• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Komputer Pada Perancangan Grafis Dan Pengaruhnya Terhadap Tampilan Produk Cetakan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Komputer Pada Perancangan Grafis Dan Pengaruhnya Terhadap Tampilan Produk Cetakan"

Copied!
128
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KOMPUTER PADA PERANCANGAN

GRAFIS DAN PENGARUHNYA TERHADAP

TAMPILAN PRODUK CETAKAN

SKRIPSI

JUNIUS A. L. TOBING

0 3 1 4 0 1 0 0 2

PROGRAM STUDI STRATA 1 ILMU KOMPUTER

DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ANALISIS KOMPUTER PADA PERANCANGAN GRAFIS DAN PENGARUHNYA TERHADAP

TAMPILAN PRODUK CETAKAN

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Komputer

JUNIUS A. L. TOBING 0 3 1 4 0 1 0 0 2

PROGRAM STUDI STRATA 1 ILMU KOMPUTER DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

PERSETUJUAN

Judul : ANALISIS KOMPUTER PADA PERANCANGAN

GRAFIS DAN PENGARUHNYA TERHADAP TAMPILAN PRODUK CETAKAN

Kategori : SKRIPSI

Nama : JUNIUS A. L. TOBING

Nomor Induk Mahasiswa : 031401002

Program Studi : SARJANA (S1) ILMU KOMPUTER

Departemen : ILMU KOMPUTER

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Diluluskan di

Medan, 22 Desember 2008

Komisi Pembimbing :

Pembimbing 2 Pembimbing 1

Syahriol Sitorus, Ssi, MIT Prof. Dr. Muhammad Zarlis

NIP 132174687 NIP 131570434

Diketahui/Disetujui oleh

Program Studi S1 Ilmu Komputer Ketua,

(4)

PERNYATAAN

ANALISIS KOMPUTER PADA PERANCANGAN GRAFIS DAN PENGARUHNYA TERHADAP

TAMPILAN PRODUK CETAKAN

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, 8 Agustus 2008

(5)

PENGHARGAAN

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, dengan limpahan karunia-Nya skripsi ini berhasil diselesaikan dalam waktu yang telah ditetapkan.

(6)

ABSTRAK

(7)

ANALYSIS OF COMPUTER TO DESIGN GRAPHIC AND THE EFFECT TO THE OFFSET PRODUCT DESIGN

ABSTRACT

(8)

DAFTAR ISI

1.7 Sistematika Penulisan 14

Bab 2 Metode Perancangan Grafis Dalam Produk Cetakan 17 2.1 Seni Rupa Modern dan Pengaruhnya pada Desain Grafis 17 2.2 Modernisme Sebagai Gaya Internasional 21

2.3 Pop Medernisme 27

2.4 Perkembangan Produk Cetakan 29

2.4.1 Prinsip Dasar Perancangan Grafis Pada Produk Cetakan 32 2.4.2 Prinsip Gestalt Dalam Produk Cetakan 34 2.4.3 Sistem Grid Pada Produk Cetakan 37 2.4.4 Elemen Dasar Dalam Perancangan Grafis 39 2.5 Gagasan Komunikasi Dalam Perancangan Grafis 50 2.5.1 Mengenali Karakter Informasi /Pesan 51 2.5.2 Mengenali Karakter Khalayak Sasaran 54 2.5.3 Mengenali Karakter Media Yang Akan Digunakan 55

Bab 3 Analisis Perancangan Grafis dalam Produk Cetakan 58

3.1 Analisa Visual 58

3.2 Teknologi Digital Dalam Era Informasi 59

3.3 Metode Teknik Perancangan Grafis 62

3.4 Tampilan Visual Pada Produk Cetakan 66 3.5 Visualisasi Fotografi Hasil Olahan Teknik Digital 69

(9)

Bab 4 Analisis Karya Produk Cetakan Yang Dirancang Dengan Alat

Bantu Komputer 79

4.1 Analisis Karya Produk Cetakan Brosur Studio Topcoder 79 4.2 Analisis Karya Produk Cetakan Ford B. Aceh Invitation 84 4.3 Analisis Karya Produk Poster dan Brosur Samick Piano Competition 88 4.4 Analisis Karya Produk Undangan Grand Nanggroe Hotel 92 4.5 Analisis Karya Produk Brosur Ocean Spring Bed 96 4.6 Analisa Karya Produk Flyer Seoul Garden 100 4.7 Analisa Karya Produk Cetakan Cover Tabloid Aplaus

The Life Style In Medan 104

4.8 Analisis Dampak Penggunaan Komputer Grafis terhadap Perancang 107

Bab 5 Kesimpulan Dan Saran 114

5.1 Kesimpulan 114

5.2 Saran 115

(10)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1 Model Analisis Data Interaktif, dibuat berdasarkan

Miles dan Huberman 14

Gambar 2.1 Poster karya Henri de Toulouse & William Moris 19 Gambar 2.2 Karya Joost Schmidt’s & Herbert Bayer 21

Gambar 2.3 Karya kaum futuris, Marinetti 22

Gambar 2.4 Karya Tzara, Salon Dada Poster 23

Gambar 2.5 Karya Alensander Rodhenko 24

Gambar 2.6 Karya Salvador Dali, Clock Explotion 26

Gambar 2.7 Karya Andy Warhol, Marilyn Monroe 1967 29

Gambar 2.8 Objek Pola Salam Desain Grafis 36

Gambar 2.9 Karya logo untuk program kampanye

Kebun Binatang Minnesota 37

Gambar 2.10 Struktur Grids dalam grafik desain oleh Andre Jute 38

Gambar 2.11 Warna Dingin (cold) 42

Gambar 2.12 Warna Hangat (warm) 42

Gambar 2.13 Warna Sejuk (cool) 43

Gambar 2.14 Warna Terang (light) 43

Gambar 2.15 Warna Gelap (dark) 43

Gambar 2.16 Warna Pucat (pale) 44

Gambar 2.17 Warna Cemerlang (bright) 44

Gambar 2.18 Jenis-jenis huruf 49

(11)

ABSTRAK

(12)

ANALYSIS OF COMPUTER TO DESIGN GRAPHIC AND THE EFFECT TO THE OFFSET PRODUCT DESIGN

ABSTRACT

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Desain Grafis adalah kegiatan perencanaan yang menghasilkan suatu bentuk

rancangan, sebagai upaya dalam membantu menyelesaikan permasalahan komunikasi,

melalui gagasan- gagasan visual yang membawa pesan-pesan tertentu dari pemberi

pesan kepada penerima pesan, melalui media cetak.

Dalam buku "Graphic Design Basics" Amy E. Arntson (1998, hal:2) mengatakan "Graphic design is a problem solving on a flat two-dimensional surface. The designer conceives, plans, and executes designs that communicate a specific message to a specific audience within given limitations- financial, physical, or psychological."

Pada tampilannya pesan/informasi disajikan dapat berupa huruf saja, gambar

saja atau paduan keduanya, dengan memberikan bobot estetik agar karya yang

dihasilkan tidak saja efektif dan efisien tetapi juga mampu memberikan daya tarik

kepada calon penerima pesannya.

Desain grafis yang pengungkapan utamanya menggunakan bahasa visual,

dapat membawa berbagai pesan komunikasi seperti promosi dagang, kampanye

politik, sosial kebudayaan, kesehatan, transmigrasi, KB, pendidikan dan lain-lain.

Sebuah rancangan grafis diharapkan mampu menyampaikan gagasan secara efektif

dan efisien agar pesan yang disampaikan oleh komunikator dapat dimengerti dan

(14)

Salah satu ciri utama desain grafis adalah penggunaan metode cetak-mencetak

(mesin cetak kertas) dalam produksi karyanya yang memungkinkan pengulangan atau

pelipatgandaan lembaran karya agar pesan-pesan komunikasi yang terwujud, dapat

disebarluaskan kepada lebih dari seorang komunikan.

Sejarah desain grafis diawali dengan ditemukannya teknologi mesin cetak

pertama dengan sistem Movable Type oleh seorang Jerman, Johann Genfleischzum Gutenberg di tahun 1450, yang sekaligus merupakan awal perkembangan desain

grafis, yang diaplikasikan dalam pembuatan salinan publikasi dalam jumlah banyak

sama seperti aslinya. Perancangan grafis pada masa Gutenberg diawali saat mencetak

sebuah publikasi Alkitab sebanyak 42 baris, dikerjakan bersama seniman-seniman

buku lainnya. Gebrakan yang dilakuan Gutenberg telah mengilhami sejumlah

seniman-seniman huruf ternama seperti Claude Garamond di Prancis, John

Baskerville di Inggris dan Giambattista Bodoni Italia. Jenis-jenis huruf ciptaan mereka

kini dikenal sesuai dengan nama penciptanya: Garamond, Baskerville, Bodoni dan

sebagainya (Arnson, 1998).

Sejak penemuan mesin penyusun huruf (composing machine) pada tahun 1846 hingga jaman industrialisasi di Eropa pada abad ke-19, banyak sekali penyempurnaan

atas peralatan cetak mencetak, yang membuka lebar kreatifitas dalam lingkup desain

grafis. Percetakan dengan movable type digunakan hampir selama 400 tahun dengan berbagai macam penyempurnaan terhadap sistem yang telah diciptakan sebelumnya,

Ottmar Mergenthaler dari Jerman menemukan typecasting yang cara kerjanya adalah

memasangkan sejumlah huruf yang disusun per baris (linecasting). Mesin temuan Mergenthaler ini disebut dengan Lynotype, yang berasal dari kata 'Lyne of Type'. Mesin teknologi cetak tinggi ini masih digunakan sampai saat ini (Heru, 2000).

Penemuan teknologi penunjang dalam lingkup desain grafis terus berlangsung

waktu demi waktu, hal ini terlihat dengan dihasilkannya mesin penyusun huruf dengan

berbagai sistem dipatenkan. Setelah tahun 1946 berbagai teknologi penunjang desain

grafis terdahulu banyak disempurnakan, salah satunya adalah mesin penyusun huruf

tersebut berhasil dibuat menjadi sebuah mesin semi komputer yang dapat membuat

(15)

Perkembangan dalam dunia fotografi juga memberikan andil dalam

pengembangan teknologi penunjang desain grafis, dimana proses memunculkan

gambar dalam bentuk foto menjadi salah satu alternatif bagi desainer dalam proses

pengolahan rancangan grafis.

Dengan adanya teknologi komputer, desain grafis telah mengalami loncatan

perkembangan yang pesat dibandingkan awal kelahirannya lebih dari satu abad yang

lalu. Pada mulanya keahlian menghasilkan karya desain grafis diperoleh melalui jalur

pendidikan formal di sekolah seni atau belajar melalui praktisi desain, namun setelah

era informasi kemajuan teknologi memberi banyak kemudahan melalui pembelajaran

langsung dengan buku-buku yang dijual bebas, proses dalam berkarya menjadi

semakin mudah, baik secara teknik maupun proses berkreasinya.

Desainer dapat melakukan berbagai olahan visual melalui berbagai perangkat

lunak yang tersedia dalam fasilitas komputer grafis. Hal ini disebabkan perangkat

komputer menyediakan sistem kerja yang meniru semua teknik dalam peralatan

gambar seperti cat air, cat poster, charcoal, pensil warna, air brush, brush stroke dan

lain-lain. Untuk program vektor disediakan fasilitas pembuat garis lurus, lengkung,

putus-putus, garis bebas, garis beraturan, blocking warna, gradasi warna dan lain-lain. Dalam program pengolahan pixel disediakan fasilitas pengolah hasil fotografi dengan

sistem yang meniru hampir seluruh efek dalam teknik fotografi seperti: efek blur, sharpen, brightness, contrast, saturation, rander, tekstur, dan lain-lain serta penambahan secara terpisah untuk berbagai filter menjadikan perangkat komputer

sebagai alat serba bisa yang sangat membantu desainer dalam proses merancang.

Pada awalnya karya-karya yang diolah dengan komputer grafis oleh para

kritikus seni di Amerika Serikat, dalam sebuah seminar yang diselenggarakan di

Howard Wise Gallerry di New York tahun 1976 mendapat kritikan tajam, mereka

menilai karya tersebut berkesan kaku, kehilangan nilai-nilai kemanusiaannya dan

tidak berjiwa. Para kritikus menilai komputer grafis tidak dapat meniru ataupun

melampaui bentuk tak beraturan atau bentuk organis, seperti yang terdapat dalam

bentuk seni tradisional, yang cenderung mengambil bentuk-bentuk yang berasal dari

(16)

Dalam beberapa hal pendapat tersebut dapat dibenarkan, namun dalam

beberapa tahun kemudian seiring dengan kemajuan teknologi komputer yang terus

dikembangkan merubah persepsi para kritikus tadi terhadap perkembangan dan

tampilan karya desain yang muncul (Kusriyanto, 2007).

Meskipun banyak kritikan dan keraguan terhadap kegunaan dan kemampuan

komputer garafis sebagai alat bantu perancangan pada masa itu, ada beberapa orang

yang jeli dalam melihat kemampuan sebenarnya yang terdapat dalam komputer grafis.

Salah satu diantaranya adalah seorang ilmuwan yang memiliki visi jauh ke depan

bernama A.Michael Noll yang menganggap komputer grafis sebagai suatu bentuk

teknologi yang juga dapat menghasilkan karya seni yang tidak kalah mutunya dengan

yang dihasilkan melalui cara "konvesional". Meskipun ia seorang ilmuwan namun pada kenyatannya dialah salah seorang yang menerapkan teknik-teknik konvensional

ke dalam komputer.

Mempertimbangkan kelebihan komputer sebagai alat dalam hal kecepatannya

untuk melakukan repitisi bentuk/objek, distorsi dan manipulasi foto, sehingga

pencarian alternatif sebanyak banyaknya menjadi dipermudah. Perombakan terhadap

komponen desain guna menghasilkan suatu pemetaan ulang wawasan dalam

mewujudkan gagasan visual, dengan mudah dapat dilakukan komputer grafis,

terutama untuk program-program vektor dan pixel seperti: Photoshop, Illustrator,

Macromedia Freehand, Painter dan lain-lain.

Merancang dengan alat bantu komputer grafis, dapat merupakan proses

eksperimen dalam mengekplorasi gagasan dengan pendekatan baru, mencoba ide

baru, yang menghasilkan berbagai tampilan yang sangat beragam , baik dalam bentuk

gambar, huruf, tata letak, warna, dan lain-lain, sehingga dari tahun ke tahun semakin

banyak desainer yang beralih kekomputer, karena desainer dengan bebas dapat

menggali kemungkinanan yang hampir tiada batas. Proses bereksperimen melalui

komputer grafis dapat menghasilkan berbagai hal baru dalam menghasilkan tampilan

(17)

Selain proses tampilannya, dari segi waktu komputer grafis dapat

menghasilkan karya lebih cepat, hal tersebut akan merubah proses kreatif, guna

menghasilkan gagasan lebih baik dan komputer dianggap telah melakukan hal

tersebut.

Kegiatan desain grafis di Indonesia telah ada sejak jaman penjajahan dalam

lingkup yang masih sederhana, yaitu dilakukan oleh pendesain Belanda yang berkarya

di Indonesia yang menghasilkan aneka karya rupa seperti gambar, illustrasi, perangko,

poster, reklame, desain uang, brosur, kemasan dan sebagainya. Kurang lebih dua

dasawarsa setelah kemerdekaan, teknologi percetakan di Indonesia baru meningkat

dengan hadirnya mesin web offset, yang pertama kali digunakan pada tahun 1969

untuk mencetak Koran Harian Merdeka. Tetapi rintisan sebelumnya dengan

mengunakan teknologi cetak tinggi (Rotasi Duplex) sejak tahun 1950-an merupakan

kealanjutan perkembangan kegiatan desain grafis di Indonesia. Beberapa karya cetak

perangko, uang, poster, majalah, bahkan buku, merupakan hasil karya grafis yang

dikerjakan di dalam negeri maupun dikerjakan bersama pihak asing.

Perkembangan dalam bidang desain grafis di Indonesia tidak terlepas dari

pertumbuhan perekonomian Indonesia di tahun 90-an yang mengalami kemajuan

relatif pesat, khususnya pada sektor seperti : industri, perbankan, jasa, asuransi,

properti. Serta berbagai kebijakan pemerintah dan kondisi yang wajar dari sebuah

negara yang sedang berkembang:

a. Kebijakan pemerintah dengan segala usaha mempercepat roda pembangunan

telah diawali dengan deregulasi, debirokratisasi, dan swastanisasi.

b. Kebijakan pemerintah menciptakan globalisasi pemasaran yang merupakan

gerakan ofensif multinasional dalam perluasan usaha. Dunia sudah dianggap

sebagai suatu wilayah Indonesia, suatu pasar dengan penduduk nomor 5

terbesar menjadi sangat potensial.

c. Adanya media eletronik antar wilayah antar benua yang menembus ruang dan

(18)

perkembangan informasi baik dari luar Indonesia maupun Indonesia ke luar

negeri, yang berdampak pada perubahan pola masyarakat pengguna jasa sistem

informasi dari sistem informasi yang sederhana sistem informasi yang canggih,

sebagai contoh: teknologi telepon berkembang dari sistem satelit, akses

informasi dari luar Indonesia dapat diperoleh dengan cara mudah melalui

jaringan internet.

d. Investsi penanaman modal asing untuk meningkatkan lapangan tenaga kerja

dan produktifitas pembangunan akan mengalirkan pula tenaga profesional

asing, termasuk juga praktisi dalam bidang desain grafis.

Kemampuan untuk melakukan usaha yang penuh inovasi merupakan cara

manusia agar dapat bertahan hidup dan bersaing merupakan tuntutan mayarakat di era

teknologi ini. Dampak teknologi tersebut merambat menjadi sebuah tren media

komunikasi, bukan hanya karena efektifitas dan efisiennya, namun juga muncul nilai

baru yang berhubungan dengan gaya hidup, sehingga media komunikasi yang fungsi

awalnya hanya sebagai media penyampai pesan saja lambat laun mengalami

perubahan, dimana dimanfaatkan juga secara strategis dalam setiap segmen sasaran

komunikasi (target audience) baik secara geografis, demografis, juga psikografis. Hal

tersebut di atas memberikan pengaruh terhadap perkembangan bidang desain grafis di

Indonesia, dipandang dari:

a. Aspek produktifitas karya yang dihasilkan dalam kurun waktu tertentu.

b. Jenis media informasi yang dihasilkan untuk kebutuhan publikasi.

c. Tampilan desain berbagai karya produk cetakan

d. Proses kreasi dalam menghasilkan karya produk cetakan

Hal ini terlihat dengan tinggginya tingkat permintaan dari berbagai institusi

kepada biro-biro desain grafis untuk pembuatan berbagai media sebagai upaya

(19)

Sebagai gambaran di tahun 90-an Fortune Compset salah satu biro desain di Jakarta,

dalam setiap tahunnya menerima pekerjaan perancangan dari 15 perusahaan, yang

memesan berbagai media informasi seperti buku profil perusahaan, laporan tahunan,

kalender, brosur, katalog, dan lain-lain.

Bidang desain grafis mengalami percepatan kemajuan dan omset usaha

terutama ketika penggunaan komputer grafis semakin terkenal di masyarakat sejak

awal 90an. Penggunaan komputer grafis saat ini praktis telah digunakan dalam proses

perancangan karya desain grafis dan menggantikan sepenuhnya sistem kerja

sebelumnya, berbagai keahlian dalam proses produksi sebuah karya grafis yang

sebelumnya dimiliki oleh mereka yang sekian lama menggeluti bidangnya seperti

visualiser (penggambar), paste-up artist (penata letak), typesetter (penyusun huruf) serta operator kamera repro, sudah dapat dipastikan tidak digunakan lagi.

Komputer grafis adalah perangkat yang terdiri dari software (perangkat lunak)

dan hardware (perangkat keras), yang didukung oleh berbagai jenis fasilitas untuk

kebutuhan "teknis" dalam perancangan grafis. Adapun perangkat lunak yang telah

dikembangkan sedemikian rupa agar mampu memenuhi kebutuhan perancang antara

lain : Adobe Photoshop, Macromedia Freehand, Adobe Illustrator, CorelDraw, Page

Maker, Quark Xpress dan lain-lain.

Dengan munculnya perangkat lunak tersebut serta sarana bantu lainnya seperti

printer, scanner, kamera digital dan lain-lain, membawa perubahan yang berarti

terhadap tampilan-tampilan desain produk cetakan seperti poster, brosur, leaflet, iklan,

buku profil perusahaan, laporan tahunan, kalender dan lain-lain. Perubahan-perubahan

tadi meliputi tampilan rupa, penggayaan, rekayasa foto, tampilan huruf, tata letak,

serta sistem produksinya.

Sejak digunakan komputer grafis sebagai alat bantu dalam perancangan karya

grafis, secara signifikan terjadi beberapa perubahan terhadap tampilan keseluruhan

dari karya-karya grafis Indonesia, khususnya pada tata ungkap visual baik berupa foto,

huruf, tata letak, pengayaan serta idiom komunikasinya. Hal ini sangat dimungkinkan

(20)

berbagai fasilitas untuk mengolah berbagai kebutuhan gambar, seperti program

pengolahan foto dengan Photoshop, program pengolahan huruf dengan Macromedia

Freehand atau Illustrator, program untuk mengubah tata letak dengan Page Maker atau

Quark Xpress. Seluruh program ini dilengkapi dengan fasilitas penunjang lain untuk

memudahkan perancang menyiapkan sebuah rancangan sampai pada proses

pembuatan sparasi warna.

1.2 Batasan Masalah

Dalam penulisan ini akan diteliti pengaruh yang signifikan dari penggunaan komputer

grafis, sebagai alat bantu dalam proses perancangan terhadap tampilan produk-produk

cetakan yang dibuat oleh biro desain, biro periklanan, desainer perorangan, serta

penerbit. Banyak perusahaan besar berkantor pusat di Jakarta, hal ini tentunya memicu

perkambangan informasi dan komunikasi baik dari luar negeri maupun dari Jakarta ke

seluruh Indonesia, sehingga perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa komunikasi

seperti: biro iklan, rumah produksi desain grafis, konsultan kehumasan, percetakan,

penerbit dan lain-lain adalah perusahaan yang cukup banyak menyerap para

profesional dalam bidang desain grafis, serta tingginya tingkat kompetisi dari

perusahaan sejenis, sangat memungkinkan memicu para perancang menghasilkan

desain-desain dengan tampilan dan karakteristik yang beragam. Adapun hasil

perancangan yang akan diteliti adalah beberapa produk cetakan yang dirancang baik

biro desain, biro periklanan, maupun desainer perorangan, dalam bentuk Cover

majalah dan Brosur.

Adapun masalah yang akan diteliti sehubungan dengan pengaruh komputer

grafis terhadap tampilan produk cetakan dapat ditinjau dari relasi antara desain grafis

sendiri sebagai dasar keilmuan yang mempelajari berbagai hal tentang komunikasi

visual, dimana salah satunya adalah bagaimana menghasilkan suatu produk cetakan.

Desainer sebagai manusia yang mengaplikasikan ilmu tersebut untuk menghasilkan

karya produk cetakan. Komputer grafis sebagai alat yang digunakan oleh desainer

dalam menghasilkan produk cetakan, serta produk cetakan sebagai hasil akhirnya

(21)

Dari uraian di atas batasan masalah dalam skripsi ini adalah menganalisa

pengaruh yang ditimbulkan oleh penggunaan komputer grafis terhadap produk

cetakan khususnya pada cover majalah dan brosur ditinjau pada aspek:

1. Tata ungkap visualnya

2. Proses kreasinya

3. Muatan pesan yang terkandung dalam tampilan produk cetakan tersebut.

Alasan pemilihan terhadap produk-produk cetakan yang akan diteliti tersebut,

karena komputer grafis saat ini telah digunakan oleh hampir seluruh biro desain, biro

periklanan, penerbit maupun desainer perorangan, dimana produk-produk cetakan

yang dipilih merupakan hasil karya dari institusi-institusi tersebut.

1.3 Rumusan Masalah

Melihat fenomena yang terjadi dalam perkembangan profesi desain grafis khususnya

setelah komputer grafis menjadi alat bantu yang serba bisa dalam proses merancang

karya desain grafis, maka peneliti merumuskan masalah tulisan ini sebagai berikut:

1. Bagaimana sejumlah perubahan dan pergeseran terjadi dalam proses

perancangan baik teknis maupun konsep dengan digunakannya komputer

grafis.

2. Bagaimana komputer grafis dengan fasilitas yang tersedia mampu

menimbulkan citra visual baru dalam tampilan produk-produk cetakan.

3. Bagaimana gagasan komunikasi diwujudkan dalam tata ungkap visual pada

rancangan produk cetakan dalam era komputerisasi ini.

4. Bagaiamana komputer grafis berpengaruh terhadap proses kreasi desainer

(22)

1.4 Tujuan Penelitian

Penelitian ini dimaksudkan untuk mencari hubungannya antara penggunaan komputer

grafis dengan tampilan produk-produk cetakan yang dibuat khususnya adalah:

1. Mengetahui proses perancangan baik teknis maupun konsep dengan

digunakannya komputer grafis

2. Mengetahui citraan-citraan visual baru dalam tampilan produk-produk cetakan,

yang ditimbulkan oleh penggunaan komputer grafis.

3. Mengetahui bagaimana gagasan komunikasi diwujudkan dalam tata ungkap

visual pada rancangan produk cetakan dalam era komputerisasi ini

4. Mengetahui pengaruh yang ditimbulkan oleh komputer grafis dalam proses

kreasi desainer dalam mewujudkan gagasan perancangan.

1.5 Manfaat Penelitian

Dengan Penelitian ini diharapkan para desainer, akademisi, maupun para pengguna

jasa profesi desain grafis diharapkan mampu mendudukkan secara proporsional

persoalan teknologi komputer grafis dengan pengaruhnya terhadap desain produk

cetakan ditinjau sudut pandang desain grafis.

Manfaat lain dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

pemikiran tentang perubahan peta orientasi desainer saat ini dalam mengolah gagasan

perancangan produk cetakan dalam era komputerisasi, sebagai konsekuensi logis dari

peradaban teknologi yang mau tidak mau menjadi keharusan bagi para desainer untuk

mengaplikasikannya.

Tulisan ini merupakan hasil pengamatan langsung di lapangan yang

(23)

serta memahami tulisan ini diharapkan para akademisi terbuka untuk dapat melakukan

reorientasi dan reaktualisasi kembali terhadap berbagai sistem pengajaran, serta

pemahaman berbagai teori-teori desain yang berkenaan dengan kondisi yang terjadi

dalam dunia praktisi, dimana kesenjangan antara dunia akademis dan dunia praktisi

masih dirasakan sebagai salah satu hambatan untuk mencapai kondisi "link and match".

Bagi penulis secara pribadi tulisan ini merupakan sebuah upaya dalam

menelusuri pemikiran tentang hubungan antara bidang desain grafis, desainer, institusi

pengguna jasa profesi desain grafis, serta teknologi komputer grafis yang merupakan

sebuah jaringan yang berkait satu dengan yang lain.

1.6 Metode Penelitian

Skripsi ini diajukan untuk menjawab permasalahan seputar penggunaan komputer

grafis dalam proses perancangan grafis dan pengaruhnya terhadap tata ungkap visual

yang tertuang dalam karya produk-produk cetakan, terutama yang berkait dengan

proses teknis dan proses kreasi dalam era komputerisasi. Kajian ini juga mengungkap

berbagai pengaruh lain yang ditimbulkan oleh komputer grafis pada perwujudan

gagasan visual dan konsep komunikasi yang terkandung di balik objek, mengacu pada

kaidah-kaidah perancangan grafis dan komunikasi visual.

Strategi penelitian digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif.

Deskriptif, karena pengolahan datanya diwujudkan melalui paparan lengkap,

sedangkan sifat kualitatifnya ditujukan melalui jenis datanya yang menyediakan ruang

penafsiran, makna atau nilai. Penetapan strategi penelitian kualitatif juga didasarkan

pada kesesuaian ciri-cirinya yang: 1) menjuruskan proses pengumpulan, penyajian,

dan analisa data dalam bentuk siklus; 2) lebih mengandalkan peneliti sebagai

instrumen utama penelitian; 3) meneliti subyek kajian beserta latar belakangnya sesuai

dengan kondisi yang wajar atau alamiah.

(24)

1. Tahap penjagaan sebagai pijakan dalam menyusun permasalahan umum

berdasarkan grand tour question

2. Tahap eksplorasi terfokus guna menetapkan wilayah bahasan yang dipilih

sebagai fokus berdasarkan perhatian teoritis

3. Tahap mengecek temuan penilitian dengan melakukan apa yang disebut

sebagai member check

Dalam penelitian kualitatif dikenal teknik cuplikan yang dikembangkan untuk

mencari fokus. Objek yang dijadikan sebagai fokus amatan diambil dengan

menggunakan cara internal sampling. Dengan cara ini, peneliti memiliki otoritas untuk

menetapkan sampel yang akan ditelaah, dengan siapa atau dimana peneliti akan

melakukan observasi (Sarwono, 2007).

1.6.1 Metode Sampel

Metode sampel dalam penilitian merupakan sumber data artinya, sifat-sifat atau

karakteristik dan sekelompok subyek, gejala, atau objek. Sifat dan karakteristik

tersebut dijaring melalui instrumen yang telah dipilih dan dipersiapkan oleh peneliti.

Mengingat populasi ini tidak terbatas jumlahnya, maka dalam penelitian ini akan

diambil metode sampel dengan jenis probability sampel yang salah satunya adalah,

stratifikasi random yaitu dilakukan dengan cara membuat lapisan (strata), kemudian

dari setiap lapisan diambil sejumlah subjek secara acak. Dalam penelitian sampel yang

diambil adalah berbagai hasil produk cetakan. Sementara sampel yang diambil secara

acak akan diklasifikasikan berdasarkan berbagai bidang dalam ruang lingkup desain

grafis yaitu sampel produk hasil cetakan yang dibuat oleh biro desain seperti: brosur,

leaflet, poster, sementara sampel yang diambil dari biro iklan adalah iklan media

cetak, dan sampel yang diambil dari penerbitan yaitu cover majalah. Sementara

sampel tersebut secara acak akan diambil dari beberapa biro iklan, biro desain,

percetakan dan penerbit yang dapat digolongkan sebagai institusi besar dan terkenal

(25)

1.6.2 Sumber data

Data dan informasi, selain diperoleh dari berbagai biro desain,biro iklan, maupun

penerbit, dalam bentuk hasil cetakan diperoleh juga dari narasumber, kepustakaan,

serta beberapa konsep karya yang dibuat oleh beberapa perancang. Dengan demikian,

informasi kua litatif yang akan digali melalui penelitian ini meliputi:

a. Narasumber (sumber data manusia): Nara sumber yang dimaksud di sini terdiri

dari dua praktisi dalam bidang desain grafis di Medan dan penulis sendiri yang

berkompeten dengan karya cetakan yang dipilih. Melalui narasumber ini akan

digali informasi-informasi aktual dan memadai yang berkaitan dengan masalah

yang akan diteliti, narasumber penelitian akan didasarkan pada criterion based

selection, yakni pemilihannya didasarkan atas kriteria-kriteria tertentu, yakni

keluasan pengetahuannya dalam menunjukkan informasi yang akurat dan

penguasaan pada permasalahan yang diajukan.

b. Kepustakaan: digunakan sebagai rujukan teoritis yang memuat berbagai kaidah

dan metodologi dalam proses perancangan grafis, dalam bentuk buku, jurnal

serta penelitian sejenis yang pernah dilakukan. Sumber ini akan memberi

informasi tentang hal-hal yang berkait dengan landasan teori dan

konsep-konsep ilmiah yang diperlukan pada saat analisis.

1.6.3 Cara Analisis Data

Analisis data dalam skripsi ini dilakukan secara bersamaan dan saling menjalin antara

langkah reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi data.

a. Pengumpulan Data: yaitu pemilihan berbagai data yang dapat diteliti

berdasarkan kualifikasi yang berkaitan dengan objek penelitian. Dimana hal ini

(26)

b. Penyajian Data: yaitu berbagai pemahaman yang berkaitan dengan persoalan

desain grafis sebagai ilmu, komputer grafis sebagai alat, dan desainer sebagai

orang berkarya, dan produk cetakan sebagai hasilnya.

c. Reduksi Data : yaitu memilih dan menseleksi data yang terkumpul yang sesuai

dengan objek penelitian.

d. Kesimpulan-kesimpulan: merupakan temuan-temuan penelitian baik secara

deskriptif maupun secara analitis, yakni hipotesis mana yang terbukti dan apa

maknanya.

1.7Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi ini dibagi menjadi lima bab, yaitu sebagai berikut:

BAB 1 Bab ini berisikan Latar Belakang Pemilihan Judul, Perumusan

Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitan, Batasan Masalah,

Metodologi Penelitian, dan Sistematika Penulisan.

BAB 2 Bab ini menjelaskan secara teoritis variabel-variabel penelitan

seta hubungan antar variabel. Menjelaskan implikasi dan

kerangka berpikir secara teoritis.

Dalam bab ini memaparkan berbagai hal yang berkaitan dengan

metodologi perancangan dalam desain grafis yang berkaitan

dengan tata ungkap visual, serta prinsip dasar perancangan,

yang berkaitan dengan masalah komunikasi visual.

BAB3 Sebagai bahasan utama menjelaskan analisis pengkajian

masalah penelitian dengan instrumen studi kasus terhadap karya

produk cetakan grafis yang diolah dengan komputer grafis, dari

(27)

teknis dan proses kreasinya serta ungkapan komunikasi

visualnya.

BAB 4 Berisi analisis beberapa karya produk cetakan grafis yang

diolah dengan komputer grafis, dari aspek tata ungkap visual,

metodologi perancangan, proses teknis dan proses kreasinya

serta ungkapan komunikasi visualnya seperti yang dijelaskan

pada bab 3

BAB 5 Pada bab ini akan diuraikan kesimpulan dari penjelasan bab-bab

sebelumnya, sehingga dari kesimpulan tersebut penulis

mencoba memberi saran yang berguna untuk pengembangan

desain dengan penggunakan pendekatan terhadap masalah

(28)

BAB II

METODE PERANCANGAN GRAFIS DALAM PRODUK CETAKAN

2.1 Seni Rupa Modern dan Pengaruhnya pada Desain Grafis

Desain Grafis adalah kegiatan perencanaan yang menghasilkan suatu bentuk

rancangan, sebagai upaya dalam membantu menyelesaikan permasalahan komunikasi,

melalui gagasan-gagasan visual yang membawa pesan-pesan tertentu dari pemberi

pesan kepada penerima pesan, melalui media tercetak.

Dalam buku "Graphic Design Basics" Amy E. Arntson (1998, hal:2) mengatakan

"Graphic design is a problem solving on a flat two-dimensional surface. The designer conceives, plans, and executes designs that communicate a specific message to a specific audience within given limitations- financial, physical, or psychological."

Pada tampilannya pesan/informasi disajikan dapat berupa huruf saja, gambar

saja atau paduan keduanya, dengan memberikan bobot estetik agar karya yang

dihasilkan tidak saja efektif dan efisien tetapi juga mampu memberikan daya tarik

kepada calon penerima pesannya. Desain grafis yang pengungkapan utamanya

menggunakan bahasa visual, dapat membawa berbagai pesan komunikasi seperti

promosi dagang, kampanye politik, sosial kebudayaan, kesehatan, transmigrasi, KB,

pendidikan dan lain-lain. Sebuah rancangan grafis diharapkan mampu menyampaikan

gagasan secara efektif dan efisien agar pesan yang disampaikan oleh komunikator

dapat dimengerti dan dipahami oleh komunikan serta menimbulkan feed back atau aksi balik positif terhadap pesan/informasi yang disampaikan.

Keberadaan desain grafis dengan hasil karya yang diciptakannya, tidak

terlepas dari keterkaitan antara pihak pemberi pekerjaan dalam hal ini adalah pihak

(29)

tertentu, melalui pendekatan yang dianggap sesuai, salah satunya melalui pendekatan

desain grafis. Sebagai layaknya sebuah kegiatan perencanaan, dalam menghasilkan

suatu bentuk komunikasi yang dituangkan ke dalam media tertentu membutuhkan

suatu perangkat pengetahuan yang memadai agar sebuah karya rancangan grafis dapat

memenuhi suatu harapan pemberi pesannya. Salah satu ciri utama Desain Grafis

adalah penggunaan metode cetak mencetak (mesin cetak kertas) dalam bentuk karya

komunikasinya, yang memungkinkan pengulangan atau pelipatgandaan lembaran

karya agar pesan-pesan komunikasi yang terwujud, dapat disebarluaskan kepada lebih

dari seorang komunikan. Dalam penelitian ini bentuk komunikasi yang dimaksudkan,

adalah suatu media penyampai pesan yang diistilahkan dengan produk cetakan.

Secara historis Desain grafis berkembang seiring dengan perjalanan peta

perkembangan desain modern yang banyak mempengaruhi pada sosok tampilannya

yang mempresentasikan suatu kondisi semangat jamannya. Revolusi industri di Eropa

pada abad ke 18 dan 19 memicu perubahan mendasar pada pola kehidupan dan

tatanan masyarakat Barat. Penggunaan tenaga mesin secara luas dilakukan diberbagai

pabrik dan industri, disamping terjadi gejala sosial berupa: tempat kerja yang terpisah

dari rumah, terbentuk kelas buruh dalam masyarakat, pertumbuhan kota,

konsumerisme dan persediaan aneka barang hasil industri.

John Ruskin dan William Moris, merupakan tokoh penentang industrialisasi.

Gerakannya dikenal Arts & Craft, pertengahan abad ke 19. Gerakan ini ditafsirkan

sebagai reaksi ideologis terhadap gelombang industrialisasi yang mengikis mutu

desain dan kriya. Hakikatnya, gerakan ini bersifat sebagai gerakan sosial penentang

industrialisasi. Sedangkan kiat praktisnya, dengan cara mendirikan "perkubuan"

gerakan seni (gilda) ala Abad Pertengahan. Hal itu dilakukan guna menyelamatkan

nilai kekriyaan, makna dekoratif dan nilai estetika suatu produk.

Memasuki abad ke-20, pengaruh Art Nouveau melingkupi sebagai besar karya

desain hingga arsitektur. Namun gejala ini disadari sebagai tanda-tanda awal

kejenuhan masyarakat terhadap bahasa rupa Art Noeveau yang ditawarkan seperti

(30)

Gambar 2.1 Poster karya Henri de Toulouse & William Moris

Pada babak peralihan Art Nouveau ke Modernisme, disebut sebagai babak 5

Proto-Modernisme. Ditandai gagasan untuk meninggalkan ornamen dengan cara

memadukan unsur estetika dan rekayasa. Pada masa ini, didirikan Deutshe Werkbund

(1970) di Jerman, sebagai lembaga budaya yang bertujuan untuk meningkatkan kerja

professional melalui keselarasan antara seni, industri dan keterampilan. Hal itu,

diyakini dapat meningkatkan kualitas melalui pendidikan yang menyelesaikan segala

permasalahan dengan menciptakan perbakuan estetika, aspirasi budaya dan tatanan

sosial.

Pada konferensi Werkbund tahun 1914 di Cologne, terjadi pertentangan antara

Hennan Muthesius dan Henry van de Velse tentang kebebasan para seniman

mengungkap gagasan. Akibat pertentangan ini, Werkbund dianggap sebagai tonggak

menjembatani antara peran desainer dan kebebasan berekspresi.

Tatkala perang berlangsung di Eropa, Werkbund justru menyelenggarakan

berbagai pameran di negara-negara netral. Karya-karya desain yang disajikan tampak

(31)

ekonomi nasional, terutama di negara yang hancur akibat perang. Hal itu terutama

dilihat dari aspek keunggulan desain sebagai penunjang perdagangan. Sambutan

masyarakat Eropa terhadap industrialisasi secara umum tampak lebih terbuka, ini

ditunjukkan oleh cara pandang dan tatanan sosial yang mantap. Sejalan dengan itu,

teknik produksi barang dan kerajinan juga telah dikembangkan menjadi industri.

Perkembangan yang terjadi bersifat mendasar, terutama dalam jumlah produk dan

organisai kerja. Diterapkannya standarisasi produk dan jumlah produksi berskala

besar, maka setiap komponen yang memiliki kesamaan dapat dipertukarkan, terutama

sebagai simpanan suku cadang. Tatacara yang sistematis dan terstandarisasi tersebut

kemudian dikenal sebagai Sistem Amerika.

Pada tahun 1908 terbit tulisan : "Ornament and Crime" karya Adolf Loos, yang merupakan hujatan terhadap penggunaan ornamen pada bangunan dan aneka

benda. Loos, mempersembahakan ornamen sebagai kegemaran primitif, diistilahkan

sebagai the Papuan, penduduk primitif yang selalu menghias tubuh dan

perlengkapannya. Bagi Loos, penggunaan ornamen menunjukkan kerendahan selera

dan penggunanya dianggap sebagai kejahatan kriminal. Pendapat Loos, berpengaruh

pada karya rancangan modern awal, sehingga pada masa ini banyak karya desain

meninggalkan aspek ornamen, menampakkan seolah-olah hasil mesin "tanpa

perasaan" dan "sentuhan kemanusiaan".

Pengaruh Modernisme Awal, juga merebak ke berbagai negara. Di Amerika

Serikat, pengaruh itu terasa ketika Louis Sullivan berkata: "Form ever follows funtion. That is the law!". Ungkapan ini menjadi dogma kaum Modernisme dikemudian hari.

Secara sosiologis, sulit menyimak kapan sebenarnya Modernisme dalam

desain dimulai. Tetapi sering sekali ditetapkan bahwa awal Modernisme dalam desain

adalah berdirinya sebuah institusi seni di Jerman bernama Das Staatliches

Bauhaus-Weimar.

Lembaga ini dianggap sebagain simbol dinamika pemikiran para seniman,

insinyur dan desainer modern yang berpengaruh luas kala itu. Dengan mempekerjakan

(32)

Itten, Laszlo Moholy-Nagy dan Herbert Bayer. Lewat teori dan praktek mereka

menciptakan desain buku, poster, katalog, eksibisi, majalah serta desain huruf yang

sangat inovatif. Misi utama dari Bauhaus adalah mencipatkan desain-desain dengan

pengadaptasian yang lebih baik sesuai dengan kenyataan industri baru dimana

simplisitas dan fungsi lebih diutamakan. Hal ini terlihat jelas dalam karya Joost

Schmid’s dan Herbert Bayer yang mengunakan teknik simplisitas di bawah ini.

Gambar 2.2 Karya Joost Schmidt’s & Herbert Bayer

2.2 Modernisme Sebagai Gaya Internasional

Gagasan Modernisme secara nyata merupakan ungakapan citra visual masyarakat

pada kurun itu, yaitu penyediaan rumah tinggal massal, barang keseharian yang

mudah, murah dan sangkil. Dalam dunia arsitektur muncul manifes tokoh CIAM

(Congres Internationaux d'Architectutre Moderne) tahun 1928-1956 yang menegaskan

prinsip: kejujuran bahan dan konstruksi; kesederhanaan dan berbakuan demi hasil

guna; pertimbangan argonomis demi keselarasan dengan faal. Hal itu muncul karena

para arsitek umumnya giat merancang bangunan murah bertingkat banyak untuk

hunian kaum buruh dan kebutuhan pemukiman usai perang tanpa memperhatikan

(33)

Perkembangan berikutnya, Modernisme mengandung kompleksitas;

disebabkan terjadinya beragam mazhab, pemiuhan makna, tumpang tindih paham dan

pergantian gaya, sehingga menciptakan persinggungan, pemaknaannya dan samar

dengan nuansa pengertian. Usaha untuk merangkum menjadi satu pengertian tunggal,

kerap kali menimbulkan pemahaman yang sempit terhadap kajian modernisme itu

sendiri, yang dinilai telah mengubah dunia menjadi bentuknya sekarang.

Modernisme di dalam desain, yang diantaranya terwakili oleh futurisme oleh

Marinetti (1909). Dalam manifestonya ia menyatakan, bahwa bangsa Italia telah

memasuki babak laksana "mobil berkecapatan tinggi". Modernisme di kawasan ini

diartikan sebagai wujud teknologi permesinan, serta dianggap lebih indah dari

kemenangan Samothrace. Ungkapan artistik melalui karya rupa ruang dilakukan oleh

Marinetti, secara keseluruhan menggambarkan dinamika kecepatan, gerak sekaligus

citra hidup modern. Demikian pula dengan pemujaan atas "kekerasan", penebasan,

peperangan, dan sifat merusak, teknologi menjadi bahan berungkap rupa utama pada

gerakan Futurisme. Contoh karya kaum futuris dapat terlihat seperti gambar di bawah

ini.

Gambar 2.3 Karya kaum futuris, Marinetti

Gerakan yang lahir kemudian pada tahun 1916 yaitu sekitar bulan Februari,

ketika perang Dunia I sedang berkecamuk, berkumpullah para penyair dan perupa

(34)

"Tristan Tzara (penyair dari Rumania) Hugo Ball dan Richard Hulsenbeck (penulis

Jerman) serta pematung dari Perancis Hans Arp, yang mendirikan kelompok

internasional yang diberi nama DADA. Nama ini diambil begitu saja dari sebuah

kamus Jerman-Prancis yang kebetulan berarti bahasa anak-anak untuk menyebutkan

kedamaian. DADA berasal dari bahasa Perancis yang berarti sebagai mainan

anak-anak berbentuk kuda-kudaan. Dari bebagai pendapat tentang arti kata Dada itu

menunjukkan sikap nihilistik mereka, yang ingin menolak semua hukum-hukum seni

dan keindahan yang ada dan sudah mapan. Sikap nihilistik itu juga sebagai protes

terhadap nilai-nilai sosial yang semakin tidak menentu, diakibatkan perang dunia. Ciri

khas Dadaisme ialah bagaiamana penggunaan teknik dan cara menyatakan ekspresi

yang serba nonkonvensional sehingga tampak aneh. Teori Dada adalah apabila dunia

ini selama 300 tahun tidak bisa merencanakan perkembangannya, bagi seorang artis

tidak mungkin pura-pura menemukan arti dalam kekacauan ini. Dada menolak setiap

kode moral, sosial maupun estetik. Penggambaran karya Tzara dapat telihat pada

gambar di bawah ini.

Gambar 2.4 Karya Tzara, Salon Dada Poster

Pandangan estetik dada adalah tidak ada estetika. Sikap kemuakan terhadapa

keadaan dunia karena perang, karena kekacauan (pandangan Die Neue Sachlickeit).

Para seniman yang termasuk dalam aliran dada antara lain: Max Ernst, Marchel

(35)

Sejalan dengan gerakan tersebut , muncullah de Stijl, awalnya muncul di

Belanda (1917), kemudian dikenal sebagai gerakan yang memunculkan kaidah

estetika bercitra modern. Selanjutnya sejalan dengan Art Deco dan de Stijl, di Rusia

kelompok Avantgarde mengumandangkan gerakan pembaruan utnuk menerobos

rezim Tsar Rusia, meskipun Revolusi Oktober 1917 memenuhi janjinya untuk

membangun"masyarakat baru" dan "manusia baru". Kenyataan ini disambut oleh

kelompok Avantgarde, yang berusaha memadukan antara perubahan politik dan

revolusi estetika. Pemberontakan melalui poster, barang pakai dan karya seni

menandakan adanya gejolak yang meluas dalam dunia desain dan estetika di Rusia.

Pada tahun 1920, Kazimir Malevitch tokoh Avantgrade Rusia, menekankan aspek

hemat bentuk dan tampilan bersifat unjuk rangka, seperti karyanya yang tergambar di

bawah ini.

Gambar 2.5 Karya Alensander Rodhenko

Pada tahun yang sama, Alexander Rodchenko dan Varvara Stepanova

mengumandangkan "manifesto produksi", sebagai penolakan atas tradisi dan ideologi

komunis. Konsepnya terkenal sebagai Konstruktivisme, intinya merupakan penyajian

(36)

Surealitas menjadi surealisme ketika dunia menginjak abad ke 20. Hal itu

dicetuskan di Italia pada masa perang dunia ke I oleh Carlo Carra dan Giorgio de

Chirico, melalui karya-karya metafisis yang aneh sepi dan melankolis. Selanjutnya

manifesto kaum surealisme dikibarkan pada tahun 1924, yang diikuti dengan pameran

pertama lukisan Surealisme pada tahun 1925 dengan senimannya antara lain: Jean

Arp, Max Ernct, Paul Klee, Chirico, Anre Masson, Joan Miro, Marc Chagall, Salvador

Dali dan lain-lain.

Apabila manusia memandang alam sebagai suatu ralitas, maka kemudian

diketahui adanya suatu yang tingkatannya di atas realitas (alam nyata) dan disebut

Surealisme. Sur artinya di atas dan realitas berarti kenyataan.

Seni rupa surealitas atau akhirnya menjadi aliran yang disebut surealisme

adalah seni rupa yang dalam hal tema menggambarkan hal ihwa; yang serba ganjil

yang tidak masuk akal atau mustahil. Segala sesuatu yang tidak pernah kita bayangkan

di alam nyata.

Karya seni aliran ini menggambarkan sesuatu yang aneh, asing susunannya

atau objek yang terdapat di dalamnya. Dalam perkembangannya terdapat dua

kecenderungan yaitu surealisme ekspresif dan surealisme murni.

a. Surealisme ekspresif : Seniman melewati semacam konsisi tidak sadar yang

melahirkan simbol-simbol (Mason-Miro)

b. Surealisme murni : Seniman menggunakan teknik-teknik akademis untuk

menciptakan ilusi yang absurd (Salvador Dali)

Ciri-ciri dari lukisan surealisme dapat disimpulkan sebagai berikut:

a. Penggambaran nostalgia yang dilukiskan secara fantastis dan naif

(37)

c. Sindiran atas pemujaan pada kenyataan hidup dengan cara-cara yang

menakutkan dan penuh tawa.

Contoh karya kecenderungan terhadap surealisme murni dapat terlihat pada gambar di

bawah ini.

Gambar 2.6 Karya Salvador Dali, Clock Explotion

Pada akhir tahun 1950-an, ketika pendekatan desain mengarah kepada

penggayaan guna memenuhi selera pasar yang majemuk dan semakin kritis terhadap

desain, masyarakat justru mulai bosan dengan desain yang kaku dan standar. Sehingga

muncul ejekan terhadap desain sebagai "keusangan terencana" atau umur produk yang

direncanakan sependek mungkin. Gejala itu terlihat dari usaha para pembuat barang

untuk memperpendek usia produk dan menerapkan pergantian model yang cepat.

Masyarakat terus dibujuk, dipengaruhi dan dipacu untuk membeli. Dengan cara ini

(38)

2.3 Pop Modernisme

Konsumerisme yang melanda Amerika dan Eropa, merupakan implikasi kemajuan

dalam penggayaan desain. Pada awal perkembangan desain masa rekonstruksi sebagai

dampak pasca Perang Dunia II, yang mendominasi aktivitas inovasi desain dan

manufaktur terhadap barang konsumsi, dengan cara memanipulasi produk yang

selaras dengan selera pasar, menyebabkan banjir barang konsumsi. Hal ini menjadi

kenyataan di Inggris sejak awal abad ke 19, lalu tahun 1930-an menjadi penggayaan

massal Modernisme, hingga tahun 1950-an menghasilkan barang konsumsi model

baru sebagai dampak penjelajahan media massa sehingga menimbulkan keberanian

masyarakat untuk membeli dan menjadi konsumtif.

Fenomena itu merupakan perpanjangan budaya konsumerisme Amerika

terhadap Inggris. Ditandai sejak Perang Dunia II usai, banyak barang cetakan, majalah

serta iklan berasal dari dan membawa pengaruh kebudayaan Amerika. Pada tahun

tersebut di Eropa muncul perhatian serius terhadap American Way of Life, karena vitalitas, kekayaan materil dan kemajuannya di segala bidang. Di sisi lain, sangat

berbeda dengan keadaan di Eropa yang masih kelelahan akibat perang.

Memasuki dekade tahun 60-an, ledakan bayi pasca perang, mulai menginjak

masa remaja dan dewasa, populasi kaum muda ini dianggap paling besar dalam

sejarah. Di barat, gejala ini ditandai fenomena Youthquake, yaitu gelombang pencarian identitas diri kaum muda, gerakan ini berciri:

a. Resetilmetit: penolakan terhadap batasan norma kolot yang kaku, otoriter dan dekaden

b. Reaction; reaksi terhadap segala bentuk kesewenangan dan kemapanan

c. Rebellioustiess; aksi pemberontakan.

Kaum muda yang datang dari kelas pekerja ini mencoba menentukan aturan

(39)

idola, gaya hidup, pemikiran dan pandangan hidupnya. Fenomena ini mengalami

benturan dengan nilai-nilai yang dianut generasi tua di tengah gencarnya iklim

konsumerisme dan budaya massa yang telah tercipta sebelumnya. Secara sosial hal

tersebut dianggap melatarbelakangi “budaya pop”.

Meskipun budaya pop berakar di Amerika Serikat, namun yang berbasis

intelektual justru berkembang khususnya di Inggris. Munculnya kelompok The Independent Group (IG) (1950), merupakan pengaruh budaya massa Amerika. Anggota kelompok ini, terdiri dari seniman dan kritikus muda: Eduardo Paolozzi,

Peter & Alison Smithson, Ian Henderson, Reyner Banharn, Richard Hamilton, John

Mchale dan Lawrence Alloway. Mereka melihat kesenjangan antara budaya elit kelas

atas dengan budaya pop yang hidup dikalangan rakyat, mereka kemudian

mejembatani keduanya. Secara khusus, IG diilhami oleh seniman Amerika Andy

Warhol dan Roy Lichenstein. Dua tokoh perintis Pop Art mengantisipasi kemajuan

teknologi yang terjadi sekitarnya.

Pop mengangkat simbol dan idiom budaya massa sebagai kaidah seni dan

diyakini sebagai karya estetika yang tinggi. Dalam konsep pop, kaidah seni dan

keindahan yang lazim, dijungkirbalikkan. Berdasarkan kajian antropologis dan

semiologis, dinyatakan bahwa nilai keindahan yang manusiawi terletak pada bentuk

budaya yang hidup di masyarakat: seperti iklan, televisi, fashion, musik pop, novel,

komik, majalah remaja dan seterusnya. Kesan budaya rendahan, selera kampungan,

main-main, dangkal dan hiburan diserap untuk kemudian diungkapkan secara nyata

dalam bentuk karya serius.

Pop merebak sebagai gejala sosial meluas ke daratan Eropa dan Amerika

Serikat. Gerakannya merupkan ciri pemberontakan kaum muda terhadap nilai-nilai

“kolot” generasi tua. Pop merambah ke semua cabang desain, bahkan di kehidupan

sehari-hari. Pop tidak menawarkan gaya tunggal, tetapi bersifat ekletik, bercitra

(40)

Contoh aliran pop yang sangat terkenal, yaitu karya Andy Warhol yang mengangkat

Marilyn Monroe dalam karyanya pada gambar di bawah ini.

Gambar 2.7 Karya Andy Warhol, Marilyn Monroe 1967

Pop bebas dengan kemungkinan baru perpaduan gaya tak lazim. Walaupun

dipengarui oleh perlawanan estetik kaum Dada, surealis dan Seni Optik (dalam

tampilan warna dan garis) namun ciri inovasi kreatif pop terletak pada kebebasan

kesegaran dan pakai buang. Malalui Pop, para desainer bereksperimen dengan

tampilan bentuk yang tidak serius, dangkal dan main-main. Hubungan bentuk dan

fungsi anutan para modernis, digantikan oleh hubungan bentuk yang ekspresif

(Kusriyanto, 2007).

2.4. Perkembangan Produk Cetakan

Dalam proses penyampaian informasi dari pemberi pesan kepada penerima pesan

secara mendasar adalah terjadinya suatu proses mengalirnya gagasan, pikiran, sari satu

orang kepada satu orang lainnya. Dalam suatu kondisi dimana informasi tersebut akan

disampaikan dari satu orang kepada banyak orang, atau sekelompok orang kepada

kelompok lainnya, maka dibutuhkan suatu media yang dapat memuat informasi

(41)

Produk cetakan adalah suatu hasil karya yang diciptakan oleh perancang grafis

sebagai media untuk suatu kebutuhan penyampaian informasi dari pemberi pesan

kepada banyak orang. Agar informasi tersebut tidak mengalami distorsi, maupun

reduksi maka perlu dibuat dalam jumlah banyak yang dalam tampilan maupun isinya

sama. Untuk itu dibutuhkan suatu cara penggandaan menggunakan sistem cetak,

dengan mesin cetak kertas, dimana secara fisik produk cetakan dapat berbentuk buku,

lembaran kertas yang dilipat atau lembaran kertas yang dibentuk menjadi tiga

dimensional.

Produk cetakan yang sekarang ini dikenal dan beredar sebagai media

penyampaian informasi, di Indonesia dapat digolongkan menjadi beberapa bagian,

seperti produk cetakan yang berkaitan dengan media massa misalnya majalah, koran,

tabloid, suplemen, bulletin dan buku. Produk cetakan yang berkaitan dengan produk,

jasa atau materi pendukung penjualan yaitu iklan media cetak, leaflet, brosur, catalog,

flyer, poster dan produk cetakan yang berkaitan dengan perusahaan misalnya

company profile (buku profil perusahaan, annual report (laporan tahunan)). Dalam

penelitian ini dimana akan dianalisa berbagai pengaruh penggunaan komputer grafis

terhadap tampilan produk cetakan, akan dibatasi hanya pada tampilan:

a. Cover majalah

b. Brosur

c. Leaflet

d. Poster

e. Iklan media cetak

Masing-masing produk cetakan tersebut memiliki karakter dan sifat yang

spesifik baik dalam tampilan fisiknya maupun pada muatan informasinya.

Cover majalah adalah suatu representasi visual dari laporan utama yang

disajikan dalam majalah tersebut, yang tujuannya memberikan informasi tentang

laporan utama pemberitaannya. Biasanya ditampilkan melalui berbagai pendekatan

(42)

Brosur: Dapat berisi inforamsi tentang apa saja, baik yang bersifat

instruksional, maupun keterangan tentang suatu produk, manfaat, jasa, maupun

layanan masyarakat. Dari segi khalayak dan sistem penyeberannya sangat tergantung

pada apa yang akan diinformasikannya.

Leaflet: Sama halnya dengan brosur hanya saja biasanya muatan informasinya

tidak terlalu banyak, karena leaflet disebarkan untuk suatu kebutuhan informasi yang

bersifat temporer.

Poster: Dapat berisi tentang informasi apa saja, seperti pertunjukkan, layanan

masyarakat, produk atau jasa, namun biasanya poster lebih banyak berkaitan dengan

suatu informasi yang bersifat massal, artinya poster disebarkan dengan jumlah yang

relatif banyak, dan ciri spesifik dalam penyeberannya poster selalu ditempel di

tempat-tempat umum.

Iklan media cetak : Dapat berisi informasi apapun baik produk, jasa maupun

informasi yang berkaitan dengan program layanan masyarakat, kampanye sosial,

propaganda politik dan lain-lain sehingga muatan-muatan yang berkaitan dengan

persoalan tujuan sebuah iklan sangat bergantung kepada apa yang diiklankan,

demikian pula pada khayalak sasarannya serta sistem penyebarannya.

Dalam mengarahkan dan menarik perhatian, sebuah karya produk cetakan

diciptakan melalui berbagai pendekatan yaitu pendekatan secara fisik yang dalam hal

ini adalah bagaimana perancang mengoraganisir elemen dan unsur yang tersedia

menjadi suatu tampilan yang memudahkan orang dalam menangkap informasi yang

disajikan melalui produk cetakan tersebut maupun sisi produk cetakan yang memuat

tentang gagasan komuniksinya baik yang bersifat langsung maupun tidak langsung.

Seorang perancang menuangkan suatu gagasan komunikasinya juga menyangkut

bagaimana pendekatan visualisasinya agar sebuah karya produk cetakan dapat

diterima oleh khalayak sasarannya. Namun demikian desain grafis adalah suatu

bidang jasa komunikasi yang proses pengembangan gagasannya juga melibatkan

berbagai persoalan yang kompleks, dimana suatu karya bertugas selain membawa

(43)

memiliki suatu tujuan lain yaitu membawa muatan citra baik dari perusahaan yang

memberikan informasinya, desainer sebagai penggagas pesan komunikasi visualnya.

Selain itu menyadari dalam suatu iklim kompetisi yang sangat tinggi di era informasi

ini persoalan konsep dan daya tarik visual menjadi bagian yang dipertimbangkan oleh

perancang guna menghasilkan suatu karya produk cetakan yang sesuai dengan yang

diharapkan.

Salah satu kelebihan dari produk cetakan dibanding dengan informasi

elktronik seperti TV dan internet, terletak pada nilai bentuknya secara fisik dan

kandungan informasi yang dapat disimak sesuai dengan waktu yang dibutuhkan oleh

pemirsanya. Sehingga tingkat pemahaman dari pemirsanya dibentuk melalui suatu

informsi yang tersimpan dalam karya produk cetakan yang dapat dibaca dan dilihat

sewaktu- waktu. Oleh karena itu bagaimana suatu karya produk cetakan dihasilkan

melalui suatu pertimbangan yang matang agar hasilnya selain membawa suatu

informasi yang penting untuk diketahui oleh pemirsanya, namun juga dapat

menimbulkan suatu keinginan untuk memiliki dan menyimpannya.

Suatu karya produk cetakan dibangun melalui berbagai pendekatan yang segala

sesuatunya disesuaikan dengan berbagai kondisi yang melingkupinya, baik melalui

pendekatan isi atau materi informasinya, maupun fisiknya yang dalam hal ini adalah

termasuk pada jenis kertas yang digunakan, ukuran, teknik cetak dan penyelesaian

akhirnya.

2.4.1. Prinsip Dasar Perancangan Grafis Pada Produk Cetakan

Secara historis desain grafis lahir sebagai sebuah profesi baru sebagai hasil dari

persinggungan antara seni dan teknik, yang terus mengalami perubahan-perubahan

khusunya perubahan paradigma akibat dari berbagai pengaruh setelah Perang Dunia II

paradigma desain mengalami pergeseran dari “paradigma seni” yang menempatkan

karya desain sebagai gubahan seni ke arah paradigma sosial ekonomis yang menitik

(44)

Desain grafis sebelumnya menekankan pada komposisi tipografis dipadukan

dengan gaya seni lukis bergeser ke arah penekanan pada fungsi-fungsi informatif,

dengan mempertimbangkan beberapa aspek seperti komunikasi, kemampuan persepsi,

psikologi, sosial budaya, strategi dan falsafah perusahaan.

Keberadaan profesi desain grafis saat ini sebagai salah satu pemenuhan

kebuthan manusia akan informasi yang disampaikan dari satu pihak kepada pihak lain,

dimana desainer grafis berperan sebagai pengubah sebagian informasi tersebut dari

bahasa verbal ke dalam bahasa visual dengan maksud agar informasi tadi

memudahkan komunikan dalam memperoleh isi pesan. Tujuan perancangan grafis

melalui produk cetakan disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapainya, dengan

perkataan lain, aspek komunikatif, efisien, efektif serta memperhitungkan faktor

keindahan yang dimunculkan dalam produk cetakan adalah untuk mendukung design follow function. Unsur-unsur yang digunakan dalam desain grafis seperti huruf, illustrasi, foto, garis, bidang, warna, tekstur serta elemen pendukung lainnya perlu

ditata sedemikian rupa sehingga:

a. Menarik perhatian komunikan untuk membaca pesan komunikasinya

b. Memudahkan komunikan untuk mengetahui mana informasi yan penting dan

mana yang kurang penting

c. Memudahkan komunikan dalam menemukan informasi yang dibutuhkan

Persoalan selanjutnya yang berkaitan dengan pemahaman suatu penyampaian

pesan tersebut terletak pada bagaimana perancang garafis mengkomunikasikan suatu

gagasan informasi tersebut melalui berbagai gagasan visual sebagai inti dari bidang

desain grafis, dimana dapat dipahami dalam suatu masyarakat tertentu terdapat begitu

banyak sistem yang mempengaruhi dan membentuk suatu pola pemahaman dalam

cara melihat, mengartikan dan menyikapi suatu bentuk informasi yang diterimanya.

Dapat digambarkan disini pada dasarnya manusia itu dipengaruhi oleh banyak

(45)

suatu kebiasaan-kebiasaan dalam cara melihat, cara membaca, dan merasakan suatu

apa yang dilihat, merupakan suatu hal yang didapat dari pengalaman selama ini,

dengan pola kesesuaian dalam menerima rangsangan tersebut. Mustahil apabila

seseorang membaca segala informsi yang ditemukannya, karena pada hakekatnya

setiap orang memiliki penyaring perhatian (attention filter). Disadari atau tidak ia melakukan pemilihan terhadap terpa rangsang atau semua yang ditemukan dalam

kesehariannya. Seseorang hanya akan membaca atau mengamati suatu informasi

tertentu yang sesuai dengan minat atau kepentingannya, ia tidak dengan sengaja

membaca semua papan rekalame yang bertebaran di sepanjang jalan dari tempat

tinggalnya ke tujuan ia pergi. Ataupun dia tidak dengan sengaja menyimak semua

berita yang didengarnya. Kebanyakan dari rangsang tersebut tidak terjaring karena ia

menganggapnya tidak menarik atau kurang relevan dengan minat dan perhatiannya.

Tahapan dari proses menerima stimulus dari luar ini selanjutnya pada

persoalan penafsiran dimana setiap orang berbeda dalam menyusun isi rangsang

tersebut ke dalam model realitasnya, tidak jarang sesorang menyederhanakan,

meramu, menyusun bahkan menciptakan rangsang baru dalam proses penafisrannya.

Masalah rangsang atau stimulus yang data meningkatkan daya tarik terhadap

karya produk cetakan tentunya merupakan hal yang harus di pahami oleh perancang

grafis dalam menghasilkan karya-karyanya. Dalam pemahaman yang digunakan

selama ini terhadap pembentukan pola dasar visual, terdapat beberapa hal yang

dianggap sebagai “prinsip” dalam menciptakan suatu pola dasar visual tersebut.

Berbagai tes yang pernah dilakukan menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara

“minat membaca/menyimak” dengan faktor “kemudahan untuk dapat disimak dan

dibaca” dari efek-efek pola visual dan huruf yang digunakan (Sudiana, 2003)

2.4.2 Prinsip Gestalt Dalam Produk Cetakan

Tugas seseorang perancang grafis adalah menciptakan sebuah kesatuan visual yang

mudah dipahami oleh penglihat. Pemahaman terhadap prinsip-prinsip visual adalah

kunci untuk memahami tendensi mata kita dalam melilhat pola visual. (Danton

(46)

Sekelompok pakar psikologi dari Jeman dan Austria pada tahun 1912

memformulasikan sebuah teori Gestalt. Teori ini berbasis pada “patern seking” dalam perilaku manusia. Setiap bagian dari sebuah gambar dapat dianalisis dan dievaluasi

sebagai komponen yang berbeda. Salah satu hukum persepsi dari teori ini

membuktikan bahwa untuk mengenal atau “membaca” sebuah gambar diperlukan

adanya kontras antara ruang positif yang disebut dengan “figure” dan ruang negatif yang disebut dengan “ground”.

Penerapan prinsip persepsi visual dari teori Gestalt sebagai acuan serta

beberapa contoh rancangan yang dapat memperjelas gambaran-gambaran terhadap

penerapan teori tersebut. Prinsip gestalt merupakan suatu pola melihat suatu objek

gambar, dimana pada saat benda-benda tersebut bersiri sendiri dan setelah disusun

sedemikian rupa maka dapat menimbulkan pengertian baru yang berbeda dengan

objek sebelumnya. Pola penglihatan dengan pendekatan prinsip gestalt dapat

membantu menampilkan suatu gagasan visual yang dapat menimbulkan suatu

“ambiguitas’ dalam pemahaman terhadap objek gambar yang ditampilkannya seperti

gambar di bawah ini.

a. Similiarity

Objek yang sama akan terlihat

bersamaan sebagai kelompok. Hal ini

ditentukan lewat bentuk, warna, arah,

dan ukuran.

Tendensi: Mata kita akan

mengelompok-kan kotak-kotak yang

miring sekaligus melihat tanda tambah

(47)

b. Continuation

Penataan visual yang dapat menggiring

gerak mata mengikuti kesebuah arah

tertentu .

Tendensi: Gerak mata kita akan

mengikuti kearah kanan.

c. Proximity

Sebuah kesatuan atau pengelompokan

yang terbentuk karena adanya korelasi

antara elemen-elemen yang saling

berdekatan.

Tendensi: Pandangan mata kita akan

menuju pertama kali kepada kelompok

yang terkelompok rapat.

d. Closure

Bentuk yang tertutup atau meyambung

terlihat lebih stabil.

Tendensi: Tanpa disadari mata kita

akan mencoba menyambung bagian

dari lingkaran yang tertutup.

Gambar 2.8 Objek pola dalam desain grafis

Contoh penerapan prinsip figure/ground dari teori Gestalt yang menjelaskan bahwa mata kita dapat mengenali sebuah objek karena adanya kontras seperti yang terlihat

(48)

Gambar 2.9 Karya logo untuk program kampanye

Kebun Binatang Minnesota

2.4.3 Sistem Grid Pada Produk Cetakan

Sistem grid diciptakan sebagai solusi terhadap permasalahan penataan elemen-elemen

visual dalam sebuah ruang. Sistem Grid digunakan sebagai perangkat untuk

mempermudah menciptakan sebuah komposisi visual. Melalui sistem grid seorang

perancang grafis dapat membuat sebuah sistematika guna menjaga konsistensi dalam

melakukan repetisi dari sebuah komposisi yang sudah diciptakan. Tujuan utama dari

penggunaan sistem grid dalam desain grafis adalah untuk menciptakan suatu

rancangan yang komunikatif dan memuaskan secara estetik.

Sistem grid oleh perancang banyak dimanfaatkan juga sebagai identitas dari

sebuah karya produk cetakan, dimana dalam pola susunan secara keseluruhan dapat

memberikan suatu ciri tersendiri antara produk cetakan yang satu dengan lainnya.

Sehingga hal ini memungkinkan pemirsa dapat mengenali suatu karya produk cetakan

salah satunya adalah dengan melihat pola susunan elemen visual yang ditata dalam

sebuah komposisi tertentu. Struktur grid karya Andre Jute dapat dilihat pada gambar

(49)

Gambar 2.10 Struktur Grids dalam grafik desain oleh Andre Jute

Selain itu pola penataan elemen dalam sistem grid dapat memberikan suatu

ruang berkarya yang tak terbatas dimana perancang dengan bebas mengolah, tampilan

karya produk cetakan melalui sajian-sajian bentuk dan komposisi visual sesuai dengan

konsep dari karya produk cetakan tersebut. Sistem grid secara visual akan dapat

menghadirkan suatu kesan dalam menyampaikan suatu gagasan komunikasi, melalui

pengaturan jumlah kolom, besaran foto, naskah serta elemen pendukung lainnya.

Walaupun tidak ada aturan-aturan yang baku mengenai penentuan besarnya

margin, namun pemanfaatan ukuran margin yang tepat dapat memberikan dampak

visual terhadap keseluruhan rancangan. Margin yang sama besar akan lebih cepat

membosankan, dibanding dengan margin yang tidak sama besar karena akan dapat

menciptakan ruang asimetris yang lebih dinamis. Selain itu pola penataan sebuah grid

sistem dapat menjadi acuan dalam suatu rangkaian produk cetakan sejenis yang masih

dalam suatu kepentingan penyampaian informasi. Sistem grid sangat diperlukan

sebagai dasar pola menyusun huruf dan gambar dalam jumlah banyak, seperti buku,

(50)

2.4.4 Elemen Dasar Dalam Perancangan Grafis

Dalam proses perancangan, desainer bekerja tidak hanya sekedar menghias sebuah

tampilan karyanya, tetapi menggunakan prinsip-prinsip dasar desain dalam pengaturan

seluruh elemen dan unsur yang akan dihadirkan dalam sebuah karya, agar mendukung

suatu gagasan dalam menyampaikan informasi kepada sasaran yang dituju melalui

pendekatan visual.

Sebelum suatu pesan atau informasi dapat mengalihkan pengetahuan,

menciptakan atau mengubah suatu citra atau menciptakan atau mengubah suatu sikap

atau perilaku gagasan tampilan keseluruhan haruslah berhasil terlebih dahulu

menyusup ke dalam benak penerima/pembaca yang menjadi target sasarannya. Dalam

proses komunikasi, hal demikian disebut persepsi.

Persepsi dapat dirumuskan sebagai proses pemeliharaan kontak diantara

seseorang terhadap lingkungannya dan dalam pengertian lain sebagai proses ketika

seseorang dalam menrima rangsang inderawi dan menafsirkannya terhadap informasi

yang disampaikan tersebut (Sudiana, 2003).

Memilih dan mereduksi unsur-unsur rupa yang tersedia bagi desainer

merupakan dasar dalam mengawali sebuah pekerjaan merancang. Apa yang akan

disampaikan oleh perancang melalui gagasan visualnya, serta bagaimana perancang

menyampaikan ungkapan gagasannya tersebut, unsur apa yang digunakan oleh

perancang dalam menyampaikan gagasan tersebut merupakan keputusan desainer

dalam menentukan tujuan dari hasil akhir sebuah rancangan. Dalam proses berkarya

elemen-elemen dan struktur yang biasa digunakan oleh desainer grafis dalam

membangun suatu rancangan adalah:

1. Garis: Oleh para desainer garis sering disebut sebagai unsur pertama dalam

pelaksanaan proses kreatif, untuk membuat sketsa-sketsa atau gambar kontur

garis dapat dibagi menjadi dua yaitu garis nyata dan garis ilusi. Garis nyata

Gambar

Gambar 2.1 Poster karya Henri de Toulouse & William Moris
Gambar 2.2  Karya Joost Schmidt’s & Herbert Bayer
Gambar 2.3 Karya kaum futuris, Marinetti
gambar di bawah ini.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil pengujian menunjukkan pengaruh preheating dengan suhu 400 0 C pada cetakan permanen besi cor ductile dengan material besi cor kelabu menghasilkan distribusi kekerasan

benda cetak plastik dapat timbul dari temperatur leleh yang terlalu tinggi,.. ketebalan dinding cetakan, dan pendinginan mold yang

Dari hasil analisis yang telah dilakukan secara keseluruhan didapat bahwa pendinginan tidak merata baik pada produk maupun pada cetakan. Pendinginan pada daerah atas dinding kipas

Pengecoran centrifugal adalah proses penuangan logam cair ke dalam cetakan yang berputar, proses pengecoran ini dapat menghasilkan produk coran yang relatif bebas

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya ilmiah yang berjudul: Analisis Variabel-Variabel Ekuitas Merek (Brand Equity) Produk Prosesor Komputer Merek Intel Pada

Pengecoran adalah suatu proses manufaktur yang menggunakan logam cair dan cetakan untuk menghasilkan bagian dengan bentuk yang mendekati bentuk geometri akhir

Dari hasil analisis yang telah dilakukan secara keseluruhan didapat bahwa pendinginan tidak merata baik pada produk maupun pada cetakan. Pendinginan pada daerah atas dinding kipas

Jarak Monitor Komputer Berdasarkan hasil univariat pada tabel 4.1 distribusi frekuensi jarak monitor komputer pada pekerja desainer grafis percetakan di wilayah Kecamatan Ratu Agung