• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.3. Analisis bivariat

 

26

Dari tabel 4.6 didapatkan bahwa 100 responden (74,6%) bukan perokok, sedangkan 34 responden lainnya (25,4%) mengonsumsi rokok. Jumlah responden non-perokok lebih banyak jumlahnya dibandingkan perokok dapat dikarenakan jumah responden perempuan yang lebih banyak.

Zat yang terkandung dalam asap rokok merupakan penyebab terjadinya inflamasi saluran pernapasan. Paparan asap rokok yang berkelanjutan dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan inflamasi kronis yang menyebabkan terjadinya PPOK. 5,10,14

4.2.4 Gambaran tingkat risiko PPOK pada responden

Tabel 4.7 Sebaran tingkat risiko PPOK pada responden

Data di dalam tabel 4.7, faktor risiko dan gejala yang terdapat dalam kuesioner yang dijumlahkan sesuai dengan aturan scoring pada COPD Risk Screener. Hasil penilaian tersebut dibagi menjadi dua kategori, yaitu risiko rendah dan risiko tinggi untuk terjadinya PPOK.

Sebanyak 127 responden (94,8%) termasuk dalam kategori risiko rendah, sedangkan 7 responden (5,2%) termasuk dalam kategori risiko tinggi untuk terjadinya PPOK. Banyaknya responden yang mempunyai risiko rendah dikarenakan rata-rata usia dalam penelitian ini adalah 49 tahun.

Pencegahan primer PPOK sejak usia muda sangat diperlukan karena seiring dengan bertambahnya usia maka risiko untuk terjadinya PPOK semakin tinggi ditambah dengan pola hidup yang kurang baik seperti merokok dapat menyebabkan bertambah tingginya risiko terhadap PPOK. 11,12,14,15

4.3 Analisis Bivariat

Uji yang dilakukan untuk analisis bivariat adalah Fisher’s karena semua variabel distribusinya tidak normal dan syarat penggunaan uji chi-square tidak

Tingkat risiko N %

Risiko rendah 127 94,8

 

terpenuhi yaitu jumlah expected count yang <5 terdapat pada >33% sel dimana seharusnya hanya boleh <20% sel.

Variabel bebas yang digunakan adalah jenis kelamin, usia, gejala dan faktor risiko PPOK yang akan dianalisis terhadap variabel terikat yaitu tingkatan risiko PPOK. Jika p-value bernilai < 0,05 maka terdapat hubungan yang bermakna antara variabel bebas dan terikat dengan derajat kepercayaan mencapai 95%.

4.3.1 Hubungan karakteristik responden dengan tingkat risiko PPOK Tabel 4.8 Hubungan jenis kelamin dengan tingkat risiko PPOK

Jenis kelamin

Tingkat risiko PPOK

Total Rendah Tinggi Laki-laki 35 6 41 Perempuan 92 1 93 Total 127 7 134 P-value = 0,003

Dari tabel 4.8 didapatkan hasil laki-laki memiliki risiko tinggi terhadap PPOK sebanyak 8 responden dibandingkan perempuan yang hanya berjumlah 1 orang. Sebaliknya perempuan memiliki risiko rendah lebih besar sebanyak 92 responden dibandingkan laki-laki yang hanya berjumlah 35 responden. Hasil ini memiliki hubungan bermakna karena hasil p-value = 0,003 (<0,05).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Rycroft5 bahwa 2,3% sampai 8,4% kematian yang disebabkan PPOK, proporsi laki-laki lebih besar jika dibandingkan dengan proporsi wanita dengan rentang usia 65-74 tahun. Meskipun konsumsi rokok dapat menjelaskan perbedaan proporsi antara laki-laki dan perempuan, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menjelaskan perbedaan proporsi tersebut tanpa faktor yang mempengaruhi seperti konsumsi rokok. 5,10,16

 

 

28

Tabel 4.9 Hubungan usia dengan tingkat risiko PPOK

Dari tabel 4.9 didapatkan bahwa jumlah responden risiko tinggi PPOK dengan ≥ 60 tahun berjumlah 4 orang dibandingkan dengan responden dengan usia 35-59 tahun sebanyak 3 orang responden. Sebaliknya, responden dengan usia 35-59 tahun yang berisiko rendah PPOK berjumlah 106 orang, lebih banyak jika dibandingkan responden dengan usia ≥ 60 tahun yang berjumlah 21 orang responden. Hasil ini memiliki hubungan bermakna karena hasil p-value = 0,023 (< 0,05).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Rycroft5 bahwa kematian yang disebabkan oleh PPOK sebagian besar merupakan individu yang berusia 65-74 tahun. Hal ini dijelaskan juga oleh Akkermans8 dalam studinya bahwa prevalensi individu yang terdiagnosis PPOK melalui pemeriksaan spirometri merupakan individu yang berusia lanjut. Menurut Akkermans8, terdapat hubungan bermakna antara usia lanjut dengan angka kejadian PPOK (p-value = < 0,001).5,8

Tabel 4.10 Hubungan status pekerjaan dengan tingkat risiko PPOK

Dari tabel 4.10 didapatkan jumlah responden risiko tinggi yang bekerja sebanyak 3 orang, sedangkan responden risiko tinggi yang tidak bekerja

Usia

Tingkat risiko PPOK

Total Rendah Tinggi 35-59 tahun 106 3 109 ≥ 60 tahun 21 4 25 Total 127 7 134 P-value = 0,023 Status pekerjaan

Tingkat risiko PPOK

Total Rendah Tinggi Bekerja 86 3 89 Tidak bekerja 41 4 45 Total 127 7 134 P-value = 0,224

 

berjumlah 4 orang. Sebaliknya, responden risiko rendah yang bekerja berjumlah 86 orang, lebih banyak jika dibandingkan dengan responden risiko rendah yang tidak bekerja dengan jumlah 41 orang. Hasil ini memiliki hubungan yang tidak bermakna dengan p-value = 0,224 (> 0,05).

Hasil yang kurang bermakna dapat terjadi karena penelitian ini tidak mencantumkan jenis pekerjaan responden. Jenis pekerjaan sangat berpengaruh terhadap risiko terjadinya PPOK karena ada beberapa pekerjaan yang mempunyai paparan langsung terhadap polusi udara. Zat-zat polusi udara merupakan salah satu penyebab terjadinya proses inflamasi kronik pada kasus PPOK.3,5

4.3.2 Hubungan gejala awal dengan tingkatan risiko PPOK Tabel 4.11 Hubungan sesak dengan tingkat risiko PPOK

Dari tabel 4.11 didapatkan bahwa jumlah responden risiko tinggi yang pernah mengalami gejala sesak sebanyak 5 orang responden lebih banyak jika dibandingkan dengan responden risiko tinggi yang tidak pernah mengalami gejala sesak, yaitu sebanyak 2 orang respoden. Sebaliknya, jumlah responden risiko rendah yang tidak pernah mengalami gejala sesak berjumlah sebanyak 123 orang responden lebih banyak jika dibandingkan dengan responden risiko rendah yangpernah mengalami gejala sesak napas. Hasil ini memiliki hubungan bermakna karena nilai p-value = 0,0001 (< 0,05).

Gejala sesak

Tingkat risiko PPOK

Total Rendah Tinggi Tidak pernah 123 2 125 Pernah sesak 4 5 9 Total 127 7 134 p-value = 0,0001

 

 

30

Tabel 4.12 Hubungan masalah pernapasan dengan tingkat risiko PPOK

Dari tabel 4.12 didapatkan bahwa jumlah responden risiko tinggi yang menyatakan setuju jika aktivitasnya terganggu akibat masalah pernapasan sebanyak 5 orang lebih banyak jika dibandingkan dengan responden risiko tinggi yang tidak setuju jika aktivitasnya terganggu oleh masalah pernapasan yang berjumlah sebanyak 2 orang responden. Sebaliknya responden risiko rendah yang tidak setuju jika aktivitasnya terganggu akibat masalah pernapasan yang berjumlah sebanyak 116 orang lebih banyak jika dibandingkan dengan responden risiko rendah yang tidak setuju jika aktivitasnya terganggu akibat masalah pernapasan yang yang berjumlah sebanyak 11 orang responden. Hasil ini bermakna karena nilai p-value = 0,0001 (< 0,05).

Tabel 4.13 Hubungan produksi dahak dengan tingkat risiko PPOK

Selalu mengeluarkan

dahak

Tingkat risiko PPOK

Total Rendah Tinggi Tidak setuju 121 2 123 Setuju 6 5 11 Total 127 7 134 p-value = 0,0001

Dari tabel 4.13 didapatkan bahwa responden risiko tinggi yang setuju jika merasa selalu mengeluarkan dahak berjumlah sebanyak 5 orang lebih banyak jika dibandingkan dengan responden risiko tinggi yang setuju jika merasa selalu

Aktivitas terganggu akibat

masalah pernapasan

Tingkat risiko PPOK

Total Rendah Tinggi Tidak setuju 116 2 118 Setuju 11 5 16 Total 127 7 134 p-value = 0,0001

 

mengeluarkan dahak berjumlah sebanyak 2 orang responden. Sebaliknya, responden risiko rendah yang tidak setuju jika merasa selalu mengeluarkan dahak berjumlah sebanyak 121 orang lebih banyak jika dibandingkan dengan responden risiko rendah yang setuju jika merasa selalu mengeluarkan dahak yang berjumlah sebanyak 6 orang responden. Hasil ini bermakna karena nilai p-value = 0,0001 (< 0,05).

Hasil ini diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh Roberto de Marco14 yang menyebutkan bahwa gejala awal yang disebabkan oleh hiperresponsivitas saluran pernapasan mempunyai hubungan yang bermakna untuk angka kejadian PPOK. Hiperresponsivitas saluran pernapasan mempunyai manifestasi berupa sesak napas dan peningkatan produksi mukus. Hiperresponsivitas saluran pernapasan merupakan salah satu tanda kardinal asma bronkial, namun apabila proses ini terjadi secara kronik maka akan terjadi kerusakan irreversibel jaringan saluran pernapasan yang mengakibatkan PPOK.3,9,10,12,14

4.3.3 Hubungan faktor risiko dengan tingkat risiko PPOK

Tabel 4.14 Hubungan konsumsi rokok dengan tingkat risiko PPOK

Dari tabel 4.14 didapatkan bahwa responden risiko tinggi yang merokok berjumlah sebanyak 6 orang sedangkan responden risiko tinggi yang tidak merokok berjumlah sebanyak 1 orang. Sebaliknya, responden risiko rendah yang tidak merokok berjumlah sebanyak 99 orang sedangkan responden risiko rendah yang merokok berjumlah sebanyak 28 orang responden. Hasil ini bermakna karena nilai p-value = 0,0001 (< 0,05).

Hasil ini diperkuat oleh penelitian Akkermans8 yang menyatakan bahwa terdapat hubungan bermakna antara konsumsi rokok dengan kejadian PPOK

(p-Perokok

Tingkat risiko PPOK

Total Rendah Tinggi Tidak 99 1 100 Ya 28 6 34 Total 127 7 134 p-value = 0,0001

 

 

32

value = 0,006). Berdasarkan penelitian yang dilakukan Agusti9 disebutkan bahwa konsumsi rokok merupakan penyebab utama terjadinya proses inflamasi kronik yang merupakan patofisiologi terjadinya PPOK.5,8,10,14

Dokumen terkait