ANALISIS BAHASA JURNALISTIK BERITA UTAMA
SURAT KABAR REPUBLIKA EDISI DESEMBER 2008
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh
Aris Takomala
NIM
105051101999
KONSENTRASI JURNALISTIK
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
ANALISIS BAHASA JURNALISTIK BERITA UTAMA SURAT KABAR
REPUBLIKA EDISI DESEMBER 2008
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh
Aris Takomala NIM 105051101999
Di bawah Bimbingan
Dra. Mahmudah Fitriah ZA, M. Pd NIP 19640212 199703 2 001
KONSENTRASI JURNALISTIK
KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul ANALISIS BAHASA JURNALISTIK BERITA
UTAMA SURAT KABAR REPUBLIKA EDISI DESEMBER 2008 telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 4 Juni 2009. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I.) pada Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, program studi Konsentrasi Jurnalistik.
Jakarta, 4 Juni 2009
Sidang Munaqasyah
Ketua merangkap anggota, Sekretaris merangkap anggota,
Drs. Wahidin Saputra, MA NIP 19700903 199
Rubiyanah, MA NIP 19730822 199803 2 001
Anggota, Penguji 1
Dra. Rini Laili Prihatini, M. Si NIP 150275288
Penguji 2
Drs. Suhaimi, M. Si NIP 19670906 199403 1 002
Pembimbing
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 25 Mei 2009
ABSTRAK
Aris Takomala Analisis Bahasa Jurnalistik Berita Utama Surat Kabar Republika Edisi Desember 2008
Jurnalistik merupakan kegiatan mencari, meliput, menulis, mengolah, dan menyebarkan berita kepada khalayak melalui pers. Sedangkan pers ialah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik. Dalam pengertian luas pers ialah media massa.
Persoalan bahasa sangat penting dalam proses kerja jurnalistik. Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif untuk menyampaikan informasi atau berita. Suatu informasi tidak akan sampai kepada pembaca jika bahasa tidak digunakan secara baik dan benar.
Bahasa yang digunakan wartawan dalam media massa disebut bahasa jurnalistik atau bahasa pers. Bahasa jurnalistik merupakan salah satu ragam bahasa kreatif dari bahasa Indonesia. Bahasa tersebut memiliki ciri-ciri khusus yang membedakan antara bahasa ilmiah dan sehari-hari. Sosok bahasa jurnalistik digunakan untuk berita atau laporan yang sedang terjadi hari ini atau sekarang ini. Bukan untuk berita yang terjadi di masa-masa lampau atau berita yang sudah lama untuk diangkat oleh media massa.
Surat kabar merupakan media massa yang berbentuk lembaran-lembaran. Dalam penyampaian informasinya surat kabar dituntut menggunakan bahasa yang baik dan benar. Disamping itu, dapat diterima oleh masyarakat yang berintelektual minimal. Dalam hal bahasa, banyak kalangan menganggapnya sebagai hal sepele. Kesalahan ejaan sering ditemukan, penggunaan kalimat-kalimat rancu juga sering dijumpai. Kata-kata mubazir masih terdapat dalam penulisan berita, bahkan masih terdapat kalimat yang berbelit-belit. Begitu juga surat kabar Republika tidak luput dari kesalahan tersebut.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan bahasa surat kabar
Republika. Peneliti mengambil sampel pada berita utama Republika. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Sedangkan jenis penelitiannya ialah analisis deskriptif. Jenis deskriptif peneliti gunakan untuk memberikan gambaran mengenai penggunaan bahasa jurnalistik di surat kabar Republika. Dalam pengumpulan datanya peneliti melakukan wawancara. Selain itu, peneliti meneliti langsung teks berita utama Republika.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT,
dengan rahmat dan inayahNya skripsi “ANALISIS BAHASA JURNALISTIK
BERITA UTAMA SURAT KABAR REPUBLIKA EDISI DESEMBER 2008”
selesai pada waktunya. Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada Nabi
akhir zaman yaitu Nabi Muhammad SAW, keluarganya, dan sahabatnya.
Skirpsi ini merupakan tugas akhir yang harus ditempuh oleh mahasiswa
dan mahasiswi. Selain itu, merupakan salah satu syarat memperoleh gelar strata 1
di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari dalam penyelesaian skripsi ini, banyak bantuan dan
dorongan semangat dari berbagai pihak. Pada kesempatan kali ini penulis
mengucapkan rasa terima kasih kepada:
1. Kedua orang tua penulis yaitu Bapak Sutomo dan Ibu Engkom yang
membesarkan dan mendidik penulis. Serta selalu memberikan
dorongan dan nasihat kepada penulis. Dan yang paling utama adalah
do’a beliau yang tulus untuk penulis sehingga allhamdullillah akhirnya
skripsi selesai tepat pada waktunya.
2. Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif hidayatullah Jakarta
Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, M.A.
3. Dr. Arif Subhan, M.A Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi
4. Ketua Konsentrasi Jurnalistik Drs. Suhaimi M.Si dan Sekretaris
Konsentrasi Jurnalistik Rubiyanah M.A.
5. Dra. Mahmudah Fitriyah, M.Pd yaitu pembimbing penulis dalam
menyelesaikan skripsi. Penulis mengucapkan terima kasih banyak.
6. Bapak Fahmi Bagian Sekretariat Redaksi dan Bapak Elba Damhuri
sebagai Wakil Redaktur Pelaksana Republika terima kasih telah
menerima penulis melakukan penelitian di Republika.
7. Dosen-dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi.
8. Pimpinan beserta karyawan perpustakaan IISIP Jakarta, perpustakaan
utama serta perpustakaan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
9. Keluarga kakak penulis yaitu Sri Komala Sari dan suaminya Deni
Effendi. Serta kedua putranya Rama dan Fakhri terima kasih do’a dan
semangatnya. Terima kasih atas segala yang telah diberikan kepada
penulis.
10.Saudara-saudara penulis terima kasih atas do’anya.
11.A. R. Wildan terima kasih telah memperbaiki komputer penulis ketika
ada masalah. Lukman dan Dodi terima kasih waktunya mengajarkan
bahasa Arab kepada penulis. Nanda dan Akbar yang selalu membuat
penulis tertawa. Serta teman-teman yang berada di kostan Lukman
terima kasih banyak.
12.Teman-teman angkatan 2005 dari A-Z (Akbar, Wildan, Alfan, Angga,
Irma, Tedi, Istianah, Lastri, Liga, Lukman, Adit, Arifin, Maya, Nanda,
Rina, Pessi, Bunga, Syaiful, Rini, Aya, Ummu, Wilda, Yudin, Yefhy
dan Zulfah) terima kasih semuanya. Kalian semua teman terbaik dan
tidak akan penulis lupakan. Maaf apabila ada yang tidak penulis
sebutkan.
13.Teman-teman BATIK terima kasih banyak bantuan dan semangat yang
kalian berikan kepada saya.
14.Teman-teman jurnalistik angkatan 2004 serta angkatan 2006, 2007 dan
2008.
15.Radio Dakwah dan Komunikasi yang selalu menjadi tempat
menghilangkan kepenatan ketika menghampiri penulis.
16.Teman-teman penulis yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu.
Terima kasih semuanya.
17.Serta pihak-pihak yang membantu penulis yang tidak disebutkan satu
per satu. Penulis mengucapkan terima kasih banyak
Semoga Allah SWT membalas kebaikan bagi orang-orang yang membantu
penulis dalam penyusunan skripsi ini. Kepada Allah SWT juga penulis memohon
taufiq dan hidayahNya semoga skripsi ini bermanfaat. Amin.
Jakarta, 25 Mei 2009
DAFTAR ISI A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Pembatasan Masalah dan Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7
D. Metodologi Penelitian ... 8
E. Tinjauan Kepustakaan ... 12
F. Pedoman Penulisan ... 14
G. Sistematika Penulisan ... 14
BAB II TINJAUAN TEORETIS A. Ruang Lingkup Media Massa Cetak ... 16
1. Pengertian Media Massa Cetak ... 16
2. Pengertian Berita ... 19
3. Pengertian Berita Utama ... 22
4. Komposisi Berita ... 22
B. Ruang Lingkup Bahasa Jurnalistik ... 25
1. Pengertian Bahasa Jurnalistik ... 25
2. Ciri-ciri Bahasa Jurnalistik ... 29
3. Ketentuan Bahasa Jurnalistik ... 31
4. Ekonomi Kata ... 32
5. Pedoman Bahasa Jurnalistik ... 33
BAB III GAMBARAN UMUM SURAT KABAR HARIAN REPUBLIKA A. Sejarah Singkat Republika ... 38
B. Visi dan Misi Republika ... 40
C. Struktur Redaksi Republika ... 42
D. Profile Pembaca ... 49
E. Alur Proses Kerja Redaksi Hingga Pembaca ... 50
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Penggunaan Bahasa dalam Surat Kabar Republika ... 51
C. Analisis Bahasa Jurnalistik Berita Utama Republika Edisi
Desember 2008 ... 54
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ... 91 B. Saran ... 93
DAFTAR TABEL
1. Tabel 1. Analisis Bahasa Jurnalistik Berita Utama 1 Desember 2008 ... 55 2. Tabel 2. Ketidaksesuaian Berita Utama 1 Desember 2008 dengan Ciri
Bahasa Jurnalistik ... 64 3. Tabel 3. Analisis Bahasa Jurnalistik Berita Utama 9 Desember 2008 ... 65 4. Tabel 4. Ketidaksesuaian Berita Utama 9 Desember 2008 dengan Ciri
Bahasa Jurnalistik ... 71 5. Tabel 5. Analisis Bahasa Jurnalistik Berita Utama 17 Desember 2008 ... 71 6. Tabel 6. Ketidaksesuaian Berita Utama 17 Desember 2008 dengan Ciri
Bahasa Jurnalistik ... 80 7. Tabel 7. Analisis Bahasa Jurnalistik Berita Utama 26 Desember 2008 ... 80 8. Tabel 8. Ketidaksesuaian Berita Utama 26 Desember 2008 dengan Ciri
Bahasa Jurnalistik ... 88 9. Tabel 9. Ketidaksesuaian Berita Utama 1, 9, 17, dan 26 Desember 2008
DAFTAR GAMBAR (ILUSTRASI)
BAB I
PENDAHULUAN
H. Latar Belakang Masalah
Kegiatan jurnalistik sebenarnya telah berlangsung lama. Sejarah
menyebutkan bahwa kegiatan jurnalistik dimulai saat pemerintahan Romawi
Kuno di bawah pimpinan Julius Caesar. Saat itu terdapat sebuah papan
pengumuman yang disebut Forum Romanum. Berbagai macam keputusan dan
informasi penting ditempelkan pada papan pengumuman tersebut. Tujuanya ialah
agar penduduk Roma (Italia) mengetahui informasi atau keputusan yang dibuat
oleh pemerintahan Kaisar Julius Cesar.
Menurut isinya papan pengumuman ini dapat dibedakan atas dua macam.
Pertama, Acta Senatus yang memuat laporan-laporan singkat sidang senat dan
keputusan-keputusannya. Kedua, Acta Diurna yang memuat keputusan-keputusan
dari rapat-rapat rakyat dan berita lainnya.1
Jurnalistik adalah kegiatan mencari, menggali, mengumpulkan, mengolah,
memuat dan menyebarkan berita melalui media berkala pers yakni surat kabar,
tabloid atau majalah kepada khalayak seluas-luasnya dengan secepat-cepatnya.2
Perkembangan berikutnya jurnalistik dapat dikelompokan menjadi jurnalistik
media cetak, radio, televisi dan on line. Tetapi, Jurnalistik dilihat dari segi bentuk
dan pengelolaannya dibagi kedalam tiga bagian besar yailtu jurnalistik media
cetak, jurnalistik media elektronik auditif (radio) dan jurnalistik media
1
Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2006), h. 17.
2
audiovisual (televisi). Jurnalistik media cetak meliputi jurnalistik surat kabar
harian, jurnalistik surat kabar mingguan dan jurnalistik majalah.
Dunia jurnalistik saat ini mengalami perkembangan khususnya di
Indonesia. Hal ini disebabkan karena terbukanya pintu kebebasan pers yang
sebelumnya ditutup oleh kekuasaan. Sebelumnya kebebasan tertutup oleh
kekuasaan pemerintah. Terbukanya kebebasan saat ini menimbulkan banyak
sekali media-media pers yang muncul baik itu media cetak maupun elektronik.
Pers dalam arti luas disebut media massa. Pers menurut Undang-undang
Pokok Pers No. 40/1999 adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa
yang melaksanakan kegiatan jurnalistik meliputi mencari, memperoleh, memiliki,
menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan,
suara, gambar, suara dan gambar, serta data dan grafik maupun dalam bentuk
lainnya dengan menggunakan media cetak, media elektronik, dan segala jenis
saluran yang tersedia.3
Terbitnya berbagai media pers saat ini menimbulkan dampak positif dan
negatif. Dampak positifnya ialah kebebasan tersebut bagaikan angin segar dalam
padang pasir kekeringan. Sehingga setiap orang bebas dapat mendirikan media
dan mengeluarkan pendapat serta aspirasi. Tapi di satu sisi peningkatan jumlah
(kuantitas) penerbitan pers yang tajam tidak disertai dengan kualitas
jurnalismenya. Salah satunya adalah dalam penulisan berita yang akan
disampaikan kepada khalayak.
Media massa cetak merupakan media massa yang menyampaikan
informasinya melalui tulisan. Dalam persepektif jurnalistik, setiap informasi yang
3
disajikan harus benar, jelas dan akurat. Bahasa pers atau bahasa jurnalistik
merupakan bahasa yang dipakai dalam media massa. Bahasa jurnalistik
merupakan salah satu ragam bahasa kreatif dari bahasa Indonesia. Bahasa
jurnalistik mempunyai sifat sederhana, singkat, tunduk kepada kaidah etika dan
sebagainya.
Bahasa jurnalistik surat kabar memiliki ciri-ciri yang sangat khusus atau
spesifik. Menurut AS Haris Sumadiria ciri-ciri bahasa jurnalistik diantaranya yaitu
sederhana, singkat, padat, lugas, jelas, jernih, menarik, demokratis, populis, logis,
gramatikal, menghindari kata tutur, menghindari kata dan istilah asing, pilihan
kata (diksi) yang tepat, mengutamakan kalimat aktif, sejauh mungkin menghindari
penggunaan kata atau istilah-istilah teknis dan tunduk kepada kaidah etika.
Dalam struktur dan pola, kalimat-kalimat jurnalistik sedapat mungkin
sederhana. Sangat dihindari pemakaian kalimat yang panjang dan bertele-tele.
Kalimat yang panjang dapat mempersulit khalayak untuk memahami pesan yang
dikandungnya. Pada abad ke-17 sebuah kalimat rata-rata terdiri dari 45 kata,
kemudian menjelang abad ke-19 turun menjadi 30 kata dan sekarang malah
kurang dari 20 kata. Karena itu kalimat yang baik adalah kalimat tidak lebih dari
20 kata, tetapi juga tidak terlalu pendek. Batas minimal yang standar sekarang
tidak kurang dari delapan kata. Jadi yang baik adalah kalimat antara 8-20 kata.4
Dalam penulisan berita pun ada pedoman yang dijadikan sebagai dasar
penulisan berita. Sehingga mudah dipahami dan dapat memikat khalayak. Salah
satunya adalah penggunaan kata-kata haruslah ekonomis. Dengan membuang
kata-kata yang tidak perlu maka akan dapat dibuat kalimat pendek.
4
Tetapi dalam praktek jurnalistik sering ditemukan paragraf yang panjang
dan kata-kata yang mubazir dalam penulisan berita. Kata-kata yang mubazir dapat
ditemukan dalam judul berita, lead berita ataupun isi berita. Hal tersebut sering
dilakukan oleh wartawan-wartawan yang sudah berkerja dan berkecimpung dalam
dunia jurnalistik. Contoh bukti nyata adalah surat kabar Lampu Merah yang
sekarang berganti nama menjadi Lampu Hijau. Dalam penulisan judul dan praktik
penulisan berita tidak sesuai dengan pedoman pemakaian bahasa jurnalistik yang
telah disepakati. Ejaan bahasa Indonesia yang telah disempurnakan juga
diabaikan.
Bukan hanya pada Lampu Hijau saja di koran atau surat kabar lainya pun
sering terdapat kesalahan. Kesalahan itu seperti paragraf yang panjang, kata yang
mubazir dalam lead berita ataupun tubuh berita. Kesalahan lainnya ialah penulisan
judul yang panjang dan tidak langsung pada topik pembahasan (bertele-tele).
Contohnya adalah pada surat kabar Republika hari Jumat (7 November
2008), seperti berikut:
Eksekusi Amrozi dkk Masih Simpang Siur
Cilacap – Eksekusi hukuman mati terhadap tiga terpidana kasus Bom Bali I, Amrozi, Muchlas, dan Imam Samudra, diperkirakan akan dilaksanakan dalam tiga hari terakhir ini. Yaitu, antara Jumat (7/11) dini hari, Sabtu (8/11) dini hari, atau Ahad (9/11) dini hari. Namun, sumber Republika yang bertugas di LP Batu Nusakambangan, Cilacap, menduga eksekusi akan dilaksanankan pada Sabtu dini hari. "Sabtu dini hari itu paling kecil resikonya. Kalau dilaksanakan Jumat dini hari, siang akan ada shalat Jumat. Ini riskan. Sedangkan bila dilaksanakan Ahad dini hari, acara pemakaman di kampung halaman mereka juga banyak dihadiri warga karena hari libur. Ini juga sangat riskan. Jadi, yang paling kecil resikonya adalah Sabtu dini hari," jelas sumber tersebut di Dermaga Wijaya Pura, Cilacap, Kamis (6/11).
Kata-kata yang digarisbawahi seharusnya tidak dicantumkan. Kata
‘hukuman mati’ sebenarnya sudah terkandung dalam kata sebelumnya yaitu
‘terhadap’. Kata tersebut merupakan kata mubazir karena kata ‘terhadap’
maknanya terkadung pada kata ‘tiga terpidana kasus Bom Bali I.’
Kata ‘akan’ yang diberi tanda garis bawah seharusnya dibuang, karena
kata ‘akan’ mengacu pada masa yang akan datang. Dalam kalimat tersebut makna
kata tersebut sudah terkandung pada kata ‘tiga hari terakhir yaitu Jumat dini hari,
Sabtu dini hari dan Minggu dini hari’. Kata ‘antara’ merupakan kata mubazir
karena tanpa adanya kata tersebut makna kalimat tidak berkurang. Maksudnya
pembaca mengetahui maksud kalimat tersebut tanpa adanya kata ‘antara’. Kata
‘akan’ pada kalimat ketiga, kata tersebut sudah terkandung dalam kata ‘Sabtu dini
hari’. Begitu juga kata atau frasa ‘pada’ bisa dihapus karena menunjukan waktu.
Frasa itu sudah terkandung pada kata/frasa ‘Sabtu dini hari.’
Contoh lainnya terdapat dalam Republika hari Jumat (31 Oktober 2008).
Dalam berita tersebut terdapat kalimat yang panjang seperti berikut:
Mantan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Fahmi Idris mengaku telah terjadi banyak penyimpangan di Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Depnakertrans).
Fahmi mengatakan hal itu ketika ditemui di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Kamis (30/10), setelah batal bersaksi dalam sidang perkara dugaan korupsi proyek pengembangan sistem pelatihan dan pemagangan di Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Depnakertrans).
Menurut hemat peneliti sebaiknya paragraf terdiri dari sedikitnya dua
kalimat bukan satu kalimat. Selain itu kedua paragraf tersebut bisa menjadi satu
paragraf saja. Selanjutnya kata Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi pada
kalimat kedua tidak perlu disebutkan lagi akan tetapi cukup ditulis Depnakertrans.
Alasannya adalah agar tidak terjadi pengulangan kata, selain itu pada kalimat
Kesalahan lainnya adalah penggunaan kata ‘telah’. Bahasa Indonesia
bebas dari bentuk kata lampau. Hal ini berbeda dengan bahsasa Inggris. Sehingga
kata ‘telah’ bisa dihilangkan. Bunyi paragraf tersebut setelah diperbaiki seperti
berikut:
Mantan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Fahmi Idris mengaku
terjadi banyak penyimpangan di Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi
(Depnakertrans). Hal itu diungkapkannya ketika ditemui di Pengadilan Tindak
Pidana Korupsi, Kamis (30/10), setelah batal bersaksi dalam sidang perkara
dugaan korupsi proyek pengembangan sistem pelatihan dan pemagangan di
Depnakertrans.
Dari beberapa latar belakang yang peneliti sampaikan, peneliti tertarik
untuk menganalisis bahasa jurnalistik dalam surat kabar. Sehingga peneliti
memberikan judul pada penelitian ini adalah:
”Analisis Bahasa Jurnalistik Berita Utama Surat Kabar Republika
Edisi Desember 2008.”
I. Pembatasan Masalah dan Rumusan Masalah
Penelitian ini memfokuskan pada berita utama Republika. Peneliti
membatasi penelitiannya pada berita utama Republika yang menjadi headline.
Dalam penelitian ini, peneliti tidak semua meneliti berita utama. Peneliti hanya
meneliti empat berita utama surat kabar tersebut yang menjadi headline. Empat
berita yang dijadikan bahan penelitian ini diambil dari setiap minggu pada bulan
Desember 2008. Alasannya untuk mengetahui penulisan berita hari Senin, Selasa,
Peneliti meneliti berita utama pada setiap minggu yang terdapat di bulan
Desember 2008. Minggu pertama peneliti mengambil sampel Republika hari
Senin, 1 Desember 2008. Minggu kedua yang menjadi sampelnya adalah
Republika yang terbit tanggal 9 Desember 2008. Minggu ketiga yaitu Republika
hari Rabu, 17 Desember 2008. Terakhir ialah Republika yang terbit hari Kamis,
25 Desember 2008.
Dalam penelitian ini peneliti meneliti teks berita berita utama. Penelitian
ini hanya memfokuskan untuk meneliti Judul, lead dan tubuh berita. Apakah
sesuai dengan ciri bahasa jurnalistik yaitu komunikatif, spesifik, hemat kata, jelas
makna, tidak mubazir dan tidak klise.
Peneliti merumuskan beberapa masalah diantaranya yaitu:
A. Bagaimana penggunaan bahasa dalam surat kabar Republika?
B. Apakah penggunaan bahasa jurnalistik digunakan dengan baik dalam
surat kabar Republika?
C.
Seberapa banyak ketidaksesuaian ciri bahasa jurnalistik yaitukomunikatif, spesifik, hemat kata, jelas makna, tidak mubazir dan tidak
klise yang terdapat dalam surat kabar Republika?
J. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan penelitian
a) Tujuan Akademis
Penelitian ini merupakan syarat untuk memperoleh gelar strata 1 (S-1)
b) Tujuan Praktis
Untuk mengetahui penulisan berita dalam berita utama Republika, dan
mengetahui bagaimana penerapan bahasa jurnalsitik di surat kabar
Republika.
2. Manfaat Penelitian
a) Manfaat Akademis
Sebagai tambahan referensi bagi studi-studi yang akan datang dalam
bidang jurnalistik, khususnya mengenai bahasa jurnalistik.
b) Manfaat Praktis
Kajian tentang bahasa jurnalistik diharapkan memberikan kontribusi
positif dalam penulisan berita. Selain itu, penelitian ini diharapkan
akan menjadi bahan masukan untuk menambah wawasan bagi praktisi,
wartawan, pihak-pihak yang terlibat dalam pers maupun orang yang
berminat dalam dunia jurnalistik pada umumnya.
K. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian wawancara
mendalam (Depth Interviews).
2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah deskriptif. Menurut
Rachmat Kriyantono dalam bukunya Metodologi Riset Komunikasi,
menyebutkan bahwa jenis penelitian ini bertujuan membuat deskripsi
populasi atau objek tertentu.5 Jenis deskriptif peneliti gunakan untuk
memberikan gambaran mengenai penggunaan bahasa jurnalistik di surat
kabar Republika.
3. Pendekatan
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif.
4. Tempat dan Waktu
Tempat pelaksanaan penelitian adalah kantor surat kabar Republika
Jl. Warung Buncit Raya No. 37 Jakarta Selatan 12510. Untuk mencari data
yang diperlukan peneliti mencari data-data di surat kabar terkait. Waktu
dalam melaksanakan penelitian ini adalah selama empat bulan yaitu dari
bulan Januari sampai April 2008.
5. Subjek
Bahan penelitian adalah subjek penelitian. Menurut Suharsimi
Arikunto menyebutkan bahwa subjek penelitian adalah subjek yang dituju
untuk diteliti oleh peneliti.6 Dalam penelitian ini Bahan yang dijadikan
penelitian adalah surat kabar Republika edisi Desember 2008.
6. Objek
Objek penelitian dalam penelitian ini adalah berita utama surat
kabar Republika edisi Desember 2008. Di sini berita yang diriset ialah
berita yang menjadi headline di halaman depan bulan Desember 2008.
5
Rachmat Kriyantono, Metodologi Riset Komunikasi: Disertai Contoh Praktis Riset Media, Public Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006), h. 69.
6
7. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian kualitatif sebagai instrumen penelitian adalah
peneliti. Selain itu alat bantu lainnya dalam penelitian ini adalah alat tulis
dan buku-buku yang menunjang terhadap penelitian yang dilakukan.
Peneliti dalam meneliti sudah mempunyai konsep. Konsep tersebut
ialah ciri-ciri bahasa jurnalistik. Ciri-ciri bahasa jurnalistik mengadaptasi
dari Kunjana Rahardi. Ciri-ciri bahasa jurnalistik tersebut adalah:
a) Komunikatif, artinya bahasa jurnalistik tidak berbelit-belit tetapi
langsung pada pokok permasalahan.
b) Spesifik, artinya bahasa jurnalistik disusun dengan kalimat-kalimat
yang singkat-singkat.
c) Hemat kata, artinya memegang teguh prinsip ekonomi kata.
Bentuk-bentuk kebahasaan yang digunakan dalam bahasa jurnalistik sedapat
mungkin berciri minim karakter kata atau sedikit jumlah hurufnya.
d) Jelas makna, sedapat mungkin menggunakan kata yang mengandung
makna sebenarnya (denotatif).
e) Tidak mubazir dan tidak klise. Bentuk mubazir menunjuk pada kata
atau frasa yang sebenarnya dapat dihilangkan dari kalimat yang
menjadi wadahnya, dan peniadaan kata-kata tersebut tidak mengubah
arti/maknanya. Kata-kata klise atau stereotype ialah kata-kata yang
berciri memenatkan, melelahkan, membosankan, terus hanya
begitu-begitu saja, tidak ada inovasi, tidak ada variasi, hanya
8. Teknik Pemeriksaan dan Keabsahan Data
Teknik yang digunakan dalam pemeriksaan dan keabsahan data
adalah ketekunan pengamatan. Ketekunan pengamatan berarti peneliti
secara serius mengamati dan menulis data-data yang ada. Ketekunan
pengamatan ini dilakukan untuk meningkatkan kredibilitas atau tingkat
kepercayaan dalam penelitian ini.
Penelitian ini intinya mengamati teks-teks berita utama Republika
yang menjadi headline. Melalui ketekunan pengamatan peneliti
mengamati teks-teks berita, mencari secara konsisten data-data yang tidak
sesuai, memeriksa dan mengolah data tersebut.
9. Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini metode pengumpulan datanya adalah:
a) Mendokumentasikan isi komunikasi yang akan diriset. Misalnya
dengan mengkliping surat kabar dan berita-berita yang akan diriset.
b) Wawancara.
c) Studi Pustaka.
10.Teknik Analisis Data
Setelah data terkumpul peneliti mengkonstruksi wawancara ke
dalam bentuk kata-kata. Peneliti juga meneliti teks berita, kemudian
memasukkan data tersebut ke dalam tabel beserta analisisnya. Tabel
dimaksudkan untuk mengetahui berapa banyak ketidaksesuaian dengan
ciri bahasa jurnalistik. Ciri bahasa jurnalistik tersebut ialah komunikatif,
L. Tinjauan Kepustakaan
Peneliti melakukan observasi ke beberapa perpustakaan, diantaranya
adalah perpustakaan IISIP Jakarta. Di perpustakan tersebut peneliti mendapatkan
banyak skripsi yang meneliti penulisan bahasa dalam berita. Penelitian yang sama
telah dilakukan oleh mahasiswa dari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Penelitian tentang peninjauan penulisan berita dan peninjuan Bahasa
Jurnalistik sebelumnya dilakukan oleh beberapa peneliti yang ingin meneliti
penggunaan Bahasa Jurnalistik. Salah satu contohnya adalah Febby S. Lewenussa
dari IISIP Jakarta. Skripsinya berjudul Pemenuhan Syarat Penulisan Berita
Lingkungan Hidup dan Penggunaan Bahasa Indonesia Jurnalistik di Rubrik
Lingkungan Surat Kabar Media Indonesia Edisi Agustus-Oktober 2004.
Penelitiannya memfokuskan pada penggunaan Bahasa Indonesia Jurnalistik pada
rubrik lingkungan surat kabar Media Indonesia.
Penelitian lainnya dilakukan oleh Ratna Indrawati dari IISIP Jakarta.
Penelitiannya berjudul Penerapan Bahasa Jurnalistik pada Berita Utama Surat
Kabar Poskota April 1998. Hasil penelitiannya ialah 22 kalimat dari 228 kalimat
yang diteliti menerapkan kaidah bahasa jurnalistik atau sebesar 9,7%. Sedangkan
206 kalimat atau 90,3% tidak menerapkan kaidah bahasa jurnalistik.
Selain itu penelitian lainnya dilakukan oleh Masrur Ridwan dari UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta. Penelitiannya berjudul Penggunaan Bahasa
Jurnalistik dalam Artikel Mahasiswa KPI (Studi Analisis Isi Pada Kolom "Suara
Mahasiswa" Harian Umum Kedaulatan Rakyat).
Hasil penelitian memperlihatkan kalangan mahasiswa KPI yang menulis di
menggunakan kalimat pendek. Pembuktiannya ialah terdapat 46% kalimat yang
sesuai dengan teori penggunaan kalimat pendek jurnalistik. Untuk penggunaan
kalimat aktif, kalangan mahasiswa KPI kurang mahir dalam menggunakan
kalimat aktif. Pembuktiannya ialah 86% kalimat yang sesuai dengan teori
penggunaan kalimat aktif jurnalistik. Untuk penggunaan ekonomi kata, kalangan
mahasiswa KPI yang menulis di kolom "Suara Mahasiswa" Harian Umum
Kedaulatan Rakyat belum mahir dalam menggunakan ekonomi kata.
Pembuktiannya, hanya 76% kalimat yang sesuai dengan teori penggunaan
ekonomi kata dalam dalam kalimat jurnalistik.
Perbedaan penelitian yang peneliti lakukan dengan penelitian sebelumnya
ialah dalam hal konsepnya. Peneliti sebelumnya lebih memfokuskan kepada
penggunaan kalimat aktif, penggunaan kalimat pendek, hemat kata dan
sebagainya. Sedangkan penelitiannya yang peneliti lakukan lebih memfokuskan
kepada ciri komunikatif, spesifik, hemat kata, jelas makna, dan tidak mubazir dan
tidak klise.
Adapula buku yang membahas bahasa jurnalistik diantaranya ialah buku
Rosihan Anwar berjudul Bahasa Jurnalistik Indonesia. Buku tersebut membahas
ikhtisar bahasa jurnalistik Indonesia, kata-kata mubazir, ekonomi kata, dan
sebagainya. Selain itu buku Kunjana Rahardi berjudul Asyik Berbahasa
Jurnalistik Kalimat Jurnalistik dan Temali Masalahnya. Buku tersebut mengupas
tentang bahasa jurnalistik Indonesia, kalimat jurnalistik efektif, dan temali
masalah kalimat jurnalistik. Selanjutnya buku Haris Sumadiria yang berjudul
Bahasa Jurnalistik Panduan Praktis Penulis dan Jurnalis. Buku tersebut
M. Pedoman Penulisan
Penulisan skripsi ini berpedoman pada buku Pedoman Penulisan Karya
Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi). Tim penulis buku tersebut ialah Hamid
Nasuhi, Ismatu Ropi, Oman Fathurahman, M. Syairozi Dimyati, Netty Hartati,
dan Syopiansyah Jaya Putra. Buku tersebut diterbitkan oleh CeQDA (Center for
Quality Development and Assurance) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta tahun 2007.
N. Sistematika Penulisan
BAB I Pendahuluan. Bab ini berisi tentang latar belakang masalah,
pembatasan dan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan
kepustakaan, pedoman penulisan, dan metode penelitian.
BAB II Tinjauan Teoretis. Bab ini berisi ruang lingkup media massa cetak
yang terdiri dari pengertian media massa cetak, pengertian berita, pengertian
berita utama, dan komposisi berita. Serta ruang lingkup bahasa Jurnalistik yang
terdiri dari pengertian bahasa jurnalistik, ciri bahasa jurnalistik, ketentuan bahasa
jurnalistik, ekonomi kata, dan pedoman bahasa jurnalistik.
BAB III Gambaran Umum Surat Kabar Harian Republika. Bab ini berisi
sejarah singkat Republika, visi dan misi Republika, struktur organisasi, profil
pembaca serta diagram alur kerja redaksi hingga ke pembaca.
BAB IV Analisis Data dan Pembahasan. Bab ini menjelaskan penggunaan
bahasa jurnalistik surat kabar Republika, penggunaan bahasa jurnalistik berita
utama Republika, dan analisis bahasa jurnalistik berita utama Republika.
Daftar Pustaka
BAB II
TINJAUAN TEORETIS
C. RUANG LINGKUP MEDIA MASSA CETAK
1. Pengertian Media Massa Cetak
Surat kabar merupakan salah satu media massa cetak. Isi utama dalam
media massa cetak ini adalah berita. Surat kabar menyajikan berbagai macam
informasi dari segala aspek bidang kehidupan. Hal ini dikarenakan saat
sekarang masyarakat butuh akan informasi.
Kebutuhan masyarakat saat ini bukan hanya kebutuhan primer dan
sekunder. Tetapi ada satu kebutuhan yang saat ini menjadi kebutuhan yang
harus dipenuhi oleh masyarakat. Kebutuhan itu adalah kebutuhan akan
informasi.
Pada zaman ini informasi menjadi unsur dominan. Sehingga peran dari
industri pers cetak maupun elektronik sangatlah vital. Melalui sarana perslah,
semua informasi bisa disebarkan secara efektif dan efisien menjangkau ke
seluruh pelosok wilayah dunia, bahkan tanpa batas geografis, kepada ratusan
juta umat manusia yang menjadi audience pada saat yang sama.7
Informasi dapat disebarkan secara cepat melalui pers. Masyarakat tidak
sulit untuk mendapatkan informasi tersebut. Mereka tinggal melihat program
berita di televisi atau membaca koran, maka informasi akan didapat oleh
mereka.
7
Prija Djatmika, Strategi Sukses Berhubungan dengan Pers dan Aspek-aspek Hukumnya
Informasi sangat dibutuhkan untuk berbagai kepentingan yang sifatnya
sangat mendasar. Untuk memperoleh informasi tersebut masyarakat
mencarinya lewat media massa. Baik itu media massa cetak, media massa
elektronik atau media massa online (internet).
Media massa cetak merupakan media massa yang berbentuk tulisan
cetak. Bentuk dari media massa tersebut diantaranya adalah surat kabar
(Koran), majalah, tabloid, bulletin dan sebagainya.
Surat kabar adalah terbitan berkala (biasanya harian) yang berisi berita
yang dimultiplikasi secara massal.8 Menurut Onong Uchjana Effendy surat
kabar adalah:
”Lembaran tercetak yang memuat laporan yang terjadi di masyarakat, dengan ciri-ciri: terbit secara periodik, bersifat umum, isinya termasa atau aktual, mengenai apa saja dan dari mana saja di seluruh dunia, yang mengandung nilai untuk diketahui khalayak pembaca.”9
Pengertian surat kabar yang lebih jelas dikemukakan oleh Kurniawan
Junaedhi. Menurut Kurniawan Junaedhie surat kabar adalah:
”Sebutan bagi penerbitan pers yang masuk dalam media massa tercetak, berupa lembaran berisi berita-berita, karangan-karangan, dan iklan dan diterbitkan secara berkala, bisa harian, mingguan, bulanan serta diedarkan secara umum. Isinya pun harus aktual. Juga harus bersipat universal, maksudnya pemberitaannya harus bersangkut paut dengan manusia dari berbagai golongan dan kalangan. Menurut jenisnya dibagi surat kabar harian berkala dan surat kabar berkala (mingguan, dwi mingguan, bulanan dan seterusnya). Juga dapat digolongkan menjadi surat kabar khusus, surat kabar umum. Juga dikenal sebutan surat kabar partai dan surat kabar independen. Yang pertama adalah sebutan bagi surat kabar yang membawakan suara partai politik atau menjadi terompet partai politik yang disokongnya. Misalnya Harian Rakyat yang diterbitkan partai komunis sebelum orde baru. Yang kedua sebutan bagi surat kabar yang tidak membawakan suara partai, atau golongan tertentu dalam masyarakat. Isi
8
R. Masri Sareb Putra, Media Cetak Bagaimana Merancang dan Memroduksi
(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007), h. 8.
9
pemberitaannya pun tidak mewakili suara partai, atau golongan tertentu dalam masyarakat.”10
Selain itu ada beberapa syarat surat kabar. Menurut Karl Batwizh
mengemukakan lima syarat surat kabar:
a. Publisitas: artinya surat kabar diterbitkan untuk publik, untuk
masyarakat umum, atau untuk siapa saja. Siapa pun boleh
membelinya dan boleh membacanya. Isinya bertujuan agar
diketahui masyarakat umum.
b. Periodisitas: artinya surat kabar tersebut terbit pada waktu yang
telah ditentukan sebelumnya. Periode terbit, jarak waktu antara dua
terbitan bersifat tetap dan teratur. Misalnya, surat kabar harian sore
terbit tiap sore hari, kecuali hari libur.
c. Aktualitas: artinya isinya aktual, belum pernah dimuat sebelumnya.
Isi buku dapat dicetak ulang. Isi surat kabar yaitu isi bidang redaksi
yakni hal-hal yang hangat (baru/aktual).
d. Universalitas: artinya isinya tidak mengenai satu persoalan saja.
Misalnya, tidak hanya mengenai olahraga. Isinya mengenai semua
persoalan yang menjadi perhatian manusia seperti pendidikan,
politik, sosial, budaya, hukum, ekonomi, dan lain-lain.
e. Kontinuitas: artinya isinya berkesinambungan. Umpamanya surat
kabar hari ini memuat berita pengadilan ketua DPR Akbar
10
Tanjung. Hendaknya pada terbitan selanjutnya memuat pula berita
persidangan Akbar Tanjung sampai vonis hakim dijatuhkan.11
Surat kabar dapat dibedakan atas periode terbit, ukuran dan sifat
penerbitannya. Dari segi periode terbit surat kabar dapat dibedakan atas dua
macam, yakni surat kabar harian dan surat kabar mingguan. Surat kabar harian
adalah surat kabar yang terbit setiap hari baik dalam bentuk edisi pagi maupun
edisi sore, sedangkan surat kabar mingguan ialah surat kabar yang terbit
paling sedikit satu kali dalam seminggu. Dari segi ukurannya, ada yang terbit
dalam bentuk plano dan ada pula yang terbit dalam bentuk tabloid. Sedangkan
isinya dapat dibedakan atas dua macam, yakni surat kabar yang bersifat umum
dan surat kabar yang bersifat khusus. Surat kabar yang bersifat umum isinya
terdiri atas berbagai macam informasi yang ditujukan kepada masyarakat
umum, sedangkan surat kabar yang bersifat khusus, isinya memiliki ciri khas
tertentu dan memiliki pembaca tertentu pula, misalnya surat kabar untuk
pedesaan, surat kabar untuk wanita dan semacamnya.12
2. Pengertian Berita
Setiap hari dalam kehidupan banyak peristiwa yang terjadi. Baik itu
dalam lingkungan yang dekat dengan kita maupun yang letak geografisnya
jauh. Begitu banyak peristiwa yang terjadi dalam satu hari dan tidak dapat
dihitung oleh kedua jari tangan.
Surat kabar menyajikan berita disetiap halamannya. Penyajian berita
tersebut dimaksudkan untuk menginformasikan kepada khalayak terhadap
11
Hoeta Soehoet, Dasar-Dasar Jurnalistik (Jakarta: Yayasan Kampus Tercinta-IISIP, 2003), h. 11.
12
suatu informasi atau kejadian. Selanjutnya adalah untuk memenuhi rasa ingin
tahu pembaca atau masyarakat.
Kehidupan tampak seperti kumpulan kejadian yang tak berbentuk,
tumpang tindih satu sama lain, saling mendorong dan mendesak. Berita adalah
susunan kejadian setiap hari sehingga masyarakat menerimanya dalam bentuk
yang tersusun dan dikemas rapi menjadi cerita, pada hari yang sama di radio
atau televisi dan keesokan hari di berbagai surat kabar.13
Berita yang layak dipublikasikan kepada masyarakat disajikan dalam
surat kabar. Berita yang dimuat dalam sebuah surat kabar merupakan peristiwa
yang terjadi dan pantas untuk disebarkan ke masyarakat. Berbagai peristiwa di
segala aspek bidang yang terjadi di bidang sosial, pendidikan, seni dan
budaya, kesehatan, lingkungan hidup, industri dan IPTEK disajikan. Karena
aspek-aspek tersebut sangatlah berpengaruh terhadap kepentingan masyarakat.
Menurut Paul de Massenner dalam buku Here's The News: Unesco
Associate menyatakan bahwa news atau berita adalah sebuah informasi yang
penting dan menarik perhatian serta minat khalayak pendengar. Charnley dan
James M. Neal menuturkan, berita adalah laporan tentang suatu peristiwa,
opini, kecenderungan, situasi, kondisi, interpretasi yang penting, menarik,
masih baru dan harus secepatnya disampaikann kepada khalayak.14
Hoeta Soehoet mengemukakan pengertian berita sebagai berikut:
a. Berita adalah keterangan mengenai peristiwa atau isi pernyataan
manusia.
13
Peter Henshall & David Ingram. MenjadiJurnalis (Yogyakarta: LKIS, 2000), h. 7.
14
b. Berita bagi seseorang adalah keterangan mengenai peristiwa atau
isi pernyataan manusia yang perlu baginya untuk mewujudkan
filsafat hidupnya.
c. Berita bagi suatu surat kabar adalah keterangan mengenai peristiwa
atau isi pernyataan yang perlu bagi pembacanya untuk
mewujudkan filsafat hidupnya. 15
Dalam persepektif jurnalistik tidak semua peristiwa yang terjadi dalam
kehidupan merupakan berita yang layak dimuat dalam suatu surat kabar. Ada
beberapa kriteria atau ciri bahwa berita itu layak dipublikasikan kepada
khalayak, antara lain:
a. Aktualitas.
b. Jarak (dekat jauhnya) peristiwa dari khalayak.
c. Penting tidaknya orang/figur yang diberitakan.
d. Keluarbiasaan peristiwa.
e. Akibat yang mungkin ditimbulkan berita itu.
f. Ketegangan dalam peristiwa.
g. Konflik dalam peristiwa.
h. Perilaku seks.
i. Kemajuan-kemajuan yang diberitakan.
j. Emosi yang ditimbulkan oleh peristiwa.
k. Humor yang terkandung dalam peristiwa.16
15
Hoeta Soehoet, h. 23.
16
3. Pengertian Berita Utama
Surat kabar dilihat dari segi isi banyak memuat berita yang terjadi pada
hari sebelum terbit. Hal ini dikarenakan sebelum diterima dan dibaca oleh
khalayak ada beberapa proses. Mulai dari proses rapat redaksi, meliput,
menulis, mengoreksi, layout, cetak dan akhirnya didistribusikan.
Suatu surat kabar seperti Republika isinya tidak hanya memuat
berita-berita politik atau berita-berita-berita-berita ekonomi saja. Akan tetapi ada surat kabar yang
memuat tema olahraga atau politik, hal tersebut tergantung dari visi, misi, dan
tujuan surat kabar masing-masing. Dalam suatu surat kabar tentunya terdapat
berita utama. Berita tersebut merupakan berita yang terpenting menurut
redaktur surat kabar dari berita-berita lainnya.
Berita utama adalah berita surat kabar, majalah, radio atau televisi,
yang dinilai terpenting untuk suatu masa penyiaran.17 A.M Hoeta Soehoet
memberikan definisi tentang berita utama. Menurutnya berita utama adalah:
”Berita yang menurut penilaian Redaktur surat kabar tersebut adalah berita terpenting dari semua berita yang disajikan dalam surat kabarnya hari itu. Sebab itu diberikannya tempat utama yang mudah dibaca, yaitu halaman pertama bagian paling atas sebelah kiri.”18
4. Komposisi Berita
Suatu berita terutama dalam media massa cetak seperti surat kabar
terdiri dari judul berita, lead, tubuh berita (isi berita), dan penutup berita.
Unsur-unsur tersebut banyak terdapat pada berita yang bersifat langsung.
Seperti berita politik, kriminal, ekonomi, peristiwa, dan sebagainya.
17
Onong Uchjana Effendy, h. 160.
18
Secara sederhana judul berita adalah kepala berita. Dalam bahasa
Inggris judul berita disebut headline. Sedangkan menurut bahasa Belanda
disebut kop.19
Dalam suatu berita, Judul berita dimaksudkan untuk mempromosikan
berita tersebut. Dia dituntut semenarik mungkin sehingga dapat menimbulkan
dan meningkatkan hasrat masyarakat untuk membaca. Selain untuk
mempromosikan berita, judul berita berfungsi untuk memperkenalkan isi
berita kepada khalayak pembaca.
Ada beberapa syarat dalam pembuatan sebuah judul berita. Menurut
fungsinya syarat judul berita adalah:
a. Judul mengandung inti terpenting dari seluruh isi berita. Ini berarti,
judul tidak boleh berbeda dengan isi berita. Judul berita
mengandung inti terpenting sebagaimana adanya. Sebaiknya, judul
berita ditulis sesudah inti berita/lead. Tujuannya, agar judul berita
sesuai dengan inti berita, bahkan keseluruhan isi berita. Selain itu,
adar dalam penulisan berita wartawan tidak terpaku pada judul,
tetapi berpatokan pada lead.
b. Judul disusun dengan bahasa yang mudah dipahami, padat dan
menarik. Judul yang panjang tidak dapat memperkenalkan isi berita
dalam waktu sekilas. Untuk membuat judul berita yang mudah
dipahami pembaca, padat dan menarik, wartawan harus menguasai
Bahasa Indonesia Jurnalistik yang baik dan benar. Selain itu,
perbendaharaan kata-katanya harus kaya.20
19
Hoeta Soehoet, Dasar-Dasar Jurnalistik, h. 78.
20
Unsur selanjutnya adalah teras berita atau lead. Teras berita adalah
paragraf pertama yang memuat fakta atau informasi terpenting dari
kelseluruhan uraian berita.21
Teras berita berisi bagian berita yang paling penting. Teras berita
(lead) dalam berita yang tidak berbentuk features umumnya berisi 5W+1H
(who, what, when, where, why, dan how). Sehingga pembaca akan mudah
mengetahui bagian terpenting dari berita yang disajikan.
Unsur selanjutnya dalam berita adalah body atau tubuh berita dan kaki
berita (penutup berita). Tubuh berita berisi hal-hal yang cukup penting dan
mendukung pada lead berita. Terakhir adalah kaki berita (penutup berita).
Bagian-bagian yang kurang penting dimasukkan dalam kaki berita.
Susunan komposisi berita tersebut umumnya dinamakan ”Piramida
Terbalik”. Bagian atas piramida terbalik merupakan bagian terpenting,
semakin ke bawah makin kurang penting. Bentuk piramida terbalik sebagai
berikut:
21
Head Line/Judul Berita
LEG
Kaki berita
BODY Tubuh Berita BRIDGE Perangkai LEAD Teras Berita
DATE LINE Titimangsa
Gambar 1: Piramida Terbalik22
D. RUANG LINGKUP BAHASA JURNALISTIK
1. Bahasa Jurnalistik
Menulis berita yang baik tidak mudah. Perlu dilakukan suatu kebiasaan
menulis sehingga membuat tulisan tersebut menjadi lebih baik. Menulis berita
dalam media massa cetak harus dapat dimengerti oleh semua pihak. Mulai dari
22
golongan pendidikan yang rendah hingga orang yang tergolong paling
berilmu.
Mengutip pernyataan TV CNN yang dikutip oleh Morissan
mengungkapkan to be understood by the truck driver while not insulting the
professor’s intelligence atau ”untuk dimengerti oleh supir truck namun tanpa
merendahkan kecerdasan sang professor.”23 Dari pernyataan diatas
menyatakan tulisan yang dimuat dalam media massa harus dapat dimengerti
oleh semua kalangan. Wartawan perlu mempertimbangkan supaya berita dapat
dimengerti masyarakat.
Surat kabar dalam menyampaikan informasinya menggunakan bahasa
secara tertulis. Bahasa di dalam media massa ibarat nyawa (terutama bagi
media cetak). Tanpa bahasa, media massa cetak tidak akan bermakna apa-apa.
Bahasa menjadi medium bagi kalangan pers untuk memotret peristiwa dan
peradaban bangsa.24
Dalam dunia jurnalistik bahasa yang digunakan dikenal dengan
sebutan bahasa jurnalistik atau bahasa pers. Bahasa jurnalistik atau bahasa
pers, merupakan salah satu ragam bahasa kreatif bahasa Indonesia. Bahasa
jurnalistik memiliki sifat-sifat khusus yang membedakannya dengan ragam
bahasa yang lain. Sifat khusus tersebut ialah singkat, padat, sederhana, lugas,
tegas, jelas, dan menarik. Anton M. Moeliono (1994), yang konsultan pusat
bahasa, pun mengatakan bahwa laras bahasa jurnalistik tergolong ragam
bahasa baku.25
23
Jani Yosef, To Be A Journalist (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), h. 121.
24
Eni Setiati, Jurnalistik Baru dalam Pemberitaan Strategi Wartawan Menghadapi Tugas Jurnalistik (Yogyakarta: Andi, 2005), h. 85-86.
25
Terbuktilah bahwa bahasa Indonesia jurnalistik tidaklah berbeda
dengan bahasa Indonesia baku. Yang membedakan antara keduanya hanyalah
penggunaannya. Karena digunakan sebagai media penyampai informasi,
bahasa yang digunakan di media massa memiliki kekhasan tersendiri
dibandingkan dengan bahasa yang digunakan untuk keperluan lain.26
Sosok bahasa di dalam ragam jurnalistik atau bahasa pers itu
sesungguhnya menunjuk pada bahasa yang dipakai untuk menyampaikan
sosok fakta, sosok laporan, sosok berita, sosok tulisan, yang terjadi terkini,
yang terjadi terbaru, yakni fakta yang memang terjadi pada hari ini, bahkan
pada sekarang ini. Jadi, bukan sosok peristiwa yang terjadi di masa-masa
lampau dan yang kini sudah lewat atau bahkan sudah usang yang mesti
diangkat di dalam media massa cetak.27
Supaya berita dapat dimengerti oleh masyarakat maka wartawan harus
menggunakan suatu bahasa dan tunduk pada kaidah-kaidah penulisan berita.
Dalam media massa bahasa tersebut disebut bahasa jurnalistik.
Menurut wartawan senior terkemuka Rosihan Anwar berpendapat
"Bahasa yang digunakan oleh wartawan dinamakan bahasa pers atau bahasa jurnalistik. Bahasa pers ialah salah satu ragam bahasa yang memiliki sifat-sifat khas yaitu singkat, padat, sederhana, lancar, jelas, lugas dan menarik. Bahasa jurnalistik harus didasarkan pada bahasa baku. Dia tidak dapat menganggap sepi kaidah-kaidah tata bahasa. Dia juga harus memperhatikan ejaan yang benar. Dalam kosa kata bahasa jurnalistik mengikuti perkembangan dalam masyarakat.”28
Menurut S. Wojowasito dari IKIP Malang berpendapat
”Bahasa jurnalistik adalah bahasa komunikasi massa sebagai tampak dalam harian-harian dan majalah-majalah. Dengan fungsi yang
26
Ibid., h. 2.
27
Kunjana Rahardi, Asyik Berbahasa Jurnalistik Kalimat Jurnalistik dan Temali Masalahnya (Yogyakarta: Santusta, 2006), h. 15-16.
28
demikian itu bahasa tersebut haruslah jelas dan mudah dibaca oleh mereka dengan ukuran intelek yang minimal, sehingga sebagian besar masyarakat yang melek huruf dapat menikmati isinya. Walaupun demikian, bahasa jurnalistik yang baik haruslah sesuai dengan norma-norma tata bahasa yang antara lain terdiri atas susunan kalimat yang benar dan pilihan kata yang cocok.”29
Dr. Yus Badudu dari Pusat Bahasa Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa mengatakan di depan Karya Latihan Wartawan (KLW) XVII
Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Tanggal 11 November 1978:
”Bahasa surat kabar harus singkat, padat, sederhana, jelas, lugas, tetapi selalu menarik. Sifat-sifat itu harus dipenuhi oleh bahasa surat kabar mengingat bahwa surat kabar dibaca oleh lapisan-lapisan masyarakat yang tidak sama tingkat pengetahuannya. Mengingat bahwa orang tidak harus menghabiskan waktunya hanya dengan membaca surat kabar. Harus lugas, tetapi jelas, agar mudah dipahami. Orang tidak perlu mesti mengulang-ulang apa yang dibacanya karena ketidak jelasan bahasa yang digunakan dalam surat kabar itu.”30
Pendapat lainnya dari Patmono SK menyebutkan pengertian bahasa
jurnalistik. Menurutnya bahasa junalisitik ialah
”bahasa jurnalistik adalah bahasa komunikasi massa yang dipergunakan dalam majalah, surat kabar, tetevisi atau radio. Bahasa jurnalistik tidak berbeda dengan bahasa tulisan umumnya, kecuali beberapa kekhususan yang dimilikinya.”31
Dari beberapa definisi bahasa jurnalistik, dapat disimpulkan bahasa
jurnalistik adalah bahasa yang dipakai dalam media massa (majalah, surat
kabar, televisi dan radio) dan yang orang-orang yang terlibat dalam media
massa tersebut. Harus tunduk pada kaidah-kaidah tata bahasa dan mempunyai
ciri-ciri atau sifat-sifat khusus seperti singkat, padat, jelas, lugas, menarik dan
sebagainya.
29
Rosihan Anwar, Bahasa Jurnalistik Indonesia dan Komposisi (Yogyakarta: Media Abadi, 2004), h. 4.
30
Ibid., h. 4.
31
2. Ciri-ciri Bahasa Jurnalistik
Bahasa jurnalistik mempunyai karakter atau ciri-ciri yang berbeda.
Ciri-ciri tersebut membedakan antara bahasa jurnalistik dengan bahasa
akademik, bahasa sastra, bahasa gaul dan sebagainya. Menurut Kunjana
Rahardi menyebutkan beberapa ciri bahasa jurnalistik. ciri bahasa jurnalistik
tersebut adalah:
a. Komunikatif, artinya bahasa jurnalistik berciri tidak berbelit-belit,
tidak berbunga-bunga, tetapi harus terus langsung pada pokok
permasalahannya.
b. Spesifik, artinya bahasa jurnalistik disusun dengan
kalimat-kalimat pendek.
c. Hemat kata, artinya memegang teguh prinsip ekonomi kata
(economy of words).
d. Jelas makna, artinya sedapat mungkin menggunakan kata-kata
yang bermakna denotatif (makna sebenarnya).
e. Tidak mubazir dan tidak klise. 32
Selain itu, Menurut Haris Sumadiria, ciri-ciri bahasa jurnalistik adalah:
a. Sederhana.
b. Singkat.
c. Padat.
d. Lugas.
e. Jelas.
f. Jernih.
32
g. Menarik.
h. Demokratis.
i. Populis.
j. Logis.
k. Gramatikal.
l. Menghindari kata tutur.
m. Menghindari kata dan istilah asing.
n. Pilihan kata (diksi) yang tepat.
o. Mengutamakan kalimat aktif.
p. Menghindari kata atau istilah teknis.
q. Tunduk kepada kaidah etika.33
Karakteristik atau ciri tersebut merupakan hal yang harus dipenuhi
oleh bahasa jurnalistik. Karena surat kabar adalah media massa yang
menyampaikan informasinya melalui tulisan dan dibaca oleh semua kalangan
masyarakat baik itu kalangan A, B, C dan sebagainya. Selain itu tingkat
pengetahuan antara masing-masing manusia berbeda ada yang berpengetahuan
rendah, biasa-biasa dan tinggi.
Perkembangan jurnalistik khususnya di Indonesia pasca orde baru
mengalami perkembangan yang sangat pesat. Banyak media massa cetak
maupun elektronik bermunculan. Hal ini disebabkan karena pintu kebebasan
dibuka selebar-lebarnya. Sehingga banyak bermunculan media massa cetak
maupun elektronik.
33
Media massa berlomba-lomba mencari berita dan segera menyebarkan
beritanya kepada khalayak. Dalam penulisannya sering terdapat
ketidaksesuaian dengan pedoman penulisan bahasa jurnalistik atau bahasa
baku Indonesia. Sehingga terdapat kesalahan yang paling menonjol dalam
media massa cetak. Misalnya tidak ekonomi kata, kesalahan dalam ejaan,
bertele-tele dan sebagainya.
3. Ketentuan Bahasa Jurnalistik
Bahasa jurnalistik mempunyai ketentuan-ketentuan yang harus ditaati.
Ketentuan tersebut harus dilaksanakan supaya berita atau informasi yang
disampaikan kepada khlayak mudah dimengerti. Ketentuan-ketentuan tersebut
adalah:
a. Penggunaan kalimat pendek
Dalam jurnalistik, penggunaan kalimat pendek merupakan pilihan
utama. Hal itu dimaksudkan agar pokok persoalan yang
diungkapkan segera dapat dimengerti pembacanya.
b. Penggunaan kalimat aktif
Agar suatu laporan atau tulisan dapat menarik pembacanya,
wartawan harus mampu menghidupkan kalimat yang ditulisnya.
Untuk itu penggunaan kalimat aktif merupakan ketentuan yang
c. Penggunaan bahasa positif
Suatu laporan akan menarik apabila ditulis dengan bahasa positif.
Ia akan lebih hidup bila dibandingkan dengan penulisan bahasa
negatif.34
4. Ekonomi Kata
Bahasa pers atau bahasa jurnalistik harus memegang teguh prinsip
ekonomi kata (economy of words). Bentuk-bentuk kebahasaan yang digunakan
dalam bahasa jurnalistik sedapat mungkin berciri minim karakter atau sedikit
jumlah hurufnya.35
Surat kabar merupakan media massa yang berbicara tentang halaman.
Menyajikan berita dalam surat kabar harus memperhatikan ruang atau space
halamannya. Sehingga penulisan berita tidak bertele-tele dan memegang teguh
prinsip ekonomi kata. Dalam bahasa jurnalistik, prinsip ekonomi kata
menganjurkan supaya teks singkat tanpa harus merusak makna atau pesan
yang disampaikan kepada pembaca. Teks yang singkat dan mengandung pesan
yang utuh akan menghemat waktu dan tenaga pembaca dalam memahami
berita yang disampaikan.
Ada ketentuan-ketentuan yang harus kita ikuti untuk melakukan
ekonomi kata, sebagai berikut:36
a. Menghilangkan ungkapan atau peribahasa
b. Menghilangkan kata mubazir
34
Patmono SK, h. 71.
35
Kunjana Rahardi, h. 19.
36
Kata mubazir ialah kata yang dapat dihilangkan dari kalimat tanpa
kalimat itu kehilangan makna atau arti. Kata mubazir diantaranya
sebagai berikut:
i. Bahwa
ii. Adalah
iii. Telah, sedang, dan akan
Bahasa Indonesia tidak mengenal bentuk lampau kata kerja.
Berkaitan dengan tiadanya bentuk lampau, setiap kata kerja
yang dilengkapi penunjuk waktu tidak lagi memerlukan kata
telah, sedang atau akan.
iv. Untuk
v. Daridandaripada
Agar wartawan dapat menggunakan kata dari dan daripada
secara benar, kita dapat menyatakan penggunaan kata
dariipada hanya dipakai dalam perbandingan. Sedangkan kata
dari dalam jurnalistik hanya dipakai sebagai penunjuk asal dan
waktu.
vi. Di mana, hal mana, yang mana, dengan siapa, dan dari mana
5. Pedoman Bahasa Jurnalistik
Dalam penulisan bahasa jurnalistik terdapat pedoman yang harus
dilaksanakan. Salah satunya adalah pedoman yang dikeluarkan oleh Persatuan
Wartawan Indonesia (PWI) pada 10 November 1978 di Jakarta. Pedoman
tersebut terdiri dari sepuluh aturan dalam penulisan bahasa jurnalistik.
a. Wartawan Indonesia secara konsekuen melaksanakan pedoman
Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Hal ini juga harus
diperhatikan oleh para korektor karena kesalahan paling menonjol
dalam surat kabar sekarang ini ialah kesalahan ejaan.
b. Wartawan hendaknya membatasi diri dalam singkatan atau
akronim. Kalaupun ia harus menulis akronim, maka satu kali ia
harus menjelaskan dalam tanda kurung kepanjangan akronim
tersebut supaya tulisannya dapat dipahami oleh khalayak ramai.
c. Wartawan hendaknya tidak menghilangkan imbuhan, bentuk awal
atau prefiks. Pemenggalan kata awalan me dapat dilakukan dalam
kepala berita mengingat keterbatasan ruangan. Akan tetapi
pemenggalan jangan sampai dipukulratakan sehingga merembet
pula ke dalam tubuh berita.
d. Wartawan hendaknya menulis dengan kalimat-kalimat pendek.
Pengutaraan pikirannya harus logis, teratur, lengkap dengan kata
pokok, sebutan dan kata tujuan (subjek, predikat, objek). Menulis
dengan induk kalimat dan anak kalimat yang mengandung banyak
kata mudah membuat kalimat tidak dapat dipahami, lagi pula
prinsip yang harus dipegang ialah “satu gagasan atau satu ide
dalam satu kalimat”.
e. Wartawan hendaknya menjauhkan diri dari ungkapan klise atau
stereotype yang sering dipakai dalam transisi berita seperti
kata-kata sementara itu, dapat ditambahkan, perlu diketahui, dalam
atau bunyi yang selalu sama saja), dan sekaligus dia menerapkan
ekonomi kata atau penghematan dalam bahasa.
f. Wartawan hendaknya menghilangkan kata mubazir seperti adalah
(kata kerja kopula), telah (penunjuk masa lampau), untuk (sebagai
terjemahan to dalam bahasa Inggris), dari (sebagai terjemahan of
dalam hubungan milik), bahwa (sebagai kata sambung) dan bentuk
jamak yang tidak perlu diulang.
g. Wartawan hendaknya mendisiplinkan pikirannya supaya jangan
campur aduk dalam satu kalimat bentuk pasif (di) dengan bentuk
aktif (me).
h. Wartawan hendaknya menghindari kata-kata asing dan
istilah-istilah yang terlalu teknis ilmiah dalam berita. Kalaupun terpaksa
menggunakannya, maka satu kali harus dijelaskan pengertian dan
maksudnya.
i. Wartawan hendaknya sedapat mungkin menaati kaidah tata bahasa.
j. Wartawan hendaknya ingat bahasa jurnalistik ialah bahasa yang
komunikatif dan spesifik sifatnya, dan karangan yang baik dinilai
dari tiga aspek yaitu isi, bahasa, dan teknik persembahan.37
Dalam bahasa jurnalistik, sedikitnya terdiri dari tiga yaitu kata, kalimat
dan paragraf (alinea). Ada aturan-aturan dalam menulis ketiga unsur tersebut.
Selain itu ada beberapa hal yang diperhatikan dalam bahasa jurnalisitk untuk
menyusun suatu kalimat. Seperti koherensi, penggunaan kata dan sebagainya.
37
Kata adalah kumpulan abjad yang disusun teratur sehingga dapat
memberikan makna.38 Kata ada beberapa bentuk diantaranya adalah kata
dasar, kata berimbuhan, kata ulang dan kata majemuk.
Dalam dunia pers, kata yang digunakan dalam penulisa berita
mempunyai ciri-ciri khas, yaitu:
a. Kata yang digunakan harus mudah dimengerti. Artinya setiap kata
yang digunakan itu mudah dipahami pembaca dan pendengar.
b. Kata yang digunakan harus dinamis. Kata yang ditampilkan harus
memberikan arti yang lebih hidup, lebih bersemangat, sesuai
dengan kondisi dan situasi pernyataan yang akan disampaikan.
c. Kata yang muncul harus demokratis.39
Selanjutnya adalah kalimat, karena suatu bahasa tersusun dari kata dan
kemudian menjadi kalimat. Dalam kaidah bahasa, kalimat ialah penggabungan
kata yang mengandung arti.40
Saat menulis suatu berita wartawan atau para insan jurnalis harus
memegang prinsip-prinsip atau aturan dalam menyusun kalimat. Sehingga
kalimat tersebut tidak membingungkan masyarakat yang membaca berita di
media massa cetak.
Menurut Kunjana Rahardi terdapat 10 prinsip menyusun
kalimat-kalimat jurnalistik. Prinsip-prinsip tersebut sebagai berikut:
a. Berciri padat, singkat, tajam dan lugas.
b. Berciri sederhana dan tidak berbelit.
38
Ras Siregar, Bahasa Jurnalistik Indonesia (Jakarta: PT Pustaka Karya Grafika Utama, 1987), h. 120.
39
Ibid., h. 121.
40
c. Membatasi kalimat luas.
d. Menggunakan bentuk yang tidak verbalitas.
e. Memiliki preferensi pada bentuk-bentuk pendek.
f. Mengutamakan bentuk positif dan bentuk aktif.
g. Berciri jelas, tegas dan tidak kabur makna.
h. Membedakan secara jelas bahasa tutur dan bahasa tulis.
i. Memiliki preferensi pada bentuk yang sederhana, pendek, dengan
tetap berdasar pada kaidah-kaidah linguistic.
j. Membatasi bentuk-bentuk kebahasaan yang terkena interferensi
bahasa asing.41
41
BAB III
GAMBARAN UMUM
SURAT KABAR HARIAN REPUBLIKA
F. Sejarah Singkat Republika42
Harian umum Republika diterbitkan atas kehendak mewujudkan media
massa yang mampu mendorong bangsa yang kritis dan berkualitas. Yakni bangsa
yang mampu sederajat dengan bangsa maju lain di dunia, memegang nilai-nilai
spiritualitas sebagai perwujudan pancasila sebagai filsafat bangsa, serta memiliki
arah gerak seperti digariskan UUD 1945.
Kehendak melahirkan masyarakat demikian searah dengan tujuan, cita-cita
dan program ikatan cendekiawan muslim se-Indonesia (ICMI) yang dibentuk pada
5 Desember 1990. Salah satu dari program ICMI yang disebarkan ke seluruh
Indonesia antara lain, mencerdaskan kehidupan bangsa melalui program
peningkatan 5K, yaitu: kualitas iman, kualitas hidup, kualitas kerja, kualitas karya,
dan kualitas pikir.
Untuk mewujudkan tujuan, cita-cita, dan program ICMI di atas, beberapa
tokoh pemerintah dan masyarakat yang berdedikasi dan komitmen pada
pembangunan bangsa dan masyarakat Indonesia, yang beragama Islam,
membentuk Yayasan Abdi Bangsa pada 17 Agustus 1992. Yayasan ini kemudian
menyusun tiga program utamanya:
1. Pengembangan Islamic Center
2. Pengembangan CIDES (Center for Information and Development Studies)
42