• Tidak ada hasil yang ditemukan

BIMBINGAN KONSELING ISLAM DENGAN PENDEKATAN BEHAVIORISTIK MELALUI TEKNIK DISENSITISASI SISTEMATIS UNTUK MENANGANI STRES AKADEMIK SISWA : STUDI KASUS DI SMP N 1 KEDAMEAN KECAMATAN KEDAMEAN KABUPATEN GRESIK.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BIMBINGAN KONSELING ISLAM DENGAN PENDEKATAN BEHAVIORISTIK MELALUI TEKNIK DISENSITISASI SISTEMATIS UNTUK MENANGANI STRES AKADEMIK SISWA : STUDI KASUS DI SMP N 1 KEDAMEAN KECAMATAN KEDAMEAN KABUPATEN GRESIK."

Copied!
146
0
0

Teks penuh

(1)

BIMBINGAN KONSELING ISLAM DENGAN PENDEKATAN

BEHAVIORISTIK MELALUI TEKNIK DISENSITISASI SISTEMATIS UNTUK MENANGANI STRES AKADEMIK SISWA

(Studi Kasus Siswa di SMP N 1 Kedamean Kecamatan Kedamean Kabupaten Gresik)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh Gelar

Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh:

FAHMI ODIANSYAH NIM. B03212035

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM JURUSAN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Fahmi Odiansyah (B03212035), 2017. Bimbingan Konseling Islam dengan Pendekatan Behavioristik Melalui Teknik Disensitisasi Sistematis untuk Menangani Stres Akademik Siswa (Studi Kasus di SMP N 1 Kedamean Kecamatan Kedamean Kabupaten Gresik).

Ada dua persoalan yang dikaji dalam penelitian skripsi ini yakni: (1) Bagaimana proses Bimbingan Konseling Islam dengan Pendekatan Behavioristik melalui Teknik Disensitisasi Sistematis untuk Menangani Stres Akademik Siswa Di SMP N 1 Kedamean Kecamatan Kedamean Kabupaten Gresik? (2) Bagaimana hasil Bimbingan Konseling Islam dengan Pendekatan Behavioristik melalui Teknik Disensitisasi Sistematis untuk Menangani Stres Akademik Siswa Di SMP N 1 Kedamean Kecamatan Kedamean Kabupaten Gresik?

Dalam menjawab pertanyaan tersebut secara menyeluruh dan mendalam, penelitian mengunakan metode kualitatif, jenis penelitian studi kasus, dengan pendekatan fenomena yang mengahasilkan data deskriptif. Sedangkan dalam pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Setelah data terkumpul, analisa dilakukan untuk mengetahui proses serta hasil bimbingan konseling islam dengan pendekatan behavioristik melalui teknik disensitisasi sistematis untuk menangani stres akademik siswa dengan cara mendeskripsikan data kualitatif dengan cara menyusun dan mengelompokkan data yang ada sehingga memberikan data yang nyata kepada responden.

Dalam penelitian ini pendekatan treatment dilakukan guna untuk memperbaiki pola tingkah lakunya dengan melakukan desensitisasi atau gerak-gerak rileksasi yang menyenangkan untuk menurunkan stres akademik akibat dari kecemasan/ketakutan yang berlebihan terhadap sesuatu, hasil dari kurangnya management diri yang kurang tepat.

Hasilnya, dari beberapa tahapan bimbingan konseling islam dengan pendekatan behavioristik melalui teknik disensitisasi sitematis yang telah dilakukan yakni konseli mengalami perkembangan yang cukup berhasil, artinya konseli mampu untuk merilekasi dirinya saat dirinya dalam keadaan cemas/takut yang berlebihan ketika dihadapkan pada situasi yang membuat dirinya cemas/tegang, seperti banyaknya beban tugas yang dihadapi, aktivitas di organisasi dan pekerjaan rumah. Koseli juga sudah mampu memilih untuk menentukan prioritas aktivitas yang akan dijalani kedepan yakni tugas-tugas dan kewajiban disekolah sebagai pelajar. Hal itu dapat dilihat dari sikap manajemen diri dan ketegangan emosi yang membuat stres dari sebelum dan sesudah treatment, yakni antara 0 – 50 angka item (kategori cukup berhasil dan teratasi).

Saran peneliti: (1) Bimbingan Konseling Islam dengan Pendekatan Behavioristik melalui Teknik Disensitisasi Sistematis dapat digunakan menangani Stres Akademik Siswa; (2) Peneliti selanjutnya perlu menindaklanjuti dengan menggunakan variasi sesi pertemuan, populasi, dan rancangan penelitian lain.

(7)

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB LATIN ... xv

BAB I PENDAHULUAN

1. Pendekatan Dan Jenis Penelitian ... 15

2. Jenis Dan Sumber Data ... 16

3. Teknik Pengumpulan Data ... 17

4. Tahap-Tahap Penelitian ... 22

5. Teknik Analisis Data ... 23

6. Teknik Keabsaan Data ... 25

G. Sistematika Pembahasan ... 27

5. Faktor Yang Mempengaruhi Stres Akademik ... 34

6. Dampak Terhadap Stres Akademik Di Sekolah ... 36

7. Gejala – Gejala Stres ... 37

B. Konseling Behavioral Dengan Teknik Disensitisasi Sistematis ... 39

1. Bimbingan Konseling Islam ... 39

2. Teori Kepribadian Konseling Behavioral ... 45

(8)

4. Langkah-Langkah Konseling Behavioral Dalam Teknik Disensitisasi . 53 5. Terapi Behavioral Dengan Teknik Disensitisasi Untuk Menangani Stres

Akademik ... 59

C. Penelitian Terdahulu Yang Relevan ... 62

BAB III PENYAJIAN DATA PELAKSANAAN TEKNIK DISENSITISASI SISTEMATIS A. Deskripsi Umum Objek Penelitian ... 68

1. Profil Sekolah ... 68

2. Deskripsi Konselor Dan Konseli ... 71

3. Tujuan Umum Penelitian ... 73

4. Rancangan Penelitian ... 74

B. Deskripsi Proses Konseling ... 80

1. Sipnosis Kasus ... 80

2. Jenis Nama Dan Tingkatan Kasus ... 81

3. Gambaran Stres Konseli ... 81

4. Diagnosis ... 86

5. Prognosis ... 88

6. Pelaksanaan Teknik Disensitisasi Sistematis ... 88

C. Hasil Konseling ... 112

BAB IV ANALISIS DATA BIMBINGAN KONSELING ISLAM MELALUI TEKNIK DISENSITISASI SISTEMATIS UNTUK MENANGANI STRES AKADEMIK SISWA A. Analisis Proses Bimbingan Koseling Islam dengan Pendekatan Behavioristik Melalui Teknik Disensitisasi Sistematis untuk Menangani Stres Akademik Siswa ... 120

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Kisi-kisi pengembangan instrumen wawancara stres akademik

siswa ... 19

Tabel 1.2. Jenis Data, Sumber Data, dan Teknik Pengumpulan Data ... 21

Tabel 3.1. Kontribusi Pendanaan dari Pemerintah dan Pemerintah Desa . 68 Tabel 3.2. Data Peserta Didik Baru ... 69

Tabel 3.3. Data Siswa 4 Empat Tahun Terakhir ... 69

Tabel 3.4. Pendidik dan Tenaga Kependidikan ... 70

Tabel 3.5. Jumlah Guru dengan Tugas Mengajar ... 70

Tabel 3.6. Pengembangan Kompetensi / Profesionalisme Guru ... 71

Tabel 3.7. Itensitas kecemasan dan stres pada item-item dalam daftar dengan menggunakan huruf L, A dan V ... 113

Tabel 3.8. Kartu kerja (notasi) pelaksanaan desensitisasi sistematis dalam proses visualisasi item-item ... 114

Tabel 3.9. Itensitas kecemasan pada item-item dalam daftar dengan menggunakan skala angka dari 0-100 ... 117

(10)

DAFTAR GAMBAR

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Biodata Peneliti

2. Jadwal Pelaksanaan Penelitian 3. Uraian Jadwal Penelitian

4. Pedoman wawancara seleksi subjek penelitian

5. Tabel Analisis Hasil Wawancara seleksi subjek penelitian 6. Pedoman wawancara seleksi subjek penelitian dengan Temanya

7. Tabel Analisis Hasil Wawancara seleksi subjek penelitian dengan Temanya

8. Pedoman Observasi 9. Hasil Observasi 10. Kontrak Kasus

11. Transkrip Wawancara Pertemuan 1 12. Transkrip Wawancara Pertemuan 2 13. Transkrip Wawancara Pertemuan 3 14. Transkrip Wawancara Pertemuan 4 15. Dokumentasi

16. Kartu Bimbingan Skripsi

17. Berita Acara Ujian Proposal Skripsi 18. CatatanPenguji Sidang Skripsi 19. Surat Izin Penelitian

(12)

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB LATIN

Penulisan transliterasi Arab - Latin dalam penelitian ini menggunakan pedoman transliterasi dari keputusan bersama Menteri Agama RI dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 158 tahun 1987 dan No. 05436/U/1987. Secara garis besar uraiannya sebagai berikut:

1. Konsonan

Fonem konsonan bahasa Arab yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf, dalam Transliterasi ini sebagian dilambangkan dengan tanda, dan sebagian lain lagi dilambangkan dengan huruf dan tanda sekaligus.

Di bawah ini daftar huruf Arab itu dan Transliterasi dengan huruf Latin.

Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama

ا Alif Tidak dilambangkan Tidak dilambangkan

(13)

ك k f K Ka

ل l m L El

م mim M Em

ن n n N En

و w wu W We

h ‟ H Ha

ء hamzah …‟… Apostrof

ي y ′ Y Ye

2. Vocal

Vocal bahasa Arab, seperti vocal bahasa Indonesia, terdiri dari vocal tunggal atau vocal monoftong dan vocal rangkap atau diftong.

a. Vocal Tunggal

Vocal tunggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau harkat, yang transliterasinya sebagai berikut:

Tanda Vokal Nama Huruf Latin Nama

Fath h a A

Kasr h i I

ammah u U

b. Vocal Rangkap

Vokal bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara harakat dan huruf, transliterasinya berupa gabungan, yaitu:

Tanda dan

Huruf Nama

Gabungan

Huruf Nama

ىﹷ Fatḥah dan ya ai a dan i

وﹷ Fatḥah dan wawu au a dan u

(14)

3. Maddah

Maddah atau vocal panjang yang lambangnya berupa harakat dan huruf, transliterasinya berupa huruf dan tanda, yaitu:

Harakat danHuruf Nama Huruf danTanda Nama ى _ ا َ_ Fatḥah dan alif

atau ya a dan garis di atas

ى ﹻ Kasrah dan ya i dan garis di atas

ى َ_ ammah dan

wawu u dan garis di atas

4. Ta Marbuthah

a. Ta Marbuthah yang hidup atau mendapat harakat fatḥah, kasrah dan dammah, dan transliterasinya adalah (t).

b. Ta marbuthah yang mati atau mendapat harakat sukun, transliterasinya adalah (h).

c. Kalau pada suatu kata yang akhir katanya ta marbuthah diikuti oleh kata yang menggunakan kata sandang “al” serta bacaan kedua kata itu terpisah, maka ta marbuthah itu ditransliterasikan dengan ha (h).

لﻔﺎﻃﻻا ﺔﺿ ور Raudah al-atf l ة

ر ﻮﻤ ا ﺔﻳﺪﻤ ا Al-Mad nah al-Munawwarah

ﺔﺤ ﻃ Thalhah

5. Syaddah (Tasydid)

Syaddah atau tasydid yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan sebuah tanda syaddah, dalam transliterasi ini tanda syaddah tersebut dilambangkan dengan huruf yang sama dengan huruf yang diberi tanda syaddah itu.

ﺎ ر Rabban

لﺰ Nazzala

ﺮ ا Al-Birr

(15)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap manusia dalam kehidupannya dapat mengalami masalah-masalah berupa tantangan, tuntutan dan tekanan-tekanan dari lingkungan sekitar. Siswa akan mengalami pula masalah yang tidak selalu dapat diatasi dengan efektif. Masa transisi dari sekolah dasar menuju sekolah menengah merupakan salah satu masa yang penuh stres dalam kehidupan seseorang, dikarenakan banyaknya tuntutan untuk melakukan penyesuaian terhadap perubahan lingkungan, fisik, akademis, sosial, dan emosional. Menurut Markam “seringkali terjadi hambatan dalam pemuasan suatu kebutuhan motif dan keinginan. Keadaan terhambat dalam mencapai suatu tujuan dinamakan frustrasi. Keadaan frustrasi yang berlangsung terlalu lama dan tidak dapat diatasi oleh seseorang akan menimbulkan stres”.1

Di lingkungan sekolah siswa rentan mengalami perubahan yang sangat

signifikan, salah satu perubahan signifikan tersebut adalah mengalami masa

transisi dari jenjang sekolah dasar ke sekolah menengah pertama. Perubahan tersebut meliputi masa pubertas dan hal-hal yang berkaitan dengan citra tubuh, meningkatnya tanggung jawab dan kemandirian, perubahan dari struktur kelas yang kecil dan akrab menjadi struktur kelas yang lebih besar dan impersonal,

1

(16)

2

peningkatan jumlah guru dan teman, serta meningkatnya fokus pada prestasi dan menghadapi ekspektasi-ekspektasi akademik yang lebih tinggi.2

Ekspektasi - ekspektasi yang muncul tersebut membuat beberapa siswa

merasa rentan dan tidak mampu beradaptasi dengan lingkungan baru. Perilaku

tersebut merupakan salah satu bentuk masalah emosional dan perilaku di

lingkungan sekolah yang dapat memicu terjadinya stres pada siswa.3

Stres merupakan suatu gejala yang timbul di dalam diri individu dalam menghadapi masalah yang dihadapinya dan melekat pada setiap kehidupan

individu. “Stres adalah suatu keadaan di mana beban yang dirasakan seseorang

tidak sepadan dengan kemampuan untuk mengatasi beban itu”.4 Stres dapat terjadi pada siapa saja dalam bentuk tertentu, dalam kadar berat atau ringan yang berbeda, dan dalam jangka panjang pendek yang tidak sama. Manusia akan bereaksi dalam menghadapi setiap hambatan dan persoalan, apapun bentuk reaksinya untuk mengatasi problema yang muncul. Pada dasarnya reaksi yang muncul dapat diklasifikasikan menjadi reaksi negatif, misalnya perilaku maladaptif, dan reaksi positif seperti bentuk penyesuaian yang adaptif.5

Stres pada setiap siswa biasanya terjadi karena banyaknya harapan dan tuntutan dalam bidang akademik yang sering disebut dengan stres akademik. Stres akademik yang dialami siswa, merupakan hasil persepsi yang subjektif

(17)

3

terhadap adanya ketidaksesuaian antara tuntutan lingkungan dengan sumber daya aktual yang dimiliki oleh siswa itu sediri.6

Ketidaksesuaian kondisi psikologis individu dengan lingkungannya dapat terjadi dalam bentuk tuntutan lingkungan lebih tinggi daripada kemampuan individu ataupun sebaliknya yaitu tuntutan individu yang lebih tinggi dari kondisi lingkungan yang dihadapi. Kondisi psikologis siswa meliputi keadaan mental dari individu yang sehat. Individu yang memiliki mental yang sehat akan mampu melakukan pengaturan terhadap dirinya sendiri dalam perilakunya secara efektif sehingga dapat terhindar dari gangguan stres. Para siswa mengemukakan bahwa mereka mengalami stres akademik pada setiap semester dengan sumber stres

akademik yang tinggi akibat dari belajar sebelum ujian, kompetensi nilai, dan

dari begitu banyak materi yang harus dikuasai dalam waktu yang singkat.7 Pada tahun 2012 komisi nasional perlindungan anak, melaporkan menerima rata-rata 200 laporan kasus anak yang mengalami stres disetiap bulan, sepanjang tahun 2011, meningkat 98% dari tahun sebelumnya. Laporan komisi nasional perlindungan anak tersebut turut mengindikasikan terdapat peningkatan gangguan stres pada anak di Indonesia. Selasa, (20/03/2012), ketua komnas perlindungan anak Arist Merdeka Sirait mengungkapkan “jangan remehkan ini, sudah tercatat sebanyak lima anak dibawah 10 tahun berusaha melakukan percobaan bunuh diri akibat stres, dua diantaranya telah meninggal”.8

6

Deri Meigawati, Profil stres akademik ditinjau dari keyakinan diri akademik siswa. (Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia, 2004)hal.2

7

Deri Meigawati, Profil stres akademik ditinjau dari keyakinan diri akademik siswa. (Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia, 2004)hal.2

8

(18)

4

Mencuatnya kasus-kasus bunuh diri atau percobaan mengakhiri hidup dikalangan para pelajar tentu sangat memprihatinkan. Menurut Ruqqoyah Waris Maksood menyebutkan, “beberapa kasus bunuh diri pada remaja salah satunya merupakan reaksi dari stres atau kekecewaan”. Didukung oleh Seto Mulyadi menyatakan “seorang pelajar nekat bunuh diri karena stres yang berlebihan bisa karena faktor keluarga, lingkungan, hingga sekolahnya karena guru mungkin membebani pekerjaan rumah yang berlebihan, atau tuntutan prestasi yang terlalu tinggi”.

Stres akademik merupakan salah satu kategori yang dikemukakan

sebagai sumber stres para siswa disekolah. Beberapa penelitian di Indonesia

menunjukan terdapatnya beberapa masalah yang diakibatkan dari stres akademik.

Desmita telah meneliti stres pada siswa disekolah unggulan. Hasil penelitian

menunjukan pelaksanaan program peningkatan mutu pendidikan melalui

penerapan kurikulum yang diperkaya intensitas belajar tinggi, rentang waktu

belajar formal yang lebih lama, tugas-tugas sekolah yang lebih banyak, dan

keharusan menjadi pusat keunggulan, telah menimbulkan stres dikalangan para

siswa.9

Fenomena tersebut di atas juga dialami oleh seorang siswa di SMP N 1 Kedamean Kecamatan Kedamean Kabupaten Gresik. Berdasarkan hasil wawancara awal yang Peneliti lakukan dengan siswa tersebut diperoleh keterangan bahwa siswa tersebut mengalami stres akademik akibat kecemasan yang berlebihan dikarenakan seringnya sejumlah tugas menumpuk dan saat

9

(19)

5

menjelang ujian semester. Kecemasan dan tekanan yang dirasakan oleh siswa tersebut menimbulkan stres yang dinamakan stres akademik. Stres yang dialami oleh siswa dalam menghadapi kegiatan dan aktivitas sekolah ditunjukkan dengan gejala fisik, gejala kognitif, gejala emosional, dan gejala sosialnya. Gejala-gejala fisik yang dimaksud diatas antara lain sakit kepala, gangguan pola tidur/sulit tidur, lesu letih, kaku leher belakang sampai pungung, nafsu makan menurun, dan daya tahan tubuh menurun. Gejala-gejala kognitif yang dialami yaitu sulit berkonsentrasi dalam berkarya, cemas, mudah lupa, kacau pikirannya dan daya ingat menurun. Gejala-gejala emosional yang dialami oleh siswa adalah mudah tersinggung, suasana hati mudah berubah-ubah, gugup, dan gelisah. Sedangkan gejala-gejala sosial yang dialami oleh siswa antara lain menarik diri dari pergaulan sosial atau tidak ingin diganggu untuk sementara waktu.10

Melihat gejala-gejala tersebut akan sangat mengganggu siswa dalam menjalani aktivitas sekolahnya, oleh karena itu peneliti bermaksud membantu siswa yang mengalami stres akademik itu. Karena dampak yang akan diakibatkan oleh gejala stres akademik tersebut apabila tidak segera ditangani antara lain menurunnya daya kreativitas siswa dalam berkarya, kurang optimal dalam mengerjakan tugas-tugas sekolah dan mengganggu aktivitas sekolah siswa sehari-hari.

Pendekatan dan teknik yang dirasa tepat untuk menangani stres akademik dalam menghadapi aktivitas sekolah yang dialami siswa tersebut dapat melalui layanan konseling individual dengan berbagai pendekatan konseling. Pendekatan

10

(20)

6

konseling yang dijadikan sebagai alternatif untuk membantu siswa yang mempunyai masalah dengan stres akademik yaitu pendekatan disensitisasi sistematis yang mempunyai tujuan, yaitu teknik desensitisasi dipergunakan terutama untuk mengatasi rasa takut atau rasa cemas terhadap sesuatu secara berlebihan. Teknik ini mengandung unsur-unsur untuk mengajar bagaimana seseorang yang dihinggapi rasa takut atau rasa cemas terhadap sesuatu, yang sebetulnya tidak perlu ditakuti atau dicemasi, untuk dapat lebih berani menghadapi hal yang dirasakan tadi. Teknik ini juga merupakan sesuatu counter conditioning (melawan kondisi) untuk melawan rasa takut atau rasa cemas terhadap sesuatu secara berlebihan.

Konseling behavioristik menjadi teknik yang tepat untuk mengatasi stress akademik yang mempunyai tujuan umum, yaitu menciptakan kondisi-kondisi baru bagi proses belajar. Pendekatan konseling behavioristik dengan dipilih oleh peneliti karena karakteristik konseling behavioristik sangat mungkin dijadikan pedoman untuk mengatasi stres akademik yang dialami siswa, karakteristik tersebut antara lain (1) terapi ini memusatkan pada masalah yang dialami oleh klien saat ini dan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi; (2) terapi ini menitik beratkan pada perubahan perilaku yang terlihat; (3) terapi ini merumuskan tujuan yang konkrit dan obyektif; (4) terapi ini bertujuan mengubah gejala perilaku yang tampak.11

Siswa tersebut dengan demikian perlu mengatasi stres, agar nantinya tidak menjadi stres yang berkepanjangan. Peneliti berasumsi bahwa bimbingan

11

(21)

7

konseling islam dengan pendekatan konseling behavioristik melalui teknik disensitisasi sistematis yang ada dapat digunakan sebagai salah satu alternatif dalam menangani stres akademik yang dialami oleh siswa. Dari uraian tersebut maka peneliti bermaksud untuk mengadakan penelitian dengan judul Bimbingan Konseling Islam dengan Pendekatan Konseling Behavioristik melalui Teknik Disensitisasi Sistematis untuk Menangani Stres Akademik Siswa di SMP N 1 Kedamean Kecamatan Kedamean Kabupaten Gresik.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana proses bimbingan konseling islam dengan pendekatan konseling behavioristik melalui teknik disensitisasi sistematis untuk menangani stres akademik siswa di SMP N 1 Kedamean Kec. Kedamean Kab. Gresik? 2. Bagaimana hasil bimbingan konseling islam dengan pendekatan konseling

behavioristik melalui teknik disensitisasi sistematis untuk menangani stres akademik siswa di SMP N 1 Kedamean Kec. Kedamean Kab. Gresik? C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:

(22)

8

2. Untuk mengetahui hasil bimbingan konseling islam dengan pendekatan konseling behavioristik melalui teknik disensitisasi sistematis untuk menangani stres akademik siswa di SMP N 1 Kedamean Kec. Kedamean Kab. Gresik?

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai wahana pengembangan ilmu dan bahan kajian serta menambah wawasan baru bagi peneliti dan praktisi dalam bidang bimbingan dan konseling.

2. Manfaat Praktis

a. Hasil penelitian ini memberikan bukti empiris dan diharapkan dapat menjadi masukan informatif bagi seluruh masyarakat pada umumnya dalam menangani stress akademik menggunakan bimbingan konseling islam dengan pendekatan konseling behavioristik melalui teknik disensitisasi sistematis.

b. Hasil penelitian ini sebagai bahan informasi dan acuan teoritik bagi peneliti selanjutnya, khususnya bagi peneliti-peneliti yang mengkaji stress akademik dan cara menanganinya.

(23)

9

E. Definisi Konsep

Bagian ini memberikan penjelasan mengenai beberapa konsep yang digunakan dalam penelitian agar terjadi kesamaan interpretasi dan terhindar dari kekaburan. Bagian ini juga memberikan keterangan rinci pada bagian-bagian yang memerlukan uraian. Dalam penelitian ini ditemukan tiga konsep kunci, yakni berupa bimbingan konseling islam, pendekatan behavioristik, teknik disensitisasi sistematis dan stres akademik siswa. Berikut masing-masing definisi dari tiap-tiap konsep tersebut:

1. Bimbingan Konseling Islam

Secara harfiyah bimbingan adalah menunjukkan, memberi jalan atau menuntun orang lain kearah tujuan yang bermanfaat bagi hidupnya di masa kini, dan masa mendatang. Istilah bimbingan merupakan terjemahan dari

kata bahasa inggris guidance yang berasal dari kata kerja “to guide” yang

berarti “menunjukkan”.12

Menurut Tolbert, bimbingan adalah seluruh program atau semua kegiatan dan layanan dalam lembaga pendidikan yang diarahkan pada membantu individu agar mereka dapat menyusun dan melaksanakan rencana serta melakukan penyesuaian diri dalam semua aspek kehidupannya sehari-hari.13

Bimbingan dan konseling Islam menurut H.M. Arifin adalah usaha pemberi bantuan kepada seseorang yang mengalami kesulitan, baik lahiriah

12

H.M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama (Jakarta: Golden Terayon Press, 1982), hal. 1.

13

(24)

10

maupun batiniah, yang menyangkut kehidupan, di masa kini dan masa mendatang. Bantuan tersebut berupa pertolongan di bidang mental spiritual. Dengan maksud agar orang yang bersangkutan mampu mengatasi kesulitannya dengan kemampuan yang ada pada dirinya sendiri, melalui dorongan dari kekuatan iman, dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.14

Hakikat Bimbingan dan konseling Islam adalah upaya membantu individu belajar mengembangkan fitrah dan atau kembali kepada fitrah dengan cara memberdayakan iman, akal, dan kemauan yang dikaruniakan Allah SWT. kepadanya untuk untuk mempelajari tuntutan Allah dan Rasul-Nya agar fitrah yang ada pada individu berkembang dengan benar dan kukuh sesuai dengan tuntunan Allah.15

Tujuan bimbingan dan konseling Islam secara umum ialah untuk membantu individu mewujudkan dirinya menjadi manusia seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. Sedangkan tujuan khususnya diuraikan menjadi tiga kategori yaitu :

a. Membantu mencegah individu agar tidak menghadapi atau menemui masalah.

b. Membantu individu mengatasi masalah yang sedang dihadapinya. c. Membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi dan

kondisi yang baik atau yang telah baik agar tetap baik atau menjadi

14

Saiful Akhyar Lubis, Konseling Islami (Yogyakarta: Elsaq Press, 2007), hal. 111-112. 15

(25)

11

lebih baik, sehingga tidak menjadi sumber masalah bagi dirinya dan orang lain.16

2. Pendekatan Konseling Behavioristik

Pada dasarnya suatu proses konseling tidak akan pernah lepas dari pendekatan - pendekatan konseling. Kasus stres akademik dalam menghadapi kegiatan dan aktivitas-aktivitas sekolah dalam penelitian ini akan ditangani dengan menggunakan prosedur konseling behavioristik. Pendekatan behavioristik memandang perilaku individu sebagai hasil dari interaksinya dengan lingkungan. Untuk memperoleh pemahaman yang luas dan jelas mengenai prosedur konseling behavioristik, maka perlu mengkajinya. Dalam kajian ini akan dijelaskan mengenai konsep dasar konseling behavioristik, hakikat manusia, tujuan konseling, fungsi dan peran konselor, asumsi individu bermasalah, prosedur dan tahap-tahapan konseling behavioristik, dan teknik disensitisasi sistematis.

Konseling behavioristik merupakan konseling yang membatasi perilaku sebagai fungsi interaksi antara pembawaan dengan lingkungan. Perilaku yang dapat diamati tersebut merupakan suatu hal yang oleh para konselor dijadikan sebagai kriteria pengukuran keberhasilan konseling. Oleh sebab itu dalam hal ini peneliti ingin melakukan suatu penelitian dengan dengan pendekatan konseling behavioristik dengan teknik disensitisasi sistematis dalam menangani stres akademik siswa dalam menghadapi aktivitas sekolahnya.

16

(26)

12

Behaviorisme adalah suatu pandangan ilmiah tentang tingkah laku manusia. Dalam konsep behavioral, perilaku merupakan hasil belajar. Sehingga dapat diubah melalui memanipulasi dan mengkreasi kondisi-kondisi belajar. Menurut pandangan behavioristik, “setiap orang dipandang memiliki kecenderungan positif dan negatif yang sama. Manusia pada dasarnya dibentuk dan ditentukan oleh lingkungan sosial budayanya”.17

Tujuan terapi behavioral adalah untuk memperoleh perilaku baru, mengeliminasi perilaku yang maladaptif dan memperkuat serta mempertahankan perilaku yang diinginkan. Hal tersebut senada dengan pernyataan “tujuan konseling behavioristik adalah untuk membantu klien membuat respon-respon yang lama yang merusak diri dan mempelajari respon-respon baru yang lebih sehat”. Terapi behavioral berbeda dengan terapi lain, dan pendekatan ini ditandai oleh:

a. Fokusnya pada perilaku yang spesifik dan tampak.

b. Kecermatan dan penguraian tujuan-tujuan treatment (perlakuan). c. Formulasi prosedur treatment khusus sesuai dengan masalah khusus. d. Penilaian objektif mengenai hasil konseling.

3. Teknik Disensitisasi Sistematis

Teknik konseling yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik desensitisasi sistematis. Wolpe dalam Corey mengungkapkan bahwa teknik desensitisasi sitematis merupakan salah satu teknik perubahan perilaku yang didasari oleh teori atau pendekatan behavioral klasikal. Pendekatan

17

(27)

13

behavioral memandang manusia atau kepribadian manusia pada hakikatnya adalah perilaku yang dibentuk berdasarkan hasil pengalaman dari interaksi individu dengan lingkungannya. Perhatian behavioral adalah pada perilaku yang nampak, sehingga terapi tingkah laku mendasarkan diri pada penerapan teknik dan prosedur yang berakar pada teori belajar yakni menerapkan prinsip-prinsip belajar secara sistematis dalam proses perubahan perilaku menuju kearah yang lebih adaptif. Untuk menghilangkan kesalahan dalam belajar dan berperilaku serta untuk mengganti dengan pola-pola perilaku yang lebih dapat disesuaiakan. Salah satu aspek yang paling penting dalam memodifikasi perilaku adalah penekanannya pada tingkah laku yang didefinisikan secara operasional, teramati dan terukur.18

Kesimpulan dari teknik Desentisasi yaitu suatu cara untuk mengurangi rasa takut, cemas, dan stres seorang anak/siswa dengan jalan memberikan rangsangan yang membuatnya takut, cemas atau stres sedikit demi sedikit rangsangan tersebut diberikan terus, sampai anak tidak takut, cemas atau stres lagi.

4. Stress Akademik Siswa

Stres merupakan suatu gejala yang timbul di dalam diri individu dalam menghadapi masalah yang dialaminya dan melekat pada setiap kehidupan individu. Pada tingkat tertentu merupakan stimulasi yang baik bagi seseorang untuk berkembang apabila tingkatannya sangat tinggi

18

(28)

14

dan seseorang tidak mampu lagi menghadapinya, stres menjadi sumber masalah dalam hidupnya.19

Stres akademik adalah stres yang muncul karena adanya tekanan-tekanan untuk menunjukkan prestasi dan keunggulan dalam kondisi persaingan akademik yang semakin meningkat sehingga mereka semakin terbebani oleh berbagai tekanan dan tuntutan. Stres akademik yang dialami siswa merupakan hasil persepsi yang subjektif terhadap adanya ketidaksesuaian antara tuntutan lingkungan dengan sumber daya aktual yang dimiliki siswa.20

F. Metode Penelitian

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data-data dengan tujuan tertentu.21 Metode adalah suatu prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah yang sistematis. Sedangkan peneliti adalah terjemah dari bahasa inggris: research yang berarti usaha atau pekerjaan untuk mencari kembali yang dilakukan dengan motode tertentu dengan cara hati-hati, sistematis serta sempurna terhadap permasalahan, sehingga dapat digunakan untuk menyelesaikan atau menjawab problemnya.22

19

Helmi Rahmat, Kecenderungan Kepribadian Peserta Didik Berdasarkan Tingkat Gejala Stres Akademik. (Skripsi: Universitas Pendidikan Indonesia, 2013)hal.5

20

Isni Agista, Penanganan Kasus Stres Dalam Menghadapi Aktivitas Kuliah Melalui Pendekatan Konseling Behavioristik Dengan Teknik Pengelolaan Diri Pada Mahasiswa Jurusan Seni Rupa FBS UNNES, (Semarang, 2011)hal. 78-80

21

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2010), hal. 02.

22

(29)

15

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif dengan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah mengetahui apakah permasalahan yang dihadapi oleh siswa yaitu stres akademik (atau dalam menghadapi kegiatan dan aktivitas sekolah) dapat ditangani menggunakan konseling behavioristik dengan teknik disensitisasi sistematis. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka dibutuhkan sejumlah data yang dapat menggambarkan kondisi stres yang dialami oleh siswa dalam menghadapi kegiatan dan aktivitas sekolahnya.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Yang dimaksud studi kasus adalah “suatu pendekatan untuk mempelajari, menerangkan atau menginterpretasikan suatu kasus (case) dalam konteksnya secara natural tanpa adanya intervensi dari pihak luar”.23

Jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus. Studi kasus adalah uraian dan penjelasan komprehensif mengenai berbagai aspek seorang individu, suatu kelompok, suatu organisasi (komunitas) atau situasi social. Peneliti studi kasus berupaya menelaah sebanyak mungkin data mengenai subjek yang diteliti.24

Studi kasus dalam rangka pelayanan bimbingan dan konseling merupakan “metode untuk mempelajari keadaan dan perkembangan seorang siswa secara lengkap dan mendalam, dengan tujuan memahami

23

Anselm Strauss&Juliet Corbin, Dasar-dasar Penelitian Kualitati (Yogyakrta: Pustaka Pelajar), hal. 05.

24

(30)

16

individualitas siswa dengan lebih baik dan membantunya dalam

perkembangan selanjutnya”.25 Didalam studi kasus mengandung analisis terhadap hubungan antara data yang terkumpul, disertai interpretasi dan rekomendasi tentang tindak lanjut (follow up). Metode studi kasus ini digunakan untuk mengumpulkan data mengenai berbagai aspek tentang seorang siswa yang dijadikan obyek studi kasus dan menilai arah serta taraf perubahan yang dialami orang itu akibat dari pelayanan bimbingan, misalnya melalui wawancara konseling.

Dalam penelitian ini, studi kasus yang digunakan diarahkan dalam penanganan kasus. Dalam penanganan suatu kasus, langkah-langkah yang perlu dilakukan secara garis besar adalah (1) identifikasi kasus, (2) analisis dan diagnosis, (3) prognosis, (4) pemberian treatment, dan (5) follow up atau tindak lanjut”.

2. Jenis dan Sumber Data a. Jenis Data

1) Data Primer adalah data yang diperoleh dari sumber pertama melalui prosedur teknik pengambilan data yang berupa interview (wawancara), observasi, maupun penggunaan instrument yang khusus dirancang sesuai tujuannya, yaitu data terkait stres akademik siswa tersebut yang langsung diperoleh dari siswa itu sendiri.

25

(31)

17

2) Data Sekunder yakni data yang di ambil dari sumber kedua atau berbagai sumber guna melengkapi data primer. Hal ini untuk mendapatkan informasi tentang stress akademik siswa, gejala, faktor, bentuk stres akademik yang dialami, dst .26

b. Sumber Data

Untuk mendapatkan keterangan dan informasi, penulis mendapatkan informasi dari sumber data. Sumber data adalah subjek dari mana data di peroleh.27

Adapun sumber data dari penelitian ini adalah:

1) Sumber data primer, yakni: sumber data yang langsung di peroleh peneliti melalui informasi langsung dari klien yakni siswa tersebut (yang mengalami stres akademik).

2) Sumber data sekunder, yakni: sumber data yang diperoleh dari berbagai sumber guna melengkapi data primer. Hal ini dapat peneliti peroleh dari teman satu kelasnya, teman rumahnya, tetangga, orangtua, guru, dll.

3. Teknik pengumpulan Data

Sesuai dengan penelitian kualitatif dan juga jenis sumber data yang di manfaatkan, maka teknik pengumpulan data yang akan di gunakan dalam penelitian ini adalah:

26

Burhan Bungin, Metode Penelitian Sosial (Surabaya: Universitas Airlangga, 2001), hal. 128.

27

(32)

18

a. Observasi

Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Observasi dimana peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data, dan ikut merasakan suka dukanya.28

Dalam penelitian ini, observasi dilakukan untuk mengamati klien sebelum dan setelah diberi konseling dengan teknik disensitisasi sistematis.

b. Wawancara

Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan responden atau orang yang di wawancarai dengan atau tanpa menggunakan pedoman (Guide) wawancara.29 Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.30 Pertanyaan disesuaikan dengan

28

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitaif Kualitatif R&D (Bandung: Alfabeta. 2012), hal. 227.

29

Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial (Surabaya: Airlangga University Press, 2001) hal.133.

30

(33)

19

keadaan dan ciri unik dari responden dan pelaksanaan tanya jawab mengalir seperti percapan sehari-hari.31

Dalam penelitian ini, wawancara yang digunakan yakni wawancara tidak terstruktur, karena dapat memberi banyak kelonggaran pertanyaan kepada klien dan wawancara tidak terstruktur biasanya dikerjakan bersama atau bergantian dengan observasi terlibat.32 Wawancara dalam penelitian ini mengacu pada kisi-kisi pengembangan instrumen wawancara stres akademik siswa. Berikut adalah kisi-kisinya:

Tabel 1.1

Kisi-kisi pengembangan instrumen wawancara stres akademik siswa Variabel Sub Variabel Indikator Deskriptor

Stres

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), hal. 191.

32

(34)

b. Suasana hati mudah berubah-ubah

Dukumentasi Dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data kualitatif dengn melihat atau menganalisis dokumen-dokumen yang dibuat oleh subjek sendiri atau orang lain tentang subjek. Metode dokumentasi merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan peneliti kualitatif untuk mendapatkan gambaran dari sudut pandang subjek melalui suatu media tertulis dan dokumen lainya yang tertulis atau dibuat langsung oleh subjek yang bersangkutan.33

Dokumentasi atau metode documenter adalah metode yang digunakan untuk menelusuri data historis.34 Dokumentasi merupakan sebagai pelengkap dari wawancara dan obeservasi dalam penelitian. Catatan penting peristiswa yan sudah berlalu, berbentuk tulisan, gambar atau karya menumental dari seseorang. Berbentuk tulisan seperti catatan harian, sejarah (Life Histories), cerita, biografi,

33

Sugiyono. Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2011),hal.233

34

(35)

21

peraturan, kebijakan. Dokumen gambar seperti foto, gambar hidup, sketsa. Karya semisal karya seni, patung, film.35

Metode dokumentasi merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif.36 Dokumentasi dalam penelitian ini, adalah dokumentasi tentang klien yang akan di analisa, gambaran ekspresi klien ketika dapat mengenal dirinya, memahami dirinya, mampu menerima dirinya dengan manajemen yang sudah di atur, ketika proses konseling dan lain-lain yang mendukung proses penelitian. Untuk memperoleh gambaran yang jelas mangenai jenis data dan teknik pengumpulan data dalam penelitian kasus ini dapat dilihat dalam teble berikut:

Tabel 1.1

Jenis Data, Sumber Data, dan Teknik Pengumpulan Data

No Jenis Data Sumber Data TPD

1 a. Identitas Klien b. Usia Klien c. Status Klien

d. Problem dan Gejala yang dialami e. Proses Konseling

b. Kondisi Stres Akdemik Siswa sebelum dikonseling.

c. Kondisi Stres Akademik Siswa setelah

Klien W+O

35

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R&D (Bandung: Alfabeta, 2008), hal. 329.

36

(36)

22

dikonseling. 4 a. Ekspresi Klien

b. Ruang Lingkup Bahasan

Foto Praktik Lapangan

D

Keterangan:

TPD : Teknik Pengumpulan Data

D : Dokumentasi

O : Observasi

W : Wawancara

4. Tahap-Tahap Penelitian

Adapun tahapan-tahapan yang harus dilakukan menurut buku metode penelitian Lexy J. Moleong adalah:37

a. Tahap Pra-Lapangan

Dalam tahap pra-lapangan ada beberapa kegiatan yang harus di tempuh yakni menyusun rancangan penelitian, memilih lapangan mengurus surat ijin, menjajaki dan menilai keadaan lapangan, memilih dan memanfaatkan informasi dan menyiapkan perlengkapan penelitian.

1) Menyusun rancangan penelitian disebut juga usulan penelitian atau proposal yang terdiri dari latar belakang masalah, alasan melaksanakan pengumpulan data, rancangan analisis data pengesahan keabsahan data.

2) Memilih lapangan penelitian

Dalam penelian ini, peneliti perlu mempertimbangkan keterbatasan waktu, biaya, dan tenaga serta kemudahan

37

(37)

23

memperoleh perizinan untuk melakukan penelitian di lapangan.

3) Mejajaki dan Menilai Lapangan

Untuk menjajaki dan menilai lapangan peneliti melakukan wawancara, klien, serta orang-orang terdekat klien. b. Tahap Pekerjaan Lapangan

Dalam tahapan ini, peneliti melakukan pendekatan terhadap klien, dan orang terdekat klien melalui wawancara dan silaturrahmi serta mencari informasi tentang diri klien baik dari teman, guru, maupun orang terdekat klien. Hal ini dimaksudkan agar peneliti bisa langsung mempraktikkan ilmunya.

c. Tahapan Analisa Intensif dan Analisa Data

Setelah Peneliti mendapatkan data dari lapangan, kemudian peneliti menyajikan data yang telah didapatkan dengan tujuan untuk mendeskripsikan proses bimbingan konseling islam dengan pendekatan konseling behavioristik melalui teknik disensitisasi sistematis untuk menangani stres akademik siswa.38

5. Teknik Analisa Data

Di dalam pelaksanaan penelitian setelah data terkumpul, maka data tersebut di analisis dengan anailisis dekriptif. Adapun jenis penelitian ini Studi Kasus dengan metode Analisa deskriptif, sedangkan yang dimaksud dengan analisa deskriptif yang dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan

38

(38)

24

masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya.39

Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Data yang akan di analisis peneliti secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus. Adapun dalam penelitian ini analisis data dilakukan melalui 3 tahap, yaitu:

a. Reduksi Data

Dalam penelitian ini, reduksi data digunakan untuk merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, di cari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencari bila di perlukan.

b. Penyajian Data (data Reduction)

Setelah mereduksi data, langkah selanjutnya mendisplay data yaitu menyajikan data dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, dsb. Menyajikan data yang sering digunakan dalam penelitian kualitatif adalah bersifat naratif. Ini dimaksudkan untuk

39

(39)

25

memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang di pahami.40

Dalam penelitian ini, setelah data direduksi maka selanjutnya data tersebut diolah dalam bentuk narasi sehingga mudah untuk dilakukan analisis terkait dengan permasalahan yang ada di lapangan. c. Verifikasi

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif merupakan langkah terakhir dari model ini yakni kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan dalam penelitian mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal namun juga tidak menutup kemungkinan kesimpulan tersebut dapat dijadikan sebuah jawaban dari rumusan masalah yang telah di angkat, kerena masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan berkembang setelah peneliti ada di lapangan.

Jadi, kesimpulan peneliti kualitatif merupakan temuan baru yang sebelumnya belum ada yang berupa deskripsi atau gambaran yang sebelumnnya belum jelas menjadi jelas.

6. Teknik Keabsahan Data

Teknik Keabsahan data merupakan faktor yang menentukan dalam penelitian kualitatif untuk mendapatkan kemantapan validitas data.41 Dalam penelitian ini peneliti menggunakan keabsahan data sebagai berikut:

40

Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (PT: Remaja Rosdakarya), hal. 127-148. 41

(40)

26

a. Ketekunan Pengamatan

Ketekunan pengamatan bermaksud mencari atau menemukan ciri-ciri atau unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan yang sedang dicari dan kemudian memusatkan pada hal-hal tersebut secara rinci sampai pada pemeriksaan tahap awal tampak salah satu atau seluruh faktor yang ditelaah sudah dipahami dengan cara yang biasa.

Untuk kepentingan itu peneliti disini dituntut mampu menguraikan secara rinci bagaimana proses penemuan secara tentatif dan penelaahan secara rinci tersebut dapat dilakukan.42

b. Triangulasi

Triangulasi yakni teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain, triangulasi dibedakan menjadi empat macam, menurut Patton triangulasi sebagai teknik pemeriksaan untuk mencapai keabsahaan, sebagaimana berikut:

1) Triangulasi Data

Menggunakan berbagai Sumber data seperti dokumen, arsip hasil wawancara, hasil observasi atau juga dengan mewawancarai lebih dari satu subjek yang dianggap memiliki sudut pendangn yang berbeda. Dalam penelitian ini peneliti menggunakanya untuk kevalidan penelitian.

42

(41)

27

2) Triangulasi Pengamat

Adanya pengamatan di luar peneliti yang turut memeriksa hasil pengumpulan data. Dalam penelitian ini, dosen pembimbing bertindak sebagai pengamat (expert judgement) yang memberikan masukan terhadap hasil pengumpulan data.

3) Triangulasi Teori

Penggunaan berbagai teori yang berlainan untuk memastikan bahwa data yang di kumpulkan sudah memasuki atau memenuhi syarat.

Pada penelitian ini, berbagai teori akan dijelaskan pada bab II untuk dipergunakan dan menguji terkumpulnya data tersebut. 4) Triangulasi Metode

Penggunaan berbagai metode untuk meneliti suatu hal, seperti metode wawancara dan metode observasi.43

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan metode wawancara yang di tunjang dengan metode observasi pada saat wawancara dilakukan.

G. Sistematika Pembahasan

Untuk mempermudah dalam pembahasan dan penyusunan penelitian ini, maka Peneliti akan menyajikan pembahasan ke dalam beberapa BAB yang sistematika pembahasannya adalah sebagai berikut:

43

(42)

28

Bab I Pendahuluan, berisi serangkaian pernyataan atau kalimat yang memberikan gambaran mengenai permasalahan yang diangkat dalam penelitian, serta penjelasan mengapa permasalahan itu menjadi satu hal menarik untuk dijadikan penelitian. Bagian dalam bab ini meliputi: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi konsep dan sistematika pembahasan.

Bab II Tinjauan Pustaka. Tinjauan Pustaka, berisi kajian mengenai landasan teori yang mendasari penelitian diantaranya menguraikan beberapa penelitian terdahulu, kajian teoritis mengenai bimbingan konseling islam, pendekatan konseling behavioristik, teknik disensitisasi sistematis dan upaya menangani stres akademik, teknik disensitisasi sistematis dan penelitian terdahulu yang relevan.

Bab III Penyajian Data. Berisikan tentang deskripsi umum objek penelitian yang meliputi lokasi penelitian, jenis sumber data dari klien dan konselor, tahap-tahap penelitian, deskripsi klien, deskripsi konselor, deskripsi masalah.

Bab IV Analisa Data. Pada bab ini memaparkan tentang analisa data meliputi: keabsahan data, analisis proses dan hasil bimbingan konseling islam dengan pendekatan behavioristik melalui teknik disensitisasi sistematis untuk menangani stres akademik siswa.

(43)

29

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

STRES AKADEMIK & TEKNIK DISENSITISASI SISTEMATIS

A. Stres Akademik 1. Definisi Stres

Stres merupakan suatu kondisi yang disebabkan adanya ketidaksesuaian antara situasi yang diinginkan dengan keadaan biologis, psikologis atau sistem sosial individu tersebut. Agolla dan Ongori juga mendifinisikan stres sebagai persepsi dari kesenjangan antara tuntutan lingkungan dan kemampuan individu untuk memenuhinya. Menurut Santrock stres merupakan respon individu terhadap keadaan atau kejadian yang memicu stres (stressor), yang mengancam dan mengganggu kemampuan seseorang untuk menanganinya (coping). 1

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa stres adalah ketidaksesuaian antara situasi yang diinginkan dimana terdapat kesenjangan antara tuntutan lingkungan dan kemampuan individu untuk memenuhinya yang dinilai potensial membahayakan, mengancam, mengganggu dan tidak terkendali atau melebihi kemampuan individu untuk melakukan coping 2. Pengertian Stres Akademik

Stres yang terjadi di lingkungan sekolah atau pendidikan biasanya disebut dengan stres akademik. Olejnik dan Holschuh mengambarkan stres

1

(44)

30

akademik ialah respon yang muncul karena terlalu banyaknya tuntutan dan tugas yang harus dikerjakan siswa.2

Stres akademik adalah stres yang muncul karena adanya tekanan-tekanan untuk menunjukkan prestasi dan keunggulan dalam kondisi persaingan akademik yang semakin meningkat sehingga mereka semakin terbebani oleh berbagai tekanan dan tuntutan. Stres akademik yang dialami siswa merupakan hasil persepsi yang subjektif terhadap adanya ketidaksesuaian antara tuntutan lingkungan dengan sumber daya aktual yang dimiliki siswa.3

Berdasarkan berbagai definisi di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa stres akademik adalah suatu kondisi atau keadaan dimana terjadi ketidaksesuaian antara tuntutan lingkungan dengan sumber daya aktual yang dimiliki siswa sehingga mereka semakin terbebani oleh berbagai tekanan dan tuntutan.

2

Faridah Nurmaliyah, Menurunkan Stres Akademik Siswa dengan Menggunakan Teknik Self-Instruction. Journal Pendidikan Humaniora. Vol.02 No.03, Hal.273-282, September 2014

3

(45)

31

3. Jenis - Jenis Stres Akademik

Ada dua jenis stres akademik yang sering dialami oleh siswa dalam menghadapi tugas sekolah siswa yaitu “eustres atau stres positif dan distres atau stres negative”. Kedua jenis stres akademik tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Distres (Stres Negatif)

Jenis stres ini adalah jenis stres yang buruk (bad stress). Stres ini berasal dari situasi-situasi yang penuh dengan tekanan yang terjadi (dialami) secara terus menerus sehingga dapat menyebabkan mundurnya kesehatan fisik seseorang. Apabila distres terjadi terus menerus maka seseorang akan sakit, baik secara fisik ataupun mental.

Distres merupakan stres yang bersifat tidak menyenangkan. Stres dirasakan sebagai suatu keadaan dimana individu mengalami rasa cemas, ketakutan, khawatir, atau gelisah. Sehingga individu mengalami keadaan psikologis yang negatif, menyakitkan, atau timbul keinginan untuk menghindarinya.

b. Eustres (Stres Positif)

(46)

32

Eustres bersifat menyenangkan dan merupakan pengalaman yang memuaskan. Eustres dapat meningkatkan kewaspadaan, koginisi, dan performansi individu. Eustres juga dapat meningkatkan motivasi individu untuk menciptakan sesuatu. 4

Berdasarkan jenis-jenis stres yang telah dijelaskan diatas, jenis stres yang dialami oleh siswa dalam menghadapi tugas sekolah atau beban sekolah siswa yang menjadi perhatian penulis adalah jenis distres atau stres negatif. Karena stres tersebut dialami siswa pada saat mengahadapi tugas dan pekerjaan sekolah. Hal tersebut yang akan berpengaruh terhadap hasil/output dari proses pembelajaran yang dijalani oleh siswa, dari jenis stres tersebut akan ditangani dengan menggunakan konseling behavioristik melalui teknik disensitisasi sistematis.

4. Stresor Akademik

Stresor akademik diidentifikasi dengan banyaknya tugas, kompetisi dengan siswa lain, kegagalan, kekurangan uang, relasi yang kurang antara sesama siswa dan guru, lingkungan yang bising, sistem semester, dan kekurangan sumber belajar.5

Selanjutnya, sumber stres akademik atau stresor akademik yang umum antara lain sebagai berikut:

4

Faridah Nurmaliyah, Menurunkan Stres Akademik Siswa dengan Menggunakan Teknik Self-Instruction. Journal Pendidikan Humaniora. Vol.02 No.03, Hal.273-282, September 2014

5

(47)

33

a. Ujian sekolah atau kecemasan akademik yang berlebihan

Beberapa siswa merasa stres sebelum ujian atau menulis sesuatu ketika mereka tidak bisa mengingat apa yang mereka pelajari. Telapak tangan mereka berkeringat, dan jantung berdegup kencang. Mereka merasa sakit kepala atau merasa dingin ketika dalam situasi ujian. Biasanya siswa-siswi ini tidak bisa melakukan yang terbaik karena mereka terlalu cemas ketika merefleksikan apa yang telah di pelajari.

b. Standart akademik yang tinggi

Stres akademik terjadi juga karena siswa ingin menjadi yang terbaik di sekolah mereka dan guru memiliki harapan yang besar terhadap mereka. Hal ini tentu saja membuat siswa merasa tertekan untuk sukses di level yang lebih tinggi.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa stresor akademik yang umum antara lain: ujian, kecemasan yang berlebihan, serta standar akademik yang tinggi.6

Adapun dalam penelitian, siswa mengalami stres akademik akibat dari kecemasan yang berlebihan saat mengerjakan tugas, maupun saat masuk sekolah, karena kurangnya belajar yang disebabkan oleh waktu yang terbengkalai, banyaknya tugas yang menumpuk akibat dari banyaknya aktivitas, dan saat menjelang ujian.

6

(48)

34

5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Stres Akademik

Stres akademik ini diakibatkan oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

a. Faktor internal yang mengakibatkan stres akademik, yaitu: 1) Pola pikir

Individu yang berfikir mereka tidak dapat mengendalikan situasi mereka cenderung mengalami stres lebih besar. Semakin besar kendali yang siswa pikir dapat ia lakukan, semakin kecil kemungkinan stres yang akan siswa alami.

2) Kepribadian

Kepribadian seorang siswa dapat menentukan tingkat toleransinya terhadap stres. Tingkat stres siswa yang optimis biasanya lebih kecil dibandingkan siswa yang sifatnya pesimis. 3) Keyakinan

Penyebab internal selanjutnya yang turut menentukan tingkat stres siswa adalah keyakinan atau pemikiran terhadap diri. Keyakinan terhadap diri memainkan peranan penting dalam menginterpretasikan situasi-situasi disekitar individu. Penilaian yang diyakini siswa, dapat mengubah cara berfikirnya terhadap suatu hal bahkan dalam jangka panjang dapat membawa stres secara psikologis. 7

7

(49)

35

b. Faktor eksternal yang mengakibatkan stres akademik 1) Pelajaran lebih padat

Kurikulum dalam sistem pendidikan telah ditambah bobotnya dengan standar lebih tinggi. Akibatnya persaingan semakin ketat, waktu belajar bertambah dan beban pelajar semakin berlipat. Walaupun beberapa alasan tersebut penting bagi perkembangan pendidikan dalam negara, tetapi tidak dapat menutup mata bahwa hal tersebut menjadikan tingkat stres yang dihadapi siswa meningkat pula.8

2) Tekanan untuk berprestasi tinggi

Para siswa sangat ditekan untuk berprestasi dengan baik dalam ujian-uijan mereka. Tekanan ini terutama datang dari orang tua, keluarga guru, tetangga, teman sebaya, dan diri sendiri.

3) Dorongan status sosial

Pendidikan selalu menjadi simbol status sosial. Orang-orang dengan kualifikasi akademik tinggi akan dihormati masyarakat dan yang tidak berpendidikan tinggi akan dipandang rendah. Siswa yang berhasil secara akademik sangat disukai, dikenal, dan dipuji oleh masyarakat. Sebaliknya, siswa yang tidak berprestasi di sekolah disebut lamban, malas atau sulit. Mereka dianggap sebagai pembuat masalah dan cendrung ditolak oleh guru, dimarahi orang tua, dan diabaikan teman-teman sebayanya.

8

(50)

36

4) Orang tua saling berlomba

Dikalangan orang tua yang lebih terdidik dan kaya informasi, persaingan untuk menghasilkan anak-anak yang memiliki kemampuan dalam berbagai aspek juga lebih keras. Seiring dengan menjamurnya pusat-pusat pendidikan informal, berbagai macam program tambahan, kelas seni rupa, musik, balet, dan drama yang juga menimbulkan persaingan siswa terpandai, terpintar dan serba bisa.9

6. Dampak Stres Akademik

Stres akademik ini memberikan dampak terhadap kehidupan pribadi siswa baik secara fisik, psikologis, dan psikososial atau tingkah laku. Selain itu, juga berpengaruh pada penyesuaian akademik. Siswa yang mengalami stres akademik dalam kategori tinggi dimungkinkan berani menentang dan berbicara di belakang guru, sering membuat keributan di kelas, dan sering merasa pusing serta sakit perut.

Selain itu diperkirakan 10% sampai 30% remaja yang sangat cemas di sekolah sangatlah mengganggu prestasi akademiknya. Dapat disimpulkan bahwa tuntutan yang ada disekolah menjadikan sumber stres tersendiri bagi siswa sehingga berdampak pada turunnya prestasi di sekolah, menjadikan siswa lebih agresif, tingkah laku maladaptif dan berbagai masalah dalam segi psikososial.10

9

Latifa Hanum, Hubungan anatara harapan orangtua dan keyakinan diri dengan stres akademik siswa kelas unggulan. Kudus: Fakultas Psikologi Universitas Muria Kudus, 2013)hal.89

10

(51)

37

Pendapat lain menyebutkan bahwa stres akademik ini tidak selamanya memberikan dampak yang negatif, melainkan juga dapat bermakna lebih positif apabila berbagai tuntutan yang ada dijadikan sebagai tantangan tersendiri untuk mengatasinya. Adapun stres akademik yang di respon dengan posItif (eustress) justru dapat menjadikan untuk meningkatkan kualitas tinggi dan prestasi belajar.

7. Gejala-Gejala Stres Akademik

Gejala-gejala stres akademik menyangut kesehatan fisik dan kekuatan mental. Indivdu yang mengalami stres akademik bisa mengalami nervous dan merasakan kekhawatiran kronis. Individu tersebut sering menjadi mudah marah dan agresif, tidak dapat rileks, atau menunjukan sikap yang tidak kooperatif. Selain itu, stres akademik juga ditunjukkan dengan gejala-gejala sebagai berikut:

a. Gejala emosional yaitu marah-marah, cemas, kecewa, suasana hati mudah berubah-ubah, depresi, agresif terhadap orang lain, mudah tersinggung dan gugup.

b. Gejala kognitif yaitu merasa sulit berkonsentrasi, takut gagal dalam tugas atau ujian, kacau pikirannya, daya ingat menurun, suka melamun berlebihan dalam kelas, kehilangan kepercayaan diri dan pikiran hanya dipenuhi satu pikiran saja.

(52)

38

Sedangkan pendapat lain menyatakan bahwa gejala-gejala dari stres akademik adalah:

a. Gejala badan: sakit kepala, banyak keluar keringat dingin, gangguan pola tidur, lesu letih, kaku leher belakang sampai punggung, dan sejumlah gejala lain.

b. Gejala emosional: sukar konsentrasi, sukar mengambil keputusan, cemas akan sesuatu, was-was, sering kawatir yang berlebihan, mimpi-mimpi buruk, murung, mudah marah atau jengkel, mudah menangis, gelisah dan pandangan putus asa.

c. Gejala sosial: menarik diri dari pergaulan sosial saat stres, mudah bertengkar, dll. 11

Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat diketahui bahwa stres akademik mempunyai gejala emosional, gejala kognitif, dan gejala fisik. Sedangkan menurut yang lain stres memiliki gejala badan, gejala emosional, dan gejala sosial. Dari gejala-gejala tersebut, dapat dilihat bahwa ciri-ciri antara gejala emosional dan gejala suasana hati atau perasaan (afeksi) adalah sama. Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa gejala-gejala stres akademik meliputi gejala fisik, gejala kognitif, gejala emosional, dan gejala sosial.

11

(53)

39

Sehingga dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa gejala-gejala stres akademik yang dialami siswa dalam penelitian ini antara lain:

a. Gejala fisik (fisiologis), meliputi: sering sakit kepala, gangguan pola tidur/sulit tidur, telapak tangan berkeringat, nafsu makan menurun, dan daya tahan tubuh menurun.

b. Gejala pemikiran (kognitif), meliputi: sulit berkonsentrasi ketika didalam kelas, cemas yang berlebihan, mudah lupa, kacau pikirannya, kehilangan kepercayaan diri dan takut gagal dalam tugas ataupun ujian.

c. Gejala suasana hati atau perasaan (afeksi) yang dialami oleh siswa adalah mudah tersinggung, suasana hati mudah berubah-ubah, gugup, dan gelisah.

d. Gejala perilaku (behavioral) atau gejala sosial yang dialami oleh siswa antara lain menghindari situasi tertentu, dan menarik diri saat stres dari pergaulan sosial atau tidak ingin diganggu untuk sementara waktu. 12

B. Konsep konseling Behavioral Dengan Teknik Desensitisasi sistematis 1. Bimbingan dan Konseling Islam

a. Pengertian Bimbingan dan Konseling Islam

Bimbingan dan konseling Islam secara etimologis merupakan akronim dari istilah yang berasal dari bahasa Inggris dan bahasa Arab,

12

(54)

40

Istilah dari bahasa Inggris guidance and counseling. Kata guidance itu sendiri berasal dari kata kerjHa to guide yang secara bahasa berarti menunjukkan, membimbing atau menuntun orang lain ke jalan yang benar. Sedangkan dalam bahasa Arab dalam bentuk masdar yang secara harfiah berarti selamat, sentosa atau damai. Dari kata kerja sallma diubah menjadi bentuk aslama yang berarti berserah diri. Dengan demikian arti pokok Islam secara kebahasaan adalah ketundukan, keselamatan, dan kedamaian.13

Hakikat Bimbingan dan konseling Islam adalah upaya membantu individu belajar mengembangkan fitrah dan atau kembali kepada fitrah dengan cara memberdayakan iman, akal, dan kemauan yang dikaruniakan Allah SWT. kepadanya untuk untuk mempelajari tuntutan Allah dan Rasul-Nya agar fitrah yang ada pada individu berkembang dengan benar dan kukuh sesuai dengan tuntunan Allah.14

Bimbingan dan konseling Islam menurut Samsul Munir Amin ialah

Proses pemberian bantuan terarah, kontinue dan sistematis kepada

setiap individu (oleh konselor) agar ia (konseli) dapat mengembangkan potensi an agaman yang dimilikinya secara optimal dengan cara menginternaslisasikan nilai-nilai yang terkandung didalam AL-Qur’an dan Al-Hadits Rasulullajh SAW.”15

13

Aswadi, Iyadah dan Ta’ziyah Perspektif Bimbingan Konseling Islam, (Surabaya : Dakwah Digital Press, 2009), hal. 8-9

14

Anwar Sutoyo, Bimbingan dan Konseling Islami (Teori dan Praktik), (Jogjakarta : Pustaka Pelajar, 2013), hal.22

15

(55)

41

Dapat diartikan pula, bahwa bimbingan konseling Islam ialah proses pemberian bantuan kepada individu terhadap eksistensinya sebagai makhluk Allah yang seharusnya hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah sehingga dapat mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.16 b. Tujuan Bimbingan dan Konseling Islam

Tujuan bimbingan dan konseling Islam secara umum ialah untuk membantu individu mewujudkan dirinya menjadi manusia seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. Sedangkan tujuan khususnya diuraikan menjadi tiga kategori yaitu:

1) Membantu mencegah individu agar tidak menghadapi atau menemui masalah.

2) Membantu individu mengatasi masalah yang sedang dihadapinya. 3) Membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi dan

kondisi yang baik atau yang telah baik agar tetap baik atau menjadi lebih baik, sehingga tidak menjadi sumber masalah bagi dirinya dan orang lain.17

c. Fungsi Bimbingan dan Konseling Islam

Fungsi bimbingan dan konseling Islam dapat dikelompokkan menjadi tiga sifat yaitu tradisional, umum dan khusus.

1) Secara tradisional, fungsi bimbingan dan konseling Islam dapat digologkan pada tiga bentuk, yaitu :

16

Anik Masruroh dan Ragwan Albar, Bimbingan Konseling Islam dalam Mengatasi Depresi Seorang Remaja Korban Pornografi di Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Jagir Wonokromo Surabaya, dalam Jurnal Bimbingan dan Konseling Islam Fak.Dakwah UIN SA, vol 1, 2011, hal.164

17

(56)

42

a) Fungsi remedial atau rehabilitatif, yang berkaitan dengan penyesuaian diri, penyembuhan masalah psikologis, pemulihan kesehatan mental dan mengatasi gangguan emosional.

b) Fungsi edukatif, pendidikan maupun pengembangan yang terkait dengan bantuan peningkatan keterampilan-keterampilan maupun kecakapan hidup.

c) Fungsi preventif (pencegahan), upaya ini dapat ditempuh melalui pengembangan strategi dan program-program yang dapat digunakan untuk mengantisipasi dan menghindarkan berbagai resiko hidup yang tidak perlu.

2) Secara umum, fungsi bimbingan dan konseling Islam dapat digolongkan pada lima bentuk, yaitu :

a) Fungsi pemahaman (Understanding) b) Fungsi pengendalian (Control)

c) Fungsi pengembangan (Development) d) Fungsi peramalan (Prediction)

e) Fungsi pendidikan (Education)

3) Secara Spesifik, fungsi bimbingan dan konseling Islam dapat digolongkan pada empat bentuk, yaitu:

a) Fungsi pencegahan (Prefention)

b) Fungsi penyembuhan dan Perawatan (Treatment) c) Fungsi penyucian (Stenisasi)

d) Fungsi pembersihan (Punfication)18

18

(57)

43

d. Unsur-unsur dalam Proses Bimbingan dan Konseling Islam

Bimbingan dan konseling Islam memiliki beberapa unsur atau komponen yang paling terkait dan saling berhubungan satu sama lain, yaitu :

1) Konselor

Konselor adalah orang yang membantu konseli mengatasi masalahnya dalam upaya menyelamatkan konseli dari keadaan yang tidak menguntungkan baik untuk jangka pendek dan utamanya jangka panjang dalam kehidupan yang terus berubah.

2) Konseli

Konseli adalah orang yang sedang menghadapi masalah karena dia sendiri tidak mampu dalam menyelesaikan masalahnya. Sekalipun konseli adalah individu yang memperoleh bantuan, dia bukan objek atau individu yang pasif atau yang tidak memiliki kekuatan apa-apa. Dalam konteks konseling individu adalah subyek yang memiliki kekuatan, motivasi, memiliki kemauan untuk berubah dan pelaku bagi perubahan dirinya.

3) Masalah

Menurut Sudarsono dalam kamus konseling, masalah adalah suatu keadaan yang mengakibatkan seseorang atau kelompok menjadi rugi atau sakit dalam melakukan sesuatu.19

19

Gambar

Gambar 3.1. Rancangan Penelitian ................................................................
Tabel 1.1  Kisi-kisi pengembangan instrumen wawancara stres akademik siswa
gambar atau karya menumental dari seseorang. Berbentuk tulisan
Tabel 1.1 Jenis Data, Sumber Data, dan Teknik Pengumpulan Data
+7

Referensi

Dokumen terkait