Panjang Jalan (km)
2. Analisis Cluster Berdasarkan Faktor dan Dampak Terjadinya Bencana Tanah Longsor di Indonesia
Dari hasil analisis variabel input diatas maka dapat ditentukan karakter dari masing-masing wilayah cluster. Adapun analisis karakter cluster dari pembentukan model 8 cluster adalah sebagai berikut :
a. Cluster 1
Cluster 1 memiliki satu anggota yaitu Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan nilai Eucledian Distance sebesar 0.001898. Karena cluster 1 hanya memiliki satu anggota maka karakteristiknya akan sama dengan karakteristik wilayah provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
1) Analisis faktor-faktor terjadinya bencana tanah longsor
Berdasarkan hasil analisis data input faktor-faktor terjadinya bencana tanah longsor, faktor yang paling mempengaruhi terjadinya bencana tanah longsor adalah minimnya daerah tanah berumput. Hal ini diperparah dengan rendahnya kesadaran masyakarat akan pemilahan sampah. Meskipun begitu luas daerah sumur resapan dan lubang resapan pada wilayah cluster ini lebih tinggi daripada wilayah cluster lainnya. Untuk faktor yang masuk ke dalam kategori kepemilikan kendaraan bermotor, keberadaan lahan dengan kemiringan curam, luas lahan kritis masih berada dalam jumlah yang tidak begitu besar sehingga dampak yang diberikan tidak terlalu besar. Adapun potensi bencana gempa bumi dan kebakaran hutan dan lahan di wilayah cluster 1 sangat rendah.
79
Berdasarkan hasil analisis data input dampak terjadinya bencana tanah longsor, wilayah cluster 1 adalah wilayah dengan potensi bencana tanah longsor yang cukup tinggi dengan rata-rata mencapai 74 kejadian. Meskipun demikian, rata-rata jumlah korban jiwa yang ditimbulkan dari bencana tanah cukup sedikit dengan 24 korban jiwa yang didominasi oleh korban mengungsi pada setiap kejadian bencana. Bencana tanah longsor juga tidak berdampak begitu besar pada fasilitas umum dan kerusakan jalan. Adapun kerusakan pada rumah warga cukup banyak dengan jumlah rata-rata rumah rusak mencapai 3 unit.
b. Cluster 2
Dari hasil output Minitab, Cluster 2 memiliki 11 anggota. Anggota dari cluster 2 ditunjukkan pada tabel berikut.
Provinsi Eucledian Distance Provinsi Eucledian Distance
Riau 0.283553 DKI Jakarta 1.153046
Jambi 0.4201 Banten 0.555936
Sumatera Selatan 0.820101 Bali 0.594471
Lampung 0.182669 Kalimantan Selatan 0.167562
Kep, Bangka Belitung 0.170635 Kalimantan Timur 1.217905 Kepulauan Riau 0.158978
1) Analisis faktor-faktor terjadinya bencana tanah longsor
Berdasarkan hasil analisis data input faktor-faktor terjadinya bencana tanah longsor, faktor yang paling berpengaruh akan terjadinya bencana tanah longsor
80
adalah kepemilikan kendaraan bermotor, tingginya frekuensi terjadinya kebakaran, minimnya daerah resapan air dan tingginya jumlah curah hujan. Adapun untuk faktor yang masuk ke dalam kategori keberadaan lahan dengan kemiringan curam, pengolahan sampah, keberadaan lahan kritis dan persentase daerah resapan air masih berada pada jumlah yang tidak begitu besar bila dibandingkan dengan wilayah cluster lainnya sehingga dampak yang diberikan tidak begitu besar. Adapun potensi bencana gempa bumi di wilayah cluster 2 paling rendah bila dibandingkan dengan wilayah cluster lain.
2) Analisis dampak terjadinya bencana tanah longsor
Berdasarkan hasil analisis data input dampak terjadinya bencana tanah longsor, wilayah cluster 2 adalah wilayah dengan potensi bencana tanah longsor yang cukup rendah. Meski begitu, jumlah rumah rusak yang diakibatkan oleh bencana tanah longsor cukup tinggi dengan rata-rata rumah rusak mencapai 6 unit. Adapun jumlah korban jiwa yang ditimbulkan dari bencana tanah cukup sedikit dengan rata-rata 28 korban jiwa per kejadian tanah longsor yang didominasi oleh korban menderita. Bencana tanah longsor juga tidak berdampak begitu besar pada fasilitas umum dan kerusakan jalan.
c. Cluster 3
Cluster 3 memiliki satu anggota yaitu Provinsi Kalimantan Tengah dengan nilai Eucledian Distance sebesar 9.7 . Karena cluster 3 hanya memiliki
81
satu anggota maka karakteristiknya akan sama dengan karakteristik wilayah Provinsi Kalimantan Tengah
1) Analisis faktor-faktor terjadinya bencana alam tanah longsor
Berdasarkan hasil analisis data input faktor-faktor terjadinya bencana tanah longsor, faktor yang paling berpengaruh akan terjadinya bencana tanah longsor adalah curah hujan yang tinggi, potensi terjadi kebakaran hutan dan lahan yang cukup tinggi, dan keberadaan lahan kritis. Adapun faktor yang masuk ke dalam kategori kepemilikan kendaraan bermotor, keberadaan lahan curam, daerah resapan air, pemilahan sampah serta ketersediaan daerah resapan air berada pada jumlah yang tidak begitu besar bila dibandingkan dengan wilayah cluster lainnya sehingga tidak memberikan dampak yang begitu besar. Wilayah cluster ini juga memiliki tingkat pemilahan sampah yang sangat baik dengan lebih dari 20 persen warganya memilah sampah. Adapun wilayah cluster 3 memiliki frekuensi terjadi gempa bumi paling rendah bila dibandingkan dengan wilayah cluster lainnya.
2) Analisis dampak terjadinya bencana tanah longsor
Berdasarkan hasil analisis data input dampak terjadinya bencana tanah longsor, wilayah cluster 3 adalah wilayah dengan potensi bencana tanah longsor yang paling rendah dengan rata-rata 4 kejadian. Jumlah korban jiwa yang ditimbulkan dari bencana tanah cukup paling banyak dengan rata-rata 25 korban jiwa per peristiwa yang didominasi oleh korban menderita. Bencana tanah longsor juga tidak memberikan dampak kerusakan pada akses jalan .Meskipun demikian, bencana tanah longsor tidak berdampak begitu besar pada fasilitas umum dan rumah warga bila dibandingkan dengan wilayah cluster lain.
82 d. Cluster 4
Dari hasil proses pembentukan cluster dengan model 9 cluster, cluster 4 memiliki 2 anggota. Anggota dari cluster 4 ditunjukkan pada tabel berikut
Provinsi Eucledian Distance
Bengkulu 1.37
Kalimantan Barat 0.478437
1) Analisis faktor-faktor terjadinya bencana tanah longsor
Berdasarkan hasil analisis data input faktor-faktor terjadinya bencana tanah longsor, faktor yang paling berpengaruh akan terjadinya bencana tanah longsor pada wilayah cluster 4 adalah rendahnya kesadaran masyarakat akan pemilahan sampah, tingginya curah hujan yang diperparah dengan jumlah hari hujan yang sangat banyak, dan keberadaan lahan kritis. Adapun untuk faktor kepemilikan kendaan bermotor, keberadaan lahan curam, frekeunsi terjadinya gempa bumi, dan frekuensi terjadi kebakaran memiliki jumlah yang tidak begitu besar apabila dibandingkan dengan wilayah cluster lainnya.
Kondisi lain dari wilayah cluster 4 yang sedikit berbeda apabila dibandingkan dengan wilayah cluster lainnya adalah keberadaan daerah resapan air. Rata-rata keberadaan daerah resapan air berupa rumput mencapai 50 persen sedangkan untuk daerah resapa air berupa sumur resapan dan lubang biopori sangat rendah.
2) Analisis dampak terjadinya bencana tanah longsor
Berdasarkan hasil analisis data input dampak terjadinya bencana tanah longsor, wilayah cluster 4 adalah wilayah dengan potensi bencana tanah longsor
83
yang cukup rendah bila dibandingkan dengan wilayah cluster lainnya dengan rata-rata 17 peristiwa bencana tanah longsor. Selain itu, bencana tanah longsor juga memberikan dampak kerusakan pada rumah warga dengan jumlah rata-rata rumah yang rusak mencapai 3 unit. Bencana tanah longsor juga menimbulkan korban jiwa yang cukup banyak, yaitu rata-rata mencapai 15 korban jiwa yang didominasi oleh korban menderita. Selain itu, kerusakan pada fasilitas umum dan jalan yang disebabkan oleh bencana tanah longsor pada wilayah cluster 4 sangat kecil.
e. Cluster 5
Dari hasil proses pembentukan cluster dengan model 9 cluster, cluster 5 memiliki 13 anggota. Anggota dari cluster 5 ditunjukkan pada tabel berikut.
Provinsi Eucledian Distance Provinsi Eucledian Distance
Aceh 0.875 Gorontalo 0.333477
Sumatera Utara 0.824781 Sulawesi Barat 0.249417
Nusa Tenggara Barat 0.755604 Maluku 0.339403
Sulawesi Utara 0.708464 Maluku Utara 0.533828
Sulawesi Tengah 0.254085 Papua Barat 0.559245
Sulawesi Selatan 1.008522 Papua 0.710331
84
1) Analisis faktor-faktor terjadinya bencana tanah longsor
Dari hasil analisis data input faktor faktor terjadinya bencana tanah longsor, faktor yang memberikan pengaruh cukup besar akan terjadinya bencana tanah longsor adalah keberadaan lahan curam yang cukup banyak, rendahnya kesadaran masyarakat akan pemilahan sampah, banyaknya jumlah hari hujan, dan keberadaan lahan kritis. Adapun untuk faktor lain seperti kepemilikan kendaraan bermotor, frekuensi terjadi bencana gempa bumi, dan frekuensi terjadi bencana kebakaran berada pada jumlah yang tidak begitu besar apabila dibandingkan dengan wilayah cluster lainnya.
Adapun kondisi wilayah cluster 5 yang sedikit berbeda bila dibandingkan dengan wilayah lainnya adalah keberadaan daerah resapan air. Pada wilayah cluster 5 hanya berupa tanah berumput, sedangkan untuk tanah resapan berupa sumur resapan dan lubang biopori cenderung sedikit.
2) Analisis dampak terjadinya bencana tanah longsor
Berdasarkan hasil analisis data input dampak terjadinya bencana tanah longsor, wilayah cluster 5 adalah wilayah dengan potensi bencana tanah longsor yang cukup tinggi dengan rata-rata jumlah kejadian mencapai 42 peristiwa. Bencana tanah longsor juga menimbulkan jumlah korban jiwa yang cukup banyak dengan rata-rata 89 korban jiwa per peristiwa yang didominasi oleh korban mengungsi. Selain menimbulkan korban jiwa yang cukup banyak, bencana tanah longsor pada wilayah cluster 5 ini juga memberikan dampak kerusakan pada jalan yang sangat besar. Tercatat rata-rata 58 km jalan rusak akibat bencana tanah longsor, namun demikian bila dibandingkan dengan jumlah kejadian bencana
85
tanah longsor, wilayah ini mengalami kerusakan jalan sepanjang kurang lebih 2 km per kejadian bencana. Adapun kerusakan pada fasilitas umum cukup rendah dan kerusakan pada rumah warga yang cukup besar dengan rata-rata 8 unit rumah per peristiwa.
f. Cluster 6
Dari hasil proses pembentukan cluster dengan model 8 cluster, cluster 6 memiliki 1 anggota, yaitu Provinsi Nusa Tenggara Timur dengan nilai Eucledian Distance sebesar 9.7 .
1) Analisis faktor-faktor terjadinya bencana tanah longsor
Dari hasil analisis data input faktor faktor terjadinya bencana tanah longsor, faktor yang memberikan pengaruh cukup besar akan terjadinya bencana tanah longsor adalah keberadaan lahan curam yang cukup banyak, tingginya frekuensi terjadi bencana gempa bumi, dan luasnya lahan kritis. Adapun persentase warga yang memilah sampah, jumlah curah hujan dan jumlah hari hujan, dan keberadaan daerah resapan air masih berada pada jumlah yang tidak begitu besar apabila dibandingkan dengan wilayah cluster lainnya.
Wilayah cluster 6 juga memiliki kondisi yang sedikit berbeda apabila dibandingkan dengan wilayah cluster lainnya. Pada wilayah ini persentase kepemilikan kendaraan bermotor dan frekuensi terjadinya bencana kebakaran paling rendah apabila dibandingkan dengan wilayah cluster lainnya.
86
Berdasarkan hasil analisis data input dampak terjadinya bencana tanah longsor, wilayah cluster 6 adalah wilayah dengan potensi bencana tanah longsor yang cukup tinggi dengan rata-rata 57 peristiwa dengan rata-rata timbulnya korban jiwa sebanyak 48 orang yang didominasi oleh korban menderita. Selain itu, bencana tanah longsor juga memberikan dampak kerusakan cukup besar pada rumah warga. Rata-rata terdapat 7 unit rumah warga yang rusak akibat bencana tanah longsor. Bencana tanah longsor juga memberikan dampak kerusakan yang cukup besar pada akses jalan dengan rata-rata 1.3 km jalan rusak. Meskipun memberikan dampak kerusakan pada rumah warga dan jalan dengan jumlah yang cukup besar, namun bencana tanah longsor tidak memberikan dampak kerusakan yang cukup besar pada fasilitas umum.
g. Cluster 7
Cluster 7 memiliki satu anggota yaitu Provinsi Sumatera Barat dengan nilai Eucledian Distance sebesar 1.08 .
1) Analisis faktor-faktor terjadinya bencana tanah longsor
Dari hasil analisis data input faktor faktor terjadinya bencana tanah longsor, faktor yang memberikan pengaruh cukup besar akan terjadinya bencana tanah longsor adalah jumlah lahan curam yang sangat banyak, rendahnya persentase keluarga yang memilah sampah, tingginya frekuensi terjadi bencana gempa bumi, tingginya jumlah curah hujan yang diperparah dengan banyaknya jumlah hari hujan. Untuk faktor lain seperti kepemilikan kendaraan bermotor, frekuensi terjadi bencana kebakaran, keberadaan lahan kritis, dan daerah resapan air masih berada
87
pada jumlah yang tidak begitu besar apabila dibandingkan dengan wilayah cluster lainnya.
2) Analisis dampak terjadinya bencana tanah longsor
Berdasarkan hasil analisis data input dampak terjadinya bencana tanah longsor, wilayah cluster 7 adalah wilayah dengan potensi bencana tanah longsor yang cukup tinggi dengan rata-rata 172 peristiwa bencana tanah longsor dengan rata-rata jumlah korban yang jatuh akibat bencana tanah longsor cukup tinggi mencapai 51 korban jiwa per peristiwa yang didominasi oleh korban mengungsi. Selain korban jiwa, bencana tanah longsor juga menimbulkan kerusakan yang cukup besar pada rumah warga dan akses jalan. Rata-rata jumlah rumah yang rusak akibat bencana tanah longsor mencapai 4 unit rumah dan panjang jalan yang rusak mencapai 1.04 km per peristiwa. Adapun kerusakan yang ditimbulkan oleh bencana tanah longsor pada fasilitas umum masih tergolong rendah.
h. Cluster 8
Dari hasil proses pembentukan cluster dengan model 8 cluster, cluster 8 memiliki 1 anggota, yaitu Provinsi Jawa Timur dengan nilai Eucledian Distance sebesar 2.09 .
1) Analisis faktor-faktor terjadinya bencana tanah longsor
Berdasarkan hasil analisis data input faktor-faktor terjadinya bencana tanah longsor, faktor yang paling berpengaruh akan terjadinya bencana tanah longsor adalah jumlah lokasi lahan curam yang sangat banyak, rendahnya persentase keluarga yang memilah sampah, tingginya frekuensi terjad bencana gempa bumi,
88
banyaknya jumlah hari hjan meski dengan intensitas sedang, dan tingginya frekuensi bencana kebakaran. Adapun faktor lainnya seperti kepemilikan kendaraan bermotor, keberadaan lahan kritis, dan keberadaan daerah resapan air masih berada pada jumlah yang tidak begitu besar apabila dibandingkan dengan wilayah cluster lainnya
2) Analisis dampak terjadinya bencana tanah longsor
Berdasarkan hasil analisis data input dampak terjadinya bencana tanah longsor, wilayah cluster 8 adalah wilayah dengan potensi bencana tanah longsor yang tinggi dengan rata-rata mencapai 336 kejadian dengan jumlah korban yang jatuh akibat bencana tanah longsor cukup tinggi dengan rata-rata 75 korban jiwa per peristiwa yang didominasi oleh korban menderita. Selain korban jiwa, bencana tanah longsor juga menimbulkan kerusakan pada rumah warga dan akses jalan. Rata-rata jumlah rumah yang rusak akibat bencana tanah longsor mencapai 5 unit rumah dan panjang jalan yang rusak mencapai 0.3 km per peristiwa. Adapun kerusakan yang ditimbulkan oleh bencana tanah longsor pada fasilitas umum masih tergolong rendah.
i. Cluster 9
Dari hasil proses pembentukan cluster dengan model 9 cluster, cluster 9 memiliki 2 anggota. Anggota dari cluster 4 ditunjukkan pada tabel berikut
Provinsi Eucledian Distance
Jawa Barat 0.838334
89
1) Analisis faktor-faktor terjadinya bencana tanah longsor
Berdasarkan hasil analisis data input faktor-faktor terjadinya bencana tanah longsor, faktor yang paling berpengaruh akan terjadinya bencana tanah longsor adalah keberadaan lahan curam, tingginya frekuensi bencana gempa bumi, dan banyaknya jumlah hari hujan dengan intesitas sedang. Adapun faktor lainnya seperti kepemilikan kendaraan bermotor, persentase keluarga yang memilah sampah, frekuensi terjadi bencana kebakaran, keberadaan lahan kritis, dan persentase daerah resapan air.
2) Analisis dampak terjadinya bencana tanah longsor
Berdasarkan hasil analisis data input dampak terjadinya bencana tanah longsor, wilayah cluster 9 adalah wilayah dengan potensi bencana tanah longsor paling tinggi dengan rata-rata mencapai 1113 kejadian dengan jumlah korban yang jatuh akibat bencana tanah longsor cukup tinggi dengan rata-rata 36 korban jiwa per peristiwa yang didominasi oleh korban mengungsi. Selain korban jiwa, bencana tanah longsor juga menimbulkan kerusakan pada rumah warga dan akses jalan. Rata-rata jumlah rumah yang rusak akibat bencana tanah longsor mencapai 8 unit rumah dan panjang jalan yang rusak hanya mencapai rata-rata 0.1 km per peristiwa. Adapun jumlah kerusakan yang ditimbulkan oleh bencana tanah longsor pada fasilitas umum masih tergolong rendah.
Secara umum, hasil analisis dampak dan faktor terjadinya bencana tanah longsor dapat dinyatakan dalam tabel berikut
90
Tabel 3.9 Hasil Analisis Dampak dan Faktor Terjadinya Tanah Longsor pada Masing-Masing Cluster
Cluster
Frekuensi tanah longsor
Provinsi Faktor yang paling mempengaruhi
Dampak yang paling mempengaruhi
1 74
DI Yogyakarta Derah tanah berumput, tingkat pemilahan sampah, frekuensi tanah longsor tinggi Frekuesi tanah longsor 74 kejadian dengan 24korban jiwa dan 3 unit rumah rusak
2 28
Riau, Jambi, Lampung, Kep. Bangka Belitung, Kep. Riau, DKI
Jakarta, Banten, Bali, Kalimantan Selatan, Kalimatan Timur
Kebakaran, daerah resapan air, curah hujan
Frekuensi tanah longsor rendah, jumlah rumah rusak 6 unit, jumlah korban rata-rata 28 jiwa
3 4
Kalimantan Tengah Curah hujan, kebakaran, lahan kritis Frekuensi tanah longsor 4 kejadian dengan 25 korban jiwa 4 17
Bengkulu Pemilahan sampah,
curah hujan, jumlah hari hujan, lahan kritis
Frekuensi tanah longsor 17 kejadian, jumlah rumah rusak 3 unit, jumlah korban 15 jiwa
5 27
Aceh, Sumatera Utara, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Utara, Sulawesi selatan, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Maluku, Maluku Utara, Papua, Papua Barat
Pemilahan sampah, jumlah hari hujan, keberadaan lahan kritis, daerah resapan biopori
Frekuensi tanah longsor 42 kejadian dengan 89 korban jiwa, 8 unit rumah rusak dan 1.3 km jalan rusak
6 57
Nusa Tenggara Timur Lahan curam, gempa bumi, lahan kritis
Frekuensi tanah longsor 57 peristiwa dengan 48 korban jiwa, 7 unit rumah rusak dan 1.37 km jalan rusak
91
Cluster
Frekuensi tanah longsor
Provinsi Faktor yang paling mempengaruhi
Dampak yang paling mempengaruhi
7 172
Sumatera Barat Lahan curam, pemilahan sampah, gempa bumi, curah hujan, jumlah hari hujan
Frekuensi tanah longsor 172 kejadian dengan 51 korban jiwa, 4 rumah rusak dan 1.02km jalan rusak
8 336
Jawa Timur Curah hujan, pemilahan sampah, gempa bumi, jumlah hari hujan,
kebakaran
Frekuensi tanah longsor 336 kejadian dengan 75 korban jiwa, 5 rumah rusak dan 0.3 km jalan rusak
9 1113
Jawa Barat, Jawa Tengah
Lahan curam, gempa bumi, kebakaran lahan kritis, daerah resapan air
Frekuensi tanah longsor 1113 kejadian dengan 36 korban jiwa, 8 rumah rusak dan 0.1km jalan rusak
Adapun hasil pembentukan model 9 cluster dapat representasikan dalam bentuk peta seperti yang tersaji pada gambar 3.20.