Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia
Tahun 2015
S
egala puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan Laporan Kinerja Tahun 2015 dalam rangka memenuhi kewajiban sebagaimana diamanahkan dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah, Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, serta Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi RI Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.Laporan kinerja Tahun 2015 ini menyajikan capaian kinerja sesuai target-target yang tercantum dalam Sasaran Renstra 2015-2019 yaitu meningkatnya kualitas
pembelajaran dan kemahasiswaan pendidikan inggi;
meningkatnya kualitas kelembagaan iptek dan pendidikan
inggi; meningkatnya relevansi, kualitas, dan kuanitas sumber daya iptek dan pendidikan inggi; meningkatnya relevansi dan produkivitas riset dan pengembangan;
dan menguatnya kapasitas inovasi, yang tercermin pada capaian Indikator Kinerja Utama (IKU). Sejalan dengan pelaksanaan Reformasi Birokrasi (RB), Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi terus meningkatkan akuntabilitas kinerjanya, diantaranya akan melakukan reviu Renstra 2015-2019, mempertajam Indikator Kinerja Utama (IKU) dan melakukan evaluasi atas capaian kinerja.
Dalam rangka membangun sinergi pelaksanaan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) dan peningkatan kinerja di kementerian, unit kerja dan satuan kerja, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi
sedang menyusun Peraturan Menteri tentang Pedoman Pelaksanaan SAKIP, Pedoman Penyusunan Laporan Kinerja PTN BH. Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi juga terus melakukan pengembangan sistem monitoring dan evaluasi (SIMonev) dalam rangka pemantauan dan evaluasi kinerja program, realisasi
capaian isik dan anggaran unit kerja dan satuan kerja
mandiri.Hal ini dimaksudkan untuk memberikan keyakinan yang memadai bahwa program-program strategis berjalan sesuai dengan yang ditargetkan.
Laporan kinerja ini disusun mengacu pada indikator-indikator yang telah ditetapkan dalam Renstra Tahun 2015–2019, serta berdasarkan prinsip transparansi dan akuntabilitas, agar masyarakat dan berbagai pihak yang
berkepeningan dapat memperoleh gambaran tentang
kinerja Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi.
Jakarta, Februari 2016
Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi,
Mohamad Nasir
PERNYATAAN TELAH DIREVIU
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
TAHUN ANGGARAN 2014
Kami telah mereviu Laporan Kinerja Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi
Tahun Anggaran 2015, sesuai Pedoman Reviu atas Laporan Kinerja. Substansi informasi yang
dimuat dalam Laporan Kinerja menjadi tanggung jawab manajemen Kementerian Riset,
Teknologi, dan Pendidikan Tinggi.
Reviu bertujuan untuk memberikan keyakinan terbatas laporan kinerja telah disajikan secara
akurat, andal, dan valid.
Berdasarkan reviu kami, idak terdapat kondisi atau hal-hal yang menimbulkan perbedaan
dalam meyakini keandalan informasi yang disajikan di dalam laporan kinerja ini.
Jakarta, Februari 2016
Inspektur Jenderal,
Jamal Wiwoho
NIP. 196111081987021001
Tim Penyusun
iv
Tim Penyusun
Penanggungjawab : Ainun Nai’im
Pengarah : Jamal Wiwoho Intan Ahmad Patdono Suwignjo
Ali Ghufron Muki Muhammad Dimyai
Jumain Appe
Ketua : Erry Ricardo Nurzal
Wakil Ketua : Moch. Wiwin Darwina
Sekretaris : E. Wahyudi
Anggota : Yusrial Bachiar
Sutrisna Wibawa Agus Indarjo John Hendri Prakoso
Hadirin Suryanegara Suyatno
Eddy Siswanto Sawitri Isnandari Agus Susilohadi Endang Taryono Zulfan Adrinaldi Akhmat Mahmudin M. Samsuri Wigit Jatmiko Arnold Achdijalsjah
Verawai Puspitaningtyas Rini Susani
v
Ikhisar EksektuifIkhtisar Eksekutif
L
aporan kinerja ini disusun sebagai wujud dan tekad Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi dalam melaksanakan kewajiban sebagaimana diamanahkan dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah, Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi RI Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.Tahun 2015, merupakan tahun pertama Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi melaksanakan Rencana Strategis (Renstra) 2015-2019 sejak bergabungnya Kementerian Riset dan Teknologi dan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi menjadi Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi.
Sesuai amanah Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2015, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang riset, teknologi, dan
pendidikan inggi untuk membantu Presiden dalam
menyelenggarakan pemerintahan negara. Dalam melaksanakan tugasnya, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi menyelenggarakan fungsi :
a. perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang standar kualitas sistem pembelajaran,
lembaga pendidikan inggi, sumber daya manusia serta sarana dan prasarana pendidikan inggi, dan keterjangkauan layanan pendidikan inggi;
b. perumusan dan penetapan kebijakan di bidang
standar kualitas lembaga peneliian, sumber daya
manusia, sarana dan prasarana riset dan teknologi, penguatan inovasi dan riset serta pengembangan teknologi, penguasaan alih teknologi, perlindungan Hak Kekayaan Intelektual, percepatan penguasaan,
pemanfaatan, dan pemajuan riset dan teknologi;
c. koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan kebijakan di bidang kelembagaan, sumber daya, penguatan riset dan pengembangan, serta penguatan inovasi ilmu
pengetahuan dan teknologi;
d. pemberian izin tertulis kegiatan peneliian dan
pengembangan oleh perguruan inggi asing, lembaga peneliian dan pengembangan asing, badan usaha
asing, dan orang asing di wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia;
e. pemberian izin tertulis kegiatan peneliian dan pengembangan terapan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang berisiko inggi dan berbahaya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
f. koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan Kementerian Riset,
Teknologi, dan Pendidikan Tinggi;
g. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab Kementerian Riset,
Teknologi, dan Pendidikan Tinggi;
Ikhisar Eksekuif
vi
Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi;
dan
i. pelaksanaan dukungan substanif kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi.
Untuk dapat menjalankan tugas dan fungsi, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi menetapkan visi, misi, tujuan dan sasaran strategis organisasi. Masing-masing sasaran strategis yang ditetapkan mempunyai
indikator kinerja sebagai alat untuk mengukur ingkat ketercapaiannya. Seiap tahun indikator kinerja diukur ingkat ketercapaiannya. Hasil pengukuran kinerja Tahun
2015 bisa dilihat dari ketercapaian masing-masing Indikator Kinerja Utama.
Untuk sasaran meningkatnya kualitas pembelajaran
dan kemahasiswaan pendidikan inggi, dari delapan
indikator kinerja, dua indikator kinerja belum mencapai target dan enam indikator kinerja mencapai target. Indikator kinerja yang belum mencapai target tersebut
adalah Persentase lulusan berseriikat kompetensi dan
Jumlah Prodi terakreditasi unggul. Sedangkan indikator
kinerja yang mencapai target adalah Angka Parisipasi
Kasar (APK) Perguruan Tinggi, Jumlah mahasiswa yang berwirausaha, Jumlah mahasiswa peraih medali emas
ingkat nasional dan internasional, Persentase lulusan
yang langsung bekerja, Jumlah LPTK yang meningkat mutu penyelenggaraan pendidikan akademik, dan
Jumlah calon pendidik mengikui Pendidikan Profesi Guru, sebagaimana terlihat pada Graik berikut ini.
Graik 1. Capaian Kinerja Sasaran Meningkatnya Kualitas Pembelajaran dan Kemahasiswaan Pendidikan Tinggi
Untuk sasaran meningkatnya kualitas kelembagaan
Iptek dan Diki, dari lima indikator kinerja, dua indikator kinerja belum mencapai target dan iga indikator kinerja
yang mencapai target. Indikator kinerja yang belum mencapai target tersebut adalah Jumlah Perguruan
Tinggi berakreditasi A (Unggul) dan Jumlah Taman Sains dan Teknologi yang dibangun. Sedangkan indikator kinerja yang mencapai target adalah Jumlah Perguruan Tinggi masuk top 500 dunia, Jumlah Taman dan Teknologi yang mature, Jumlah Pusat Unggulan Iptek.
103.61%
140.00% 99.18%
86.34%
191.84% 121.00%
100.00% 100.18%
0% 40% 80% 120% 160% 200%
Angka Partisipasi Kasar (APK) Perguruan Tinggi Jumlah mahasiswa yang berwirausaha Prosentase lulusan bersertifikat kompetensi Jumlah Prodi terakreditasi unggul Jumlah mahasiswa peraih medali emas tingkat nasional
dan internasional
Prosentase lulusan yang langsung bekerja Jumlah LPTK yang meningkat mutu penyelenggaraan
pendidikan akademik
vii
Ikhisar EksektuifGraik 2. Capaian Kinerja Sasaran Meningkatnya Kualitas Kelembagaan Iptek dan Diki
Untuk sasaran meningkatnya relevansi, kualitas, dan
kuanitas sumber daya Iptek dan Diki, dari enam indikator
kinerja, dua indikator kinerja belum mencapai target dan empat indikator kinerja yang mencapai target. Indikator kinerja yang belum mencapai target tersebut adalah Jumlah SDM Litbang yang meningkat kompetensinya,
Jumlah Revitalisasi sarpras lemlitbang dan PTN. Sedangkan indikator kinerja yang mencapai target adalah
Jumlah Dosen berkualiikasi S3, Jumlah SDM Diki yang meningkat kompetensinya, Jumlah Pendidik mengikui seriikasi dosen, dan Jumlah SDM Litbang berkualiikasi
Master dan Doktor.
Graik 3. Capaian Kinerja Sasaran Meningkatnya Relevansi, Kualitas, dan Kuanitas Sumber Daya Iptek dan Diki
100.00% 89.66% 79.22%
100.00%
158.33%
0% 50% 100% 150% 200%
Jumlah Perguruan Tinggi masuk top 500 dunia Jumlah Perguruan Tinggi berakreditasi A
(Unggul)
Jumlah Taman Sains dan Teknologi (TST) yang dibangun
Jumal Taman Sains dan Teknologi yang mature Jumlah Pusat Unggulan Iptek
105.31% 102.90%
134.20% 105.67% 94.74% 84.92%
0% 40% 80% 120%
Jumlah dosen Berkualifikasi S3 Jumlah SDM Dikti yang meningkat kompetensinya Jumlah pendidik mengikuti sertifikasi dosen Jumlah SDM Litbang berkualifikasi Master dan
Doktor
Jumlah SDM Litbang yang meningkat kompetensinya
Ikhisar Eksekuif
viii
Untuk sasaran meningkatnya relevansi dan produkivitas
riset dan pengembangan, dari empat indikator kinerja, dua indikator kinerja belum mencapai target dan dua indikator kinerja yang mencapai target. Indikator kinerja yang belum mencapai target tersebut adalah Jumlah
HKI yang didatarkan dan Jumlah Protoipe industri
(TRL 7). Sedangkan dua indikator kinerja yang mencapai target adalah Jumlah Publikasi internasional dan Jumlah
Protoipe R&D (TRL s.d 6).
Graik 4. Capaian Kinerja Sasaran Meningkatnya Relevansi dan Produkivitas Riset dan Pengembangan
Sedangkan untuk sasaran menguatnya kapasitas inovasi, dengan indikator kinerja Jumlah Produk Inovasi (produk hasil litbang yang telah diproduksi dan dimanfaatkan pengguna) sudah tercapai dengan capaian kinerja sebesar 150%.
Alokasi anggaran Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Tahun 2015 yang digunakan untuk
mendukung pencapaian sasaran strategis sebagaimana ditetapkan dalam perjanjian kinerja adalah sebesar Rp 46.638.632.038.000 dilaksanakan untuk membiayai dua fungi yaitu fungsi layanan umum dan fungsi pendidikan
inggi. Dari pagu anggaran tersebut untuk mencapai target
kinerja yang ditetapkan berhasil terserap sebesar Rp 38.453.779.810.642 atau persentase terserap anggaran sampai dengan Desember 2015 adalah sebesar 82,45%.
96.27% 129.19%
309.62% 80.00%
0% 50% 100% 150% 200% 250% 300%
Jumlah HKI yang didaftarkan Jumlah publikasi internasional Jumlah prototipe R&D (TRL s.d 6) Jumlah prototipe industri (TRL 7)
Tabel 1. Capaian Indikator Kinerja Utama Tahun 2015
No. SASARAN INDIKATOR
KINERJA UTAMA 2015 - 2019TARGET
TAHUN 2015
TARGET REALISASI %Capaian
1. Meningkatnya kualitas pembelajaran dan kemahasiswaan
pendidikan inggi
Angka Parisipasi Kasar (APK) Perguruan Tinggi 32,56% 26,86% 27,83% 103,61
Jumlah mahasiswa yang berwirausaha 4.000 2.000 2.800 140
Persentase lulusan berseriikat kompetensi 75% 55% 54,55% 99,18
Jumlah Prodi terakreditasi unggul 15.000 10.800 9.325 86,34
Jumlah mahasiswa peraih medali emas ingkat
nasional dan internasional 420 380 729 191, 84
Persentase lulusan yang langsung bekerja 90% 50% 60,5% 121
Jumlah LPTK yang meningkat mutu
penyelenggaraan pendidikan akademik 46 17 17 100
Jumlah calon pendidik mengikui Pendidikan
ix
Ikhisar EksektuifNo. SASARAN INDIKATOR
KINERJA UTAMA 2015 - 2019TARGET
TAHUN 2015
TARGET REALISASI %Capaian
2. Meningkatnya kualitas kelembagaan Iptek
dan Diki
Jumlah Perguruan Tinggi masuk top 500 dunia 5 2 2 100
Jumlah Perguruan Tinggi berakreditasi A
(Unggul) 194 29 26 89,66
Jumlah Taman Sains dan Teknologi (TST) yang
dibangun 100 77 61 79,22
Jumal Taman Sains dan Teknologi yang mature 58 6 6 100
Jumlah Pusat Unggulan Iptek 30 12 19 158,3
3. Meningkatnya relevansi, kualitas, dan
kuanitas sumber daya Iptek dan Diki
Jumlah dosen Berkualiikasi S3 41.500 23.500 24.747 105,3
Jumlah SDM Diki yang meningkat
kompetensinya 2.000 2.000 2.058 102,9
Jumlah pendidik mengikui seriikasi dosen 10.000 8.000 10.736 134,2
Jumlah SDM Litbang berkualiikasi Master dan
Doktor 5.450 3.350 3.540 105,7
Jumlah SDM Litbang yang meningkat
kompetensinya 505 95 90 94,7
Jumlah revitalisasi sarpras lemlitbang dan PTN 153 126 108 85,7 4. Meningkatnya
relevansi dan
produkivitas riset dan
pengembangan
Jumlah HKI yang didatarkan 2.305 1.580 1.521 96,27
Jumlah publikasi internasional 12.089 5.008 6.470 129,19
Jumlah protoipe R&D TRL s.d 6 1.081 530 1.641 309,62
Jumlah protoipe industri TRL 7 15 5 4 80
5. Menguatnya kapasitas inovasi
Jumlah produk inovasi (produk hasil litbang yang telah diproduksi dan dimanfaatkan pengguna)
Datar isi
x
Kata Pengantar ... i
PERNYATAAN TELAH DIREVIU ... iii
Tim Penyusun ... vi
Ikhisar Eksekuif ... v
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GRAFIK ... xv
BAB I PENDAHULUAN... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Maksud dan Tujuan ... 2
1.3. Tugas dan Fungsi ... 2
1.4. Struktur Organisasi ... 3
1.5. Sumber Daya Manusia ... 4
1.6. Anggaran ... 6
1.7. Sistemaika Penyajian ... 6
BAB II PERENCANAAN KINERJA ... 9
2.1. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 ... 9
2.2. Rencana Strategis (Renstra) 2015-2019 ... 12
2.3. Arah Kebijakan dan Strategi ... 15
2.4. Perjanjian Kinerja (PK) Tahun 2015 ... 15
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2015 ... 17
3.1. Pengendalian Kinerja ... 17
3.2. Pengukuran Kinerja ... 18
3.3. Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) ... 18
3.4. Capaian Indikator Kinerja Utama (IKU) ... 20
3.5. Analisis Capaian Kinerja ... 22
3.6. Realisasi Anggaran ... 108
BAB IV P E N U T U P ... 111
LAMPIRAN ... 113
xi
Datar GambarGambar 1.1. Bagan Struktur Organisasi Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi 5
Gambar 2.1. Kerangka Logis dan Program Kemenristekdiki dalam Mendukung Daya Saing 9
Gambar 3.1. Manajemen Kinerja Berorientasi Hasil (Output/Outcome) 17
Gambar 3.2. Rapat Pimpinan Terbatas Kemenristekdiki Tentang Review Renstra 19
Gambar 3.3. Kunjungan Menristekdiki ke Mahasiswa Penerima Bidikmisi di Malang 27
Gambar 3.4. Penyerahan Beasiswa Airmasi Papua di Universitas Brawijaya 27
Gambar 3.5. Penerima Medala Olimpiade Nasional MIP 37
Gambar 3.6. Pembukaan POMNAS XIV 2015 di Universitas Syiah Kuala 37
Gambar 3.7. Perbandingan Ranking PT Indonesia dan Malaysia 45
Gambar 3.8. Kunjungan Menristekdiki ke Provinsi Papua Barat 51
Gambar 3.9. Menristekdiki Memberikan Arahan di UNIPA 51
Gambar 3.10. Foto Bersama Direktur KST & Bajang Lainnya,Walikota Tarakan,
Rektor Universitas Borneo Tarakan Pada Pembukaan Workshop Pengembangan STP Kalimantan Utara
52
Gambar 3.11. Masterplan STP di Solo 53
Gambar 3.12. Kunjungan Kerja Dirjen Kelembagaan Iptekdiki ke Solo Techno Park 53
Gambar 3.13. Masterplan TP di Sragen 54
Gambar 3.14. Pertemuan Dirjen Kelembagaan Iptekdiki dengan Bupai Sragen membahas Pengembangan Sragen Techno Park
54
Gambar 3.15. Master Plan STP Palembang 55
Gambar 3.16. Kunjungan Kerja Menristekdiki di ATP – Palembang 55
Gambar 3.17. Dirjen Kelembagaan Iptekdiki berdiskusi dengan Stakehoders Pengembangan Peternakan Sapi di ATP Palembang
55
Gambar 3.18. Rencana Pembangunan TP di Kaur 56
Gambar 3.19. Site Plan Techno Park Sumbawa Rencana Pembangunan TP di Kaur 56
Gambar 3.20. Kunjungan Kerja Direktur KST dan Bajang Lainnya 57
Gambar 3.21. Kunjungan Kerja Menristekdiki di STP Riau di Lokasi Pembangunan Techno Park Sumbawa 57
Gambar 3.22. Masterplan STP Riau 57
Gambar 3.23. Lokasi dan Site Plan MSTP di Jepara 58
Gambar 3.24. Sekretaris Dirjen Kelembagaan Iptekdiki Mengalungkan Tanda Peserta Pada Pembukaan
Pelaihan Pengelolaan STP di MSTP Jepara 58
Datar Gambar
xii
Gambar 3.25. Kriteria Pusat Unggulan Iptek 61
Gambar 3.26. Target Capaian PUI Tahun 2015 – 2019 63
Gambar 3.27 Capaian Kinerja Pusat Unggulan Iptek 64
Gambar 3.28. Stand PUI pada Pameran RITECH EXPO dalam Rangka HAKTEKNAS 2015 64
Gambar 3.29. Deklarasi Penetapan PUI 2015 64
Gambar 3.30. Dokumentasi Kegiatan Beasiswa Luar Negeri 69
Gambar 3.31. Semilunar Flushing Valve Device 96
Gambar 3.32. Teknologi Greenhouse dan Aeroponik 97
Gambar 3.33. Mechatronic Training Unit-CNC 98
Gambar 3.34. Sistem Automaic Dependant Surveillance-Broadcast (ADS-B) 98
Gambar 3.35. Brake Unit Lokomoif 99
Gambar 3.36. Sistem Computer Based Interlocking (CBI) 100
Gambar 3.37. Protoipe Pindad Excavator 101
Gambar 3.38. Melon Varietas Kinani, Barata dan Ceria 101
Gambar 3.39. Teknologi Pengolahan Tepung Porang 102
Gambar 3.40. Alat Bantu Jalan-Parapodium Dinamik 103
Gambar 3.41. Kombinasi Lumensi Led - Ledikan 104
Gambar 3.42. Switch Remote Bluetooth untuk Lampu 105
Gambar 3.43. Sensor Kebakaran 105
Gambar 3.44. Zeta Green (Ukuran Two Level Reactor dan Single Level Reactor) 105
Gambar 3.45. Teknologi Flying BTS 106
xiii
Datar TabelTabel 1. Capaian Indikator Kinerja Utama Tahun 2015 vi
Tabel 1.1. Pegawai Kemenristekdiki Berdasarkan Unit Kerja 4
Tabel 1.2. Anggaran Kemenristekdiki Tahun 2015 6
Tabel 2.1. Sasaran Strategis dan IKU Renstra Kemenristekdiki 2015-2019 14
Tabel 2.2. Perjanjian Kinerja Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Tahun 2015 16
Tabel 3.1. Capaian Indikator Kinerja Utama Tahun 2015 21
Tabel 3.2. Capaian Sasaran Meningkatnya Kualitas Pembelajaran dan Kemahasiswaan Pendidikan Tinggi
24
Tabel 3.3. APK Perguruan Tinggi 25
Tabel 3.4. APK Perguruan Tinggi Nasional 25
Tabel 3.5. Penerima Beasiswa PPA 2012-2015 27
Tabel 3.6. Perbandingan Jumlah Mahasiswa ADik Papua dan 3 T Tahun 2012 – 2015 27
Tabel 3.7. Alokasi BOPTN 28
Tabel 3.8. Pertumbuhan Perguruan Tinggi dan Prodi 2010-2015 29
Tabel 3.9. Peserta Uji Kompetensi Dokter 32
Tabel 3.10. Jumlah Peserta Lulus Berdasarkan Program Studi 33
Tabel 3.11. Total Prodi berdasarkan peringkat dan jenjang 35
Tabel 3.12. Jumlah Prodi Terakreditasi Unggul 35
Tabel 3.13. Perolehan Medali Mahasiswa 37
Tabel 3.14. LPTK Yang Meningkat Mutu Penyelanggaraan Pendidikan 40
Tabel 3.15. Capaian Sasaran Meningkatnya Kualitas Kelembagaan Iptek dan Diki 43
Tabel 3.16. Ranking Perguruan Tinggi Indonesia 2011-2015 45
Tabel 3.17 Akreditasi Perguruan Tinggi 2012-2015 47
Tabel 3.18. Perguruan Tinggi dengan Akreditasi A 47
Tabel 3.19. STP yang Dibangun Tahun 2015 50
Tabel 3.20. Realisasi Program Pusat Unggulan Iptek (PUI) 62
Tabel 3.21. Capaian Sasaran Meningkatnya Relevansi, Kualitas, dan Kuanitas Sumber Daya Iptek dan
Diki 66
Tabel 3.22. Perkembangan Jumlah Dosen Berkualiikasi S2 dan S3 66
Datar Tabel
xiv
Tabel 3.23. Jumlah Dosen di Beberapa Negara 67
Tabel 3.24. Beasiswa S2/S3 Luar Negeri (2011-2015) 68
Tabel 3.25. Beasiswa S2/S3 Dalam Negeri (2012-2015) 70
Tabel 3.26. SDM Diki yang Meningkat Kompetensinya 70
Tabel 3.27. Hasil Pelaihan Kompetensi SDM Diki 70
Tabel 3.28. Dosen Mengikui Program Sandwich-like Luar Negeri (2011-2015) 72
Tabel 3.29. Peserta Lesson Study Tahun 2013-2015 73
Tabel 3.30. Jumlah Peserta Pelaihan Bahasa Asing 73
Tabel 3.31. Pendidik Mengikui Seriikasi Dosen 75
Tabel 3.32. Pelaksanaan Program Karyasiswa S2 dan S3 77
Tabel 3.33. Capaian Kinerja Sasaran Meningkatnya Relevansi dan Produkivitas Riset dan Pengembangan
79
Tabel 3.34. Pendataran HKI Tahun 2011-2015 80
Tabel 3.35. Kegiatan dan Pelaihan/Workshop dalam Rangka Pendataran HKI 81
Tabel 3.36. Publikasi Internasional Negara ASEAN 1996-2014 82
Tabel 3.37. Rekapitulasi Publikasi Nasional dan Internasional 83
Tabel 3.38. Scieniic Journal Ranking (SJR) 84
Tabel 3.39. Pelaihan/workshop dalam Rangka Publikasi Internasional 85
Tabel 3.40. 9 (Sembilan) Tingkat Kesiapan Teknologi (TRL, Technology Readiness Level) 87
Tabel 3.41. Jumlah Prototype R&D (TRL s.d 6) 2012-2015 88
Tabel 3.42. Capaian Kegiatan InSInas 89
Tabel 3.43. Capaian Peneliian Perguruan Tinggi 90
Tabel 3.44. Jumlah Protoipe Laik Industri (TRL 7) 90
Tabel 3.45. Capaian Kinerja Prototype Industri 91
Tabel 3.46. Capaian Sasaran Menguatnya Kapasitas Inovasi 93
Tabel 3.47. Realisasi Anggaran Kemenristekdiki Tahun 2015 Berdasarkan Unit 108
xv
Datar GraikGraik 1. Capaian Kinerja Sasaran Meningkatnya Kualitas Pembelajaran dan Kemahasiswaan Pendidikan Tinggi
iv
Graik 2. Capaian Kinerja Sasaran Meningkatnya Kualitas Kelembagaan Iptek dan Diki v
Graik 3. Capaian Kinerja Sasaran Meningkatnya Relevansi, Kualitas, dan Kuanitas Sumber Daya Iptek
dan Diki v
Graik 4. Capaian Kinerja Sasaran Meningkatnya Relevansi dan Produkivitas Riset dan Pengembangan vi
Graik 1.1. Pegawai Kemenristekdiki Berdasarkan Pendidikan Terakhir 5
Graik 1.2. Alokasi Anggaran Berdasarkan Belanja Tahun 2015 6
Graik 3.1. Peminat dan Daya Tampung Bidik Misi (2010-2015) 26
Graik 3.2. Distribusi IPK Rata-Rata Nasional Bidik Misi 27
Graik 3.3. Jumlah Peserta Magang (2011-2015) 73
Graik 3.4. Perkembangan Jumlah Peserta PAR/SAME (2011-2015) 74
Graik 3.5. Jumlah PTN yang Mengalami Revitalisasi Sarana dan Prasarana 78
1
Bab I Pendahuluan1.1.
Latar Belakang
Ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) dan
pendidikan inggi merupakan faktor pening dalam
pembangunan di Indonesia. Hal ini tercermin dalam Undang-Undang Dasar (UUD) yang menjadi acuan dalam pengambilan kebijakan pemerintah. Dasar hukum
pembangunan iptek nasional dan pendidikan inggi
tersebut adalah UUD Negara Republik Indonesia 1945 Amandemen ke-4 Pasal 28 C ayat (1) dan Pasal 31 ayat (1), ayat (3), ayat (4), dan ayat (5).
Dalam UUD Pasal 28 C ayat (1) disebutkan bahwa
“Seiap orang berhak mengembangkan diri melalui
pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapatkan pendidikan, dan memperoleh manfaat dari iptek, seni, dan budaya demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia”. Selanjutnya dalam UUD
Pasal 31 ayat (1) dijelaskan bahwa seiap warga negara
berhak mendapatkan pendidikan. Sementara itu, Pasal 31 ayat (3) menyebutkan bahwa Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang.
Di samping itu, Pasal 31 ayat (4) menjelaskan bahwa negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20% dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan nasional. Tambahan pula, Pasal 31 ayat (5) menyatakan bahwa Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan
B ab I
Pendahuluan
teknologi dengan menjunjung inggi nilai-nilai agama dan
persatuan bangsa untuk memajukan peradaban serta kesejahteraan umat manusia.
Pembangunan iptek dan pendidikan inggi
hanya akan memberikan kontribusi nyata terhadap pembangunan nasional dalam upaya meningkatkan kemajuan dan kesejahteraan masyarakat, jika
pembangunan iptek dan pendidikan inggi mampu
menghasilkan produk teknologi dan inovasi serta sumber daya manusia yang terampil untuk memenuhi kebutuhan masyarakat atau dapat menjadi solusi bagi permasalahan nyata yang dihadapi oleh masyarakat.
Mengingat peningnya iptek dan pendidikan inggi dalam
pembangunan di Indonesia, Pemerintah Indonesia telah
menggabungkan riset, teknologi, dan pendidikan inggi
menjadi satu kementerian, yaitu Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi. Restrukturisasi dan
penggabungan ristek dan diki diharapkan akan semakin meningkatkan produkivitas dan relevansi peneliian baik di Perguruan Tinggi maupun Lembaga Peneliian lainnya.
Keberhasilan pembangunan iptek dan pendidikan
inggi yang telah dicapai pada periode 2010-2014 merupakan langkah yang sangat pening bagi keberhasilan
yang lebih besar dan menyeluruh untuk pencapaian pada
periode 2015-2019. Ada sasaran strategis paling pening
dari Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi untuk periode 5 tahun mendatang yaitu : 1. Peningkatan
mutu pendidikan inggi; 2. Hilirisasi hasil peneliian.
Upaya strategis tersebut ditujukan untuk peningkatan
pembangunan iptek dan pendidikan inggi sehingga
2
Bab I Pendahuluansumber daya manusia yang terampil untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, yang pada akhirnya berkontribusi nyata terhadap pembangunan nasional dalam upaya meningkatkan kemajuan dan kesejahteraan masyarakat.
1.2.
Maksud dan Tujuan
Maksud penyusunan laporan kinerja Kementerian Riset,Teknologi dan Pendidikan Tinggi tahun 2015 adalah sebagai bentuk pertanggungjawaban Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi kepada Presiden atas pelaksanaan program/kegiatan dan pengelolaan anggaran dalam rangka mencapai Visi dan Misi yang telah ditetapkan. Adapun tujuan penyusunan laporan ini adalah untuk menilai dan mengevaluasi pencapaian sasaran dan kinerja Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi.
1.3.
Tugas dan Fungsi
Sesuai Perpres No. 7 Tahun 2015 Tentang Organisasi Kementerian Negara, Pasal 2 ayat (3) Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi merupakan Kementerian yang menangani urusan pemerintahan yang ruang lingkupnya disebutkan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang selanjutnya dalam Peraturan Presiden ini disebut Kementerian Kelompok II.
Pasal 4 ayat (1), Kementerian Kelompok I dan Kementerian Kelompok II mempunyai tugas menyelenggarakan urusan tertentu dalam pemerintahan untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1), Kementerian Kelompok II menyelenggarakan fungsi: a. perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan
di bidangnya; b. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawabnya; c. pengawasan atas pelaksanaan tugas di bidangnya; d. pelaksanaan
bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan
Kementerian di daerah; dan e. pelaksanaan kegiatan
teknis yang berskala nasional.
Dalam melaksanakan tugasnya, sesuai amanah Perpres No. 13 Tahun 2015 Pasal 2, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
riset, teknologi, dan pendidikan inggi untuk membantu
Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara.
Selanjutnya dalam Pasal 3, dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi menyelenggarakan fungsi:
a. perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang standar kualitas sistem pembelajaran,
lembaga pendidikan inggi, sumber daya manusia serta sarana dan prasarana pendidikan inggi, dan keterjangkauan layanan pendidikan inggi;
b. perumusan dan penetapan kebijakan di bidang
standar kualitas lembaga peneliian, sumber daya
manusia, sarana dan prasarana riset dan teknologi, penguatan inovasi dan riset serta pengembangan teknologi, penguasaan alih teknologi, penguatan kemampuan audit teknologi, perlindungan Hak Kekayaan Intelektual, percepatan penguasaan,
pemanfaatan, dan pemajuan riset dan teknologi;
c. koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan kebijakan di bidang kelembagaan, sumber daya, penguatan riset dan pengembangan, serta penguatan inovasi ilmu
pengetahuan dan teknologi;
d. pemberian izin tertulis kegiatan peneliian dan
pengembangan oleh perguruan inggi asing, lembaga peneliian dan pengembangan asing, badan usaha
asing, dan orang asing di wilayah Negara Kesatuan
3
Bab I Pendahuluane. pemberian izin tertulis kegiatan peneliian dan pengembangan terapan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang berisiko inggi dan berbahaya
sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
f. koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan Kementerian Riset,
Teknologi, dan Pendidikan Tinggi;
g. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab Kementerian Riset,
Teknologi, dan Pendidikan Tinggi;
h. pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan
Tinggi; dan
i. pelaksanaan dukungan substanif kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi.
Satu hal pening dalam hal pelaksanaan tugas
pokok dan fungsi lembaga-lembaga publik adalah implementasi tata kelola pemerintahan yang baik. Untuk itu, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi menyadari sepenuhnya bahwa aspek tata kelola kepemerintahan yang baik merupakan landasan awal bagi kesuksesan tercapainya Visi dan Misi organisasi. Harus diakui pula, tantangan yang dihadapi organisasi sangatlah berat seiring dengan perkembangan lokal dan global yang menuntut organisasi harus mampu beradaptasi dengan
cepat terhadap perubahan-perubahan dan trend baru yang terjadi.
1.4.
Struktur Organisasi
Struktur Organisasi Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi No. 15 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, terdiri atas :
a. Sekretariat Jenderal;
b. Direktorat Jenderal Pembelajaran dan
Kemahasiswaan;
c. Direktorat Jenderal Kelembagaan Ilmu Pengetahuan,
Teknologi,dan Pendidikan Tinggi;
d. Direktorat Jenderal Sumber Daya Ilmu Pengetahuan,
Teknologi, dan Pendidikan Tinggi;
e. Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan
Pengembangan;
f. Direktorat Jenderal Penguatan Inovasi; g. Inspektorat Jenderal;
h. Staf Ahli Bidang Akademik; i. Staf Ahli Bidang Infrastuktur;
j. Staf Ahli Bidang Relevansi dan Produkivitas;
k. Pusat Data dan Informasi Ilmu Pengetahuan,
Teknologi, dan Pendidikan Tinggi;
l. Pusat Peneliian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi; dan
4
Bab I PendahuluanGambar 1.1. Bagan Struktur Organisasi Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi
1.5.
Sumber Daya Manusia
Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi
didukung oleh 119.614 orang pegawai yang terdiri dari 1.264 pegawai pusat dan 118.350 pegawai PTN dan
Koperis.
Tabel 1.1. Pegawai Kemenristekdiki Berdasarkan Unit Kerja
No Unit Kerja Jenis Kelamin Jumlah
Pria Wanita
1 Menteri 1 1
2 Staf Ahli Bidang Akademik 1 1
3 Staf Ahli Bidang Infrastruktur 1 1
4 Staf Ahli Bidang Relevansi Dan Produkivitas 1 1
5
Bab I PendahuluanNo Unit Kerja Jenis Kelamin Jumlah
Pria Wanita
Sekretaris Jenderal 1 1
Biro Perencanaan 15 13 28
Biro SDM 38 29 67
Biro Keuangan dan Umum 57 23 80
Biro Hukum dan Organisasi 20 13 33
Biro Kerjasama dan Komunikasi Publik 8 18 26
6 Inspektorat Jenderal 24 14 38
7 Ditjen Pembelajaran dan Kemahasiswaan 58 42 100
8 Ditjen Kelembagaan Iptek dan Diki 62 63 125
9 Ditjen Sumber Daya Iptek dan Diki 62 33 95
10 Ditjen Penguatan Riset dan Pengembangan 93 70 163
11 Ditjen Penguatan Inovasi 76 46 122
12 Pusat Data dan Informasi Iptek dan Diki 21 7 28
13 Pusat Ilmu Pengetahuan dan Teknologi 284 38 322
14 Pusat Pendidikan dan Pelaihan 24 8 32
15 PTN/Koperis 118.350
Total 119.614
Dari segi pendidikan terakhir pegawai
Kemenristekdiki untuk pegawai pusat didominasi oleh S-1 dengan persentase 39,7% diikui dengan SLTA 27,1% .
Graik 1.1. Pegawai Kemenristekdiki Berdasarkan Pendidikan Terakhir
3% 4%
27%
5% 40%
16% 5%
SD SLTP SLTA DIPLOMA S-1 S-2 S-3
Terkait dengan pelaksanaan Reformasi Birokrasi,
Kementerian PAN&RB telah melakukan evaluasi atas
kemajuan pelaksanaan reformasi birokrasi pada 22 (dua puluh dua) kementerian/lembaga, termasuk Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi. Hasil penilaian evaluasi kemajuan reformasi
birokrasi adalah 63,89. Kementerian PAN&RB telah
merekomendasikan kepada Menteri Keuangan RI dengan surat Nomor: B/3563/M.PANRB/11/2015 tanggal 9 Nopember 2015 tentang Permohonan Izin Prinsip Penyesuaian Tunjangan Kinerja, sebagai dasar penyusunan Peraturan Presiden tentang Tunjangan Kinerja. Saat ini Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi sedang menyiapkan dokumen
6
Bab I Pendahuluan1.6.
Anggaran
Pagu anggaran Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Tahun 2015 sebesar
Tabel 1.2. Anggaran Kemenristekdiki Tahun 2015
No Satuan Kerja Pagu Proporsi
1 DITJEN KELEMBAGAAN 259.769.437.000 0,557%
2 DITJEN BELMAWA 4.432.550.807.000 9,504%
3 DITJEN SUMBER DAYA 1.844.487.444.000 3,955%
4 SETJEN 2.928.682.102.000 6,280%
5 PTN/KOPERTIS 35.556.706.132.000 76,239%
6 DITJEN PENGUATAN RISBANG 1.560.133.811.000 3,345%
7 DITJEN PENGUATAN INOVASI 53.992.670.000 0,116%
8 ITJEN 2.309.635.000 0,005%
GrandTotal 46.638.632.038.000 100,00%
Rp46.638.632.038.000 dengan proporsi terbesar adalah
anggaran untuk PTN dan Koperis sebesar 76% dan
sisanya dialokasikan untuk Unit Utama.
Dari sisi jenis belanja paling besar dialokasikan untuk belanja barang sebesar 44%, belanja pegawai 26%, belanja modal 24% dan belanja bantuan sosial 6%.
Graik 1.2. Alokasi Anggaran Berdasarkan Belanja Tahun 2015
1.7.
Sistemaika Penyajian
Laporan kinerja ini melaporkan capaian kinerja Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi
tahun 2015 sesuai Rencana Strategis (Renstra) tahun 2015-2019. Analisis Capaian Kinerja (performance result) diperbandingkan dengan Perjanjian Kinerja (performance
agreement) sebagai tolok ukur keberhasilan organisasi,
yang memungkinkan diideniikasinya sejumlah celah
7
Bab I Pendahuluanmasa mendatang.
Sistemaika penyajian Laporan Kinerja
Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Tahun 2015 adalah sebagai berikut :
1. Ikhisar Eksekuif, menyajikan ringkasan pencapaian kinerja Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Tahun 2015.
2. Bab. I - Pendahuluan, menjelaskan latar belakang penyusunan laporan, maksud dan tujuan, tugas dan fungsi, serta struktur organisasi, sumber daya manusia dan anggaran.
3. Bab. II – Perencanaan dan Perjanjian Kinerja,
menjelaskan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015-2019, Rencana Strategis, Arah Kebijakan dan Strategi, dan Perjanjian Kinerja 2015.
4. Bab. III – Akuntabilitas Kinerja Tahun 2015, menjelaskan tentang pengendalian, pengukuran dan sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah, serta pencapaian kinerja sebagai pertanggungjawaban terhadap pencapaian sasaran strategis pada tahun 2015.
9
Bab II Perencanaan Kinerja2.1.
Rencana Pembangunan Jangka
Mene-ngah Nasional (RPJMN) 2015-2019
Agenda pembangunan Indonesia berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) keiga (2015-2019) adalah memantapkan
pembangunan secara menyeluruh dengan menekankan
pembangunan keunggulan kompeiif perekonomian
dengan berbasis pada Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia, SDM yang berkualitas, serta kemampuan Iptek.
Dari sisi daya saing, Indonesia saat ini menempai posisi
ke-34 dalam Global Compeiiveness Report (GCR) tahun 2014-2015. Ini adalah posisi terbaik Indonesia sejak 2010
dimana keika itu berada di posisi ke-44 dan sempat
memburuk di tahun 2012-2013 dimana Indonesia berada pada peringkat 50. Namun demikian, Indonesia masih berada di bawah Singapura (peringkat ke-2), Malaysia (peringkat ke-20), bahkan Thailand (peringkat ke-31).
Menurut World Economic Forum (WEF), pilar pembentuk daya saing ada 12 buah. Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi berkontribusi terhadap peningkatan indeks dari pilar kelima (pendidikan dan
pelaihan pendidikan inggi) dan pilar kedua belas
(inovasi) dalam upayanya mendukung daya saing.
Untuk mewujudkan peningkatan indeks
pendidikan dan pelaihan pendidikan inggi dan inovasi,
ada dua direct core element yang harus diingkatkan oleh Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi,
yaitu inovasi dan tenaga kerja terampil diki seperi
diperlihatkan dalam Gambar 2.1. Dua direct core element tersebut didukung oleh indirect core element, yaitu
B ab I I
Perencanaan Kinerja
peneliian dan pengembangan serta didukung juga oleh
dua supporing element, yaitu lembaga yang berkualitas dan sumber daya yang berkualitas. Untuk mewujudkan peningkatan kedua indeks tersebut, maka direct core
element, indirect core element, dan supporing element
ini harus ada dan saling mendukung satu sama lain.
Gambar 2.1. Kerangka Logis dan Program Kemenristekdiki dalam Mendukung Daya Saing
Pada lima elemen tersebut, masih ditemui beberapa permasalahan. Pertama adalah lembaga yang berkualitas. Data GCR tahun 2013-2014 memperlihatkan bahwa kualitas lembaga riset iptek berada pada posisi 46,
sementara itu Indonesia menempai posisi ke-43 pada
tahun 2009-2010 dari 133 negara. Oleh karena itu, kualitas
kelembagaan iptek masih harus diingkatkan. Beberapa hal yang perlu dicermai dalam kaitan ini misalnya aspek
tata kelola administrasi lemlitbang pemerintah masih
sangat rumit sehingga akan menghambat efekivitas
10
Bab II Perencanaan KinerjaIsu yang cukup mendasar dalam konteks Kelembagaan Iptek adalah revitalisasi kelembagaan
khususnya dalam upaya membangun leksibilitas
kelembagaan iptek dan mendorong lemlitbang untuk menjadi pusat unggulan atau center of excellence. Salah satu upaya dalam mendukung berkembangnya
Pusat Unggulan adalah dengan mendorong efekivitas
pelaksanaan akreditasi dengan penjaminan mutu lembaga litbang yang dilakukan oleh Komite Nasional Akreditasi
Pranata Peneliian dan Pengembangan (KNAPPP). Karena pelaksanaannya idak bersifat mandatory, belum banyak pranata litbang yang telah terakreditasi KNAPPP. Oleh karena itu, perlu segera dilakukan revitalisasi terhadap kelembagaan KNAPPP dan revisi pedoman KNAPPP untuk dapat digunakan sebagai standar nasional dalam proses akreditasi dan penjaminan mutu lembaga litbang.
Selain itu, kualitas pendidikan inggi masih relaif rendah baik dalam konteks insitusi (Perguruan Tinggi)
maupun program studi yang diindikasikan oleh mayoritas Perguruan Tinggi hanya berakreditasi C dan masih sangat sedikit yang berakreditasi A atau B. Disamping itu, Perguruan Tinggi Indonesia juga belum mampu
berkompeisi dengan Perguruan Tinggi negara lain bahkan masih teringgal dari negara-negara di kawasan
Asia Tenggara sekalipun. Sejumlah lembaga internasional secara berkala melakukan survei untuk menyusun peringkat universitas terbaik dunia dan menempatkan universitas-universitas Indonesia, bahkan yang berstatus paling baik di Indonesia sekalipun berada pada posisi yang masih rendah.
Elemen kedua adalah sumber daya yang
berkualitas. Bertolak dari fakta yang ada sekarang bahwa berdasarkan data GCR peringkat ketersediaan ilmuwan dan engineer masih berada di peringkat 40 dunia pada tahun 2013-2014. Angka ini mengalami penurunan jika dibandingkan tahun 2009-2010 yang berada pada peringkat 31. Hal ini menunjukkan bahwa kemajuan Indonesia dalam menangani masalah SDM Iptek khususnya ketercukupan jumlah dosen, ilmuwan,
dan perekayasa masih perlu diingkatkan. Pemerintah
juga berusaha memfasilitasi peningkatan kapasitas SDM Iptek di lembaga litbang pemerintah melalui pemberian
beasiswa pendidikan S2 dan S3, maupun pelaihan.
Dari aspek investasi litbang, perhaian pemerintah terhadap iptek dalam iga dekade terakhir menunjukkan penurunan terus menerus. Indikasi bahwa perhaian
pemerintah semakin rendah terlihat pada fakta bahwa sepanjang tahun 1980-2012 terjadi penurunan rasio antara anggaran yang dialokasikan untuk litbang pemerintah terhadap keseluruhan anggaran dalam APBN. Memang secara nominal rupiah terjadi peningkatan, namun rasio terhadap keseluruhan APBN terus mengalami penurunan (LIPI, 2012).
Pemerintah masih merupakan penyedia dana
terbesar dan juga pelaku terbesar dari kegiatan peneliian
dan pengembangan di Indonesia sedangkan sektor swasta masih sangat terbatas peranannya, baik sebagai pelaku apalagi sebagai penyedia dana. Rasio belanja litbang sektor pemerintah di Indonesia saat ini sebesar 82,3%, sementara sektor swasta hanya sebesar 17,7% (Survey Litbang Sektor Industri Manufaktur, 2011).
Sebagai perbandingan di negara lain seperi Malaysia,
rasio belanja litbang pemerintahnya hanya sebesar 15% sedangkan sektor swastanya sebesar 85% (tahun 2006). Thailand memiliki rasio belanja litbang pemerintah sebesar 55% sedangkan yang bersumber dari swasta sebesar 45%.
Terkait sarana-prasarana litbang yang telah dibangun di berbagai lokasi, di antaranya yang paling menonjol adalah di kawasan Puspiptek Serpong yang di dalamnya terdapat 35 laboratorium yang dikembangkan untuk mendukung fungsi litbang berbagai lemlitbang di antaranya LIPI, BATAN, BPPT, dan Kementerian Lingkungan Hidup juga perlu direvitalisasi untuk mendukung relevansi
dan produkivitas iptek. Sedangkan untuk meningkatkan
akses mahasiswa belajar di Perguruan Tinggi, banyak Perguruan Tinggi yang masih kekurangan gedung belajar,
11
Bab II Perencanaan KinerjaKemudian, untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi agar bisa menjadi negara dengan pendapatan
inggi, Indonesia membutuhkan banyak tenaga terampil
dari berbagai profesi. Sayangnya pendidikan profesi dan
seriikasi tenaga terampil terlambat dilaksanakan di
Indonesia. Meskipun pendidikan profesi dokter, akuntan, dan pengacara sudah dilaksanakan cukup lama tetapi
beberapa pendidikan profesi, seperi profesi insinyur
yang sangat dibutuhkan di lapangan kerja sampai sekarang belum dilaksanakan. Keterlambatan yang lebih
parah lagi terjadi pada seriikasi tenaga terampil. Sampai sekarang uji kompetensi dan seriikasi tenaga terampil
baru dilakukan untuk profesi dokter dan dimulai tahun 2014. Untuk tenaga profesi yang lain misalkan insinyur, akuntan, dan arsitek belum dilakukan.
Kebutuhan tenaga terampil yang berseriikat menjadi lebih pening lagi saat diberlakukannya
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Pada saat itu,
tenaga terampil yang idak berseriikat akan sulit untuk bersaing dengan tenaga terampil berseriikat dalam
mendapatkan pekerjaan. Lebih-lebih lagi jika tenaga kerja terampil Indonesia untuk bisa bersaing di lapangan kerja
di luar negeri harus mempunyai seriikat profesi yang idak hanya diakui oleh Indonesia tetapi juga diakui oleh
negara-negara lain. Kedepan, Indonesia harus segera
melakukan seriikasi pada tenaga terampilnya agar
mampu bersaing dengan tenaga kerja asing di pasar
tenaga kerja domesik maupun internasional.
Permasalahan lain terkait dengan sumber daya
pendidikan inggi di Indonesia juga terjadi pada Lembaga
Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK). Permasalahan pokok pada pendidikan calon guru di LPTK adalah banyaknya jumlah LPTK dan rendahnya mutu LPTK yang merupakan wahana untuk meningkatkan tenaga pendidik.
Sementara itu, elemen keiga adalah peneliian
dan pengembangan yang ditunjukkan oleh produkivitas
iptek yang dinilai oleh dua indikator yaitu paten dan publikasi ilmiah. Berdasarkan data dapat dilihat bahwa
sekitar 90% permohonan hak paten yang mendatarkan
ke Direktorat Jenderal HKI merupakan paten dari luar negeri dan sisanya sekitar 10% merupakan paten
domesik Indonesia. Hal tersebut mengindikasikan
bahwa sampai saat ini, Indonesia masih tergantung dan dikuasai oleh teknologi dari luar dibandingkan dari dalam
negeri. Pendataran paten domesik Indonesia jika dilihat
dari tahun 2001 s/d 2013 semakin bertambah akan tetapi
jumlah pendataran paten domesik tersebut sangat jauh jika dibandingkan dengan jumlah pendataran paten dari
luar negeri yang mengajukan ke Direktorat Jenderal HKI-Kementerian Hukum dan HAM.
Ukuran lainnya dari produkivitas iptek adalah
jumlah publikasi (dokumen). Dalam hal ini, menurut
Scieniic Journal Ranking (SJR), Indonesia berada pada peringkat ke-61 dengan H-index sebesar 112. H-index merupakan indeks komposit dari 5 indikator: (1) jumlah
dokumen (publikasi) dari tahun 1996-2007; (2) jumlah publikasi yang layak dikuip (citable documents); (3) jumlah kuipan (citaions); (4) jumlah kuipan sendiri (self citaion); dan (5) jumlah kuipan per dokumen (citaions
per document). Di antara negara-negara ASEAN, Indonesia
hanya lebih baik dari Vietnam dan Filipina.
Kedepan upaya mendorong peningkatan perolehan HKI, Kementerian Riset, Teknologi, dan
Pendidikan Tinggi melalui instrumen kebijakan Insenif
Riset SINas disamping riset-riset dasar dan terapan untuk meningkatkan academic exelance juga mendorong lebih banyak lagi pelaksanaan riset melalui pola konsorsium yang melibatkan lembaga litbang, pemerintah dan dunia usaha/industri sehingga menghasilkan prototype yang dapat diadopsi oleh industri. Disamping itu juga
memfasilitasi peningkatan perolehan HKI domesik, dengan memberikan insenif berupa insenif inventor yang ingin mendatarkan paten, dan fasilitasi
pembentukan dan penguatan sentra HKI.
Elemen keempat adalah pembelajaran dan kemahasiswaan. Permasalahan pokok yang mengemuka
12
Bab II Perencanaan Kinerjabahkan keimpangan ingkat parisipasi antara kelompok
masyarakat kaya dan miskin tampak nyata, masing-masing 43,6% dan 4,4% (Susenas 2012). Kelompok masyarakat
miskin idak mampu menjangkau layanan pendidikan inggi karena kesulitan ekonomi dan terhambat oleh keiadaan biaya. Kendala inansial menjadi masalah
utama bagi lulusan-lulusan sekolah menengah dari keluarga miskin untuk melanjutkan ke Perguruan Tinggi.
Selain itu, angka pengangguran terdidik masih
cukup inggi yang mengindikasikan bahwa relevansi dan daya saing pendidikan inggi masih rendah dan keidakselarasan antara Perguruan Tinggi dan dunia
kerja. Pengangguran terdidik memberi indikasi bahwa program-program studi yang dikembangkan di Perguruan Tinggi mengalami kejenuhan karena peningkatan jumlah
lulusan idak sebanding dengan pertumbuhan pasar
kerja. Bagi lulusan Perguruan Tinggi yang terserap di pasar kerja, sebagian besar (60%) bekerja di bidang pekerjaan yang termasuk kategori white collar jobs (manajer, profesional) yang menuntut keahlian/keterampilan
inggi dan penguasaan ilmu khusus (insinyur, dokter,
guru). Namun, sebagian dari mereka (30%) juga ada yang bekerja di bidang pekerjaan yang bersifat semi terampil (tenaga administrasi, sales) bahkan ada juga yang berketerampilan rendah sehingga harus bekerja di bagian produksi (blue-collar jobs). Gejala ini memberi gambaran bahwa kurikulum yang dikembangkan di Perguruan Tinggi
kurang relevan dan idak sesuai dengan kebutuhan dunia
usaha atau dunia industri.
Perguruan Tinggi juga belum sepenuhnya dapat melahirkan lulusan-lulusan berkualitas yang memiliki daya saing mumpuni. Relevansi dan daya saing lulusan
perguruan inggi sangat ditentukan oleh penguasaan iga
hal, yaitu: (i) academic skills yang berhubungan langsung dengan bidang ilmu yang ditekuni di Perguruan Tinggi, (ii)
generic/lifeskills yang merujuk pada serangkaian dan jenis-jenis keterampilan yang diperoleh selama menempuh pendidikan yang dapat diaplikasikan di lapangan kerja
serta mencakup banyak hal seperi kemampuan berpikir
kriis-kreaif, pemecahan masalah, komunikasi, negosiasi, kerja dalam im, dan kepemimpinan, dan (iii) technical
skills yang berkaitan dengan profesi spesiik yang
mensyaratkan pengetahuan dan keahlian agar berkinerja bagus pada suatu bidang pekerjaan.
Elemen kelima adalah inovasi. Fakta menunjukkan bahwa pemanfaatan teknologi dalam negeri di industri
masih perlu diingkatkan. Data hasil survei Kemenristek–
BPPT (2011) terhadap industri manufaktur menyatakan bahwa 58% teknologi di industri diperoleh dari luar negeri dan hanya sekitar 31% yang menyatakan diperoleh dari dalam negeri. Jepang, Cina, Jerman dan Taiwan menjadi negara yang paling besar teknologinya digunakan oleh industri di dalam negeri. Meskipun anggaran untuk
peneliian semakin tahun semakin besar, besarnya
anggaran penelitan sebelum tahun 2015 belum mampu
mendanai peneliian sampai ke hilir, yaitu peneliian yang
mampu mendatangkan manfaat ekonomi secara langsung pada masyarakat luas. Hal ini disebabkan hilirisasi
peneliian membutuhkan anggaran yang besar. Sebagai akibatnya, selama ini peneliian di Perguruan Tinggi kebanyakan berheni sampai menghasilkan protoipe
skala laboratorium, HKI, dan publikasi internasional. Oleh karena itu pada lima tahun kedepan, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi melalui program/ kegiatan Pendayagunaan Teknologi di Industri mendorong agar teknologi yang dihasilkan lemlitbang dimanfaatkan dan didayagunakan oleh industri.
2.2.
Rencana Strategis (Renstra) 2015-2019
Rencana strategis (Renstra) Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi 2015-2019 ditetapkan sesuai dengan Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi No. 13 Tahun 2015.
Dalam rangka menjalankan amanah Undang-Undang Dasar 1945, Undang-Undang-Undang-Undang Nomor 18
Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Peneliian,
13
Bab II Perencanaan Kinerjaserta memperimbangkan kondisi umum dan aspirasi
masyarakat, kerangka kerja logis yang dibangun untuk
menopang daya saing nasional, mengopimalkan potensi yang dimiliki dan mencermai potret
permasalahan-permasalahan, maka Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi menyusun Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Strategis.
2.2.1.
Visi
Dalam rangka melaksanakan agenda pembangunan RPJMN 2015-2019 dan menjalankan amanah sesuai tugas dan fungsinya, maka pada tahun 2015-2019 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi menetapkan Visi sebagai berikut :
“Terwujudnya Pendidikan Tinggi Yang
Bermutu Serta Kemampuan Iptek dan
Inovasi Untuk Mendukung Daya Saing
Bangsa ”
Pendidikan inggi yang bermutu dimaksudkan
untuk menghasilkan lulusan yang berpengetahuan, terdidik, dan terampil, sedangkan kemampuan iptek dan inovasi dimaknai oleh keahlian SDM dan lembaga litbang
serta perguruan inggi dalam melaksanakan kegiatan peneliian, pengembangan, dan penerapan iptek yang
ditunjang oleh pembangunan faktor input (kelembagaan, sumber daya, dan jaringan). Sementara itu, makna daya saing bangsa adalah kontribusi iptek dan pendidikan inggi dalam perekonomian yang ditunjukkan oleh keunggulan produk teknologi hasil litbang yang dihasilkan oleh industri/perusahaan yang didukung oleh lembaga litbang (LPNK, LPK, Badan Usaha, Perguruan Tinggi) dan
tenaga terampil pendidikan inggi.
2.2.2.
Misi
Sebagai upaya untuk mewujudkan Visi tersebut di atas, maka Misi Kementerian Riset, Teknologi, dan
Pendidikan Tinggi adalah:
1. Meningkatkan akses, relevansi, dan mutu pendidikan
inggi untuk menghasilkan SDM yang berkualitas; dan
2. Meningkatkan kemampuan iptek dan inovasi untuk menghasilkan nilai tambah produk inovasi.
Misi ini mencakup upaya menjawab permasalahan
pembangunan iptek dan pendidikan inggi pada
periode 2015-2019 dalam aspek pembelajaran dan kemahasiswaan, kelembagaan, sumber daya, riset dan pengembangan, dan penguatan inovasi.
2.2.3.
Tujuan Strategis
Dalam rangka mencapai Visi dan Misi, maka Visi dan Misi tersebut dirumuskan ke dalam bentuk yang lebih terarah dan operasional berupa perumusan tujuan strategis (strategic goals) yang harus dicapai adalah :
“Meningkatnya relevansi, kuanitas
dan kualitas sumber daya manusia
berpendidikan inggi, serta kemampuan
iptek dan inovasi untuk keunggulan daya
saing bangsa”
Untuk melihat secara lebih konkrit ketercapaian tujuan strategis tersebut perlu ditetapkan ukuran
indikator tujuan tersebut secara kuanitaif. Dalam
rancangan lima tahun ke depan, indikator kinerja tujuan
strategis diukur dengan indeks pendidikan inggi pada
tahun 2019 ditargetkan berada pada peringkat 56 besar dunia dengan nilai 5,0 dan indeks inovasi Indonesia pada tahun 2019 yang ditargetkan berada pada peringkat 26 besar dunia dengan nilai 4,4.
2.2.4.
Sasaran Strategis
14
Bab II Perencanaan Kinerjapermasalahan-permasalahan yang harus diselesaikan dalam kurun waktu 2015-2019. Sasaran strategis tersebut adalah :
1. Meningkatnya kualitas pembelajaran dan
kemahasiswaan pendidikan inggi;
2. Meningkatnya kualitas kelembagaan iptek dan
pendidikan inggi;
3. Meningkatnya relevansi, kualitas, dan kuanitas
sumber daya iptek dan pendidikan inggi;
4. Meningkatnya relevansi dan produkivitas riset dan
pengembangan; dan
5. Menguatnya kapasitas inovasi.
[image:32.595.67.526.269.687.2]Sasaran strategis tersebut tertuang dalam Renstra Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi 2015-2019 dengan Indikator Kinerja Utama sebagai berikut :
Tabel 2.1. Sasaran Strategis dan IKU Renstra Kemenristekdiki 2015-2019
No. Sasaran Strategis Inidikator Kinerja Utama Target 2015
1. Angka Parisipasi Kasar (APK) Perguruan Tinggi 26,86%
Jumlah mahasiswa yang berwirausaha 2.000
Persentase lulusan berseriikat kompetensi 55%
Jumlah Prodi terakreditasi unggul 10.800
Jumlah mahasiswa peraih medali emas ingkat
nasional dan internasional 380
Persentase lulusan yang langsung bekerja 50%
Jumlah LPTK yang meningkat mutu penyelenggaraan
pendidikan akademik 17
Jumlah calon pendidik mengikui Pendidikan Profesi
Guru 4.458
2. Meningkatnya kualitas
kelembagaan Iptek dan Diki Jumlah Perguruan Tinggi masuk top 500 duniaJumlah Perguruan Tinggi berakreditasi A (Unggul) 292 Jumlah Taman Sains dan Teknologi (TST) yang
dibangun 77
Jumal Taman Sains dan Teknologi yang mature 6
Jumlah Pusat Unggulan Iptek 12
3. Meningkatnya relevansi, kualitas,
dan kuanitas sumber daya Iptek dan Diki
Jumlah dosen Berkualiikasi S3 23.500
Jumlah SDM Diki yang meningkat kompetensinya 2.000
Jumlah pendidik mengikui seriikasi dosen 8.000
Jumlah SDM Litbang berkualiikasi Master dan
Doktor 3.350
Jumlah SDM Litbang yang meningkat kompetensinya 95
Jumlah revitalisasi sarpras lemlitbang dan PTN 126 4. Meningkatnya relevansi
dan produkivitas riset dan
pengembangan
Jumlah HKI yang didatarkan 1.580
Jumlah publikasi internasional 5.008
Jumlah protoipe R&D TRL s.d 6 530
Jumlah protoipe industri TRL 7 5
5. Menguatnya kapasitas inovasi Jumlah produk inovasi (produk hasil litbang yang
telah diproduksi dan dimanfaatkan pengguna) 10
2.1. litbang (penelii/perekayasa) yang berkualiikasi master dan doktor, jumlah SDM Diki dan lembaga litbang Meningkatnya kualitas
pembelajaran dan
kemahasiswaan pendidikan
15
Bab II Perencanaan Kinerja2.3. Arah Kebijakan dan Strategi
Mencermai potret permasalahan-permasalahan
tersebut diatas, maka Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi menetapkan Arah Kebijakan
dan Strategi. Peningkatan kualitas pendidikan inggi,
pembangunan kemampuan iptek dan inovasi, serta peningkatan kontribusi iptek untuk mendukung peningkatan daya saing nasional bukan lagi sebuah pilihan namun menjadi sebuah keniscayaan. Arah kebijakan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi adalah: 1) Meningkatkan tenaga terdidik dan
terampil berpendidikan inggi; 2) Meningkatkan kualitas pendidikan inggi dan lembaga litbang; 3) Meningkatkan sumber daya litbang dan pendidikan inggi yang berkualitas; 4) Meningkatkan produkivitas peneliian dan pengembangan; dan 5) Meningkatkan inovasi bangsa.
Sedangkan, fokus utama pembangunan iptek adalah mengacu pada RPJPN 2005-2025 yaitu ditujukan untuk mendukung pengembangan dan pemanfaatan
iptek pada bidang-bidang sebagai berikut: Pangan; Energi; Teknologi dan Manajemen Transportasi; Teknologi Infomasi dan Komunikasi; Teknologi Pertahanan dan Keamanan; Teknologi Kesehatan dan Obat; dan Material
Maju.
Sesuai dengan revitalisasi tugas pokok, fungsi dan kewenangan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, secara substansial Strategi Kebijakan
diarahkan untuk:
• Meningkatkan Angka Parisipasi Kasar (APK), lulusan berseriikat kompetensi, mahasiswa dan lulusan
berkemampuan wirausaha, mahasiswa mendapat medali emas di kancah internasional, lulusan yang langsung bekerja, mutu LPTK, dan calon pendidik
yang mengikui pendidikan profesi guru;
• Meningkatkan jumlah Perguruan Tinggi masuk dalam ranking 500 top dunia dan Perguruan Tinggi berakreditasi A (unggul), Pusat Unggulan Iptek dan
Science Technology Park (STP) atau Taman Sains dan
Teknologi (TST) yang dibangun dan mature;
• Meningkatkan jumlah dosen berkualiikasi S3, jumlah pendidik mengikui seriikasi dosen, jumlah sumber daya litbang (penelii/perekayasa) yang berkualiikasi master dan doktor, jumlah SDM Diki
dan lembaga litbang yang meningkat kompetensinya,
dan revitalisasi sarpras Iptek dan Diki;
• Meningkatkan jumlah paten, publikasi internasional; dan protoipe hasil litbang termasuk yang laik industri; dan
• Meningkatkan jumlah produk inovasi yaitu produk hasil litbang yang telah diproduksi dan dimanfaatkan oleh pengguna.
Strategi kebijakan tersebut dioperasionalkan dengan 5 (lima) program teknis, 1 (satu) program dukungan manajemen, dan 1 (satu) program pengawasan yaitu:
1. Program Pembelajaran dan Kemahasiswaan;
2. Program Peningkatan Kualitas Kelembagaan Iptek
dan Diki;
3. Program Peningkatan Kualitas Sumber Daya Iptek
dan Diki;
4. Program Penguatan Riset dan Pengembangan; 5. Program Penguatan Inovasi.
6. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan
Tugas Teknis Lainnya; dan
7. Program Penyelenggaraan Pengawasan dan Pemeriksaan Akuntabilitas Kinerja Aparatur.
2.4. Perjanjian Kinerja (PK) Tahun 2015
Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi menetapkan Perjanjian Kinerja merupakan komitmen yang merepresentasikan tekad dan janji untuk mencapai kinerja yang jelas dan terukur dalam waktu
satu tahun dengan memperimbangkan sumberdaya
16
Bab II Perencanaan KinerjaTujuan khusus ditetapkan Perjanjian Kinerja antara lain : meningkatkan akuntabilitas, transparansi dan kinerja
aparatur; sebagai wujud nyata komitmen antara penerima amanah dengan pemberi amanah; sebagai dasar penilaian
keberhasilan/kegagalan pencapaian tujuan dan sasaran
organisasi; menciptakan tolok ukur kinerja sebagai dasar evaluasi kinerja aparatur; dan sebagai dasar pemberian
reward atau penghargaan dan sanksi.
Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi telah menetapkan Perjanjian Kinerja Tahun 2015 secara berjenjang sesuai dengan kedudukan, tugas dan
fungsinya berbasis pada Renstra Kemenristekdiki
[image:34.595.64.527.249.645.2]2015-2019. Perjanjian Kinerja ini merupakan tolok ukur evaluasi akuntabilitas kinerja pada tahun 2015, selengkapnya dapat dilihat pada tabel 2.2.
Tabel 2.2. Perjanjian Kinerja Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Tahun 2015
No. Sasaran Strategis Inidikator Kinerja Utama Target 2015
1. Meningkatnya kualitas pembelajaran dan kemahasiswaan
pendidikan inggi
Angka Parisipasi Kasar (APK) Perguruan Tinggi 26,86%
Jumlah mahasiswa yang berwirausaha 2.000
Persentase lulusan berseriikat kompetensi 55%
Jumlah Prodi terakreditasi unggul 10.800
Jumlah mahasiswa peraih medali emas ingkat nasional dan
internasional
380
Persentase lulusan yang langsung bekerja 50%
Jumlah LPTK yang meningkat mutu penyelenggaraan pendidikan akademik
17
Jumlah calon pendidik mengikui Pendidikan Profesi Guru 4.458 2. Meningkatnya kualitas
kelembagaan Iptek dan
Diki
Jumlah Perguruan Tinggi masuk top 500 dunia 2
Jumlah Perguruan Tinggi berakreditasi A (Unggul) 29
Jumlah Taman Sains dan Teknologi (TST) yang dibangun 77
Jumal Taman Sains dan Teknologi yang mature 6
Jumlah Pusat Unggulan Iptek 12
3. Meningkatnya relevansi,
kualitas, dan kuanitas
sumber daya Iptek dan
Diki
Jumlah dosen Berkualiikasi S3 23.500
Jumlah SDM Diki yang meningkat kompetensinya 2.000
Jumlah pendidik mengikui seriikasi dosen 8.000
Jumlah SDM Litbang berkualiikasi Master dan Doktor 3.350
Jumlah SDM Litbang yang meningkat kompetensinya 95
Jumlah revitalisasi sarpras lemlitbang dan PTN 126
4. Meningkatnya relevansi
dan produkivitas riset dan
pengembangan
Jumlah HKI yang didatarkan 1.580
Jumlah publikasi internasional 5.008
Jumlah protoipe R&D TRL s.d 6 530
Jumlah protoipe industri TRL 7 5
5. Menguatnya kapasitas inovasi
Jumlah produk inovasi (produk hasil litbang yang telah diproduksi dan dimanfaatkan pengguna)
10
Program : Anggaran
1. Peningkatan Kemampuan Iptek Untuk Penguatan Sistem Inovasi Nasional Rp 862.533.162.000
2. Pendidikan Tinggi Rp 44.341.037.332.000
17
Bab III Akuntabilitas Kinerja Tahun 20153.1.
Pengendalian Kinerja
Dalam rangka eisiensi, efekivitas, dan
penajaman hasil-hasil kerja Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, manajemen program berupa: perencanaan kegiatan, pelaksanaan kegiatan dan pelaporan kegiatan disempurnakan menjadi manajemen kinerja (hasil kerja) berupa: perencanaan kinerja, pelaksanaan kinerja, pengukuran kinerja, pengendalian kinerja dan pelaporan kinerja sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 3.1. Penyempurnaan ini dilakukan, agar kerja kementerian berubah dari pendekatan/cara pandang yang berorientasi proses/kegiatan (process oriented) menuju manajemen kinerja yang berorientasi hasil/ kinerja (output/outcome oriented). Untuk itu,
hal-B ab I I I
Akuntabilitas Kinerja Tahun 2015
hal yang berkaitan dengan hasil kerja seperi tujuan,
sasaran, target, capaian, indikator kinerja utama (IKU)
menjadi iik-tolak manajemen, yang dirumuskan
secara seksama, jelas dan akurat serta ditetapkan.
Dalam hal pengendalian kinerja, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi terus melakukan perbaikan. Dari PK 2015 yang telah ditandatangani, telah dibuat penjabaran lebih lanjut ke dalam suatu rencana aksi yang lebih detail dan dimanfaatkan sebagai instrumen untuk memantau dan mengevaluasi kemajuan kinerja secara periodik (triwulan). Sehubungan dengan hal tersebut terus dikembangkan sistem monitoring dan evaluasi dalam rangka pemantauan dan evaluasi kinerja
program, realisasi capaian isik dan anggaran unit kerja
dan satuan kerja mandiri (SIMONEV).
Gambar 3.1. Manajemen Kinerja Berorientasi Hasil (Output/Outcome)
Capaian Kinerja Pengndalian
Kinerja
PengukuranKi nerja
18
Bab III Akuntabilitas Kinerja Tahun 20153.2.
Pengukuran Kinerja
Pengukuran kinerja merupakan salah satu alat untuk mendorong terciptanya akuntabilitas kinerja. Pengukuran kinerja akan menunjukkan seberapa besar kinerja manajerial yang dicapai, seberapa bagus kinerja
inancial organisasi, dan kinerja lainnya yang menjadi
dasar penilaian akuntabilitas. Pengukuran ingkat capaian
kinerja dilakukan dengan cara membandingkan antara target kinerja yang telah ditetapkan dengan realisasinya. Adapun rumusannya adalah sebagai berikut:
Realisasi
Persentase Capaian = X 100%
Rencana
Dengan membandingkan antara realisasi dan rencana, maka dapat dilihat jumlah persentase pencapaian pada masing-masing indikator kinerja utama. Dengan diketahui capaian kinerja, maka dapat dianalisis
faktor penyebab keberhasilan dan keidakberhasilan,
yang selanjutnya dapat dipetakan kekurangan dan kelemahan realisasi dan rencana kegiatan, kemudian ditetapkan strategi untuk meningkatkan kinerja dimasa yang akan datang.
Untuk mengukur capaian masing-masing IKU
dilakukan secara umum yakni melalui data staisik
nasional dan internasional yang ada, data survei, data capaian kinerja dan pengukuran dengan kondisi riil yang ada. Sedangkan analisis capaian masing-masing IKU diupayakan disampaikan secara rinci dengan
mendeinisikan alasan penetapan masing-masing IKU; cara mengukurnya;capaian kinerja yang membandingkan idak hanya antara realisasi kinerja dengan target, tetapi
pembandingan dengan tahun sebelumnya, trend kinerja
selama 3-5 tahun terakhir dan pada akhir periode Renstra;
pencapaian secara nasional dan/atau internasional disertai dengan data pendukung berupa tabel, foto/
gambar, graik, dan data pendukung lainnya.
3.3.
Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah (SAKIP)
Dalam upaya mengimplementasikan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP), Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi terus melaksanakan berbagai upaya perbaikan, dengan tujuan untuk mendorong terwujudnya pemerintahan yang baik (good governance) dan berorientasi kepada hasil (result oriented government). Oleh karena itu kedepan dalam rangka sinergi implementasi SAKIP mulai
dari ingkat kementerian, unit kerja dan satuan kerja akan
disusun Peraturan Menteri tentang Implementasi SAKIP di Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi.
Sehubungan dengan penggabungan Kementerian Riset dan Teknologi dengan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi menjadi Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, telah dilakukan berbagai agenda akuntabilitas kinerja di semua komponen yang merupakan bagian integral dari sistem akuntabilitas kinerja instansi
pemerintah (SAKIP), melipui aspek: perencanaan kinerja,
pengukuran kinerja, pelaporan kinerja, evaluasi kinerja dan capaian kinerja.
a. Perencanaan Kinerja
1) Menetapkan Renstra Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi 2015-2019
dengan Permenristekdiki No. 13 Tahun 2015.
Pada dokumen Renstra tersebut tercantum Visi, Misi, Tujuan, Sasaran, Program, beserta target-target Indikator Kinerja Sasaran Strategis (IKSS), Indikator Kinerja Program (IKP) dan Indikator Kinerja Kegiatan (IKK).
2) Dalam rangka penguatan akuntabilitas kinerja,sehubungan dengan telah ditetapkanya
Permenristekdiki No. 15 Tahun 2015 tentang
19
Bab III Akuntabilitas Kinerja Tahun 2015telah dilakukan revisi terhadap dokumen perencanaan yaitu Perjanjian Kinerja (PK) 2015, Indikator Kinerja Utama (IKU) dan Rencana Kinerja Tahunan (R