ANALISIS KARYA PRODUK CETAKAN YANG DIRANCANG DENGAN ALAT BANTU KOMPUTER
4.8 Analisis Dampak Penggunaan Komputer Grafis terhadap Perancang
Salah satu tanggung jawab desainer adalah bahwa sebuah karya harus berumur panjang artinya tidak mudah usang dimana investasi ditanamkan klien tidak boleh sia- sia. Namun pada kenyataanya perancang lebih sering menawarkan gagasan tampilannya melalui pendekatan-pendekatan “trend” dan “fashion”.
Penggunaan komputer grafis sendiri berdampak langsung terhadap perancangnya yaitu bagaimana perancang bersikap dengan adanya komputer grafis sebagai sarana bantu perancangan, khususnya dikaitkan dengan beberapa persoalan seperti :
A. Orisinalitas
Orisinilitas dapat diartikan sebagai suatu kualitas karya yang dihasilkan melalui suatu proses akumulasi pemikiran yang cermat dan mendalam sehingga melahirkan suatu karya yang dihasilkan secara murni dari hasil pemikiran dan temuan perancang dan bukan atas dasar meniru karya yang sudah ada.
Dalam era komputerisasi ini, penciptaan teknologi perangkat keras komputer grafis dirancang oleh negara pembuatnya secara massal, baik dalam spesifikasi tekniknya, sistem operasionalnya, beserta seluruh perangkat penunjang lainnya dibuat
agar compatible dengan sistem perangkat lunaknya. Hal ini menimbulkan keseragaman dalam proses aplikasi penggunaannya dimanapun.
Disadari atau tidak penggunaan komputer grafis sebagai alat bantu perancangan yang sudah sedemikian canggihnya menjadi suatu alat yang digunakan hampir seluruh perancang di dunia ini, dapat dipastikan akan melahirkan suatu tampilan seragam paling tidak karakter yang dibentuk oleh komputer akan memiliki karakter yang sama.
Keorisinalitasan sebuah karya produk cetakan yang dirancang dengan menggunakan komputer grafis patut dipertanyakan, karena sudah pasti bukan suatu karya yang orisinil karena seluruh perangkat penunjang yang kita gunakan jelas-jelas merupakan hasil penciptaan orang lain, kita haya sekedar meminjam dan memanfaatkan fasilitas yang tersedia untuk menghasilkan berbagai tampilan visual dengan hanya menggabung-gabungkan berbagai tools yang tersedia.
Orisinalitas yang selama ini dikenal dengan kemampuan seorang perancang dalam menghasilkan suatu kualitas karya yang mampu membawa berbagai muatan konsep dari hasil pemikiran dan pencarian gagasan melalui kajian-kajian yang objektif sehingga menghasilkan karya yang memiliki kualitas keaslian tertentu. Hal ini terlihat dalam ide gagasannya yang belum pernah ditemukan dari suatu karya yang muncul sebelumnya. Kedalaman dalam mengekplorasi suatu masalah ke dalam konteks sebuah perancangan, akan dapat memunculkan suatu “core value” dari produk ataupun jasa yang akan diinformasikan. Dari sini dapat dihasilkan suatu pemikiran yang berbeda dengan pemikiran yang sudah ada selama ini.
Untuk menghasilkan suatu tampilan karya grafis dengan menggunakan komputer sekarang ini banyak beredar buku-buku yang membantu para perancang membuat suatu olahan visual secara tahap demi tahap, sehingga dapat dipastikan hasilnya akan sama persis dengan contoh. Hal ini karena sistem pengolahan gambar dengan teknik digital telah merubah suatu nilai yang dalam teknik manual menggunakan perkiraan-perkiraan misalnya seberapa banyak tinta yang akan dibubuhkan untuk pencampuran warnanya, seberapa besar tekanan sebuah alat gambar
agar menghasilkan kualitas garis yang diinginkan dan banyak lagi perkiraan – perkiraan lainnya. Di dalam komputer grafis segala perkiraan tadi telah diubah menjadi suatu besaran dalam skala angka, yang berkisar antara angka 0 sampai 100, sehingga suatu pencampuran cat dalam komputer grafis ataupun tekanan sebuah alat gambar tertentu, mengunakan besaran angka untuk mencapai suatu kualitas yang diinginkan. Dengan demikian suatu karya dapat dibuat ulang sama persis dengan karya sebelumnya.
Kecenderungan perancangan dalam era komuterisasi saat ini menjawab berbagai persoalan dengan cara yang sama baik teknik visualisasinya, maupun idiom- idiom visualnya sehingga sulit dibedakan karakteristiknya antar produk cetakan yang satu dengan yang lainnya.
Beredarnya ribuan klip art yang berisi berbagai tampilan foto juga menjadi salah satu pemicu beredarnya karya produk cetakan yang seragam tadi, perancang merasa tidak memiliki kewajiban untuk menghindari kesamaan dalam rancangan karena berbagai alasan, bisa karena terbatasnya budget dari pemberi pekerjaan sehingga perancang tidak optimal dalam melakukan proses rancangannya. Atau hal ini merupakan hal yang memang disengaja untuk memangkas biaya over head untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar.
B. Keterampilan
Keterampilan adalah kemampuan motorik seseorang dalam melakukan berbagai aktifitas fisik yang ditunjang oleh berbagai pengetahuan yang dimilikinya. Keterampilan dalam penegertian desain grafis adalah kemampuan seorang perancang dalam menghasilkan suatu gagasan visual dengan teknik yang dikuasinya.
Dalam era komputerisasi kemampuan seorang perancang dituntut tidak hanya dalam pengetahuan dalam persoalan metodologi perancangan grafis saja namun termasuk juga memahami dan menguasai berbagai keterampilan dalam mengoperasikan perangkat komuter garafis, setidaknya hal ini terlihat dari berbagai lowongan sebagai desainer, dimana penguasaan dan keterampilan dalam
mengoperasikan komputer grafis adalah salah satu syarat yang diminta oleh perusahaan tersebut.
Disisi lain dimana komputer grafis telah dijual secara bebas dan dapat dimiliki oleh siapa saja membuka kesempatan bagi mereka yang berminat untuk mempelajari komputer grafis dan berlatih sendiri, mengingat seluruh software yang digunakan dalam perancangan dijual bebas dengan harga yang sangat murah. Kesempatan ini dimanfaatkan oleh segelintir orang yang melihat kondisi ini sebagai peluang untuk membuka kursus-kursus singkat keterampilan penguasaan komputer grafis. Apa yang diajarkan dalam lembaga kursus kursus ini adalah berbagai keterampilan untuk mengoperasikan berbagai perangkat lunak dengan teknik-teknik untuk mencapai suatu efek tertentu, tanpa diberikan suatu dasar pemikiran tentang metodologi yang sesungguhnya salam proses perancangan.
Keterampilan dalam mengoperasikan komputer grafis telah menjadi suatu paradigma baru bagi desainer yang memiliki pendidikan formal maupun otodidak. Hal apa yang membedakan keduanya tidak menjadi penting karena para otodidak pun dapat menghasilkan karya desain dengan keterampilan menguasai komputer grafis.
Dalam kondisi saat ini dimana peluang untuk memperoleh pekerjaan perancangan grafis sangat terbuka sehubungan dengan meningkatnya kebutuhan akan berbagai perangkat informasi. Sekaligus membuka jalan bagi para otodidak tersebut untuk bersama sama mengaktualisasikan dirinya menjadi perancang grafis.
Hal lain yang mendorong terciptanya suatu kondisi dimana para otodidak dapat turut berperan dalam meraih pekerjaan, adalah tidak ada kepentingan bagi pemberi pekerjaan apakah perancang tersebut seorang sarjana atau bukan, yang penting bahwa mereka sanggup mengerjakan pekerjaan yang diberikan, dan hasilnya memuaskan bagi pihak klien. Kondisi tersebut akhirnya melahirkan suatu karya produk cetakan yang hanya mementingkan tampilan saja ketimbang persoalan- persoalan yang melatarbelakangi lahirnya sebuah gagasan visual. Serta bagaimana tujuan akhir dari sebuah produk cetakan, apakah dapat diterima khalayak sasarannya.
C. Kreatifitas
Salahsatu tuntutan bagi seorang perancang grafis adalah mampu menghasilkan suatu karya yang berkualitas, dengan memanfaatkan potensi yang dimilikinya serta berbagai sarana yang tersedia. Berkualitas dimaksudkan sebagai kemampuan perancang menghasilkan karya yang menarik dari segi tampilannya, dan informasinya sampai kepada khalayak yang dituju.
Dalam menciptakan suatu rancangan produk cetakan kreativitas dikondisikan oleh berbagai aspek yang sangat luas, mengingat posisi perancang adalah orang yang membuat suatu pekerjan yang diberikan oleh pihak lain (klien) dan untuk disampaikan kepada khalayaknya. Dalam berbagai kenyataan di lapangan dominasi pihak klien tidak dapat dihindari sebagai konsekuensi logis pihak yang memberi pekerjaan, hal ini seringkali membatasi kreativitas perancang dalam mewujudkan suatu gagasan visualisasinya. Upaya untuk tetap dapat menghasilkan suatu karya yang berkualitas adalah nilai dari kreatifitas seorang perancang dalam menghadapi kondisi seperti ini.
Kondisi lainnya adalah ketersediaan sarana, dimana perancang dihadapkan pada suatu kenyataan bahwa sarana tersebut harus dapat dimanfaatkan secara optimal. Kemampuan menggali potensi dan mengoptimalkan dari sarana yang tersedia adalah juga merupakan suatu nilai kreatifitas dari perancang.
Kemampuan dalam mengolah bahasa rupa untuk kepentingan efektivitas rancangannya agar dapat diterima oleh khalayaknya, merupakan nilai kreativitas seorang perancang dalam menghasilkan suatu karya rancangan grafis. Dalam kaitannya dengan proses produksi, kemampuan memilih material yang tepat, ukuran, teknik cetak, serta finishingnya dengan memperhitungkan efisiensi biaya yang tersedia adalah juga suatu nilai kreatifitas dari perancang.
Dalam era komputerisasi saat ini berbagai kemudahan, serta fasilitas penunjang lainnya sangat membantu perancang untuk dapat menghasilkan suatu karya yang berkualitas. Mengingat dengan kecepatan yang dimiliki komputer yang dapat membantu menyingkat proses pekerjaan yang dalam era sebelumnya membutuhkan
waktu yang relatif panjang. Waktu yang berlebih ini idealnya dapat dimanfaatkan oleh perancang untuk mencari berbagai alternatif serta pembentukan nilai kreatifitas dari perancang dalam menghasilkan karya yang berkualitas.
Dari hasil wawancara penulis dengan beberapa narasumber, dominasi klien dengan memberikan arahan-arahan yang kadangkala menghambat proses kreatifitas. Dan saat ini dengan adanya komputer grafis hal tersebut dapat diatasi.
Teknologi penunjang komputer grafis dapat mengakses berbagai klip art baik foto maupun ilustrasi bahkan juga klip ratusan karya yang telah dibuat oleh orang lain. Pihak perancang tinggal meniru layout yang terdapat dalam klip tersebut hanya mengganti foto dan judul sesuai dengan data dari pihak klien. Penambahan dan pengurangan unsur ataupun elemen yang dibutuhkan sifatnya hanya sebagai pelengkap saja agar karya tersebut tidak terkesan menjiplak.
Dengan kualitas printer yang cukup baik, perancang dapat menyajikan suatu tampilan yang mendekati aslinya, baru kemudian konsep dibuat dengan mencoba mencari kesamaan-kesamaan dari karya yang dijiplaknya. Hal ini terbukti efektif karena pihak klien langsung dapat melihat suatu karya produk cetakan yang mendekati aslinya.
Kemampuan perancang dalam memberikan konsep yang melatar belakangi lahirnya sebuah karya tersebut seringkali lebih terfokus pada kreatifitas informasinya pesannya. Fenomena di atas dianggap sebagai suatu nilai “kreatifitas” dari perancang dalam mengatasi suatu kendala yang sering dialami dalam proses perancangan.
Kreatifitas dapat terbentuk dengan ketiadaan jarak antara perancang dengan karya yang dihasilkannya, karena seluruh hasil dalam rancangannya merupakan suatu proses yang disadari sebagai alat untuk meyampaikan maksud informasinya. Setiap langkah yang dilakukan oleh perancang selalu membawa suatu kesadaran dari perancang.
Dalam era komputerisasi ini jarak antara perancang dengan perangkat komputer itu sendiri jelas-jelas terbentuk, dimana perancang bekerja denga pikiran- pikirannya sementara komputer bekerja dengan proses reaksi digitalnya, sehingga nilai kreatifitas bukan berada pada diri si perancang melainkan pembuat perangkat lunaknya dimana pada akhirnya komputer dapat menghasilkan ribuan alternatif dalam penyajian visualnya. Dengan menggeser mouse dan meng “klik” salah satu tools yang ada maka tampilan visual dalam sekejap dapat berubah, demikian hal ini dapat dilakuakan berulang kali.
BAB V