• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR LAMPIRAN

3.6. Analisis data

Data total pertumbuhan fragmen dianalisis mencari tingkat kelangsungan hidup, pertumbuhan, pertumbuhan mutlak, dan laju pertumbuhan fragmen karang. 3.6.1. Tingkat kelangsungan hidup fragmen

Tingkat kelangsungan hidup fragmen dapat diketahui dengan

membandingkan antara jumlah fragmen karang hidup pada akhir penelitian (Nt) dibandingkan dengan jumlah fragmen karang hidup pada awal penelitian (No).

Pengolahan data tingkat kelangsungan hidup dilakukan menggunakan

software Microsoft Excel 2007. Rumus digunakan untuk menghitung tingkat

kelangsungan hidup berdasarkan (Suharsono et al., 2001), yaitu:

100 o t N N SR

dimana : SR = Tingkat kelangsungan hidup karang keras (%), Lebar

Nt = Jumlah fragmen karang hidup pada akhir penelitian,

No = Jumlah fragmen karang hidup pada awal penelitian. 3.6.2. Pertumbuhan mutlak fragmen

Pertumbuhan mutlak berupa rata-rata ukuran fragmen selama 6 bulan pengamatan digunakan rumus (ii) yang dikemukakan oleh Effendi (1979), yaitu:

o t

m L L

L

dimana: Lm= pertumbuhan mutlak panjang, lebar (mm), atau luasan(mm2)

Lt = panjang, lebar (mm), atau luasan (mm2) pada akhir penelitian,

Lo= panjang, lebar (mm), atau luasan (mm2) pada awal penelitian. 3.6.3. Laju pertumbuhan fragmen setiap bulan

Pertumbuhan fragmen dalam waktu yang singkat dapat dihitung

menggunakan rumus (iii) berdasarkan Buddemeier dan Kinzie III (1976), yaitu:

dT dL G

dimana: G = Laju pertumbuhan panjang, lebar (mm/bulan), atau luasan(mm2/bulan)

dL = Pertambahan panjang, lebar (mm), atau luasan (mm2) dT = Perubahan waktu (bulan)

3.6.4. Hubungan faktor fisika-kimia perairan dengan pertumbuhan

Pengolahan data selanjutnya dianalisis untuk mengetahui pengaruh faktor fisika-kimia perairan terhadap pertumbuhan luas, panjang, dan lebar fragmen. Analisis data dilakukan dengan menggunakan regresi pada kedalaman 12 meter dan 20 meter. Peubah tak bebas yaitu nilai pertumbuhan dan peubah bebas berupa

parameter fisika-kimia perairan. Hubungan antara peubah-peubah tersebut dapat dirumuskan dalam bentuk persamaan (Mattjik dan Sumertajaya, 2006):

i

i X

Y

~

dimana: Y = Peubah tak bebas (mm/bulan)

β = Kemiringan atau gradien

X = Peubah bebas (parameter fisika-kimia perairan) i = data ke-i (1, 2, …, n)

23

4.

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Kondisi Fisika dan Kimia Perairan

Kondisi alami sampel karang berdasarkan data (Lampiran 1) dengan kondisi tempat fragmentasi memiliki perbedaan yang tidak terlalu signifikan namun masih memenuhi karakter baik untuk pertumbuhan karang (Tabel 4) pada bulan Juni 2011 sampai Desember 2011.

Tabel 4. Nilai parameter fisika dan kimia perairan selama penelitian

Kondisi fisika perairan terhadap pertumbuhan karang ditinjau dari suhu, salinitas, dan kekeruhan. Secara umum, kondisi lingkungan perairan memiliki kisaran suhu 28 oC sampai 29 oC. Nilai suhu ini merupakan kondisi suhu yang optimal bagi pertumbuhan karang. Hal ini dinyatakan oleh Thamrin (2006), karang hermatipik tumbuh dan berkembang dengan subur antara suhu 25 0C sampai 29 0C.

Parameter

Waktu pengamatan parameter (bulan ke-i)

Juni Juli Agustus September Oktober November Desember

Kedalaman (meter) 20 12 20 12 20 12 20 12 12 12 12 Suhu (C) 29 29 29 29 29 29 29 29 29 28 29 Salinitas (‰) 30 30 30 30 31 31 30 31 35 34 33 Kekeruhan (NTU) 0,37 0,25 0,25 0,25 0,37 0,37 0,36 0,36 1,05 0,56 0,31 Derajat Keasaman 8,17 8,16 8,16 8,16 8,17 8,17 8,03 8,03 8,17 8,18 8,11 Oksigen Terlarut (mg/l) 5,223 5,045 5,434 4,879 4,879 5,011 5,011 5,045 6,031 5,573 5,375 Nitrat (mg/l) 0,167 0,157 0,163 0,246 0,140 0,156 0,354 0,354 0,163 0,045 0,065 Amonia (mg/l) 0,295 0,305 0,327 0,327 0,357 0,369 0,350 0,34 0,126 0,212 0,208 Ortofosfat (mg/l) <0,005 <0,005 <0,005 <0,005 <0,005 <0,006 0,005 0,005 0,278 0,010 0,064

Nilai salinitas berada pada angka 30 ‰ hingga 35 ‰. Menurut Romimohtarto dan Juwana (2001), keadaan perairan disenangi pertumbuhan

karang meliputi salinitas diatas 30 ‰ tetapi di bawah 35 ‰. Nilai salinitas ini

menunjukkan batas cukup baik untuk pertumbuhan karang. Kekeruhan terbesar pada bulan Oktober mencapai 1,05 NTU dengan nilai terendah 0,25 NTU pada bulan Juli. Menurut Menteri Negara Lingkungan Hidup (MENLH, 2008) kisaran nilai kekeruhan selama penelitian masih baik untuk biota laut karena berada di bawah 5 NTU (Lampiran 1).

Parameter kimia perairan diamati selama penelitian berupa derajat keasaman, oksigen terlarut, nitrat, amonia, dan ortofosfat. Derajat keasaman berkisar 8,03 – 8,18 merupakan nilai yang cukup rendah karena kondisi derajat keasaman paling cocok bagi pertumbuhan karang pada kisaran 8,2 – 8,5 (Tomascik, 1997). Kondisi derajat keasaman ini mempengaruhi kepadatan dari kerangka kapur bentukan biota karang tersebut.

Oksigen sangat diperlukan untuk metabolisme hewan karang. Jumlah oksigen terlarut di perairan memiliki nilai terendah 4,879 mg/l dan nilai tertinggi 6,031 mg/l. Menurut MENLH (2008) oksigen terlarut batas baik terendah untuk biota laut yaitu 5 mg/l di perairan. Hal ini menunjukkan kandungan oksigen terlarut pada kedalaman 12 meter pada transek II di bulan pertama dan kedalaman 20 meter pada transek I di bulan ketiga tidak masuk dalam kategori baik.

Nilai nitrat tertinggi 0,354 mg/l dan terendah 0,045 mg/l. Kandungan amonia terendah 0,126 mg/l dan kandungan tertinggi mencapai 0,369 mg/l. Kadar nitrat dan amonia di perairan sangat dan mempengaruhi reproduksi dan

meninggi akan meningkatkan tingkat racun dan berjalan seiring dengan penurunan nilai oksigen terlarut, derajat keasaman, dan suhu. Kadar ortofosfat mencapai 0,278 mg/l dan terdapat kadar kurang dari 0,005 mg/l. Kadar ortofosfat tertinggi pada bulan ke-4 ini dimanfaatkan secara langsung oleh alga. Pada saat penelitian bulan ke-4 ditemukan banyaknya alga yang tumbuh berlebih (overgrowth) sehingga menutupi hampir seluruh rak penelitian.

4.2. Kondisi Fragmen

Kondisi fragmen dilihat dari pemulihan fragmen karang pada polip karang. Pemulihan karang sangat dipengaruhi oleh pemotongan dan kondisi perairan pada fragmen. Kondisi fragmen mengamati kondisi kemekaran atau kematian yang terjadi pada polip karang.

4.2.1. Kondisi fragmen polip karang

Jaringan polip karang merupakan tempat hidup zooxanthellae sebagai pelaku tetap berlangsungnya proses fotosintesis dimana karang memperoleh oksigen dan bahan-bahan organik yang merupakan hasil fotosintesa

zooxanthellae. Zooxanthellae hanya terdapat di dalam jaringan endoderm.

Zooxanthellae mempengaruhi metabolisme, pertumbuhan karang, dan pola warna. (Suharsono 1982; Suharsono dan Soekarno, 1983).

Tabel 5. Kondisi fragmen polip karang antara transek I dan transek II. Fragmen

Kondisi polip (%) pada bulan ke-i

Juni Juli Agustus September Oktober November Desember

Transek I 93 95 91 89 89 93 77

Kondisi polip karang (Tabel 5) menunjukkan adanya perbedaan cukup besar. Kondisi kesehatan transek mencapai nilai lebih dari 75%. Kesehatan polip transek II berkisar antara 57% hingga 89%. Hal ini menunjukkan adanya

perbedaan kondisi polip. Kondisi polip fragmen karang pada transek I lebih baik daripada transek II.

4.2.2. Pemulihan fragmen karang

Suharsono (2008) mengutarakan bahwa ukuran fragmen untuk

transplantasi kurang dari 5 cm akan tumbuh lambat. Sebelum terjadi pertumbuhan fragmen memerlukan penyembuhan luka kemudian membentuk pelebaran

jaringan.

(i) (ii) (iii) (iv)

Gambar 9. Penutupan luka hingga pertumbuhan luas fragmen Blastomussa wellsi

Keterangan: (i) Bulan ke-0; (ii) Bulan ke-2; (iii) Bulan ke-4; (iv) Bulan ke-6.

Penutupan luka (Gambar 9) terjadi setelah 2 bulan. Setelah itu terjadi pelebaran jaringan hingga bulan ke-6 fragmen yang mengalami luka telah sembuh dan tumbuh pada pinggiran fragmen (Gambar 9(ii)) diikuti kebagian tengah fragmen (Gambar 9(iii)) sehingga perkembangan menyeluruh ke semua bagian (Gambar 9(iv)). Organ jaringan menutup menjadi satu individu hingga bulan ke-4 selanjutnya terjadi perambatan jaringan hingga akhir pengamatan.

4.3. Tingkat Kelangsungan Hidup

Penelitian fragmentasi terhadap koloni karang Blastomussa wellsi

menggunakan transek pada kedalaman berbeda. Transek I dan transek II menggunakanan masing-masing 11 fragmen. Setiap transek diamati tingkat kelangsungan hidup dibandingkan dengan bulan sebelumnya (Gambar 10).

Gambar 10. Presentase tingkat kelangsungan hidup fragmen jenis

Blastomussa wellsi selama 6 bulan pengamatan

Seluruh fragmen yang ditransplantasikan memiliki nilai tingkat

kelangsungan hidup 100%. Harriot dan Fisk (1988) menyatakan bahwa kegiatan transplantasi dikatakan berhasil dari sudut pandang biologis, apabila jumlah karang yang hidup antara 50 – 100%. Nilai tingkat kelangsungan hidup tertinggi pada fragmentasi karang jenis Blastomussa wellsi pada penelitianini

Blastomussa memiliki ketahanan hidup baik dan bersifat invasif terhadap jenis karang lain yang berdekatan (Soedharma dan Arafat, 2005).

4.4. Pertumbuhan Fragmen

Bentuk pertumbuhan karang jenis Blastomussa wellsi adalah masif. Nilai ukuran tumbuh berupa ukuran luas, tinggi, dan lebar.

4.4.1. Ukuran fragmen

Nilai ukuran pada penelitian fragmentasi antara transek I dan transek II (Tabel 6). Nilai ukuran ini dilakukan minggu awal setelah pemotongan hingga 6 bulan pengamatan dilakukan selama 28 minggu.

Tabel 6. Rata-rata ukuran luas, panjang, dan lebar fragmen karang jenis

Blastomussa wellsi yang difragmentasikan.

Ukuran Fragmen Rata-rata ukuran fragmen pada waktu pengukuran bulan ke-i Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Luas (mm²) Transek I 76,20 78,65 81,07 84,10 85,78 87,08 88,42 Transek II 75,67 76,56 77,58 78,89 81,04 82,88 84,53 Panjang (mm) Transek I 35,56 36,62 37,97 38,74 39,13 39,81 40,54 Transek II 38,31 38,91 39,5 40,15 41,14 41,96 42,78 Lebar (mm) Transek I 30,74 31,51 32,29 33,60 34,09 34,53 35,10 Transek II 30,16 30,73 31,32 31,98 32,86 33,82 34,45

Ukuran awal fragmentasi karang baik luas, panjang, atau lebar tidak berbeda jauh (Tabel 6). Perbedaan luas awalnya yaitu 0,53 mm2. Setelah tiga bulan dari awal fragmentasi, selisih ukuran luas transek I dan transek II yaitu 5,21 mm2. Setelah enam bulan selisih ukuran luas antara transek I dan transek II kembali mengecil menjadi 3,89 mm2. Perbedaan ukuran rata-rata luas ini diduga karena adanya perbedaan kedalaman pada bulan Juni hingga bulan September.

Data ini menunjukkan adanya nilai lebih besar pada kondisi karang di kedalaman 20 meter dibandingkan kedalaman 12 meter.

Apabila dilihat dari nilai selisih panjang atau lebar secara keseluruhan nilai antara transek I dan transek II tidak berbeda jauh. Pada rak paralon transek I panjang pengukuran rata-rata fragmen mengalami paling sedikit penambahan ukuran. Hal ini disebabkan pada bulan ke-4 mengalami perubahan kedalaman dari 20 meter menjadi 12 meter. Kedalaman berpengaruh kepada perkembangan

Blastomussa wellsi karena keberadaan umumnya terdapat pada lereng terumbu

lebih dalam (Veron, 2000).

Perubahan lebar pada fragmentasi Blastomussa wellsi tidak berbeda jauh baik pada transek 1 maupun transek II. Hal ini diduga karena pemotongan pada karang umumnya dilakukan pada lebar fragmen. Pada masing-masing fragmen mengalami kondisi pemulihan. Kondisi pemulihan ini memerlukan waktu lebih lama untuk dapat tumbuh lebih baik.

4.4.2. Pertumbuhan mutlak fragmen

Selama 6 bulan diperhitungkan nilai pertumbuhan dari selisih ukuran pada awal fragmentasi dan akhir fragmentasi setiap 3 bulan. Rata-rata pertumbuhan luas, panjang, dan lebar mutlak bulan Juni hingga September ditunjukkan pada Gambar 11 dan rata-rata pertumbuhan luas, panjang, dan lebar mutlak bulan September hingga Desember ditunjukkan pada Gambar 12.

a. Pertumbuhan mutlak bulan Juni hingga September

Penelitian fragmentasi karang mengamati nilai pertumbuhan mutlak luas, panjang, dan lebar rata-rata. Nilai pertumbuhan mutlak rata-rata ini menggunakan selisih data antara data akhir penelitian dan data awal penelitian. Perbandingan

antara pertumbuhan mutlak rata-rata antara transek I dan transek II ditampilkan pada Gambar 11 di bawah ini.

Gambar 11. Perbandingan pertumbuhan mutlak luas, panjang, dan lebar rata-rata fragmen Blastomussa wellsi bulan Juni hingga September.

Pertumbuhan mutlak luas, panjang, dan lebar rata-rata pada transek I memiliki nilai lebih besar daripada transek II (Gambar 11). Transek I pada kedalaman 20 meter merupakan kedalaman tempat ditemukan indukan fragmen karang Blastomussa wellsi pada kedalaman 20-21 meter di bawah permukaan laut. Transek II berada pada kedalaman 12 meter. Hal ini menunjukan besarnya

pengaruh kedalaman. Kedalaman berpengaruh kepada perkembangan

Blastomussa wellsi karena keberadaannya terdapat pada lereng terumbu lebih

dalam (Veron, 2000).

b. Pertumbuhan mutlak bulan September hingga Desember

Pertumbuhan mutlak ukuran luas, panjang, dan lebar pada penelitian dari transek I dan transek II. Nilai pertumbuhan mutlak rata-rata menggunakan selisih

data antara akhir dan awal penelitian. Perbandingan antara pertumbuhan mutlak rata-rata ditampilkan pada Gambar 12 di bawah ini.

Gambar 12. Perbandingan pertumbuhan mutlak luas, panjang, dan lebar rata-rata fragmen Blastomussa wellsi bulan September hingga Desember. Pertumbuhan mutlak luas, panjang, dan lebar rata-rata pada transek II lebih besar daripada transek I (Gambar 12). Hal ini menunjukkan pengaruh kedalaman. Transek I awalnya berada pada kedalaman 20 meter. Tekanan pada transek I akibat kedalaman lebih dangkal dari tempat awal fragmentasi pada kedalaman 20 meter menjadi 12 meter. Pertumbuhan mutlak luas rata-rata pada transek I bulan September lebih baik dibandingkan fragmen transek II pada awal bulan Juni hingga September. Sedangkan pertumbuhan mutlak panjang dan lebar rata-rata pada transek II lebih baik dibandingkan fragmen transek I.

Pertumbuhan mutlak luas, panjang, dan lebar rata-rata fragmen transek II pada bulan September hingga Desember (Gambar 12) lebih baik dari pada bulan Juni hingga September (Gambar 11). Hal ini menunjukkan bahwa fragmen pada

transek II telah mengalami adaptasi pada kedalaman 12 meter selama 6 bulan penelitian fragmentasi dilakukan.

4.4.3. Laju pertumbuhan luas fragmen selama 6 bulan

Nilai ukuran untuk pertumbuhan luas fragmen karang berdasarkan nilai pengukuran pada pengamatan berikutnya dikurangi pengamatan sebelumnya. Laju pertumbuhan luas fragmen merupakan hasil pengukuran pertumbuhan karang setiap bulan. Perbandingan pertumbuhan ini dibedakan antara transek I dan transek II pada kedalaman berbeda.

a. Laju pertumbuhan luas bulan Juni hingga September

Pertumbuhan luas fragmen karang pada transek I menurun pada bulan Juli- Agustus dan meningkat kembali pada bulan Agustus September. Pertumbuhan luas fragmen karang pada transek II terus meningkat dengan nilai pertumbuhan antara 0,89 mm2/bulan hingga 1,31 mm2/bulan (Gambar 13).

Gambar 13. Grafik laju pertumbuhan luas fragmen jenis Blastomussa wellsi bulan Juni hingga bulan Agustus

Transek I pada bulan Juni hingga September berada pada kedalaman 20 meter. Transek II ditempatkan pada kedalaman 12 meter. Transek I memiliki nilai pertumbuhan lebih tinggi dibandingkan transek II. Perbedaan pertumbuhan luas fragmen karang ini dipengaruhi dari keberadaan indukan fragmen karang. Indukan fragmen karang Blastomussa wellsi pada kedalaman 20-21 meter di bawah

permukaan laut.Adapun Veron (2000) menyatakan bahwa kedalaman

berpengaruh kepada perkembangan Blastomussa wellsi karena keberadaannya terdapat pada lereng terumbu lebih dalam.

Gambar 14. Plot antara laju pertumbuhan dan pH pada transek I

Faktor fisika-kimia perairan pada transek I yang sangat berpengaruh yaitu pH. Nilai koefisien korelasi yang negatif (Lampiran 5) pada pH menunjukkan adanya perbandingan terbalik antara penurunan pH terhadap pertumbuhan (Gambar 14). Penurunan satu satuan pH akan meningkatkan pertumbuhan fragmen karang sebesar 4,40164 satuan (mm2/bulan). Kenaikan ini terjadi pada

bulan Agustus-September. Penurunan pertumbuhan luas fragmen karang pada bulan Juli-Agustus dipengaruhi kenaikan pH. Hal ini menunjukkan adanya perbandingan terbalik antara keterikatan pH dan pertumbuhan fragmen karang. Selain itu adanya pengaruh positif dari nitrat dan ortofosfat. Koop (2001) menyatakan bahwa penambahan kadar nutrien antara nitrat dan fosfat

meningkatkan sitasan karang. Faktor kimia ortofosfat memiliki koefisien korelasi mencapai 0,99905 (99,905%). Pengaruh nitrat menunjukkan kenaikan satu satuan nitrat akan meningkatkan pertumbuhan fragmen karang sebesar 2,92261

(mm2/bulan).

Parameter terukur pada transek II tidak ada faktor yang sangat berpengaruh. Ada faktor lain berupa parameter tidak terukur diduga sangat mempengaruhi laju pertumbuhan fragmen karang pada transek II. Adapun faktor fisika dan kimia pada transek II yang cukup berpengaruh nyata yaitu pH dengan nilai 0,2363 (23,63%). Pertumbuhan luas dengan pH memiliki hubungan terbalik. Penurunan satu satuan pH meningkatkan pertumbuhan fragmen karang sebesar 2,56557 satuan (mm2/bulan).

b. Laju pertumbuhan luas bulan September hingga Desember Pertumbuhan luas fragmen karang bulan September hingga bulan Desember tampak pada Gambar 15. Transek I pada awalnya terdapat pada kedalaman 20 meter selama bulan Juni hingga bulan September. Transek I dan transek II bulan September hingga bulan Desember ditempatkan di kedalaman 12 meter. Laju pertumbuhan fragmen karang cenderung menurun pada setiap transek.

Gambar 15. Grafik laju pertumbuhan luas fragmen jenis Blastomussa wellsi bulan September hingga bulan Desember

Laju pertumbuhan luas fragmen karang pada transek I lebih kecil

dibandingkan transek II. Pada transek I terdapat kenaikan laju pertumbuhan pada bulan November-Desember. Laju pertumbuhan transek II menurun hingga bulan November-Desember.

Laju pertumbuhan transek I pada bulan September-Desember (Gambar 15) lebih baik dibandingkan laju pertumbuhan transek II pada bulan Juni-September. Pertumbuhan transek I pada kedalaman 12 meter setelah adaptasi lebih baik dibandingkan transek II sebelum adaptasi. Pertumbuhan luas fragmen karang pada transek I sangat dipengaruhi oleh faktor kimia perairan berupa amonia. Pengaruh dari amonia tidak terionisasi akan meningkatkan tingkat racun seiring dengan penurunan kadar oksigen terlarut, pH, dan suhu (Effendi, 2003). Nilai koefisien korelasi yang negatif (Lampiran 5) pada amonia menunjukkan adanya

perbandingan terbalik antara kenaikan amonia terhadap pertumbuhan (Gambar 16). Setiap kenaikan satu satuan amonia menurunkan pertumbuhan luas fragmen karang sebesar 4,29542 satuan (mm2/bulan).

Penurunan laju pertumbuhan luas berpengaruh dari nitrat dan ortofosfat. Koefisien korelasi nitrat yaitu 99,801% dan ortofosfat yaitu 99,542% (Lampiran 5). Koop (2001) menyatakan bahwa penambahan kadar nutrien antara nitrat dan fosfat meningkatkan sitasan karang. Penurunan satu satuan nitrat di perairan menurunkan pertumbuhan luas fragmen karang sebesar 3,29990 satuan

(mm2/bulan). Pertumbuhan luas fragmen karang menurun sebesar 1,46645 satuan (mm2/bulan) setiap penurunan satu satuan ortofosfat.

Laju pertumbuhan luas menurun cukup dipengaruhi oleh factor oksigen terlarut dan kekeruhan. Penurunan satu satuan oksigen terlarut di perairan menurunkan pertumbuhan luas fragmen karang sebesar 0,57288 satuan

(mm2/bulan). Pertumbuhan luas fragmen karang menurun sebesar 0,50318 satuan (mm2/bulan) setiap penurunan satu satuan kekeruhan.

Gambar 17. Plot antara laju pertumbuhan dan kekeruhan pada transek II Pertumbuhan luas fragmen karang pada transek II di pengaruhi oleh faktor fisika-kimia perairan terutama terhadap oksigen terlarut, kekeruhan, dan salinitas. Keterikatan ini berdasarkan koefisien korelasi yang besar melebihi 99%. Faktor paling berpengaruh pada laju pertumbuhan luas yaitu kekeruhan. Nilai koefisien korelasi yang positif (Lampiran 5) pada kekeruhan menunjukkan adanya

perbandingan lurus antara kenaikan kekeruhan terhadap pertumbuhan (Gambar 17). Pertumbuhan luas fragmen karang juga akan naik sebesar 0,66972

mm2/bulan karena kenaikan kekeruhan. Veron (2000) mencatat bahwa karang jenis Blastomussa wellsi ditemukan dalam air keruh. Penurunan satu satuan oksigen terlarut di perairan menurunkan pertumbuhan luas fragmen karang sebesar 0,74724 mm2/bulan. Satu-satunya faktor yang cukup menghambat pertumbuhan luas fragmen karang yaitu amonia. Setiap kenaikan satu satuan amonia menurunkan pertumbuhan fragmen karang sebesar 4,73260 mm2/bulan.

4.4.4. Laju pertumbuhan panjang fragmen selama 6 bulan

Nilai ukuran untuk pertumbuhan panjang fragmen berdasarkan nilai

pengukuran pada pengamatan berikutnya dikurangi pengamatan sebelumnya. Laju pertumbuhan panjang fragmen karang merupakan hasil pengukuran pertumbuhan karang setiap bulan. Perbandingan pertumbuhan ini dibedakan antara transek I dan transek II pada kedalaman berbeda.

a. Laju pertumbuhan panjang bulan Juni hingga September

Pertumbuhan panjang fragmen karang pada transek I meningkat pada bulan Juli-Agustus dan menurun pada bulan Agustus-September. Laju

pertumbuhan panjang fragmen karang pada transek II menurun 0,01 mm/bulan pada bulan Juli-Agustus. Pertumbuhan meningkat mencapai 0,65 mm/bulan pada bulan Agustus-September (Gambar 19).

Gambar 18. Grafik laju pertumbuhan panjang fragmen jenis Blastomussa wellsi

bulan Juni hingga bulan Agustus

Laju pertumbuhan panjang fragmen karang pada bulan Juni hingga September pada transek I tidak terlalu dipengaruhi oleh parameter fisika-kimia

perairan yang terukur. Ada faktor dari parameter tak terukur pada transek I diduga sangat mempengaruhi laju pertumbuhan. Pengaruh kecil terlihat dari nitrat pada penurunan satu satuan kadar nitrat menaikkan nilai pertumbuhan panjang fragmen karang sebesar 2,24839 mm/bulan. Effendi (2003) dalam bukunya menyatakan bahwa keberadaan fosfor yang berlebihan disertai dengan keberadaan nitrogen akan memacu tumbuhnya alga. Keberadaan alga merupakan pesaing bagi fragmen karang untuk tumbuh. Persaingan keduanya yaitu wilayah untuk melebarkan jaringan antara fragmen karang dengan alga tersebut. Hal ini dapat dijelaskan yaitu pertumbuhan karang meningkat pada bulan Juli-Agustus seiring dengan penurunan kadar nitrat. Pada bulan Agustus-September kadar nitrat cukup meningkat mempengaruhi pertumbuhan fragmen karang yang menurun.

Gambar 19. Plot antara laju pertumbuhan dan pH pada transek II

Faktor fisika-kimia perairan pada transek II yang sangat berpengaruh yaitu pH. Nilai koefisien korelasi yang negatif pada pH (Lampiran 6) menunjukkan

adanya perbandingan terbalik antara penurunan pH terhadap laju pertumbuhan (Gambar 19). Penurunan satu satuan pH akan meningkatkan pertumbuhan panjang fragmen karang sebesar 0,40984 mm/bulan. Kenaikan ini terjadi pada bulan Agustus-September. Penurunan pertumbuhan luas fragmen karang pada bulan Juli-Agustus dipengaruhi kenaikan pH. Hal ini menunjukkan adanya

perbandingan terbalik antara keterikatan pH dan pertumbuhan fragmen karang. b. Laju pertumbuhan panjang bulan September hingga Desember

Pertumbuhan panjang fragmen karang bulan September hingga Desember ditempatkan di kedalaman 12 meter tampak pada Gambar 20. Pertumbuhan pada setiap transek memiliki kecenderungan berbeda. Pada transek I, laju pertumbuhan mengalami kenaikan hingga akhir pada bulan November-Desember. Laju

pertumbuhan transek II menurun pada bulan November-Desember.

Gambar 20. Grafik laju pertumbuhan panjang fragmen jenis Blastomussa wellsi

bulan September hingga bulan Desember

Transek I dan transek II memiliki laju pertumbuhan panjang yang berbeda. Laju pertumbuhan transek I pada bulan Oktober-Desember lebih baik dari transek II bulan Juni-September (Gambar 18).

Gambar 21. Plot antara laju pertumbuhan dan amonia pada transek I Laju pertumbuhan pada transek I menunjukkan kenaikan dari bulan September hingga bulan Desember. Faktor fisika-kimia perairan yang sangat berpengaruh yaitu amonia. Nilai koefisien korelasi yang positif (Lampiran 6) pada amonia menunjukkan adanya perbandingan lurus antara kenaikan amonia

terhadap pertumbuhan (Gambar 21). Kenaikan satu satuan amonia menaikkan pertumbuhan fragmen karang sebesar 3,73090 mm/bulan. Pengaruh dari amonia tidak terionisasi akan meningkatkan tingkat racun seiring dengan penurunan kadar oksigen terlarut, pH, dan suhu (Effendi, 2003). Pengaruh dari faktor fisika-kimia perairan lain berasal dari oksigen terlarut, kekeruhan, kadar nitrat,dan ortofosfat. Penurunan kadar ortofosfat satu satuan dapat menaikkan pertumbuhan fragmen karang sebesar 1,23946 mm/bulan. Ortofosfat merupakan bentuk fosfor yang dapat dimanfaatkan secara langsung oleh tumbuhan tingkat tinggi dan alga

pada bulan November-Desember karena dimanfaatkan alga untuk berkembang disekeliling fragmen karang tersebut.

Gambar 22. Plot antara laju pertumbuhan dan amonia pada transek II Laju pertumbuhan panjang pada transek II menurun dari bulan September hingga Desember. Pertumbuhan panjang fragmen karang pada transek II sangat dipengaruhi oleh faktor kimia perairan berupa amonia. Nilai koefisien korelasi yang negatif (Lampiran 6) pada amonia menunjukkan adanya perbandingan terbalik antara kenaikan amonia terhadap pertumbuhan (Gambar 22). Setiap kenaikan satu satuan amonia menurunkan pertumbuhan panjang fragmen karang sebesar 2,07555 satuan (mm/bulan). Adapun peningkatan pertumbuhan diduga berasal pengaruh nitrat, ortofosfat, oksigen, dan kekeruhan. Koop (2001) menyatakan bahwa penambahan kadar nutrien antara nitrat dan fosfat

Dokumen terkait