• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Capaian Kinerja

Dalam dokumen LAKIP RISTEKDIKTI 2015 website (Halaman 40-126)

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2015

3.5. Analisis Capaian Kinerja

Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi telah menetapkan sasaran yang akan dicapai dalam periode 2015 - 2019 yaitu:

1. Meningkatnya kualitas pembelajaran dan

kemahasiswaan pendidikan inggi,

2. Meningkatnya kualitas kelembagaan Iptek dan Diki,

3. Meningkatnya relevansi, kualitas, dan kuanitas sumber daya Iptek dan Diki,

4. Meningkatnya relevansi dan produkivitas riset dan

pengembangan, dan

23

Bab III Akuntabilitas Kinerja Tahun 2015

Sesuai amanah Perpres No. 13 Tahun 2015 Pasal 2, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang riset, teknologi, dan

pendidikan inggi untuk membantu Presiden dalam

menyelenggarakan pemerintahan negara. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi

menyelenggarakan fungsi perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan. Pada tahun 2015 telah dikeluarkan beberapa kebijakan dalam rangka pencapaian sasaran antara lain :

1. Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Nomor 2 Tahun 2015 tentang Penerimaan Mahasiswa Baru Program Sarjana Pada Perguruan Tinggi Negeri

2. Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Nomor 14 Tahun 2015 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi, Panduan dan Pelaksanaan Program Pengembangan Teknologi Industri Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi

3. Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Nomor 18 Tahun 2015 tentang Tata Cara Pelaksanaan Uji Kompetensi mahasiswa Program Profesi Dokter atau Dokter Gigi

4. Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Nomor 19 Tahun 2015 tentang Program Pembinaan Perguruan Tinggi Swasta Tahun 2015 5. Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan

Tinggi Nomor 22 Tahun 2015 tentang Biaya Kuliah Tunggal dan Uang Kuliah Tunggal Pada Perguruan Tinggi Negeri Di Lingkungan Kementerian Riset, Teknologi, Dan Pendidikan Tinggi

6. Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Nomor 44 Tahun 2015 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi

Capaian kinerja Sasaran Strategis tercermin pada capaian Indikator Kinerja Utama (IKU). Dari tabel 3.1 diatas menunjukkan capaian IKU Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Tahun 2015, bahwa secara umum target berhasil dipenuhi, bahkan terdapat capaian yang melebihi target yang telah ditentukan, walaupun beberapa indikator kinerja belum mencapai

target. Secara lebih deil capaian indikator kinerja utama

dijelaskan dalam analisis capaian kinerja sebagai berikut:

Sasaran 1 : Meningkatnya Kualitas Pembelajaran dan Kemahasiswaan Pendidikan Tinggi

Tenaga terampil pendidikan inggi,merupakan

permasalahan pokok yang mengemuka. Akses ke layanan

pendidikan inggi belum merata bahkan keimpangan ingkat parisipasi antara kelompok masyarakat kaya dan miskin. Kelompok masyarakat miskin idak mampu menjangkau layanan pendidikan inggi karena kesulitan ekonomi dan terhambat oleh keiadaan biaya. Kendala inansial menjadi masalah utama bagi lulusan-lulusan

sekolah menengah dari keluarga miskin untuk melanjutkan ke Perguruan Tinggi. Sementara itu, angka pengangguran

terdidik juga masih cukup inggi yang mengindikasikan bahwa relevansi dan daya saing pendidikan inggi masih rendah dan keidakselarasan antara Perguruan Tinggi dan

dunia kerja.

Oleh karena itu, Sasaran Meningkatnya Kualitas Pembelajaran dan Kemahasiswaan Pendidikan Tinggi merupakan upaya yang harus dilakukan dengan

menetapkan indikator kinerja yang harus diingkatkan

yaitu:

1. Angka Parisipasi Kasar (APK) Perguruan Tinggi

2. Jumlah mahasiswa yang berwirausaha 3. Persentase lulusan berseriikat kompetensi

4. Jumlah Prodi terakreditasi unggul

5. Jumlah mahasiswa peraih medali emas ingkat

nasional dan internasional

24

Bab III Akuntabilitas Kinerja Tahun 2015

7. Jumlah LPTK yang meningkat mutu penyelenggaraan pendidikan akademik

8. Jumlah calon pendidik mengikui Pendidikan Profesi

Guru

Dari delapan indikator kinerja yang digunakan

iga indikator kinerja belum mencapai target dan enam

indikator kinerja yang mencapai target. Indikator kinerja yang belum mencapai target tersebut adalah

Persentase lulusan berseriikat kompetensi, jumlah prodi

terakreditasi unggul dan jumlah mahasiswa peraih medali

emas ingkat nasional dan internasional. Sedangkan

dua indikator kinerja yang mencapai target adalah

Angka Parisipasi Kasar (APK) Perguruan Tinggi, jumlah

mahasiswa yang berwirausaha, Persentase lulusan yang langsung bekerja, jumlah LPTK yang meningkat mutu penyelenggaraan pendidikan akademik, jumlah calon

pendidik mengikui Pendidikan Profesi Guru.

Adapun ingkat pencapaian kinerja sasaran

Meningkatnya Kualitas Pembelajaran dan Kemahasiswaan Pendidikan Tinggi adalah sebagai berikut :

Tabel 3.2. Capaian Sasaran Meningkatnya Kualitas Pembelajaran dan Kemahasiswaan Pendidikan Tinggi Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target

2015-2019 Realisasi 2014 Tahun 2015 Target Realisasi % Meningkatnya kualitas pembelajaran dan kemahasiswaan pendidikan inggi

Angka Parisipasi Kasar (APK)

Perguruan Tinggi 32,56% 25,80% 26,86% 27,63% 103,61

Jumlah mahasiswa yang

berwirausaha 4.000 - 2.000 2800 140

Persentase lulusan

berseriikat kompetensi 75% - 55% 54,55% 99,18

Jumlah Prodi terakreditasi

unggul 15.000 7.389 10.800 9.325 86,34

Jumlah mahasiswa peraih

medali emas ingkat

nasional dan internasional

420 - 380 729 191,84

Persentase lulusan yang

langsung bekerja 90 % - 50% 60.5% 121

Jumlah LPTK yang meningkat mutu penyelenggaraan pendidikan akademik

46 - 17 17 100

Jumlah calon pendidik

mengikui Pendidikan Profesi

Guru

12.000 - 4.458 4.466 100,18

1.

Angka Parisipasi Kasar (APK) Perguruan Tinggi

Keberhasilan pembangunan suatu wilayah ditentukan oleh sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan merupakan salah satu cara meningkatkan kualitas SDM tersebut. Oleh karena itu peningkatan mutu

pendidikan harus terus diupayakan, dimulai dengan membuka kesempatan seluas-luasnya kepada penduduk untuk mengenyam pendidikan, hingga pada peningkatan

kualitas dan kuanitas sarana dan prasarana pendidikan.

Seberapa jauh keberhasilan pemerintah dalam usaha di sektor pendidikan dapat dilihat melalui salah satu

25

Bab III Akuntabilitas Kinerja Tahun 2015

indikator yang dapat digunakan sebagai bahan informasi untuk mengukur keberhasilan dibidang pendidikan.

Cara melihatnya yaitu dengan melihat ingkat parisipasi

masyarakat atau warga negara terhadap pendidikan

itu sendiri, yaitu melalui Angka Parisipasi Kasar (APK). Angka Parisipasi Kasar (APK), menunjukkkan parisipasi

penduduk yang sedang mengenyam pendidikan sesuai dengan jenjang pendidikannya. Penetapan APK Perguruan Tinggi sebagai Indikator Kinerja Utama (IKU) bertujuan untuk mengukur keberhasilan program pembangunan pendidikan yang diselenggarakan dalam rangka memperluas kesempatan bagi penduduk untuk mengenyam pendidikan. APK PT merupakan persentase jumlah penduduk yang sedang kuliah pada suatu jenjang

pendidikan inggi terhadap jumlah penduduk usia kuliah (19-23 tahun). Semakin besar angka parisipasi suatu program pendidikan berari, program, lembaga, daerah

tersebut berkualitas, sebaliknya kurang dan peserta

banyak berheni dalam proses pelaksanaan program berari program, lembaga dan daerah tersebut idak

berkualitas. Untuk IKU APK PT tahun 2015 ini adalah APK

Perguruan Tinggi di bawah Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi

Jika dibandingkan dengan target yang ditetapkan,

pada tahun 2015 ingkat capaian IKU ini sudah mencapai

target yang ditetapkan. Dari target yang ditetapkan sebesar 26,86% sudah berhasil terealisasi sebesar 27,63%, dengan persentase capaian kinerja sebesar 103,61%. Jika dibandingkan pada tahun 2014 APK Perguruan Tinggi sebesar 25,80%, perealisasian IKU mencapai mengalami peningkatan.

Dalam rencana strategis 2015-2019, target di akhir periode perencanaan jangka menengah untuk APK Perguruan Tinggi sebesar 32,56%, sampai dengan tahun 2015 APK Perguruan Tinggi sudah mencapai 27,63% dengan persentase capaian kinerja 85,47%.

Pencapaian indikator kinerja tahun 2015 ini merupakan kesinambungan program tahun-tahun sebelumnya, pembandingan antara target dan realisasi kinerja tahun ini dengan lalu dan beberapa tahun terakhir

dapat digambarkan pada tabel seperi di bawah ini : Tabel 3.3. APK Perguruan Tinggi

KOMPONEN TAHUN 2011 2012 2013 2014 2015 Penduduk Usia 19-23 19.858.146 19.858.146 21.055.900 21.376.600 21.385.800 Jumlah Mahasiswa 4.658.927 5.295.030 5.526.912 5.514.228 5.950.622 PTN 1.721.201 1.649.232 1.665.058 1.665.221 1.958.297 PTS 2.937.726 3.645.798 3.861.854 3.849.007 3.992.325 APK (%) 23,46 26,66 26,25 25,80 27,83

Untuk capaian APK Perguruan Tinggi secara nasional dapat digambarkan dalam tabel berikut :

Tabel 3.4. APK Perguruan Tinggi Nasional

KOMPONEN TAHUN 2011 2012 2013 2014 2015 Penduduk Usia 19-23 19.858.146 19.858.146 21.055.900 21.376.600 21.385.800 Jumlah Mahasiswa 5.363.897 6.001.721 6.288.517 6.231.031 6.398.7733 PTN 1.721.201 1.649.232 1.665.058 1.665.221 1.958.297 PTS 2.937.726 3.645.798 3.861.854 3.849.007 3.992.325

26

Bab III Akuntabilitas Kinerja Tahun 2015 KOMPONEN TAHUN 2011 2012 2013 2014 2015 PTK 101.351 103.072 144.405 97.771 100.572 PTA 603.619 603.619 653.846 619.032 347.579 APK (%) 27,01 30,2 29,87 29,15 29,92

Keberhasilan pencapaian Angka Parisipasi Kasar

(APK) Perguruan Tinggi didukung melalui beberapa program dan kegiatan diantaranya:

a. Bidikmisi

Program Bantuan Biaya Pendidikan Bidikmisi yaitu

bantuan biaya pendidikan bagi calon mahasiswa idak

mampu secara ekonomi dan memiliki potensi akademik

baik untuk menempuh pendidikan di perguruan inggi

pada program studi unggulan sampai lulus tepat waktu. Misi pokoknya adalah untuk menghidupkan harapan

bagi masyarakat idak mampu dan mempunyai potensi

akademik baik untuk dapat menempuh pendidikan

sampai ke jenjang pendidikan inggi dan menghasilkan

sumber daya insani yang mampu berperan dalam memutus mata rantai kemiskinan dan pemberdayaan masyarakat. Bidikmisi merupakan program unggulan nasional yang dilaksanakan sejak tahun 2010 telah

mencatatkan sejarah baru dalam pendidikan inggi

di Indonesia atas perannya dalam upaya memutus mata rantai kemiskinan. Bantuan biaya pendidikan

ini diberikan kepada calon mahasiswa idak mampu

secara ekonomi dan memiliki potensi akademik baik

untuk menempuh pendidikan di perguruan inggi pada

program studi unggulan sampai lulus tepat waktu.

54,382 94,726 153,834 239,438 323,259 206,623 20,000 30,000 42,137 61,668 63,080 60,000 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Pendaftar Kuota

Graik 3.1. Peminat Dan Daya Tampung Program Bidikmisi (2010-2015)

Besarnya beasiswa Bidikmisi adalah Rp 1.000.000 per bulan/mahasiswa dengan rincian untuk bantuan biaya pendidikan sebesar Rp 400.000/bulan/mahasiswa

diberikan langsung ke perguruan inggi, dan bantuan

biaya hidup sebesar Rp 600.000/bulan/mahasiswa diberikan langsung ke mahasiswa.

Sejak tahun 2013, sebanyak 20.336 mahasiswa Bidikmisi telah menyelesaikan studinya dari program sarjana dan diploma. Pada Semester Genap TA 2014/2015 ini diharapkan 25.614 mahasiswa program sarjana (S-1) dan Dipoma 4 (D-4) angkatan 2011 serta 3.001 mahasiswa program Diploma 3 (D-3) angkatan 2012 akan diluluskan

27

Bab III Akuntabilitas Kinerja Tahun 2015

Graik 3.2. Distribusi IPK Rata-Rata Nasional Bidik Misi

Gambar 3.3. Kunjungan Menristekdiki ke Mahasiswa Penerima Bidikmisi di Malang

b. Bantuan Biaya Pendidikan Peningkatan Prestasi Akademik (PPA)

Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi berupaya mengalokasikan dana untuk memberikan bantuan biaya pendidikan kepada

mahasiswa yang orang tuanya idak mampu untuk

membiayai pendidikannya, dan memberikan beasiswa

kepada mahasiswa yang mempunyai prestasi inggi,

baik kurikuler maupun ekstrakurikuler. Beasiswa PPA dengan program Bidikmisi. Sehingga, diharapkan sampai dengan tahun 2015, total mahasiswa Bidikmisi yang akan lulus sejumlah 48.951 mahasiswa.

2% 11% 12% 51% 24% 0,5% <2.00 2.00-2.74 2.75-2.99 3.00-3.49 3.51-3.99 4.00

adalah bantuan biaya pendidikan yang diberikan kepada

mahasiswa yang memiliki prestasi inggi.

Tabel 3.5. Penerima Beasiswa PPA 2012-2015 Tahun Jumlah Penerima

2012 257.339

2013 180.000

2014 155.000

c. Beasiswa Airmasi Pendidikan Tinggi (ADik) Papua dan 3T

Beasiswa Airmasi Pendidikan Tinggi (ADik) Papua

dan 3T adalah bantuan biaya pendidikan dalam rangka

percepatan dan pemerataan di bidang pendidikan inggi di daerah 3T (Terluar, Teringgal, Terdepan), program

khusus sebagai wujud keberpihakan pemerintah bagi provinsi Papua, Papua Barat dan daerah 3T. Putra-putri asli provinsi Papua, Papua Barat, dan Daerah 3T, melalui program ADik akan diberikan beasiswa untuk melanjutkan pendidikannya di 39 Perguruan Tinggi Negeri terbaik di Indonesia, khususnya di wilayah pulau Jawa.

Tabel 3.6. Perbandingan Jumlah Mahasiswa ADik Papua dan 3 T Tahun 2012-2015

No Angkatan Papua 3T Jumlah Ket.

1 2012 361 -- 361 On Going

2 2013 389 92 481 On Going

3 2014 395 168 563 On Going

4. 2015 434 312 746 Baru

Jumlah 1.579 572 2.151

Gambar 3.4. Penyerahan Beasiswa Airmasi Papua di Universitas Brawijaya

28

Bab III Akuntabilitas Kinerja Tahun 2015

d. Pemberian Bantuan Operasional Perguruan Tinggi Negeri (BO-PTN)

Dewasa ini, kemajuan pembangunan

membutuh-kan kualiikasi yang semakin inggi sehingga kebutuhan akan pendidikan inggi juga semakin meningkat. Meskipun pertumbuhan parisipasi pendidikan inggi terus meningkat, namun secara relaif APK pendidikan inggi di Indonesia masih jauh teringgal dibanding

negara-negara tetangga. Mahalnya biaya pendidikan

inggi masih dirasa memberatkan masyarakat. Salah satu upaya pemerintah dalam menganisipasi mahalnya biaya pendidikan inggi adalah menetapkan idak ada

kenaikan uang kuliah (SPP) dan menggunakan Uang

Kuliah Tunggal (UKT) pada perguruan inggi negeri yang

mulai berlaku mulai tahun akademik 2012/2013. Untuk mengatasi masalah tersebut serta untuk menjaga kelangsungan proses belajar mengajar di

perguruan inggi negeri sesuai dengan pelayanan

minimal, pemerintah meluncurkan program Bantuan Operasional Perguruan Tinggi Negeri (BO-PTN) dengan memberikan bantuan dana penyelenggaraan kepada

perguruan inggi negeri. Program BO-PTN bertujuan

untuk menutupi kekurangan biaya operasional di

perguruan inggi.

Bantuan operasional perguruan inggi negeri yang

selanjutnya disebut BO-PTN merupakan bantuan biaya dari

Pemerintah yang diberikan pada perguruan inggi negeri

untuk membiayai kekurangan biaya operasional sebagai akibat adanya batasan pada sumbangan pendidikan (SPP)

di perguruan inggi negeri. BO-PTN diperuntukkan bagi biaya operasional pendidikan termasuk untuk peneliian, yang langsung atau idak langsung dapat meningkatkan

mutu lulusan namun terkendala jika seluruhnya dipungut kepada mahasiswa.

Tabel 3.7. Alokasi BOPTN Tahun Alokasi BOPTN Non

Peneliian Alokasi BOPTN Peneliian Total BOPTN

2013 2.384.882.031.000 315.117.969.000 2.700.000.000.000

2014 3.017.994.757.000 180.281.050.000 3.198.275.807.000

2015 3.185.000.000.000 1.365.000.000.000 4.550.000.000.000

e. Pembukaan Perguruan Tinggi Baru dan Program Studi Baru

Perguruan inggi merupakan bagian dari sistem

pendidikan nasional memiliki peran strategis dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dan memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi sebuah lembaga pendidikan atau yang biasa disebut dengan satuan pendidikan

yang menyelenggarakan pendidikan inggi dan menjadi

gerbang terakhir bagi generasi penerus pembangunan

bangsa untuk menempuh jenjang pendidikan teringgi. Keberadaan sebuah perguruan inggi pada suatu daerah

turut berperan dalam menentukan kemajuan suatu

daerah, karena perguruan inggi juga merupakan tempat

untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dan menimba ilmu berbagai jenis ilmu pengetahuan yang diperlukan untuk membangun daerah di mana perguruan

inggi tersebut berada. Keberadaan perguruan inggi juga terbuki telah mampu meningkatkan jumlah angka parisipasi kasar (APK) ke perguruan inggi, yang jika

dikaitkan dengan semakin banyak jumlah warga negara

yang menempuh jenjang pendidikan inggi maka secara idak langsung keberadaannya sangat bermanfaat dalam

meningkatkan kemajuan dan kemakmuran negara. Untuk tahun 2015 telah dibuka program studi bari sebesar 672 prodi dan 20 Perguruan Tinggi Swsata. Sampai tahun jumlah Perguruan Tinggi di bawah

29

Bab III Akuntabilitas Kinerja Tahun 2015

Kemenristekdiki mencapai 3.227 PT dan Program Studi

mencapai 19.160.

Tabel 3.8. Pertumbuhan PT dan Prodi 2010-2015

2010 2011 2012 2013 2014 2015

Jumlah PTN 92 96 100 105 121 121

Jumlah PTS 2795 2849 2910 2966 3089 3106

Total PT 2887 2945 3010 3071 3210 3227

Jumlah Prodi 15.483 16.079 16.828 17.600 18.882 19.160

Beberapa kendala yang dihadapi dalam upaya meningkatkan APK, diantaranya:

a. Kurang meratanya pembangunan Perguruan Tinggi

terutama di daerah teringgal, terpencil, dan daerah

terdepan/daerah perbatasan.

b. Biaya pendidikan inggi yang dianggap masih terlalu inggi.

c. Kurangnya parisipasi masyarakat, dunia usaha

dan industri serta pemerintah daerah untuk secara langsung dalam membantu mahasiswa miskin memperoleh beasiswa.

Sehubungan dengan hal tersebut upaya kedepan yang akan dilakukan dalam rangka meningkatkan APK

adalah mempersiapkan sejumlah aspek seperi sarana

infrastruktur, ketersediaan dan kualitas dosen, serta langkah perbaikan kualitas tenaga pendidik. Sejumlah upaya ini diharapkan meningkatkan kualitas pendidikan agar lebih bermutu dibandingkan sebelumnya.

2.

Jumlah Mahasiswa Yang Berwirausaha

Jumlah mahasiswa yang berwirasaha merupakan indikator untuk mengukur minat mahasiswa dalam berwirausaha. Keberadaan mahasiswa sebagai wirausahawan turut mendorong jumlah pengusaha di Indonesia.

Keberadaan mahasiswa sebagai wirausahawan turut mendorong jumlah pengusaha di Indonesia.

Mahasiswa yang berwirausaha adalah mahasiswa

yang mengikui Program Mahasiswa Wirausaha yang

proposalnya dinyatakan lulus dan dibiayai, setelah melalui serangkaian proses seleksi dan pemagagangan. Untuk meningkatkan daya saing bangsa perlu menumbuhkan semangat dan jiwa kewirausahaan di kalangan mahasiswa agar kelak bisa menjadi kelompok orang yang menciptakan lapangan pekerjaan bukan hanya sekedar pencari pekerjaan. Peranan para wirausahawan

pada suatu negara yang sedang berkembang idak dapat

diabaikan terutama dalam melaksanakan pembangunan. Suatu bangsa akan berkembang lebih cepat apabila memiliki para wirausahawan yang dapat berkreasi serta

melakukan inovasi secara opimal yaitu mewujudkan

gagasan-gagasan baru menjadi kegiatan yang nyata dalam

seiap usahanya. Maka sangat perlu untuk mengukur

indikatornya sebagai salah satu sasaran strategis yang akan dicapai oleh Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi pada tahun 2015-2019.

Jumlah mahasiswa yang melakukan wirausaha tahun 2015 adalah sebanyak 2.800 orang dibandingkan dengan target yang ditetapkan sebesar 2.000 orang, pencapaian tersebut melebihi target sebesar 140%. Peningkatan pencapaian kinerja ini merupakan dampak sosialisasi program yang dilakukan lebih gencar dari tahun sebelum dan juga adanya dampak ikutan dari beberapa mahasiswa peserta yang sukses dalam pengelolaan bisnisnya. IKU jumlah mahasiswa yang melakukan

30

Bab III Akuntabilitas Kinerja Tahun 2015

wirausaha adalah IKU baru dalam rencana strategis

2005-2019 sehingga belum bisa dibandingkan ingkat

ketercapainnya dengan tahun sebelumnya.

Dalam rencana strategis 2015-2019, target di akhir periode perencanaan jangka menengah untuk jumlah mahasiswa yang melakukan wirausaha sebesar 4.000, sampai dengan tahun 2015 jumlah mahasiswa yang melakukan wirausaha sudah mencapai 2.800 dengan persentase capaian kinerja 70%.

Dibutuhkan peran dunia pendidikan termasuk

perguruan inggi untuk senaniasa membangun dan

mengarahkan kemampuan serta minat para lulusan

perguruan inggi untuk bergerak dan mengembangkan

kewirausahaan sehingga lapangan pekerjaan yang sedikit

idak menjadi masalah bagi para lulusan, karena mereka

sudah mampu untuk menjalankan usahanya sendiri. Menyadari hal tersebut, sebagian besar perguruan

inggi telah memasukkan materi kewirausahaan

sebagai salah satu mata kuliah yang harus ditempuh oleh mahasiswa selama studinya. Seluruh mahasiswa diproses dan dilibatkan dalam pengembangan jiwa kewirausahaan melalui penyertaan mahasiswa pada perkuliahan Kewirausahaan dan program-program pengembangan keahliannya. Mata kuliah kewirausahaan diajarkan kepada mahasiswa dengan harapan mahasiswa akan tertarik untuk menjadi wirausaha selama atau setelah menyelesaikan kuliahnya sehingga mereka bisa menciptakan lapangan pekerjaan bagi diri sendiri dan masyarakat.

Pemerintah pun memberi dukungan penuh terhadap program pengembangan kewirausahaan

di perguruan inggi. Salah satu bentuknya adalah

menyelenggarakan kegiatan sebagai berikut : a. Program Mahasiswa Wirausaha

Program Mahasiswa Wirausaha dengan memberikan bantuan atau hibah yang dapat dipergunakan oleh mahasiswa dan dosen pembinanya mengembangkan

suatu bisnis tertentu dengan harapan setelah bisnis tersebut berkembang maka akan memiliki dampak yang berkelanjutan dalam pengembangan bisnis selanjutnya oleh mahasiswa lainnya.

b. Co-OP

Program ini merupakan program yang mengintegrasikan berbagai latar belakang ilmu yang didapatnya di bangku kuliah dengan pengalaman nyata dunia usaha. Di dunia internasional program

seperi ini dikenal dengan nama “work-integrated

learning” atau “work based learning”. Sedikit berbeda

dengan program “link and match” yang lebih dulu dicanangkan pemerintah yang lebih berorientasi pada “subject-based” atau “curriculumand

pracice-based learning”, Co-op lebih memeningkan “work

place experience” atau pengalaman dan berkegiatan

dalam dunia kerja nyata. Untuk pekerjaan yang dilakukannya, mahasiswa peserta mendapat kompensasi keuangan dari perusahaan atau tempat

bekerja. Selama mengikui kegiatan, mahasiswa

peserta program akan di evaluasi oleh petugas yang ditunjuk oleh perusahaan dan atau oleh mentor yang

ditunjuk oleh perguruan inggi dan setelah selesai akan mendapatkan seriikat.

Beberapa kendala yang dihadapi dalam upaya

pengembangan kewirausahaan di perguruan inggi,

diantaranya:.

a. Secara keseluruhan permasalahan yang ada pada

pelaksanaan PMW di berbagai perguruan inggi adalah : pada beberapa perguruan inggi pengelolaan

atau pelaksanaan program PMW masih dalm bentuk

kepaniiaan yang bergani seiap tahun dan belum ada lembaga khusus seperi Pusat Karir, padahal program

ini dirancang untuk melihat kemampuan mahasiswa

berwirausaha yang harusnya dipantau seiap saat dan dan seiap tahun. Akibatnya ingkat perkembangan,

31

Bab III Akuntabilitas Kinerja Tahun 2015

b. Pada tatanan pelaksanaan umumnya sudah mengikui prosedur seperi seleksi mahasiswa, pembekalan

mahasiswa, namun pada saat pencairan dana sering terlambat. Hal ini setelah didalami masih banyak

perguruan inggi yang belum mengetahui secara deil

program PMW atau kalau boleh dikatakan masih belum dianggap suatu program prioritas di perguruan

inggi. Hal ini terlihat seperi adanya perguruan inggi

yang belum tahu adanya program PMW padahal dana

ada di DIPA ada di perguruan inggi tersebut.

c. Mekanisme pengelolaan dana PMW di perguruan

inggi idak seragam,dan kebanyakannya berupa

hibah. Namun mekanisme kontrolnya sangat lemah

sehingga ingkat efekivitas eisiensi program kurang

terlihat, dan lebih banyak yang gagal.

Mengingat banyaknya kendala dilapangan pengelolaan PMW dan Co-OP, mungkin akan lebih baik kalau pengelolaan program PMW ini pusatkan kembalidan

dijadikan program kompeiif secara nasional, sehingga

lebih bisa dikontrol. Untuk itu perlu penyempurnaan panduan atau mekanisme pelaksanaannya.

3.

Persentase Lulusan Berseriikat Kompetensi

Persentase lulusan berseriikat kompetensi

merupakan indikator untuk mengukur lulusan perguruan

inggi yang lulus uji kompetensi yang diselenggarakan oleh organisasi profesi, lembaga pelaihan, atau lembaga seriikasi yang terakreditasi sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Dengan seriikat kompetensi yang terstandar, lulusan perguruan inggi Indonesia memiliki

daya saing untuk masuk dalam pasar kerja nasional, regional, ataupun internasional.

Seriikat kompetensi adalah dokumen pengakuan

kompetensi atas prestasi lulusan yang sesuai dengan keahlian dalam cabang ilmunya dan/atau memiliki prestasi diluar program studinya. Mengukur lulusan

perguruan inggi yang lulus uji kompetensi yang

diselenggarakan oleh organisasi profesi, lembaga

pelaihan, atau lembaga seriikasi yang terakreditasi

sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Dengan

seriikat kompetensi yang terstandar, lulusan perguruan inggi Indonesia memiliki daya saing untuk masuk dalam

pasar kerja nasional, regional, ataupun internasional.

Seriikat kompetensi yang kini menjadi kebutuhan bagi lulusan insitusi pendidikan vokasi menantang lembaga

pendidikan untuk melaksanakan proses pembelajaran

berbasis kompetensi. Sejumlah perguruan inggi dan

sekolah menengah kejuruan menjadi rujukan bagi

sekolah-sekolah lain untuk bisa ikut uji seriikasi.

Pemberlakuan MEA pada Desember 2015 menuntut lembaga pendidikan berbenah diri guna menyiapkan kualitas lulusan yang lebih baik.

Jika dibandingkan dengan target yang ditetapkan,

pada tahun 2015 ingkat capaian IKU ini belum mencapai

target yang ditetapkan. Dari target yang ditetapkan sebesar 55% baru berhasil terealisasi sebesar 54,55%, dengan persentase capaian kinerja sebesar 99,15%. IKU

Persentase lulusan berseriikat kompetensi adalah IKU

baru dalam rencana strategis 2005-2019 sehingga belum

bisa dibandingkan ingkat ketercapainnya dengan tahun

sebelumnya. Dalam rencana strategis 2015-2019, target di akhir periode perencanaan jangka menengah untuk

Persentase lulusan berseriikat kompetensi sebesar

75%, sampai dengan tahun 2015 Persentase lulusan

berseriikat kompetensi sudah mencapai 54,55% dengan

persentase capaian kinerja 72,73%.

Untuk mendukung dan menunjang keberhasilan mencapai target IKU ini, telah dilaksanakan kegiatan yaitu:

a. Uji Kompetensi Dokter

Dokter sebagai pelaku pelayanan kesehatan utama harus memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang

handal serta memiliki integritas eika/moral untuk

Dalam dokumen LAKIP RISTEKDIKTI 2015 website (Halaman 40-126)

Dokumen terkait