AKUNTABILITAS KINERJA
3.2. Analisis Capaian Kinerja
Analisis akuntabilitas kinerja tahun 2014 BBSDLP dapat dijelaskan sebagai berikut :
Sasaran 1 : Tersedianya data, informasi, dan peningkatan inovasi teknologi pengelolaan sumber daya lahan pertanian
Untuk mengukur capaian sasaran tersebut, diukur dengan 4 (empat) indikator kinerja sasaran. Adapun pencapaian target indikator kinerja sasaran dapat digambarkan sebagai berikut:
Tabel 7. Target dan Realisasi Pencapaian Indikator Kinerja 1
Indikator Kinerja Target Realisasi %
Jumlah peta potensi sumber daya lahan
Berdasarkan data realisasi indikator kinerja sasaran pada tabel di atas, pada tahun 2014 BBSDLP berhasil menyelesaikan 28 peta tematik atau 140% dari target 20 peta. Dengan demikian katagori keberhasilan pencapaian indikator kinerja 1 adalah sangat berhasil, karena capaiannya lebih dari 100%.
Keberhasilan pencapaian target tersebut, tidak terlepas dari perencanaan yang matang pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh setiap tim yang akan melaksanakan kegiatan pemetaan/survei. Setiap tim yang akan terjun ke lapangan terlebih dahulu melakukan kegiatan persiapan berupa desk study dengan cara mengumpulkan dan mengolah data dasar (peta digital/RBI, radar, peta geologi, peta DEMs, dan peta topografi). Terhadap data-data dasar tersebut kemudian dilakukan analisis/interpretasi hingga menghasilkan Peta Hasil Analisis Satuan Lahan yang akan digunakan sebagai pegangan dasar dalam melaksanakan kegiatan pemetaan di lapangan. Selain kegiatan penyiapan peta lapangan, juga dilakukan penyiapan berbagai peralatan dan perlengkapan yang dibutuhkan untuk operasi lapang berupa: peralatan penelitian (munsell soil colour chart, pH Trough, Abney Level, Kompas, GPS, Bor Tanah, Soil Test Kit, plastik sampel tanah, dan label), form pengamatan lapang, alat pengolah data, dan kelengkapan untuk operasi lapang lainnya.
Berbagai alat survey tanah
Setelah seluruh kegiatan persiapan selesai, selanjutnya sebelum berangkat ke lapangan, tim diundang oleh Kabid PE untuk mempresentasikan seluruh kegiatan persiapan yang sudah dilaksanakan serta kesiapannya baik teknis maupun administrasi untuk melakukan kegiatan survey lapangan. Selain itu tim juga mengadakan rapat untuk merencanakan teknis kegiatan lapangan terkait skedul kegiatan yang akan dilakukan dari hari pertama hingga hari terakhir. Dengan cara demikian pelaksanaan kegiatan penelitian lapangan menjadi lebih terarah dan efektif. Pada saat kegiatan di lapangan berlangsung, setiap hari data yang diperoleh
dari hasil pengamatan lapang langsung diserahkan kepada tim database dan GIS yang standby di base camp. Jika terdapat perubahan-perubahan batas satuan peta berdasarkan hasil pengamatan lapangan, maka langsung ditindaklanjuti oleh tim GIS dengan mendigitasinya. Setelah tim kembali ke kantor dari kegiatan lapangan, seluruh anggota tim bekerja sesuai pembagian tugas yang telah ditetapkan oleh ketua Tim (Penanggungjawab RPTP). Ketua tim bertanggungjawab untuk mengkoordinir seluruh kegiatan hingga seluruh pekerjaan selesai.
Data dari lapang Entri data base Perbaikan batas SPT Alur Entri Data dan Perbaikan Batas SPT di lapang
Pelaksanaan monitoring kegiatan dilakukan setiap bulan dengan menyiapkan form isian perkembangan kegiatan yang harus diisi oleh penanggungjawab RPTP, selain itu pada saat tim berada di lapangan juga dilakukan monitoring kegiatan lapangan baik secara administrasi maupun teknis dengan melibatkan peneliti senior yang ditunjuk sebagai tim evaluator. Untuk kegiatan evaluasi terhadap hasil kegiatan, dilakukan sekurang-kurangnya 3 kali, yakni 1) setelah tim pulang dari lapang untuk mengevaluasi hasil kegiatan di lapangan, 2) setelah dihasilkan draft peta dan hasil analisis laboratorium, dan 3) setelah seluruh peta dan laporan diselesaikan. Hasil dari kegiatan monitoring dan evaluasi dijadikan sebagai bahan masukan untuk perbaikan kualitas kegiatan penelitian maupun pelaporan dan output yang dihasilkan.
Secara lengkap rincian output peta yang dihasilkan beserta kegunaannya adalah:
Tabel 8. Rincian output peta yang dihasilkan beserta kegunaannya
No. Nama Teknologi Kegunaan/Manfaat
1 Peta Kesesuaian Lahan
untuk Tanaman Kelapa Sawit dan Tanaman Tebu skala 1:50.000 kabupaten Ketapang-Kalimantan Barat
Bermanfaat sebagai data dasar untuk pengembangan lahan pertanian khususnya areal tanaman kelapa sawit dan tebu
2 Peta Kesesuaian Lahan
untuk Tanaman Kelapa Sawit dan Tanaman Tebu skala 1:50.000 kabupaten Seruyan – Kalimantan Tengah
Bermanfaat sebagai data dasar untuk pengembangan lahan pertanian khususnya areal tanaman kelapa sawit dan tebu
3 Peta Kesesuaian Lahan
untuk Tanaman Kelapa Sawit dan Tanaman Tebu skala 1:50.000 kabupaten Hulu Sungai Utara-Kalimantan Selatan
Bermanfaat sebagai data dasar untuk pengembangan lahan pertanian khususnya areal tanaman kelapa sawit
4 Peta Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kelapa Sawit dan Tanaman Tebu skala 1:50.000 kabupaten Tabalong- Kalimantan Selatan
Bermanfaat sebagai data dasar untuk pengembangan lahan pertanian khususnya areal tanaman kelapa sawit dan tebu
5 Peta Kesesuaian Lahan
untuk Tanaman Kelapa Sawit dan Tanaman Tebu skala 1:50.000 kabupaten Tapin- Kalimantan Selatan
Bermanfaat sebagai data dasar untuk pengembangan lahan pertanian khususnya areal tanaman kelapa sawit dan tebu
6 Peta Kesesuaian Lahan
untuk Tanaman Kelapa Sawit dan Tanaman Tebu skala 1:50.000 kabupaten Kutai Kartanegara – Kalimantan Timur
Bermanfaat sebagai data dasar untuk pengembangan lahan pertanian khususnya areal tanaman kelapa sawit dan tebu
7 Peta Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kelapa Sawit dan Tanaman Tebu skala 1:50.000 kabupaten Nunukan-Kalimantan Utara
Bermanfaat sebagai data dasar untuk pengembangan lahan pertanian khususnya areal tanaman kelapa sawit dan tebu
8 Peta Kesesuaian Lahan
untuk Tanaman Bawang Merah dan Tanaman Cabai skala 1:50.000 kabupaten Enrekang-Sulawesi Selatan
Bermanfaat sebagai data dasar untuk pengembangan lahan pertanian khususnya areal tanaman bawang merah dan cabai
9 Peta Kesesuaian Lahan
untuk Tanaman Bawang Merah dan Tanaman Cabai skala 1:50.000 kabupaten Halmahera Barat – Maluku Utara
Bermanfaat sebagai data dasar untuk pengembangan lahan pertanian khususnya areal tanaman bawang merah dan cabai
10 Peta Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Cengkeh dan Kelapa skala 1:50.000 kabupaten Halmahera Utara – Maluku Utara
Bermanfaat sebagai data dasar untuk pengembangan lahan pertanian khususnya areal tanaman cengkeh dan kelapa
11 Peta Kesesuaian Lahan
untuk Tanaman Cacao dan Padi Sawah skala 1:50.000 kabupaten Kolaka – Sulawesi Tenggara
Bermanfaat sebagai data dasar untuk pengembangan lahan pertanian khususnya areal tanaman cacao dan padi sawah
12 Peta Kesesuaian Lahan
untuk Tanaman Padi Sawah dan Tanaman Cacao skala 1:50.000 kabupaten Kolaka Utara – Sulawesi Tenggara
Bermanfaat sebagai data dasar untuk pengembangan lahan pertanian khususnya areal tanaman padi sawah dan cacao
13 Peta Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kelapa Cacao dan Tanaman Lada skala 1:50.000 kabupaten Luwuk Timur – Sulawesi Selatan
Bermanfaat sebagai data dasar untuk pengembangan lahan pertanian khususnya areal tanaman kelapa, cacao dan lada
14 Peta Kesesuaian Lahan
untuk Tanaman Kelapa Cacao dan Tanaman Padi Sawah skala 1:50.000 kabupaten Mamuju Utara – Sulawesi Barat
Bermanfaat sebagai data dasar untuk pengembangan lahan pertanian khususnya areal tanaman kelapa, cacao dan padi sawah
15 Peta Kesesuaian Lahan
untuk Tanaman Cacao, Cengkeh dan Padi Sawah skala 1:50.000 kabupaten Minahasa Selatan – Sulawesi Utara
Bermanfaat sebagai data dasar untuk pengembangan lahan pertanian khususnya areal tanaman cacao, cengkeh dan padi sawah
16 Peta Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Cengkeh, Tanaman Padi Sawah dan Tanaman Salak skala 1:50.000 kabupaten Minahasa Tenggara – Sulawesi Utara
Bermanfaat sebagai data dasar untuk pengembangan lahan pertanian khususnya areal tanaman cengkeh, padi sawah dan salak
17 Peta Kesesuaian Lahan
untuk Tanaman Jagung dan Tanaman Padi Sawah skala 1:50.000 kabupaten Sidrap – Sulawesi Selatan
Bermanfaat sebagai data dasar untuk pengembangan lahan pertanian khususnya areal tanaman jagung dan padi sawah
18 Peta Kesesuaian Lahan
untuk Tanaman Cacao dan Padi Sawah skala 1:50.000 kabupaten Tojo Una Una – Sulawesi Tengah.
Bermanfaat sebagai data dasar untuk pengembangan lahan pertanian khususnya areal tanaman cacao dan padi sawah
19 Peta Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Padi Sawah dan Tanaman Cabai skala 1:50.000 kabupaten Belu – Nusa Tenggara Timur
Bermanfaat sebagai data dasar untuk pengembangan lahan pertanian khususnya areal tanaman padi sawah dan cabai
20 Peta Kesesuaian Lahan
untuk Tanaman Padi Sawah dan Tanaman Cabai skala 1:50.000 kabupaten Flores Timur - Nusa Tenggara Timur
Bermanfaat sebagai data dasar untuk pengembangan lahan pertanian khususnya areal tanaman padi sawah dan cabai
21 Peta Kesesuaian Lahan
untuk Tanaman Padi Sawah dan Tanaman Cabai skala 1:50.000 kabupaten Kupang - Nusa Tenggara Timur
Bermanfaat sebagai data dasar untuk pengembangan lahan pertanian khususnya areal tanaman padi sawah dan cabai
22 Peta Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Padi Sawah dan Tanaman Cabai skala 1:50.000 kabupaten Lombok Barat - Nusa Tenggara Barat
Bermanfaat sebagai data dasar untuk pengembangan lahan pertanian khususnya areal tanaman padi sawah dan cabai
23 Peta Kesesuaian Lahan
untuk Tanaman Padi Sawah dan Tanaman Cabai skala 1:50.000 kabupaten Sumba Timur - Nusa Tenggara Timur
Bermanfaat sebagai data dasar untuk pengembangan lahan pertanian khususnya areal tanaman padi sawah dan cabai
24 Peta tipologi lahan rawa
pasang surut tipe A, B, C, D dan lahan lebak dangkal, tengahan, dan dalam di pulau Sumatera (Propinsi Sumatera Selatan, Lampung, Jambi, dan Riau)
Dapat dimanfaatkan untuk pengembangan usahatani
pertanian di lahan pasang surut tipe A, B, C, dan D serta lahan lebak tipology dangkal, tengahan, dan dalam.
25 Peta Kalender tanam lahan rawa hasil Updating data katam rawa di pulau Sumatera untuk padi
Dapat menentukan waktu tanam yang lebih akurat di lahan rawa pasang surut dan lebak pada kondisi iklim tahun basah, tahun kering, dan tahun normal
26 Peta tematik sebaran residu
pestisida senyawa POP skala 1:50.000 (Aldrin, khlordan, DDT, dieldrin, endosulfan, endrin, heptaklor, lindan, mirex, dan toxaphen) pada lahan pertanian DAS Brantas Hulu Kota Batu)
Sebagai bahan pertimbangan penentuan prioritas perbaikan kualitas tanah sawah dan sebagai antisipasi dampak yang ditimbulkannya. Kelestarian sumberdaya lahan pertanian dengan terjaminnya keamanan produk pertanian.
27 Peta tematik sebaran logam
berat skala 1:50.000 As, Cd, Pb, Cr, Co, Cu, Fe, Mn, Ni, dan Zn) pada lahan pertanian DAS Brantas Hulu Kota Batu
Remediasi lahan pertanian tercemar logam berat AS dan pengelolaan hara pada lahan pertanian mengalami defieinsi Cu, Mn dan Zn untuk meningkatkan produksi pertanian.
28 Peta Status Hara P & K
Lahan Sawah skala 1:250.000 provinsi Banten.
Rekomendasi pemupukan padi dan arahan alokasi pupuk dapat ditetapkan berdasarkan sebaran kadar hara P dan K yang tertuang pada peta
Dari seluruh output peta sumber daya lahan yang dihasilkan, 23 peta dihasilkan oleh satker BBSDLP, masing-masing 2 peta dihasilkan oleh Balittra dan Balingtan, sedangkan sisanya 1 peta dihasilkan oleh satker Balittanah. Salah satu kendala yang cukup serius untuk menghasilkan output peta di atas, adalah terbatasnya tenaga berkeahlian khusus, yakni tenaga teknisi surveyor (pemeta). Saat ini tenaga yang ada jumlahnya tidak sebanding dengan tuntutan volume pekerjaan pemetaan. Bahkan berdasarkan perhitungan perkiraan masa pensiun, seluruh tenaga teknisi surveyor akan habis pada tahun 2020. Sementara itu rekruitmen tenaga pemeta sudah tidak dilakukan lagi. Pada periode 1978 – 1985 Balai Penelitian Tanah (saat ini menjadi BBSDLP) setiap tahun selalu mengadakan pelatihan asisten tenaga peneliti lapang (surveyor tanah). Para calon asisten surveyor tanah tersebut mendapat pendidikan berbagai ilmu dan praktek mengenai pekerjaan yang harus dilakukan dalam melaksanakan pemetaan tanah, mulai dari menyiapkan peta, menganalisis peta, mendeliniasi peta, melakukan pengamatan profil tanah, hingga cara menyusun sebuah laporan hasil survey. Dari pelatihan tersebut para calon asisten surveyor mendapat bekal untuk membantu para peneliti dalam melaksanakan pemetaan tanah hingga menjadi tenaga surveyor yang profesional. Setelah era tersebut seiring dengan berbagai kebijakan rekruitmen SDM yang diberlakukan, tidak ada lagi penyelenggaraan pendidikan dan latihan bagi calon surveyor, hingga akhirnya jumlah tenaga surveyor setiap tahun terus berkurang karena memasuki masa pensiun maupun meninggal dunia. Untuk mengatasi keterbatasan jumlah tenaga teknisi surveyor tersebut, sejak tahun 2011 dilakukan pemberdayaan kembali para pensiunan tenaga teknisi surveyor yang kondisi fisiknya masih memungkinkan untuk melakukan kegiatan pemetaan/survey. Dengan semangat dan kemampuan yang masih tinggi, pada akhirnya seluruh tugas pemetaan lapangan dapat diselesaikan sesuai waktu. Selain terbatasnya tenaga surveyor, juga terbatasnya jumlah tenaga yang mampu mendigitasi. Kesulitan ini diatasi dengan mengangkat tenaga outsorching yang merupakan tenaga-tenaga muda yang memiliki latar belakang pendidikan ilmu komputer.
Perbandingan capaian kinerja untuk jumlah peta tematik sumberdaya lahan pertanian, dari tahun 2010 hingga 2014 dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 9 : Perbandingan capaian kinerja untuk jumlah peta tematik sumber daya lahan pertanian, dari tahun 2010 hingga 2014
No Indikator Kinerja Tahun
2010 2011 2012 2013 2014
1 Jumlah peta tematik sumberdaya
lahan tingkat tinjau dan semi detail (peta)
6 peta
(100%) 12 peta (150%) 24 peta (120%) 26 peta (186%) 28 peta (140%)
Peta-peta yang dihasilkan pada setiap tahunnya berbeda tema dan skalanya. Pada tahun 2010 dan 2011, peta-peta yang dihasilkan sebagian besar merupakan peta skala 1:250.000 yang cakupan arealnya sangat luas, dan data yangcukup kasar. Peta-peta tersebut dihasilkan dari kegiatan pemetaan tingkat tingkat tinjau. Sedangkan mulai tahun 2012 hingga 2014 peta-peta yang dihasilkan merupakan peta skala 1:50.000 dengan cakupan luasan per kabupaten. Peta skala 1:50.000 ini merupakan peta yang aplikatif dan dapat digunakan sebagai data dasar untuk perencanaan pengembangan pertanian pada tingkat kabupaten. Tema-tema peta pada skala 1:50.000 lebih diarahkan pada kesesuaian lahan untuk berbagai komoditas pertanian. Dengan demikian capaian output peta antara tahun pertama dan tahun berikutnya tidak bisa dibandingkan, karena target outputnya berbeda-beda antara tahun yang satu dengan lainnya. Besarnya persentasi capaian, disebabkan terjadinya perbedaan jumlah lokasi yang disurvei pada tahap perencanaan dan pelaksanaan (setelah turunnya DIPA).
Tabel 10. Target dan Realisasi Pencapaian Indikator Kinerja 2
Indikator Kinerja Target Realisasi %
Jumlah teknologi pengelolaan sumber daya lahan dan lingkungan berkelanjutan serta formula pupuk dan pembenah tanah
36 Teknologi 40 Teknologi 111
Berdasarkan data realisasi indikator kinerja sasaran pada tabel di atas, pada tahun 2014 BBSDLP berhasil menghasilkan 40 teknologi pengelolaan sumber daya lahan dan lingkungan berkelanjutan serta formula pupuk dan pembenah tanah atau 111% dari target 37 teknologi. Dengan demikian kategori keberhasilan pencapaian indikator kinerja 2 adalah sangat berhasil, karena capaiannya lebih dari 100%.
Keberhasilan pencapaian target tersebut, merupakan hasil dari kerja keras seluruh peneliti yang ada di Balittanah, Balingtan, dan Balittra. Dengan
dukungan sarana penelitian yang memadai seperti: kebun percobaan, rumah kaca, laboratorium, sarana pengolah data, dan peralatan penelitian lainnya yang berfungsi dengan baik, menjadikan para peneliti dapat melaksanakan kegiatan penelitian sesuai yang direncanakan. Selain itu fungsi pemantauan dan pengendalian yang berjalan cukup baik, membuat seluruh kegiatan penelitian dapat terselesaikan sesuai dengan proposal.
Secara lengkap rincian output teknologi beserta kegunaan/manfaatnya yang dihasilkan adalah:
Tabel 11. Rincian Output Teknologi yang dihasilkan beserta kegunaan/manfaatnya
No. Nama Teknologi Kegunaan/Manfaat
Teknologi Pengelolaan Sumberdaya Lahan (tanah, air dan lingkungan pertanian)
1 Teknologi Pengelolaan
Pemulihan Produktivitas tanah terdegradasi
Dengan memanfaatkan kompos yang berasal dari jerami padi, tingkat produktivitas lahan sawah dapat tetap dipertahankan
Proses pengomposan jerami
2 Teknologi Rehabilitasi Lahan
Bekas Tambang Batu Bara Optimalisasi rehabilitasi lahan bekas tambang batu bara
3 Teknologi Lahan Kering
Iklim Basah untuk Karbon Budget
Mereduksi kehilangan karbon dari aktivitas sistem usahatani dan meningkatkan produktivitas lahan sehingga berdampak terhadap mitigasi pemanasan global dan perubahan iklim.
4 Teknologi pemulihan
Kualitas Lahan Sawah Terdegradasi Akibat Intrusi Air Laut
Menurunkan salinitas tanah akibat intrusi air laut
5 Teknologi enkapsulasi pupuk
hayati Memperpanjang viabilitas dan efektivitas mikroba dalam pupuk hayati selama penyimpanan serta tahan terhadap kondisi ekstrim Produk mikrokapsul (MCG) dan makrokapsul alginat
6 Teknologi perbanyakan
Cyanobacter Mempercepat produksi inokulan cyanobacter dan perbanyakan Cyanobakter dengan media biaya murah
Perbanyakan Cyanobacteria pada berbagai media pertumbuhan
7 Teknologi Percepatan
Pengomposan Limbah Ternak Sapi
Meningkatkan mutu pupuk kandang dan pertumbuhan tanaman serta hasil panen
Kotak-kotak pengomposan
8 Teknologi adaptasi
Rhizobium terhadap varietas kedelai dan jenis tanah
Isolat Rhizobium yang mampu beradaptasi dengan varietas kedelai dan jenis tanah tertentu mampu meningkatkan fiksasi nitrogen sehingga efisiensi penggunaan pupuk N,
meningkatkan pertumbuhan dan hasil kedelai
Adaptasi Rhizobium terhadap 3 varietas kedelai dan 2 jenis tanah (ultisol dan inceptisol)
Formula Pupuk dan Pembenah Tanah
9 Formula pupuk majemuk
kedelai tervalidasi Meningkatkan produktivitas kedelai
Formula pupuk majemuk dan tanaman kedelai yang menggunakannya
10 Formula pupuk majemuk
cabai tervalidasi Meningkatkan produktivitas cabai
Formula pupuk majemuk dan tanaman cabai yang menggunakannya
11 Formula pupuk Pitrophos Meningkakan produktivitas tanaman di tanah gambut
Formula pupuk Pitrophos
12 Formula mikroba multiguna Pemanfaatan mikroba multiguna sebagai pupuk hayati dan
bioamelioran dapat memperbaiki kesuburan dan produktivitas tanah
mikroba multiguna Formula mikroba multiguna
13 Formula pupuk hayati
cyanobacteria dan bakteri fotosintetik anoksigenik
Meningkatkan produktivitas sawah dan hasil padi
Cyanobacteria (kiri) dan skrining Bakteri Fotosintetik Anoksigenik (BFA)(kanan)
14 Formula bakteri decomposer
yang diperkaya I harzianum Mempercepat pengomposan dan meningkatkan kualitas kompos limbah organik
Formula bakteri decomposer yang diperkaya I harzianum
15 Formula konsorsia bakteri
Rhizobium untuk kacang tanah
Efisiensi pemupukan Urea, SP-36 dan KCL, mengurangi dampak pencemaran akibat pemupukan, ramah lingkungan, peningkatan pendapatan petani.
Kultur Rhizobia yang bersimbiosis dengan kacang tanah dan siap digunakan sebagai inokulan benih kacang tanah Teknologi Pengelolaan Lahan Sawah dan Kering
16 Teknologi pengelolaan hara
untuk padi lahan sawah tadah hujan dalam system tanam padi gogo dan gogo rancah
Meningkatkan produksi padi gogo dan gogo rancah
Areal pertanaman padi gogo
17 Teknologi pengelolaan hara
S dan Zn untuk
meningkatkan produktivitas lahan sawah intensifikasi
Meningkatkan produktivitas lahan sawah intensifikasi
18 Teknologi pengelolaan lahan sawah bukaan baru berumur 2 – 4 tahun
Meningkatkan produktivitas Sawah Bukaan Baru
Dusun Kleseleon Dusun Umaklaran
Panen di Dusun Umaklaran Produksi padi pada lahan sawah bukaan baru
19 Teknologi ameliorasi lahan
kering masam pada system tumpangsari tanaman pangan dan tanaman perkebunan
Optimalisasi lahan kering masam untuk tanaman padi dan kedelai yang ditanam tumpangsari
Kedelai Padi gogo
Areal pertanaman kedelai dan padi gogo diantaran tanaman karet
20 Teknologi pengelolaan lahan
kering iklim kering : konservasi tanah dan karbon
Optimalisasai Lahan kering Iklim Kering melalui penerapan teknik konservasi tanah dan air serta konservasi karbon
Kebekolo dan tabatan watu yang telah diperkuat tanaman rumput pakan ternak
21 Teknologi konservasi tanah
dan air pada pertanaman cabai
Teknik konservasi tanah dan air dapat menurunkan erosi dan aliran permukaan tanah sehingga dapat meningkatkan hasil tanaman cabai di dataran tinggi
0,0 0,2 0,4 0,6 0,8 1,0 1,2 1,4 1,6 1,8 1 4 7 10 13 16 19 22 25 28 31 34 37 40 Kedalaman tanah (cm) K e ta h a n a n p e n e tr a s i (M P a ) KTA-0 KTA-1 KTA-2 KTA-3 KTA-4 KTA-5
22 Teknologi produksi pupuk dan pembenah tanah layak komersial
Formula pupuk yang layak diproduksi secara komersial oleh pihak ketiga
Prototipe Test Kit
23 Perangkat Uji Pupuk (PUP) Dapat dihindari penggunaan pupuk yang tidak sesuai dengan
komposisi hara pada kemasan, terjadi peningkatan produksi petani, dan terjaganya kelestarian lingkungan pertanian dengan penggunaan pupuk sesuai dengan kualitasnya
Perangkat Uji Pupuk (PUP)
24 Perangkat Uji Tanah Kering
(PUTK) Hortikultura Penyusunan rekomendasi pemupukan untuk sayuran dapat dilakukan dengan cepat dan tepat sesuai dengan kadar hara di tanah yang menngacu pada jenis varietas
25 Perangkat Uji Hara Sawit
(PUHS) Respon pemupukan tanaman sawit yang lama dapat diantisipasi dengan penggunaan uji hara daun, sehingga kekurangan hara dapat segera dikoreksi. Dengan pemupukan yang baik tanaman kelapas sawit akan dapat mencapai produksi yang terbaik.
Perangkat Uji Hara Sawit (PUHS) Perangkat lunak sistem informasi pengelolaan tanah
26 Sistem Informasi Kesuburan
Tanah Memberikan solusi dalam merumuskan teknologi pengelolaan lahan yang mampu meningkatkan dan mempertahankan produktivitas lahan sawah irigasi teknis
27 Sistem informasi Konservasi
Tanah Memberikan solusi dalam merumuskan teknologi pengelollaan lahan
28 Sequestrasi karbon tanah
mineral (Modeling) Menjaga dan meningkatkan cadangan karbon pada lahan pertanian sehingga produktivitas tanah dapat lestari Teknologi Pengelolaan Pertanian Lahan Rawa
29 Teknologi pengelolaan Air
Sistem tata air satu arah dan tabat konservasi (SISTAK) di lahan pasang surut sulfat masam
Meningkatkan indek pertanaman padi menjadi IP 200 di lahan sulfat masam. SA SA Saluran Kuarter Saluran Kuarter SSALURAN SEKUNDER SAL U RAN T ER SI ER ER SAL U RAN T ER SI ER ER SALU RAN T ER SI ER ER Saluran Kuarter
Saluran Kuarter Saluran Kuarter Saluran Kuarter
30 Teknologi percepatan peningkatan produktivitas tanah sulfat masam terdegradasi Pada tipe luapan B untuk pertanaman padi melalui percepatan oksidasi dengan inokulasi bakteri pengoksidasi pirit dan pelindian serta water treatment air buangan.
Meningkatkan produktivitas lahan dan pertumbuhan tanaman padi di lahan sulfat masam.
31 Teknologi bioleaching di
lahan sulfat masam menggunakan bakteri pengoksidasi pirit
Meningkatkan produksi padi dan produktivitas lahan sulfat masam
32 Formula pupuk hayati
sebagai dekomposer, penambat N, pelarut P lahan sulfat masam menggunakan bahan pembawa biochar untuk efisiensi pemupukan anorganik dan peningkatan produktivitas lahan sulfat masam
Meningkatkan produktivitas lahan sulfat masam untuk tanaman kelapa sawit
33 Formula pupuk hayati
sebagai penambat N dan pelarut P untuk lahan gambut menggunakan bahan pembawa biochar untuk efisiensi pemupukan anorganik dan peningkatan produktivitas lahan lahan gambut
Meningkatkan produksi kelapa sawit dan produktivitas lahan gambut
34 Formula inokulum mikroba
pengoksidasi pirit di lahan sulfat masam menggunakan bakteri pengoksidasi pirit
Mempercepat oksidasi pirit kemudian dilindi di lahan sulfat masam.