• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

3.2 ANALISIS CAPAIAN KINERJA …

Sesuai dengan Penetapan Kinerja DPP tahun 2016, sasaran strategis pembangunan kelautan dan perikanan adalah :

1. Meningkatnya kapasitas sentra-sentra produksi kelautan dan perikanan yang memiliki komoditas unggulan

2. Meningkatnya ketersediaan produk konsumsi hasil kelautan dan perikanan 3. Terwujudnya pemanfaatan sumber daya laut dan perairan umum secara

bertanggungjawab

4. Terwujudnya pengelolaan konservasi kawasan secara berkelanjutan

5. Meningkatnya jumlah kelompok masyarakat pelaku usaha kelautan dan perikanan yang mandiri

Sasaran strategis di atas ditetapkan berdasarkan pertimbangan bahwa potensi sumber daya kelautan dan perikanan dapat menjadi unggulan strategis sebagai motor penggerak dalam pembangunan perekonomian daerah Banyuwangi.

Peranan sektor kelautan dan perikanan dalam pembangunan daerah terutama adalah mendorong pertumbuhan agroindustri melalui penyediaan bahan baku, meningkatkan kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani atau nelayan serta menunjang pembangunan daerah. Sejalan dengan itu, maka kebijaksanaan umum pembangunan sektor kelautan dan perikanan harus berorientasi pada peningkatan produktivitas, nilai tambah, perluasan kesempatan kerja dan efisiensi usaha serta peningkatan pendapatan usaha sektor kelautan dan perikanan. Dengan demikian maka sasaran pembangunan kelautan dan perikanan perlu ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat kelautan dan perikanan.

Strategi yang dilakukan untuk mencapai sasaran tersebut adalah seperti yang tertera di dalam Rencana Strategis (Renstra) DPP 2011–2016. Keberhasilan pencapaian kelima sasaran tersebut ditentukan berdasarkan lima indikator utama.

Adapun analisa pencapaian dari masing-masing indikator tersebut adalah sebagai berikut:

3.2.1 Produksi Perikanan

Peningkatan jumlah produksi perikanan adalah indikator pengukuran untuk pencapaian sasaran strategis meningkatnya kapasitas sentra-sentra produksi kelautan dan perikanan yang memiliki komoditas unggulan. Hasil

Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Banyuwangi 53 pengukuran terhadap pencapaian tahun 2016 menunjukkan jumlah produksi perikanan melampaui target sampai dengan 127,8%. Jika dibandingkan dengan jumlah produksi perikanan di tahun 2014 yaitu sebesar 84.829 ton, maka jumlah produksi perikanan di tahun 2016 meningkat 2% menjadi 86.428 ton. Pencapaian ini ditunjang oleh peningkatan produksi perikanan tangkap dan budidaya.

Peningkatan produksi di tahun 2016 relatif kecil jika dibandingkan dengan peningkatan dari tahun 2014 ke tahun 2016 yang bisa mencapai 16%. Faktor alam sangat mempengaruhi peningkatan jumlah produksi perikanan. Musim kemarau panjang mempengaruhi jumlah produksi usaha pembudidayaan ikan. Produksi tangkap tetap mengalami peningkatan walupun tidak terlalu signifikan yaitu hanya sebesar 1%.

Sub sektor perikanan budiaya terus menunjukkan perkembangan yang cukup baik dari tahun ke tahun. Jumlah produksi selalu bisa melampaui target. Data menunjukkan bahwa hasil produksi sektor budidaya perikanan mengalami peningkatan 3% yaitu dari 24.217 ton di tahun 2014 menjadi 25.112 di tahun 2016. Permasalahan-permasalahan yang masih dihadapi dalam pengembangan perikanan budidaya adalah tingginya harga pakan, sulitnya pengendalian hama penyakit ikan, rendahnya harga komoditas di saat musim panen raya dan minimnya pengairan saat musim kemarau panjang.

Di tahun 2016, pemerintah daerah, dalam hal ini Dinas Perikanan dan Pangan Kabupaten Banyuwangi, telah melakukan berbagai strategi untuk menunjang tercapainya sasaran strategis meningkatnya kapasitas sentra-sentra produksi kelautan dan perikanan yang memiliki komoditas unggulan. Adapan penjabaran program dan kegiatan penunjang tercapainya sasaran strategis tersebut adalah sebagai berikut :

3.2.1.1 Jumlah produksi perikanan budidaya dan peningkatan luas pemanfaatan usaha budidaya

Melalui program pengembangan budidaya perikanan, banyak kegiatan yang telah dilakukan untuk peningkatan produksi dan luas usaha perikanan budidaya. Ada 3 jenis usaha budidaya perikanan yang menjadi sasaran kegiatan yaitu budidaya perikanan air tawar, budidaya perikanan air payau dan budidaya

air laut. Masing-masing sektor memberi kontribusi yang signifikan untuk

pencapaian target produksi perikanan.

Sektor budidaya ikan air tawar memberi kontribusi 14% terhadap total

Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (LAKIP) 2016

Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Banyuwangi 54 500 1,000 1,500 2,000 2,500 3,000 3,500 4,000 2011 2012 2013 2014 2015

Produksi (ton)

Produksi (ton) adalah sebesar 3.585 ton dengan nilai produksi sebesar Rp. 75.357.814.000,-. Berdasarkan data, perkembangan jumlah produksi budidaya perikanan air tawar terus meningkat sejak 5 tahun terakhir.

Tabel 3.3 Data Jumlah & Nilai Produksi Budidaya Air Tawar 5 Tahun Terakhir (2010-2014)

Tahun Produksi (ton) Nilai (Rp) 2011 2.051 19.924.460.000

2012 2.521 26.590.905.000

2013 3.130 53.629.363.000

2014 3.185 64.665.140.000

2016 3.585 75.357.814.000

Sumber : Dinas Perikanan dan Pangan Kab. Banyuwangi

Data diatas menunjukkan bahwa produksi perikanan budidaya ikan air tawar meningkat cukup signifikan dari tahun ke tahun. Demikian pula dengan nilai produksi nya. Meskipun kontribusinya untuk total produksi perikanan budidaya berada jauh dibawah budidaya air payau namun usaha budidaya air tawar merupakan sektor usaha yang banyak dilakukan oleh masyarakat perikanan skala kecil menengah (UKM).

Jika digambarkan dalam bentuk grafik maka perkembangan produksi budidaya perikanan air tawar dalam 5 tahun terakhir adalah sebagi berikut : Gambar 3.1 Grafik Perkembangan Produksi Budidaya Air Tawar Tahun

Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Banyuwangi 55 Karena mayoritas pelaku usaha perikanan air tawar adalah kelompok masyarakat usaha kecil, dengan strategi pemerintah yang pro growth, pro poor dan pro job, maka sektor ini menjadi fokus utama pemerintah dalam program pengembangan budidaya perikanan.

Kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan untuk menunjang sektor budidaya air tawar pada tahun 2016 adalah sebagai berikut :

 Pemberian bantuan bibit ikan unggul untuk POKDAKAN. Kegiatan ini dilaksanakan untuk mengakomodir usulan masyarakat yang diajukan melalui MUSRENBANGCAM. Kegiatan pemberian bantuan bibit ini juga diharapkan akan ikut mendukung program Gerakan 10.000 kolam pekarangan.

Dalam pelaksanaannya bantuan bibit ikan dan pakan diberikan kepada 13 kelompok pembudidaya ikan yang tersebar di sembilan kecamatan yaitu Banyuwangi, Songgon, Giri, Licin, Kabat, Srono, Cluring, Kalipuro dan Tegalsari. Dengan kegiatan ini diharapkan dapat membantu meringankan biaya produksi pokdakan dan meningkatkan produksi budidaya ikan air tawar.

Gambar 3.3 Kegiatan pemberian bantuan bibit ikan untuk POKDAKAN

 Pengembangan budidaya ikan dalam karamba. Kegiatan ini berupa pemberian bantuan 30 unit karamba, benih ikan dan akan kepada 2 kelompok pembudidaya. Lokasi kegiatan di kecamatan Licin yaitu di desa Licin dan desa Banjar.

Budidaya ikan sistem karamba merupakan sistem budidaya dengan menggunakan sarana karamba (keranjang dari bilah bambu) dan memanfaatkan aliran sungai. Budidaya ikan dalam karamba dilakukan di sungai-sungai yang dangkal yang kedalamannya tidak mencapai 3 meter. Sistem ini dapat digunakan oleh pembudidaya yang tidak memiliki lahan untuk pembudidayaan ikan.

 Percontohan budidaya Karamba Jaring Apung (KJA) air tawar. Teknologi KJA air tawar merupakan salah satu teknologi budidaya yang handal dalam rangka optimasi pemanfaatan perairan danau dan waduk. Proses budidaya dengan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (LAKIP) 2016

Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Banyuwangi 56 menggunakan KJA biasanya dilakukan di sungai/ waduk/dam dengan kedalaman lebih dari 3m.

Dalam kegiatan ini telah diberikan bantuan berupa 1 unit KJA air tawar, benih ikan dan pakan kepada 1 kelompok pembudidaya (kelompok Tirto Arum). Kegiatan dilaksanakan di desa Barurejo kecamatan Siliragung. Diharapkan dengan kegiatan ini dapat membantu kelompok dalam hal penyediaan sarana budidaya dengan teknologi yang lebih handal. Yang nantinya dapat meningkatkan volume produksi kelompok pembudiaya ikan air tawar. Keberhasilan dalam meningkatkan volume produksi dapat menjadi contoh bagi pelaku usaha pembudidayaan ikan lainnya.

 Pengembangan budidaya ikan dalam kolam terpal. Pada tahun 2016 telah diberikan bantuan 140 unit kolam terpal, bibit ikan dan pakan kepada 10 pokdakan. Kegiatan ini dapat mendukung tercapainya target peningkatan luas usaha perikanan. Selain itu kegiatan ini juga untuk mendukung program gerakan 10.000 kolam pekarangan. Kolam terpal dapat digunakan oleh pembudidaya yang memiliki lahan terbatas.

Gambar 3.5 Bantuan kolam terpal

 Kegiatan pembangunan kolam ikan untuk demplot budidaya nila dan budidaya lele Kegiatan berupa bantuan pembangunan kolam budiaya ikan yang masing-masing diberikan kepada 1 kelompok pembudidaya. Lokasi dari masing-masing kegiatan yaitu demplot budidaya nila di kecamatan Srono (dsn. Krajan, ds. Sumbersari) dan demplot budidaya lele di kecamatan Genteng (dsn. Sumberwadung, ds. Kalogondo).

Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Banyuwangi 57

 Demplot budidaya mina padi. Budidaya sistem mina padi adalah adalah suatu bentuk usaha tani gabungan (combined farming) yang memanfaatkan genangan air sawah yang tengah ditanami padi sebagai kolam untuk budidaya ikan air tawar. Dalam kegiatan ini telah diberikan bantuan sarana budidaya mina padi kepada 3 kelompok pembudiya yang memang telah memanfaatkan sistem ini. Diharapkan dengan bantuan tersebut dapat meningkatkan produksi kelompok, dan dapat menarik minat masyarakat di sekitar lokasi untuk memanfaatkan sistem tersebut.

 Pelatihan budidaya ikan air tawar bagi pembudidaya ikan. Pelatihan diberikanan kepada 5 pokdakan yang berasal dari 4 kecamatan yaitu Genteng, Rogojampi, Sempu dan Srono. Selain mendapatkan pembinaan danpelatihan tentang cara budidaya ikan yang baik, peserta juga mendapatkan bantuan bibit ikan dan pakan sebagai tambahan modal untuk usaha budidaya ikan.

Gambar 3.4 Bantuan Bibit Ikan Sidat

Jenis usaha budidaya ikan air tawar dengan media kolam memiliki potensi paling besar dibandingkan dengan budidaya karamba atau mina padi. Perbandingan perkembangan produksi budidaya ikan dalam kolam, karamba dan mina padi di Kabupaten Banyuwangi selama 5 tahun terakhir (2011-2015) dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3.4 Perbandingan Jumlah Produksi Budidaya Ikan Kolam Air Tawar, Karamba dan Mina Padi 5 Tahun Terakhir (2011-2015)

Tahun Produksi (Kg)

Kolam Karamba Mina Padi

2011 2.051.242 27.121 22.221

2012 2.521.283 42.910 26.749

2013 3.103.302 69.769 31.428

2014 3.082.493 70.458 32.403

Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (LAKIP) 2016

Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Banyuwangi 58 Karena melihat potensi budidaya ikan kolam air tawar yang cukup besar maka pemerintah daerah Banyuwangi mencanangkan program Gerakan 10.000 kolam pekarangan pada awal tahun 2012.

Meskipun usaha pembudidayaan ikan air tawar dengan media kolam dianggap paling potensial untuk jenis budidaya air tawar, namun pemerintah tetap berusaha mengembangkan sistem pembudidayaan ikan air tawar lainnya seperti karamba dan mina padi.

Sentra usaha budidaya kedua yang menjadi fokus pembangunan Dinas

Perikanan dan Pangan Kab. Banyuwangi adalah sentra usaha budidaya ikan air

laut. Bentuk kegiatan yang dilaksanakan untuk mendukung sentra usaha budidaya

air laut yaitu pemberian bantuan sarana untuk demplot budidaya rumput laut. Pada tahun 2016 telah diberikan bantuan bibit dan sarana produksi rumput laut kepada 1 kelompok pembudidaya rumput laut di kecamatan Wongsorejo. Kecamatan Wongsorejo termasuk cluster pengembangan budidaya perikanan dengan komoditas unggulan rumput laut, dan secara rutin selama 5 tahun terakhir menjadi sasaran lokasi kegiatan demplot budidaya rumput laut.

Pengembangan budidaya rumput laut terus dilakukan dari tahun 2011 - 2016. Dalam kurun waktu lima tahun tersebut sejumlah 11 kelompok pembudidaya rumput laut telah menjadi kelompok binaan Dinas Perikanan dan Pangan Kab. Banyuwangi. Perkembangan produksi rumput laut selama lima tahun terakhir cukup signifikan dan terus meningkat dari tahun ke tahun sebagaimana ditunjukkan dalam tabel data sebagai berikut:

Tabel 3.6 Perkembangan Produksi Budidaya Rumput Laut di Kabupaten Banyuwangi Tahun Produksi (Kg) Nilai (Rp) Luas Area (ha) 2011 7.722.850 9.267.420.000 163 2012 9.417.550 9.752.320.000 167 2013 9.140.850 10.969.020.000 825 2014 9.143.190 10.971.828.000 825 2016 7.514.950 16.803.175.000 825

Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Banyuwangi 59 Tujuan dari pelaksanaan kegiatan demplot budidaya rumput adalah sebagai model / contoh usaha pemanfaatan lahan perairan laut oleh masyarakat. Diharapkan dengan adanya usaha budidaya rumput laut dapat ikut menciptakan lapangan kerja baru dan mengurangi perilaku penangkapan ikan secara tidak ramah lingkungan.

Gambar 3.8. Kegiatan Demplot Budidaya Rumput Laut

Sentra usaha budidaya perikanan ketiga yang menjadi fokus

pengembangan budidaya perikanan adalah usaha budidaya ikan air payau. Sentra ini menjadi penyumbang nilai produksi terbesar untuk jenis usaha budidaya perikanan. Kontribusinya untuk produksi perikanan budidaya mencapai 49 %.

Jenis komoditas utama budidaya air payau di Banyuwangi adalah udang vanname yaitu 95% dari seluruh usaha tambak yang ada. Perkembangan jumlah dan nilai produksi budidaya air payau 5 tahun terakhir adalah sebagaimana data yang tersaji dalam tabel berikut :

Tabel 3.7 Data Produksi& Nilai Produksi Budidaya Perikanan Tambak di Kabupaten Banyuwangi 2011-2015

Tahun Produksi (Kg) Nilai (Rp) 2011 7.373.230 325.898.725.000 2012 9.815.350 438.221.400.000 2013 11.191.727 657.726.662.500 2014 11.888.078 799.434.405.000 2016 14.011.437 750.450.260.000

Kabupaten Banyuwangi memiliki potensi lahan untuk budidaya air payau (tambak udang vanname) seluas 1.417,2 ha. Jumlah lahan yang telah dimanfaatkan sebesar 1.381 ha dengan kondisi lahan yang harus direvitalisasi sebesar 610 ha.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (LAKIP) 2016

Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Banyuwangi 60 Program revitalisasi tambak membutuhkan anggaran yang sangat besar sehingga pemerintah daerah membutuhkan dukungan dari dana dari pemerintahan pusat (Kementrian Kelautan dan Perikanan). Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP) telah mengucurkan anggaran APBN melalui Tugas Pembantuan (TP) untuk program revitalisasi tambak sejak tahun 2013. Dan pada tahun 2016 anggaran TP yang digunakan untuk progam tersebut adalah sebesar Rp. 1.425.050.000,-. Sedangkan dukungan APBD untuk program tersebut sebesar Rp. 1.205.564.244,-

Dukungan APBD tersebut digunakan untuk kegiatan normalisasi saluran, rehab jalan produksi dan rehab saluran irigasi tambak. Lokasi kegiatan di Desa Wringinputih, Kec. Muncar. Dengan adanya perbaikan sarana rasarana infrastruktur tambak maka proses produksi tambak akan berjalan lebih baik dan dapat meningkatkan jumlah produksi. Sehingga kegiatan ini dapat menunjang tercapainya target produksi perikanan budidaya.

Gambar 3.9 Kegiatan normalisasi saluran tambak di tahun 2016

3.2.1.2 Jumlah produksi benih BBI

Jumlah produksi benih BBI tahun 2016 tercapai 3.384.150 ekor. Angka ini turun 2% dibanding dengan tahun 2014 yang angka produksi benih mencapai 3.384.150 ekor. Penurunan disebakan oleh musim kemarau panjang yang dialami kabupaten Banyuwangi yang berdampak pada berkurangnya ketersediaan air di Balai Benih Ikan (BBI). Rincian volume produksi benih di dua unit BBI adalah produksi benih BBI Genteng sebesar 1.749.000 ekor dan BBI Pakistaji sebesar 1.566.000 ekor. Kendala terbesar yang sering dihadapi BBI adalah kurangnya persediaan air di musim kemarau, serangan hama penyakit pada induk ikan, dan minimnya kuantitas dan kualitas SDM pengelola BBI.

Kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan di tahun 2016 untuk meningkatkan produksi benih BBI antara lain penyediaan sarana produksi dan sarana penunjang BBI, rehab bak reservoir air, perbaikan kolam pembenihan, perbaikan saluran, dan modifikasi mesin pakan BBI.

Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Banyuwangi 61 Gambar 3.10 Beberapa Kegiatan Pembangunan di BBI tahun 2016

Untuk mendukung peningkatan jumlah produksi benih daerah, Dinas Perikanan dan Pangan Kabupaten Banyuwangi juga melaksanakan kegiatan untuk pengembangan Unit Pembenihan Rakyat (UPR). Kegiatan berupa pemberian bantuan induk unggul, calon induk beserta pakan kepada 5 kelompok UPR, dan bantuan peralatan pembenihan kepada 5 kelompok UPR. Kelompok UPR tersebut tersebar di 5 kecamatan. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan produksi benih rakyat. Sehingga diharapkan produksi benih rakyat bisa membantu BBI dalam mencukupi kebutuhan benih ikan didalam daerah.

Gambar 3.11 Bantuan Induk, Bibit Ikan dan Pakan untuk UPR

3.2.1.3 Jumlah produksi perikanan tangkap (laut & perairan umum)

Realita menunjukkan bahwa perkembangan produksi perikanan tangkap sangat dipengaruhi oleh kondisi alam. Namun pemerintah tetap harus melakukan langkah-langkah ataupun strategi untuk mengoptimalkan hasil perikanan tangkap dengan tetap mempertahankan kelestariannya. Perkembangan produksi perikanan tangkap (laut dan perairan umum) dalam 5 tahun terakhir adalah sebagaimana tersaji dalam data sebagai berikut :

Tabel 3.8 Jumlah Produksi Perikanan Tangkap (Laut & Perairan Umum) Tahun 2011-2015

Tahun Produksi (Kg) Nilai (Rp) 2011 40.527.587 350.768.713.500

2012 44.576.035 406.841.259.355

2013 49.682.095 659.391.962.500

Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (LAKIP) 2016

Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Banyuwangi 62 0 10,000,000 20,000,000 30,000,000 40,000,000 50,000,000 60,000,000 70,000,000 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Produksi (kg) 2016 61.318.453 1.245.384.969.798

Perkembangan perikanan tangkap di kabupaten Banyuwangi mulai membaik setelah tahun 2009, dan terus mengalami peningkatan yang cukup signifikan sampai dengan tahun 2016. Jika digambarkan dalam bentuk grafik, maka perkembangan produksi perikanan tangkap adalah sebagai berikut :

Gambar 3.12 Grafik Perkembangan Produksi Perikanan Tangkap Tahun 2010 - 2016

Untuk menunjang tercapainya target jumlah produksi perikanan tangkap, strategi yang dilakukan oleh pemerintah adalah:

a) meningkatkan sarana penangkap ikan nelayan kecil dengan pemberian bantuan perahu fiber bermotor dan motorisasi armada yang sudah ada. Diharapkan dengan motorisasi dan revitalisasi armada, para nelayan kecil bisa melakukan penangkapan ikan di area yang lebih jauh. Pada tahun 2016 telah diberikan bantuan 7 unit perahu fiber bermotor kepada 2 kelompok nelayan (Purwoharjo & Wongsorejo), dan 29 unit mesin perahu untuk 6 kelompok nelayan di Pesanggaran, Tegaldlimo, Muncar, Kabat dan Purwoharjo.

b) melakukan strategi gerakan pemanfaatan rumpon. Rumpon adalah alat bantu penangkap ikan. Rumpon menjadi tempat berkumpulnya ikan-ikan sehingga area dimana rumpon berada bisa disebut sebagai fishing ground buatan. Tahun 2016 telah diberikan bantuan 5 unit rumpon laut dangkal kepada 2 kelompok nelayan dan 3 unit rumpon laut dalam kepada 3 kelompok nelayan. c) meningkatkan pemanfaatan alat tangkap yang legal dan ramah lingkungan. Untuk strategi ini pemerintah mengambillangkah memberikan bantuan alat tangkap jaring gillnet sejumlah 130 unit kepada 3 kelompok nelayan di kecamatan Muncar.

Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Banyuwangi 63

d) meningkatkan mutu hasil tangkap dengan memberikan bantuan sarana penyimpan ikan diatas kapal kepada nelayan tradisional.

e) meningkatkan penggunaan alat bantu GPS dan alat komunikasi dalam kapal penangkap ikan.

f) meningkatkan kemampuan nelayan untuk mendapatkan modal usaha dari perbankan. Langkah yang dilakukan pemerintah yaitu dengan menfasilitasi nelayan untuk proses sertifikasi hak atas tanah (SEHAT) nelayan secara gratis. Tahun 2016 telah dilaksanakan SEHAT untuk 100 nelayan di Muncar.

Gambar 3.13 Beberapa bantuan sarana yang diberikan kepada kelompok nelayan pada tahun anggaran 2016

g) melakukan kegiatan restocking di perairan umum daerah untuk meningkatkan ketersediaan SDI di perairan umum. Tahun 2016 telah dilakukan kegiatan restocking di 10 lokasi perairan umum yang berada di 4 kecamatan yaitu Cluring, Tegalsari, Sempu dan Glenmore

Gambar 3.14 Kegiatan restocking SDI pada tahun anggaran 2016

Selain kegiatan pendampingan pada kelompok nelayan, untuk menunjang pengembangan perikanan tangkap juga dilakukan pembangunan dan pengembangan fasilitas sarana prasarana perikanan tangkap.

Pada tahun 2016 telah dilaksanakan kegiatan pembangunan dan peningkatan infrastruktur perikanan tangkap yaitu :

a) Peningkatan fasilitas penunjang di kawasan TPI Brak Kalimoro antara lain rehab trap, pembangunan toilet umum dan pembangunan pagar.

b) Pengadaan lampu penerangan di kawasan TPI Pancer. c) Rehab trap/tangga di sekitar TPI Satelit.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (LAKIP) 2016

Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Banyuwangi 64 Target 28 28.5 29 29.5 30 30.5 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Target Capaian Gambar 3.15 Beberapa kegiatan pembangunan Sarpras Kelautan dan Perikanan tahun 2016 3.2.2 Nilai Konsumsi Ikan

Indikator kinerja nilai konsumsi ikan (kg/kap/th) digunakan untuk mengukur tingkat ketersediaan hasil produk perikanan untuk dikonsumsi yang mana produk tersebut bisa berasal dari perikanan tangkap maupun budidaya. Berdasarkan Renstra Dinas Perikanan dan Pangan 2010-2016 target nilai konsumsi ikan tahun 2016 adalah 30,5 kg/kap/th. Tingkat pencapaian pada tahun 2016 adalah 30,5 kg/kap/th atau tercapai 100% sesuai target. Dibandingkan dengan tahun 2014 maka angka konsumsi ikan meningkat 1,3%. Jika menelaah periode 5 tahun kebelakang (tahun 2010) yang mana angka konsumsi ikan saat itu adalah 29 kg/kap/th, maka nilai konsumsi ikan meningkat 5%

Perbandingan perkembangan target dan capaian tingkat konsumsi ikan selama 5 tahun terakhir dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

Gambar 3.16 Grafik Perkembangan Target dan Capaian Tingkat Konsumsi Ikan

Tahun 2010 - 2016

Angka diatas menunjukkan bahwa ketersediaan produk perikanan untuk konsumsi di tingkat daerah tercukupi dan tersedia dengan baik. Hal ini didukung oleh adanya peningkatan produksi perikanan dalam daerah, baik perikanan tangkap maupun budidaya. Pencapaian konsumsi ikan di atas juga tidak terlepas dari pelaksanaan kegiatan fasilitasi penguatan dan pengembangan usaha pengolahan dan pemasaran hasil perikanan di daerah, dimana melalui

Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Banyuwangi 65 pelaksanaan kegiatan ini dapat diwujudkan tercapainya indikator kinerja kegiatan yang mendukung peningkatan konsumsi ikan sebagai berikut:

1) Promosi dan pemasaran produk hasil perikanan melalui kegiatan Gerakan Memasyarakatkan Makan Ikan (GEMARIKAN) dan pameran.

GEMARIKAN merupakan wajib yang telah dicanangkan sejak tahun 2010 oleh pemerintah pusat. Tahun 2016 telah dilakukan kampanye gemar makan ikan kepada ± 1700 orang. Bentuk kegiatan berupa :

- Pemberian makanan tambahan berbahan dasar ikan untuk BALITA di POSYANDU

- Sosialisasi/ kampanye GEMARIKAN kepada murid TK/SD dan ibu-ibu PKK - Lomba masak ikan

- Gerakan kantin sekolah GEMARIKAN

Dampak dari pelaksanaan kegiatan adalah meningkatnya pengetahuan dan wawasan guru, siswa maupun orang tua tentang arti pentingnya manfaat makan ikan dalam kehidupan sehari-hari. Dan juga masyarakat bisa lebih mengenal variasi olahan produk konsumsi hasil perikanan.

Gambar 3.17 Kegiatan Kampanye Gemar Makan Ikan

Untuk kegiatan pameran, telah ikut berpartisipasi dalam pameran yang diselenggarakan oleh pemda, pemprop dan pemerintah pusat. Dalam kurun tahun 2016 sebanyak 7 poklahsar dan 1 KUB dari kab. Banyuwangi telah diikut-sertakan dalam 3 event pameran di luar daerah yaitu : BAHARI EXPO (Surabaya), Jatim Fair (Surabaya), dan Investasi Perdagangan dan Pariwisata (Bali).

Sedangkan untuk event dalam kabupaten, para poklahsar dikutsertakan dalam acara-acara Banyuwangi Festival .

Tujuan dari keikutsertaan dalam pameran adalah untuk mempromosikanan memperkenalkan produk hasil daerah ke luar daerah. Selain itu, juga diharapkan kita bisa mempelajari sekaligus membandingkan produk unggulan dari daerah lain.

Produk-produk hasil perikanan daerah Kab. Banyuwangi yang dipamerkan umumnya belum memiliki ciri khas daerah secara spesifik. Sehingga belum memiliki keunikan atau ciri khusus yang bisa membuat produknya lebih

Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (LAKIP) 2016

Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Banyuwangi 66 unggul/menarik dibandingkan daerah lain. Untuk mengembangkan pemasaran produk daerah keluar daerah, pemerintah daerah, dalam hal ini DPP, perlu menyusun langkah dan strategi untuk menciptakan produk olahan hasil perikanan khas daerah yang bisa diminati oleh daerah lain.

Gambar 3.18 Kegiatan Pameran Produks Hasil Perikanan Yang Diikuti Tahun 2016 2) Peningkatan mutu dan kualitas produk hasil perikanan melalui pemberian

bantuan sarana pengolahan dan pemasaran yang baik dan berkualitas kepada kelompok pengolah dan pemasar (poklahsar) hasil perikanan. Kegiatan ini perlu dilakukan dalam rangka meningkatkan mutu dan produksi produk olahan perikanan. Selain itu sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan pendapatan masyarakat perikanan.

Beberapa bantuan yang telah diserahkan kepada masyarakat pada tahun

Dokumen terkait