BAB II LANDASAN TEORI
D. Analisis CAMEL
Yang dimaksud dengan analisis CAMEL adalah alat analisis keuangan dan penilaian manajemen suatu bank yang ditetapkan oleh Bank Indonesia untuk mengetahui tingkat kesehatan bank yang bersangkutan (SE BI No. 30/11/KEP/DIR tanggal 30 April 1997).
Penilaian tingkat kesehatan bank mencakup penilaian terhadap faktor-faktor CAMEL yang terdiri atas beberapa faktor-faktor yaitu :
- Permodalan (Capital)
- Kualitas Aktiva (Asset Quality) - Manajemen (Management) - Rentabilitas (Earning) - Likuiditas (Liquidity) 2. Faktor Penilaian CAMEL
a. Permodalan (Capital)
Modal sangat berperan penting dalam rangka pengembangan usaha dan menampung resiko kerugian. Oleh karena itu perlu dilakukan penilaian untuk mengetahui sehat atau tidak modal itu.
Secara umum modal bank terdiri atas : Modal inti yang meliputi :
1. Modal disetor, yaitu modal yang telah disetor secara efektif oleh oleh pemiliknya.
2. Laba ditahan, yaitu saldo laba bersih setelah dikurangi pajak yang oleh rapat umum pemegang saham atau rapat anggota diputuskan untuk tidak dibagikan.
3. Laba tahun lalu, yaitu seluruh laba bersih tahun-tahun yang lalu setelah dikurangi pajak dan belum ditetapkan penggunaannya oleh rapat umum pemegang saham atau rapat anggota.
4. Laba tahun berjalan, yaitu laba yang diperoleh dalam tahun buku berjalan setelah dikurangi taksiran utang pajak.
5. Agio saham, yaitu selisih lebih setoran modal yang diterima oleh bank sebagai akibat dari harga saham yang melebihi nilai nominalnya.
6. Cadangan umum, yaitu cadangan yang dibentuk dari penyisihan laba ditahan atau laba bersih setelah dikurangi pajak dan mendapat persetujuan rapat umum pemegang saham atau rapat anggota sesuai dengan anggaran dasar masing- masing.
7. Cadangan tujuan, yaitu bagian laba setelah dikurangi pajak yang disisihkan untuk tujuan tertentu dan telah mendapat persetujuan rapat pemegang saham atau rapat anggota.
(Abdullah, 2005: 56)
Modal pelengkap meliputi :
1. Cadangan revaluasi tetap aktiva, yaitu cadangan yang dibentuk dari selisih penilaian kembali aktiva tetap yang telah mendapat persetujuan direktorat jenderal pajak.
2. Cadangan penghapusan aktiva, yaitu cadangan yang dibentuk dengan cara membebani laba rugi tahun berjalan dengan maksud untuk menampung kerugian yang mungkin timbul sebagai akibat dari tidak diterimanya kembali sebagian atau seluruh aktiva produktif.
3. Modal pinjaman (Quasi capital), yaitu modal yang didukung oleh instrumen atau warkat yang memiliki sifat seperti modal.
4. Pinjaman subordinasi, yaitu pinjaman yang harus memenuhi berbagai syarat seperti harus adanya perjanjian tertulis antara bank dan pemberi pinjaman, mendapat persetujuan dari Bank Indonesia, minimal berjangka waktu 5 tahun, dan pelunasan sebelum jatuh tempo harus mendapat persetujuan dari Bank Indonesia.
(Dendawijaya, 2003: 46).
1. Capital Adequacy Ratio (CAR)
CAR adalah kewajiban penyediaan modal minimum yang harus selalu dipertahankan oleh tiap bank sebagai suatu proporsi tertentu dari total Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR), sedang ATMR sendiri adalah nilai total masing-masing aktiva bank setelah dikalikan masing-masing bobot risiko aktiva tersebut.
Bobot risiko yang merupakan dasar bagi perhitungan kebutuhan modal minimum yaitu :
a. 0% untuk rekening kas, sertifikat bank Indonesia, kredit yang dijamin dengan saldo deposito berjangka dan tabungan yang cukup milik peminjam pada bank tersebut.
b. 20% untuk giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan serta tagihan lainnya kepada atau yang dijamin oleh bank lain.
c. 50% untuk kredit pemilikan rumah (KPR) yang dijamin oleh hipotek pertama dengan tujuan dihuni.
d. 100% untuk kredit kepada atau yang dijamin oleh BUMD, perorangan, koperasi, perusahaan swasta atau lainnya. Kemudian juga terhadap aktiva tetap dan inventaris (nilai buku) serta aktiva lain selain yang tersebut diatas.
(Taswan, 2006: 79).
Pemberian nilai kredit untuk rasio CAR adalah sebagai berikut :
a. Pemenuhan KPMM sebesar 8% diberi predikat sehat dengan nilai kredit 81 dan untuk setiap kenaikan 0,1% dari pemenuhan KPMM 8%, maka nilai kredit ditambah satu dengan nilai maksimum 100. b. Pemenuhan KPMM kurang dari 8% sampai dengan 7,9% diberi
predikat kurang sehat dengan nilai kredit 65 dan untuk setiap penurunan 0,1% dari pemenuhan KPMM sebesar 7,9%, maka nilai kredit dikurangi 1 dengan nilai minimum 0.
c. Kemudian nilai kredit yang didapat dari CAR dikalikan dengan bobot CAMEL untuk rasio CAR yaitu sebesar 25%.
(SE BI No. 30/11/KEP/DIR 1997).
Perhitungan CAR secara sistematis diformulasikan sebagai berikut :
CAR = X100% (ATMR) Resiko Menurut Tertimbang Aktiva Modal (Martono, 2003: 90). NKK = 81 + X1 0,1% 8%) (CAR− (Abdullah, 2003: 136).
2. Kualitas Aktiva (Asset Quality)
Kelangsungan usaha suatu bank tergantung pada kesiapan bank yang bersangkutan dakam menghadapi resiko kerugian dari penanaman dana. Oleh karena itu setiap pengurus bank wajib menjaga kualitas aktiva produktifnya. Aktiva produktif sendiri adalah penyediaan dana bank untuk memperoleh penghasilan.
Komponen aktiva produktif yang dinilai meliputi :
1. Kredit, yaitu penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.
2. Surat berharga, yaitu surat pengakuan hutang, wesel, obligasi, sekuritas kredit atau setiap derivatifnya atau kepentingan lain, atau
suatu kewajiban dari penerbit dalam bentuk yang lazim diperdagangkan dalam pasar modal dan pasar uang.
3. Penempatan dana antar bank, yaitu penanaman dana pada bank lain dalam bentuk giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, kredit dan penanaman dana lainnya yang sejenis.
4. Penyertaan saham, yaitu penanaman dana bank dalam bentuk saham pada bank dan perusahaan dibidang keuangan lainnya, sebagaimana diatur dalam peraturan undang-undang yang berlaku.
5. Transaksi rekening administratif, yaitu kewajiban komitmen dan kontinjensi yang antara lain meliputi penerbitan jaminan, fasilitas kredit yang belum ditarik dan atau kewajiban komitmen dan kontinjensi lain.
(Siamat, 2005: 231).
Aktiva Produktif Yang Diklasifikasikan (APYD) adalah aktiva produktif yang sudah atau yang mengandung potensi tidak memberikan penghasilan atau kerugian.
Bobot resiko aktiva produktif yang diklasifikasikan (APYD) menurut peraturan BI No. 7/2/PBI/2005 adalah sebagai berikut :
1. 0% dari aktiva produktif yang digolongkan lancar (Pass).
2. 25% dari aktiva produktif yang digolongkan dalam perhatian khusus (Special Mention).
3. 50% dari aktiva produktif yang digolongkan kurang lancar (Substandard).
4. 75% dari aktiva produktif yang digolongkan diragukan (Doubthful). 5. 100% dari aktiva produktif yang digolongkan macet (Loss).
Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) adalah cadangan yang harus dibentuk sebesar persentase tertentu berdasarkan kualitas aktiva produktif (KAP). Bank wajib membentuk Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) dengan ketentuan sebagai berikut :
1. 1% dari aktiva produktif yang memiliki kualitas lancar.
2. 5% dari aktiva produktif yang memiliki kualitas dalam perhatian khusus setelah dikurangi agunan.
3. 15% dari aktiva produktif yang memiliki kualitas kurang lancar setelah dikurangi agunan.
4. 50% dari aktiva produktif yang memiliki kualitas diragukan setelah dikurangi agunan.
5. 100% dari aktiva produktif yang memiliki kualitas macet setelah dikurangi agunan.
Penilaian terhadap faktor kualitas aktiva produktif yaitu : 1. Bad Debt Ratio (BDR)
Merupakan rasio yang membandingkan antara Aktiva Produktif Yang Diklasifikasikan (APYD) dengan aktiva produktif. Rasio ini menunjukkan aktiva produktif yang berpotensi tidak memberikan penghasilan atau tidak menimbulkan kerugian. Semakin kecil BDR yang diperoleh, maka semakin baik kinerja bank dalam memelihara aktiva produktif yang dimilikinya.
Berikut pemberian nilai kredit untuk rasio BDR :
a. Untuk BDR sebesar 15,5% atau lebih maka diberi nilai kredit sebesar 0.
b. Untuk setiap penurunan 0,15% dari BDR 15,5% maka nilai kredit ditambah 1 sampai maksimum 100.
c. Nilai kredit yang didapat dari besarnya BDR dikalikan dengan bobot CAMEL untuk rasio BDR yaitu sebesar 25%.
(SE BI No. 30/11/KEP/DIR 1997).
Rumus untuk menghitung rasio BDR yaitu :
BDR = X100% Produktif Aktiva (APYD) asikan Diklasifik Yang Produktif Aktiva (Abdullah, 2005:. 134)
Besarnya Nilai Kredit Komponen (NKK) dirumuskan sebagai berikut : NKK = X1 0,15% BDR 15,5%− (Taswan, 2005: 361).
2. Rasio PPAP yang dibentuk terhadap PPAP yang wajib dibentuk (KAP).
Pemberian nilai kredit untuk KAP yaitu sebagai berikut :
a. Untuk Kualitas Aktiva Produktif (KAP) sebesar 0% diberi nilai kredit sebesar 0. Untuk setiap kenaikan 1% dari 0% maka nilai kredit ditambah 1 dengan nilai maksimum 100.
b. Besarnya nilai kredit yang didapat dari KAP kemudian dikalikan dengan bobot CAMEL yaitu sebesar 5%.
(SE BI No. 30/11/KEP/DIR 1997).
Secara sistematis maka dapat dirumuskan yaitu :
KAP = X100% dibentuk wajib yang PPAP dibentuk telah yang PPAP (Abdullah, 2005: 134).
Besarnya Nilai Kredit Komponen (NKK) untuk rasio KAP dapat diperoleh dengan rumus sebagai berikut :
NKK = 1% KAP Rasio ……….. (Taswan, 2006: 361). c. Manajemen (Management)
Penilaian manajemen bank merupakan penilaian terhadap pengurus bank dalam menjalankan aktivitas untuk menunjang kegiatan operasional bank sehari-hari. Faktor penilaian manajemen ini dapat dijadikan sebagai alat ukur dalam menilai kinerja suatu bank. Dengan manajemen baik diharapkan akan menciptakan dan memelihara tingkat kesehatan bank. Oleh karena itu manajemen bank mendapat perhatian yang besar dalam penilaian tingkat kesehatan bank.
Penilaian dalam aspek manajemen terdiri atas dua faktor yaitu :
1. Manajemen umum, dimana penilaian terhadap manajemen umum digunakan untuk mengukur faktor-faktor yang bersumber dari dalam bank (internal) yang mempengaruhi manajemen bank.
2. Manajemen resiko, dimana penilaian terhadap manajemen resiko digunakan untuk mengukur, memantau, dan mengendalikan kemungkinan resiko usaha yang dihadapi bank.
Penilaian terhadap faktor manajemen dilakukan sebagai berikut :
1. Penilaian terhadap faktor manajemen mencakup manajemen umum dan manajemen resiko dengan menggunakan daftar pertanyaan ataupun pernyataan.
2. Jumlah pertanyaan ataupun pernyataan bagi bank devisa sebanyak 100 sedangkan untuk bank non devisa sebanyak 85.
3. Setiap pertanyaan atau pernyataan diberi skala penilaian antara 0 sampai dengan 4 dengan kriteria sebagai berikut : a) nilai 0 mencerminkan kondisi yang lemah, b) nilai 1,2 dan 3 mencerminkan kondisi antara dan c) nilai 4 mencerminkan kondisi yang baik.
4. Nilai kredit setiap pertanyaan atau pernyataan bagi bank devisa sebesar 25% dan bagi bank non devisa sebesar 29,4%.
5. Nilai kredit yang telah dijumlahkan kemudian dikalikan dengan bobot CAMEL untuk faktor manajemen sebagai berikut : a) 10% untuk manajemen umum, b) 15% untuk manajemen resiko.
d. Rentabilitas (Earning)
Salah satu parameter untuk mengukur tingkat kesehatan bank adalah kemampuan bank untuk memperoleh keuntungan. Rentabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dibanding dengan modal yang digunakan dalam persentase (Hasibuan, 2006: 100).
Tingkat rentabilitas dalam analisis CAMEL diukur dengan menggunakan dua rasio hitung yaitu :
1. Pengembalian atas aktiva (Return on Asset-ROA)
Merupakan rasio yang membandingkan antara laba sebelum pajak dengan total aktiva. Semakin besar ROA yang dimiliki, maka semakin besar pula laba yang dihasilkan bank.
Pemberian nilai kredit untuk ROA yaitu :
a. Untuk ROA sebesar 0% atau negatif diberi nilai kredit 0.
b. Untuk setiap kenaikan sebesar 0,015% mulai dari 0% perhitungan ROA, nilai kredit ditambah 1 dengan maksimum nilai kredit 100.
c. Kemudian nilai kredit ROA dikalikan dengan bobot CAMEL untuk rasio ROA yaitu sebesar 5%.
(SE BI No. 30/11/KEP/DIR 1997). Rumus ROA yaitu :
ROA = X100% aktiva Total pajak sebelum Laba ………… (Martono, 2003: 91).
Besarnya nilai kredit komponen (NKK) untuk rasio ROA yaitu sebagai berikut : NKK = 0,015% ROA Rasio ………... (Taswan, 2006: 363).
2. Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO). Perhitungan rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Pada umumnya beban dan pendapatan operasional bank didominasi oleh biaya bunga dan hasil bunga dikarenakan kegiatan utama bank pada prinsipnya adalah sebagai perantara, yaitu menghimpun dan menyalurkan dana kepada masyarakat.
Besarnya nilai kredit yang diberikan untuk rasio BOPO yaitu :
a. Untuk BOPO sebesar 100% atau lebih diberikan nilai kredit sebesar 0.
b. Untuk setiap penurunan sebesar 0,08% dari 100% BOPO, maka nilai kredit ditambah 1 dengan maksimum 100.
c. Hasil perhitungan nilai kredit yang didapat dari BOPO dikalikan dengan bobot CAMEL untuk BOPO yaitu sebesar 5%.
(SE BI No. 30/11/KEP/DIR 1997). Rasio ini dirumuskan sebagai berikut :
BOPO= X100% l Operasiona Pendapatan l Operasiona Beban … (Martono, 2003: 92).
NKK= 0,08% BOPO) Rasio (100%− ………. (Taswan, 2006: 363). e. Likuiditas (Liquidity)
Likuiditas bank adalah kemampuan untuk membayar semua hutang jangka pendeknya dengan alat-alat likuid yang dimilikinya (Hasibuan, 2006, hal. 94). Alat likuid adalah kas dan penanaman bank lain dalam bentuk giro dan tabungan bank lain pada bank.
Penilaian faktor likuiditas dilakukan dengan menggunakan rasio kredit terhadap dana yang diterima oleh bank (Loan To Deposit Ratio). Rasio LDR sendiri menunjukkan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar hutang-hutangnya terutama simpanan tabungan, giro dan deposito pada saat ada penarikan dan mampu memenuhi permohonan kredit yang layak untuk disetujui tanpa adanya penangguhan. Dari hal tersebut, maka rasio ini juga menunjukkan perbandingan antara jumlah kredit yang diberikan terhadap dana yang diterima oleh bank.
Rasio kredit terhadap dana yang diterima oleh bank dirumuskan sebagai berikut : LDR= X100% ketiga pihak Dana kredit Total ……… (Siamat, 2005: 215).
Dana pihak ketiga dalam hal ini meliputi: giro, simpanan berjangka dan tabungan masyarakat. NKK= X4 1% LDR) rasio (115%− ……… (Taswan, 2006: 366).
Ketentuan pemberian nilai kredit terhadap dana yang diterima bank (LDR) yaitu :
a. Untuk LDR sebesar 115% atau lebih diberi nilai kredit sebesar nol. b. Untuk setiap penurunan LDR sebesar 1% dari 115% nilai kredit
ditambah 4 dengan maksimum 100.
c. Nilai kredit yang didapat dari perhitungan LDR dikalikan dengan bobot CAMEL sebesar 5%.
(SE BI No. 30/11/KEP/DIR 1997). f. Pelaksanaan ketentuan lain
Penilaian tingkat kesehatan bank juga dikaitkan dengan pelaksanaan ketentuan lain yaitu ketentuan BMPK dan Posisi Devisa Neto (PDN). Setiap pelanggaran terhadap ketentuan tersebut akan mengurangi nilai kredit dalam penilaian kesehatan bank.
Pelanggaran-pelanggaran yang dimaksud yaitu :
a. Pelanggaran terhadap Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK). 1. Pelanggaran ini akan dihitung berdasarkan jumlah kumulatif
pelanggaran BMPK kepada debitur individu, debitur kelompok, dan pihak yang terkait dengan bank.
2. Untuk setiap pelanggaran BMPK nilai kredit dikurangi 5 dan untuk setiap 1% pelanggaran BMPK, nilai kredit dikurangi lagi 0,05 dengan nilai maksimum 10.
b. Pelanggaran terhadap ketentuan Posisi Devisa Neto (PDN).
1. Pelanggaran terhadap ketentuan PDN dihitung berdasarkan jumlah kumulatif pelanggaran yang terjadi dalam satu bulan yang dihitung atas dasar laporan mingguan.
2. Pelanggaran tersebut mengurangi nilai kredit hasil penilaian tingkat kesehatan bank dengan perhitungan untuk setiap 1% pelanggaran PDN nilai kredit dikurangi 0,05 dengan nilai maksimum 5.