3 METODE PENELITIAN
3.2 Tahapan Penelitian
3.2.3 Analisis dan desain atau perancangan sistem informasi
beku
Konsep desain atau perancangan sistem informasi berbasis teknologi informasi mengacu pada Thakur dan Hurburgh (2009). Tahapan perancangan sistem informasi dilakukan untuk memberikan gambaran tentang Unit Pengolahan Ikan, dalam hal ini PT X dan kaitannya dengan supplier (pemasok) maupun konsumennya (buyer). Tahapan ini dilaksanakan dalam 4 (empat) aktivitas atau kegiatan yaitu identifikasi kebutuhan sistem, pengembangan model traceability internal, desain model untuk pertukaran informasi antar aktor (pihak-pihak) yang terlibat dalam rantai distribusi tuna, dan terakhir adalah desain basis data. Skematis tahapan pelaksanaan penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 5.
Apakah pada tahap ini dibuat rekaman ?
Q1
Melanjutkan ke tahap selanjutnya
Apakah rekaman diperlukan untuk menelusuri produk ?
Q1a
Tindakan yang diperlukan : Membuat rekaman pada tahap ini
Tindakan yang diperlukan : Memodifikasi rekaman termasuk nomor lot
Tindakan yang diperlukan :
Mengembangkan metode termasuk kode nomor lot
ya
ya
tidak
tidak
tidak Apakah kode nomor lot
diikutsertakan dalam rekaman ? Q2
Apakah kode nomor lot pada produk diikutsertakan pada tahapan proses selanjutnya ? Q3
Gambar 5 Tahapan perancangan sistem informasi (mengacu Thakur dan Hurburgh 2009).
3.2.3.1 Identifikasi kebutuhan sistem
Identifikasi kebutuhan sistem merupakan langkah pertama dari analisis dan desain sistem informasi untuk mendukung implementasi dokumentasi program traceability pada rantai distribusi ikan tuna. Tahapan identifikasi kebutuhan sistem bertujuan memenuhi dan menyelaraskan antara berbagai kebutuhan dari seluruh aktor yang terlibat.
Pelaksanaan identifikasi kebutuhan sistem meliputi penentuan dari pihak (aktor) yang terlibat dalam rantai distribusi tuna. Batasan terhadap pihak-pihak (aktor) dalam penelitian ini adalah aktor yang terkait dengan PT X, baik pihak supplier maupun pihak yang menerima produk akhir hasil produksi dari perusahaan. Secara umum aktor-aktor yang terlibat dengan PT X adalah kapal penangkap ikan, tempat pendaratan ikan (transit), unit pengolah ikan (PT X), grosir (wholesalers), dan retailer.
Selanjutnya dari aktor-aktor yang terlibat dibuat interaksinya dalam bentuk gambar model sistem traceability dari rantai distribusi tuna. Gambar model tersebut menggunakan model diagram use case yang mengacu pada Lee dan Xue (1999). Diagram use case ini membantu menjelaskan mengenai hubungan antara aktor dengan setiap use case dalam sistem traceability rantai distribusi tuna yang ada (Gambar 6).
Identifikasi kebutuhan sistem
Pengembangan model traceability internal
Desain model untuk pertukaran informasi antara aktor yang terlibat dalam sistem
Gambar 6 Model use case diagram dan bagian-bagiannya.
3.2.3.2 Pengembangan model traceability internal
Langkah selanjutnya adalah pengembangan model traceability internal. Traceability internal memiliki peranan yang sangat penting dalam traceability secara keseluruhan (chain traceability). Traceability internal dikembangkan sebagai dasar bagi pengembangan pertukaran informasi pada chain traceability tuna. Traceability internal yang baik akan memudahkan dalam pelacakan produk secara keseluruhan dalam suatu rantai distribusi.
Pengembangan model traceability internal dikembangkan dengan menggunakan teknik Integrated Definition Modelling (IDEF0) yang mengacu IDEF0 (1993). Teknik Integrated Definition Modelling (IDEF0) menerangkan mengenai masukan (input), keluaran (output), kontrol (control) dan mekanisme (mechanisms) dari suatu proses (Gambar 7). Model ini dapat disusun secara
Aktor Use case Batasan sistem
Sistem Use case
Use case
Use case
Use case
Sistem traceability rantai distribusi tuna
Aktor Aktor Aktor Aktor Aktor Keterangan: Garis penghubung
hierarki dalam bentuk struktur pohon (tree stucture), yaitu berupa sub proses-sub proses dari proses utama (parent process).
Gambar 7 Model umum IDEF0.
Langkah pertama dari teknik IDEF0 adalah mengidentifikasi fungsi (proses) utama. Proses utama pada penelitian ini adalah pengembangan sistem traceability internal pada UPI (Unit Pengolahan Ikan) tuna. Setelah mengetahui proses utama maka dilakukan pendefinisian input (sesuatu yang dapat digunakan dari suatu proses untuk menghasilkan suatu output), kontrol (kondisi atau prinsip atau batasan yang dibutuhkan sehingga suatu proses dapat menghasilkan output), mekanisme (bagaimana suatu proses direalisasikan) dan output (data atau obyek yang dihasilkan dari suatu proses) dari proses utama tersebut.
Input dan kontrol dipilih secara teoritis mengacu pada standar ISO 22005 : 2007, sedangkan mekanisme dan untuk mencapai output yang diinginkan mengacu pada Thakur dan Humburgh (2009). Input pada penelitian ini adalah regulasi, karakteristik produk dan harapan konsumen dengan acuan standar ISO 22005 : 2007. Mekanisme yang digunakan adalah standar industri, personal dan prosedur-prosedur yang ada, sedangkan output yang ingin dihasilkan adalah dokumentasi proses produksi, sertifikat yang divalidasi, jaminan kualitas keamanan pangan, kepuasan konsumen dan pemenuhan regulasi yang berlaku.
Langkah selanjutnya dari teknik IDEF0 ini adalah menguraikan proses utama menjadi sub proses-sub proses. Penguraian proses utama ini dibagi menjadi 5 tahap dimana output dari suatu tahapan merupakan input bagi tahapan yang lain (Thakur dan Humburgh 2009). Kelima tahapan tersebut adalah untuk melihat rencana sistem traceability, penerapan traceability, evaluasi pelaksanaan sistem, validasi sistem dan perawatan sistem (Gambar 8).
NAMA PROSES
Masukan Keluaran
Kontrol
Gambar 8 Penguraian model IDEF0 (pengembangan sistem traceability internal tuna).
3.2.3.3 Model pertukaran informasi traceability
Model pertukaran informasi pada rantai distribusi tuna (tuna supply chain) dibuat untuk menggambarkan informasi apa saja yang harus disimpan dan dipertukarkan dalam rantai distribusi. Langkah yang dilakukan untuk memodelkan pertukaran informasi dibagi menjadi tiga bagian yang mengacu pada Thakur dan Hurburgh (2009).
Langkah pertama adalah memodelkan aliran produk tuna dan aliran informasinya yang terlihat dari gambar rantai distribusi tuna beku. Dari gambar tersebut akan terlihat aktivitas-aktivitas yang terjadi pada suatu produk tuna dan informasi-informasi yang sebaiknya diteruskan oleh masing-masing aktor sepanjang jalur distribusinya.
Langkah selanjutnya adalah menggambarkan pertukaran informasi ketika salah satu aktor meminta informasi tambahan terhadap suatu produk yang diduga berbahaya menggunakan sequence diagram mengacu pada Pender (2002). Sequence diagram mengilustrasikan bagaimana suatu obyek berinteraksi dengan obyek lainnya (interaksi antar obyek). Tipe interaksi pada sequence diagram dapat dilihat pada Gambar 9, sedangkan model sequence diagram yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 10.
Masukan Keluaran Mekanis me Kontrol Penerapan /Implementasi Traceability Evaluasi Pelaksanaan Sistem Validasi Sistem Perawatan Sistem Menentukan Rencana Sistem Traceability
Kirim data produk
Kirim data produk
Kirim data produk Pesan tambahan Pesan tambahan
Tanggapan pesan tambahan Tanggapan pesan tambahan
Pesan tambahan Tanggapan pesan tambahan
Gambar 9 Tipe interaksi pada sequence diagram.
Sumber: Pender 2002
Gambar 10 Model sequence diagram yang digunakan pada penelitian.
Langkah terakhir adalah memfasilitasi bagaimana suatu data/informasi dipertukarkan antar aktor dalam suatu rantai distribusi. Hal ini dapat dilakukan menggunakan XML (Extensible Markup Language) (Folinas et al. 2007). XML merupakan bahasa yang digunakan untuk memfasilitasi pertukaran informasi yang berhubungan dengan sistem traceability secara elektronik (electronic exchange) antara berbagai pihak atau organisasi dalam suatu rantai distribusi.
3.2.3.4 Desain basis data
Penggunaan basis data pada sistem traceability perusahaan bertujuan untuk mengurangi adanya program data dependence, duplikasi data dan keterbatasan berbagi informasi yang direpresentasikan menggunakan entity relationship diagram (ERD). ERD merupakan suatu diagram yang dapat menunjukkan cara data dan informasi akan disimpan di dalam basis data beserta hubungan antar data. Bagian yang digunakan untuk membangun suatu entity relationship diagram adalah entitas (entity), atribut, dan hubungan/relasi antar entitas (relationship) mengacu pada Hoffer et al. (2002). Tahapan-tahapan dalam dalam melakukan desain basis data dapat dilihat dari Gambar 11.
Pesan yang membutuhkan tanggapan Tanggapan dari suatu pesan
Persyaratan Data
E-R model Definisi entitas Rancangan skema eksternal &
konseptual (terlepas dari DBMS) Tahap I:
Koleksi & analisis persyaratan Tahap II: Rancangan konseptual Tahap III: Pemilihan DBMS Tahap IV: Rancangan logikal Tahap V: Rancangan fisik Tahap VI: Implementasi
Rancangan skema eksternal & konseptual
(sesuai dengan DBMS terpilih)
Rancangan skema internal (sesuai dengan DBMS terpilih)
Pembangunan Basis Data
Persyaratan Proses Rancangan Transaksi Data Rancangan program aplikasi Penyusunan program aplikasi Operasional program aplikasi Definisi: tabel, index, view, jalur, akses, format penyimpanan
Gambar 11 Tahapan perancangan basis data (Elmasri dan Navathe 1994). Langkah yang digunakan pada penelitian ini hanya sampai pada tahap 2. Persyaratan data (tahap 1) berisikan data-data yang dibutuhkan untuk pengembangan basis data yaitu sesuai dengan data-data proses produksi tuna beku di perusahaan. Rancangan konseptual basis data (tahap 2) menghasilkan skema konseptual dari basis data yang bebas dari DBMS (database management system) tertentu. Dalam hal ini digunakan pemodelan ERD (Entity Relationship Diagram) menggunakan program microsoft office visio 2007.