• Tidak ada hasil yang ditemukan

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

DAFTAR LAMPIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

3. Teori Solow

2.1.4 Landasan Metode Input-Output

2.1.4.4 Analisis Dampak Penyebaran

Indeks keterkaitan langsung dan tidak langsung baik ke depan ataupun ke belakang belum cukup memadai untuk digunakan sebagai landasan pemilihan sektor kunci, sehingga harus dinormalkan dengan cara membandingkan rata-rata dampak yang ditimbulkan oleh sektor tersebut dengan rata-rata dampak seluruh sektor. Analisis dampak penyebaran yang terdiri atas kepekaan penyebaran dan koefisien penyebaran digunakan untuk membandingkan antara keterkaitan

langsung dan tidak langsung baik ke depan ataupun ke belakang.

1. Koefisien Penyebaran (Daya Penyebaran ke Belakang / Daya Menarik)

Konsep ini digunakan untuk mengetahui distribusi manfaat dari pengembangan suatu sektor terhadap perkembangan sektor-sektor lainnya melalui mekanisme transaksi pasar input, biasanya sering juga diartikan sebagai kemampuan suatu sektor untuk meningkatkan pertumbuhan industri hulunya. 2. Kepekaan Penyebaran (Daya Penyebaran ke Depan / Daya Mendorong)

Konsep ini digunakan untuk mengetahui tingkat kepekaan suatu sektor terhadap sektor-sektor lainnya melalui mekanisme pasar output, biasanya sering juga diartikan sebagai kemampuan suatu sektor untuk mendorong pertumbuhan produksi sektor-sektor lain yang memakai output dari sektor ini.

2.1.4.5 Analisis Pengganda (Multiplier)

Analisis ini terdiri atas multiplier output, multiplier pendapatan, multiplier tenaga kerja, dan multiplier tipe I dan II.

1. Multiplier output, dihitung dalam per unit perubahan output sebagai efek awal (initial effect), yaitu kenaikan atau penurunan output sebesar satu unit satuan moneter. Setiap elemen dalam matriks kebalikan Leontief (matriks invers) α menunjukkan total pembelian input baik langsung maupun tidak langsung dari sektor i yang disebabkan karena adanya peningkatan penjualan dari sektor i sebesar satu unit satuan moneter ke permintaan akhir. Matriks invers dirumuskan sebagai berikut.

Matriks α mengandung informasi penting tentang struktur perekonomian yang dipelajari dengan menentukan tingkat keterkaitan antarsektor dalam perekonomian suatu wilayah atau negara. Koefisien dari matriks invers [αij] menunjukkan besarnya perubahan aktivitas dari suatu sektor yang akan mempengaruhi tingkat output dari sektor-sektor lain.

2. Multiplier pendapatan, mengukur peningkatan pendapatan akibat adanya perubahan output dalam perekonomian. Pendapatan yang dimaksud dalam Tabel Input-Output adalah upah dan gaji yang diterima oleh rumah tangga. 3. Multiplier tenaga kerja, menunjukkan perubahan tenaga kerja yang disebabkan oleh perubahan awal dari sisi output. Multiplier tenaga kerja tidak diperoleh dari elemen-elemen dalam Tabel Input-Output, seperti pada multiplier output dan pendapatan karena dalam Tabel Input-Output tidak mengandung elemen- elemen yang berhubungan dengan tenaga kerja, sehingga untuk memperolehnya harus ditambahkan dalam Tabel Input-Output baris yang menunjukkan jumlah dari tenaga kerja untuk masing-masing sektor dalam perekonomian suatu wilayah atau negara. Penambahan baris ini untuk mendapatkan koefisien tenaga kerja (ei).

4. Multiplier tipe I dan II, digunakan untuk mengukur efek dari output, pendapatan, dan tenaga kerja masing-masing sektor perekonomian yang disebabkan karena adanya perubahan dalam jumlah output, pendapatan, dan tenaga kerja yang ada di suatu negara atau wilayah. Efek multiplier output, pendapatan, dan tenaga kerja dapat dibagi sebagai berikut.

a. Dampak awal (initial impact), merupakan stimulus perekonomian yang diasumsikan sebagai peningkatan atau penurunan penjualan dalam satu unit

satuan moneter. Dampak awal dari sisi output diasumsikan sebagai peningkatan penjualan ke permintaan akhir sebesar satu unit satuan moneter. Peningkatan output tersebut akan memberikan efek terhadap peningkatan pendapatan dan kesempatan kerja. Efek awal dari sisi pendapatan ditunjukkan oleh koefisien pendapatan rumah tangga (hi), sedangkan efek awal dari sisi tenaga kerja ditunjukkan oleh koefisien tenaga kerja (ei).

b. Efek putaran pertama (first round effect), menunjukkan efek langsung dari pembelian masing-masing sektor untuk setiap peningkatan output sebesar satu unit satuan moneter. Efek putaran pertama dari sisi output ditunjukkan oleh koefisien langsung (koefisien input output / aij), sedangkan efek putaran pertama dari sisi pendapatan (∑iaij hi) menunjukkan adanya peningkatan pendapatan dari setiap sektor akibat adanya efek putaran pertama dari sisi output. Efek putaran pertama dari sisi tenaga kerja (∑iaij ei) menunjukkan peningkatan penyerapan tenaga kerja akibat adanya efek putaran pertama dari sisi output.

c. Efek dukungan industri (industrial support effect), dari sisi output menunjukkan efek dari peningkatan output putaran kedua dan selanjutnya akibat adanya stimulus ekonomi. Dari sisi pendapatan dan tenaga kerja, efek dukungan industri menunjukkan adanya efek peningkatan pendapatan dan penyerapan tenaga kerja putaran kedua dan selanjutnya akibat adanya dukungan industri yang menghasilkan output. d. Efek induksi konsumsi (consumption induced effect), dari sisi output

tangga) akibat pendapatan rumah tangga yang meningkat. Dari sisi pendapatan dan tenaga kerja, efek induksi konsumsi diperoleh dari masing- masing dengan mengalikan efek induksi konsumsi output dengan koefisien pendapatan rumah tangga dan koefisien tenaga kerja.

e. Efek lanjutan (flow on effect), merupakan efek (dari output, pendapatan, dan tenaga kerja) yang terjadi pada semua sektor perekonomian dalam suatu negara atau wilayah akibat adanya peningkatan penjualan dari suatu sektor. Efek lanjutan dapat diperoleh dari pengurangan efek total dengan efek awal.

2.2 Tinjauan Empiris

Samiun (2008) menganalisis perekonomian Provinsi Maluku Utara dengan pendekatan multisektoral. Metode analisis yang digunakan adalah analisis input output dengan “memperbarui” Tabel Input Output 2001, analisis Location Quotient, analisis Shift Share, dan analisis deskriptif. Hasil studi menunjukkan bahwa sektor unggulan Provinsi Maluku Utara adalah sektor industri pengolahan, sektor angkutan laut dan sektor bangunan. Indikator keterkaitan, angka pengganda, penggunaan input, kontribusi PDRB dan aspek keberlanjutan menunjukkan bahwa sektor pertanian bukan sektor unggulan Provinsi Maluku Utara sebagaimana dijabarkan sebelumnya dalam kebijakan perekonomian. Dari aspek keterkaitan, sektor pertanian memiliki keterkaitan ke depan yang tinggi khususnya pada subsektor tanaman bahan makanan, perkebunan dan perikanan, namun memiliki tingkat keterkaitan ke belakang yang sangat rendah. Dari aspek angka pengganda, sektor pertanian merupakan sektor yang memiliki angka pengganda terkecil.

Penelitian yang dilakukan Indrawati (2009) menganalisis analisis dampak sektor unggulan terhadap perekonomian Kota Pangkalpinang menggunakan Tabel Input-Output Kota Pangkalpinang Tahun 2007 diperoleh hasil analisis keterkaitan dari nilai total daya penyebaran dan derajat kepekaan yang tertinggi, Kota Pangkalpinang hanya memiliki dua sektor kunci (key sectors) atau sektor unggulan yaitu sektor bangunan dengan total daya penyebaran sebesar 1,27206 dan total derajat kepekaan sebesar 1,27853. Sedangkan sektor angkutan jalan raya memiliki total daya penyebaran dan derajat kepekaan masing-masing sebesar 1,12038 dan1,03208. Melalui analisis deskriptif dari lima sektor penghasil output dan nilai tambah terbesar diperoleh bahwa Kota Pangkalpinang memiliki empat sektor kunci (key sectors) atau sektor yang dapat menjadi sektor unggulan yaitu sektor perdagangan (28,54%), bangunan (12,64%), pemerintahan umum & pertahanan (11,05%) dan angkutan jalan raya (8,17%).

Penelitian yang dilakukan Anwar (2008) menganalisis tentang penentuan sektor kunci dan dampaknya terhadap output, pendapatan, kesempatan kerja di Kota Bandung dengan menggunakan Tabel Input-Output Kota Bandung tahun 2000 dan 2003. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa keterkaitan kedepan dan keterkaitan kebelakang dan nilai efek penyebaran kedepan dan kebelakang baik pada periode sebelum otonomi daerah (tahun 2000) maupun sesudahnya (2003) maka beberapa sektor yang perlu diprioritaskan adalah industri tekstil, pakaian jadi dan kulit, listrik, konstruksi, penginapan (hotel bintang dan non bintang), restoran, komunikasi, keuangan, dan jasa pemerintahan dan pertahanan. Di samping itu, terdapat juga kecenderungan semakin menguatnya peran sektor-sektor jasa pada tahun 2003 dilihat dari multiplier output, pendapatan

dan kesempatan kerja, sektor penginapan (hotel bintang dan non bintang) dan sektor komunikasi perlu mendapat prioritas.

2.3 Kerangka Pemikiran Konseptual

Kerangka pemikiran dalam penelitian ini merupakan gambaran dari arah kebijakan pembangunan daerah Provinsi Jambi yaitu pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan pembangunan wilayah agar dapat mengatasi berbagai isu-isu strategis dalam pembangunan Provinsi Jambi yaitu kemiskinan dan pengangguran. Dengan analisis input-output dapat diidentifikasi sektor-sektor ekonomi di Provinsi Jambi yang dapat meningkatkan output sektor lainnya melalui proses pengganda (multiplier), dampak penyebaran dan keterkaitan (linkage) antar sektor. Peningkatan output beberapa sektor ekonomi melalui suatu proses penetesan ke bawah (trickle down effect) akan menyebabkan peningkatan pendapatan masyarakat di suatu wilayah sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kebijakan pembangunan melalui pengembangan multisektoral merupakan strategi pemerintahan Provinsi Jambi untuk mewujudkan perekonomian yang lebih baik.

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Konseptual Analisis Input Output

Analisis Dampak Penyebaran Koefisien Penyebaran Kepekaan Penyebaran Analisis Keterkaitan Keterkaitan Ke Depan Keterkaitan Ke Belakang Analisis Multiplier Multiplier Output Multiplier Pendapatan Isu-isu Strategis Pembangunan Daerah Provinsi Jambi

Tingginya angka kemiskinan dan pengangguran

Peningkatan Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas

Penyelengaraan Pembangunan Kewilayahan

Menyerasikan Kegiatan Antarsektor dan Pengembangan Wilayah berdasarkan Sektor Prioritas

Strategi Pembangunan Provinsi Jambi melalui Pengembangan Multisektoral

2.4 Tahap-tahap Analisis

Analisis dalam penelitian ini dilakukan terhadap data pada tabel Input- Output Provinsi Jambi tahun 2007. Data yang dianalisis adalah data transaksi domestik atas dasar harga produsen. Menurut BPS dalam tabel Input-Output Provinsi Jambi tahun 2007, tabel transaksi domestik atas dasar harga produsen menunjukkan semua nilai transaksi pada tabel ini hanya mencakup barang dan jasa produksi dalam negeri dan dinilai atas dasar harga produsen. Tabel ini menunjukkan hubungan langsung antara sektor penghasil produksi dalam negeri dengan sektor pemakainya, tanpa dipengaruhi lagi oleh komponen impor, margin perdagangan dan biaya transport. Oleh karena itu, koefisien teknis yang diturunkan dari jenis tabel ini lebih memiliki keunggulan analisis karena setiap kenaikan permintaan dapat diukur langsung pengaruhnya terhadap kenaikan produksi dalam negeri.

Dalam penelitian ini mengelompokkan sektor-sektor dalam perekonomian Provinsi Jambi menjadi 9 sektor yang terdiri dari sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dan sektor jasa.

Adapun tahap-tahap analisis pada penelitian ini secara garis besar antara lain:

1. Mengagregasikan sektor-sektor pada tabel transaksi domestik atas dasar harga produsen. Menurut BPS dalam Tabel Input Output Provinsi Jambi tahun 2007, agregasi sektor adalah proses penggabungan beberapa sektor

Input-Output menjadi satu sektor yang lebih besar. Agregasi sektor harus memperhatikan sifat masing-masing sektor. Dalam tabel Input-Output Provinsi Jambi tahun 2007 klasifikasi 70 sektor kemudian sektor-sektor tersebut diagregasi menjadi sembilan sektor dilakukan untuk melihat dampak penyebaran dan keterkaitan antarsektor dalam perekonomian Provinsi Jambi.

2. Mengelompokkan sektor-sektor yang telah diagregasi ke dalam tabel di Microsoft Excel dan memberi nama atau kode sesuai dengan yang tercantum dalam Tabel Input-Output Provinsi Jambi 2007.

3. Melakukan proses input data dari tabel di Microsoft Excel pada software IOAP 1.0.1 (Input Output Analysis for Practitioners) untuk kemudian data diolah oleh software tersebut.

4. Setelah data selesai diolah selanjutnya dilakukan analisis terhadap hasil olahan data tersebut.

III. METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berasal dari Tabel Input-Output Provinsi Jambi tahun 2007 klasifikasi 70 sektor yang kemudian diagregasikan menjadi 9 sektor. Selain Tabel Input-Output digunakan juga data pendukung lainnya yaitu Badan Pusat Statistik Pusat, Badan Pusat Statistik Provinsi Jambi, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA), dan berbagai studi literatur dalam bentuk media cetak maupun media elektronik.

3.2 Metode Analisis

Penelitian ini menggunakan analisis Input-Output yang dapat menunjukkan seberapa besar aliran keterkaitan antarsektor dalam suatu wilayah berdasarkan pada analisis keterkaitan antar sektor-sektor ekonomi, efek dampak penyebaran dan efek pengganda (multiplier). Untuk menganalisisnya peneliti menggunakan software IOAP 1.0.1 (Input Output Analysis for Practitioners) dan Microsoft Excel 2007. Metode ini digunakan untuk melihat perekonomian regional Provinsi Jambi dengan pendekatan multisektoral.

3.2.1. Analisis Keterkaitan

Analisis keterkaitan digunakan untuk melihat keterkaitan antarsektor dalam perekonomian. Beberapa jenis keterkaitan yang digunakan dalam analisis wilayah sektoral antara lain terdiri dari, keterkaitan langsung ke depan, keterkaitan langsung ke belakang, keterkaitan langsung dan tidak langsung ke

3.2.1.1. Keterkaitan Langsung ke Depan

Keterkaitan langsung ke depan menunjukan akibat suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menggunakan sebagian output sektor tersebut secara langsung per unit kenaikan permintaan total (Nazara, 2005). Keterkaitan tipe ini dirumuskan sebagai berikut.

Keterangan :

F(d)i = keterkaitan langsung ke depan sektor i aij = unsur matrik koefisien matrik teknis n = jumlah sektor

3.2.1.2. Keterkaitan Langsung ke Belakang

Keterkaitan langsung ke belakang menunjukkan akibat dari suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menyediakan input antara bagi sektor tersebut secara langsung per unit kenaikan permintaan total. Keterkaitan tipe ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

Keterangan :

B(d)j = keterkaitan langsung ke belakang sektor i aij = unsur matrik koefisien

n = jumlah sektor 1

( )

n i ij j

F d

a

=

=

1

( )

n j ij i

B d

a

=

=

3.2.1.3. Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Depan

Keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan menunjukan akibat dari suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menggunakan output bagi sektor tersebut secara langsung maupun tidak langsung per unit kenaikan permintaan total (Miller dan Blair dalam Priyarsono et al, 2007). Keterkaitan tipe ini dirumuskan sebagai berikut:

Keterangan :

F(d+i)i = keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan sektor i

α

ij = unsur matrik kebalikan Leontief model terbuka

n = jumlah sektor

3.2.1.4. Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Belakang

Keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang menunjukkan akibat dari suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menyediakan input antara bagi sektor tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung per unit kenaikan permintaan total (Miller dan Blair dalam Priyarsono et al, 2007). Keterkaitan tipe ini dirumuskan sebagai berikut:

Keterangan :

B (d + i)j = keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang sektor i

α

ij = unsur matriks kebalikan Leontief terbuka n = jumlah sektor 1

(

)

n i ij j

F d

i

α

=

+

=

1

(

)

n j ij i

B d

i

α

=

+

=

3.2.2 Dampak Penyebaran

Indeks keterkaitan langsung serta keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan maupun keterkaitan langsung serta keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang yang telah diuraikan di atas belum memadai apabila dipakai sebagai landasan untuk pemilihan sektor-sektor kunci. Indikator-indikator tersebut tidak dapat diperbandingkan antar sektor karena peranan permintaan setiap sektor tidak sama. Oleh karena itu kedua indeks tersebut haruslah dinormalkan dengan cara membandingkan rata-rata dampak yang ditimbulkan seluruh sektor. Analisis ini disebut dengan dampak penyebaran yang terbagi dua yaitu kepekaan penyebaran dan koefisien penyebaran.

3.2.2.1. Kepekaan Penyebaran (Daya Penyebaran ke Depan)

Konsep kepekaan penyebaran (daya penyebaran ke depan) bermanfaat untuk mengetahui tingkat kepekaan suatu sektor terhadap sektor-sektor lainnya melalui mekanisme pasar output. Konsep ini sering juga diartikan sebagai kemampuan suatu sektor untuk mendorong pertumbuhan produksi sektor-sektor lain yang memakai input dari sektor ini. Sektor i dikatakan mempunyai kepekaan penyebaran yang tinggi apabila nilai Sdi lebih besar dari satu (Priyarsono et al, 2007).

Sebaliknya sektor i dikatakan mempunyai kepekaan penyebaran yang rendah jika nilai Sdi lebih kecil dari satu. Rumus yang digunakan untuk mencari nilai kepekaan penyebaran adalah

1 n ij j i n n ij

n

Sd

α

α

=

=

∑ ∑

Keterangan :

Sdi = kepekaan penyebaran sektor i αij = unsur matrik kebalikan Leontief n = jumlah sektor

3.2.2.2 Koefisien Penyebaran (Daya Penyebaran ke Belakang)

Konsep koefisien penyebaran (daya penyebaran ke belakang) memiliki fungsi untuk mengetahui distribusi manfaat dari pengembangan suatu sektor terhadap perkembangan sektor-sektor lainnya melalui mekanisme transaksi pasar input. Konsep ini sering juga diartikan sebagai kemampuan suatu sektor untuk meningkatkan pertumbuhan industri hulunya. Sektor j dikatakan mempunyai keterkaitan ke belakang yang tinggi apabila nilai Pdj lebih besar dari satu, sebaliknya jika nilai Pdj lebih kecil dari satu. Rumus yang digunakan untuk mencari nilai koefisien penyebaran adalah:

Keterangan : Pdj = kepekaan penyebaran

αij = unsur matrik kebalikan Leontief n = jumlah sektor

3.2.3 Analisis Pengganda (Multiplier)

Analisis pengganda digunakan untuk melihat dampak perubahan dari variabel-variabel endogen yaitu sektoral tertentu apabila terjadi perubahan dalam

1 1 1 n ij i j n n ij i j

n

P d

α

α

= = =

=

∑ ∑

variabel-variabel eksogen yaitu permintaan akhir. Berdasarkan matrik kebalikan Leontief, baik untuk model terbuka (αij) maupun untuk model tertutup (α*ij) dapat ditentukan nilai-nilai dari multiplier output dan pendapatan dan tenaga kerja berdasarkan rumus yang tercantum dalam Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Rumus Multiplier Output dan Pendapatan Nilai

Pengganda Multiplier

Output Pendapatan

Efek Awal 1 hi

Efek Putaran Pertama ∑iaij ∑iaij hi

Efek Dukungan Industri ∑iαij -1-∑iaij ∑iαij hi - hi - ∑iaij hi

Efek Induksi Konsumsi ∑iα*ij - ∑iαij ∑iα*ij hi - ∑iαij hi

Efek Total ∑iα*ij ∑iα*ijhi

Efek Lanjutan ∑iα*ij – 1 ∑iα*ij hi - hi

Sumber: Daryanto, 2010

Keterangan :

aij = Koefisien Output

hi = Koefisien Pendapatan Rumah Tangga ei = Koefisien Tenaga Kerja

αij = Matrik kebalikan Leontief model terbuka α*ij = Matrik kebalikan Leontief model tertutup

Sedangkan untuk melihat hubungan antara efek awal dan efek lanjutan per unit pengukuran dari sisi output, pendapatan dan tenaga kerja, dapat dihitung dengan menggunakan rumus multipler tipe I dan multiplier tipe II berikut:

Tipe I = Efek awal+ Efek Putaran Pertama + Efek Dukungan Industri

Efek Awal

Efek awal+Efek Putaran Pertama +Efek Dukungan Tipe II = Industri + Efek Induksi Konsumsi

3.3 Definisi Operasional Data 1. Multisektoral

Multisektoral yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sektor-sektor dalam perekonomian terdiri dari 9 sektor yaitu sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dan sektor jasa yang dianalisis dengan metode Input-Output untuk melihat sektor apa saja yang berpotensi untuk dikembangkan di Provinsi Jambi.

2. Output

Pengertian output dalam penelitian ini adalah nilai dari produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh sektor-sektor produksi dalam suatu daerah (domestic), tanpa membedakan asal usul pelaku produksinya. Pelakunya dapat berupa perusahaan dan perseorangan dari dalam negeri atau perusahaan dan perseorangan dari luar negeri.

3. Transaksi Antara

Transaksi antara adalah transaksi yang terjadi antar sektor yang berperan sebagai konsumen dan produsen. Sektor yang berperan sebagai produsen atau sektor produksi merupakan sektor pada masing-masing baris, sedangkan sektor sebagai konsumen ditunjukkan oleh sektor pada masing-masing kolom. Transaksi yang dicakup dalam transaksi hanya transaksi barang dan jasa yang terjadi dalam hubungannya dengan proses produksi. Jadi, isian sepanjang baris pada transaksi antara memperlihatkan alokasi output suatu sektor dalam memenuhi kebutuhan

input sektor-sektor lain untuk keperluan produksi dan disebut sebagai permintaan antara. Sedangkan isian sepanjang kolomnya menunjukkan input barang dan jasa yang digunakan dalam proses produksi suatu sektor dan disebut sebagai input antara.

4. Permintaan Akhir dan Impor

Permintaan akhir adalah permintaan atas barang dan jasa untuk keperluan komsumsi, bukan untuk proses produksi. Permintaan akhir terdiri dari pengeluaran komsumsi rumah tangga, pengeluaran komsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap bruto, perubahan stok dan ekspor.

a. Pengeluaran Rumah Tangga

Pengeluaran komsumsi rumah tangga adalah pengeluaran yang dilakukan rumah tangga untuk semua pembelian barang dan jasa dikurangi dengan penjualan netto barang bekas. Barang dan jasa dalam hal ini mencakup barang tahan lama dan barang tidak tahan lama kecuali pembelian rumah tempat tinggal. Pengeluaran komsumsi rumah tangga mencakup komsumsi yang dilakukan di dalam dan di luar negeri. Untuk menjaga konsistensi data, maka komsumsi penduduk suatu negara yang dilakukan di luar negeri diperlakukan sebagai impor, sebaliknya komsumsi oleh penduduk asing di wilayah negara tersebut diperlakukan sebagai ekspor.

b. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah

Pengeluaran komsumsi pemerintah mencakup semua pengeluaran barang dan jasa untuk pelaksanaan kegiatan-kegiatan administrasi pemerintahan dan

pertahanan, baik yang dilakukan oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.

c. Pembentukan Modal Tetap

Pembentukan modal tetap meliputi pengadaan, pembuatan, atau pembelian barang-barang modal baru baik dari dalam maupun impor termasuk barang modal bekas dari luar daerah.

d. Perubahan Stok

Perubahan stok merupakan selisih antara nilai stok barang pada akhir tahun dengan nilai stok barang pada awal tahun. Perubahan stok dapat digolongkan menjadi : (1) perubahan stok barang jadi dan setengah jadi yang disimpan oleh produsen, termasuk perubahan jumlah ternak dan unggas serta barang-barang strategis yang merupakan cadangan nasional, (2) perubahan stok bahan mentah dan bahan baku yang belum digunakan oleh produsen, dan (3) perubahan stok di sektor perdagangan, yang terdiri dari barang-barang dagangan yang belum terjual.

e. Ekspor dan Impor

Berbeda dengan pengertian ekspor dan impor pada umumnya, pada Tabel Input-Output regional yang dimaksud dengan ekspor dan impor barang dan jasa adalah meliputi transaksi barang dan jasa antara penduduk suatu negara/daerah dengan penduduk Negara atau daerah lain. Transaksi tersebut terdiri dari ekspor dan impor untuk barang dagangan, jasa pengangkutan, komunikasi, asuransi, dan berbagai jasa lainnya. Transaksi ekspor barang keluar negeri dinyatakan dengan nilai free on board (f.o.b) yaitu suatu nilai yang mencakup juga semua biaya

angkutan di negara pengekspor, bea ekspor, dan biaya pemuatan barang barang sampai ke kapal yang akan mengangkutnya. Sedangkan transaksi impor dari luar negeri dinyatakan atas dasar biaya pendaratan (landed cost) yang terdiri dari nilai cost, insurance and freight (c.i.f) ditambah dengan bea masuk dan pajak penjualan impor.

5. Input Primer

Input primer adalah balas jasa atau pemakaian faktor-faktor produksi yang terdiri dari tenaga kerja, tanah, modal dan kewiraswastaan. Input primer disebut juga nilai tambah bruto dan merupakan selisih antara output dengan input.

6. Upah dan Gaji

Upah dan gaji mencakup semua balas jasa dalam bentuk uang maupun

Dokumen terkait