mustafa Abubakar, mengatakan, Indonesia sudah bisa mengekspor beras pertengahan 2009.

yang memungkinkan ekspor.

Ketiga, Februari dan Maret 2009 akan ada panen beras musim rendengan.

tidak mubazir. Menurut hemat

penulis kata setidaknya

dihilangkan, karena tanpa adanya

kata setidaknya tidak

menghilangkan makna sebenarnya. Sehingga bunyi kalmiat pertama pada paragraf sembilan ialah:

Ada tiga kondisi yang

memungkinkan ekspor.

Kalimat tersebut melanggar ciri tidak mubazir. Pembuktiannya ialah Penggunaan kata akan pada kalimat disamping bisa dihapus. Alasannya ialah kata akan

menunjukan arti masa yang akan datang atau waktu yang akan datang. Sedangkan keterangan waktu dalam kalimat tersebut sudah jelas yaitu Februari dan Maret. Jadi kalimat tersebut menjadi sebagai berikut:

Ketiga, Februari dan Maret 2009 ada panen beras musim rendengan.

10 Yang diekspor, kata Mustafa, adalah beras premium yang memiliki harga kompetitif di pasar internasional, seperti Cianjur, Pandan Wangi, dan Organik (SRI).

Setelah itu, beras medium, seperti Ciherang dan IR III.

Paragraf sepuluh melanggar ciri spesifik dan ekonomi kata atau hemat kata. Kalimat pertama melanggar ciri spesifik, kalimat tersebut bisa menjadi dua kalimat. Seharusnya menurut hemat penulis kalimat tersebut menjadi sebagai berikut:

Mustafa Mengatakan beras yang diekspor ialah beras premium yang memiliki harga kompetitif di pasar internasional. Seperti Cianjur, Pandan Wangi, dan Organik (SRI). Kata adalah pada kalimat pertama tidak tepat, karena kata adalah

digunakan untuk menunjukkan sebuah definisi. Kata adalah

diganti oleh kata ialah.

Kata setelah itu pada kalimat kedua dihilangkan saja dan lebih baik diganti dengan kata

kemudian. Alasannya ialah prinsip ekonomi kata atau hemat kata.

11 “Kita bisa ekspor ke negara yang letak geografisnya dekat dengan Indonesia, seperti Timor Leste, Filipina, Malaysia, Brunei, Singapura, dan Hong Kong,” kata Mustafa.

Paragraf sebelas tidak ada kesalahan dalam segi spesifik, jelas makna, hemat kata, komunikatif dan tidak mubazir. Tetapi, ada satu kesalahan yaitu dalam satu paragraf terdiri dari satu kalimat. Seharusnya paragraf terdiri sedikitnya dua kalimat. 12 Pengamat ekonomi pertanian

Bustanul Arifin, mengatakan, tak masalah bila pemerintah hendak melakukan ekspor, asalkan harga stabil dan kebutuhan dalam negeri tercukupi. “Yang jelas, jangan sampai kita ekspor beras, tetapi rakyat kelaparan. Selain itu yang berhak melakukan ekspor beras hanya Bulog dengan

pengawasan ketat

pemerintah,” katanya.

Paragraf dua belas tidak ada masalah atau tidak ada kesalahan. Pembuktiannya ialah kalimat disampaikan dengan mudah dapat dipahami oleh khalayak umum

(pembaca). Selain itu,

menyampaikan pengertian atau makna informasi secara langsung dengan menghindari bahasa yang berbunga-bunga. Sehingga kalimat tersebut tidak melanggar prinsip spesifik, komunikatif, jelas makna, hemat kata dan tidak mubazir.

lahan pertanian menyusut 40-70 ribu hektare per tahun. Kebanyakan lahan tersebut dialihfungsikan menjadi perumahan, perkantoran, dan pusat perbelanjaan. Padahal, membuat sawah baru tak mudah karena perlu tanah

yang cocok dengan

pengairan baik. “Pemerintah seharusnya bersikap tegas dalam mengamankan lahan pertanian,” katanya.

masalah atau tidak ada kesalahan. Pembuktiannya ialah dilihat dari segi komunikatif kalimat tersebut tidak berbelit-belit. Paragraph di samping disusun oleh kalimat yang singkat dan padat informasi (spesifik). Dilihat dari segi jelas makna, kalimat di samping mudah ditangkap maksudnya tidak menimbulkan makna yang bukan sebenarnya. Selain itu, kata-kata dalam kalimat di samping berciri minim karakter (hemat kata) dan tidak terdapat kata-kata mubazir. 14 Soal revitalisasi pertanian,

Bustanul Arifin menilai belum sepenuhnya berhasil.

“Produksi padi yang

meningkat memang

merupakan indikasi bahwa revitalisasi pertanian berjalan cukup baik. Tapi, masih perlu diperbaiki. Sebab,

Paragraf empat belas tidak ada masalah atau tidak ada kesalahan. Maksudnya kalimat tersebut disusun oleh kalimat-kalimat yang komunikatif, spesifik, jelas makna, dan tidak terdapat kata-kata yang mubazir. Kalimat di samping menyampaikan makna secara langsung dengan menghindari

masih banyak bahan pangan kita yang bergantung dari luar negeri, seperti impor kedelai dan daging sapi,” katanya.

bahasa yang berbunga-bunga.

Tabel 2. Ketidaksesuaian berita utama 1 Desember 2008 dengan ciri bahasa jurnalistik

No. Ciri-ciri Bahasa Jurnalistik Frekuensi

1 Komunikatif -

2 Spesifik 1

3 Hemat Kata 1

4 Jelas Makna -

5 Tidak Mubazir dan Tidak Klise 7

Dalam berita utama tanggal 1 Desember 2008. Ciri tidak mubazir dan tidak klise merupakan yang sering dilanggar. Buktinya ialah dari 40 kalimat yang diteliti, terdapat tujuh kalimat yang melanggar ciri bahasa jurnalistik tidak mubazir dan tidak klise. Satu kalimat yang melanggar ciri bahasa jurnalistik spesifik dan hemat kata.

Berita 2

Berita kedua adalah Berita utama surat kabar Republika tanggal 9 Desember 2008. Berita yang disajikan oleh koran tersebut berjudul ‘Indonesia Butuh Keteladanan’. Berita tersebut terdiri dari 12 paragraf dan 32 kalimat. Analisis datanya adalah sebagai berikut:

Tabel 3. Analisis bahasa jurnalistik berita utama 9 Desember 2008 Paragraf Data Kalimat Analisis

1 Keteladanan Nabi Ibrahim dan Ismail, kata Nuh, sangat patut dijadikan inspirasi.

Paragraf pertama melanggar ciri tidak mubazir. Buktinya dapat dilihat pada kalimat terakhir paragraf tersebut. Menurut hemat penulis kata sangat patut seharusnya ditulis patut saja, sehingga lebih sederhana. Kalimat tersbut menjadi sebagai berikut:

Keteladanan Nabi Ibrahim dan Ismail, kata Nuh, patut dijadikan inspirasi.

2 Nuh mengatakan, Ibrahim telah memperlihatkan keikhlasan melaksanakan perintah menyembelih anaknya, Ismail.

Paragraf dua melanggar ciri tidak mubazir. Pembuktiannya ialah kata

telah seharusnya dihilangkan. Alasan lainnya ialah bahasa Indonesia tidak mengenal bentuk kata lampau.

berikut:

Nuh mengatakan, Ibrahim

memperlihatkan keikhlasan

melaksanakan perintah

menyembelih anaknya, Ismail. 3 Dalam konteks kekinian,

pengorbanan Ibrahim dan

Ismail itu dapat

diwujudkan dalam

kesediaan melepaskan apa

saja yang dianggap

berharga-seperti deposito, jabatan, dan kedudukan-demi kepentingan yang lebih besar.

Paragraf tiga tidak ada masalah dalam segi spesifik, komunikatif, jelas makna, hemat kata dan tidak mubazir. Tetapi terdapat kesalahan yaitu paragraf terdiri dari satu kalimat. Seharusnya paragraf sedikitnya terdiri dua kalimat.

4 Pengorbanan seperti ini, dinilai Nuh merupakan investasi yang baik untuk masa depan. “Sanggupkah kita mengorbankan itu? Insya Allah kita semua bisa. Allah yang mengganti pengorbanan itu.”

Paragraf empat tidak ada kesalahan atau tidak ada masalah. Kalimatnya menghindari penjelasan yang panjang dan bertele-tele. Membuang kata-kata mubazir dan menerapkan ekonomi kata.

5 Shalat Idul Adha di Masjid Istiqlal, antara lain, dihadiri Presiden Susilo Bambang

Yudhoyono, Wakil

Presiden Jusuf Kalla, menteri-menteri Kabinet Indonesia Bersatu (KIB), duta besar negara sahabat, dan masyarakat umum.

Paragraf lima melanggar ciri tidak mubazir. Menurut hemat peneliti kata antara lain dapat dihilangkan. Tanpa kehadiran kata tersebut makna kalimat pada paragraf kelima tetap sama. Kalimat tersebut menjadi sebagai berikut:

Shalat Idul Adha di Masjid Istiqlal dihadiri Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Wakil Presiden Jusuf Kalla, menteri-menteri Kabinet Indonesia Bersatu (KIB), duta besar negara sahabat, dan masyarakat umum.

6 Nuh mengibaratkan

kehidupan seperti sebuah sekolah. Ada murid, guru,

dan proses belajar

mengajar. “Guru bangsa tidak hanya mengajarkan bagaimana menghadapi

dan menyelesaikan

masalah, tapi juga

Paragraf enam tidak ada kesalahan atau tidak ada masalah. Kalimatnya langsung pada pokok masalah (to the point), tidak memboroskan waktu pembaca. Maksudnya tidak baur dan tidak kabur. Kalimat tersebut bisa dimengerti oleh semua pembaca baik kalangan atas, menengah, dan bawah. Inti dari

memberikan contoh yang nyata dan tegas. Indonesia butuh keteladanan guru bangsa,” katanya.

paragraf tersebut ialah Indonesia butuh keteladanan.

7 Tugas umat, kata dia, adalah mencari jawaban,

bukan mempersoalkan

persoalan.

Paragraf tujuh melanggar ciri ekonomi kata. Buktinya adalah kata

adalah pada kalimat kedua

seharusnya diganti dengan kata

ialah. Selain itu penggunaan kata

adalah dalam kalimat tersebut tidak tepat, karena kata adalah lazim digunakan untuk menunjukkan definisi.

8 Pada Idul Adha tahun ini, Masjid Istiqlal menerima 15 sapi dan 218 kambing.

Paragraf delapan melanggar ciri tidak mubazir. Menurut hemat peneliti kata pada dalam kalimat tersebut dihilangkan saja dan maknanya pun tetap sama tidak berubah. Sehingga bunyi kalimat tersebut ialah:

Idul Adha tahun ini, Masjid Istiqlal menerima 15 sapi dan 218 kambing.

khutbah Idul Adha di Stadion Siliwangi, Cimahi, Jawa Barat, Ketua Umum PP Muhammadiyah, Din Syamsuddin, menyatakan esensi Idul Adha adalah gerakan tauhid. “Dengan gerakan tauhid, umat Islam

dapat bangkit dari

keterpurukan.” Kata Din, ada sejumlah watak yang perlu dimiliki oleh bangsa

ini untuk bangkit.

Diantaranya, tidak

mementingkan diri sendiri.

masalah. Kalimat di samping menceritakan peristiwa di tempat berbeda. Tetapi, masih dalam konteks peristiwa yang sama yaitu Idul Adha. Kalimatnya tidak berbelit-belit, disusun dengan kalimat yang singkat. Mudah

ditangkap maksudnya dan

menggunakan kata yang

mengandung makna sebenarnya.

10 Ketua PBNU, Said Agil Siradj, lebih menekankan pada aspek kelembutan

ajaran Islam saat

menyampaikan khutbah Idul Adha di Masjid Raya Jakarta Islamic Center.

Melanggar ciri tidak mubazir. Kata

lebih menekankan seharusnya ditulis

menekankan saja, sehingga bunyi kalimat tersebut ialah:

Ketua PBNU, Said Agil Siradj, menekankan pada aspek kelembutan ajaran Islam saat menyampaikan khutbah Idul Adha di Masjid Raya

Jakarta Islamic Center. 11 Dia juga meminta umat

Islam berkorban dengan mengesampingkan hal-hal yang bersifat parsial (furu’iyah). “Itu hanya

membuang waktu dan

energi, yang seharusnya kita gunakan untuk berpikir dan bekerja demi kemajuan dan kemaslahatan umat.”

Paragraf sebelas melanggar ciri jelas makna. Kalimat pertama terdapat kata “parsial (furu’iyah)” seharusnya kata tersebut dijelaskan terlebih dahulu. Sehingga semua pembaca mengetahui maksud atau makna kalimat tersebut. Surat kabar di baca oleh semua kalangan sehingga dalam penyajian kalimatnya harus dimengerti oleh semua kalangan pembaca.

12 Di Masjid Al-Azhar,

Jakarta Selatan, Menteri Pemuda dan Olahraga, Adhyaksa Dault, yang

menjadi khatib,

menyatakan, kecintaan dan ketaatan kepada Allah

menuntut kesiapan

berkorban. Dia mengkritik pengorbanan umat Islam yang dinilainya menurun.

Paragraf dua belas tidak ada kesalahan atau tidak ada masalah. Kalimat di samping tidak berbelit-belit sehingga pembaca tidak perlu menganalisisnya ketika membaca. Kalimatnya jelas makna, tidak terdapat kata mubazir, spesifik, dan memegang teguh prinsip ekonomi kata.

“Umat Islam enggan ke masjid, namun ringan ke

shopping center.”

Tabel 4. Ketidaksesuaian berita utama 9 Desember 2008 dengan ciri bahasa jurnalistik

No. Ciri-ciri Bahasa Jurnalistik Frekuensi

1 Komunikatif -

2 Spesifik -

3 Hemat Kata 1

4 Jelas Makna 1

5 Tidak Mubazir dan Tidak Klise 5

Dalam berita utama tanggal 9 Desember 2008. Ciri tidak mubazir dan tidak klise merupakan yang sering dilanggar. Buktinya ialah dari 32 kalimat yang diteliti, terdapat lima kalimat yang melanggar ciri bahasa jurnalistik tidak mubazir dan tidak klise. Masing-masing satu kalimat yang melanggar ciri bahasa jurnalistik hemat kata dan jelas makna.

Berita 3

Berita ketiga adalah Berita utama surat kabar Republika tanggal 17 Desember 2008. Berita yang disajikan oleh koran tersebut berjudul RUU Minerba Disahkan. Berita tersebut terdiri dari 14 paragraf dan 30 kalimat. Analisis datanya adalah sebagai berikut:

Paragraf Data Kalimat Analisis

1 Pembahasan Rancangan

Undang-Undang (RUU)

Mineral dan Batu Bara (Minerba) yang dimulai sejak 4 Juli 2005, akhirnya ketok palu, kemarin.

Paragraf satu melanggar ciri tidak mubazir. Pembuktiannya ialah kata akhrinya ketok palu

seharusnya diganti dengan kata

berakhir atau ditutup. Sehingga kalimat tersebut menjadi:

Pembahasan Rancangan Undang-Undang (RUU) Mineral dan Batu Bara (Minerba) yang dimulai sejak 4 Juli 2005, berakhir/ditutup, kemarin.

2 “Meskipun tidak tercapai kesepakatan secara bulat, RUU tetap disahkan,” kata pimpinan Sidang Paripurna DPR, Muhaimin Iskandar, menutup sidang, Selasa (16/12).

Dilihat dari segi spesifik, komunikatif, hemat kata, jelas makna dan tidak mubazir kalimat di samping tidak ada masalah. Kalimatnya tidak berbunga-bunga sehingga pembaca tidak perlu menganalisisnya ketika membaca. Pembaca akan mengetahui isi dari kalimat di samping tanpa

membaca berulang-ulang.

makna kalimat sudah jelas yaitu

meskipun tidak tercapai

kesepakatan bulat RUU Minerba tetap disahkan.

3 Saat menyampaikan

pandangan, Menteri ESDM,

Purnomo Yusgiantoro,

mengatakan, keberadaan UU Minerba itu untuk menjaga supaya iklim usaha di sektor pertambangan umum tetap terjaga.

Paragraf tiga terdapat kesalahan yaitu singkatan ESDM pada paragraf tersebut tidak dijelaskan. Seharusnya menurut hemat penulis

singkatan ESDM tersebut

dijelaskan seperti berikut:

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).

Kalimat disamping melanggar ciri ekonomi kata dan tidak mubazir. Pembuktiannya ialah kata itu untuk seharusnya dihilangkan saja. Karena kata tersebut merupaka kata mubazir. Apabila kata itu untuk dihapus, kalimat di samping akan enak dibaca.

Pembuktian selanjutnya

penggunaan kata supaya diganti oleh kata agar. Alasannya ialah

bahasa jurnalistik harus memegang teguh prinsip ekonomi kata. Kalimat tersebut menjadi sebagai berikut:

Saat menyampaikan pandangan, Menteri Eneregi dan Sumber Daya

Mineral (ESDM), Purnomo

Yusgiantoro, mengatakan,

keberadaan UU Minerba menjaga agar iklim usaha di sektor pertambangan umum tetap terjaga.

4 Dia juga menegaskan,

kontrak yang sudah berjalan selama ini tetap dihormati. “Kita ingin menghormati kontrak yang sudah ada untuk menjaga iklim usaha,” paparnya. Namun, sejumlah pasal dalam kontrak lama tetap akan disesuaikan dengan UU yang baru. “Isi

(kontrak lama) akan

disesuaikan, kecuali untuk

Paragraf empat tidak ada masalah. Pembuktiannya kalimat-kalimat yang terdapat dalam paragraf empat langsung pada pokok

permasalahan seputar UU

Minerba. Kalimat-kalimatnya bersifat spesifik (disusun dengan kalimat-kalimat yang singkat). Kalimat-kalimatnya berciri hemat kata dan tidak terdapat kata

mubazir. Maknanya dapat

penerimaan Negara.” pembaca tanpa harus menganalisisnya lagi.

5 Usai sidang, Dirjen Mineral Batu Bara dan Panas Bumi

Departemen ESDM,

Bambang Setiawan,

menjelaskan, pasal-pasal yang diperdebatkan dalam UU Minerba sebenarnya sudah diatur. “Kalau

bentuknya perjanjian

pengusahaan, kontrak yang berbentuk izin usaha akan tetap berlaku.”

Paragraf lima tidak ada masalah. Paragraf lima tidak melenceng dari topik pembahasan mengenai UU Minerba. Masih memperkuat paragraf-paragraf sebelumnya. Kalimatnya tidak disusun dengan kalimat yang berbunga-bunga dan tidak berbelit-belit sehingga pembaca mudah membacanya.

Pembaca mudah mengetahui

maksud paragraf lima tanpa harus mengerutkan dahi. Kalimatnya tidak terdapat kata yang mubazir dan menerapkan prinsip ekonomi kata.

6 Ketua Komite Tetap Kadin Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral, Herman Afif Kusumo, menilai, UU itu lebih menjamin kedaulatan Negara dan pengusaha

Paragraf enam melanggar ciri ekonomi kata. Pembuktiannya ialah kata Ketua Komite Tetap Kadin Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral seharusnya menjadi

nasional atas pengusahaan pertambangan.

ESDM.

7 “Kalau ada asing yang

protes, wajar saja. Tapi, semua persoalan bisa dibicarakan melalui dialog dan duduk bersama dengan pemerintah,” katanya.

Paragraf tujuh tidak ada masalah. Kalimat di samping tersusun oleh kalimat-kalimat yang pendek dan singkat. Menggunakan makna yang sebenarnya. Kalimatnya tidak membahas kepada persoalan yang lain. Pembaca mudah

menangkap maksud yang

disampaikan oleh wartawan melalui tulisannya.

8 Herman juga mengatakan,

ketentuan peralihan UU Minerba yang menyebutkan keberadaan Kontrak Karya (KK) dan Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batu Bara (PKP2B) sudah merupakan jaminan bagi

kepastian hukum di

Indonesia. “Kita harus menghormati, jangan sampai

Paragraf delapan tidak ada masalah. Paragraf di samping disusun oleh kalimat-kalimat yang tidak bertele-tele. Tidak melenceng ke pembahasan lain. bSelain itu, tidak memboroskan waktu pembaca untuk menangkap isi pesan yang terkandung dalam kalimat. Karena maksud yang disampaikan melalui tulisan tersebut mudah ditangkap oleh

mereka lari.” pembaca. Sehingga pembaca tidak

perlu berulang-ulang

membacanya. Kalimat yang

terdapat dalam paragraf delapan tidak terdapat kata-kata yang mubazir.

9 Pengelolaan pertambangan

menurutnya, mesti saling menguntungkan, sehingga sumber daya alam dapat

Dokumen terkait