• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis bahasa jurnalistik berita utama surat kabar republika edisi Desember 2008

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis bahasa jurnalistik berita utama surat kabar republika edisi Desember 2008"

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS BAHASA JURNALISTIK BERITA UTAMA

SURAT KABAR REPUBLIKA EDISI DESEMBER 2008

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh

Aris Takomala

NIM

105051101999

KONSENTRASI JURNALISTIK

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

ANALISIS BAHASA JURNALISTIK BERITA UTAMA SURAT KABAR

REPUBLIKA EDISI DESEMBER 2008

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi

untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh

Aris Takomala NIM 105051101999

Di bawah Bimbingan

Dra. Mahmudah Fitriah ZA, M. Pd NIP 19640212 199703 2 001

KONSENTRASI JURNALISTIK

KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(3)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul ANALISIS BAHASA JURNALISTIK BERITA

UTAMA SURAT KABAR REPUBLIKA EDISI DESEMBER 2008 telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 4 Juni 2009. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I.) pada Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, program studi Konsentrasi Jurnalistik.

Jakarta, 4 Juni 2009

Sidang Munaqasyah

Ketua merangkap anggota, Sekretaris merangkap anggota,

Drs. Wahidin Saputra, MA NIP 19700903 199

Rubiyanah, MA NIP 19730822 199803 2 001

Anggota, Penguji 1

Dra. Rini Laili Prihatini, M. Si NIP 150275288

Penguji 2

Drs. Suhaimi, M. Si NIP 19670906 199403 1 002

Pembimbing

(4)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 25 Mei 2009

(5)

ABSTRAK

Aris Takomala Analisis Bahasa Jurnalistik Berita Utama Surat Kabar Republika Edisi Desember 2008

Jurnalistik merupakan kegiatan mencari, meliput, menulis, mengolah, dan menyebarkan berita kepada khalayak melalui pers. Sedangkan pers ialah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik. Dalam pengertian luas pers ialah media massa.

Persoalan bahasa sangat penting dalam proses kerja jurnalistik. Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif untuk menyampaikan informasi atau berita. Suatu informasi tidak akan sampai kepada pembaca jika bahasa tidak digunakan secara baik dan benar.

Bahasa yang digunakan wartawan dalam media massa disebut bahasa jurnalistik atau bahasa pers. Bahasa jurnalistik merupakan salah satu ragam bahasa kreatif dari bahasa Indonesia. Bahasa tersebut memiliki ciri-ciri khusus yang membedakan antara bahasa ilmiah dan sehari-hari. Sosok bahasa jurnalistik digunakan untuk berita atau laporan yang sedang terjadi hari ini atau sekarang ini. Bukan untuk berita yang terjadi di masa-masa lampau atau berita yang sudah lama untuk diangkat oleh media massa.

Surat kabar merupakan media massa yang berbentuk lembaran-lembaran. Dalam penyampaian informasinya surat kabar dituntut menggunakan bahasa yang baik dan benar. Disamping itu, dapat diterima oleh masyarakat yang berintelektual minimal. Dalam hal bahasa, banyak kalangan menganggapnya sebagai hal sepele. Kesalahan ejaan sering ditemukan, penggunaan kalimat-kalimat rancu juga sering dijumpai. Kata-kata mubazir masih terdapat dalam penulisan berita, bahkan masih terdapat kalimat yang berbelit-belit. Begitu juga surat kabar Republika tidak luput dari kesalahan tersebut.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan bahasa surat kabar

Republika. Peneliti mengambil sampel pada berita utama Republika. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Sedangkan jenis penelitiannya ialah analisis deskriptif. Jenis deskriptif peneliti gunakan untuk memberikan gambaran mengenai penggunaan bahasa jurnalistik di surat kabar Republika. Dalam pengumpulan datanya peneliti melakukan wawancara. Selain itu, peneliti meneliti langsung teks berita utama Republika.

(6)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT,

dengan rahmat dan inayahNya skripsi “ANALISIS BAHASA JURNALISTIK

BERITA UTAMA SURAT KABAR REPUBLIKA EDISI DESEMBER 2008”

selesai pada waktunya. Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada Nabi

akhir zaman yaitu Nabi Muhammad SAW, keluarganya, dan sahabatnya.

Skirpsi ini merupakan tugas akhir yang harus ditempuh oleh mahasiswa

dan mahasiswi. Selain itu, merupakan salah satu syarat memperoleh gelar strata 1

di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis menyadari dalam penyelesaian skripsi ini, banyak bantuan dan

dorongan semangat dari berbagai pihak. Pada kesempatan kali ini penulis

mengucapkan rasa terima kasih kepada:

1. Kedua orang tua penulis yaitu Bapak Sutomo dan Ibu Engkom yang

membesarkan dan mendidik penulis. Serta selalu memberikan

dorongan dan nasihat kepada penulis. Dan yang paling utama adalah

do’a beliau yang tulus untuk penulis sehingga allhamdullillah akhirnya

skripsi selesai tepat pada waktunya.

2. Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif hidayatullah Jakarta

Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, M.A.

3. Dr. Arif Subhan, M.A Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi

(7)

4. Ketua Konsentrasi Jurnalistik Drs. Suhaimi M.Si dan Sekretaris

Konsentrasi Jurnalistik Rubiyanah M.A.

5. Dra. Mahmudah Fitriyah, M.Pd yaitu pembimbing penulis dalam

menyelesaikan skripsi. Penulis mengucapkan terima kasih banyak.

6. Bapak Fahmi Bagian Sekretariat Redaksi dan Bapak Elba Damhuri

sebagai Wakil Redaktur Pelaksana Republika terima kasih telah

menerima penulis melakukan penelitian di Republika.

7. Dosen-dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi.

8. Pimpinan beserta karyawan perpustakaan IISIP Jakarta, perpustakaan

utama serta perpustakaan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

9. Keluarga kakak penulis yaitu Sri Komala Sari dan suaminya Deni

Effendi. Serta kedua putranya Rama dan Fakhri terima kasih do’a dan

semangatnya. Terima kasih atas segala yang telah diberikan kepada

penulis.

10.Saudara-saudara penulis terima kasih atas do’anya.

11.A. R. Wildan terima kasih telah memperbaiki komputer penulis ketika

ada masalah. Lukman dan Dodi terima kasih waktunya mengajarkan

bahasa Arab kepada penulis. Nanda dan Akbar yang selalu membuat

penulis tertawa. Serta teman-teman yang berada di kostan Lukman

terima kasih banyak.

12.Teman-teman angkatan 2005 dari A-Z (Akbar, Wildan, Alfan, Angga,

(8)

Irma, Tedi, Istianah, Lastri, Liga, Lukman, Adit, Arifin, Maya, Nanda,

Rina, Pessi, Bunga, Syaiful, Rini, Aya, Ummu, Wilda, Yudin, Yefhy

dan Zulfah) terima kasih semuanya. Kalian semua teman terbaik dan

tidak akan penulis lupakan. Maaf apabila ada yang tidak penulis

sebutkan.

13.Teman-teman BATIK terima kasih banyak bantuan dan semangat yang

kalian berikan kepada saya.

14.Teman-teman jurnalistik angkatan 2004 serta angkatan 2006, 2007 dan

2008.

15.Radio Dakwah dan Komunikasi yang selalu menjadi tempat

menghilangkan kepenatan ketika menghampiri penulis.

16.Teman-teman penulis yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu.

Terima kasih semuanya.

17.Serta pihak-pihak yang membantu penulis yang tidak disebutkan satu

per satu. Penulis mengucapkan terima kasih banyak

Semoga Allah SWT membalas kebaikan bagi orang-orang yang membantu

penulis dalam penyusunan skripsi ini. Kepada Allah SWT juga penulis memohon

taufiq dan hidayahNya semoga skripsi ini bermanfaat. Amin.

Jakarta, 25 Mei 2009

(9)

DAFTAR ISI A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan Masalah dan Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

D. Metodologi Penelitian ... 8

E. Tinjauan Kepustakaan ... 12

F. Pedoman Penulisan ... 14

G. Sistematika Penulisan ... 14

BAB II TINJAUAN TEORETIS A. Ruang Lingkup Media Massa Cetak ... 16

1. Pengertian Media Massa Cetak ... 16

2. Pengertian Berita ... 19

3. Pengertian Berita Utama ... 22

4. Komposisi Berita ... 22

B. Ruang Lingkup Bahasa Jurnalistik ... 25

1. Pengertian Bahasa Jurnalistik ... 25

2. Ciri-ciri Bahasa Jurnalistik ... 29

3. Ketentuan Bahasa Jurnalistik ... 31

4. Ekonomi Kata ... 32

5. Pedoman Bahasa Jurnalistik ... 33

BAB III GAMBARAN UMUM SURAT KABAR HARIAN REPUBLIKA A. Sejarah Singkat Republika ... 38

B. Visi dan Misi Republika ... 40

C. Struktur Redaksi Republika ... 42

D. Profile Pembaca ... 49

E. Alur Proses Kerja Redaksi Hingga Pembaca ... 50

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Penggunaan Bahasa dalam Surat Kabar Republika ... 51

(10)

C. Analisis Bahasa Jurnalistik Berita Utama Republika Edisi

Desember 2008 ... 54

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 91 B. Saran ... 93

(11)

DAFTAR TABEL

1. Tabel 1. Analisis Bahasa Jurnalistik Berita Utama 1 Desember 2008 ... 55 2. Tabel 2. Ketidaksesuaian Berita Utama 1 Desember 2008 dengan Ciri

Bahasa Jurnalistik ... 64 3. Tabel 3. Analisis Bahasa Jurnalistik Berita Utama 9 Desember 2008 ... 65 4. Tabel 4. Ketidaksesuaian Berita Utama 9 Desember 2008 dengan Ciri

Bahasa Jurnalistik ... 71 5. Tabel 5. Analisis Bahasa Jurnalistik Berita Utama 17 Desember 2008 ... 71 6. Tabel 6. Ketidaksesuaian Berita Utama 17 Desember 2008 dengan Ciri

Bahasa Jurnalistik ... 80 7. Tabel 7. Analisis Bahasa Jurnalistik Berita Utama 26 Desember 2008 ... 80 8. Tabel 8. Ketidaksesuaian Berita Utama 26 Desember 2008 dengan Ciri

Bahasa Jurnalistik ... 88 9. Tabel 9. Ketidaksesuaian Berita Utama 1, 9, 17, dan 26 Desember 2008

(12)

DAFTAR GAMBAR (ILUSTRASI)

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

H. Latar Belakang Masalah

Kegiatan jurnalistik sebenarnya telah berlangsung lama. Sejarah

menyebutkan bahwa kegiatan jurnalistik dimulai saat pemerintahan Romawi

Kuno di bawah pimpinan Julius Caesar. Saat itu terdapat sebuah papan

pengumuman yang disebut Forum Romanum. Berbagai macam keputusan dan

informasi penting ditempelkan pada papan pengumuman tersebut. Tujuanya ialah

agar penduduk Roma (Italia) mengetahui informasi atau keputusan yang dibuat

oleh pemerintahan Kaisar Julius Cesar.

Menurut isinya papan pengumuman ini dapat dibedakan atas dua macam.

Pertama, Acta Senatus yang memuat laporan-laporan singkat sidang senat dan

keputusan-keputusannya. Kedua, Acta Diurna yang memuat keputusan-keputusan

dari rapat-rapat rakyat dan berita lainnya.1

Jurnalistik adalah kegiatan mencari, menggali, mengumpulkan, mengolah,

memuat dan menyebarkan berita melalui media berkala pers yakni surat kabar,

tabloid atau majalah kepada khalayak seluas-luasnya dengan secepat-cepatnya.2

Perkembangan berikutnya jurnalistik dapat dikelompokan menjadi jurnalistik

media cetak, radio, televisi dan on line. Tetapi, Jurnalistik dilihat dari segi bentuk

dan pengelolaannya dibagi kedalam tiga bagian besar yailtu jurnalistik media

cetak, jurnalistik media elektronik auditif (radio) dan jurnalistik media

1

Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2006), h. 17.

2

(14)

audiovisual (televisi). Jurnalistik media cetak meliputi jurnalistik surat kabar

harian, jurnalistik surat kabar mingguan dan jurnalistik majalah.

Dunia jurnalistik saat ini mengalami perkembangan khususnya di

Indonesia. Hal ini disebabkan karena terbukanya pintu kebebasan pers yang

sebelumnya ditutup oleh kekuasaan. Sebelumnya kebebasan tertutup oleh

kekuasaan pemerintah. Terbukanya kebebasan saat ini menimbulkan banyak

sekali media-media pers yang muncul baik itu media cetak maupun elektronik.

Pers dalam arti luas disebut media massa. Pers menurut Undang-undang

Pokok Pers No. 40/1999 adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa

yang melaksanakan kegiatan jurnalistik meliputi mencari, memperoleh, memiliki,

menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan,

suara, gambar, suara dan gambar, serta data dan grafik maupun dalam bentuk

lainnya dengan menggunakan media cetak, media elektronik, dan segala jenis

saluran yang tersedia.3

Terbitnya berbagai media pers saat ini menimbulkan dampak positif dan

negatif. Dampak positifnya ialah kebebasan tersebut bagaikan angin segar dalam

padang pasir kekeringan. Sehingga setiap orang bebas dapat mendirikan media

dan mengeluarkan pendapat serta aspirasi. Tapi di satu sisi peningkatan jumlah

(kuantitas) penerbitan pers yang tajam tidak disertai dengan kualitas

jurnalismenya. Salah satunya adalah dalam penulisan berita yang akan

disampaikan kepada khalayak.

Media massa cetak merupakan media massa yang menyampaikan

informasinya melalui tulisan. Dalam persepektif jurnalistik, setiap informasi yang

3

(15)

disajikan harus benar, jelas dan akurat. Bahasa pers atau bahasa jurnalistik

merupakan bahasa yang dipakai dalam media massa. Bahasa jurnalistik

merupakan salah satu ragam bahasa kreatif dari bahasa Indonesia. Bahasa

jurnalistik mempunyai sifat sederhana, singkat, tunduk kepada kaidah etika dan

sebagainya.

Bahasa jurnalistik surat kabar memiliki ciri-ciri yang sangat khusus atau

spesifik. Menurut AS Haris Sumadiria ciri-ciri bahasa jurnalistik diantaranya yaitu

sederhana, singkat, padat, lugas, jelas, jernih, menarik, demokratis, populis, logis,

gramatikal, menghindari kata tutur, menghindari kata dan istilah asing, pilihan

kata (diksi) yang tepat, mengutamakan kalimat aktif, sejauh mungkin menghindari

penggunaan kata atau istilah-istilah teknis dan tunduk kepada kaidah etika.

Dalam struktur dan pola, kalimat-kalimat jurnalistik sedapat mungkin

sederhana. Sangat dihindari pemakaian kalimat yang panjang dan bertele-tele.

Kalimat yang panjang dapat mempersulit khalayak untuk memahami pesan yang

dikandungnya. Pada abad ke-17 sebuah kalimat rata-rata terdiri dari 45 kata,

kemudian menjelang abad ke-19 turun menjadi 30 kata dan sekarang malah

kurang dari 20 kata. Karena itu kalimat yang baik adalah kalimat tidak lebih dari

20 kata, tetapi juga tidak terlalu pendek. Batas minimal yang standar sekarang

tidak kurang dari delapan kata. Jadi yang baik adalah kalimat antara 8-20 kata.4

Dalam penulisan berita pun ada pedoman yang dijadikan sebagai dasar

penulisan berita. Sehingga mudah dipahami dan dapat memikat khalayak. Salah

satunya adalah penggunaan kata-kata haruslah ekonomis. Dengan membuang

kata-kata yang tidak perlu maka akan dapat dibuat kalimat pendek.

4

(16)

Tetapi dalam praktek jurnalistik sering ditemukan paragraf yang panjang

dan kata-kata yang mubazir dalam penulisan berita. Kata-kata yang mubazir dapat

ditemukan dalam judul berita, lead berita ataupun isi berita. Hal tersebut sering

dilakukan oleh wartawan-wartawan yang sudah berkerja dan berkecimpung dalam

dunia jurnalistik. Contoh bukti nyata adalah surat kabar Lampu Merah yang

sekarang berganti nama menjadi Lampu Hijau. Dalam penulisan judul dan praktik

penulisan berita tidak sesuai dengan pedoman pemakaian bahasa jurnalistik yang

telah disepakati. Ejaan bahasa Indonesia yang telah disempurnakan juga

diabaikan.

Bukan hanya pada Lampu Hijau saja di koran atau surat kabar lainya pun

sering terdapat kesalahan. Kesalahan itu seperti paragraf yang panjang, kata yang

mubazir dalam lead berita ataupun tubuh berita. Kesalahan lainnya ialah penulisan

judul yang panjang dan tidak langsung pada topik pembahasan (bertele-tele).

Contohnya adalah pada surat kabar Republika hari Jumat (7 November

2008), seperti berikut:

Eksekusi Amrozi dkk Masih Simpang Siur

Cilacap – Eksekusi hukuman mati terhadap tiga terpidana kasus Bom Bali I, Amrozi, Muchlas, dan Imam Samudra, diperkirakan akan dilaksanakan dalam tiga hari terakhir ini. Yaitu, antara Jumat (7/11) dini hari, Sabtu (8/11) dini hari, atau Ahad (9/11) dini hari. Namun, sumber Republika yang bertugas di LP Batu Nusakambangan, Cilacap, menduga eksekusi akan dilaksanankan pada Sabtu dini hari. "Sabtu dini hari itu paling kecil resikonya. Kalau dilaksanakan Jumat dini hari, siang akan ada shalat Jumat. Ini riskan. Sedangkan bila dilaksanakan Ahad dini hari, acara pemakaman di kampung halaman mereka juga banyak dihadiri warga karena hari libur. Ini juga sangat riskan. Jadi, yang paling kecil resikonya adalah Sabtu dini hari," jelas sumber tersebut di Dermaga Wijaya Pura, Cilacap, Kamis (6/11).

Kata-kata yang digarisbawahi seharusnya tidak dicantumkan. Kata

‘hukuman mati’ sebenarnya sudah terkandung dalam kata sebelumnya yaitu

(17)

‘terhadap’. Kata tersebut merupakan kata mubazir karena kata ‘terhadap’

maknanya terkadung pada kata ‘tiga terpidana kasus Bom Bali I.’

Kata ‘akan’ yang diberi tanda garis bawah seharusnya dibuang, karena

kata ‘akan’ mengacu pada masa yang akan datang. Dalam kalimat tersebut makna

kata tersebut sudah terkandung pada kata ‘tiga hari terakhir yaitu Jumat dini hari,

Sabtu dini hari dan Minggu dini hari’. Kata ‘antara’ merupakan kata mubazir

karena tanpa adanya kata tersebut makna kalimat tidak berkurang. Maksudnya

pembaca mengetahui maksud kalimat tersebut tanpa adanya kata ‘antara’. Kata

‘akan’ pada kalimat ketiga, kata tersebut sudah terkandung dalam kata ‘Sabtu dini

hari’. Begitu juga kata atau frasa ‘pada’ bisa dihapus karena menunjukan waktu.

Frasa itu sudah terkandung pada kata/frasa ‘Sabtu dini hari.’

Contoh lainnya terdapat dalam Republika hari Jumat (31 Oktober 2008).

Dalam berita tersebut terdapat kalimat yang panjang seperti berikut:

Mantan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Fahmi Idris mengaku telah terjadi banyak penyimpangan di Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Depnakertrans).

Fahmi mengatakan hal itu ketika ditemui di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Kamis (30/10), setelah batal bersaksi dalam sidang perkara dugaan korupsi proyek pengembangan sistem pelatihan dan pemagangan di Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Depnakertrans).

Menurut hemat peneliti sebaiknya paragraf terdiri dari sedikitnya dua

kalimat bukan satu kalimat. Selain itu kedua paragraf tersebut bisa menjadi satu

paragraf saja. Selanjutnya kata Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi pada

kalimat kedua tidak perlu disebutkan lagi akan tetapi cukup ditulis Depnakertrans.

Alasannya adalah agar tidak terjadi pengulangan kata, selain itu pada kalimat

(18)

Kesalahan lainnya adalah penggunaan kata ‘telah’. Bahasa Indonesia

bebas dari bentuk kata lampau. Hal ini berbeda dengan bahsasa Inggris. Sehingga

kata ‘telah’ bisa dihilangkan. Bunyi paragraf tersebut setelah diperbaiki seperti

berikut:

Mantan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Fahmi Idris mengaku

terjadi banyak penyimpangan di Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi

(Depnakertrans). Hal itu diungkapkannya ketika ditemui di Pengadilan Tindak

Pidana Korupsi, Kamis (30/10), setelah batal bersaksi dalam sidang perkara

dugaan korupsi proyek pengembangan sistem pelatihan dan pemagangan di

Depnakertrans.

Dari beberapa latar belakang yang peneliti sampaikan, peneliti tertarik

untuk menganalisis bahasa jurnalistik dalam surat kabar. Sehingga peneliti

memberikan judul pada penelitian ini adalah:

Analisis Bahasa Jurnalistik Berita Utama Surat Kabar Republika

Edisi Desember 2008.”

I. Pembatasan Masalah dan Rumusan Masalah

Penelitian ini memfokuskan pada berita utama Republika. Peneliti

membatasi penelitiannya pada berita utama Republika yang menjadi headline.

Dalam penelitian ini, peneliti tidak semua meneliti berita utama. Peneliti hanya

meneliti empat berita utama surat kabar tersebut yang menjadi headline. Empat

berita yang dijadikan bahan penelitian ini diambil dari setiap minggu pada bulan

Desember 2008. Alasannya untuk mengetahui penulisan berita hari Senin, Selasa,

(19)

Peneliti meneliti berita utama pada setiap minggu yang terdapat di bulan

Desember 2008. Minggu pertama peneliti mengambil sampel Republika hari

Senin, 1 Desember 2008. Minggu kedua yang menjadi sampelnya adalah

Republika yang terbit tanggal 9 Desember 2008. Minggu ketiga yaitu Republika

hari Rabu, 17 Desember 2008. Terakhir ialah Republika yang terbit hari Kamis,

25 Desember 2008.

Dalam penelitian ini peneliti meneliti teks berita berita utama. Penelitian

ini hanya memfokuskan untuk meneliti Judul, lead dan tubuh berita. Apakah

sesuai dengan ciri bahasa jurnalistik yaitu komunikatif, spesifik, hemat kata, jelas

makna, tidak mubazir dan tidak klise.

Peneliti merumuskan beberapa masalah diantaranya yaitu:

A. Bagaimana penggunaan bahasa dalam surat kabar Republika?

B. Apakah penggunaan bahasa jurnalistik digunakan dengan baik dalam

surat kabar Republika?

C.

Seberapa banyak ketidaksesuaian ciri bahasa jurnalistik yaitu

komunikatif, spesifik, hemat kata, jelas makna, tidak mubazir dan tidak

klise yang terdapat dalam surat kabar Republika?

J. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan penelitian

a) Tujuan Akademis

Penelitian ini merupakan syarat untuk memperoleh gelar strata 1 (S-1)

(20)

b) Tujuan Praktis

Untuk mengetahui penulisan berita dalam berita utama Republika, dan

mengetahui bagaimana penerapan bahasa jurnalsitik di surat kabar

Republika.

2. Manfaat Penelitian

a) Manfaat Akademis

Sebagai tambahan referensi bagi studi-studi yang akan datang dalam

bidang jurnalistik, khususnya mengenai bahasa jurnalistik.

b) Manfaat Praktis

Kajian tentang bahasa jurnalistik diharapkan memberikan kontribusi

positif dalam penulisan berita. Selain itu, penelitian ini diharapkan

akan menjadi bahan masukan untuk menambah wawasan bagi praktisi,

wartawan, pihak-pihak yang terlibat dalam pers maupun orang yang

berminat dalam dunia jurnalistik pada umumnya.

K. Metodologi Penelitian

1. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian wawancara

mendalam (Depth Interviews).

2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah deskriptif. Menurut

Rachmat Kriyantono dalam bukunya Metodologi Riset Komunikasi,

menyebutkan bahwa jenis penelitian ini bertujuan membuat deskripsi

(21)

populasi atau objek tertentu.5 Jenis deskriptif peneliti gunakan untuk

memberikan gambaran mengenai penggunaan bahasa jurnalistik di surat

kabar Republika.

3. Pendekatan

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kualitatif.

4. Tempat dan Waktu

Tempat pelaksanaan penelitian adalah kantor surat kabar Republika

Jl. Warung Buncit Raya No. 37 Jakarta Selatan 12510. Untuk mencari data

yang diperlukan peneliti mencari data-data di surat kabar terkait. Waktu

dalam melaksanakan penelitian ini adalah selama empat bulan yaitu dari

bulan Januari sampai April 2008.

5. Subjek

Bahan penelitian adalah subjek penelitian. Menurut Suharsimi

Arikunto menyebutkan bahwa subjek penelitian adalah subjek yang dituju

untuk diteliti oleh peneliti.6 Dalam penelitian ini Bahan yang dijadikan

penelitian adalah surat kabar Republika edisi Desember 2008.

6. Objek

Objek penelitian dalam penelitian ini adalah berita utama surat

kabar Republika edisi Desember 2008. Di sini berita yang diriset ialah

berita yang menjadi headline di halaman depan bulan Desember 2008.

5

Rachmat Kriyantono, Metodologi Riset Komunikasi: Disertai Contoh Praktis Riset Media, Public Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006), h. 69.

6

(22)

7. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif sebagai instrumen penelitian adalah

peneliti. Selain itu alat bantu lainnya dalam penelitian ini adalah alat tulis

dan buku-buku yang menunjang terhadap penelitian yang dilakukan.

Peneliti dalam meneliti sudah mempunyai konsep. Konsep tersebut

ialah ciri-ciri bahasa jurnalistik. Ciri-ciri bahasa jurnalistik mengadaptasi

dari Kunjana Rahardi. Ciri-ciri bahasa jurnalistik tersebut adalah:

a) Komunikatif, artinya bahasa jurnalistik tidak berbelit-belit tetapi

langsung pada pokok permasalahan.

b) Spesifik, artinya bahasa jurnalistik disusun dengan kalimat-kalimat

yang singkat-singkat.

c) Hemat kata, artinya memegang teguh prinsip ekonomi kata.

Bentuk-bentuk kebahasaan yang digunakan dalam bahasa jurnalistik sedapat

mungkin berciri minim karakter kata atau sedikit jumlah hurufnya.

d) Jelas makna, sedapat mungkin menggunakan kata yang mengandung

makna sebenarnya (denotatif).

e) Tidak mubazir dan tidak klise. Bentuk mubazir menunjuk pada kata

atau frasa yang sebenarnya dapat dihilangkan dari kalimat yang

menjadi wadahnya, dan peniadaan kata-kata tersebut tidak mengubah

arti/maknanya. Kata-kata klise atau stereotype ialah kata-kata yang

berciri memenatkan, melelahkan, membosankan, terus hanya

begitu-begitu saja, tidak ada inovasi, tidak ada variasi, hanya

(23)

8. Teknik Pemeriksaan dan Keabsahan Data

Teknik yang digunakan dalam pemeriksaan dan keabsahan data

adalah ketekunan pengamatan. Ketekunan pengamatan berarti peneliti

secara serius mengamati dan menulis data-data yang ada. Ketekunan

pengamatan ini dilakukan untuk meningkatkan kredibilitas atau tingkat

kepercayaan dalam penelitian ini.

Penelitian ini intinya mengamati teks-teks berita utama Republika

yang menjadi headline. Melalui ketekunan pengamatan peneliti

mengamati teks-teks berita, mencari secara konsisten data-data yang tidak

sesuai, memeriksa dan mengolah data tersebut.

9. Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini metode pengumpulan datanya adalah:

a) Mendokumentasikan isi komunikasi yang akan diriset. Misalnya

dengan mengkliping surat kabar dan berita-berita yang akan diriset.

b) Wawancara.

c) Studi Pustaka.

10.Teknik Analisis Data

Setelah data terkumpul peneliti mengkonstruksi wawancara ke

dalam bentuk kata-kata. Peneliti juga meneliti teks berita, kemudian

memasukkan data tersebut ke dalam tabel beserta analisisnya. Tabel

dimaksudkan untuk mengetahui berapa banyak ketidaksesuaian dengan

ciri bahasa jurnalistik. Ciri bahasa jurnalistik tersebut ialah komunikatif,

(24)

L. Tinjauan Kepustakaan

Peneliti melakukan observasi ke beberapa perpustakaan, diantaranya

adalah perpustakaan IISIP Jakarta. Di perpustakan tersebut peneliti mendapatkan

banyak skripsi yang meneliti penulisan bahasa dalam berita. Penelitian yang sama

telah dilakukan oleh mahasiswa dari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Penelitian tentang peninjauan penulisan berita dan peninjuan Bahasa

Jurnalistik sebelumnya dilakukan oleh beberapa peneliti yang ingin meneliti

penggunaan Bahasa Jurnalistik. Salah satu contohnya adalah Febby S. Lewenussa

dari IISIP Jakarta. Skripsinya berjudul Pemenuhan Syarat Penulisan Berita

Lingkungan Hidup dan Penggunaan Bahasa Indonesia Jurnalistik di Rubrik

Lingkungan Surat Kabar Media Indonesia Edisi Agustus-Oktober 2004.

Penelitiannya memfokuskan pada penggunaan Bahasa Indonesia Jurnalistik pada

rubrik lingkungan surat kabar Media Indonesia.

Penelitian lainnya dilakukan oleh Ratna Indrawati dari IISIP Jakarta.

Penelitiannya berjudul Penerapan Bahasa Jurnalistik pada Berita Utama Surat

Kabar Poskota April 1998. Hasil penelitiannya ialah 22 kalimat dari 228 kalimat

yang diteliti menerapkan kaidah bahasa jurnalistik atau sebesar 9,7%. Sedangkan

206 kalimat atau 90,3% tidak menerapkan kaidah bahasa jurnalistik.

Selain itu penelitian lainnya dilakukan oleh Masrur Ridwan dari UIN

Sunan Kalijaga Yogyakarta. Penelitiannya berjudul Penggunaan Bahasa

Jurnalistik dalam Artikel Mahasiswa KPI (Studi Analisis Isi Pada Kolom "Suara

Mahasiswa" Harian Umum Kedaulatan Rakyat).

Hasil penelitian memperlihatkan kalangan mahasiswa KPI yang menulis di

(25)

menggunakan kalimat pendek. Pembuktiannya ialah terdapat 46% kalimat yang

sesuai dengan teori penggunaan kalimat pendek jurnalistik. Untuk penggunaan

kalimat aktif, kalangan mahasiswa KPI kurang mahir dalam menggunakan

kalimat aktif. Pembuktiannya ialah 86% kalimat yang sesuai dengan teori

penggunaan kalimat aktif jurnalistik. Untuk penggunaan ekonomi kata, kalangan

mahasiswa KPI yang menulis di kolom "Suara Mahasiswa" Harian Umum

Kedaulatan Rakyat belum mahir dalam menggunakan ekonomi kata.

Pembuktiannya, hanya 76% kalimat yang sesuai dengan teori penggunaan

ekonomi kata dalam dalam kalimat jurnalistik.

Perbedaan penelitian yang peneliti lakukan dengan penelitian sebelumnya

ialah dalam hal konsepnya. Peneliti sebelumnya lebih memfokuskan kepada

penggunaan kalimat aktif, penggunaan kalimat pendek, hemat kata dan

sebagainya. Sedangkan penelitiannya yang peneliti lakukan lebih memfokuskan

kepada ciri komunikatif, spesifik, hemat kata, jelas makna, dan tidak mubazir dan

tidak klise.

Adapula buku yang membahas bahasa jurnalistik diantaranya ialah buku

Rosihan Anwar berjudul Bahasa Jurnalistik Indonesia. Buku tersebut membahas

ikhtisar bahasa jurnalistik Indonesia, kata-kata mubazir, ekonomi kata, dan

sebagainya. Selain itu buku Kunjana Rahardi berjudul Asyik Berbahasa

Jurnalistik Kalimat Jurnalistik dan Temali Masalahnya. Buku tersebut mengupas

tentang bahasa jurnalistik Indonesia, kalimat jurnalistik efektif, dan temali

masalah kalimat jurnalistik. Selanjutnya buku Haris Sumadiria yang berjudul

Bahasa Jurnalistik Panduan Praktis Penulis dan Jurnalis. Buku tersebut

(26)

M. Pedoman Penulisan

Penulisan skripsi ini berpedoman pada buku Pedoman Penulisan Karya

Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi). Tim penulis buku tersebut ialah Hamid

Nasuhi, Ismatu Ropi, Oman Fathurahman, M. Syairozi Dimyati, Netty Hartati,

dan Syopiansyah Jaya Putra. Buku tersebut diterbitkan oleh CeQDA (Center for

Quality Development and Assurance) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta tahun 2007.

N. Sistematika Penulisan

BAB I Pendahuluan. Bab ini berisi tentang latar belakang masalah,

pembatasan dan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan

kepustakaan, pedoman penulisan, dan metode penelitian.

BAB II Tinjauan Teoretis. Bab ini berisi ruang lingkup media massa cetak

yang terdiri dari pengertian media massa cetak, pengertian berita, pengertian

berita utama, dan komposisi berita. Serta ruang lingkup bahasa Jurnalistik yang

terdiri dari pengertian bahasa jurnalistik, ciri bahasa jurnalistik, ketentuan bahasa

jurnalistik, ekonomi kata, dan pedoman bahasa jurnalistik.

BAB III Gambaran Umum Surat Kabar Harian Republika. Bab ini berisi

sejarah singkat Republika, visi dan misi Republika, struktur organisasi, profil

pembaca serta diagram alur kerja redaksi hingga ke pembaca.

BAB IV Analisis Data dan Pembahasan. Bab ini menjelaskan penggunaan

bahasa jurnalistik surat kabar Republika, penggunaan bahasa jurnalistik berita

utama Republika, dan analisis bahasa jurnalistik berita utama Republika.

(27)

Daftar Pustaka

(28)

BAB II

TINJAUAN TEORETIS

C. RUANG LINGKUP MEDIA MASSA CETAK

1. Pengertian Media Massa Cetak

Surat kabar merupakan salah satu media massa cetak. Isi utama dalam

media massa cetak ini adalah berita. Surat kabar menyajikan berbagai macam

informasi dari segala aspek bidang kehidupan. Hal ini dikarenakan saat

sekarang masyarakat butuh akan informasi.

Kebutuhan masyarakat saat ini bukan hanya kebutuhan primer dan

sekunder. Tetapi ada satu kebutuhan yang saat ini menjadi kebutuhan yang

harus dipenuhi oleh masyarakat. Kebutuhan itu adalah kebutuhan akan

informasi.

Pada zaman ini informasi menjadi unsur dominan. Sehingga peran dari

industri pers cetak maupun elektronik sangatlah vital. Melalui sarana perslah,

semua informasi bisa disebarkan secara efektif dan efisien menjangkau ke

seluruh pelosok wilayah dunia, bahkan tanpa batas geografis, kepada ratusan

juta umat manusia yang menjadi audience pada saat yang sama.7

Informasi dapat disebarkan secara cepat melalui pers. Masyarakat tidak

sulit untuk mendapatkan informasi tersebut. Mereka tinggal melihat program

berita di televisi atau membaca koran, maka informasi akan didapat oleh

mereka.

7

Prija Djatmika, Strategi Sukses Berhubungan dengan Pers dan Aspek-aspek Hukumnya

(29)

Informasi sangat dibutuhkan untuk berbagai kepentingan yang sifatnya

sangat mendasar. Untuk memperoleh informasi tersebut masyarakat

mencarinya lewat media massa. Baik itu media massa cetak, media massa

elektronik atau media massa online (internet).

Media massa cetak merupakan media massa yang berbentuk tulisan

cetak. Bentuk dari media massa tersebut diantaranya adalah surat kabar

(Koran), majalah, tabloid, bulletin dan sebagainya.

Surat kabar adalah terbitan berkala (biasanya harian) yang berisi berita

yang dimultiplikasi secara massal.8 Menurut Onong Uchjana Effendy surat

kabar adalah:

”Lembaran tercetak yang memuat laporan yang terjadi di masyarakat, dengan ciri-ciri: terbit secara periodik, bersifat umum, isinya termasa atau aktual, mengenai apa saja dan dari mana saja di seluruh dunia, yang mengandung nilai untuk diketahui khalayak pembaca.”9

Pengertian surat kabar yang lebih jelas dikemukakan oleh Kurniawan

Junaedhi. Menurut Kurniawan Junaedhie surat kabar adalah:

”Sebutan bagi penerbitan pers yang masuk dalam media massa tercetak, berupa lembaran berisi berita-berita, karangan-karangan, dan iklan dan diterbitkan secara berkala, bisa harian, mingguan, bulanan serta diedarkan secara umum. Isinya pun harus aktual. Juga harus bersipat universal, maksudnya pemberitaannya harus bersangkut paut dengan manusia dari berbagai golongan dan kalangan. Menurut jenisnya dibagi surat kabar harian berkala dan surat kabar berkala (mingguan, dwi mingguan, bulanan dan seterusnya). Juga dapat digolongkan menjadi surat kabar khusus, surat kabar umum. Juga dikenal sebutan surat kabar partai dan surat kabar independen. Yang pertama adalah sebutan bagi surat kabar yang membawakan suara partai politik atau menjadi terompet partai politik yang disokongnya. Misalnya Harian Rakyat yang diterbitkan partai komunis sebelum orde baru. Yang kedua sebutan bagi surat kabar yang tidak membawakan suara partai, atau golongan tertentu dalam masyarakat. Isi

8

R. Masri Sareb Putra, Media Cetak Bagaimana Merancang dan Memroduksi

(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007), h. 8.

9

(30)

pemberitaannya pun tidak mewakili suara partai, atau golongan tertentu dalam masyarakat.”10

Selain itu ada beberapa syarat surat kabar. Menurut Karl Batwizh

mengemukakan lima syarat surat kabar:

a. Publisitas: artinya surat kabar diterbitkan untuk publik, untuk

masyarakat umum, atau untuk siapa saja. Siapa pun boleh

membelinya dan boleh membacanya. Isinya bertujuan agar

diketahui masyarakat umum.

b. Periodisitas: artinya surat kabar tersebut terbit pada waktu yang

telah ditentukan sebelumnya. Periode terbit, jarak waktu antara dua

terbitan bersifat tetap dan teratur. Misalnya, surat kabar harian sore

terbit tiap sore hari, kecuali hari libur.

c. Aktualitas: artinya isinya aktual, belum pernah dimuat sebelumnya.

Isi buku dapat dicetak ulang. Isi surat kabar yaitu isi bidang redaksi

yakni hal-hal yang hangat (baru/aktual).

d. Universalitas: artinya isinya tidak mengenai satu persoalan saja.

Misalnya, tidak hanya mengenai olahraga. Isinya mengenai semua

persoalan yang menjadi perhatian manusia seperti pendidikan,

politik, sosial, budaya, hukum, ekonomi, dan lain-lain.

e. Kontinuitas: artinya isinya berkesinambungan. Umpamanya surat

kabar hari ini memuat berita pengadilan ketua DPR Akbar

10

(31)

Tanjung. Hendaknya pada terbitan selanjutnya memuat pula berita

persidangan Akbar Tanjung sampai vonis hakim dijatuhkan.11

Surat kabar dapat dibedakan atas periode terbit, ukuran dan sifat

penerbitannya. Dari segi periode terbit surat kabar dapat dibedakan atas dua

macam, yakni surat kabar harian dan surat kabar mingguan. Surat kabar harian

adalah surat kabar yang terbit setiap hari baik dalam bentuk edisi pagi maupun

edisi sore, sedangkan surat kabar mingguan ialah surat kabar yang terbit

paling sedikit satu kali dalam seminggu. Dari segi ukurannya, ada yang terbit

dalam bentuk plano dan ada pula yang terbit dalam bentuk tabloid. Sedangkan

isinya dapat dibedakan atas dua macam, yakni surat kabar yang bersifat umum

dan surat kabar yang bersifat khusus. Surat kabar yang bersifat umum isinya

terdiri atas berbagai macam informasi yang ditujukan kepada masyarakat

umum, sedangkan surat kabar yang bersifat khusus, isinya memiliki ciri khas

tertentu dan memiliki pembaca tertentu pula, misalnya surat kabar untuk

pedesaan, surat kabar untuk wanita dan semacamnya.12

2. Pengertian Berita

Setiap hari dalam kehidupan banyak peristiwa yang terjadi. Baik itu

dalam lingkungan yang dekat dengan kita maupun yang letak geografisnya

jauh. Begitu banyak peristiwa yang terjadi dalam satu hari dan tidak dapat

dihitung oleh kedua jari tangan.

Surat kabar menyajikan berita disetiap halamannya. Penyajian berita

tersebut dimaksudkan untuk menginformasikan kepada khalayak terhadap

11

Hoeta Soehoet, Dasar-Dasar Jurnalistik (Jakarta: Yayasan Kampus Tercinta-IISIP, 2003), h. 11.

12

(32)

suatu informasi atau kejadian. Selanjutnya adalah untuk memenuhi rasa ingin

tahu pembaca atau masyarakat.

Kehidupan tampak seperti kumpulan kejadian yang tak berbentuk,

tumpang tindih satu sama lain, saling mendorong dan mendesak. Berita adalah

susunan kejadian setiap hari sehingga masyarakat menerimanya dalam bentuk

yang tersusun dan dikemas rapi menjadi cerita, pada hari yang sama di radio

atau televisi dan keesokan hari di berbagai surat kabar.13

Berita yang layak dipublikasikan kepada masyarakat disajikan dalam

surat kabar. Berita yang dimuat dalam sebuah surat kabar merupakan peristiwa

yang terjadi dan pantas untuk disebarkan ke masyarakat. Berbagai peristiwa di

segala aspek bidang yang terjadi di bidang sosial, pendidikan, seni dan

budaya, kesehatan, lingkungan hidup, industri dan IPTEK disajikan. Karena

aspek-aspek tersebut sangatlah berpengaruh terhadap kepentingan masyarakat.

Menurut Paul de Massenner dalam buku Here's The News: Unesco

Associate menyatakan bahwa news atau berita adalah sebuah informasi yang

penting dan menarik perhatian serta minat khalayak pendengar. Charnley dan

James M. Neal menuturkan, berita adalah laporan tentang suatu peristiwa,

opini, kecenderungan, situasi, kondisi, interpretasi yang penting, menarik,

masih baru dan harus secepatnya disampaikann kepada khalayak.14

Hoeta Soehoet mengemukakan pengertian berita sebagai berikut:

a. Berita adalah keterangan mengenai peristiwa atau isi pernyataan

manusia.

13

Peter Henshall & David Ingram. MenjadiJurnalis (Yogyakarta: LKIS, 2000), h. 7.

14

(33)

b. Berita bagi seseorang adalah keterangan mengenai peristiwa atau

isi pernyataan manusia yang perlu baginya untuk mewujudkan

filsafat hidupnya.

c. Berita bagi suatu surat kabar adalah keterangan mengenai peristiwa

atau isi pernyataan yang perlu bagi pembacanya untuk

mewujudkan filsafat hidupnya. 15

Dalam persepektif jurnalistik tidak semua peristiwa yang terjadi dalam

kehidupan merupakan berita yang layak dimuat dalam suatu surat kabar. Ada

beberapa kriteria atau ciri bahwa berita itu layak dipublikasikan kepada

khalayak, antara lain:

a. Aktualitas.

b. Jarak (dekat jauhnya) peristiwa dari khalayak.

c. Penting tidaknya orang/figur yang diberitakan.

d. Keluarbiasaan peristiwa.

e. Akibat yang mungkin ditimbulkan berita itu.

f. Ketegangan dalam peristiwa.

g. Konflik dalam peristiwa.

h. Perilaku seks.

i. Kemajuan-kemajuan yang diberitakan.

j. Emosi yang ditimbulkan oleh peristiwa.

k. Humor yang terkandung dalam peristiwa.16

15

Hoeta Soehoet, h. 23.

16

(34)

3. Pengertian Berita Utama

Surat kabar dilihat dari segi isi banyak memuat berita yang terjadi pada

hari sebelum terbit. Hal ini dikarenakan sebelum diterima dan dibaca oleh

khalayak ada beberapa proses. Mulai dari proses rapat redaksi, meliput,

menulis, mengoreksi, layout, cetak dan akhirnya didistribusikan.

Suatu surat kabar seperti Republika isinya tidak hanya memuat

berita-berita politik atau berita-berita-berita-berita ekonomi saja. Akan tetapi ada surat kabar yang

memuat tema olahraga atau politik, hal tersebut tergantung dari visi, misi, dan

tujuan surat kabar masing-masing. Dalam suatu surat kabar tentunya terdapat

berita utama. Berita tersebut merupakan berita yang terpenting menurut

redaktur surat kabar dari berita-berita lainnya.

Berita utama adalah berita surat kabar, majalah, radio atau televisi,

yang dinilai terpenting untuk suatu masa penyiaran.17 A.M Hoeta Soehoet

memberikan definisi tentang berita utama. Menurutnya berita utama adalah:

”Berita yang menurut penilaian Redaktur surat kabar tersebut adalah berita terpenting dari semua berita yang disajikan dalam surat kabarnya hari itu. Sebab itu diberikannya tempat utama yang mudah dibaca, yaitu halaman pertama bagian paling atas sebelah kiri.”18

4. Komposisi Berita

Suatu berita terutama dalam media massa cetak seperti surat kabar

terdiri dari judul berita, lead, tubuh berita (isi berita), dan penutup berita.

Unsur-unsur tersebut banyak terdapat pada berita yang bersifat langsung.

Seperti berita politik, kriminal, ekonomi, peristiwa, dan sebagainya.

17

Onong Uchjana Effendy, h. 160.

18

(35)

Secara sederhana judul berita adalah kepala berita. Dalam bahasa

Inggris judul berita disebut headline. Sedangkan menurut bahasa Belanda

disebut kop.19

Dalam suatu berita, Judul berita dimaksudkan untuk mempromosikan

berita tersebut. Dia dituntut semenarik mungkin sehingga dapat menimbulkan

dan meningkatkan hasrat masyarakat untuk membaca. Selain untuk

mempromosikan berita, judul berita berfungsi untuk memperkenalkan isi

berita kepada khalayak pembaca.

Ada beberapa syarat dalam pembuatan sebuah judul berita. Menurut

fungsinya syarat judul berita adalah:

a. Judul mengandung inti terpenting dari seluruh isi berita. Ini berarti,

judul tidak boleh berbeda dengan isi berita. Judul berita

mengandung inti terpenting sebagaimana adanya. Sebaiknya, judul

berita ditulis sesudah inti berita/lead. Tujuannya, agar judul berita

sesuai dengan inti berita, bahkan keseluruhan isi berita. Selain itu,

adar dalam penulisan berita wartawan tidak terpaku pada judul,

tetapi berpatokan pada lead.

b. Judul disusun dengan bahasa yang mudah dipahami, padat dan

menarik. Judul yang panjang tidak dapat memperkenalkan isi berita

dalam waktu sekilas. Untuk membuat judul berita yang mudah

dipahami pembaca, padat dan menarik, wartawan harus menguasai

Bahasa Indonesia Jurnalistik yang baik dan benar. Selain itu,

perbendaharaan kata-katanya harus kaya.20

19

Hoeta Soehoet, Dasar-Dasar Jurnalistik, h. 78.

20

(36)

Unsur selanjutnya adalah teras berita atau lead. Teras berita adalah

paragraf pertama yang memuat fakta atau informasi terpenting dari

kelseluruhan uraian berita.21

Teras berita berisi bagian berita yang paling penting. Teras berita

(lead) dalam berita yang tidak berbentuk features umumnya berisi 5W+1H

(who, what, when, where, why, dan how). Sehingga pembaca akan mudah

mengetahui bagian terpenting dari berita yang disajikan.

Unsur selanjutnya dalam berita adalah body atau tubuh berita dan kaki

berita (penutup berita). Tubuh berita berisi hal-hal yang cukup penting dan

mendukung pada lead berita. Terakhir adalah kaki berita (penutup berita).

Bagian-bagian yang kurang penting dimasukkan dalam kaki berita.

Susunan komposisi berita tersebut umumnya dinamakan ”Piramida

Terbalik”. Bagian atas piramida terbalik merupakan bagian terpenting,

semakin ke bawah makin kurang penting. Bentuk piramida terbalik sebagai

berikut:

21

(37)

Head Line/Judul Berita

LEG

Kaki berita

BODY Tubuh Berita BRIDGE Perangkai LEAD Teras Berita

DATE LINE Titimangsa

Gambar 1: Piramida Terbalik22

D. RUANG LINGKUP BAHASA JURNALISTIK

1. Bahasa Jurnalistik

Menulis berita yang baik tidak mudah. Perlu dilakukan suatu kebiasaan

menulis sehingga membuat tulisan tersebut menjadi lebih baik. Menulis berita

dalam media massa cetak harus dapat dimengerti oleh semua pihak. Mulai dari

22

(38)

golongan pendidikan yang rendah hingga orang yang tergolong paling

berilmu.

Mengutip pernyataan TV CNN yang dikutip oleh Morissan

mengungkapkan to be understood by the truck driver while not insulting the

professor’s intelligence atau ”untuk dimengerti oleh supir truck namun tanpa

merendahkan kecerdasan sang professor.”23 Dari pernyataan diatas

menyatakan tulisan yang dimuat dalam media massa harus dapat dimengerti

oleh semua kalangan. Wartawan perlu mempertimbangkan supaya berita dapat

dimengerti masyarakat.

Surat kabar dalam menyampaikan informasinya menggunakan bahasa

secara tertulis. Bahasa di dalam media massa ibarat nyawa (terutama bagi

media cetak). Tanpa bahasa, media massa cetak tidak akan bermakna apa-apa.

Bahasa menjadi medium bagi kalangan pers untuk memotret peristiwa dan

peradaban bangsa.24

Dalam dunia jurnalistik bahasa yang digunakan dikenal dengan

sebutan bahasa jurnalistik atau bahasa pers. Bahasa jurnalistik atau bahasa

pers, merupakan salah satu ragam bahasa kreatif bahasa Indonesia. Bahasa

jurnalistik memiliki sifat-sifat khusus yang membedakannya dengan ragam

bahasa yang lain. Sifat khusus tersebut ialah singkat, padat, sederhana, lugas,

tegas, jelas, dan menarik. Anton M. Moeliono (1994), yang konsultan pusat

bahasa, pun mengatakan bahwa laras bahasa jurnalistik tergolong ragam

bahasa baku.25

23

Jani Yosef, To Be A Journalist (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), h. 121.

24

Eni Setiati, Jurnalistik Baru dalam Pemberitaan Strategi Wartawan Menghadapi Tugas Jurnalistik (Yogyakarta: Andi, 2005), h. 85-86.

25

(39)

Terbuktilah bahwa bahasa Indonesia jurnalistik tidaklah berbeda

dengan bahasa Indonesia baku. Yang membedakan antara keduanya hanyalah

penggunaannya. Karena digunakan sebagai media penyampai informasi,

bahasa yang digunakan di media massa memiliki kekhasan tersendiri

dibandingkan dengan bahasa yang digunakan untuk keperluan lain.26

Sosok bahasa di dalam ragam jurnalistik atau bahasa pers itu

sesungguhnya menunjuk pada bahasa yang dipakai untuk menyampaikan

sosok fakta, sosok laporan, sosok berita, sosok tulisan, yang terjadi terkini,

yang terjadi terbaru, yakni fakta yang memang terjadi pada hari ini, bahkan

pada sekarang ini. Jadi, bukan sosok peristiwa yang terjadi di masa-masa

lampau dan yang kini sudah lewat atau bahkan sudah usang yang mesti

diangkat di dalam media massa cetak.27

Supaya berita dapat dimengerti oleh masyarakat maka wartawan harus

menggunakan suatu bahasa dan tunduk pada kaidah-kaidah penulisan berita.

Dalam media massa bahasa tersebut disebut bahasa jurnalistik.

Menurut wartawan senior terkemuka Rosihan Anwar berpendapat

"Bahasa yang digunakan oleh wartawan dinamakan bahasa pers atau bahasa jurnalistik. Bahasa pers ialah salah satu ragam bahasa yang memiliki sifat-sifat khas yaitu singkat, padat, sederhana, lancar, jelas, lugas dan menarik. Bahasa jurnalistik harus didasarkan pada bahasa baku. Dia tidak dapat menganggap sepi kaidah-kaidah tata bahasa. Dia juga harus memperhatikan ejaan yang benar. Dalam kosa kata bahasa jurnalistik mengikuti perkembangan dalam masyarakat.”28

Menurut S. Wojowasito dari IKIP Malang berpendapat

”Bahasa jurnalistik adalah bahasa komunikasi massa sebagai tampak dalam harian-harian dan majalah-majalah. Dengan fungsi yang

26

Ibid., h. 2.

27

Kunjana Rahardi, Asyik Berbahasa Jurnalistik Kalimat Jurnalistik dan Temali Masalahnya (Yogyakarta: Santusta, 2006), h. 15-16.

28

(40)

demikian itu bahasa tersebut haruslah jelas dan mudah dibaca oleh mereka dengan ukuran intelek yang minimal, sehingga sebagian besar masyarakat yang melek huruf dapat menikmati isinya. Walaupun demikian, bahasa jurnalistik yang baik haruslah sesuai dengan norma-norma tata bahasa yang antara lain terdiri atas susunan kalimat yang benar dan pilihan kata yang cocok.”29

Dr. Yus Badudu dari Pusat Bahasa Pembinaan dan Pengembangan

Bahasa mengatakan di depan Karya Latihan Wartawan (KLW) XVII

Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Tanggal 11 November 1978:

”Bahasa surat kabar harus singkat, padat, sederhana, jelas, lugas, tetapi selalu menarik. Sifat-sifat itu harus dipenuhi oleh bahasa surat kabar mengingat bahwa surat kabar dibaca oleh lapisan-lapisan masyarakat yang tidak sama tingkat pengetahuannya. Mengingat bahwa orang tidak harus menghabiskan waktunya hanya dengan membaca surat kabar. Harus lugas, tetapi jelas, agar mudah dipahami. Orang tidak perlu mesti mengulang-ulang apa yang dibacanya karena ketidak jelasan bahasa yang digunakan dalam surat kabar itu.”30

Pendapat lainnya dari Patmono SK menyebutkan pengertian bahasa

jurnalistik. Menurutnya bahasa junalisitik ialah

”bahasa jurnalistik adalah bahasa komunikasi massa yang dipergunakan dalam majalah, surat kabar, tetevisi atau radio. Bahasa jurnalistik tidak berbeda dengan bahasa tulisan umumnya, kecuali beberapa kekhususan yang dimilikinya.”31

Dari beberapa definisi bahasa jurnalistik, dapat disimpulkan bahasa

jurnalistik adalah bahasa yang dipakai dalam media massa (majalah, surat

kabar, televisi dan radio) dan yang orang-orang yang terlibat dalam media

massa tersebut. Harus tunduk pada kaidah-kaidah tata bahasa dan mempunyai

ciri-ciri atau sifat-sifat khusus seperti singkat, padat, jelas, lugas, menarik dan

sebagainya.

29

Rosihan Anwar, Bahasa Jurnalistik Indonesia dan Komposisi (Yogyakarta: Media Abadi, 2004), h. 4.

30

Ibid., h. 4.

31

(41)

2. Ciri-ciri Bahasa Jurnalistik

Bahasa jurnalistik mempunyai karakter atau ciri-ciri yang berbeda.

Ciri-ciri tersebut membedakan antara bahasa jurnalistik dengan bahasa

akademik, bahasa sastra, bahasa gaul dan sebagainya. Menurut Kunjana

Rahardi menyebutkan beberapa ciri bahasa jurnalistik. ciri bahasa jurnalistik

tersebut adalah:

a. Komunikatif, artinya bahasa jurnalistik berciri tidak berbelit-belit,

tidak berbunga-bunga, tetapi harus terus langsung pada pokok

permasalahannya.

b. Spesifik, artinya bahasa jurnalistik disusun dengan

kalimat-kalimat pendek.

c. Hemat kata, artinya memegang teguh prinsip ekonomi kata

(economy of words).

d. Jelas makna, artinya sedapat mungkin menggunakan kata-kata

yang bermakna denotatif (makna sebenarnya).

e. Tidak mubazir dan tidak klise. 32

Selain itu, Menurut Haris Sumadiria, ciri-ciri bahasa jurnalistik adalah:

a. Sederhana.

b. Singkat.

c. Padat.

d. Lugas.

e. Jelas.

f. Jernih.

32

(42)

g. Menarik.

h. Demokratis.

i. Populis.

j. Logis.

k. Gramatikal.

l. Menghindari kata tutur.

m. Menghindari kata dan istilah asing.

n. Pilihan kata (diksi) yang tepat.

o. Mengutamakan kalimat aktif.

p. Menghindari kata atau istilah teknis.

q. Tunduk kepada kaidah etika.33

Karakteristik atau ciri tersebut merupakan hal yang harus dipenuhi

oleh bahasa jurnalistik. Karena surat kabar adalah media massa yang

menyampaikan informasinya melalui tulisan dan dibaca oleh semua kalangan

masyarakat baik itu kalangan A, B, C dan sebagainya. Selain itu tingkat

pengetahuan antara masing-masing manusia berbeda ada yang berpengetahuan

rendah, biasa-biasa dan tinggi.

Perkembangan jurnalistik khususnya di Indonesia pasca orde baru

mengalami perkembangan yang sangat pesat. Banyak media massa cetak

maupun elektronik bermunculan. Hal ini disebabkan karena pintu kebebasan

dibuka selebar-lebarnya. Sehingga banyak bermunculan media massa cetak

maupun elektronik.

33

(43)

Media massa berlomba-lomba mencari berita dan segera menyebarkan

beritanya kepada khalayak. Dalam penulisannya sering terdapat

ketidaksesuaian dengan pedoman penulisan bahasa jurnalistik atau bahasa

baku Indonesia. Sehingga terdapat kesalahan yang paling menonjol dalam

media massa cetak. Misalnya tidak ekonomi kata, kesalahan dalam ejaan,

bertele-tele dan sebagainya.

3. Ketentuan Bahasa Jurnalistik

Bahasa jurnalistik mempunyai ketentuan-ketentuan yang harus ditaati.

Ketentuan tersebut harus dilaksanakan supaya berita atau informasi yang

disampaikan kepada khlayak mudah dimengerti. Ketentuan-ketentuan tersebut

adalah:

a. Penggunaan kalimat pendek

Dalam jurnalistik, penggunaan kalimat pendek merupakan pilihan

utama. Hal itu dimaksudkan agar pokok persoalan yang

diungkapkan segera dapat dimengerti pembacanya.

b. Penggunaan kalimat aktif

Agar suatu laporan atau tulisan dapat menarik pembacanya,

wartawan harus mampu menghidupkan kalimat yang ditulisnya.

Untuk itu penggunaan kalimat aktif merupakan ketentuan yang

(44)

c. Penggunaan bahasa positif

Suatu laporan akan menarik apabila ditulis dengan bahasa positif.

Ia akan lebih hidup bila dibandingkan dengan penulisan bahasa

negatif.34

4. Ekonomi Kata

Bahasa pers atau bahasa jurnalistik harus memegang teguh prinsip

ekonomi kata (economy of words). Bentuk-bentuk kebahasaan yang digunakan

dalam bahasa jurnalistik sedapat mungkin berciri minim karakter atau sedikit

jumlah hurufnya.35

Surat kabar merupakan media massa yang berbicara tentang halaman.

Menyajikan berita dalam surat kabar harus memperhatikan ruang atau space

halamannya. Sehingga penulisan berita tidak bertele-tele dan memegang teguh

prinsip ekonomi kata. Dalam bahasa jurnalistik, prinsip ekonomi kata

menganjurkan supaya teks singkat tanpa harus merusak makna atau pesan

yang disampaikan kepada pembaca. Teks yang singkat dan mengandung pesan

yang utuh akan menghemat waktu dan tenaga pembaca dalam memahami

berita yang disampaikan.

Ada ketentuan-ketentuan yang harus kita ikuti untuk melakukan

ekonomi kata, sebagai berikut:36

a. Menghilangkan ungkapan atau peribahasa

b. Menghilangkan kata mubazir

34

Patmono SK, h. 71.

35

Kunjana Rahardi, h. 19.

36

(45)

Kata mubazir ialah kata yang dapat dihilangkan dari kalimat tanpa

kalimat itu kehilangan makna atau arti. Kata mubazir diantaranya

sebagai berikut:

i. Bahwa

ii. Adalah

iii. Telah, sedang, dan akan

Bahasa Indonesia tidak mengenal bentuk lampau kata kerja.

Berkaitan dengan tiadanya bentuk lampau, setiap kata kerja

yang dilengkapi penunjuk waktu tidak lagi memerlukan kata

telah, sedang atau akan.

iv. Untuk

v. Daridandaripada

Agar wartawan dapat menggunakan kata dari dan daripada

secara benar, kita dapat menyatakan penggunaan kata

dariipada hanya dipakai dalam perbandingan. Sedangkan kata

dari dalam jurnalistik hanya dipakai sebagai penunjuk asal dan

waktu.

vi. Di mana, hal mana, yang mana, dengan siapa, dan dari mana

5. Pedoman Bahasa Jurnalistik

Dalam penulisan bahasa jurnalistik terdapat pedoman yang harus

dilaksanakan. Salah satunya adalah pedoman yang dikeluarkan oleh Persatuan

Wartawan Indonesia (PWI) pada 10 November 1978 di Jakarta. Pedoman

tersebut terdiri dari sepuluh aturan dalam penulisan bahasa jurnalistik.

(46)

a. Wartawan Indonesia secara konsekuen melaksanakan pedoman

Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Hal ini juga harus

diperhatikan oleh para korektor karena kesalahan paling menonjol

dalam surat kabar sekarang ini ialah kesalahan ejaan.

b. Wartawan hendaknya membatasi diri dalam singkatan atau

akronim. Kalaupun ia harus menulis akronim, maka satu kali ia

harus menjelaskan dalam tanda kurung kepanjangan akronim

tersebut supaya tulisannya dapat dipahami oleh khalayak ramai.

c. Wartawan hendaknya tidak menghilangkan imbuhan, bentuk awal

atau prefiks. Pemenggalan kata awalan me dapat dilakukan dalam

kepala berita mengingat keterbatasan ruangan. Akan tetapi

pemenggalan jangan sampai dipukulratakan sehingga merembet

pula ke dalam tubuh berita.

d. Wartawan hendaknya menulis dengan kalimat-kalimat pendek.

Pengutaraan pikirannya harus logis, teratur, lengkap dengan kata

pokok, sebutan dan kata tujuan (subjek, predikat, objek). Menulis

dengan induk kalimat dan anak kalimat yang mengandung banyak

kata mudah membuat kalimat tidak dapat dipahami, lagi pula

prinsip yang harus dipegang ialah “satu gagasan atau satu ide

dalam satu kalimat”.

e. Wartawan hendaknya menjauhkan diri dari ungkapan klise atau

stereotype yang sering dipakai dalam transisi berita seperti

kata-kata sementara itu, dapat ditambahkan, perlu diketahui, dalam

(47)

atau bunyi yang selalu sama saja), dan sekaligus dia menerapkan

ekonomi kata atau penghematan dalam bahasa.

f. Wartawan hendaknya menghilangkan kata mubazir seperti adalah

(kata kerja kopula), telah (penunjuk masa lampau), untuk (sebagai

terjemahan to dalam bahasa Inggris), dari (sebagai terjemahan of

dalam hubungan milik), bahwa (sebagai kata sambung) dan bentuk

jamak yang tidak perlu diulang.

g. Wartawan hendaknya mendisiplinkan pikirannya supaya jangan

campur aduk dalam satu kalimat bentuk pasif (di) dengan bentuk

aktif (me).

h. Wartawan hendaknya menghindari kata-kata asing dan

istilah-istilah yang terlalu teknis ilmiah dalam berita. Kalaupun terpaksa

menggunakannya, maka satu kali harus dijelaskan pengertian dan

maksudnya.

i. Wartawan hendaknya sedapat mungkin menaati kaidah tata bahasa.

j. Wartawan hendaknya ingat bahasa jurnalistik ialah bahasa yang

komunikatif dan spesifik sifatnya, dan karangan yang baik dinilai

dari tiga aspek yaitu isi, bahasa, dan teknik persembahan.37

Dalam bahasa jurnalistik, sedikitnya terdiri dari tiga yaitu kata, kalimat

dan paragraf (alinea). Ada aturan-aturan dalam menulis ketiga unsur tersebut.

Selain itu ada beberapa hal yang diperhatikan dalam bahasa jurnalisitk untuk

menyusun suatu kalimat. Seperti koherensi, penggunaan kata dan sebagainya.

37

(48)

Kata adalah kumpulan abjad yang disusun teratur sehingga dapat

memberikan makna.38 Kata ada beberapa bentuk diantaranya adalah kata

dasar, kata berimbuhan, kata ulang dan kata majemuk.

Dalam dunia pers, kata yang digunakan dalam penulisa berita

mempunyai ciri-ciri khas, yaitu:

a. Kata yang digunakan harus mudah dimengerti. Artinya setiap kata

yang digunakan itu mudah dipahami pembaca dan pendengar.

b. Kata yang digunakan harus dinamis. Kata yang ditampilkan harus

memberikan arti yang lebih hidup, lebih bersemangat, sesuai

dengan kondisi dan situasi pernyataan yang akan disampaikan.

c. Kata yang muncul harus demokratis.39

Selanjutnya adalah kalimat, karena suatu bahasa tersusun dari kata dan

kemudian menjadi kalimat. Dalam kaidah bahasa, kalimat ialah penggabungan

kata yang mengandung arti.40

Saat menulis suatu berita wartawan atau para insan jurnalis harus

memegang prinsip-prinsip atau aturan dalam menyusun kalimat. Sehingga

kalimat tersebut tidak membingungkan masyarakat yang membaca berita di

media massa cetak.

Menurut Kunjana Rahardi terdapat 10 prinsip menyusun

kalimat-kalimat jurnalistik. Prinsip-prinsip tersebut sebagai berikut:

a. Berciri padat, singkat, tajam dan lugas.

b. Berciri sederhana dan tidak berbelit.

38

Ras Siregar, Bahasa Jurnalistik Indonesia (Jakarta: PT Pustaka Karya Grafika Utama, 1987), h. 120.

39

Ibid., h. 121.

40

(49)

c. Membatasi kalimat luas.

d. Menggunakan bentuk yang tidak verbalitas.

e. Memiliki preferensi pada bentuk-bentuk pendek.

f. Mengutamakan bentuk positif dan bentuk aktif.

g. Berciri jelas, tegas dan tidak kabur makna.

h. Membedakan secara jelas bahasa tutur dan bahasa tulis.

i. Memiliki preferensi pada bentuk yang sederhana, pendek, dengan

tetap berdasar pada kaidah-kaidah linguistic.

j. Membatasi bentuk-bentuk kebahasaan yang terkena interferensi

bahasa asing.41

41

(50)

BAB III

GAMBARAN UMUM

SURAT KABAR HARIAN REPUBLIKA

F. Sejarah Singkat Republika42

Harian umum Republika diterbitkan atas kehendak mewujudkan media

massa yang mampu mendorong bangsa yang kritis dan berkualitas. Yakni bangsa

yang mampu sederajat dengan bangsa maju lain di dunia, memegang nilai-nilai

spiritualitas sebagai perwujudan pancasila sebagai filsafat bangsa, serta memiliki

arah gerak seperti digariskan UUD 1945.

Kehendak melahirkan masyarakat demikian searah dengan tujuan, cita-cita

dan program ikatan cendekiawan muslim se-Indonesia (ICMI) yang dibentuk pada

5 Desember 1990. Salah satu dari program ICMI yang disebarkan ke seluruh

Indonesia antara lain, mencerdaskan kehidupan bangsa melalui program

peningkatan 5K, yaitu: kualitas iman, kualitas hidup, kualitas kerja, kualitas karya,

dan kualitas pikir.

Untuk mewujudkan tujuan, cita-cita, dan program ICMI di atas, beberapa

tokoh pemerintah dan masyarakat yang berdedikasi dan komitmen pada

pembangunan bangsa dan masyarakat Indonesia, yang beragama Islam,

membentuk Yayasan Abdi Bangsa pada 17 Agustus 1992. Yayasan ini kemudian

menyusun tiga program utamanya:

1. Pengembangan Islamic Center

2. Pengembangan CIDES (Center for Information and Development Studies)

42

Gambar

Gambar 1: Piramida Terbalik22
Tabel 1. Analisis bahasa jurnalistik berita utama 1 Desember 2008
Tabel 2. Ketidaksesuaian berita utama 1 Desember 2008 dengan ciri
Tabel 3. Analisis bahasa jurnalistik berita utama 9 Desember 2008
+7

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu, peneliti mengambil individu yang berada pada periode remaja akhir untuk menjadi informan penelitian untuk mendapatkan informasi lebih lanjut mengenai tema

Akhlak ialah ilmu yang mengajarkan tentang prilaku manusia tentang baik buruknya yang mencegah berbagai macam perbuatan jelek dalam pergaulan baik dengan tuhan,

“ Ibu kepala, adalah seorang yang cerdas, dalam kepemimpinan beliau lah Dinas ini mencampai Puncaknya, terlihat dari adanya penghargaan ISO yang kami raih, karna

Persepsi negatif terhadap berita Tuhan Pembuat Pintu dan Jendela, mereka yang berpersepsi negatif berpendapat bahwa nama ‘Tuhan’ adalah sesuatu yang berhubungan

Subyek penelitian adalah pasien diabetes melitus yang menjalani rawat inap, sedangkan objek penelitian meliputi berkas klaim berdasarkan data lama rawat, biaya kamar,

Pengertian yang dikemukakan oleh Bimo Walgito bahwa bimbingan karier itu usaha untuk mengetahui dan memahami tentang diri, memahami diri sendiri dengan baik, dan

(Penelitian Dilakukan di SMK Negeri 9 Surakarta Tahun Ajaran

Berdasarkan analisa teknis, lokasi penempatan Automatic Stacking Crane (ASC) di pelabuhan harus berlokasi khusus dan dekat dengan gedung control dan cubicle power