• Tidak ada hasil yang ditemukan

5.1. Arahan Rencana Tata Ruang Wilayah KabupatenKota - DOCRPIJM 1501484545BAB V KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "5.1. Arahan Rencana Tata Ruang Wilayah KabupatenKota - DOCRPIJM 1501484545BAB V KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

Bab 5 RPI2-JM Bidang Cipta Karya berisikan keterpaduan strategi

pengembangan kabupaten/kota berdasarkan arahan kebijakan Daerah yang

ada, antara lain arahan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten/Kota,

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), Peraturan Daerah

tentang Bangunan Gedung, Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum

(RI-SPAM), Arahan Strategi Sanitasi Kota (SSK), Rencana Tata Bangunan dan

Lingkungan (RTBL), Rencana Pembangunan dan Pengembangan Kawasan

Permukiman (RP2KP) Kabupaten/Kota, serta Rencana Tata Bangunan dan

Lingkungan di Kawasan Strategis Kabupaten/Kota (RTBL KSK).

5.1.

Arahan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota

Berdasarkan amanat Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan

Ruang, kabupaten/kota wajib menyusun Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)

Tabel 5.1 memaparkan identifikasi indikasi program khusus untuk Bidang

Cipta Karya.

RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2015

(2)

Tabel 5.1 Arahan RTRW Kabupaten/Kota untuk Bidang CiptaKarya

Arahan Struktur Ruang Arahan Pola Ruang

Rencana sistem perkotaan meliputi :

a. Pengembangan PKL meliputi: 1. Kawasan Perkotaan

Purworejo

2. Kawasan Perkotaan Kutoarjo.

b. Pengembangan PKLp

meliputi:

1. Kawasan Perkotaan Kemiri

2. Kawasan Perkotaan Purwodadi.

c. Pengembangan PPK

meliputi:

1. Kawasan Perkotaan

Bener;

2. Kawasan Perkotaan

Gebang;

3. Kawasan Perkotaan

Banyuurip;

4. Kawasan Perkotaan

Bayan;

5. Kawasan Perkotaan

Pituruh;

6. Kawasan Perkotaan

Butuh;

7. Kawasan Perkotaan

Loano;

8. Kawasan Perkotaan

Bagelen;

9. Kawasan Perkotaan

Bruno;

10. Kawasan Perkotaan Ngombol;

11. Kawasan Perkotaan Grabag; dan Kawasan Perkotaan Kaligesing.

d. Pengembangan PPL meliputi:

1. Desa Nambangan di Kecamatan

Grabag;

2. Desa Wonoroto di Kecamatan Ngombol;

3. Desa Geparang di Kecamatan Purwodadi;

4. Desa Soko di Kecamatan Bagelen; 5. Desa Pandanrejo di Kecamatan

Kaligesing;

6. Desa Sidomulyo di Kecamatan Purworejo;

7. Desa Tanjunganom di Kecamatan Banyuurip;

8. Desa Krandegan di Kecamatan Bayan;

9. Desa Suren di Kecamatan Kutoarjo;

10. Desa Sruwohrejo di Kecamatan Butuh;

11. Desa Brengkol di Kecamatan Pituruh;

12. Desa Kedung Pomahankulon di Kecamatan Kemiri;

13. Desa Tegalsari di Kecamatan Bruno;

14. Desa Seren di Kecamatan Gebang; 15. Desa Maron di Kecamatan Loano;

dan

16. Desa Kedungpucang di Kecamatan Bener

a. Kawasan Lindung

Kawasan perlindungan setempat RTH perkotaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 huruf e seluas kurang lebih 3.996 (tiga ribu sembilan ratus sembilan puluh enam) atau kurang lebih 34,13% (tiga puluh empat koma tiga belas persen) dari luas kawasan perkotaan terdiri atas: a. RTH perkotaan seluas kurang lebih

3.984 (tiga ribu sembilan ratus delapan puluh empat) hektar tersebar di

kawasan perkotaan di seluruh kecamatan; dan

b. hutan kota seluas kurang lebih 12 (dua belas) hektar meliputi:

1. kawasan perkotaan Purworejo; dan 2. kawasan perkotaan Kutoarjo. Untuk pengembangan kawasan perumahan harus memenuhi pemenuhan RTH minimal 30%.

a. Pengembangan kawasan kota tani agropolitan Bagelen meliputi:

1. Pengembangan kota tani utama di Desa Krendetan Kecamatan Bagelen;

2. Pengembangan kota tani meliputi:

a) Desa Purwodadi di Kecamatan Purwodadi; b) Desa Somongari di Kecamatan Kaligesing; dan c) Desa Ngombol di Kecamatan Ngombol.

b. Pengembangan kawasan kota tani agropolitan Kuto Bumi Baru meliputi:

1. Pengembangan kota tani utama di Desa Wirun Kecamatan Kutoarjo; 2. Pengembangan kota tani

meliputi:

a. Desa Klepu di Kecamatan

b. Kawasan Budidaya

1. Kawasan Peruntukan Permukiman

(1) Kawasan peruntukan permukiman

seluas kurang lebih 18.000 (delapan belas ribu) hektar terdiri atas:

a. Kawasan permukiman perkotaan; dan

(3)

Butuh;

b. Desa Winong di Kecamatan Kemiri;

c. Desa Kalikotes di Kecamatan Pituruh;

d. Desa Cepedak di Kecamatan Bruno;

e. Desa Grabag di Kecamatan Grabag.

(2) Kawasan permukiman perkotaan meliputi:

a. Kawasan permukiman perkotaan

ibukota Kabupaten; dan

b. Kawasan permukiman perkotaan

ibukota kecamatan.

Kawasan permukiman perdesaan tersebar di seluruh kecamatan.

a. Jaringan air baku untuk air bersih pengembangan dan pengelolaan sungai meliputi:

1. Sungai Bogowonto; 2. Sungai Cokroyasan;

dan

3. Sungai Wawar

1.

b. pengembangan dan

pengelolaan mata air meliputi:

1. Kecamatan Loano; 2. Kecamatan Purworejo; 3. Kecamatan Bener; 4. Kecamatan Gebang; 5. Kecamatan Pituruh; 6. Kecamatan Bruno; 7. Kecamatan Bagelen; 8. Kecamatan Kaligesing;

dan Kecamatan Kemiri.

c. pengembangan dan pengelolaan sumur dangkal tersebar di seluruh kecamatan; dan

d. pengembangan dan pengelolaan sumur dalam meliputi:

1. Kecamatan Purworejo; 2. Kecamatan Banyuurip; 3. Kecamatan Loano; 4. Kecamatan Bagelen; 5. Kecamatan Purwodadi; 6. Kecamatan Ngombol; 7. Kecamatan Grabag; 8. Kecamatan Bayan; 9. Kecamatan Gebang; dan

Kecamatan Kemiri.

a. Jaringan persampahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 huruf a dikembangkan dengan prinsip mengurangi, menggunakan kembali, dan mendaur ulang meliputi:

a. pengembangan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah Regional meliputi: 1. wilayah Kabupaten;

2. Kabupaten Wonosobo; 3. Kabupaten Magelang; 4. Kota Magelang; dan

5. Kabupaten Temanggung;

b. revitalisasi TPA di Gunung Tumpeng Desa Jetis Kecamatan Loano; c. pembangunan TPA sistem sanitary landfill di Kecamatan Kemiri;

d. pengembangan Tempat Penampungan Sementara (TPS) di lokasi-lokasi strategis pusat timbulan sampah; dan

e. pengembangan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) meliputi: 1. kawasan permukiman perkotaan; dan pasar Kabupaten.

a. Jaringan air minum ke kelompok pengguna sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 huruf b meliputi: b. pengembangan jaringan air minum perpipaan di kawasan perkotaan; dan pengembangan jaringan air

(4)

a. Jaringan limbah dikembangkan dengan sistem setempatdan terpusat terdiri atas: 1. jaringan limbah rumah tangga; dan

2. jaringan limbah kegiatan, usaha, dan industri. b. Jaringan limbah rumah tangga meliputi:

a. pengembangan instalasi pengolahan lumpur tinja di Kecamatan Loano;

b. pengembangan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) di kawasan permukiman perkotaan; c. pemenuhan akses jamban sehat untuk setiap rumah tangga;

d. pengembangan jamban komunal meliputi:

1. kawasan permukiman perkotaan padat penduduk berpenghasilan rendah; dan 2. area fasilitas umum; dan

e. pengembangan sanitasi berbasis masyarakat di kawasan permukiman padat.

c. Jaringan limbah kegiatan, usaha, dan industri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi: a. pengembangan pengelolaan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) pada kawasan

peruntukan industri di luar kawasan perkotaan; dan

b. pengembangan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) pada kawasan peruntukan industri. a. Rencana pengembangan jaringan drainase meliputi:

a. pengembangan sistem drainase perkotaan secara terpadu meliputi: 1. kawasan perkotaan Purworejo;

2. kawasan perkotaan Kutoarjo; dan 3. kawasan perkotaan seluruh kecamatan.

b. pengembangan sistem drainase lingkungan pada kawasan permukiman;

c. pengembangan sumur resapan di kawasan permukiman; dan pembangunan dan peningkatan saluran drainase kanan-kiri jalan pada ruas jalan nasional, provinsi, dan Kabupaten.

Tabel 5.2 Identifikasi Kawasan Strategis Kabupaten/Kota (KSK) berdasarkanRTRW

KAWASAN STRATEGIS KABUPATEN/KOTA

SUDUT KEPENTINGAN LOKASI/ BATAS KAWASAN

1. Kawasan Perkotaan Purworejo – Kutoarjo Sudut Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi 1. Perkotaan Purworejo – Kutoarjo 1. Kawasan koridor perbatasan

Purworejo-Kulonprogo (Purwokulon).

1. Perbatasan Purworejo-Kulonprogo (Purwokulon).

a. Kawasan Perkotaan Purwodadi; Sudut Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi 1. Perkotaan Purwodadi;

b. Kawasan Perkotaan Kemiri; Sudut Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi 1. Perkotaan Kemiri;

a. Kawasan Bahari Terpadu (KBT); Sudut Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi 1. Kecamatan Grabag;

2. Kecamatan Ngombol; dan 3. Kecamatan Purwodadi.

a. Kawasan Agropolitan Bagelen Sudut Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi 1. Kecamatan Bagelen;

(5)

a. kawasan agropolitan Kuto Bumi Bar Sudut Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi 1. Kecamatan Kutoarjo; 2. Kecamatan Butuh; 3. Kecamatan Kemiri; 4. Kecamatan Pituruh; 5. Kecamatan Bruno; dan 6. Kecamatan Grabag

a. Kawasan Perbatasan. Sudut Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi 1. Desa Dadirejo di Kecamatan Bagelen;

2. Desa Jogoboyo di Kecamatan Purwodadi; 3. Desa Sedayu di Kecamatan Loano; 4. Desa Ngasinan di Kecamatan Bener; 5. Desa Cacaban di Kecamatan Bener; 6. Desa Tegalsari di Kecamatan Bruno; 7. Desa Brengkol di Kecamatan Pituruh; 8. Desa Wironatan di Kecamatan Butuh; 9. Desa Nambangan di Kecamatan Grabag

a. Kawasan situs prasasti Kayu Arahiwang Sudut kepentingan sosial dan budaya a. Desa Borowetan Kecamatan Banyuurip;

a. Kawasan alun-alun Purworejo dan sekitarnya; Sudut kepentingan sosial dan budaya a. alun-alun Purworejo dan sekitarnya;

a. Kawasan alun-alun Kutoarjo dan sekitarnya Sudut kepentingan sosial dan budaya a. alun-alun Kutoarjo dan sekitarnya

a. Kawasan Petilasan WR. Supratman di Desa Somongari Kecamatan Kaligesing.

Sudut kepentingansosial dan budaya 1. Desa Somongari Kecamatan Kaligesing.

a. kawasan DAS meliputi: Sudut kepentinganfungsi dan daya dukung

lingkungan hidup

1. bagian hulu DAS Bogowonto; 2. bagian hulu DAS Cokroyasan; 3. bagian hulu DAS Wawar.

b. kawasan pegunungan Menoreh 1. Kecamatan Bagelen;

2. Kecamatan Kaligesing; 3. Kecamatan Loano; dan 4. Kecamatan Bener.

kawasan pegunungan Serayu Selatan 1. Kecamatan Gebang;

2. Kecamatan Bruno; 3. Kecamatan Pituruh; dan 4. Kecamatan Kemiri.

kawasan pantai berhutan bakau 1. Kecamatan Grabag;

2. Kecamatan Ngombol; dan 3. Kecamatan Purwodadi.

(6)
(7)
(8)
(9)

Tabel 5.3 Identifikasi Indikasi Program RTRW Kabupaten/Kota terkait Pembangunan Infrastruktur Bidang

SUMBER PENDANAAN INSTANSI

PELAKSANA

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Program Perwujudan Pusat Kegiatan

1 Rencana Detail/Rinci Kawasan Strategis

Kabupaten

Kabupaten Ya APBD II Bappeda

2 Peraturan Zonasi Sistem Kabupaten Kabupaten Ya

3 Insentif dan Disinsentif Kabupaten Ya

4 Rencana Detail Tata Ruang Ibu Kota

Kecamatan

Kabupaten Ya

5 Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan

Kawasan Perkotaan

Kabupaten Ya

6 Evaluasi dan Revisi Pertama RTRWK Kabupaten Ya

7 Evaluasi dan Revisi Kedua RTRWK Kabupaten Ya

8 Evaluasi dan Penyusunan Kembali

RTRWK

Kabupaten Ya

Program Perwujudan Struktur Ruang

1 Sistem Perkotaan

Percepatan Pengembangan dan peningkatan fungsi PKL menjadi Pusat Kegiatan Wilayah Promosi

Kawasan Perkotaan Purworejo- Kutoarjo

Ya APBN, APBD I, APBD II,

investasi swasta, swadaya masyarakat dan/atau kerjasama pendanaan

Bappeda, Dinas PU, Kement. PU, Kemenpera, Disciptakaru Prov.Jateng

Pengembangan infrastruktur kawasan Kawasan Perkotaan Purworejo-

Kutoarjo

Ya

b Perwujudan Pusat Kegiatan Lokal Promosi

(PKLp)

Kecamatan Kemiri, Kecamatan Purwodadi

Ya

Percepatan pengembangan dan peningkatan fungsi dari PPK menjadi PKLp

Kecamatan Kemiri, Kecamatan Purwodadi

Ya APBN, APBD I, APBD II,

investasi swasta, swadaya masyarakat dan/atau kerjasama

Bappeda, Kemen. PU, Disciptakaru Prov Jateng, dan Dinas PU

Pengembangan infrastruktur kawasan Kecamatan Kemiri, Kecamatan

Purwodadi

Ya

2 Sistem Perdesaan

a Pengembangan kawasan agropolitan

Bagelen

Ya

(10)

pengembangan kota tani Desa Purwodadi di Kec.

Purwodadi, Desa Somongari di Kec.Kaligesing, & Desa

Ngombol di Kec.Ngombol

Ya Kementan, Kemen. PU,

Disciptakaru Prov. Jateng, Dinas Pertanian dan Kehutanan dan Dinas PU

APBN, APBD I, APBD II, Swasta, masy

b Pengembangan kawasan agropolitan Kuto

Bumi Pitu Grabag

Ya

pengembangan kota tani utama Desa Wirun di Kec. Kutoarjo Ya Kementan, Kemen. PU,

Disciptakaru Prov. Jateng, Dinas Pertanian dan Kehutanan dan Dinas PU

pengembangan kota tani Desa Klepu di Kec. Butuh, Desa

Winong di Kec.Kemiri, Desa Kalikotes di Kec. Pituruh, Desa Cepedak di Kec.Bruno & Desa Grabag di Kec.Grabag

Ya

Perwujudan Sistem Jaringan Prasarana

1 perwujudan jaringan jalan nasional pada wilayah Kabupaten

Tidak

pengembangan jalan ruas Prembun (batas Kabupaten Kebumen) – Kutoarjo

Kec. Butuh dan Kec.Kutoarjo Tidak Kement. PU APBN

2. pengembangan jalan ruas Kutoarjo – batas kota Purworejo

Kec. Kutoarjo, Kec.Bayan dan Kec.Banyuurip

Tidak

peningkatan jalan ruas Jalan Tentara Pelajar

Kec. Banyuurip dan Kec. Purworejo

Tidak

peningkatan jalan ruas Jalan Sudirman Kec. Purworejo Tidak

peningkatan jalan ruas batas kota Purworejo-Karangnongko (batas Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta)

Kec. Banyuurip, Kec. Purwodadi dan Kec.Bagelen

Ya

2 perwujudan jaringan jalan provinsi pada wilayah Kabupaten

Tidak

pengembangan jalan ruas Kutoarjo – perbatasan Wonosobo

Kec. Kutoarjo, Kec.Kemiri, Kec.Bruno

Disciptakaru Prov. Jateng APBD I

pengembangan jalan ruas Maron – Kemiri Kec. Loano dan Kec.Kemiri pengembangan jalan ruas Kemiri –

perbatasan Wonosobo

Kec. Kemiri

pengembangan jalan ruas perbatasan Magelang – Bener

Kec. Bener

pengembangan jalan ruas Bener – Purworejo

Kec. Bener – Kec. Loano – Kec. Purworejo

peningkatan Jalan Urip Sumoharjo Kec. Purworejo

peningkatan Jalan Kyai Brengkel Kec. Purworejo

pengembangan jalan ruas Purworejo – batas Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

(11)

peningkatan Jl. Pahlawan Kec. Purworejo

peningkatan Jl. WR Supratman Kec. Purworejo

pengembangan jalan ruas Grabag – Kutoarjo

Kec. Grabag, Kec. Kutoarjo

3 perwujudan jaringan jalan Kabupaten Tidak

pengembangan jalan lingkar Timur Purworejo

kec. Purworejo Dinas PU APBD II

peningkatan & pemeliharaan Jalan Kab. Purworejo APBD II

4 perwujudan jalan khusus Tidak

pengembangan jalan ruas Kompleks Gunung Krikil ke Desa Kaliurip

Kec. Kemiri BUMN pengelola kawasan

hutan

APBN, swasta, dan masyarakat pengembangan jalan ruas Desa Prumben

ke Desa Mlaran melalui Desa Kragilan

Kec. Gebang

pengembangan jalan ruas Desa Mlaran ke Desa Winong Lor

Kec. Gebang

pengembangan jalan ruas Desa Prumben Kec. Gebang

5 perwujudan jembatan

pengembangan jembatan pada ruas baru jalan lingkar Timur Purworejo

Kec. Purworejo APBD I Disciptakaru Prov.

Jateng peningkatan serta pemeliharaan jembatan Kab. Purworejo

Perwujudan Rencana Sistem Prasarana Lainnya

1 Jaringan air baku untuk air minum

pengembangan dan pengelolaan sungai sungai Bogowonto, Sungai Jali Kementerian PU, Balai Besar

Wilayah Serayu Opak, PSDA Provinsi Jawa Tengah, Dinas Pengairan, Bappeda

APBN, APBD II, APBD I, swasta dan masyarakat

pengembangan dan pengelolaan mata air Kec. Loano, Kec. Purworejo, Kec. Bener, Kec. Gebang, Kec. Pituruh, Kec. Bruno, Kec. Bagelen, Kec. Kaligesing dan Kec. Kemiri

pengembangan dan pengelolaan sumur dangkal

seluruh kecamatan

pengembangan dan pengelolaan sumur dalam

Kec. Purwoejo, Kec. Banyuurip, Kec. Loano, Kec. Bagelen, Kec. Purwodadi, Kec. Ngombol, Kec. Grabag, Kec. Bayan, Kec. Gebang, Kec. Kemiri

3 perwujudan jaringan prasarana

lingkungan

a jaringan Persampahan

Pengembangan TPA Sampah Regional Kemen.PU, Disciptakaru Prov.

Jateng,Dinas PU & Kantor LH

APBN, APBD I, Swasta

(12)

pembangunan TPA baru sistem sanitary landfill

Kecamatan Kemiri Kemen.PU, Disciptakaru Prov.

Jateng,Dinas PU & Kantor LH

APBN, APBD I, APBD II, Swasta, masy

pengembangan TPS di lokasi-lokasi strategis pusat timbulan sampah

Kab. Purworejo

Pengembangan TPST pada kawasan-kawasan permukiman perkotaan dan pasar Kabupaten

Kab. Purworejo

b jaringan air minum ke kelompok

pengguna

pengembangan jaringan air minum perpipaan di kawasan perkotaan

kawasan perkotaan Purworejo-Kutoarjo, seluruh IKK

PDAM, Kemen. PU APBN, APBD II,

APBD I, swasta dan masyarakat

pengembangan jaringan air minum non perpipaan dan/atau perpipaan mandiri di kawasan perdesaan dan desa rawan air bersih

seluruh kecamatan PDAM, Kemen. PU

c jaringan limbah rumah tangga

Pengembangan instalasi pengolahan lumpur tinja (IPLT)

Kec. Loano APBN, APBD I,

APBD II, Swasta, masy

Pengembangan IPAL di kawasan permukiman perkotaan

Kab. Purworejo

Pemenuhan akses jamban sehat untuk setiap rumah tangga

pengembangan jamban komunal pada kawasan permukiman perkotaan padat penduduk berpenghasilan rendah dan area fasilitas umum

Pengembangan sanitasi berbasis masyarakat

- jaringan limbah kegiatan, usaha, dan industri

pengembangan pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) Pengembangan IPAL

c jaringan Drainase

Pengembangan sistem drainase perkotaan secara terpadu

perkotaan Purworejo, Kutoarjo & IKK

Ya APBN, APBD I,

APBD II, Swasta, masy

Pengembangan sistem drainase

lingkungan pada kawasan permukiman

seluruh kecamatan

Pengembangan sumur resapan pada kawasan permukiman

(13)

pembangunan dan peningkatan saluran drainase kanan-kiri jalan

ruas jalan nasional, provinsi, dan kabupaten

Perwujudan Kawasan Lindung

1 RTH perkotaan

Pengelolaan dan pengembangan RTH perkotaan

seluruh kecamatan Kantor LH, Kemenpera, PU APBN, APBD I,

APBD II, swasta dan masyarakat Pengelolaan dan pengembangan Hutan

Kota

2 Kawasan pelestarian alam dan cagar

budaya

b Kawasan cagar budaya

pelestarian bangunan dan/atau situs cagar budaya

Kabupaten Purworejo Bappeda APBN, APBD I,

APBD II, swasta dan masyarakat penetapan dan pengelolaan kawasan inti

dan kawasan penyangga

Dinas Pendidikan dan Kebudayaan

Pengembangan Kerjasama Pengelolaan Kekayaan Budaya

Dinas Pendidikan dan Kebudayaan

c Kawasan rawan bencana

Kawasan rawan bencana tanah longsor Penataan dan relokasi kawasan

permukiman yang berada dalam kawasan zona bahaya

Kec. Loano, Kec.Bruno, Kec.Bener, Kec.Kecamatan Kaligesing, Kec.Gebang, Kec.Bagelen, Kec.Purworejo, Kec.Kutoarjo, Kec.Pituruh, dan Kec.Kemiri

Bappeda, Kantor LH, Kemen. Kesra, Kesbangpolinmas Prov.Jateng, Kesbangpolinmas

d Kawasan rawan bencana kekeringan

Perencanaan Pembangunan Daerah Rawan Bencana

Kec. Bruno, Kec.Pituruh, Kec.Kemiri, Kec.Gebang, Kec. Bener, Kec.Loano, Kec.Bagelen, Kec.Kaligesing, Kec.Grabag, Kec.Ngombol, dan

Kec.Purwodadi

Bappeda, Kantor LH, Dinas Pengairan, PU, Kemen. Kesra, Kesbangpolinmas Prov.Jateng, Kesbangpolinmas

APBN, APBD I, APBD II, swasta dan masyarakat Pengembangan, Pengelolaan dan

Konservasi Sungai, Danau, Sumber Daya Air Lainnya

Penyediaan dan Pengelolaan Air Baku

Perwujudan Kawasan Budidaya

5 Kawasan Peruntukan Industri

Penataan dan pemantapan kawasan Diperindagkop, KPPT, Dinas

PU

APBN, APBD I, APBD II, swasta dan masyarakat pengembangan dan pengelolaan kawasan

peruntukan industri

Diperindagkop, KPPT, Dinas PU

6 Kawasan Peruntukan Pariwisata

(14)

Pengembangan Infrastruktur pendukung kawasan wisata

Bappeda, Dishubkominpar, Dinas PU

7 Kawasan Peruntukan Permukiman

pengendalian dan pengembangan kawasan permukiman perkotaan dan perdesaan

Kement. PU, Kemenpera, Disciptakaru Prov.Jateng, & Dinas PU

peremajaan permukiman kumuh penyediaan rumah layak huni pengembangan perumahan swadaya pengembangan Lingkungan Sehat Permukiman

8 Kawasan Peruntukan Lainnya

pengembangan dan pengelolaan Kawasan Peruntukan Perdagangan dan Jasa

Diperindagkop, KPPT, Dinas PU

APBN, APBD I, APBD II, swasta dan masyarakat

Perwujudan Kawasan Strategis

1 Kawasan Strategis dari sudut kepentingan Pertumbuhan Ekonomi (KSP)

a Kawasan Perkotaan Purworejo-Kutoarjo

Rehabilitasi dan revitalisasi kawasan Kec. Purworejo, Kec. Bayan, Kec. Banyuurip, Kec. Kutoarjo

Ya APBN, APBD I, APBD II, swasta

pengembangan dan pengelolaan kawasan Ya

Peningkatan promosi, Iklim Investasi dan Realisasi Investasi

Ya

peningkatan dan pengembangan sarana prasarana penunjang perekonomian

Ya

pemberdayaan dan peningkatan partisipasi masyarakat

Ya

b Kawasan koridor Perbatasan Purwokulon

Rehabilitasi dan revitalisasi kawasan Kec. Kaligesing Ya Disciptakaru,

Bappeda Prov., pengembangan dan peningkatan kualitas

kawasan

Ya

peningkatan dan pengembangan sarana prasarana penunjang perekonomian

Ya

pemberdayaan dan peningkatan partisipasi masyarakat

Ya

2 Kawasan Strategis dari sudut kepentingan Pertumbuhan Ekonomi (KSK)

a Kawasan Perkotaan Purwodadi

Rehabilitasi dan revitalisasi kawasan Kec. Purwodadi Ya APBN, APBD I, APBD II, swasta

dan masyarakat

Bappeda, Dinas PU,Kemen. PU,

(15)

Peningkatan promosi, Iklim Investasi dan Realisasi Investasi

Ya Dishubkominpar,

Dinas LH,

Diperindag, KPPT, Bapermasdes peningkatan dan pengembangan sarana

prasarana penunjang perekonomian

Ya

b Kawasan Perkotaan Kemiri

Rehabilitasi dan revitalisasi kawasan Kec. Kemiri Ya APBN, APBD I, APBD II, swasta

dan masyarakat

pengembangan dan pengelolaan kawasan Ya

Peningkatan promosi, Iklim Investasi dan Realisasi Investasi

Ya

peningkatan dan pengembangan sarana prasarana penunjang perekonomian

Ya

pemberdayaan dan peningkatan partisipasi masyarakat

Ya

c Kawasan Bahari Terpadu

Rehabilitasi dan revitalisasi kawasan Kecamatan Purwodadi, Ngombol dan Grabag

Ya APBN, APBD I, APBD II, swasta

pengembangan dan pengelolaan kawasan Ya

Peningkatan promosi, Iklim Investasi dan Realisasi Investasi

Ya

peningkatan dan pengembangan sarana prasarana penunjang perekonomian

Ya

pemberdayaan dan peningkatan partisipasi masyarakat

Ya

d Kawasan Agropolitan

Rehabilitasi dan revitalisasi kawasan Kawasan Agropolitan Bagelen (Kecamatan Bagelen, Ngombol, Purwodadi, dan Kaligesing) dan Kawasan Agropolitan Kuto Bumi Pitu Grabag (Kecamatan Kutoarjo, Butuh, Kemiri, Pituruh, dan Grabag

Ya APBN, APBD I, APBD II, swasta pengembangan kawasan produksi

pertanian dan kota tani

Ya

pengembangan kawasan agro industri dan agrowisata

Ya

peningkatan dan pengembangan sarana prasarana penunjang perekonomian

Ya

peningkatan sistem pemasaran hasil produksi pertanian

Ya

pemberdayaan dan peningkatan partisipasi masyarakat

Ya

e Kawasan Perbatasan

Rehabilitasi dan revitalisasi kawasan Desa Dadirejo- Kec. Bagelen; Desa Jogoboyo- Kec.

Purwodadi; Desa Sedayu- Kec. Loano; Desa Ngasinan & Cacaban- Kec. Bener; Desa

Ya APBN, APBD I, APBD II, swasta pengembangan dan peningkatan kualitas

kawasan

Ya

peningkatan dan pengembangan sarana prasarana penunjang perekonomian

(16)

pemberdayaan dan peningkatan partisipasi masyarakat

Tegalsari- Kec. Bruno; Desa Brengkol-Kec. Pituruh; Desa Wironatan-Kec. Butuh; Desa Nambangan,-Kec. Grabag.

Ya

kawasan dari sudut kepentingan sosio dan budaya

Ya

2 kawasan dari sudut kepentingan sosio

dan budaya

a Kawasan situs prasasti kayu arahiwang Desa Borowetan, Kecamatan

Banyuurip

Ya APBN, APBD I, APBD II, swasta

dan masyarakat

Bappeda, Dinas PU, Dishubkominpar, Dinas LH

Rehabilitasi, konservasi, dan/atau revitalisasi kawasan, lingkungan bersejarah dan bangunan bersejarah

Ya

pengembangan dan peningkatan kualitas kawasan

Ya

Pengembangan nilai sosial budaya dan Pengelolaan Kekayaan Budaya

Ya

b Kawasan alun-alun Purworejo dan

sekitarnya

Kecamatan Purworejo Ya

Rehabilitasi, konservasi, dan/atau revitalisasi kawasan, lingkungan bersejarah dan bangunan bersejarah

Ya

pengembangan dan peningkatan kualitas kawasan

Ya Dinas Pendidikan

dan Kebudayaan Pengembangan nilai sosial budaya dan

Pengelolaan Kekayaan Budaya

Ya

c Kawasan alun-alun Kutoarjo dan

sekitarnya

Kecamatan Kutoarjo Ya

Rehabilitasi, konservasi, dan/atau revitalisasi kawasan, lingkungan bersejarah dan bangunan bersejarah

Ya

pengembangan dan peningkatan kualitas kawasan

Ya

Pengembangan nilai sosial budaya dan Pengelolaan Kekayaan Budaya

Ya

d Kawasan Petilasan WR. Supratman Desa Somongari, Kecamatan

Kaligesing

Ya Rehabilitasi, konservasi, dan/atau

revitalisasi kawasan, lingkungan bersejarah dan bangunan bersejarah

Ya

pengembangan dan peningkatan kualitas kawasan

Ya

Pengembangan nilai sosial budaya dan Pengelolaan Kekayaan Budaya

(17)

3 Kawasan Strategis dari sudut kepentingan Fungsi dan Daya Dukung Lingkungan hidup

a Kawasan Daerah Aliran Sungai

Bogowonto, Cokroyasan, dan Wawar

Kabupaten Purworejo Ya Bappeda, Kantor

LH, Dinas Pengairan, Dinas PU, BBWS, Kemen.LH

rehabilitasi dan/atau revitalisasi kawasan Ya

Pengembangan dan peningkatan kualitas kawasan

Ya

b Kawasan pegunungan Menoreh Kec. Bagelen, Kaligesing,

Loano, dan Bener

Ya Bappeda, Kantor

LH, Kementerian LH

rehabilitasi dan/atau revitalisasi kawasan Ya

Pengembangan dan peningkatan kualitas kawasan

Ya

c Kawasan pegunungan Serayu Selatan Kecamatan Gebang, Bruno,

Pituruh dan Kemiri

Ya

rehabilitasi dan/atau revitalisasi kawasan Ya

Pengembangan dan peningkatan kualitas kawasan

Ya

d Kawasan pantai berhutan bakau di pantai

Selatan

Kecamatan Purwodadi, Ngombol dan Grabag

Ya Bappeda, Kantor

LH, Dinas Kelautan, Perikanan, dan Peternakan

rehabilitasi dan/atau revitalisasi kawasan Ya

Pengembangan dan peningkatan kualitas kawasan

Ya

e Kawasan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA)

Sampah Gunung Tumpeng

Desa Jetis, Kecamatan Loano Ya Bappeda, Kantor

LH, Kementerian LH, Dinas PU, Kemen. PU, Disciptakaru

rehabilitasi dan/atau revitalisasi kawasan Ya

Pengembangan dan peningkatan kualitas kawasan

(18)

5.2 Arahan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) disusun

berdasarkan Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional. Dalam undang-undang tersebut, RPJM Daerah

dinyatakan sebagai penjabaran dari visi, misi, dan program Kepala Daerah yang

penyusunannya berpedoman pada RPJP Daerah dan memperhatikan RPJM

Nasional, memuat arah kebijakan keuangan Daerah, strategi pembangunan

Daerah, kebijakan umum, dan program Satuan Kerja Perangkat Daerah, lintas

Satuan Kerja Perangkat Daerah, dan program kewilayahan disertai dengan

rencana- rencana kerja dalam kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang

bersifat indikatif.

Penyusunan RPI2-JM tentu perlu mengacu pada rencana pembangunan

daerah yang tertuang dalam RPJMD agar pembangunan sektor Cipta Karya

dapat terpadu dengan pembangunan bidang lainnya. Oleh karena itu,

ringkasan dari RPJMD perlu dikutip dalam RPI2-JM CK seperti visi, misi, serta

arahan kebijakan bidang Cipta Karya di daerah.

Visi dan Misi dalam RPJMD merupakan visi dan misi Kepala Daerah

terpilih. Visi dan Misi Kepala Daerah yang disampaikan saat pencalolan atau

masa kampanye pertama di depan DPRD menjadi dokumen negara dan pda

dasarnya merupakan idealisme dan pemikiran calon kepla daerah terhadap

kondisi dan permasalahan masyarakat Kabupaten Purworejo. Kepala Daerah

terpilih mempunyai keinginan agar pembangunan masyarakat di Kabupaten

Purworejo dilakukan dengan pendekatan pembnagunan yang berkelanjutan

melalui integrasi tridaya , yaitu daya ekonomi, daya sosial dan daya lingkungan

menuju masyarakat Purworejo yang lebih sejahtera. Visi Bupati dan Wakil

Bupati Purworejo periode Tahun 2011-2015 dalam rangka mengimplementasi

keinginan tersebut, yaitu:

“Menuju masyarakat Purworejo yang lebih sejahtera

dengan

meningkatkan kemandirian serta daya saing, melalui penyelenggaraan

(19)

bertumpu pada agribisnis, yang didukung birokrasi professional dan bersih

dari korupsi, kolusi dan nepotisme serta peran serta aktif sektor swasta

dan masyarakat pa

da umumnya”.

Rumusan misi dalam rancangan dokumen RPJM Daerah ini sebagai penjabaran

atas visi “

Menuju masyarakat Purworejo yang lebih sejahtera dengan

meningkatkan kemandirian serta daya saing, melalui penyelenggaraan

pemerintahan, pembangunan daerah, dan kemasyarakatan yang aspiratif

bertumpu pada agribisnis, yang didukung birokrasi professional dan bersih dari

korupsi, kolusi dan nepotisme serta peran serta aktif sektor swasta dan

masyarakat pada umumnya

” adalah :

1)

Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pengambilan keputusan

politik melalui pemberdayaan masyarakat serta penjaringan aspirasi

masyarakat dengan memanfaatkan mekanisme politik yang sehat dan

dinamis.

2)

Meningkatkan produktivitas dan kualitas hasil pertanian dalam arti luas.

3)

Mewujudkan iklim yang kondusif serta ketersediaan infrastruktur

untuk menarik investasi dalam mewujudkan industri jasa dan

perdagangan guna mendorong kemajuan daerah berbasis agribisnis.

4)

Meningkatkan pendapatan daerah untuk mendukung pembangunan

daerah yang semakin luas dan berkualitas.

(20)

Tabel 5.4

Strategi dan Arah Kebijakan RPJMD Kabupaten Purworejo

Misi 3: Mewujudkan iklim yang kondusif serta ketersediaan infrastruktur untuk menarik investasi dalam mewujudkan industri jasa dan perdagangan guna mendorong kemajuan daerah berbasis agrobisnis

Tujuan 2: Mewujudkan pembangunan infrastruktur yang mendukung investasi dan kemajuan daerah

Sasaran Strategi dan

Arah Kebijakan

Indikator Kinerja Sasaran

Target Capaian Kinerja

Program Pembangunan Daerah Urusan

SKPD

1. Prosentase jalan dengan kualitas baik

55,00% 60% 1). 1.03.xx.15. Program

Pembangunan Jalan dan Jembatan 3. Rasio layanan

irigasi (Daerah Irigasi tercukupi)

44,40% 67,40% 3). 1.03.xx.30. Program Pembangunan Infrastruktur Pedesaan

4. Akses air bersih (dari 181 desa rawan air bersih tertangani)

64,00% 88% 4). 1.03.xx.18. Program

Pemeliharaan Jalan dan Jembatan

5. Akses sanitasi (rumah tangga bersanitasi) (%)

50,00% 80% 5). 1.03.xx.22. Program

Pembangunan Sistem

Informasi/Data Base Jalan dan Jembatan

6. Prosentase cakupan layanan air limbah

40% 60% 6). 1.03.xx.23. Program

Peningkatan Sarana dan Prasarana Kebinamargaan Strategis dan Cepat Tumbuh 8. Luas genangan air

hujan/banjir yang tertangani

20% 30% 8). 1.03.xx.24. Program

Pengembangan dan Pengelolaan Jaringan Irigasi, Rawa, dan Jaringan Pengairan Lainnya 9. Tingkat

pengelolaan dan konservasi sumber

25% 35% 9). 1.03.xx.25. Program

(21)

keberlanjutan minyak, gas dan listrik.

daya air (3 Daerah Aliran Sungai)

10). 1.03.xx.27. Program Pengembangan Kinerja Air Minum dan Air Limbah 11). 1.03.xx.28. Program Pengendalian Banjir 12). 1.03.xx.26. Program

Pengembangan, Pengelolaan dan Konservasi Sungai, Danau, Sumber Daya Air Lainnya 10. Cakupan

11. Cakupan layanan rumah layak huni yang terjangkau

82% 86% 2). 1.04.xx.16. Program

Lingkungan Sehat Permukiman

12. Cakupan lingkungan yang sehat dan aman yang didukung dengan PSU

52,3% 57% 3). 1.04.xx.17. Program

Pemberdayaan Komunitas Perumahan

4). 1.04.xx.18. Program Perbaikan Perumahan Akibat Bencana Alam atau Sosial 5). 1. Program Pengelolaan Kebersihan, Pertamanan, dan Penerangan Jalan

6). 1.04.xx.02. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur 7). 1.04.xx.19. Program Pengelolaan Areal Pemakaman 8). 1.04.xx.20. Program Peningkatan Kesiagaan

Pencegahan Bahaya Kebakaran 13. Prosentase

Pengamanan dan Pengendalian Lalulintas dengan kondisi baik

40% 70% 2). 1.07.xx.20. Program

(22)

15. Prosentase jumlah prasarana dan fasilitas LLAJ sesuai kebutuhan

30% 75% 3). 1.07.xx.17. Program

Peningkatan Pelayanan Angkutan

4). 1.07.xx.15. Program Pembangunan Prasarana dan Fasilitas Perhubungan 5). 1.07.xx.18. Program Pembangunan Sarana dan Prasarana Perhubungan 6). 1.07.xx.16. Program Rehabilitasi dan Pemeliharaan Prasarana dan Fasilitas LLAJ 16. Dusun tanpa

akses listrik

10% 5% 2.03.xx.17. Program Pembinaan

dan Pengembangan Bidang ketenagalistrikan

2.03. Energi & Sumber Daya Mineral

1.015.01. Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi 17. Jumlah

pemanfaatan energi alternatif baru terbarukan (unit)

- 60 1. Program Penumbuhan

Sumber-Sumber Energi Terbarukan

(23)

5.3 Arahan Peraturan Daerah tentang Bangunan Gedung

Penyusunan Perda Bangunan Gedung diamanatkan pada Peraturan

Pemerintah No. 36 tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU 28 tahun

2002 tentang Bangunan Gedung, yang menyatakan bahwa

pengaturan

dilakukan oleh pemerintah daerah dengan penyusunan Peraturan Daerah

tentang Bangunan Gedung berdasarkan pada peraturan perundang-undangan

yang lebih tinggi dengan memperhatikan kondisi kabupaten/kota setempat serta

penyebarluasan peraturan perundang-undangan, pedoman, petunjuk, dan

standar teknis bangunan gedung dan operasionalisasinya di masyarakat.

Perda Bangunan Gedung mengatur tentang persyaratan administrasi dan

teknis bangunan gedung. Salah satunya mengatur persyaratan keandalan

gedung, seperti keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan.

Persyaratan ini wajib dipenuhi untuk memberikan perlindungan rasa aman bagi

pengguna bangunan gedung dalam melakukan aktifitas di dalamnya dan

sebagai landasan operasionalisasi penyelenggaraan bangunan gedung di

daerah. Utamanya untuk daerah rawan bencana, Perda Bangunan Gedung

sangat penting sebagai payung hukum di daerah dalam menjamin keamanan

dan keselamatan bagi pengguna. Ketersediaan Perda BG bagi kabupaten/kota

merupakan salah satu prasyarat dalam prioritas pembangunan bidang Cipta

Karya di kabupaten/kota.

(24)

1.

Fungsi hunian, yaitu bangunan gedung dengan fungsi utama sebagai

tempat tinggal manusia yang meliputi rumah tinggal tunggal, rumah

tinggal deret, rumah tinggal susun, dan rumah tinggal sementara;

2.

fungsi keagamaan, yaitu bangunan gedung dengan fungsi utama sebagai

tempat melakukan ibadah yang meliputi bangunan masjid, termasuk

mushola, bangunan gereja, termasuk kapel, bangunan pura, bangunan

vihara, dan bangunan kelenteng;

3.

fungsi usaha, yaitu bangunan gedung dengan fungsi utama sebagai

tempat melakukan kegiatan usaha yang meliputi bangunan gedung

perkantoran, perdagangan, perindustrian, perhotelan, wisata dan

rekreasi, terminal dan bangunan gedung tempat penyimpanan;

4.

fungsi sosial dan budaya, yaitu bangunan gedung dengan fungsi utama

sebagai tempat melakukan kegiatan sosial dan budaya yang meliputi

bangunan gedung pelayanan pendidikan, pelayanan kesehatan,

kebudayaan, laboratorium dan bangunan gedung pelayanan umum;

5.

fungsi khusus, yaitu bangunan gedung dengan fungsi utama sebagai

tempat melakukan kegiatan yang mempunyai tingkat kerahasiaan tinggi

tingkat nasional atau yang penyelenggaraannya dapat membahayakan

masyarakat sekitar dan/ atau mempunyai resiko bahaya tinggi, meliputi

bangunan gedung untuk reaktor nuklir, instalasi pertahanan dan

keamanan dan bangunan sejenis yang ditetapkan menteri;

6.

fungsi ganda, yaitu bangunan gedung yang mempunyai lebih dari satu

fungsi utama.

Klasifikasi Bangunan Gedung

1.

Bangunan gedung diklasifikasikan berdasarkan tingkat permanensi,

tingkat kompleksitas, tingkat resiko kebakaran, zonasi rawan bencana

alam, wilayah, lokasi, ketinggian, luas keseluruhan lantai dan/ atau

status kepemilikan

(25)

a.

bangunan gedung permanen;

b.

bangunan gedung semi permanen;

c.

bangunan gedung darurat/ sementara.

3.

Klasifikasi bangunan gedung berdasar tingkat kompleksitas meliputi :

a.

bangunan gedung sederhana;

b.

bangunan gedung tidak sederhana;

c.

bangunan gedung khusus.

4.

Klasifikasi bangunan gedung berdasar tingkat resiko kebakaran meliputi:

a.

bangunan gedung tingkat resiko kebakaran tinggi;

b.

bangunan gedung tingkat risiko kebakaran sedang;

c.

bangunan gedung tingkat risiko kebakaran rendah.

5.

Klasifikasi bangunan gedung berdasar zonasi rawan bencana alam

meliputi :

a.

bangunan gedung zonasi kerawanan tinggi;

b.

bangunan gedung zonasi kerawanan sedang;

c.

bangunan gedung zonasi kerawanan rendah.

6.

Klasifikasi bangunan gedung berdasar wilayah meliputi:

a.

bangunan gedung di wilayah kepadatan tinggi;

b.

bangunan gedung di wilayah kepadatan sedang;

c.

bangunan gedung di wilayah kepadatan rendah/ renggang;

d.

bangunan gedung di wilayah khusus/ tertentu;

e.

bangunan gedung di wilayah perdesaan.

7.

Klasifikasi bangunan gedung berdasar lokasi meliputi:

a.

bangunan gedung di tepi jalan utama;

b.

bangunan gedung di tepi jalan arteri;

c.

bangunan gedung di tepi jalan kolektor;

d.

bangunan gedung di tepi jalan antar lingkungan/ lokal;

e.

bangunan gedung di tepi jalan Desa/ lingkungan;

(26)

8.

Klasifikasi bangunan gedung berdasar ketinggian meliputi:

a.

bangunan gedung bertingkat tinggi (lebih dari enam lantai);

b.

bangunan gedung bertingkat sedang (tiga sampai dengan enam

lantai);

c.

bangunan gedung bertingkat rendah (kurang dari tiga lantai).

9.

Klasifikasi bangunan gedung berdasar luas keseluruhan lantai meliputi:

a.

bangunan gedung dengan luas lebih dari 1.000 m2 (seribu meter

persegi);

b.

bangunan gedung dengan luas lebih dari 500 m2 (lima ratus meter

persegi) sampai dengan 1.000 m2 (seribu meter persegi);

c.

bangunan gedung dengan luas lebih dari 100 m2 (seratus meter

persegi sampai dengan 500 m2 (lima ratus meter persegi);

d.

bangunan gedung dengan luas sampai dengan 100 m2 (seratus

meter persegi).

10.

Klasifikasi bangunan gedung berdasar status kepemilikan meliputi:

a.

bangunan gedung milik Negara;

b.

bangunan gedung milik badan;

c.

bangunan gedung milik perorangan.

Persyaratan Bangunan Gedung

Persyaratan Umum

1.

Setiap bangunan gedung harus memenuhi persyaratan administratif dan

persyaratan teknis sesuai dengan fungsi dan klasifikasi bangunan

gedung.

2.

Persyaratan administratif bangunan gedung meliputi :

a.

status hak atas tanah, dan /atau izin pemanfaatan dari pemegang

hak atas tanah;

b.

status kepemilikan bangunan gedung;

c.

IMB;

d.

izin lokasi bagi pembangunan gedung oleh perseorangan atau

Badan untuk keperluan usaha;

(27)

pembangunan gedung di tanah pertanian.

3.

Persyaratan teknis bangunan gedung meliputi persyaratan tata

bangunan dan persyaratan keandalan bangunan gedung.

4.

Persyaratan administratif dan persyaratan teknis untuk bangunan

gedung semi permanen, bangunan gedung darurat dan bangunan

gedung yang dibangun pada daerah lokasi bencana ditetapkan sesuai

kondisi sosial dan budaya setempat serta mengacu pada pedoman dan

standar teknis yang berkaitan dengan bangunan gedung yang

bersangkutan.

Persyaratan Administratif

1.

Setiap bangunan gedung harus memenuhi persyaratan administrative

dan peraturan perundangundangan yang berlaku.

2.

Setiap orang atau badan dapat memiliki bangunan gedung atau bagian

bangunan gedung.

3.

Pemerintah Daerah wajib melakukan pendataan bangunan gedung

untuk keperluan tertib pembangunan dan pemanfaatan.

Penyelenggaraan Bangunan Gedung

1.

Penyelenggaraan bangunan gedung meliputi kegiatan pembangunan,

pemanfaatan, pelestarian, perawatan, pemeliharaan dan pembongkaran.

2.

Dalam penyelenggaraan bangunan gedung penyelenggara berkewajiban

memenuhi persyaratan bangunan gedung sesuai ketentuan yang berlaku.

3.

Penyelenggara bangunan gedung terdiri atas pemilik bangunan gedung,

penyedia jasa konstruksi, dan pengguna bangunan gedung.

4.

Pemilik bangunan gedung yang belum dapat memenuhi persyaratan

teknis dan adminitratif sesuai ketentuan yang berlaku, tetap harus

memenuhi ketentuan tersebut secara bertahap.

Peran Dan Hak Masyarakat

(28)

dalam hal :

a.

Melakukan

pengawasan

dalam

mewujudkan

tertib

penyelenggaraanbangunan gedung;

b.

menyampaikan pendapat kepada Kepala Dinas/ Instansi yang

berwenang terhadap setiap rencana pembangunan, pemanfaatan

dan pelestarian bangunan gedung di sekitarnya yang menimbulkan

dampak penting bagi kehidupan masyarakat;

c.

mengetahui dan menyampaikan pendapat kepada Dinas/ Instansi

yang berwenang atas setiap penyusunan Rencana Tata Bangunan

dan Lingkungan pada kawasan yang bersangkutan;

d.

menyerahkan sebagian atau seluruhnya bangunan dan/ atau

tanah yang dimiliki;

e.

melaporkan kepada Dinas/ instansi yang berwenang untuk hal-hal

yang

dapat

membahayakan

kepentingan

umum

dalam

pembangunan, pemanfaatan, dan pelestarian bangunan gedung.

2.

Dalam penyelenggaraan bangunan gedung, masyarakat mempunyai hak:

a.

memperoleh penggantian yang layak atas kerugian yang dialami

secara langsung dari pihak pengguna atau instansi terkait sebagai

akibat penyelenggaraan bangunan gedung;

b.

mengajukan gugatan perwakilan ke pengadilan sesuai dengan

peraturanperundang-undangan.

3.

Dalam pembangunan, pemanfaatan, pelestarian, dan pembongkaran

bangunan gedung dan/ atau lingkungan, masyarakat ahli atau Tim ahli

bangunan gedung dapat berperan dalam hal :

a.

memberikan saran dan masukan kepada Pemerintah Daerah dalam

proses pembangunan bangunan gedung dan lingkungan;

b.

memberikan saran dan masukan kepada Pemerintah Daerah dalam

proses pemanfaatan, pelestarian, dan/ atau pembongkaran

bangunan gedung dan lingkungan;

(29)

kepentingan dan keselamatan masyarakat, kelestarian lingkungan

dan keamanan negara.

5.4 Arahan Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI- SPAM)

Berdasarkan Permen PU No. 18 Tahun 2007, Rencana Induk Pengembangan

Sistem Penyediaan Air Minum adalah suatu rencana jangka panjang (15-20

tahun) yang merupakan bagian atau tahap awal dari perencanaan air minum

jaringan perpipaan dan bukan jaringan perpipaan berdasarkan proyeksi

kebutuhan air minum pada satu periode yang dibagi dalam beberapa tahapan

dan memuat komponen utama sistem beserta dimensi-dimensinya. RI-SPAM

dapat berupa RI- SPAM dalam satu wilayah administrasi maupun lintas

kabupaten/kota/provinsi. Penyusunan rencana induk pengembangan SPAM

memperhatikan aspek keterpaduan dengan prasarana dan sarana sanitasi

sejak dari sumber air hingga unit pelayanan dalam rangka perlindungan dan

pelestarian air.

1.

Rencana Tingkat Pelayanan

Tingkat pelayanan adalah persentase jumlah penduduk yang dilayani dari total

jumlah penduduk pada daerah cakupan layanan, dimana besarnya tingkat

pelayanan diambil berdasarkan survey yang dilakukan oleh PDAM terhadap

jumlah permintaan air minum oleh masyarakat atau dapat juga dilihat

berdasarkan kemampuan yang dimiliki oleh PDAM dalam pemenuhan

kebutuhan air minum.

(30)

Tabel 5.5

Rencana tingkat pelayanan

Tahun

Tingkat pelayanan

2012

45 %

2015

75 %

2020

80 %

2025

100 %

Sumber : Dok RISPAM Kab Purworejo, 2012

2.

Rencana Pengembangan SPAM

Rencana Induk Pengembangan SPAM Kabupaten Purworejo dibagi

menjadi 6 cabang pelayanan (sesuai ketetapan PDAM Tirta Perwitasari) yaitu:

-

Cabang 1 Kota Purworejo

Wilayah pelayanan Kota Purworejo mencakup seluruh kelurahan kota

Purworejo, bahkan melayani daerah di luar Kota Purworejo seperti Desa

Candisari, Grantung, Butuh, Bayan, Bandingrejo, Besolem, dan Gintungan.

-

Cabang 2 Bener

Wilayah pelayanan Cabang Bener mencakup wilayah Bener, Bleber,

Kaliboto, Kaliurip, Kedung Pucang, Mudalrejo, dan Kebun Gunung.

-

Cabang 3 Loano

Wilayah pelayanan cabang Loano mencakup daerah Sedayu, Banyuasin

Kembaran, dan Banyuasin Separe.

-

Cabang 4 Purwodadi

Wilayah pelayanan cabang Purwodadi mencakup daerah Borowetan,

Popongan, Cengkawakrejo, Keduren, Bragolan, Jenar Lor, Jenar Kidul,

Jenar Wetan, Purwosari, Sumbersari, Purwodadi, dan Guyangan.

-

Cabang 5 Banyuurip

Wilayah pelayanan cabang Banyuurip mencakup 8 desa yaitu Condongsari,

Sumbersari, Candingasinan, Pakisrejo, Tegalrejo, Banyuurip, Tegalkuning,

Sukowaten.

(31)

Wilayah pelayanan cabang Kutoarjo mencakup seluruh kelurahan

Kecamatan Kutoarjo.

Pembagian

daerah

pelayanan/zonasi

SPAM

Kabupaten

Purworejo

berdasarkan perencanaan PDAM Tirta Perwitasari , dapat dilihat pada gambar

7.1.

Kecamatan Bruno dan Kaligesing dapat menggunakan program dari

DAK/PAMSIMAS. Kedua kecamatan tersebut memiliki sedikit sumber air

baku sehingga PDAM tidak dapat memenuhi kebutuhan air di kedua

kecamatan tersebut.

Pengembangan SPAM yang dilakukan Kabupaten Purworejo berupa

sistem air regional dengan menggunakan sumber air baku dari Sungai

Badegolan dengan kapasitas 200 l/detik, dan pemanfaatan Bendung

Sudagaran dan Siwatu .

(32)

3.

Rencana Penurunan Kebocoran Air

Kehilangan air yang terjadi di SPAM Kabupaten Purworejo terdiri dari

kehilangan air di instalansi dan kehilangan air di tingkat distribusi. Kehilangan

air di instalansi disebabkan karena pemakaian air untuk keperluan proses

pengolahan air yang meliputi pencucian media filter dan pengurasan bak

sedimentasi. Kualitas air baku yang stabil di musim kemarau dan musim

penghujan merupakan potensi terhadap pengolahan air menjadi lebih ringan,

sehingga pemeliharaan dan perawatan di unit-unit pengolahan menjadi lebih

ringan juga. Kehilangan air di tingkat distribusi banyak disebabkan karena

kebocoran air karena kurangnya perawatan, serta kualitas tanah pada jalur

pipa yang rawan longsor dan ditepi sungai sehingga rawan kebocoran pipa

akibat tidak mampu menahan beban dari longsoran maupun banjir. Selain itu

adanya pencurian air, perusakan meter air, dan kondisi meter air di pelanggan

yang sering rusak, disamping faktor pembacaan meter air oleh petugas

pengontrol meter merupakan beberapa faktor yang mempengaruhi kehilangan

air di sitem distribusi. Dari uraian diatas kehilangan air dapat dibagi menjadi 3 kategori,

yaitu :

a. Kehilangan air rencana (

unacounted for water

)

Kehilangan air rencana memang dialokasikan khusus untuk kelancaran

operasi dan pemeliharaan fasilitas, faktor ketidaksempurnaan komponen

fasilitas dan hal lain yang direncanakan beban biaya.

b. Kehilangan air insidentil

Penggunaan air yang sifatnya insedentil, misalnya penggunaan air yang tidak

sialokasikan khusus, seperti pemadam kebakaran.

c. Kehilangan air secara administrasi

Kehilangan air secara administrasi dapat disebabkan oleh :

- kesalahan pencatatan meter

- kehilangan air akibat sambungan liar

(33)

5.5 Arahan Strategi Sanitasi Kota (SSK)

Strategi Sanitasi Kota adalah dokumen rencana strategis berjangka

menengah yang disusun untuk percepatan pembangunan sektor sanitasi suatu

Kota/Kabupaten, yang berisi potret kondisi sanitasi kota saat ini, rencana

strategi dan rencana tindak pembangunan sanitasi jangka menengah. SSK

disusun oleh Pokja Sanitasi Kabupaten/Kota didukung fasilitasi dari

pemerintah pusat dan pemerintah provinsi. Dalam menyusun SSK, Pokja

Sanitasi Kabupaten/Kota berpedoman pada prinsip:

a.

Berdasarkan data aktual (Buku Putih Sanitasi);

b.

Berskala kota dan lintas sektor (air limbah, drainase, persampahan)

c.

Disusun sendiri oleh kota dan untuk kota; dan

d.

Menggabungkan pendekatan ‘

top down

’ dengan ‘

bottom

up’

.

1.

Kerangka Kerja Sanitasi

Penyusunan rencana tindak sektor sanitasi menggambarkan seluruh

tahapan yang dimulai dari penyusunan area prioritas (

priority setting

) pada

tingkat kelurahan/desa, sampai dengan daftar final program dan kegiatan

(proyek) sebagai bagian dari rencana tindak sektor sanitasi sebagaimana

ditampilkan pada gambar berikut.

Area (Kelurahan/ Desa)

Project Digest (Draft)

Peninjauan ulang dan

Prioritas dan Rencana

(34)

Skema di atas menunjukkan tahapan proses sebagai berikut:

(1)

Penetapan area prioritas pada level kelurahan/desa,

(2)

Penetapan program dan kegiatan dalam bentuk project digest,

(3)

Peninjauan ulang dan konsolidasi proyek ke dalam cakupan yang lebih

besar untuk menghasilkan efektifitas dan efisiensi proyek,

(4)

Analisa dan penetapan proyek-proyek prioritas berdasarkan kriteria

prioritas yang spesifik,

(5)

Penetapan daftar proyek yang akan dilaksanakan sebagai bagian dari

rencana tindak,

(6)

Pelaksanaan koordinasi dan advokasi sehingga rencana tindak menjadi

bagian dari SKPD.

2.

Tujuan, Sasaran,Strategi dan Program

a.

Tujuan, Sasaran, dan Tahapan Pencapaian Sub Sektor Air Limbah

Tujuan:

1.

Meningkatkan dan mewujudkan pemenuhan kebutuhan sarana

prasarana air limbah yang sesuai dengan mutu dan standar yang berlaku

2.

Meningkatkan keterlibatan pemangku kepentingan dalam pemanfaatan

dan pemeliharaan sarana prasarana air limbah yang tersedia

Sasaran:

1.

Tercapainya peningkatan cakupan dan kualitas pelayanan air limbah

dengan terwujudnya sarana prasarana sesuai standar baku mutu

sampai tahun 2014

2.

Termanfaatkannya dan terpeliharanya sarana prasarana air limbah di

lingkungan permukiman dan sekolah

3.

Terbentuknya dan terbinanya kelompok pengelola sarana prasarana

air limbah di lingkungan permukiman dan sekolah

b.

Tujuan, Sasaran, Dan Tahapan Pencapaian Sub Sektor Persampahan

(35)

3.

Meningkatkan dan mewujudkan pemenuhan kebutuhan sarana

prasarana persampahan yang sesuai dengan mutu dan standar yang

berlaku

4.

Meningkatkan

keterlibatan

pemangku

kepentingan

dalam

pemanfaatan dan pemeliharaan sarana prasarana persampahan yang

tersedia

5.

Meningkatkan kesadaran dan peran serta masyarakat untuk

berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)

6.

Mewujudkan kepastian hukum dalam pelaksanaan pengelolaan

sarana prasarana persampahan

7.

Meningkatkan pembinaan dan koordinasi dalam rangka pengelolaan,

pengendalian, dan pelaporan pelaksanaan dengan melibatkan peran

serta masyarakat

Sasaran:

1.

Tercapainya

peningkatan

cakupan

dan

kualitas

pelayanan

persampahan dengan terwujudnya sarana prasarana sesuai standar

baku mutu sampai tahun 2014

2.

Termanfaatkannya

dan

terpeliharanya

sarana

prasarana

persampahan di lingkungan permukiman dan sekolah

3.

Terbentuknya dan terbinanya kelompok pengelola sarana prasarana

persampahan di lingkungan permukiman dan sekolah

4.

Terwujudnya peningkatan lingkungan permukiman dan sekolah yang

bersih dan sehat

5.

Penetapan Perda dan pedoman teknis tentang pelaksanaan

pengelolaan sarana prasarana persampahan

6.

Tersedianya data base/ sistem informasi sanitasi melalui monitoring

dan evaluasi yang terpadu dan berkelanjutan

7.

Peningkatan prosentase penanganan permasalahan sanitasi dan

tanggap cepat dan tepat sanitasi

c.

Tujuan, Sasaran, Dan Tahapan Pencapaian Sub Sektor Drainase

(36)

Tujuan:

1.

Meningkatkan dan mewujudkan pemenuhan kebutuhan sarana

prasarana drainase yang sesuai dengan mutu dan standar yang

berlaku

2.

Meningkatkan

keterlibatan

pemangku

kepentingan

dalam

pemanfaatan dan pemeliharaan sarana prasarana drainase yang

tersedia

Sasaran:

1.

Tercapainya peningkatan cakupan dan kualitas pelayanan drainase

dengan terwujudnya sarana prasarana sesuai standar baku mutu

sampai tahun 2014

2.

Termanfaatkannya dan terpeliharanya sarana prasarana drainase di

lingkungan permukiman dan sekolah

3.

Terbentuknya dan terbinanya kelompok pengelola sarana prasarana

drainase di lingkungan permukiman dan sekolah

d.

Tujuan, Sasaran, Dan Tahapan Pencapaian Sub Sektor Air Bersih

Tujuan:

1.

Meningkatkan dan mewujudkan pemenuhan kebutuhan sarana

prasarana air bersih yang sesuai dengan mutu dan standar yang

berlaku

2.

Meningkatkan

keterlibatan

pemangku

kepentingan

dalam

pemanfaatan dan pemeliharaan sarana prasarana air bersih yang

tersedia

Sasaran:

1.

Tercapainya peningkatan cakupan dan kualitas pelayanan air bersih

dengan terwujudnya sarana prasarana sesuai standar baku mutu

sampai tahun 2014

2.

Termanfaatkannya dan terpeliharanya sarana prasarana air bersih di

lingkungan permukiman dan sekolah

(37)

e.

Tujuan, Sasaran, Dan Tahapan Pencapaian Sub Sektor Perilaku Hidup

Bersih dan Sehat

Tujuan:

Meningkatkan kesadaran dan peran serta masyarakat untuk berperilaku

hidup bersih dan sehat (PHBS)

Sasaran:

1.

Tercapaianya peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat oleh rumah

tangga (strata utama paripurna)

2.

Terwujudnya peningkatan lingkungan permukiman dan sekolah yang

bersih dan sehat

3.

Strategi Persubsektor

a.

Strategi Sub Sektor Air Limbah

Berdasarkan pada hasil matriks pilihan strategi sub sektor air limbah berada

diantara kuadran III

dengan posisi strateg

i ceruk sehingga strategi yang

dikembangkan untuk mengatasi isu strategis yang muncul dalam rangka

mencapai sasaran sub sektor Air Limbah, adalah:

1.

Menyediakan sarana prasarana pengelolaan air limbah rumah tangga secara

komunal.

2.

Membentuk dan membina kelompok pengelola sarana prasarana air limbah

di setiap lingkungan permukiman dan sekolah.

Lingkungan mendukung

(+)

(-)

Lingkungan kurang / tidak mendukung

Internal lemah (-) Internal kuat (+)

II Pemeliharaan

selektif

Pemeliharaan

agresif I

Pertumbuhan cepat Pertumbuhan stabil

Diversifikasi besar-besaran

IV Berputar

III

(38)

3.

Memberikan pendampingan atau stimulan terhadap pembangunan sarana

prasarana air limbah di lingkungan permukiman dan sekolah.

4.

Menyusun mekanisme prosedur penanganan kerusakan lingkungan akibat

pelanggaran peraturan perda yang ada dan memproses secara hukum tindak

pelanggaran tersebut untuk diserahkan kepada pihak yang berwajib.

5.

Melaksanakan pemantauan dan pengawasan terhadap kelompok masyarakat

pengelola lingkungan dan pengelola limbah industri/kegiatan/usaha

6.

Menyelenggarakan pemantauan, evaluasi, pengendalian dan pelaporan

terhadap program dan kegiatan pengelolaan air limbah dengan yang

dilaksanakan di Kabupaten Purworejo

7.

Menindaklanjuti dan menangani pengaduan masyarakat berkaitan dengan

permasalahan air limbah

8.

Memilih dan memberikan penghargaan terhadap kelompok pengelola

lingkungan sehat, pengelola industri berprestasi di Kabupaten Purworejo tiap

tahun

b.

Strategi sub Sektor persampahan

Berdasarkan pada hasil matriks pilihan strategi sub sektor persampahan

berada diantara kuadran IV

dengan posisi strateg

i diversifikasi besar-besaran

sehingga strategi yang dikembangkan untuk mengatasi isu strategis yang

muncul dalam rangka mencapai sasaran sub sektor persampahan, adalah:

Lingkungan mendukung

(+)

(-)

Lingkungan kurang / tidak mendukung

Internal lemah (-) Internal kuat (+)

II Pemeliharaan

selektif

Pemeliharaan

agresif I

Pertumbuhan cepat Pertumbuhan stabil

Diversifikasi besar-besaran

IV Berputar

III

(39)

1.

Mengoptimalkan pengelolaan sarana prasarana TPA Jetis dengan

menyediakan sarana prasarana teknis pengelolaan TPA secara controled

land fill.

2.

Mengoptimalkan pengelolaan sarana prasarana persampahan dengan

menggunakan sistem 3R di kawasan permukiman dan fasilitas umum.

3.

Melaksanakan sosialisasi tentang pentingnya kesehatan lingkungan dan

pengelolaannya di masyarakat dan sekolah serta menggalakkan gerakan

bersih lingkungan

4.

Memberikan pendampingan atau stimulan terhadap pembangunan sarana

prasarana persampahan di lingkungan permukiman dan sekolah.

5.

Menyusun raperda dan pedoman teknis tentang pelaksanaan pengelolaan

persampahan bersama DRRD menetapkannya menjadi perda.

6.

Menyusun mekanisme prosedur penanganan kerusakan lingkungan akibat

pelanggaran perda yang ada dan memproses secara hukum tindak

pelanggaran tersebut untuk diserahkan kepada pihak yang berwajib.

7.

Melaksanakan

pemantauan

dan

pengawasan

terhadap

kelompok

masyarakat

pengelola

lingkungan

dan

pengelola

limbah

industri/kegiatan/usaha

8.

Menyelenggarakan pemantauan, evaluasi, pengendalian dan pelaporan

terhadap program dan kegiatan pengelolaan persampahan dengan yang

dilaksanakan di Kabupaten Purworejo.

9.

Menindaklanjuti dan menangani pengaduan masyarakat berkaitan dengan

permasalahan persampahan.

(40)

c.

Strategi sub Sektor Drainase Lingkungan

Berdasarkan pada hasil matriks pilihan strategi sub sektor drainase lingkungan

berada diantara kuadran IV

dengan posisi strateg

i diversivikasi besar-besaran

sehingga strategi yang dikembangkan untuk mengatasi isu strategis yang

muncul dalam rangka mencapai sasaran sub sektor drainase lingkungan,

adalah:

1.

Mengoptimalkan pengelolaan sistem drainase permukiman dengan

menyediakan sarana prasarana drainase lingkungan yang terpadu.

2.

Membentuk dan membina kelompok pengelola sarana prasarana drainase

di setiap lingkungan permukiman dan sekolah.

3.

Memberikan pendampingan atau stimulan terhadap pembangunan sarana

prasarana drainase lingkungan di lingkungan permukiman dan sekolah.

4.

Menyusun raperda dan pedoman teknis tentang pelaksanaan pengelolaan

sarana prasarana drainase lingkungan serta bersama DRRD menetapkan

menjadi perda.

5.

Menyelenggarakan pemantauan, evaluasi, pengendalian dan pelaporan

terhadap program dan kegiatan pengelolaan lingkungan dengan yang

dilaksanakan di Kabupaten Purworejo.

6.

Menindaklanjuti dan menangani pengaduan masyarakat berkaitan dengan

permasalahan drainase lingkungan.

Lingkungan mendukung

(+)

(-)

Lingkungan kurang / tidak mendukung

Internal lemah (-) Internal kuat (+)

II Pemeliharaan

selektif

Pemeliharaan

agresif I

Pertumbuhan cepat Pertumbuhan stabil

Diversifikasi besar-besaran

IV Berputar

III

(41)

d.

Strategi Sub Sektor Air Bersih

Berdasarkan pada hasil matriks pilihan strategi sub sektor air bersih berada

diantara kuadran IV

dengan posisi strateg

i diversifikasi besar-besaran

sehingga strategi yang dikembangkan untuk mengatasi isu strategis yang

muncul dalam rangka mencapai sasaran sub sektor air bersih, adalah:

1.

Mengoptimalkan pengelolaan sarana prasarana air bersih dan air minum

dengan optimalisasi sistem produksi & distribusi air minum dan

memberikan perlindungan (konservasi) terhadap sumber-sumber air baku.

2.

Membentuk dan membina kelompok pengelola sarana prasarana air bersih

di setiap lingkungan permukiman dan sekolah.

3.

Memberikan pendampingan atau stimulan terhadap pembangunan sarana

prasarana air bersih di lingkungan permukiman dan sekolah.

4.

Menyusun raperda dan pedoman teknis tentang pelaksanaan pengelolaan

sarana air bersih dan bersama DRRD menetapkan menjadi perda.

5.

Menyelenggarakan pemantauan, evaluasi, pengendalian dan pelaporan

terhadap program dan kegiatan pengelolaan air bersih yang dilaksanakan di

Kabupaten Purworejo.

6.

Menindaklanjuti dan menangani pengaduan masyarakat berkaitan dengan

permasalahan air bersih.

Lingkungan mendukung

(+)

(-)

Lingkungan kurang / tidak mendukung

Internal lemah (-) Internal kuat (+)

II Pemeliharaan

selektif

Pemeliharaan

agresif I

Pertumbuhan cepat Pertumbuhan stabil

Diversifikasi besar-besaran

IV Berputar

III

(42)

e.

Strategi sub Sektor Higiene

Berdasarkan pada hasil matriks pilihan strategi higiene berada diantara

kuadran II

dengan posisi strateg

i pemeliharaan selektif sehingga strategi yang

dikembangkan untuk mengatasi isu strategis yang muncul dalam rangka

mencapai sasaran higiene, adalah:

1.

Menyediakan sarana prasarana jamban sehat bersama.

2.

Melaksanakan sosialisasi tentang pentingnya kesehatan lingkungan dan

pengelolaannya di masyarakat dan sekolah serta menggalakkan gerakan

bersih lingkungan.

3.

Mengagendakan materi kesehatan lingkungan dalam mata pelajaran

disekolah dan mempraktekkanya secara langsung (learning by doing).

4.

Menyelenggarakan gerakan pemberdayaan masyarakat melalui pelatihan,

penyuluhan, sosialisasi PHBS dan kemitraan dengan Lembaga Sosial, dan

Lembaga Swadaya Masyarakat.

5.

Memilih dan memberikan penghargaan terhadap kelompok pengelola

lingkungan sehat, pengelola industri berprestasi di Kabupaten Purworejo

tiap tahun.

Lingkungan mendukung

(+)

(-)

Lingkungan kurang / tidak mendukung

Internal lemah (-) Internal kuat (+)

II Pemeliharaan

selektif

Pemeliharaan

agresif I

Pertumbuhan cepat Pertumbuhan stabil

Diversifikasi besar-besaran

IV Berputar

III

Gambar

Tabel 5.1 Arahan RTRW Kabupaten/Kota untuk Bidang CiptaKarya
Tabel 5.2 Identifikasi Kawasan Strategis Kabupaten/Kota (KSK) berdasarkanRTRW
Tabel 5.4 Strategi dan Arah Kebijakan RPJMD Kabupaten Purworejo
Tabel 5.5
+6

Referensi

Dokumen terkait

Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswi Akademi Sekretaris Widya Mandala Surabaya yang berusia antara 18 sampai dengan 21 tahun dan yang pernah melihat

Alhamdulillahhirrobbil’alamin segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Alloh SWT atas nikmat, karunia, taufik serta hidayahNya sehingga penulis dapat

Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) karena data yang dianggap utama adalah data yang diperoleh dari hasil observasi dan wawancara dilapangan,

Para ibu beketja yang termotivasi untuk menyusui bayinya diduga memiliki pengetahuan yang tinggi tentang ASI, sedangkan para ibu bekerja yang tidak tennotivasi

Selain itu, secara khusus penelitian yang dilakukan oleh Spevack (2013) menyebutkan bahwa setelah menggunakan KB suntik dalam 2 tahun, sebanyak 70% pengguna Depo Provera

Dari hasil perbandingan tersebut, metode vorteks dapat menunjukkan struktur aliran vortisitas yang mirip dan konsisten dengan yang ditunjukkan oleh eksperimen

Dalam proses diskusi dan pembacaan gambar ini guru harus memberikan penekanan-penekanan pada hal ini dicapai dengan meminta siswa lain untuk mengulangi, menuliskan

Kelompok ini pada bulan Januari 2017 mengalami deflasi sebesar 0,58 persen dengan andil inflasi sebesar -0,04 persen atau terjadi penurunan indeks dari 119,33 pada bulan Desember