• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Biaya Produksi PDAM Menang Mataram

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

6.2 Analisis Biaya Produksi PDAM Menang Mataram

Biaya dasar dalam proses pengolahan airpada pengelolaan PDAM Menang Mataramdihitung dengan satu konsep biaya yakni dengan total biaya usaha. Biaya usaha adalah total biaya untuk menghasilkan air minum atau seluruh biaya pengelolaan PDAM yang mencakup biaya sumber air, biaya pengolahan air, biaya transmisi dan distribusi, biaya umum dan administrasi dan biaya diluar usaha. Pencatatan komponen-komponen biaya tersebut dilakukan secara akuntansi yakni berdasarkan waktu pengeluaran biaya.

Tabel 9. Biaya Produksi Air PDAM Menang Menurut Jenis Biaya dan Tahun (dalam juta rupiah)

Tahun Jlh Biaya Sumber Air Jlh. Biaya Pengolahan Jlh. Biaya Transdit Jlh. Biaya Umum & Adm Jlh.Biaya Diluar Usaha Total 2008 1 961 167 10 428 12806 82 25 444 2009 2 077 144 12 228 13 995 54 28 498 2010 2 326 290 16 015 15 615 79 34 326 2011 3 942 440 18 705 17 130 83 40 299 2012* 1052 124 7 594 6 909 47 15 727 Pertumbuhan 24,1% 38% 22% 10% 4% Rata-rata 2.623 269 15.004 15.347 80 33324 Persentase 7,9% 0,8% 45,0% 46,1% 0,2%

Sumber: PDAM Menang Mataram (2011)

Biaya sumber air merupakan biaya yang dikeluarkan untuk kepentingan sumber air baku. Biaya sumber air meliputi biaya operasi, biaya pemeliharaan, biaya air baku, serta penyusutan kapital. Biaya pengolahan merupakan biaya yang dikeluarkan berkaitan dengan proses pengolahan air baku menjadi air yang siap didistribusikan ke pelanggan. Biaya ini mencakup biaya operasi seperti pembelian bahan kimia, beban listrik, dan pemeliharaan laboratorium, serta penyusutan. Biaya Transditmerupakan biaya yang dikeluarkan berkaitan dengan kepentingan transportasi dan distribusi air. Biaya transdit terdiri dari biaya operasi, biaya

65 pemeliharaan, biaya perjalanan dinas serta penyusutan. Biaya operasi meliputi biaya pegawai, kesejahteraan pegawai, pembinaan pegawai, serta sumbangan dan bantuan. Biaya pemeliharaan berkaitan dengan pemeliharaan kapital yang berkaitan dengan transportasi dan distribusi seperti biaya perbaikan rumah jaga dan reservoir, biaya perbaikan kebocoran, pemeliharaan pipa, box meter dan water meter, serta biaya pemeliharaan kendaraan. Biaya umum dan administrasi merupakan biaya yang dikeluarkan berkaitan kepentingan administrasi PDAM sebagai perusahaan serta bagian-bagian lainnya secara umum seperti biaya kantor, biaya pegawai, biaya administrasi, biaya keuangan, biaya hubungan langganan, biaya litbang, biaya pemeliharaan kantor, serta penyusutan. Sementara yang termasuk biaya diluar usaha antara lain adalah biaya bank.

Secara ekonomi, biaya produksi dapat dikelompokkan menjadi biaya variabel, biaya investasi, serta biaya tetap. Pengelompokkan kembali komponen biaya dilakukan untuk dapat melihat struktur biaya dari sisi ekonomi. Biaya variabel merupakan biaya yang dikeluarkan dimana jumlahnya berkaitan dengan jumlah produksi. Komponen yang termasuk ke dalam biaya variabel adalah beban yang dikeluarkan untuk pembelian input produksi seperti biaya air baku serta biaya pembelian bahan kimia. Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan dimana jumlahnya tidak berkaitan dengan jumlah produksi. Komponen yang termasuk biaya tetap antara lain biaya pegawai, biaya pembinaan dan kesejahteraan pegawai, biaya pemeliharaan bangunan, saluran perpipaan, dan transportasi, biaya kantor, penyisihan piutang, serta biaya rupa-rupa. Biaya investasi merupakan biaya yang dikeluarkan untuk investasi jangka panjang seperti pembelian tanah, bangunan, serta kapital-kapital lainnya yang memiliki

66 umur ekonomis panjang. Dalam laporan beban, biaya investasi dinyatakan dalam bentuk penyusutan. Pengelompokan biaya secara ekonomi dapat dilihat pada Tabel 10 dibawah ini.

Tabel 10. Pengelompokan Biaya Menurut Sifat Biaya dan Tahun (dalam juta rupiah)

Tahun Biaya Tetap Biaya Variabel Biaya Investasi Biaya Total Jumlah

Pelanggan 2008 19.092 572 5 780 25.444 56.649 2009 21.543 607 6 348 28.498 60.811 2010 24.116 828 9 382 34.326 67.601 2011 26.056 947 13 297 40.299 79.732 2012* 11.524 276 3 927 15.727 81.904 Pertumbuhan 11% 19% 32% 17% Rata-rata 23.633 746 8.945 33.324 Persentase 71% 2% 27%

Sumber: PDAM Menang Mataram (2012)

Dari Tabel 9 diatas dapat dilihat bahwa struktur biaya terbesr yang menyusun komposisi biaya total secara akuntansi adalah biaya transdit dan biaya umum dan administrasi. Biaya transdit rata-rata per tahun yang dikeluarkan dalam 5 tahun terakhir sebesar Rp 15 004 000 000 mempunyai proporsi sebesar 45 persen dari biaya total, sedangkan untuk biaya umum dan administrasi mempunyai proporsi sebesar 46,1 persen dari biaya total dengan rata-rata pengeluaran sebesar Rp 15 347 000 000 per tahunnya. Kedua biaya ini mempunyai jumlah yang sangat besar karena berkaitan langsung dengan aspek pelayanan dan distribusi air kepada konsumen yang jumlahnya sangat banyak dengan cakupan lokasi yang sangat luas. Hal yang sebaliknya terjadi dengan biaya sumber air yang dikeluakan berkaitan dengan produksi air bersih. Biaya sumber air bersih jumlahnya relatif lebih kecil yakni hanya Rp 2 623 000 000 per tahun atau sebesar 7,9 persen dari total biaya yang dikeluarkan, sedangkan biaya pengolahan air rata-rata hanya sebesar Rp 269 000 000 per tahunnya dengan

67 proporsi sebesar 0,8 persen dari biaya total. Biaya diluar usaha mempunyai nilai yang paling kecil yakni sebesar Rp 80 000 000 per tahunnya dengan proporsi sebesar 0,2 persen dari total biaya.

Komponen biaya terbesar yang menyusun biaya total secara ekonomi adalah biaya tetap dengan jumlah Rp 23 633 000 000 per tahunnya atau sebesar 71 persen dari biaya total. Biaya investasi menyusun biaya total sebesar 27 persen atau sebesar Rp 8 945 000 000 per tahunnya. Sementara biaya variabel memiliki share yang paling kecil terhadap biaya total yakni hanya sebesar 2 persen atau sejumlah Rp 746 000 000 per tahunnya. Semenjak bulan Januari tahun 2008 seluruh biaya yakni biaya tetap, biaya variabel, dan biaya investasi secara umum terus mengalami peningkatan meskipun tetap bersifat fluktuatif. Peningkatan biaya ini disebabkan oleh terjadinya inflasi serta bertambahnya jumlah pelanggan dan daerah pelayanan. Biaya tetap merupakan biaya paling tinggi dan paling fluktuatif karena dapat dikatakan biaya ini yang paling berperan dalam menopang keberlangsungan PDAM sebagai perusahaan. Sementara biaya investasi setiap tahunnya selalu meningkat dengan laju peningkatan rata-rata terbesar yakni sebesar 32 persen per tahunnya. Hal ini dikarenakan PDAM terus melakukan investasi demi tercapainya peningkatan pelayanan di masa mendatang seperti dengan melakukan penambahan sumber air, reservoir, serta penyambungan pipa- pipa distribusi baru.Biaya variabel juga terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Rata-rata laju peningkatan biaya variabel semenjak bulan Januari tahun 2008 hingga bulan April tahun 2012 adalah sebesar 19 persen.

Fluktuasi yang terjadi pada komponen biaya-biaya pengelolaan air memiliki pengaruh terhadap biaya total. Biaya total dibentuk oleh besarnya biaya

68 tetap, biaya variabel, serta biaya investasi. Dapat dilihat pada Tabel 9 bahwa biaya total selalu mengalami kenaikan setiap tahunnya. Rata-rata biaya total per tahun selama periode 2008-2012 sebesar Rp 33 324 juta dengan laju pertumbuhan 17 persen per tahun. Dari Gambar 11 dapat diperhatikan bahwa biaya total cenderung memiliki pola fluktuasi yang hampir sama dengan biaya tetap.

Sumber: Data primer, diolah (2012)

Gambar 11.Grafik Biaya Pengelolaan Air Bersih PDAM Menang Mataram

Model persamaan biaya total (total cost) pengelolaan air PDAM Menang Mataram dibangun oleh variabel jumlah air yang di produksi (Q). Model yang digunakan adalah model double-log yang merupakan hasil modifikasi dari fungsi Cobb-Douglass. Hasil pendugaan fungsi biaya pengelolaan air total disajikan dalam Tabel 11 berikut.

Tabel 11. Hasil Regresi Biaya Pengelolaan Air PDAM Menang Mataram

Definisi Coefficients P-value Keterangan

Intercept -5,255 0,080088439

LnProdAir Produksi Air 1,829 2,73462E-12 Signifikan

R-Square 0,627089511 Adj R-Square 0,6196313

Sumber: Penulis, diolah (2012) 0.00 500.00 1000.00 1500.00 2000.00 2500.00 3000.00 3500.00 4000.00 4500.00 200 8 200 9 201 0 201 1 201 2 B ia y a ( Ju ta R u p ia h ) Biaya Tetap Biaya Variabel Biaya investasi Biaya Total

69 Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh bahwa model yang dihasilkan dalam penelitian inisecara ekonomi dapat diterima (economically meaningful) karena menghasilkan tanda sesuai dengan prediksi ilmu ekonomi yaitu bertanda positif bagi parameter X yang berarti biaya produksi secara positif dipengaruhi oleh jumlah air yang diproduksi. Namun hal yang diluar perkiraan adalah nilai parameter tersebut relatif besar (yaitu 1,8) yang berarti bahwa peningkatan produksi air sebesar 1 persen akan diikuti oleh peningkatan biaya total produksi sebesar 1,8 persen. Fenomena ini kemungkinan disebabkan oleh besarnya biaya tetap yang terkandung dalam biaya total yang sulit dipisahkan dari biaya variable karena pembukuan perusahaan umumnya berdasarkan standar akuntasi. Seperti karakteristik perusahaan monopoli alamiah pada umumnya, PDAM Menang Mataram juga dicirikan oleh tingginya komponen biaya tetap sehingga menyebabkan nilai parameter tersebut relatif tinggi.

Sementara itu berdasarkan kriteria statistik, model yang digunakan cukup memuaskan karena parameter yang diperoleh signifikan pada tarafnyata 1 persen dan nilai R2 yang dihasilkan relatif tinggi yakni sebesar 62,7 persen. Nilai tersebut memiliki arti bahwa keragaman biaya total pengelolaan bersih PDAM Menang Mataram dapat dijelaskan oleh variabel bebas dalam model sebesar 62,7 persen dan sisanya sebesar 37,3 persen dijelaskan oleh variabel lain diluar model. Pemeriksaan asumsi normalitas sisaan menyebar normal dilakukan dengan melihat grafik sebaran data. Dari grafik pada Lampiran 5 diperoleh hasil bahwa data menyebar normal dan mendekati garis normal atau membentuk garis normal sehingga dapat dikatakan bahwa data menyebar normal. Dalam model, tidak ditemukan adanya indikasi multikolinearitas karena dengan nilai R2 yang cukup

70 tinggi, variabel berpengaruh nyata terhadap model. Pengujian terhadap multikolinieritas dilakukan dengan melihat nilai VIF. Nilai VIF variabel penjelas bernilai kurang dari 10 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinearitas dalam model.Uji autokorelasi dilakukan untuk melihat apakah terdapat hubungan antar error dalam model yang diperoleh. Uji DW (Durbin Watson test) dilakukan untuk mengetahui apakah terjadi autokorelasi dalam model. Nilai statistik DW diperoleh sebesar 1,270 berada dibawah nilai dL yakni 1,503 mengindikasikan terdapat autokorelasi positif dalam model. Fenomena ini sangat umum ditemukan pada penggunaan data time series (Gujarati, 1995) karena data ekonomi tidak terlepas dari pengaruh growth dan cyclical. Namun seperti dikatakan Koutsoyiannis (1977) parameter yang diperoleh tetap unbiased hanya saja ia tidak lagi efisien karena variance error yang diperoleh tidak minimal. Adanya autokorelasi tersebut merupakan salah satu kelemahan dari penelitian ini.Upaya untuk mengatasi persoalan autokorelasi ini telah dilakukan seperti menyertakan lag dari variabel independen namun hasil yang diperoleh justru merubah makna ekonominya yang lebih utama.Oleh karena itu, hasil ini tetap digunakan karena merupakan model terbaik yang telah dicoba.

Uji heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam model error mempunyai varians yang sama atau tidak dari pengamatan satu ke pengamatan lain. Untuk menguji heteroskedastisitas dapat diketahui dari nilai signifikasi korelasi Rank Spearman antara masing-masing variabel independen dengan residualnya. Pada lampiran dapat dilihat bahwa nilai signifikan masing- masing variabel berada diatas nilai α sehingga dapat disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas dalam model.

71 Fungsi marginal cost merupakan suatu fungsi yang menghubungkan antara biaya marginal yakni biaya yang diperlukan untuk menghasilkan satu satuan tambahan output dengan jumlah output yang dihasilkan. Fungsi Marginal Costdiperoleh melalui diferensiasi fungsi biaya pengelolaan air total PDAM Menang Mataram melalui perhitungan berikut.

TC = 0,005221 . Q1,828

MC= dTC/dQ = 1,828 x 0,005221 x Q0,828 MC = 0,009544 . Q0,828

Ln MC = -4,652 + 0,828 LnQ

Fungsi average cost merupakan suatu fungsi yang menghubungkan antara biaya rata-rata yang dikeluarkan untuk memproduksi satu satuan output dengan jumlah output yang dihasilkan. Fungsi Average Cost diperoleh dengan membagi fungsi biaya pengelolaan air total PDAM Menang Mataram dengan jumlah produk (Q) yang dihasilkan seperti pada perhitungan dibawah ini.

TC = 0,005221 . Q1,828

�� = 0,005221 . Q

1,828

AC = 0,005221 . Q0,828

Seiring dengan adanya peningkatan jumlah pelanggan, skala usaha PDAM Menang Mataram pun turut meningkat. Namun, hal ini tidak diikuti dengan terjadinya penurunan biaya produksi. Hal ini disebabkan oleh besarnya komponen biaya tetap yang terus meningkat tiap tahunnya dikarenakan peningkatan jumlah pelanggan dan tingginya inflasi. Oleh karena itu, struktur biaya PDAM Menang Mataram masih berada pada kondisi rising marginal and average cost.

72

6.3 Fungsi Permintaan Air PDAM

Fungsi permintaan air PDAM dibentuk dari beberapa variabel yang diduga memiliki pengaruh terhadap permintaan air pelanggan. Variabel yang digunakanmeliputi jumlah anggota keluarga, pendapatan, sumber air lain yang dimiliki, pendidikan, serta harga air. Sampel yang diteliti berjumlah 99 orang yang merupakan pelanggan PDAM Menang Mataram dari berbagai kelompok langganan. Hasil pendugaan fungsi permintaan dapat dilihat pada Tabel 12 berikut.

Tabel 12. Hasil Pendugaan Fungsi Permintaan Air PDAM Menang

Model

Unstandardized

Coefficients t Sig. Collinearity Statistics

B Std. Error Tolerance VIF

(Constant) 4.052 1.464 2.768 .007 LnAK .503 .102 4.931 .000 .852 1.174 LnPa .331 .092 3.588 .001 .479 2.088 D -.176 .112 -1.569 .120 .664 1.505 LnEa -.044 .184 -.241 .810 .669 1.495 LnP -.858 .123 -6.972 .000 .874 1.144

R-square=0,603 Adj R-Square=0,582 DW=1,933

Sumber: Penulis, diolah (2012)

Model persamaan regresi permintaan air PDAM menghasilkan parameter estimasi sesuai dengan yang harapan yaitu jumlah anggota keluarga dalam suatu rumah tangga pengaruh positif dan signifikan pada taraf nyata 5 persen terhadap permintaan air bersih. Dari hasil regresi didapatkan nilai koefisien sebesar 0,503 dimana interpretasinya adalah apabila rata-rata anggota keluarga naik sebesar 1 persen maka akan meningkatkan rata-rata permintaan air suatu rumah tangga sebesar 0,503 persen. Hal ini sesuai dengan hipotesis awal bahwa dengan semakin bertambahnya jumlah anggota rumah tangga maka jumlah permintaan rumah

73 tangga terhadap air bersih akan meningkat pula. Peningkatan tersebut disebabkankan oleh bertambahnya konsumsi air bersih rumah tangga. Dari survey yang dilakukan setiap rumah tangga memiliki jumlah anggota keluarga rata-rata sebanyak 4 orang.

Pendapatan rumah tangga memiliki pengaruh yang positif dan signifikan pada taraf nyata 5 persen terhadap permintaan air bersih. Nilai koefisien yang berhasil diperoleh untuk variabel ini sebesar 0,331 dimana interpretasinya adalah apabila jumlah pendapatan rumah tangga naik sebesar 1 persen maka akan meningkatkan permintaan air bersih sebesar 0,331 persen per bulannya untuk suatu rumah tangga. Hal ini sesuai dengan hipotesis awal bahwa peningkatan pendapatan rumah tangga akan membawa pengaruh yang positif yakni dengan meningkatkan jumlah permintan air rumah tangga.

Dummy kepemilikan sumber air lain dalam rumah tangga memiliki pengaruh yang negatif terhadap permintaan air bersih dan berpengaruh nyata pada taraf nyata 15 persen. Dummy bernilai 0 jika rumah tangga hanya menggunakan air bersih dari PDAM Menang Mataram untuk konsumsi dan sebaliknya dummy bernilai 1 jika rumah tangga memiliki sumber air bersih lain selain air bersih dari PDAM Menang Mataram. Nilai koefisien yang berhasil diperoleh untuk variabel ini sebesar - 0,176 dimana interpretasinya adalah apabila rumah tangga memiliki sumber air lain (dummy bernilai 1) maka akan menurunkan permintaan air bersih PDAM Menang Mataram sebesar 0,176 persen per bulannya untuk suatu rumah tangga. Hal ini sesuai dengan hipotesis awal bahwa kepemilikan barang substitusi akan air bersih PDAM akan membawa pengaruh negatif terhadap permintaan air bersih PDAM oleh rumah tangga.

74 Harga Air memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan pada taraf nyata 5 persen terhadap permintaan air bersih. Nilai koefisien yang berhasil diperoleh untuk variabel ini sebesar 0,857 dimana interpretasinya adalah apabila harga air yang dibayarkan oleh rumah tangga naik sebesar 1 persen maka akan meningkatkan permintaan air bersih sebesar 0,857 persen per bulannya untuk suatu rumah tangga. Hal ini sesuai dengan hipotesis awal bahwa harga dengan permintaan memiliki hubungan yang bertanda negatif, dimana jika harga suatu barang naik maka permintaan terhadap barang tersebut akan turun.

Tingkat pendidikan yang diukur dengan lama pendidikan kepala keluarga atau kepala rumah tangga memiliki hubungan yang negatif yang berarti semakin lama masa pendidikan kepala keluarga maka rumah tangga akan cenderung melakukan penghematan air dengan menurunkan tingkat konsumsinya. Namun variabel ini memiliki nilai p-value yang sangat besar yakni sebesar 0,81 sehingga variabel ini tidak signifikan.

Berdasarkan kriteria statistik maka model yang dihasilkan dalam penelitian tergolong relatif baik karena nilai R2 yang dihasilkan bernilai 60,3 persen. Nilai tersebut memiliki arti bahwa keragaman permintaan air bersih PDAM Menang Mataram dapat dijelaskan oleh variabel-variabel bebas dalam model sebesar 60,3 persen dan sisanya sebesar 39,7 persen dijelaskan oleh variabel lain diluar model.Nilai F hitungsebesar 28,284 dengan nilai P-value uji F sebesar 0,000 menunjukkan bahwa variabel-variabel penjelas dalam model secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap permintaan air bersih PDAM Menang Mataram pada taraf α yang digunakan (5persen).

75 Agar mendapatkan model yang handal secara ekonometrik maka model regresi linier berganda tersebut harus memenuhi sejumlah asumsi penting antara lain: tidak ada masalah multikolinieritas, autokorelasi, homoskedastisitas, dan normalitas. Hasil uji tersebut disajikan pada bagian berikut:

1. Uji Normalitas

Pemeriksaan asumsi normalitas sisaan menyebar normal dilakukan dengan melihat grafik sebaran data. Dari grafik diperoleh hasil bahwa data menyebar normal dan mendekati garis normal atau membentuk garis normal sehingga dapat dikatakan bahwa data menyebar normal. Berikut adalah gambar yang menunjukkan hasil uji asumsi normalitas.

Sumber: Data primer, diolah (2012)

Gambar 12. Normal P-Plot pada Jumlah Permintaan Air Bersih PDAM Menang Mataram.

2. Uji Multikolinearitas

Dalam model, tidak ditemukan adanya indikasi multikolinearitas karena dengan nilai R2 yang cukup tinggi hampir seluruh variabel yang digunakan berpengaruh nyata terhadap model. Pengujian terhadap multikolinieritas

76 dilakukan dengan melihat nilai VIF. Nilai VIF variabel-variabel penjelas tidak ada yang bernilai lebih dari 10 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinearitas dalam model.

3. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi dilakukan untuk melihat apakah terdapat hubungan antar error dalam model yang diperoleh. Autokorelasi cenderung akan mengestimasi standar errorlebih kecil daripada nilai sebenarnya, sehingga nilai statistic-t akan lebih besar. Uji yang digunakan untuk mendeteksi autokorelasi adalah uji DW (Durbin Watson test). Nilai statistik DW diperoleh sebesar 1,933 berada diantara 1,803 dan 2,197 maka menunjukkan tidak terjadi autokorelasi dalam model. 4. Uji Homokedastisitas

Uji heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam model error mepunyai varians yang sama atau tidak dari pengamatan satu ke pengamatan lain. Untuk menguji heteroskedastisitas dapat diketahui dari nilai signifikasi korelasi Rank Spearman antara masing-masing variabel independen dengan residualnya. Pada lampiran dapat dilihat bahwa nilai signifikan masing- masing variabel berada diatas nilai α sehingga dapat disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas dalam model. Selain itu pemeriksaaan terhadap heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat sebaran errorpada scatterplot. Dari grafik scatterplots terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tidak membentuk pola.

77 Sumber: Data primer, diolah (2012)

Gambar 13. Scatterplot residual pada tingkat permintaan air bersih PDAM Menang Mataram.

Fungsi permintaan air bersih sebagai hubungan antara tingkat permintaan dengan harga diperoleh dengan memasukkan nilai rata-rata variabel independen selain variabel dummy dan variabel harga, yakni variabel jumlah anggota keluarga, pendapatan, serta pendidikan. Nilai dummy yang digunakan adalah dummy bernilai 1 agar sesuai dengan konsep pasar persaingan. Fungsi permintaan air diperoleh sebagai berikut:

Ln Qa = Ln 803351660 – 0,857 Ln P Ln P = 23,92 – 1,166 Ln Qa.

6.4 Evaluasi Kebijakan Tarif Air PDAM Menang Mataram dengan Marginal

Dokumen terkait