• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sumber-sumber risiko produksi yang teridentifikasi dalam kegiatan budidaya ayam broiler di peternakan ayam broiler milik Bapak Restu selalu berdampak negatif bagi kelangsungan usaha ini. Dampak negatif tersebut dapat berupa kerugian finansial. Kerugian finansial yang diakibatkan oleh sumber- sumber risiko tersebut dapat dihitung berdasarkan nilai rupiah yang merupakan mata uang Negara Indonesia. Dengan demikian apabila terjadi risiko produksi yang diakibatkan oleh sumber-sumber risiko tersebut, kerugian yang diderita dapat diperkirakan. Besarnya kerugian yang diperkirakan tentunya tidak akan 100

58 persen tepat sesuai dengan kejadian dilapangan, maka dari itu dilakukan penetapan besarnya kerugian dengan suatu tingkat keyakinan.

Perhitungan dampak risiko yang terjadi pada peternakan ayam broiler milik Bapak Restu dilakukan dengan menggunakan metode Value at Risk (VaR).

Perhitungan yang dilakukan terhadap dampak risiko produksi yang terjadi pada peternakan ayam broiler milik Bapak Restu menggunakan tingkat keyakinan 95 persen dan 5 persen sisanya adalah galat atau error. Proses perhitungan dampak risiko dapat dilihat pada Lampiran 6 sampai dengan Lampiran 9. Perhitungan ini dilakukan untuk mengetahui perkiraan kerugian yang akan diderita pihak peternakan. Data yang digunakan dalam perhitungan ini adalah laporan produksi peternakan ayam broiler milik Bapak Restu dan hasil wawancara dengan pihak manajemen peternakan.

Dampak risiko produksi pada peternakan ayam broiler milik Bapak Restu dimulai dengan perhitungan dari sumber risiko produksi kepadatan ruang. Kematian ayam broiler yang disebabkan oleh pengaruh kepadatan ruang sangat berfluktuasi. Oleh karena dampak yang diberikan juga tidak terlalu besar. Kasus kematian ayam karena pengaruh kepadatan ruang pada peternakan ayam broiler milik Bapak Restu tercatat pada setiap periode produksi. Hasil wawancara denga pihak peternakan dan analisis laporan produksi yaitu jumlah kematian ayam yang disebabkan oleh pengaruh kepadatan ruang mulai dari periode 1-10 adalah sebagai berikut 1013 ekor, 1797 ekor, 140 ekor, 1612 ekor, 354 ekor, 143 ekor, 1615 ekor, 546 ekor, 122 ekor, dan 176 ekor. Masing-masing kerugian yang diderita peternakan ayam broiler milik Bapak Restu adalah Rp 28.452.972,00, Rp 32.214.352,00, Rp 3.420.472,00, Rp 33.041.164,00, Rp 8.871.636,00, Rp 4.001.334,00, Rp 47.759.071,00, Rp 12.556.903,00, Rp 3.345.572,00, dan Rp 3.548.310,00, untuk lebih jelas dapat dilihat pada Lampiran 6.

Dampak risiko dari pengaruh kepadatan ruang dihitung dengan menggunakan metode VaR yang menghasilkan nilai Rp 26.614.510,00 dengan tingkat keyakinan 95 persen. Nilai VaR berarti kerugian maksimal yang diderita akibat adanya pengaruh kepadatan ruang adalah sebesar Rp 26.614.510,00, akan tetapi ada kemungkinan 5 persen kerugian lebih besar dari angka tersebut.

Sumber risiko berikutnya adalah perubahan cuaca. Perubahan cuaca dapat menimbulkan kematian terhadap ayam broiler yang dibudidayakan peternakan ayam broiler milik Bapak Restu. Perubahan cuaca yang ekstrim tercatat terjadi pada beberapa periode produksi diantaranya periode ketiga, periode keenam.

59 periode kesembilan dan periode kesepuluh. Kematian ayam yang terjadi akibat perubahan cuaca pada periode ketiga sampai periode kesepuluh berturut-turut adalah 417 ekor, 431 ekor, 332 ekor, dan 529 ekor. Harga jual yang berlaku pada periode ketiga adalah Rp 12.402 per kilogram, pada periode keenam sebesar Rp 11.188 per kilogram, periode kesembilan sebesar Rp 13.312 per kilogram, dan pada periode kesepuluh sebesar Rp 13.007 per kilogram. Sedangkan untuk berat panen rata-rata periode ketiga adalah 1,97 kilogram, periode keenam 1,98 kilogram, periode kesembilan 2,06 kilogram, dan pada periode kesepuluh 1,55 kilogram. Masing-masing kerugian yang terjadi akibat kematian ayam yang disebabkan oleh perubahan cuaca adalah sebagai berikut, periode ketiga Rp 10.188.119,00, periode keenam Rp 12.213.575,00, periode kesembilan Rp 9.104.343,00, dan periode kesepuluh Rp 10.665.090,00. Perhitungan nilai kerugian ini akan terlihat lebih jelas pada Lampiran 7.

Perhitungan terhadap dampak risiko produksi yang bersumber dari perubahan cuaca dengan memakai metode VaR menghasilkan nilai sebesar Rp 11.604.773,00 dengan tingkat keyakinan 95 persen. Nilai VaR ini berarti kerugian maksimal yang akan diderita peternakan ayam broiler milik Bapak Restu akibat pengaruh perubahan cuaca adalah sebesar Rp 11.604.773,00, tetapi ada 5 persen kemungkinan lagi yang berdampak lebih besar dari angka tersebut.

Sumber risiko ketiga yaitu penyakit yang menyebabkan kematian pada ayam. Penyakit yang sering menyerang ayam di peternakan ayam broiler milik Bapak Restu terdiri 4 jenis yaitu cronic respiratory disease, infectious bursal disease, colibacillosis, dan newcastle disease. Dari keempat jenis penyakit tersebut, penyakit yang lebih sering menyerang adalah cronic respiratory disease

dan colibacillosis. Ada beberapa periode produksi yang mengalami tingkat mortalitas cukup besar yang diakibatkan oleh penyakit yaitu periode ketiga, kelima, keenam, dan kedelapan sampai kesepuluh. Perkiraan jumlah ayam yang mati masing-masing per periode secara berurutan akibat adanya penyakit tersebut adalah sebesar Rp 51.062.755,00, Rp 44.333.121,00, Rp 60.327.812,00, Rp 47.357.179,00, Rp 45.305.287,00, dan Rp 53.305.287,00. Lampiran 8 akan memperlihatkan lebih jelas perhitungan kerugian yang disebabkan oleh sumber risiko penyakit.

Perhitungan terhadap dampak risiko dari sumber penyakit yang dilakukan dengan metode VaR menghasilkan nilai Rp 54.979.831,00 dengan tingkat keyakinan 95 persen. Nilai VaR berarti kerugian maksimal yang diderita akibat

60 adanya penyakit adalah sebesar Rp 54.979.831,00, akan tetapi ada kemungkinan 5 persen kerugian lebih besar dari angka tersebut.

Sumber risiko terakhir berasal dari hama predator. Kasus kematian ayam karena keberadaan hama pada peternakan ayam broiler milik Bapak Restu tercatat pada setiap periode produksi. Perkiraan jumlah kematian ayam yang disebabkan oleh hama predator mulai dari periode 1-10 adalah sebagai berikut 53 ekor, 95 ekor, 139 ekor, 85 ekor, 118 ekor, 144 ekor, 85 ekor, 137 ekor, 111 ekor, dan 176 ekor. Masing-masing kerugian yang diderita peternakan ayam broiler milik Bapak Restu adalah Rp 1.488.656,00, Rp 1.703.040,00, Rp 3.396.040,00, Rp 1.742.245,00, Rp 2.957.212,00, Rp 4.029.316,00, Rp 2.513.635,00, Rp 3.150.725,00, Rp 3.043.922,00, dan Rp 3.548.310,00, untuk lebih jelas dapat dilihat pada Lampiran 9.

Dampak risiko dari sumber hama predator dihitung dengan menggunakan metode VaR yang menghasilkan nilai Rp 3.186.412,00 dengan tingkat keyakinan 95 persen. Nilai VaR berarti kerugian maksimal yang diderita akibat adanya hama predator adalah sebesar Rp 3.186.412,00, akan tetapi ada kemungkinan 5 persen kerugian lebih besar dari angka tersebut.

Nilai dari perhitungan dampak risiko yang dilakukan akan memiliki makna yang lebih besar ketika hasil tersebut diplotkan kedalam peta risiko. Hal ini bertujuan agar manajemen dapat lebih mudah menentukan strategi penanganan risiko yang paling efektif. Perbandingan nilai dari hasil perhitungan dampak risiko yang dilakukan pada masing-masing sumber risiko produksi tersaji dalam Tabel 16.

Tabel 16. Perbandingan Dampak dari Sumber Risiko Produksi pada Peternakan Ayam Broiler Milik Bapak Restu

No Sumber Risiko Produksi Dampak (Rp)

1 Kepadatan ruang 26.614.510

2 Perubahan cuaca 11.604.773

3 Penyakit 54.979.831

4 Hama 3.186.412

Pada Tabel 16 dapat dilihat perbandingan dampak terjadinya risiko produksi yang disebabkan oleh masing-masing sumber risiko produksi. Berdasarkan Tabel 16 tersebut dapat diketahui bahwa sumber risiko penyakit memberikan dampak yang paling besar yaitu Rp 54.979.831,00. Angka tersebut mengindikasikan bahwa penyakit merupakan sumber risiko yang paling berpengaruh terhadap usaha peternakan ayam broiler milik Bapak Restu, akan

61 tetapi dampak risiko yang berasal dari sumber risiko yang lain harus tetap diperhatikan oleh pihak manajemen peternakan ayam broiler milik Bapak Restu walaupun dampaknya terhitung lebih kecil. Hasil dari perhitungan dampak risiko produksi selanjutnya akan dikombinasikan dengan hasil perhitungan analisis probabilitas risiko dari masing-masing sumber risiko produksi. Hal tersebut bertujuan untuk melihat gambaran bagaimana status masing-masing sumber risiko serta posisinya pada peta risiko.

Dokumen terkait