• Tidak ada hasil yang ditemukan

Total Produksi

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

6.7 Analisis Bioekonomi Tanpa Kebijakan Minimum Legal Size

menunjukan overfishing. Nilai tersebut dikarenakan produksi aktual lebih besar dari produksi lestari. Namun nilai effort yang dikeluarkan sangatlah tinggi, tidak sebanding dengan hasil yang didapat. Hal ini mengindikasi bahwa pada tahun tersebut terjadi overfishing yang berkorelasi positif dengan peningkatan laju degradasi.

6.7 Analisis Bioekonomi Tanpa Kebijakan Minimum Legal Size

Analisis terhadap MSY dan EMSY menggunakan model surplus produksi untuk mengetahui tingkat pemanfaatan sumberdaya rajungan di Kabupaten Cirebon. Untuk menganalisis hasil tangkapan lestari maksimum (MSY) menggunakan data time series produksi dan effort selama 16 tahun (tahun 1994 – 2009). Data time series ini di regresi untuk mengetahui nilai konstan α dan β dan γ. Hasil perhitungan bioekonomik Gordon-Schafer dengan regresi menggunakan metode WH untuk mendapatkan parameter biologi, serta data wawancara yang kemudian dikonversi ke nilai riil untuk memperoleh parameter ekonomi didapatkan:

Tabel 16. Solusi Bioekonomi Berbagai Rezim

Keterangan Solusi Bioekonomik Tanpa Kebijakan

MEY Open Access MSY

Biomass (x) (ton) 3.228,64 2.034,14 2.211,57 Hasil Penangkapan (h)(ton) 1.961,45 2.471,54 2.487,55

Tingkat Upaya (E)(day fishing) 319.744 639.489 591.994 Rente Sumberdaya (π) (juta) 23.783,39 - 6.540,81

Sumber: data yang diolah, 2011

Kondisi aktual rata-rata produksi rajungan di Kabupaten Cirebon menunjukkan penangkapan belum mencapai kondisi overfishing. Analisis MSY digunakan untuk mengukur tingkat produksi maksimal yang seharusnya dapat

63 diperoleh. Apabila penangkapan melebihi MSY (Maximum Sustainable

Yield/Hasil Tangkapan Maksimum secara Lestari) maka akan terjadi degradasi.

Oleh karena itu pemanfaatan sumberdaya secara berlebihan akan berakibat hilangnya manfaat bagi nelayan yang melakukan penangkapan ikan. Hasil tangkapan rajungan dari tahun 1994 hingga 2009 secara rata-rata belum melebihi batas maksimum lestari (2.487,55 ton) yang berkisar sebesar 1740,15 ton/tahun. Untuk itu pemanfaatan potensi sumberdaya rajungan harus berdasarkan prinsip kehati-hatian sehingga potensi yang diperbolehkan untuk ditangkap (Total

Allowable Catch/ TAC) sebesar 80% dari MSY (DKP, 2004). Grafik tingkat

produksi dan effort dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 11. Grafik Produksi Rajungan Tahun 1994-2009

Analisis MEY digunakan untuk mengukur tingkat keuntungan maksimal yang diperoleh pada saat produksi tertentu. Apabila penangkapan melebihi MEY (Maximum Economic Yield/Hasil Tangkapan Maksimum secara Ekonomis) maka

64 keuntungan akan semakin berkurang. Oleh karena itu pemanfaatan sumberdaya secara berlebihan akan berakibat hilangnya manfaat ekonomi bagi nelayan yang melakukan penangkapan ikan..

Hasil analisis Maximum Economic Yield (MEY) untuk rajungan di Kabupaten Cirebon menunjukkan produksi optimum sebanyak 1.961,45 ton per tahun dan Effort Maximum Economic Yield (EMEY) 319.744 day fishing per tahun untuk alat tangkap yang secara aktif digunakan untuk menangkap rajungan di Kabupaten Cirebon. Rente sumberdaya yang diterima ketika rezim pengelolaan

sole owner adalah terbesar dari berbagai rezim yaitu Rp.23.783,39 juta. Gambar 12 menunjukkan kondisi MEY terjadi jika pendapatan (TR) yang diperoleh lebih besar daripada biaya (TC) yang dikeluarkan oleh nelayan sehingga mendapatkan keuntungan yang besar sampai dihasilkan Rp. 23.783,39 juta pada titik EMEY (319.744 days fishing). Jika usaha diteruskan sampai pada titik EMSY maka secara fisik total produksi akan bertambah besar (526 ton) tetapi secara ekonomis keuntungan yang diperoleh nelayan akan berkurang (Rp 17.242,58 juta) sebab biaya yang dikeluarkan semakin besar seiring bertambahnya jumlah days fishing penangkapan. Selanjutnya usaha penangkapan akan mencapai pada titik open

65 Gambar 12. Grafik dalam Kondisi Open Access Sumberdaya Rajungan

Posisi EOA, dan HOA untuk penangkapan rajungan di Kabupaten Cirebon sebanyak 639.489 days fishing/tahun dengan jumlah produksi 2.471,54 ton. Keadaan ini menggambarkan bahwa effort yang semakin banyak ternyata akan memberikan hasil keuntungan tangkapan yang semakin kecil jika dibandingkan pada kondisi lestari (MSY) dan kondisi terkendali (MEY). Pada Gambar 12 kondisi open acces nelayan bebas untuk menangkap ikan sehingga sumberdaya yang diekstraksi akan mencapai titik yang terendah yang berakibat usaha tidak lagi menguntungkan, inilah yang disebut kondisi overfishing secara ekonomi (economic overfishing). Kepunahan stok ikan sangat mungkin terjadi jika usaha penangkapan terus dilakukan hingga pada posisi sebelah kanan titik Open Acces (OA). Pada titik-titik di sebelah kanan EOA biaya rata-rata persatuan upaya akan

TC

66 menjadi lebih besar dibandingkan penerimaan rata-rata per unit. Pada kondisi ini menyebabkan pelaku penangkapan akan keluar (exit) dari perikanan. Hanya pada tingkat upaya keseimbangan (ekuilibrium) tercapai, sehingga proses entry dan exit tidak terjadi. Dari sudut pandang ilmu ekonomi, keseimbangan open access menimbulkan terjadinya alokasi yang tidak tepat (missalocation) dari sumberdaya alam. Hal ini disebabkan adanya kelebihan faktor produksi (tenaga kerja, modal) dalam perikanan yang seharusnya bisa digunakan untuk ekonomi lainnya yang lebih produktif. Inilah yang menjadi prediksi Gordon bahwa pada kondisi open

access akan menimbulkan kondisi economic overfishing. Hal ini didukung oleh

Clark (1985) yang menyatakan bahwa overfishing ekonomi tidak akan terjadi pada perikanan yang terkendali, sedangkan overfishing biologi akan terjadi kapan saja bila perbandingan antara harga dengan biaya cukup tinggi. Effort aktual rata-rata perikanan tangkap di Kabupaten Cirebon belum melebihi batas effort tertinggi dalam rezim open access. Jumlah effort aktual rata-rata mencapai 470.164 days

fishing per tahun sedangkan effort dalam open access sebesar 639.489 days

fishing. Dengan kata lain, kondisi aktual perikanan tangkap rajungan di

Kabupaten Cirebon belum mengalami overfishing secara biologi. Keseimbangan

open access akan terjadi jika seluruh rente ekonomi telah terkuras habis (driven to

zero) sehingga tidak ada lagi insentif untuk entry maupun exit, serta tidak ada

perubahan pada tingkat upaya yang sudah ada (Fauzi, 2006). 6.8 Mengestimasi Profit Nelayan Rajungan

Dari data yang dikumpulkan di Kabupaten Cirebon, didapatkan profit total dari usaha penangkapan rajungan pada tahun 1994-2009 sebesar Rp -40.364,11 juta atau rata-rata Rp -2.522,76 juta/tahun. Sedangkan profit rata-rata ketika

67 kondisi lestari sebesar Rp 17.299,31 juta (Lampiran 12). Dalam kasus ini telah mengindikasikan terjadinya economic overfishing. Kondisi dimana perikanan seharusnya mampu menghasilkan rente ekonomi yang positif. Sehingga untuk memperoleh profit yang maksimum sebaiknya perikanan menurunkan effort ke tingkat sole owner. Profit total atau surplus ekonomi dari usaha penangkapan rajungan dalam ketiga rezim tersebut adalah MEY sebesar Rp. 23.783,39 juta MSY sebesar Rp 6.540,81 juta, dan OA tidak ada.

6.9 Simulasi Penerapan Kebijakan Minimum Legal Size Rajungan

Untuk melihat tingkat profitability yang ditimbulkan ketika terjadi penerapan kebijakan minimum legal size dapat dilakukan dengan melakukan simulasi model. Penetapan minimul legal size rajungan berupa pembatasan ukuran kerapas yang boleh ditangkap, secara langsung dapat mengurangi produksi dan peningkatan biaya oleh nelayan. Analisis ini dengan menjadikan batasan ukuran kerapas sebesar 8,5 cm sebagai variabel yang mengurangi produksi dan meningkatkan biaya operasional nelayan.

Nilai parameter biologi yang baru, perhitungan dapat dilihat pada Tabel 12 didapatkan bahwa penerapan minimum legal size akan mengurangi nilai K sebesar 110,45 ton dari 4.423,15 ton per tahun menjadi 4.312,65 ton per tahun sedangkan parameter lain tidak mengalami perubahan yang signifikan. Dimana r sebesar 2,0478 dan q sebesar 1,9E-06. Dengan menggunakan parameter yang telah dihasilkan maka dapat diihat anilisis bioekonomi dalam berbagai rezim dalam Tabel 17 :

68 Tabel 17. Analisis Bioekonomi dengan Kebijakan

Keterangan

Solusi Bioekonomik dengan Kebijakan MEY Open Access MSY Biomass (x) (ton) 3.200,88 2.089,12 2.156,32 Hasil Penangkapan (h)(ton)

1.856,26 2.423,05 2.425,41 Tingkat Upaya (E)(days fishing)

313.471,44 626.942,87 607.994 Rente Sumberdaya (π) (juta)

21.130,65 - 2.477,46

Sumber: Data yang diolah (2011)

Gambar 13. Grafik Perbandingan Profit Sumberdaya Rajungan Laju pertumbuhan yang dihasilkan tidak berbeda dengan laju pertumbuhan semula yaitu r sebesar 2,25 persen per tahun. Namun apabila kebijakan ini diterapkan semenjak 14 tahun yang lalu maka terjadi penurunan profit sebesar luasan grafik pada Gambar 13 profit tersebut turun karena lima persen dari total produksi berada dibawah size yang dilegalkan tidak dihitung. Dalam rezim MEY produksi turun dari 1.961,45 ton menjadi 1.856,26 ton, produksi MSY turun dari

Tanpa Kebijakan Dengan Kebijakan

69 2.487,55 ton menjadi 2.425,41 ton, dan open access dari produksi 2.471,54 ton menjadi 2.423,05 ton.

Untuk mengetahui pengaruh kebijakan dimasa depan, maka kita simulasikan model perikanan rajungan menggunakan vensim. Dampak kebijakan

minimum legal size terhadap stok, produksi, effort, dan rente terhadap nelayan

untuk lima tahun kedepan. Model tersebut tersusun seperti Gambar 14. Dalam mensimulasi model untuk 5 tahun kedepan. Laju stok dapat dicari dengan menambahkan jumlah stok dengan produksi dibawah ukuran legal ( ) dikurangi produksinya. Dimana:

( ) ... (6.7) Nilai awal yang digunakan untuk stok dan effort adalah nilai dalam kondisi open access. Dengan asumsi kondisi open access merupakan kondisi terburuk perikanan tangkap di Kabupaten Cirebon, simulasi dapat dipakai dalam memprediksi perikanan tangkap lima tahun kedepan dengan mempertimbangkan kondisi terburuk. Nilai i merupakan suku bunga deposito rupiah bank BRI kurun waktu 12 bulan dengan tabungan dibawah 100 juta sebesar enam persen. Penggunaan suku bunga ini menggunakan asumsi bahwa nelayan rajungan Kabupaten Cirebon cenderung menabung di bank tersebut dengan jumlah tabungan kurang dari 100 juta. Dari model tersebut dihasilkan bahwa stok rajungan mengalami peningkatan pada tahun-tahun awal. Dari Gambar 15 kita dapat lihat bahwa 5 tahun kedepan stok rajungan diatas 8,5 cm mengalami peningkatan pada tahun-tahun awal lalu meningkat hingga mencapai kondisi stabil pada tahun berikutnya. Ini menunjukan bahwa penerapan kebijakan dapat mendorong tingkat stok rajungan diatas 8,5 cm lebih tinggi dan stabil.

70 (Fauzi, 2008) Gambar 14. Bagan Simulasi Vensim Penerapan Kebijakan Minimum Legal

Size Terhadap Tingkat Profitability Nelayan

Gambar 15. Peningkatan Stok Rajungan Lima Tahun Kedepan

Dokumen terkait