• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS GENDER PERAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DI DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KABUPATEN BANTUL TAHUN 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS GENDER PERAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DI DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KABUPATEN BANTUL TAHUN 2016"

Copied!
122
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

ANALISIS GENDER PERAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DI DINAS

KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KABUPATEN BANTUL

TAHUN 2016

Oleh:

Ditaria

20120520241

JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

(2)

i

SKRIPSI

ANALISIS GENDER PERAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DI DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KABUPATEN BANTUL

TAHUN 2016

Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat menjadi sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh:

Ditaria

20120520241

JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNUVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

(3)

ii

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI

“ANALISIS GENDER PERAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DI DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KABUPATEN

BANTUL TAHUN 2016” Oleh:

DITARIA 20120520241

Telah dipertahankan dan disahkan di depan Tim Penguji Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Pada:

Hari / Tanggal : Kamis / 25 Agustus 2016 Tempat : Ruang Sidang Fisipol

Jam : 11.00 WIB

SUSUNAN TIM PENGUJI

KETUA

Dian Eka Rahmawati, S.IP.,M.Si

Penguji I Penguji II

Ane Permatasari, S.IP.,MA Dr. Titin Purwaningsih, S.IP.,MSi

Mengetahui

KETUA JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN

(4)

iii

HALAMAN PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Analisis Gender Peran Kepemimpinan Perempuan Di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Bantul Tahun 2016” ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri. Sepanjang pengetahuan saya di dalamnya tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di perguruan tinggi manapun atau pendapat yang pernah ditulis dan diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis yang dijadikan dalam acuan dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Yogyakarta, 30 Agustus 2016

Penulis,

(5)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini Akan penulis persembahkan kepada semua pihak yang telah memberikan motivasi, semangat, dukungan yang tiada hentinya dari awal masuk kuliah pada tahun 2012-2016 ini.

1. Allah SWT, yang memberikan perlindungan, kesehatan, keselamatan kelancaran kuliah, saya dapat menyelesaikan skripsi syarat lulus kuliah ini dengan mudah.

2. Kedua Orang tua saya Abah H. Darsani dan Mama Hj. Dahniah yang telah membiayai kuliah saya selama kurang lebih 4 tahun, dan tak pernah lelah untuk mendegarkan keluh kesah saya selama kuliah, serta selalu mendukung dan memotivasi saya untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Doakan Putrimu ini dapat sukses setelah lepas dari Perguruan Tinggi. 3. Terima kasih kepada seluruh dosen Ilmu Pemerintahan UMY, yang telah

meberikan banyak ilmunya, terkhusus kepada Bu Dian Eka Rahmawati, S.IP, Msi yang telah membimbing saya dengan sangat sabar sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini.

4. Kaka-kaka saya tersayang Umi Darsiah dan Muhammad Rahmani yang selalu mendukung dan memberikan nasehat-nasehatnya serta Adik tercinta Derza Ashare, adik satu-satunya yang selalu mendukung dan memberikan semangat selama kuliah di Yogyakarta.

(6)

v

rasa kekeluargaan. Kalian merupakan sejarah dalam kehidupan muda saya selama menjadi Mahasiswi di tanah rantau.

8. K’ckers terima kasih atas petualangan menjelajah alam liar yang telah kalian tunjukan kepada saya. Terimakasih sudah memperkenalkan saya dengan Gunung, Pantai, Lautan dan terimakasih sudah menjadi sosok apa adanya yang selalu menghadirkan tawa dikehidupan saya.

9. Semua angkatan Ilmu Pemerintahan 2012, yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terima kasih telah menjadi teman terbaik selama diperkuliahan, berbagi ilmu, pengalaman, nasehat, serta suka duka cita kita lewati bersama hingga mendapatkan gelar S.IP.

10.Teman seperjuangan dari daerah asal saya yang sama-sama berjuang menempuh perguruan tinggi di berbagai universitas di Yogyakarta.

(7)

vi

“Man Jadda Wa Jadda”

“Tidak Akan Ada Hasil Yang Mekhianati Suatu Proses Jika Kita Benar Bersungguh-Sungguh Berusaha Untuk Mendapatkannya”

“Be What You Want To Be, Not What Others Want To See”

(8)

vii

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah menciptakan langit dan bumi beserta isinya. Shalawat serta salam kita hanturkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW. Alhamdulillahirabbil’alamin penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Analisis Gender Peran Kepemimpinan Perempuan Di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Bantul”, bahwa skripsi ini disusun guna untuk menilai, mengetahui, sejauh Pandangan Masyarakat Dewasa ini dalam menanggapi Isu Gender di Kalangan Pemimpin Perempuan. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dalam kesempurnaan dan masih terdapat banyak kekurangan, namun demikian penulis berusaha untuk dapat menyempurnakannya. Semoga segala yang terdapat dalam skripsi ini bermanfaat bagi khalayak umum untuk memanfaatkan sebagai refrensi atau sekedar membaca untuk menambah ilmu pengetahuan serta kritik dan saran yang membangun dari semua pihak yang yang telah membaca skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dian Eka Rahmawati, S.IP., Msi yang telah membimbing dengan telaten dan mengarahakan skripsi ini hingga selesai. Kepada segenap dosen ilmu pemerintahan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Staff Tata Usaha Ilmu Pemerintahan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Staff Tata Usaha Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang telah banyak membantu penulis menyelesaikan masalah administrasi.

Yogyakarta, 15 Agustus 2016

Ditaria

(9)

viii

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

SINOPSIS ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 10

C. Tujuan Penelitian ... 10

D. Manfaat Penelitian ... 10

E. Kerangka Teori ... 11

1. Teori Gender ... 11

2. Teori Peran ... 17

3. Teori Kepemimpinan ... 20

F. Definisi Konsepsional ... 35

G. Definisi Operasional ... 36

H. Metode Penelitian ... 36

(10)

ix

2. Lokasi Penelitian ... 37

3. Sumber Data ... 37

4. Teknik Pengumupulan Data ... 38

5. Teknik Analisis Data ... 40

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN ... 41

A. Profil Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Bantul ... 41

1. Visi ... 41

2. Misi ... 42

3. Tujuan ... 42

4. Sasaran ... 43

5. Kebijakan ... 43

6. Strategi ... 44

B. Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil ... 45

C. Profil Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Ir. Fenti Yusdayanti, MT ... 52

D. Profil SDM/ Staff Dinas Kependudukan dan pencatatan Sipil Kabupaten Bantul ... 55

BAB III ANALISIS GENDER PERAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DI DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KABUPATEN BANTUL ... 59

A. Peran Kepemimpinan Perempuan ... 59

1. Pengontrolan Diri………... ... 60

(11)

x

3. Visi dan Mencari Inovasi ... 66

4. Empati ... 74

5. Pengambilan Keputusan ... 76

6. Dekat dengan Bawahan ... 79

7. Menyemangati Jiwa dan Memberi Motivasi ... 81

B. Gaya Kepemimpinan Perempuan Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Ir. Fenti Yusdayanti, MT ... 83

C. Faktor Penghambat Kepemimpinan Perempuan ... 86

1. Ajaran Agama ... 87

2. Strukrur Kebudayaan ... 89

3. Pandangan Steriotipe ... 91

4. Lingkungan Sosiologi ... 93

5. Sistem Pendidikan ... 93

D. Faktor Pendukung Kepemimpinan Perempuan ... 94

1. Motivasi ... 94

2. Pendidikan ... 95

3. Pengalaman dalam Berorganisasi ... 97

BAB IV PENUTUP ... 97

A. Kesimpulan ... 97

B. Saran ... 101

DAFTAR PUSTAKA ... 102

(12)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Hasil/ Capaian Entry Data Program Buta Aksara per Agustus 2015 ... 4

Tabel 1.2 Variabel-variabel Kunci Dalam Teori Kepemimpinan ... 23

Tabel 1.3 Daftar Responden Wawancara ... 39

Tabel 2.1 Riwayat Pendidikan Ir. Fenti Yusdayanti, MT ... 53

Tabel 2.2 Riwayat Diklat Ir. Fenti Yusdayanti, MT ... 53

Tabel 2.3 Penghargaan Yang Diterima Ir. Fenti Yusdayanti, MT ... 54

(13)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Model Kepemimpinan Perempuan ... 31

Gambar 2. 1 Profil SDM/ Staff Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Bantul ... 55

(14)

xiii SINOPSIS

Skrispi ini mengambil judul “ Analisis Gender Peran Kepemimpinan Perempuan di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Bantul Tahun 2016”. Latar belakang masalah dalam penelitian ini adalalah mengenai bagaimana peran gender dalam sebuah kepemimpinan yang dimiliki oleh seorang perempuan dan bagaimana gender dipersoalkan karena efektifitas telah melahirkan perbedaan peran, tanggung jawab, hak dan fungsi serta ruang aktifitas laki-laki dan perempuan dalam masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran dan efektifitas kepemimpinan seorang perempuan dari sudut pandang gender. Bagaimana sisi para kaum laki-laki dan perempuan menilai kepemimpinan yang dijalankan oleh seorang perempuan dengan mengangkat rumusan masalah bagaimana peran kepemimpinan perempuan Ir. Fenti Yusdayanti, MT selaku kepala Dinas di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Bantul serta apa saja faktor-faktor penghambat maupun pendukung peran kepemimpinan perempuan di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Bantul.

Metode Penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif, penelitian deksriptif adalah studi untuk menemukan fakta dengan implementasi yang tepat, melukiskan atau menggambarkan informasi apa adanya sesuai dengan variabel-variabel yang diteliti sesuai dengan keadaan terkini. Penelitian dekriptif bermaksud memuat pernyataan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi tertentu. Dengan Teknik pengumpulan data dengan cara wawancara, observasi, dan dokumentasi serta pemanfaatan data primer dan sekunder.

Setelah peneliti melakukan penelitian, kesimpulan yang penulis dapatkan bahwa Kepemimpinan Perempuan yang dijalankan oleh Ir. Fenti Yusdayanti, MT selaku Kepala Dinas adalah beliau telah melaksanakan peran-peran kepemimpinan dengan baik. Dapat dilihat dari hasil beberapa indikator yang menghasilkan hasil positif terhadapap kinerja beliau, dan dapat ditarik kesimpulan bahwa seluruh staff baik laki-laki maupun perempuan sepenuhnya sangat menerima dengan keberadaan pemimpin perempuan di Dinas tersebut. Secara garis besar mereka telah dapat menerima persamaan gender.

(15)

SINOPSIS

Skrispi ini mengambil judul “ Analisis Gender Peran Kepemimpinan Perempuan di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Bantul Tahun 2016”. Latar belakang masalah dalam penelitian ini adalalah mengenai bagaimana peran gender dalam sebuah kepemimpinan yang dimiliki oleh seorang perempuan dan bagaimana gender dipersoalkan karena efektifitas telah melahirkan perbedaan peran, tanggung jawab, hak dan fungsi serta ruang aktifitas laki-laki dan perempuan dalam masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran dan efektifitas kepemimpinan seorang perempuan dari sudut pandang gender. Bagaimana sisi para kaum laki-laki dan perempuan menilai kepemimpinan yang dijalankan oleh seorang perempuan dengan mengangkat rumusan masalah bagaimana peran kepemimpinan perempuan Ir. Fenti Yusdayanti, MT selaku kepala Dinas di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Bantul serta apa saja faktor-faktor penghambat maupun pendukung peran kepemimpinan perempuan di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Bantul.

Metode Penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif, penelitian deksriptif adalah studi untuk menemukan fakta dengan implementasi yang tepat, melukiskan atau menggambarkan informasi apa adanya sesuai dengan variabel-variabel yang diteliti sesuai dengan keadaan terkini. Penelitian dekriptif bermaksud memuat pernyataan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi tertentu. Dengan Teknik pengumpulan data dengan cara wawancara, observasi, dan dokumentasi serta pemanfaatan data primer dan sekunder.

Setelah peneliti melakukan penelitian, kesimpulan yang penulis dapatkan bahwa Kepemimpinan Perempuan yang dijalankan oleh Ir. Fenti Yusdayanti, MT selaku Kepala Dinas adalah beliau telah melaksanakan peran-peran kepemimpinan dengan baik. Dapat dilihat dari hasil beberapa indikator yang menghasilkan hasil positif terhadapap kinerja beliau, dan dapat ditarik kesimpulan bahwa seluruh staff baik laki-laki maupun perempuan sepenuhnya sangat menerima dengan keberadaan pemimpin perempuan di Dinas tersebut. Secara garis besar mereka telah dapat menerima persamaan gender.

Saran yang penulis berikan dalam penelitian ini adalah hendaknya masyarakat luas khususnya dalam lingkungan masyarakat lebih membuka fikiran terhadap kemajuan jaman terhadap emansipasi wanita serta mengubah pola fikir masyarakat luas

(16)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kesetaraan gender telah sejak lama diperjuangkan oleh pejuang feminis di berbagai negara. Baik negara industri, maupun negara ketiga termasuk Indonesia. Hal tersebut tidak terlepas dari problematika dari kaum perempuan sendiri, Dimana adanya anggapan bahwa perempuan kurang atau bahkan tidak dapat memainkan peran independen dalam tataran domestik publik.

Di Indonesia sendiri bukanlah hal yang baru bahwa perempuan sering mengalami proses ketidakadilan gender melalui marginalisasi, subornasi, stereotipe serta menjadi korban kekerasan. Hal ini bersangkutan dengan tarik menarik antara peran domestik dan peran publik perempuan. Proses marginalisasi, yang mengakibatkan kemiskinan banyak sekali terjadi dalam masyarakat dan negara yang menimpa kaum laki-laki dan perempuan, misalnya penggusuran, bencana alam, atau proses ekploitasi.

(17)

2

Pandangan gender juga dapat menimbulkan subornasi, anggapan bahwa perempuan itu irrasional atau emosional sehingga perempuan tidak bisa tampil menjadi pemimpin, berakibat munculnya sikap yang menempatkan perempuan pada posisi yang tidak penting ataupun dinomor duakan, serta secara umum steriotipe terhadap perempuan adalah pelabelan atau penandaan terhadap suatu kelompok tertentu yang mana pandangan tersebut bersumber dari gender. Misalnya, penandaan yang berawal dari asumsi bahwa perempuan bersolek dalam rangka menarik perhatian sehingga banyak bermunculan kasus-kasus kekerasan dan pelecehan terhadap kaum perempuan.

Berikut merupakan gambaran kedudukan perempuan Indonesia, dewasa ini1 :

1. Banyak pabrik yang memilih penggunaan buruh perempuan, karena upahnya lebih murah. Konsep ini mencul karena pemikiran bahwa perempuan “bukan pencari nafkah”, masih membudaya di Indonesia. Sebuah pabrik rokok misalnya, bisa memberi upah Rp.700,- per har, separuh dari yang diterima buruh laki-laki (tahun 1990-an)

2. Pengambilan keputusan politik kemasyarakatan masih didominasi laki-laki. Padahal, keputusan di bidang politik merupakan sistem yang mengatur berjalannya keputusan yang bias gender dan merugikan perempuan.

(18)

3

3. Hampir semua perempuan, khususnya yang berpendidikan rendah atau tidak berpendidikan sama sekali, hidup dalam dominasi laki-laki. Kekuasaan yang diberikan kepada perempuan, yaitu kekuasaan untuk melayani, sangat tampak dalam kegiatan domestik

4. Perempuan masih diikat dengan peran gandanya, apabila ia mempunyai aktivitas di sektor publik. Peran ganda sebenarnya adalah beban ganda

5. Perempuan dibebani tanggung jawab keluarga secara sepihak, dan ini membuat pandangan steriotipe yang menyudutkan perempuan yang berkeluarga.

Faktor pendidikan rendah menjadi persoalan selanjutnya yang menyebabkan kaum perempuan menjadi tersingkirkan dalam urusan gender. Dapat dilihat dari hasil penelitian Perempuan di Provinsi DIY misalnya, yang sebenarnya memiliki peluang dan potensi yang besar dalam pembangunan nasional yang juga memberi pengaruh bagi kebijakan-kebijakan pemerintah.

(19)

masing-4

masing kecamatan 1 personil petugas di Daerah Istimewa Yogyakarta, dengan sistem door to door ke sejumlah 82.076 penduduk. Kegiatan verifikasi tersebut dilanjutkan dengan kegiatan Entry Data Verifikasi yang kami laksanakan pada tahun 2015 ini. Hasil entry data dapat kami sajikan dalam tabel dibawah ini2 :

Tabel 1.1 Hasil/ capaian entry data per Agustus 2015

NO KAB/KOTA

HASIL VERIFIKASI ( sasaran program penuntasan buta aksara )

KETERAN GAN

Laki-laki Perempuan Jumlah Capaian (%)

Sumber : Data Dinas Dikpora DIY per 31 Agustus 2015

Secara singkat dan jelas bahwa perempuan di DIY masih perlu untuk diberdayakan baik dari bidang pendidikan tersebut. tentunya agar kualitas

(20)

5

meningkat, kesetaraan dan keadilan gender dapat terpenuhi, terbebas dari pentuk kekerasan dan rasa terpinggirkan.

Salah satu bahasan isu yang menarik dalam kepemimpinan adalah pengaruh keragaman gender dalam kepemimpinan. Dalam sudut pandang gender, terdapat stigma bahwa laki-laki dianggap lebih unggul daripada perempuan. Stigma tersebut menempatkan perempuan sebagai warga masyarakat kelas dua, termasuk dalam hal kepemimpinan. Dikarenakan stigma tesebut, kemudian muncul pandangan bahwa kekuasaan dan kepemimpinan merupakan domain laki-laki yang terwujud dalam identitas maskulin. Sebagai akibatnya, berkembanglah resistensi terhadap kepemimpinan perempuan semakin berkembang. Hingga saat ini, masyarakat masih cenderung bersikap skeptis terhadap pemimpin perempuan. Hal tersebut tercermin dalam persentase pemimpin perempuan yang masih jauh dibawah pemimpin laki-laki.

(21)

6

Sesungguhnya, perempuan dinilai memiliki kelebihan untuk menjadi pemimpin yang sukses dalam lingkungan atau suatu organisasi, yang diperoleh secara alamiah maupun yang terbentuk dapi pola asuh. Hasil riset Catalyst di Amerika dalam Frankel menyatakan bahwa maupun perempuan merupakan 64,4% dari tenaga kerja, hanya ada 8 CEO perempuan di perusahaan kategori Fortune 500. Serta, hanya 5,2 % Permpuan yang masuk dalam jajaran orang orang berpenghasilan tertinggi dan hanya 7,9 % yang menyandang jabatan tertinggi dalam perusahaan-perusahaan itu. Namun, isyarat akan adanya perubahan positif ditunjukan oleh penelitian Catalyst yang lain, yang mendapati bahwa perusahaan dengan posisi manajemen senior sebagian besar dipegang oleh perempuan mempunyai laba atas ekuitas 35 % lebih tinggi, dan total laba atas investasi pemegang saham 34 % lebih tinggi.

Jika dibandingkan dengan di Indonesia, dari riset yang dilakukan SWA terhadap seluruh perusahaan public yang listing di Bursa Efek Indonesia dan yang masuk SWA100, jumlah CEO perempuan ada 19 orang dari 398 CEO perusahaan Publikau 4,77 %. Adapun presentase CEO perempuan di perusahaan public yang masuk dalam SWA100 hanya 2%. dari jumlah direktur perusahaan public yang mencapai 1.289 orang, presentase direktur perempuan hanya 12.02 % atau 155 orang3.

Fenomena ini menggambarkan bahwa sebetulnya yang dimiliki oleh kaum perempuan masih sangat terbuka, tetapi yang menjadi permasalahan

(22)

7

adalah bagaimana peluang tersebut dimanfaatkan oleh kaum perempuan untuk menunjukan eksistensinya.

Seorang pemimpin perempuan berpotensi menghadapi tantangan yang lebih berat dibandingkan seorang pemimpin laki-laki. Kepemimpinan perempuan seringkali dilihat dari kacamata maskulin. Perempuan dapat diterima sebagai seorang pemimpin apabila mampu mengembangkan karakteristik maskulin dalam kepemimpinannya. Selain itu, kepemimpinan perempuan yang dilegitimasi secara sosial hanya lah kepemimpinan dalam organisasi atau perkumpulan perempuan seperti perkumpulan mahasiswi, perawat, dan sekolah wanita. Dalam lingkungan organisasi, perempuan diharapkan mengambil peran subordinat kecuali posisi mereka disahkan oleh keturunan (diturunkan) karena ketiadaan anggota laki-laki dan perkawinan.

Keberhasilan suatu organisasi sangat tergantung pada pemimpin, bagaimana seorang pemimpin menjalankan fungsi kepemimpinannya secara efektif. Oleh karena itu dengan hadirnya pemimpin dari kalangan perempuan diharapkan mampu membawa organisasi mencapai tujuan-tujuan organisasi tanpa adanya pandangan bahwa perempuan tidak dapat memimpin dengan baik. Karena kedudukan dan peran perempuan dalam sebuah organisasi serta keterkaitannya dengan ketidakadilan gender.

(23)

8

muncul, seperti Margareth Thacher, Golda Meir, Indira Gandhi. Yang mana gaya kepemimpinannya maskulin, kuat menurut konstruksi laki-laki. mereka mampu diakui kepemimpinannya karena membawa steriotipe laki-laki. Lain halnya dengan kepemimpinan perempuan yang menggunakan gaya khas keperempuanannya. Kepemimpinan mereka masih dilecehkan. Akibatnya, kepemimpinan perempuan rapuh dan potensional diguncangkan. Mengapa sampai saat ini masyarakat masih mendiskriminasikan perempuan, sehingga untuk menjadi pemimpin perempuan harus berjuang lebih daripada laki-laki?

Sebagian besar peran kepemimpinan perempuan hanya dapat dijunjung tinggi pada suatu lingkup keorganisasian perempuan, sekolah maupun forum perempuan dan bidang-bidang yang khusus menangani masalah perempuan, sebagai contoh Badan Pemeberdayaan Perempuan yang mana peran dan kedudukan perempuan lebih diprioritaskan dalam hubungan keorganisasiannya ataupun organisasi-organisasi perempuan. Tetapi yang menjadi pertanyaan adalah apakah peran kepemimpinan itu juga berlaku pada organisasi yang tidak secara khusus menangani masalah perempuan?

(24)

9

hal administrasi kependudukan sehingga keberadannya sangat penting bagi masyarakat dalam mengurus kependudukannya, oleh karena itu penulis tertarik ingin mengetahui bagaimana peran seorang pemimpin perempuan dalam memimpin di Dinas yang merupakan salah satu tonggak penting dalam hal adminsitrasi kependudukan dan merupakan Dinas yang berhubungan langsung dengan masyarakat banyak dalam hal pengurusan tertib administrasi kependudukan.

Dalam skripsi ini penulis akan membahas pengertian kepemimpinan, gaya kepemimpinan perempuan dan keterkaitannya dengan gender, faktor-faktor penghambat ataupun pendukung kepemimpinan perempuan, apakah Kepemimpinan perempuan sudah mengangkat representasi perempuan, serta pengaruh keragaman gender terhadap kepemimpinan perempuan yang dipimpin oleh Ir. Fenti Yusdayanti, MT selaku kepala Dinas yang mana beliau adalah seorang pemimpin di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil kabupaten Bantul.

Berdasarkan latar belakang yang penulis uraikan diatas, maka penulis mengangkat skripsi dengan judul “Analisis Gender Peran Kepemimpinan Perempuan di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bantul tahun 2016”

B. Perumusan Masalah

(25)

10

1. Bagaimana peran kepemimpinan Perempuan di Dinas kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bantul?

2. Apa saja faktor-faktor penghambat maupun pendukung peran kepemimpinan perempuan di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bantul?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui bagaimana peran Kepemimpinan Perempuan di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bantul

b. Untuk mengetahui apa saja faktor penghambat dan faktor pendukung peran kepemimpinan perempuan di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bantul.

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis

1. Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan terutama yang berhubungan dengan kepemimpinan perempuan.

2. Membuka wawasan dalam memahami suatu kesenjangan gender di berbagai bidang.

(26)

11

obyektif dan sesuai dengan kebenaran yang ada serta dapat dimengerti secara universal oleh berbagai pihak.

4. Analisis gender dapat menemukan akar permasalahan yang melatar belakangi masalah kesenjangan gender dan sekaligus dapat menemukan solusi yang tepat sasaran sesuai dengan tingkat permasalahannnya.

b. Manfaat praktis

1. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat khususnya bagi peneliti berupa fakta-fakta temuan di lapangan yang membantu pengujuan analisis

2. Sebagai salah satu usaha untuk mengungkap permasalahan-permasalahan dan isu sosial yang ada dalam kehidupan masyarakat khusunya mengenai feminisme dan peran kepemimpinan perempuan dalam ber organisasi. 3. Menambah pengetahuan dan sebagai sarana aplikasi ilmu yang telah

penulis dapat di bangku perkuliahan dan mata kuliah Leadership.

D. Kerangka Dasar Teori

1. Teori Gender

a. Definisi Gender

(27)

12

perbedaan biologi, akan tetapi ditentukan oleh lingkungan sosial, politik, dan ekonomi4.

Gender adalah seperangkat peran, perilaku, kegiatan, dan atribut yang dianggap layak bagi laki-laki dan perempuan, yang dikonstruksikan secara sosial dalam suatu masyarakat5.

Kata gender dalam istilah bahasa Indonesia sebenarnya berasal dari bahasa inggris. Yaitu ‘gender’ istilah gender pertama kali diperkenalkan oleh Robert Stoller untuk memisahkan pencirian manusia yang didasarkan pada pendefinisian yang bersifat sosial budaya dengan pendefinisian yang berasal ciri fisik biologis. Dalam ilmu sosial orang yang juga sangat berjasa dalam mengembangkan istilah dan pengertian gender ini adalah Ann Oakley. Sebagaimana Stoller. Oakley mengartikan gender sebagai konstruksi sosial atau atribut yang dikenakan pada manusia yang dibangun oleh kebudayaan manusia.6

Dalam khasanah ilmu-ilmu social, istilah ‘gender’ duperkenalkan untuk mengacu kepada perbedaan-perbedaan antara perempuan dengan laki-laki tanpa konotasi-konotasi yang sepenuhnya bersifat biologis. Jadi rumusan gender merujuk kepada perbedaan-perbedaan antara perempuan dengan laki-laki yang merupakan bentukan social. Perbedaan-perbedaan yang menyangkut jenis kelamin.

4 Vitalaya S Hubeis , Aida. 2010, Pemberdayaan Perempuan dari Masa ke Masa. Bogor:PT.Penerbit

IPB Press

55 (WHO) world Health Organization , 2012, What Do We Mean By “Sex and Gender”?.(Artikel) 6 Dr. Riant Nugroho, 2011, Gender Dan Strategi Pengurus-Utamannya Di Indonesia, Yogyakarta:

(28)

13

Dalam rumusan ilmu-ilmu sosial, yang dimaksud dengan istilah hubungan-hubungan gender atau relasi-relasi gender adalah sekumpulan aturan-aturan, tradisi-tradisi, dan hubungan-hubungan sosial timbal balik dalam masyarakat dan dalam kebudayaan yang menentukan batas-batas ‘feminim’ dan ‘maskulin’ . secara terpadu, semua hal diatas menjadi penentu bagaimana kekuasaan dibagikan antara perempuan dan laki-laki, dan bagaimana penggunaan kekuasaan yang telah dibagikan itu.

Di sini gender menjadi istilah simpul untuk menyebut kefeminiman dan kemaskulinan yang dibentuk secara sosial, yang beda-beda menurut tempatnya. Berlainan dengan jenis kelamin, perilaku gender adalah perilaku yang tercipta melalui proses pembelajaran, bukannya sesuatu yang berasal dari dalam diri sendiri secara alamiah atau takdir yang tak bisa dipengaruhi oleh manusia7.

b. Analisis Gender

Teknik analisis gender

Analisis gender adalah suatu metode atau alat untuk mendeteksi kesenjangan atau disparitas gender melalui penyediaan data dan fakta serta informasi tentang gender yaitu data yang terpilah antara laki-laki dan perempuan dalam aspek akses, peran, kontrol dan manfaat.

Dengan demikian analisis gender adalah proses menganalisis data dan informasi secara sistematis tentang laki-laki dan perempuan untuk

(29)

14

mengidentifikasi dan mengungkapkan kedudukan, fungsi, peran dan tanggung jawab laki-laki dan perempuan, serta faktor-faktor yang mempengaruhi. Syarat utama terlaksananya analisis gender adalah tersedianya data terpilah berdasarkan jenis kelamin. Data terpilah adalah nilai dari variabel variabel yang sudah terpilah antara laki-laki dan perempuan berdasarkan topik bahasan/hal-hal yang menjadi perhatian. Data terdiri atas data kuantitatif (nilai variabel yang terukur, biasanya berupa numerik) dan data kualitatif (nilai variable yang tidak terukur dan sering disebut atribut, biasanya berupa informasi).

Di lain pihak alat analisis sosial yang telah ada seperti analisis kelas, analisis diskursus (discourse analysis) dan analisis kebudayaan yang selama ini digunakan untuk memahami realitas sosial tidak dapat menangkap realitas adanya relasi kekuasaan yang didasarkan pada relasi gender dan sangat berpotensi menumbuhkan penindasan. Dengan begitu analisis gender sebenarnya menggenapi sekaligus mengkoreksi alat analisis sosial yang ada yang dapat digunakan untuk meneropong realitas relasi sosial lelaki dan perempuan serta akibat-akibat yang ditimbulkannya.

(30)

15

pemecahan masalahnya. Analisis gender sangat penting khususnya bagi para peng ambil keputusan dan perencanaan serta para peneliti akademisi, karena dengan analisis gender diharapkan masalah gender dapat diatasi atau dipersempit sehingga program yang berwawasan gender dapat diwujudkan. Secara terinci analisis gender sangat penting manfaatnya, karena8:

1. Membuka wawasan dalam memahami suatu kesenjangan gender di daerah pada berbagai bidang, dengan menggunakan analisis baik secara kuantitatif maupun kualitatif.

2. Melalui analisis gender yang tepat, diharapkan dapat memberikan gambaran secara garis besar atau bahkan secara detil keadaan secara obyektif dan sesuai dengan kebenaran yang ada serta dapat dimengerti secara universal oleh berbagai pihak. 3. Analisis gender dapat menemukan akar permasalahan yang

melatarbelakangi masalah kesenjangan gender dan sekaligus dapat menemukan solusi yang tepat sasaran sesuai dengan tingkat permasalahannya.

Istilah-istilah yang digunakan dalam Analisis Gender meliputi:

1. Akses adalah peluang atau kesempatan dalam memperoleh atau menggunakan sumberdaya tertentu.

(31)

16

2. Peran adalah keikutsertaan atau partisipasi seseorang/ kelompok dalam suatu kegiatan dan atau dalam pengambilan keputusan.

3. Kontrol adalah penguasaan atau wewenang atau kekuatan untuk mengambil keputusan.

4. Manfaat adalah kegunaan sumberdaya yang dapat dinikmati secara optimal.

5. Indikator adalah alat ukur berupa statistik yang dapat menunjukkan perbandingan, kecenderungan atau perkembangan. 6. Kegiatan produktif yaitu kegiatan yang dilakukan anggota

masyarakat dalam rangka mencari nafkah. Kegiatan ini disebut juga kegiatan ekonomi karena kegiatan ini menghasilkan uang secara langsung atau barang yang dapat dinilai setara uang. Contoh kegiatan ini adalah bekerja menjadi buruh, petani, pengrajin dan sebagainya.

(32)

17

pemeliharaan rumah, tugas-tugas domestik dan reproduksi tenaga kerja untuk saat ini dan masa yang akan datang (misalnya masak, bersih-bersih rumah).

8. Kegiatan kemasyarakatan yang berkaitan dengan politik dan sosial budaya yaitu kegiatan yang dilakukan anggota masyarakat yang berhubungan dengan bidang politik, sosial dan kemasyarakatan dan mencakup penyediaan dan pemeliharaan sumberdaya yang digunakan oleh setiap orang seperti air bersih/ irigasi, sekolah dan pendidikan, kegiatan pemerintah lokal dan lain-lain. Kegiatan ini bisa menghasilkan uang dan bisa juga tidak menghasilkan uang9.

2. Teori Peran

Di dalam kamus besar Bahasa Indonesia Peran ialah seperangkat tingkah laku yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat.

Kamus Bahasa Indonesia kontemporer mengartikan peran sebagai berikut :

“Peran adalah sesuatu yang diharapkan, dimiliki oleh orang yang memiliki kedudukan dalam masyarakat”10.

Sedangkan menurut Kozier Barbara peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai

9 ikk.fema.ipb.ac.id , Konsep, Teori Dan Analisis Gender

10 Peter Salim dan Yennny Salim, 1991, Kamus Behasa Indonesia Kontemporer, Modern English

(33)

18

kedudukannya dalam suatu sistem. Peran dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dalam maupun luar dan bersifat stabil11.

Sedangkan menurut Dougherty & Pritchard, teori peran ini memberikan suatu kerangka konsepsional dalam organisasi. Mereka menyatakan bahwa peran itu “melibatkan pola penciptaan produk sebagai lawan dari perilaku tindakan”. makna peran yang dijelaskan dalam status, kedudukan dan peran dalam masyarakat, dapat dijelaskan melalui beberapa cara, yaitu :

Pertama penjelasan histories. Menurut penjelasan histories, konsep peran semula dipinjam dari kalangan yang memiliki hubungan erat dengan drama atau teater yang hidup subur pada zaman Yunani kuno atau Romawi. Dalam hal ini, peran berarti karakter yang disandang atau dibawakan oleh seorang aktor dalam sebuah pentas dengan lakon tertentu.

Kedua, pengertian peran menurut ilmu social. Peran dalam ilmu social berarti suatu fungsi yang dibawakan seseorang ketika menduduki jabatan tertentu, seseorang dapat memainkan fungsi karena posisi yang didudukinya tersebut.

Ditinjau dari perilaku organisasi, peran merupakan salah satu komponen dari sistem social organisasi, selain norma dan budaya organisasi. Scott et al. menyebutkan lima aspek penting dari peran, yaitu :

11 https://rinawahyu42.wordpress.com Teori peran (Rhole Theory) diakses pada tanggal 3 november

(34)

19

1. Peran itu bersifat impersonal: posisi peran itu sendiri akan menentukan harapannya, bukan individunya.

2. Peran itu berkaitan dengan perilaku kerja (task behavior) – yaitu, perilaku yang diharapkan dalam suatu pekerjaan tertentu.

3. Peran itu sulit dikendalikan

4. Peran itu dapat dipelajari dengan cepat dan dapat menghasilkan beberapa perubahan perilaku utama.

5. Peran dan pekerjaan (jobs) itu tidaklah sama – seseorang yang melakukan suatu pekerjaan bisa saja memainkan beberapa peran12.

Sedangkan menurut Soerjono Soekamto peran mencangkup 3 hal, yaitu: a. Peran meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan

posisi/tempat seseorang dalam masyarakat. Peran dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan bermasyarakat.

b. Peran adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dan masyarakat sebagai organisasi.

c. Peranan juga dapat dikatakan sebagai prilaku individu yang penting bagi struktur social masyarakat13.

3. Teori Kepemimpinan

12 https://jodenmot.wordpress.com Teori Peran, Pengertian, dan Devinisi Peran. Diakses tanggal 3

november 2015 jam 13.20 wib

(35)

20

Kepemimpinan sangat besar pengaruhnya terhadap pencapaian organisasi. Aktivitas dan kinerja anggota pengikut dalam organisasi sebagian besar dipengaruhi oleh adanya pemimpin. Arti pemimpin adalah seorang pribadi yag memiliki kecakapan atau kelebihan dalam suatu bidang sehingga dia mampu mempengaruhi orang lain untuk sama-sama melakukan aktivitass-aktivitas tertentu demi pencapaian satu atau beberapa tujuan14.

Kebanyakan definisi mengenai kepemimpinan mencerminakan asumsi bahwa kepemimpinan menyangkut sebuah proses pengaruh sosial yang dalam hal ini pengaruh yang sengaja dijalankan oleh seseorang terhadap orang lain untuk menstruktur aktivitas-aktivitas serta hubungan-hubungan di dalam sebuah kelompok atau organisasi. Berikut pengertian kepemimpinan menurut para ahli :

Cooley mengemukakan bahwa pemimpin selalu merupakan inti tendensi, dan di lain pihak seluruh gerakan social bila diuji secara teliti terdiri dari berbagai tendensi yang mempunyai inti tersebut.

Mumford mendefinisikan kepemimpinan sebagai keunggulan seseorang atau beberapa individu dalam kelompok, dalam proses mengontrol gejala-gejala sosial.

Blackmard melihat kepemimpinan sebagai sentralisasi usaha dalam seseorang sebagai cermin kekuasaan dari keseluruhan.

(36)

21

Chapin memandang kepemimpinan sebagai sentralisasi usaha dalam seseorang sebagai cerminan keskuasaan dari keseluruhan.

Smith menguraikan berdasarkan ciri-ciri kepribadian kepemimpinan, yang bahwa kelompok sosial yang mencerminkan kesatuannya dalam aktifitas yang saling berhubungan selalu terdiri dari dua hal, pusat aktifitas dan individu-individu yang bertindak sesuai dengan pusat tersebut.

Definisi-devinisi yang dikemukakan di atas mengarahkan perhatian kepada pentingnya struktur kelompok dan proses kelompok dalam membahas mengenai kepemimpinan. Definisi yang dikemukakan oleh Cooley dan Mumford melihat bahwa kepemimpinan bukan sekedar sebuah posisi istimewa dan selalu berada di barisan depan dalam sebuah kelompok tetapi juga sebah keunggulan individual atau kolektif dalam pengontrolan gejala-gejala sosial.15

Dari banyaknya pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa secara umum pengertian kepemimpinan adalah suatu wewenang yang disertai dengan kemampuan atau keahlian seseorang dalam suatu bidang untuk dapat mengarahkan dan menggerakan orang-orang atau anggota dari suatu organisasi agar dapat mencapai tujuan organisasi. Dimana seorang pemimpin harus bisa memberikan pengaruh kepada bawahannya agar dapat melakukan kerjasama ataupun menjalankan tugas-tugasnya dengan kontrol dari sang

(37)

22

pemimpin disertai motivasi yang dapat membangun para individu agar dapat mencapai keberhasilan organisasi.

Menurut Robins ada empat pendekatan terhadap kepemimpinan teori kepemimpinan, yaitu :

1) Menurut teori Atribusi kepemimpinan dikatakan bahwa kepemimpinan semata-mata suatu atribusi yang dibuat seseorang bagi individu-individu lain.

2) kepemimpinan kharismatik, para pengikut membuat atribusi dari kemampuan kepemimpinan yang heroik atau luar biasa bila mereka mengamati prilaku-prilaku tertentu.

3) kepemimpinan Visioner, pemimpin berkemampuan untuk menciptakan dan mengartikulasikan suatu visi yang atraktif, terpercaya, realistik tentang masa depan suatu organisasi atau unit organisasi.

4) kepemimpinan Transaksional, pemimpin yang memandu atau memotivasi pengikut mereka dalam arah tujuan yang ditegakan dengan memperjelas peran dan aturan tugas.

5) kepemimpinan transformasional, pemimpin memberikan pertimbangan dan rangsangan intelektual dan diindivudualkan, dan yang memiliki kharisma.16

16 Robbins Stephen P, 1994, Teori organisasi, struktur, desain dan Aplikasi, Arcan, Jakarta

(38)

23

Tabel 1.2 Variabel-variabel Kunci Dalam Teori Kepemimpinan17

Variable-variabel kunci dalam teori kepemimpinan

Karakteristik pemimpin

 Ciri (motivasi, kepribadian, nilai)

 Keyakinan dan optimism

 Ciri (kebutuhan, nilai, konsep pribadi)

 Keyakinan dan optimism

 Keterampilan dan keahlian

 Sifat dari pemimpinnya

 Kepercayaan kepada pemimpin

 Komitmen dan upaya tegas

 Kepuasan terhadap pemimpin dan pekerjaan

Karakteristik situasi  Jenis unit organisasi

 Besarnya unit organisasi

 Posisi kekuasaan dan wewenang

 Struktur dan kerumitan tugas

 Kesaling tergantungan tugas

 Keadaan lingkungan yang tidak menentu

 Ketergantungan eksternal

Peran kepemimpinan Perempuan

Kepemimpinan bukan hanya membahas mengenai kepribadian seseorang yang berjiwa pemimpin saja, namun juga untuk menjadi seorang pemimpin yang dapat mencapai tujuan-tujuan dalam sebuah organisasinya

(39)

24

diperlukan praktik-praktik yang patut dijadikan panutan bagi seorang pemimpin. Panutan yang dapat dicontohkan oleh seorang pemimpin ketika mereka berusaha untuk mengatasi masalah mereka sendiri dan memandu oranng lain dalam artian ini adalah anggota kelompok lainnya untuk menuju pencapaian puncak.

Hasil Penelitian sekelompok perempuan yang bergabung dalam The Asian Pasific American Women’s Leadership (APWALI) menyatakan bahwa

bahwa cara-cara penting perempuan dalam memimpin adalah : inklusif, kalaborasi, membangun konsensus, yang didasarkan pada prinsip-prinsip, hubungan dan pelayanan etis, peran dan cara memimpin tersebut adalah sebagai berikut :

a. Pengontrolan diri

Pengontrolah diri merupakan dimensi actual untuk semua pemimpin dalam berbagai sektor. Terhadap kecenderungan dipolitisir maupun mempolitisir orang lain. Pengontrolan diri adalah rambu yang arif. Melalui pengontrolan diri terbuka horizon untuk membaca situasi dengan bebas atau tidak terkait pada kepentingan kontemporer diri sendiri. Pengontrolan diri akan membuat pemimpin mempertimbangkan semua misi terhadap hasil instan.

(40)

25

Kemampuan ini dipelajari dari pengalaman dan pengetahuan. Pengalaman komunikasi dari kebanyakan orang yang bukan memimpin tidak berarti lebih rendah kualitasnya dengan kelompok dominan ini. Variasi bentuk komunikasi dapat bermanfaat untuk dipilih dalam konteks yang khusus.

c. Visi dan mencari inovasi

Daya yang dimiliki karena kompleksitas pengalaman dan perkembangan budi seseorang. Menciptakan inovasi untuk memperlihatkan perannya dimensi-dimensi yang dianggap dan dilakukan perempuan sebagai bagian dari kepemimpinannya.

(41)

26

Menurut Prestwood dan Schuman, mengenai kepemimpinan Inovatif, yaitu :

1. Tahu siapa diri anda

2. Lepaskan apa yang kita genggam 3. Selalu bertanya

4. Terbuka

5. Menghilangkan tuntunan ego 6. Menciptakan visi

7. Mobilitas komitmen bawahan 8. Mendorong terjadinya perubahan. d. Empati

Empati adalah pengembangan diri dari sensitifitas, yakni untuk mengambil menjadikan obyek atau orang yang terikat dalam ketergantungan dengan pemimpin.

e. Pengambilan keputusan

(42)

27

Keputusan tidaklah secara tiba-tiba terjadi, melainkan melalui beberapa tahan proses. Condorcet membagi proses pembuatan menjadi tiga tahap yang antara lain : proses mengusulkan prinsip dasar bagi pengambilan keputusan, proses mengeliminasi pilihan-pilihan dan mengimplementasikan pilihan yang diambil18.

f. Dekat dengan bawahan

Kepemimpinan merupakan sesuatu yang sangat menentukan berhasil tidaknya sutu birokrasi, oleh karenanya pendekatan dengan bawahannya sangat perlu dilakukan sebagaimana dikemukankan oleh Gran dan Cashman bahwa :

Dalam membangun kedekatan dengan pegawai dalam instansi pemerintahan adalah :

1. Melakukan identifikasi pada setiap pegawai di unit kerjanya. Pegawai perlu diketahui dan digunakan untuk membuat pendekatan-pendekatan formal dan informal dalam membangun motivasi pegawainya.

2. Mengadakan pertemuan terjadwal dengan semua pegawai terutama dalam menyampaikan semua informasi yang terkait dengan misi, tujuan dan strategi organisasi yang dipimpin. Disitu dilakukan komunikasi timbal balik untuk menggali masukan dari pegawai.

18http://repisotori.widyatama.ac.id/xmlui/bitsteam/handle/123456789/bab%202.pdf?swquence.

(43)

28

Jalur seperti ini merupakan salah satu bentuk pengakuan terhadap bawahan.

3. Pemimpin jangan segan-seganuntuk berada di lingkungan staff kerjanya. Disitu bukan saja melakukan penilaian tetapi juga tegur sapa dan tukar pikiran dengan pegawai secara langsung. Dengan demikian pemimpin akan mengetahui secara persis permasalahan yang dihadapi staff kerjanya19.

g. Menyemangati Jiwa Memberi motivasi

Pemimpin harus dapat menyemangati jiwa para pengikutnya untuk terus melangkah. Tindakan tulus dalam usaha untuk memperdulikan mereka dapat mengangkat semangat dan membuat pengikutnya terus maju. Adalah bagian dari tugas pemimpin untuk menunjukan rasa penghargaannya atas konstribusi orang lain dalam sebuah organisasi dan untuk menciptakan sebuah budaya perayaan atau budaya memotivasi.20

Gaya kepemimpinan perempuan

Penelitian yang menghubungkan gender dengan gaya kepemimpinan mengarah ke gaya kepemimpinan tertentu yang terlihat khas perempuan, gaya kepemimpinan maskulin mempunyai ciri-ciri kompetitif, otoritas hirarki, kontrol tinggi bagi pemimpin, tidak emosional dan analisis dalam mengatasi masalah, sedangkan kepemimpinan feminis

(44)

29

memiliki ciri-ciri koperatif, kalaborasi dengan manajer dan bawahan, kontrol rendah bagi pemimpin dan mengatasi masalah berdasar intuisi dan empati.

Perbedaan jenis kelamin dalam gaya kepemimpinan maskulin dan feminism terlihat jelas dalam penelitian loden, Laki-laki cenderung mempunyai model kepemimpinan maskulin sedangkan perempuan cenderung kepemimpinan feminism sesuai ciri-ciri yang ada. Sesuai dengan gaya kepemimpinan feminism yang khas berdasar jenis kelamin, visser juga mengungkapkan bahwa gaya kepemimpinan feminism melekat pada orientasi keluarga sedangkan gaya kepemimpinan maskulin lebih berorientasi pada karir.

1) Gaya Kepemimpinan Maskulin, dikatakan bahwa kepemimpinan maskulin bernuansa power over yang memiliki arti gaya kepemimpinannya menonjolkan kekuasaan untuk memimpin para bawahannya.

2) Gaya Kepemimpinan Feminim, kepemimpinan feminism merupakan satu bentuk kepemimpinan aktif. Kepemimpinan semacam ini merupakan satu dari sebuah proses dimana pemimpin adalah pengurus bagi orang lain, penanggung jawab aktivitas (steward) atau pembawa pengalaman (carrier of experience).

(45)

30

dapat berupa sesuatu yang bersifat ekonomi, politik atau psikologik suatu barter barang dengan barang, atau barang dengan uang, suatu pertukaransuara antar legislator, keramahtamahan kepada orang lain untuk dipertukarkan dengan kemauan mendengarkan permasalahan orang lain.

4) Gaya Kepemimpinan Transformasional, Kepemimpinan trasformasional merupakan kepemimpinan yang kharismatik, kepemimpianan menciptakan visi dan lingkungan yang memotivasi para karyawan untuk berprestasi melampaui harapan.

Jika gender dihubungkan dengan gaya kepemimpinan maka akan terlihat adanya gaya tertentu khas perempuan karena adanya faktor karakteristik. Jika karakteristik kepemimpinan dihubungkan dengan gaya kepemimpinan perempuan, maka secara umum gaya kepemimpinan perempuan terbagi menjadi dua, yaitu gaya kepemimpinan feminism-maskulin dan gaya kepemimpinan transformasional-transaksional. Dalam kenyataannya tidak selalu dua gaya yang dimiliki kepemimpinan perempuan, bisa saja seorang memiliki kombinasi dua gaya tersebut jika dibuat matriks maka aka nada empat gaya kepemimpinan perempuan, yaitu feminim-maskulin, feminism-transaksional, maskulin-transformasional dan transaksional-maskulin-transformasional.21

(46)

31

Paradigm lama berpendapat bahwa kepemimpinan yang dilakukan oleh laki-laki lebih efektif daripada kepemimpinan perempuan. Parker dan metteson menyatakan bahwa pada dasarnya tidak ada perbedaan mendasar terhadap kualitas kepemimpinan perempuan dan laki-laki22.

Pemimpin perempuan menggunakan gaya transformasional dan people oriented (orientasi kepada manusia) dalam berhubungan dengan bawahannya. Pemimpin perempuan cenderung melibatkan orang lain dalam pembuatan keputusan, lebih suka memberikan dukungan dan memberdayakan bawahan. Mereka tidak segan dalam memberikan informasi, mengutamakan kerjasama dan lebih mengutamakan proses daripada hasil dan mereka lebih toleran terhadap kesalahan yang dibuat oleh bawahannya.

Gambar 1.1 Model Kepemimpinan Perempuan

22 Willie Parker L & Rande W Matteson., 2006, Gender Differences in Leadership. Article submitted

for publication Karakteristik

Pekerjaan

Gaya Kepemimpinan Perempuan  Feminim maskulin

 Feminism transaksional

 Feminism transformasional

(47)

32

Faktor-faktor yang menghalangi perempuan menjadi pemimpin.

1. Faktor internal maupun ekternal yang menghalangi perempuan sebagai pribadi dalam suatu kelompok23 :

 Ajaran agama yang masih mendukung budaya patriarkhi

 Kesulitan perempuan untuk menghilangkan perasaan malu dan takut salah yang merupakan dari struktur budaya. Yang berakibat perempuan sukar menemukan identitas dirinya sebagai pribadi.

 Pandangan steriotipe telah merasuk ke dalam mental perempuan, menyebabkan perempuan kurang mampu berpikir tajam dan jernih, sehingga perempuan kerap ditinggalkan dalam pengambilan keputusan.

 Lingkungan sosiologis menciptakan perempuan sebagai makhluk pemelihara yang melayani sebagala kebutuhan hidup, khususnya lewat lingkungan keluarga. Oleh karena itu pe rempuan bermental sebagai makhluk dependen.

 Sistem pendidikan yang berlaku dalam masyarakat, baik pendidikan keluarga, sekolah, maupun masyarakat, kurang atau bahkan tidak mendukung perkembangan pribadi perempuan.

Faktor-Faktor Pendukung Kepemimpinan Perempuan

 Motivasi

(48)

33

Tujuan dari motivasi adalah sarana untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Motivasi timbul tidak saja karena ada unsur di dalam diri tetapi juga karena adanya pengaruh dari luar.

Menurut Hamalik, fungsi Motivasi yaitu :

1. Mendororng timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan. Tanpa motivasi tidak akan timbul perbuatan seperti belajar.

2. Sebagai pengarah, artinya mengarahkan perbuatan kepada pencapaian tujuan yang diinginkan.

3. Sebagai penggerak, ia berfungsi sebagai mesin bagi mobil. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan.

 Pendidikan

Faktor pendidikan sangat berpengaruh terhadap perilaku seseorang pemimpin dalam kepemimpinannya. Pendidikan seseorang tidak hanya berpengaruh pada kemampuan dalam berfikir namun juga berpengaruh dalam berinteraksi dengan anggota masyarakat.

 Pengalaman dalam Berorganisasi

(49)

34

atau keterampilan yang luas tetapi juga keterampilan dalam mengaktualisasikan pengetahuan tersebut dalam berprilaku.24

E. Definisi Konsepsional

Definisi konsepsional adalah suatu pengertian dari segala yang menjadi pokok perhatian. Definisi konsepsional dimaksudkan sebagai gambaran yang jelas, menghindari kesalah pahaman terhadap pengertian istilah yang ada dalam pokok permasalahan.

Adapun batas pengertian konsepsional dalam pembahasan ini adalah:

1. Gender adalah suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun perempuan yang dikonstruksi secara sosial maupun kultural yang mengarah pada pelabelan maskulin dan feminine dan juga membedakan peran, fungsi, status dan tanggungjawab pada laki-laki dan perempuan sebagai hasil dari bentukan (konstruksi) sosial budaya yang tertanam lewat proses sosialisasi dari satu generasi ke generasi berikutnya. 2. Analisis gender adalah proses menganalisis data maupun informasi

secara sistematis tentang laki-laki dan perempuan untuk mengidentifikasi kedudukan, fungsi serta tanggungjawab yang membedakan laki-laki dan perempuan, serta faktor apa saja yang mempengaruhinya.

24 Nahiya Faras Jaidi, 1995, “Kepemimpinan Wanita Pemimpin dalam Organisasi Wanita” , Jurnal

(50)

35

3. Peran adalah suatu tindakan ataupun tingkah laku dari seseorang dalam sebuah situasi tertentu dan sesuai dengan porsi yang dimilikinya.

4. Kepemimpinan adalah suatu keahlian, kemampuan dan wewenang yang dimiliki seseorang dalam memberikan arahan maupun pengaruh kepada orang lain yang berada di bawahnya guna mencapai tujuan suatu kelompok dengan ciri khas kepemimpinannya masing-masing.

F. Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan petunjuk tentang bagaimana suatu konsep dapat diukur dengan menggunakan indikator konkrit. Dengan kata lain. Definisi operasional berbicara tentang bagaimana menurunkan gagasan-gagasan konsep abstrak ke dalam indikator empiris yang mudah diukur. Dengan kata lain, definisi operasional merupakan outline umum dari tulisan secara keseluruhan, yang akan menjadi dasar dalam upaya menjawab pertanyaan penelitian dan mengumpulkan data.

A. Peran Kepemimpinan Perempuan : 1) Pengontrolan Diri

2) Kemampuan Komunikasi 3) Visi Dan Mencari Inovasi 4) Empati

(51)

36

7) Menyemangati Jiwa Dan Memberi Motivasi

B. Gaya Kepemimpinan Perempuan Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Ir. Fenti Yusdayanti, MT

C. Faktor-faktor Penghambat Kepemimpinan Perempuan: 1) Ajaran Agama

2) Struktur Kebudayaan 3) Pandangan Steriotipe 4) Lingkungan Sosiologi 5) Sistem Pendidikan

D. Faktor-faktor pendukung Kepemimpinan Perempuan : 1) Motivasi

2) Pendidikan

3) Pengalaman Organisasi

G. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif yaitu metode dalam penelitian suatu objek, suatu peristiwa pada masa sekarang, dimana dalam penelitian ini akan dilukiskan atau digambarkan keadaan objek atau peristiwa tanpa suatu maksud untuk mengambil suatu kesimpulan yang berlaku secara umum.

(52)

37

sifat yang Nampak atau tentang suatu proses sedang berlangsung, pengaruh yang sedang bekerja, kelakuan yang sedang muncul, kecenderungan-kecenderuangan yang Nampak, pertentangan yang sedang meruncing dan sebagainya25

2. Lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di kota Yogyakarta tepatnya di kabupaten Bantul beralamat di Komplek II Perkantoran Pemkab Bantul, jl. Lingkar Timur, Manding, Bantul 55714.

3. Sumber Data

Sumber data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah : a. Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden untuk memperoleh informasi dan keterangan yang berkaitan dengan obyek penelitian, menggunakan alat pengukuran maupun alat pengambilan data langsung pada subjek sebagai sumber informasi yang dicari. b. Data sekunder

Data sekunder merupakan data tambahan dengan menggunakan bahan-bahan yang dianggap relevan diperoleh dari buku-buku, literature dan peraturan perundang-undangan atau dokumentasi lain.

4. Teknik pengumpulan data

25 Winarno Surachman, 1980, pengantar praktis, dasar metode praktis, Jakarta : Bandung, Transito,

(53)

38

Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data dalam sebuah penelitian studi kasus. Dalam penelitian ini akan digunakan dua teknik pengumpulan data, yaitu dengan teknik wawancara dan studi dokumen a. Wawancara

Wawancara adalah percakapan-percakapan dengan maksud tertentu, percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu26.

Dalam wawancara ini penulis menggunakan teknik purposive sampling, dimana purposive sampling merupakan pengambilan sampel mengenai siapa saja sasaran wawancara secara sengaja, sesuai dengan persyaratan sample yang dibutuhkan. Teknik ini merupakan suatu proses pengambilan sampel dengan menentukan terlebih dahulu jumlah sampel yang hendak penulis wawancarai. Adapun Informan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Ir. Fenti Yusdayanti, MT Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bantul.

2) Beberapa Staff dari masing-masing sub bidang. Tabel 1.3 Daftar Responden Wawancara

No Nama Jabatan

1 Nurindah Sari, A.Md Staff Sub Bagian Program 2 Yoice Bunga M. S,Psi Kepala Sub Bagian

26 Prof. DR Moleong, Lexy J, M.A, 2014, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung, PT Remaja

(54)

39

Keuangan & Aset

3 Wasis Basuki, S.Sos Kepala Sub Bagian Umum 4 Heni Rachmawati, SE Kepala Bidang

Pendaftaran Kependudukan

5 Paulus Eko Ananto. SH Kepala Seksi Perkawinan, Perceraian & Pengesahan Anak

6 Daryono Staff Sub Bagian Umum 7 Drs.Bagus Dwiwamwoto Kepala Seksi Pengolahan

Data dan Informasi 8 Wulandari Staff di bagian Sekertaris

b. Dokumentasi

Metode ini adalah metode dengan mengumpulkan dan menggali data-data tertulis. Data tertulis yang mungkin dikumpulkan adalah surat-surat, memorandum, pengumuman resmi, agenda kegiatan, kesimpulan rapat, berbagai laporan peristiwa, dokumen administrative organisasi,serta kliping artikel yang muncul di media massa27

c. Observasi

Observasi adalah pengamatan dan pencatatan dengan sistematis fenomena-fenomena yang diteliti. Oleh karena itu penulis akan melakukan pengamatan secara langsung terhadap gejala-gejala yang diselidiki dengan maksud untuk meyakinkan kebenaran data yang diperoleh dari interview.

5. Teknik Analisa Data

(55)

40

(56)

BAB II

DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN

A. Profil Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Bantul

a. VISI

Dinas kependudukan dan catatan sipil dalam rangka

menyelenggarakan pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil penduduk

menetapkan visi sebagai suatu gambaran yang menantang tentang keadaan

masa depan yang ingin diwujudkan oleh Dinas Kependudukan dan Catatan

Sipil Kabupaten Bantul.

Adapun Visi dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil adalah

PELAYANAN PRIMA MENUJU TERTIB ADMINISTRASI

KEPENDUDUKAN” yang mendukung visi Kabupaten Bantul

PROJOTAMANSARI SEJAHTERA, DEMOKRATIS, DAN AGAMIS,

dengan demikian cita-cita luhur rakyat yang lebih sejahtera hanya dapat

terwujud ap abila semua komponen dapat melaksanakan fungsinya sesuai

dengan tugas dan fungsi secara maksimal.

Visi tersebut mengandung pengertian bahwa kondisi yang ingin

diwujudkan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil adalah dengan selalu

memberikan pelayanan prima kepada masyarakat menuju tertib Administrasi

(57)

untuk mewujudkan tertib Adminsitrasi Kependudukan adalah “Kepuasan

Anda adalah motivasi kerja kami”.

b. MISI

Dalam rangka mewujudkan visi tersebut telah ditetapkan misi yang

didalamnya mengandung tujuan dan sasaran organisasi yang akan dicapai

serta menggambarkan tugas pokok dan fungsi Dinas Kependudukan dan

Pencatatan Sipil berupa langkah-langkah pernyataan yang akan dicapai pada

waktu mendatang.

Adapaun Misi dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

Kabupaten Bantul “Meningkatkan Pengelolaan dan Penataan Tertib

Administrasi Kependudukan yang akurat”

Agar dapat mewujudkan Misi tersebut dengan :

a. Meningkatkan partisipasi masyarakat

b. Meningkatkan pelayanan dengan lebih transparan, mudah, biaya

terjangkau, da nada kepastian

c. Meningkatkan kualitas SDM yang professional dan sarana prasarana

c. TUJUAN

Tujuan yang hendak dicapai Dinas Kependudukan dan Pencatatan

Sipil pada tahun 2011-2015 adalah merupakan implementasi dari misi sebagai

(58)

a. Meningkatkan kesadaran akan arti pentingnya dikumen administrasi

kependudukan

b. Meningkatkan pelayanan administrasi kependudukan

c. Mewujudkan tertib administrasi kependudukan dan database yang

akurat

d. SASARAN

-Sasaran Strategis dan indikator sasaran

Sasaran dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil pada tahun 2011-2015

adalah :

Meningkatkan presentase kepemilikan Kartu Keluarga, presentase

kepemilikan KTP ber NIK dalam rangka Tertib Administrasi Kependudukan,

Presentase Kepemilikan Akta Kelahiran bagi anak usia 0-1 tahun dan

presentase Kepemilikan Akte Kematian.

-Indicator sasaran

Adapun indiktor sasaran Dinas adalah :

a. Cakupan Penerbitan Kartu Keluarga sebesar 100%

b. Cakupan kepemilikan KTP ber NIK dalam rangka Tertib Administrasi

Kependudukan sebesar 100%

c. Cakupan kepemilikan akta kelahiran bagi anak usia 0-1 tahun sebesar

100%.

(59)

e. KEBIJAKAN

Untuk mewujudkan yang hendak dicapai diperlukan kebijakan yaitu:

a. Meningkatkan sosialisasi untuk meningkatkan kesadaran mesyarakat

akan arti pentingnya dokumen kependudukan dan pencatatan sipil.

b. Meningkatkan akuntabilitas kinerja personil untuk melayani

masyarakat

c. Validasi data secara periodik

d. Melaksanakan optimalisasi pelayanan ( terjangkau, mudah, tepat,

transparan akuntabel, adanya kepastian waktu)

e. Pemenuhan sarana dan prasarana secara prioritas dan bertahap

f. Pengelolaan informasi dan pengaduan masyarakat yang responsif.

f. STAREGI

Strategi yang dapat ditempuh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

Untuk Kurun waktu 5 tahun yaitu :

a. Menumbuhkan kesadaran masyarakat akan arti pentingnya

administrasi kependudukan.

b. Memberikan pelayanan yang optimal dalam bidang Adminitrasi

Kependudukan dan Pencatatan Sipil

c. Mendekatkan jarak pelayanan kepada masyarakat

d. Mendekatkan jarak pelayanan kepada masyarakat

e. Mempercepat jangka waktu penyelesaian produk Dinas

(60)

f. Membuat sistem Informasi Administrasi Kependudukan yang akurat

B. TUGAS POKOK DAN FUNGSI

Bahwa sesuai Peraturan Bupati Nomor 64 tahun 2008, Dinas

kependudukan dan Pencatatan Sipil tentang Rincian Tugas, Fungsi,

dan Tata Kerja Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

1. Sekertariat

a) Sekertariat mempunyai tugas :

a. Menyusun rencana kegiatan;

b. Menyiapkan bahan kerja;

c. Merumuskan kebijakan teknis dalam menentukan sasaran

kegiatan secretariat;

d. Mengumpulkan, mengolah dan menyajikan dokumen

perencanaan anggaran dari masing-masing unit kerja;

e. Mengkoordinasi bidang-bidang dalam rangka kelancaran

pelaksanaan tugas dinas;

f. Menyelenggarakan urusan umum, urusan hukum,

administrasi kepegawaian, perencanaan, administrasi

keuangan, sarana dan prasarana, humas dan protocol,

kearsipan, tata naskah dinas, organisasi dan tatalaksana,

kepustakaan, surat-surat, serta monitoring, evaluasi dan

(61)

g. Memberikan sarana dan atau mempertimbangkan kepada

atasan mengenai langkah atau tindakan yang diambil sesuai

bidang tugasnya;

h. Menginventarisasi, mengindentifikasi dan menyiapkan

bahan pemecahan permasalahan sesuai bidang tugasnya;

i. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai

bidang tugasnya; dan

j. Mengevaluasi dan menyusun laporan pelaksanaan tugas.

b) Sub bagian umum mempunyai tugas :

a. Menyusun rencana kegiatan

b. Menyiapkan bahan kerja

c. Menyiapkan dan memfasilitasi urusan hukum yang

berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan dinas

d. Menyelenggarakan tata naskah dinas, humas dan protocol,

kearsipan, kepustakaan, surat-menyurat, dan alat tulis unit

kerja

e. Mengelola kebersihan, ketertiban dan keamanan ruang

kerja serta lingkungan dinas

f. Menyimpan, memelihara, mengelola, dan mendistribusikan

barang kebutuhan dinas

(62)

h. Melaksanakan administrasi perjalanan dinas bagi pejabat

dan staf dinas yang akan melakukan perjalanan dinas

i. Menyiapkan perlengkapan rapat dan melayani tamu dinas

j. Menghimpun, menelaah dan mendokumentasikan

peraturan perundang-undangan

k. Menyiapkan pelaksanaaan pembinaan dan pengembangan

pegawai sesuai dengan peraturan undang-undangan

l. Menyiapkan bahan dan memproses usulan mutasi pegawai

m. Melaksanakan administrasi dan kearsipan data pegawai

n. Memberikan saran dan atau pertimbangan kepada atasan

mengenai langkah atau tindakan yang sesuai dengna bidang

tugasnya

o. Menginventarisasi, mengidentifikasi dan menyiapkan

bahan pemecahan permasalahan sesuai bidang tugasnya

p. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai

bidang tugasnya

q. Mengevaluasi dan menyusul laporan pelaksanaan tugas

c) Sub bagian program mempunyai tugas :

a. Menyusun rencana kegiatan

(63)

c. Menghimpun, menelaah, menganalisa, mengklarifikasi dan

mendokumentasikan peraturan perundang-undangan yang

berkaitan dengan program dan kegiatan dinas

d. Melaksanakan koordinasi pengadaan dan pendistribusian

kebutuhan rumah tangga

e. Merencanakan dan menyelenggarakan penelitian dalam

rangka pengembangan program kerja dinas

f. Mengkoordinasikan penyusunan rencana kebutuhan dan

pengadaan barang sesuai peraturan perundang-undangan

yang berlaku

g. Mengkoordinasikan penyusunan Renstra SKPD, Renja

SKPD, KUA-SKPD, PPAS-SKPD dan PPA-SKPD

h. Mengkoordinasikan penyusunan rencana pencapaian

standar pelayanan minimal (SPM) bidang kependudukan

dan pencatatan sipil

i. Mengkoordinasikan penyusunan perencanaan tugas

pembantuan

j. Mengkoordinasikan penyusunan bahan Laporan

Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (LPPD), laporan

keterangan pertanggungjawaban (LKPJ) Bupati, Laporan

Kerja Instansi Pemerintah Daerah (LAKIP), Indeks

Kepuasan Masyarakat (IKM)

Gambar

Tabel 1.1 Hasil/ capaian entry data per Agustus 2015
Tabel 1.2 Variabel-variabel Kunci Dalam Teori Kepemimpinan17
Gambar 1.1 Model Kepemimpinan Perempuan
Tabel 1.3 Daftar Responden Wawancara
+5

Referensi

Dokumen terkait

Penaksir yang dibahas merupakan kombinasi penaksir rasio dan penaksir regresi pada sampling acak sederhana menggunakan median dan koefisien skewness, yang merupakan review

Penambahan arang parja proses pengolahan tkan pindang sangat nyata pengaruhnya (p = 0,05) terhadap penurunan kadar histamin produk, yaitu pada penambahan arang

Berangkat dari beberapa pandangan dan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa masalah makna dalam penerjemahan dapat digolongkan menjadi enam, yaitu Makna leksikal, makna

115. Seorang anak laki-laki berusia 7 tahun dibawa ibunya ke puskesmas dengan keluhan batuk disertai dahak kental sejak satu minggu yang lalu. Dahak sulit dikeluarkan. Keluhan

Berdasarkan observasi awal pada Kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Takalar, peneliti melihat bahwa gaya kepemimpinan yang diterapakan Kepala Dinas

Selain itu kajian mengenai struktur naratifnya, pada penelitian kali ini dilakukan dari enam aspek, yaitu insiden, alur (plot), tokoh dan penokohan, latar, tema, dan

Adapun penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian deskriptif dimana penulis memaparkan tentang Peranan pengadilan Perikanan Medan dalam

[r]