• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS DATA

Dalam penelitian ini konselor menggunakan analisis deskripstif komparatif maksudnya adalah membandingkan bagaimana kondisi konseli antara sebelum adanya proses konseling dan sesudah proses konseling dilakukan. Kemudian konselor membuat presentasi kemajuan setelah dilakukannya proses konseling.

A. Analisis proses bimbingan dan konseling islam dengan tehnik modelling untuk mengatasi online shop addict (kecanduan belanja online) studi kasus seorang

warga kelurahan Magersari di Sidoarjo

Dalam proses konseling ada beberapa tahapan yang dilakukan konselor yaitu identifikasi masalah, diagnosis, prognosis, terapi/treatment, dan evaluasi (follow

up). Analisa tersebut dilakukan oleh konselor dengan membandingkan data teori

dan data yang terjadi di lapangan.

Tabel 4.1

Data dari teori dan Data dari lapangan

No. Data Teori Data Empiris / Lapangan

1. Identifikasi masalah yaitu untuk mengetahui gejala-gejala apa saja yang ada dalam diri konseli.

Berdasarkan data empiris atau

data yang dilapangan

kecanduannya dalam berbelanja online terlihat sekali dengan

85

respon untuk membeli dari penawaran pembelian situs belanja online terbukti seringnya

ada kiriman paket dari toko

online, kegelisahan yang selalu

dirasakan konseli, keseringannya konseli dalam membicarakan barang yang diinginkan, tidak adanya rasa puas ketika tidak

membeli, tidak mampunya

konseli memanfaatkan waktu dengan baik.

2. Diagnosa yaitu menetapkan

masalah apa sajakah yang terjadi.

Berdasarkan identifikasi masalah

dapat disimpulkan bahwa

permasalahan yang dihadapi konseli karena gaya hidup yang selalu mengikuti trend karena

tuntutan pekerjaan dan

lingkungan pekerjaan. meskipun sampai berhenti bekerja masih ingin berbelanja karena tidak

86

adanya transportasi akhirnya memilih belanja online sampai tidak terasa memesan barang yang kebanyakan tidak terlalu penting hingga menimbulkan kecanduan.

3. Prognosa yaitu menetapkan jenis bantuan atau terapi yang digunkan dalam proses konseling.

Hasil dari diagnosa masalah konseli selanjutnya memberikan bantuan bimbingan dan konseling islam dengan teknik modelling untuk mengatasi kecanduan belanja online. Teknik modelling (teknik percontohan, peniruan, pengamatan) dipilih karena konseli pada awalnya meniru trend dari para senior pramugari dan temannya. Terlebih lagi konseli memiliki penyakit yang cukup berbahaya. Karena hal tersebut konseli butuh dukungan

87

atau motivasi dari orang lain

4. Treatment (terapi) yaitu

prosesnya. teknik modelling yang digunakan yaitu live model

dengan mengadaptasi dari model

dan symbolic model untuk proses

penguatannya.

Model memberikan modelling untuk merubah kecanduan dalam

belanja online dengan

mengarahkan untuk mengikuti langsung aktivitas yang dilakukan model.

5. Follow up (tindak lanjut). langkah terakhir dalam konseling yang menjadi tolak ukur atau keberhasilan dalam proses konseling.

Setalah memberikan treatment atau terapi selanjutnya melakukan proses konseling apakah kondisi sebelum adanya terapi masih dilakukan atau tidak hal ini sekaligus mengevaluasi berhasil tidaknya bimbingan konseling islam dengan tehnik modelling untuk mengatasi online shop

addict (kecanduan belanja

online). Dilakukannya proses konfirmasi perubahan pada konseli kepada ayah konseli,

88

model dan tetangga dekat konseli.

Berdasarkan tabel diatas diketahui dari identifikasi masalah yaitu kondisi kecanduan dalam belanja online dikarenakan karena adanya gaya hidup yang selalu mengikuti trend di tambah lagi dengan lingkungan pekerjaan yang menuntut penampilan stylish. Demi hal tesebut belanja online menjadi pilihan

karena saat ini konseli tidak memiliki transportasi. Sehingga, waktu demi waktu keseringannya belanja online semakin menjadi-jadi yang kemudian berpengaruh pada kehidupannya. Jadi berdasarkan perbandingan antara data dari teori dan data yang berada di lapangan menunjukkan kesesuaian atau persamaan yang mengacu pada bimbingan dan konseling islam.

Dalam pelaksanaan tehnik modelling kebanyakan dalam teori mengaplikasikan pada anak-anak namun peneliti mengaplikasikan pada seseorang yang dewasa karena latar belakang masalah konseli. Pada proses pelaksaannya peneliti kurang puas hanya dengan mengamati atau menirukan model tetapi membutuhkan tehnik modelling yang lainnya sebagai penguatannya. Kemudian peneliti mencoba kembali ke pemilihan jenis lain sebagaimana diketahui tidak cukup hanya untuk model secara langsung saja namun bisa dikombinasikan dengan symbolic model yang tentunya sebagai arahan juga penguatan bagi diri konseli.

89

Dengan adanya kemjuan dalam bidang teknologi dan komunikasi memudahkan seseorang untuk beraktivitas yang diinginkan berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti diketahuilah seseorang yang memiliki kecanduan dalam berbelanja online sebagai berikut :

1. Adanya keinginan dalam diri yaitu nafsu untuk segera memiliki. 2. Adanya kehidupan keluarga yang kurang harmonis.

3. Mencari kegembiraan dengan belanja lewat online karena dinilai mudah dan

cepat.

4. Mengikuti gaya hidup.

5. Merasa bangga jika memiliki barang yang orang lain atau teman tidak punya. 6. Adanya perasaan bersalah namun mengulangi lagi untuk membeli online. 7. Ketika sudah seringnya membeli barang seseorang yang kecanduan belanja

online memungkinkan juga melakukan layanan jasa pemesanan makanan yang diinginkan (go-food).

B. Analisis hasil akhir bimbingan dan konseling islam untuk mengatasi online shop

addict(kecanduan belanja online)

Pada hasil akhir untuk lebih jelasnya dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling islam yang dilakukan dari awal hingga akhir pelaksanaan konseling maka dipaparkanlah tabel antara kondisi sebelum dan sesudah proses konseling. Apakah ada perubahan antara kondisi konseli sebelum dan sesudah proses konseling dilakukan. Adapun gambaran hasil proses pelaksanaan bimbingan dan konseling islam pada tabel dibawah ini :

0

Tabel 4.2

Kondisi konseli sebelum dan sesudah dilakukannya proses konseling

No. Kondisi Konseli Sebelum A B C Kondisi Konseli Sesudah A B C 1. Gelisah ketika

tidak membeli Gelisah ketika

tidak membeli 2. Selalu membicarakan barang yang diinginkan Selalu membicarakan barang yang diinginkan 3.

Tidak ada rasa puas ketika tidak membeli

Tidak ada rasa puas ketika tidak membeli 4. Tidak mampu membagi waktu atau mengisi waktu dengan baik Tidak mampu membagi waktu atau mengisi waktu dengan baik Keterangan: A :Tidak pernah B : Kadang-kadang C : Masih dilakukan

Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwasannya setelah mendapatkan bimbingan dan konseling islam terjadi perubahan kondisi dari yang awalnya masih dilakuan menjadi kadang-kadang bahkan tidak dilakukan sama sekali. Hal tersebut

✁1

dibuktikan dengan tanda-tanda kecanduannya dalam membeli barang online sudah hampir tidak pernah sama sekali dilakukan. Konseli memiliki tingkah laku baru yang diadaptasi dari model sehingga merubahnya menjadi pribadi yang lebih positif. Adapun yang terpenting adalah bagaimana konseli mampu mengendalikan nafsu untuk memiliki barang yang diinginkan.

Untuk melihat tingkat keberhasilan dan kegagalan konseling tersebut, peneliti berpedoman pada prosentase perubahan perilaku dengan standart uji sebagai berikut:

a. ˃ 75% atau 75% sampai dengan 100 % dikategorikan berhasil

b. 60% sampai dengan˂ 75% dikategorikan cukup berhasil

c. ˂ 60% dikategorikan kurang berhasil1

Ada 7 indikasi atau gejala awal bahwasannya konseli memang benar-benar kecanduan berbelanja online sebelumnya. Namun setelah pelaksanaan bimbingan dan konseling islam dan telah dianalisis berdasarkan tabel diatas dapat diketahui hasil sesudah proses konseling yaitu :

a) Gejala yang tidak pernah dilakukan = 3, ¾ × 100% = 75 % b) Gejala yang kadang-kadang dilakukan = 1 , ¼ × 100% = 25 % c) Gejala yang masih dilakukan = 0 , 0/7 × 100% = 0 %

Berdasarkan hasil presentase diatas dapat diketahui bawasannya bimbingan dan konseling islam dengan teknik modelling untuk mengatasi online shop addict

1

Ismail Nawawi Uha, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Aplikasi Untuk Ilmu Sosial, Ekonomi/Ekonomi Islam, Agama Menejemen, dan Ilmu Sosial Lainnya (Jakarta: Dwi Putra Pustaka Jaya, 2012), hal. 284

✂2

(kecanduan belanja online) diperoleh hasil gejala yang tidak pernah dilakukan sebesar 75% dan gejala yang kadang-kadang dilakukan sebesar 25 % dengan standart˃ 75% atau 75% sampai dengan 100 % dikategorikan berhasil.

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari hasil penelitian bimbingan konseling islam dengan tehnik modelling untuk mengatasionline shop addict(kecanduan belanja

online) seorang warga magersari di sidoarjo adalah sebagai berikut :

1. Proses bimbingan dan konseling islam dengan tehnik modelling untuk mengatasi online shop addict (kecanduan belanja online) seorang warga

magersari di sidoarjo. Kemudian dari lima langkah proses konseling yang telah dilakukan yaitu identifikasi masalah, diagnosis, prognosis, terapi/treatment dan evaluasi/follow up. Untuk membangun sikap peduli

pada konseli, maka dapat dilakukan pada langkah terapi/treatment, diantaranya:

a) Mengajak konseli mengisi waktu luangnya dengan belajar mengaji dan sholat dan mengajak konseli berfikir tentang waktu yang telah dilalui. b) Menyusun jadwal sehari-hari dan kegiatan apa yang akan dilakukan. c) Menyadarkan konseli tentang kehidupan yang dia miliki dengan

kehidupan seorang anak piatu.

d) Mengajak bersyukur mengucapkan kalimat hamdalah

“alhamdulillahirobbilaalamin”. e) Mampu mengontrol diri. f) Berpuasa.

✆ ✝

g) Mengajak sholat.

h) Menjual kembali barang yang tidak terpakai. i) Mengajak untuk merincikan daftar pengeluaran.

2. Hasil dengan tehnik modelling untuk mengatasi online shop addict

(kecanduan belanja online) seorang warga magersari di sidoarjo.

Perubahan pada diri konseli yaitu adalah menngacu pada pikiran dan kebiasaanya sebagaimana diketahui berikut penjelasannya :

a. Pikiran

Konseli sudah mulai menyadari mengenai bagaimana mengontrol nafsunya agar tidak terjerumus dalam mengikuti trend atau gaya hidup masa kini. Konseli juga mampu berfikir mana yang seharusnya yang harus dia belanjakan dan mana yang tidak.

b. Kebiasaan

Konseli sudah meninggalkan kebiasaanya dalam hal berbelanja online yang menimbulkan dia mengalami kecanduan. Beberapa kebiasaan negatif kemudian mengadaptasi dari model menjadi positif. Seperti kebiasaanya menghabiskan hampir seluruh waktunya untuk menelusuri toko online mulai dikurangi. Meskipun konseli sudah tidak bekerja konseli mampu mengisi kegiatannya di rumah dengan membersihkan rumah, belajar mengaji dan beribadah.

✞ ✟

Saat ini kata maaf, terimakasih dan alhamdulillah adalah kata yang sering konseli ungkapkan. Kebiasaan ini juga berdampak pada kesehatan konseli yang perlahan-lahan mulai membaik.

Perubahan yang sedemikian ini menimbulkan respon positif untuk ayah, tetangga dekat dan teman-teman konseli. Ayah konseli sangat senang melihat anaknya lebih santun. Karena hal tersebut ayah konseli pun mulai giat kembali dalam beribadah. Teman konseli pun menuturkan bahwa konseli menjadi seorang yang baru maksutnya yang tadinya terlihat ambisius dalam menginginkan suatu barang sekarang konseli adalah orang yang tenang dan tidak mudah terpengaruh. Konseli pun mengingatkan temannya untuk selalu berbuat baik dan meminta maaf tentang kesalahannya yang telah dilakukan.

B. Saran

1. Bagi konselor sebaiknya mengasah kemampuan mengenai keterampilan komunikasi konseling agar dalam proses konseling mampu mecapai hasil yang diinginkan. Selain itu, sebaiknya konselor mampu meraih kepercayaan kepada konseli agar ada rasa kenyamanan ketika dalam proses konseling. 2. Bagi konseli sebaiknya mampu mengontrol hawa nafsunya agar tidak

kesulitan dalam menjalani hidupnya janganlah terpengaruh untuk mengikuti trend dan gaya hidup masa kini namun haruslah mampu menyaring atau memilah-milah mana yang harus dilakukan. Sebaiknya pula konseli haruslah

✠6

memperkuat imannya dengan cara sadar untuk terus beribadah kepada Allah SWT.

3. Bagi para pembaca pada umumnya janganlah terpengaruh trend atau gaya hidup masa kini. Seperti halnya berbelanjaonlineboleh-boleh saja dilakukan

namun sebaiknya mampu mengontrol agar tidak menjadi kebiasaan. Karena kebiasaan tersebut bisa menimbulkan masalah nantinya.

DAFTAR PUSTAKA

Abu bakar M. Luddin, Dasar-Dasar Konseling, Bandung: Cita pustaka Media

Perintis, 2010.

Anas, Muhammad,Psycologi: Menuju Aplikasi Pendidikan

(https://books.google.co.id/books, diakses 20 Maret 2016).

Az-Zahrani, Musfir Bin Said,Konseling Terapi, Depok: Bahadur Press, 2005.

Ayu Sri Juniariasih, Mandala , N Dantes, “Penerapan Konseling Behavioral Dengan Teknik Modeling Untuk Meningkatkan Emotional Intelligence Siswa Pada Kelas Xap1 Smk Negeri 1 Seririt Kabupaten Buleleng”, Jurusan Bimbingan Konseling, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja Indonesia, 2013.

Azwar, Saifudin,Metode Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2007.

Alodokter, http://www.alodokter.com/kecanduan-belanja-bisa-tergolong-sebagai-gangguan-kesehatan-mental//, kecanduan belanja bisa tergolong sebagai gangguan kesehatan mental, (diakses tanggal 19 Mei 2016).

Corey, Gerald, Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi, Bandung: PT. Refika

Aditama, 2009.

Fauzan, Lutfi, “Teknik Modelling”, http://lutfifauzan.wordpress.com/20

09/12/23/teknik-modeling, (diakses 20 Maret 2016).

Gunarsah, dan Singgih,Konseling dan Psikoterapi, Jakarta: Gunung Mulia, 2007.

Hambali, Adang, Ujam Jaenudin, Psikologi Kepribadian (lanjutan) Studi atas Teori

Hellen,Bimbingan dan Konseling,Jakarta: Ciputat Press, 2002.

Hidayat, Dede Rahmat,Psikologi Kepribadian,Bogor: Ghalia Indonesia, 2011.

http://szeretlek-87.weebly.com/eptik/category/sejarah-online-shopping-di-indonesia, diakses pada 20 Maret 2016.

Lubis, Numora Lumongga, Memahami Dasar-Dasar Konseling Dalam Teori Dan

Praktek, Jakarta: Kencana, 2011.

Munir, Samsul,Bimbingan dan Konseling Islam, Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2010.

Moleong, Lexy J., M.A , Metodelogi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009.

Nasution,Metode Penulisan Naturalistik Kualitatif, Bandung: Tarsito, 1988.

Nawawi, Ismail, Metoda Penelitian Kualitatif: Teori dan Aplikasi Interdisipliner

untuk Ilmu Sosial, Ekonomi/ Ekonomi Islam, Agama, Manajemen, dan Ilmu

Sosial lainnya, Jakarta: CV. Dwiputra Pustaka Jaya, 2012.

Nisa’I, Khilmiatun, “kepercayaan konsumen dan upaya membangun kepercayaan

konsumen pada pembelian produk syar’i secara online” (Skripsi, fakultas ekonomi dan bisnis islam, 2016)

Nugroho, Anang Tri,sukses bisnis toko online, jakarta : PT Gramedia Pustaka utama,

2010.

Noer Laela, Faizah, Bimbingan Konseling Sosial, (Surabaya : UIN Sunan Ampel

Press, 2014).

Purnama, Andi Anggara, Tips Belanja Hemat dengan Kartu Kredit (Jogjakarta:

Rayitno dan Erman Amti,Dasar-Dasar Bimbingan Konseling,Jakarta: Rineka

Cipta, 2004.

Pratiwi, Haning Dwi, “Online Shop Sebagai Cara Belanja Mahasiswa UNNES” (Skripsi, Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang, 2013)

Rifa Dwi Styaning Anugrahati, “Gaya Hidup Shopaholic Sebagai Bentuk Perilaku Konsumtif Pada Kalangan Mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta” (Skripsi, Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta, 2014).

Siradj, Shahudi, Pengantar Bimbingan Konseling, Surabaya: Revka Petra Media,

2011

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Bandung:

ALFABETA, 2011.

Siska amelie f deil,http://m.liputan6.com/bisnis/read/2088399/5-tanda-seseorang-kecanduan-belanja-online//, 5 tanda seseorang kecanduan belanja online, (diakses tanggal 18 Mei 2016).

Trecy Whitny Santoso, “perilaku kecanduan permainan internet dan faktor penyebabnya pada siswa kelas viii di smp negeri 1 jatisrono kabupaten wonogiri

(studi kasus pada siswa kelas viii di smp negeri 1 jatisrono kabupaten

wonogiri)”(Skripsi, FIP Universitas Negeri Semarang, 2013).

Terapi EFT, http://www.terapieft.com/?46,kecanduan-belanja, kecanduan belanja, (diakses tanggal 20 Mei 2016).

Dokumen terkait