• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Hasil Bimbingan Konseling Islam dengan Pendekatan Behavioristik melalui Teknik Disensitisasi Sistematis untuk Menangani Stres Akademik

BAB IV ANALISIS DATA

BIMBINGAN KONSELING ISLAM MELALUI TEKNIK DISENSITISASI SISTEMATIS UNTUK MENANGANI STRES AKADEMIK SISWA

B. Analisis Hasil Bimbingan Konseling Islam dengan Pendekatan Behavioristik melalui Teknik Disensitisasi Sistematis untuk Menangani Stres Akademik

124

B. Analisis Hasil Bimbingan Konseling Islam dengan Pendekatan Behavioristik melalui Teknik Disensitisasi Sistematis untuk Menangani Stres Akademik Siswa

Berikut ini dapat dilihat hasil evaluasi sebelum dan sesudah konseling yang meliputi evaluasi pemahaman (understanding), perasaan (confort), dan tindakan (action).

Tabel 4.1 Analisis Hasil Sesudah dan Sebelum Konseling

Penilaian Sebelum konseling Sesudah konseling

Pemahaman/ Understanding

Sebelum mengikuti proses konseling, konseli belum memahami pentingnya mengatur waktu dengan baik yang menyebabkan dirinya merasa cemas dan mengakibatkan stres

Setelah mengikuti proses konseling, konseli memahami betapa pentingnya mengatur waktu terutama pantau diri untuk membantu dirinya menghadapi aktivitas-aktivitas sekolahnya agar tidak menjadi stres

Konseli merasa cemas dan ketakutan, karena banyak tugas yang berlum selesai dan menjeas Ujian Semester.

Konseli sudah mampu

menenangkan dirinya dalam keadaan rileks di setiap pertemuan treatment dan ketika stres itu muncul

Perasaan/ Confort

Konseli merasa tugas-tugas sekolahnya terlalu berat, dan merasa waktu yang dimilkinya dalam satu hari belum cukup baginya.

Konseli merasa senang bisa mengetahui sebab-sebab kenapa bisa mengalami stres dan berusaha untuk mensyukuri semua aktivitas yang dijalaninya. Konseli merasa cemas saat

mengingat tugasnya yang menumpuk dengan aktivitasnya didalam organisasi yang banyak.

Konseli sudah merasa lebih tenang dari sebelumnya, karena sudah mampu mengatur waktunya untuk aktivitas sekolah, organisasi dan pekerjaan rumah.

Tindakan/ Action

Belum bisa menentukan prioritas aktivitas dengan baik, sehingga menyebabkan tugasnya menjadi terbengkalai.

Konseli memprioritaskan aktivitas utamanya sebagai seorang pelajar disekolah dan melakukan pantau diri setiap saat.

125

Belum mampu mengambil kebijakan untuk dirinya sendiri dan sering tergesa-gesa dalam melakukan sesuatu, sehingga semuanya berakhir kurang maximal.

Konseli sudah mampu mengatur dirinya dengan baik, dan ketika ia merasa cemas ia sudah mampu menenangkan dirinya dengan rileks.

Hal-hal yang telah dapat diungkap selama proses penelitian antara lain yaitu mengenai faktor-faktor yang menyebabkan siswa mengalami stres akademik, dan gejala-gejala yang muncul ketika mengalami stres akademik. Selanjutunya hasil analisis dari faktor-faktor yang menyebabkan siswa mengalami stres akademik tersebut, peneliti berusaha untuk membantu mengatasi masalah mengenai stres akademik siswa dengan menggunakan pendekatan konseling behavioristik dengan teknik disensitisasi sistematis.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, bahwa pada dasarnaya setiap siswa memiliki kecenderungan untuk mengalami stres akademik baik dikarenakan tugas-tugas yang banyak, kegiatan organisasi, maupun kegiatan-kegiatan lain yang berada diluar sekolah. Akan tetapi tidak semua siswa benar-benar mengalami stress dalam menghadapi kegiatan dan aktivitas tersebut, hal tersebut dipengaruhi oleh penerimaan diri dari masing-masing individu.

Permasalahan stres akademik ini muncul sebagai akibat dari penerimaan dan pengaturan diri yang kurang baik dari individu terhadap tugas-tugas yang diberikan guru dan yang akibatnya tugas-tugas menjadi terbengkalai, dan ketika harus menyelesaikan. tugas dalam waktu yang bersamaan maka siswa akan mengalami gejala- gejala stres seperti pusing, sakit kepala, kaku leher belakang, pola tidur terganggu, pola makan terganggu, nafsu makan menurun, gelisah, dan perasaan cemas, dst.

126

Apabila permasalahan ini tidak mendapat perhatian dan penanganan, maka bisa mengganggu konsentrasi siswa tersebut terutama ketika menghadapi ujian semester. Untuk menangani stress akademik siswa tersebut maka diberikan konseling individual dengan pendekatan behavioristik dengan teknik disensitisasi sistematis. Hal ini bertujuan untuk mengubah perilaku yang maladaptif menjadi perilaku yang adaptif.

Berdasarkan hasil wawancara dari berbagai pihak dan wawancara konseling yang telah dilakukan, siswa yang mengalami stres akademik ini akan berdampak pada prestasinya. Dalam menangani stres akademik siswa tersebut, peneliti berusaha membantu konseli menggunakan konseling individual dengan pendekatan behavioritik dengan teknik disensitisasi sistematis yang mengacu pada pengubahan perilaku mal-adaptif menjadi perilaku yang lebih adaptif.

Seperti aktivitas menunda-nunda mengerjakan tugas, dengan berbagai macam kegiatan seperti internetan berjam- jam lamanya, jalan-jalan, atau nongkrong bersama dengan teman-teman dengan tujuan yang tidak jelas. Penggunaan teknik pantau diri bertujuan agar konseli dapat memantau sendiri perkembangan mengenai upayanya dalam mengatur diri agar tidak lagi mengalami masalah stres akademik.

Setiap akhir pertemuan dengan konseli diberikan penilaian hasil akhir layanan bimbingan dan konseling. Sehingga ada beberapa kesan pada konseling yang diungkapkan oleh konseli. Penilaian tersebut dapat disimpulkan, yaitu pertemuan pada kegiatan konseling individual ini cukup berarti bagi konseli, karena dapat membantu menyelesaikan masalah, mengurangi beban pikiran,

127

mengetahui kelebihan dan kelemahan dirinya, dan yang terpenting dalam penelitian ini yaitu stres akademik siswa dapat ditangani.

Dari hasil pemberian konseling siswa yang mengalami masalah stress akademik ini dapat ditangani dengan menggunakan konseling individual melalui pendekatan behavioristic dengan teknik disensitisasi sistematis. Ini terlihat dari perubahan atau perkembangan konseli sesudah pemberian treatment.

Dari hasil pemberian konseling dapat dilihat bahwa siswa yang mengalami stres akademik tersebut terlihat ada bedanya, dari perkembangan selama mengikuti proses konseling, konseli seudah merasa terbantu untuk dapat mengatur waktunya dengan baik sehingga waktu yang dimiliki dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin untuk melakukan aktivitas sekolahnya.

Akan tetapi jika konseli terus menjaga komitmennya untuk selalu menerapkan hasil konseling yang sudah dicapai, maka dapat meminimalisir gejala-gejala stres yang akan muncul. Maka dari itu masih diperlukan adanya tindak lanjut. Pada dasarnya konseling behavioristik dengan teknik disensitisasi sistematis ini adalah teknik yang efektif untuk menangani masalah stres akademik siswa.

128

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan kepada AI siswa SMP N 1 Kedamean tersebut, maka dapat di ambil simpulan bahwa masalah stres akademik yang dialami oleh AI inti permasalahan adalah kurangnnya manajemen diri dari subyek, untuk menentukan prioritas dari aktivitasnya di organisasi, pekerjaan rumah, dan kewajibanya sebagai pelajar sehingga mengakibatkan kebiasaan menunda mengerjakan tugas yang kemudian memunculkan kecemasan dan ketakutan yang berlebihan saat menjelang masuk sekolah dan ujian semester, hal inilah yang menjadikan subjek mengalami stres akademik, dengan gejala stres seperti gejala fisik (fisiologis), gejala kognitif, gejala afeksi dan gejala sosial.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka peneliti mengambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Proses bimbingan konseling islam dengan konseling behavioristik melalui teknik disensitisasi sistematis untuk menangani stres akademik siswa di SMP N 1 Kedamean. Pendekatan ini di lakukan guna untuk memperbaiki pola tingkah lakunya dengan melakukan desensitisasi atau gerak-gerak rileksasi yang menyenangkan dan digunakan untuk menurunkan stres akademik akibat dari kecemasan/ketakutan yang berlebihan terhadap sesuatu.

129

Dari beberapa tahapan yang dilakukan, ada perkembangan yang cukup berhasil, artinya klien bersemangat untuk merilekasi dirinya saat dirinya dalam keadaan cemas/takut yang berlebihan ketika dihadapkan pada bayangan saat dirinya tidak mengerjakan tugas, menghadapi ujian, beban aktivitas yang banyak, dll. Hal ini di ketahui dari beberapa pihak yakni teman dekatnya, orang tua, dan gurunya yang melihatnya dalam kesehariannya mengatakan bahwa ada perubahan yang cukup baik dari yang sebelumnya. Kekuatan tretament yang diberikan dibilang cukup berhasil dalam penelitian waktu yang cukup singkat.

2. Hasil pelaksanaan bimbingan konseling islam dengan konseling behavioristik melalui teknik disensitisasi sistematis untuk menangani stres akademik siswa di SMP N 1 Kedamean dikategorikan berhasil. Hal itu dapat dilihat dari sikap manajemen diri dan ketegangan emosi yang membuat stres sebelum dan sesudah treatment, yakni antara 0 – 50 angka item yang dalam peneliitian ini tergolong dalam kategori cukup berhasil dan dapat teratasi.

Akan tetapi hal tersebut masih membutuhkan komitmen yang kuat dari subyek untuk dapat benar-benar mengatur diri dengan baik dan dalam keadaan rileks (tenang) untuk menghindari kecemasan dan ketakutan tersebut, sehingga hasilnya akan lebih optimal.

B . Saran

Syukur Alhamdulillah kepada-Nya, upaya dalam menyelesaikan penelitian telah selesai. Dalam segala proses untuk terwujudnya hasil penelitian ini penulis

130

menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan, penulis berharap kepada peneliti selanjutnya untuk lebih menyempurnakan hasil dari apa yang telah diteliti ini dengan rujukan penelitian yang relevan, agar penelitian selanjutnya dapat lebih baik dan sempurna.

Untuk kebaikan dalam penyempurnaan penelitian, penulis berharap agar penelitian yang akan dilakukan oleh para calon-calon peneliti bisa lebih sempurna.

Kemudian, untuk menunjang penelitian ini agar bisa lebih sempurna dan merekomendasikan hasil daripada penelitian ini, penulis memberikan saran sebagai berikut:

1. Bimbingan Konseling Islam dengan Pendekatan Behavioristik melalui Teknik Disensitisasi Sistematis dapat digunakan untuk menangani Stres Akademik Siswa.

2. Bagi peneliti lain diharapkan bisa memberikan sumbangsih penelitian yang lebih baik daripada sekedar penelitian ini, sehingga bisa menghasilkan suatu penelitian yang lebih sempurna, dengan menggunakan variasi sesi pertemuan, populasi, dan rancangan penelitian lain.

3. Penelitian ini juga diharapkan sebagai bahan informasi dan acuan teoritik bagi peneliti selanjutnya, khususnya bagi peneliti-peneliti yang mengkaji tentang stres akademik siswa.

4. Bagi para Guru diharapkan penelitian ini dijadikan sebagai acuan atau bahan informasi untuk memberikan penanganan terhadap siswa yang mengalami stres akademik.

5. Penelitian ini juga dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan khazanah keilmuan Bimbingan dan Konseling Islam bagi pembaca dalam menangani stres akademik siswa.

131

DAFTAR PUSTAKA Anoraga, P. 2006. Psikologi Kerja. Jakarta: Rineka Cipta.

Atkinson, R. L. Atkinson, C. R. Smith, E. E. dan Bem, J. D. 2002. Pengantar Psikologi (Edisi Kesebelas). Jilid 2. Batam: Interaksara.

Bungin, B. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Bungin, Burhan. 2001. Metodologi Penelitian Sosial. Surabaya: Airlangga University Press.

Corey, G. 2007. Teori dan Praktek Konseling Dan Psikoterapi. Bandung: Refika Aditama.

Corey, Gerald. 2005. Theory and Practice of Counseling & Psychotherapy.7th ed. Belmont : Thomson Brooks/Cole.

Corey, Gerald. 2007. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: Refika Aditama

Don R. P. 1996. Self-Care: Your Family Guide to Symptoms and How to Treat Them. www.wordpress.com (di unduh pada 27 April 2010).

Fauzan, L. 2004. Pendekatan-pendekatan Konsseling Individual. Malang: Elang Mas.

Handoko, H. T. 2001. Manajemen Personalia Dan Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.

Hasnida dan Kemala, I. 2005. Hubungan Antara Stres dan Perilaku Merokok Pada Remaja Laki-Laki. Jurnal Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. http://www.linkpdf.com/download/dl/jurnal-psikologi-klinis-stres-pdf (di unduh pada 9 November 2010).

Hawari, D. 1997. Al Qur’an: ILMU Kedokteran Jiwa Dan Kesehatan Jiwa. Yogyakarta: Dana Bhakti Prima Yasa.

Http://tresacounselor.blogspot.com/2011/03/teknik-desensitisasi-sistematis.html/ diunduh 4/10/2011

132

Markam, S. 2006. Pengantar Psikologi Klinis. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press).

Moleong, L. J. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Mufidah, L. 2009. Studi Deskriptif Tentang Stres Kerja Pada Guru PLB di Kabupaten Bojonegoro. Skripsi, Jurusan Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang: Tidak diterbitkan.

Munro (Alih bahasa oleh Erman Amti). 1983. Penyuluhan (Counseling). Yogyakarta: Ghalia Indonesia.

Roy, S. 2005. Managing Stress (Handle, Control, Prevent). New Delhi: Sterling Publishers Pvt. Ltd.

Salim, A. 2001. Teori dan Paradigma Penelitian Sosial. Yogyakarta: PT Tiara Wacana.

Smet, B. 1994. Psikologi Kesehatan. Jakarta: PT Grasindo.

Sugiharto, DYP. 2007. Konseling Proaktif Dengan Strategi Pengelolaan Diri. Semarang: Tidak diterbitkan.

Supriyo. 2008. Studi Kasus Bimbingan Konseling. Semarang: CV. Nieuw Setapak.

Taufik dan Yeni Karneli. 2011. Prosedur dan Teknik Konseling Perorangan. Padang: BK-UNP.

Willis, S. S. 2004. Konseling Individual Teori dan Praktek. Bandung: CV Alfabeta.

Wingkel, W. S & M. M. Sri Hastutik. 2005. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan (edisi revisi). Yogyakarta: Media Abadi.

Yin, Robert K. 2006. Studi Kasus: Desain dan Metode. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Yumaroh, S. 2009. Stress dan Coping Stress Pada Narapidana Kasus Penyalahgunaan Narkoba dan Pembunuhan di Lembaga Permasyarakatan Wanita Semarang. Skripsi, Jurusan Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang: Tidak diterbitkan.