• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kelompok Fungsional Pemeriksa Pajak

ANALISIS DAN EVALUASI A. Pembahasan Masalah

1. Pengelolaan Piutang Pajak pada Kantor Pajak Pratama Medan Timur

Pengertian pengelolaan itu sendiri adalah suatu kegiatan dalam mengusahakan kemajuan atau peningkatan. Di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur sistem pengelolaan piutangnya tidak berbeda dengan kantor-kantor pajak yang lain pada umumnya dan tentunya sesuai dengan peraturan dan undang-undang yang berlaku. Seperti pada materi yang ada pada penagihan, piutang yang ada harus ditagih sesuai dengan tahapan-tahapan yang telah diatur dalam perundang-undangan.

Tata cara penagihan pajak tersebut akan diuraikan sebagai berikut: Surat teguran atau surat peringatan atau surat lain yang sejenis sebagai awal

tindakan pelaksanaan penagihan pajak yang dikeluarkan 7 hari sejak saat jatuh tempo pembayaran. Apabila dalam jangka waktu yang ditetapkan dalam surat lain yang sejenis tidak dilunasi atau dibayar, maka pejabat akan mengeluarkan surat paksa. Surat paksa akan dikeluarka segera setelah lewat 21 hari sejak tanggal surat teguran atau surat peringatan atau surat lain yang sejenis. Apabila dalam jangka waktu 2x24 jam sesudah tanggal pemberitahuan surat paksa, pejabat segera menerbitkan surat perintah melaksanakan penyitaan setelah dilakukan penyitaan wajib pajak belum juga melunasi utang pajaknya dalam jangka waktu 10 hari sejak pemberitahuan surat perintah melaksanakan penyitaan, pejabat mengajukan permintaan penetapan tanggal pelelangan pada kantor lelang negara. Setelah itu akan dilaksanakan pelelangan oleh pejabat. Dan hasil dari pelelangan itu

2. Perkembangan Piutang Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur Dari Tahun 2012-2014

a. Piutang Pajak Dari Tahun 2012, 2013 dan 2014

Dari tabel 1 pada pembahasan masalah dapat dilihat piutang pajak yang ada di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur pada tahun 2012 adalah sebesar Rp70.807.471 (dalam ribuan), pada tahun 2013 adalah sebesar Rp62.488.161 (dalam ribuan) dan pada tahun 2014 adalah sebesar Rp124.762.163. Itu berarti piutang pajak dari tahun 2012 ke tahun 2013 mengalami penurunan yang cukup signifikan, namun pada tahun 2014 piutang pajak mengalami kenaikan yang lebih signifikan. Tapi hal tersebut belum bisa dijadikan ukuran kalau piutang pajak yang ada pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur belum ditagih secara optimal. Karena untuk menentukan keoptimalan penagihan piutang pajak faktor yang diperlukan bukan hanya dari Saldo Awal piutang saja, faktor lain yang juga diperlukan dalam menentukan keoptimalan penagihan piutang pajak adalah Penambahan Piutang, Pengurangan Piutang, Saldo Akhir, Target dan Realisasi.

b. Pembayaran Piutang Pajak Melalui SSP/Pbk

Dari tabel 2 pada pembahasan masalah dapat dilihat pembayaran melalui SSP/Pbk. Pada tahun 2012 terbayar Rp2.948.380, tahun 2013 sebesar Rp3.764.613 dan pada tahun 2014 sebesar Rp25.354.549. Antara tahun 2013 dan 2014 terjadi peningkatan pembayaran yang signifikan hal tersebut dikarenakan terjadinya peningkatan target yang signifikan oleh KPP Pratama Medan Timur. Terjadinya peningkatan target tersebut berpengaruh terhadap

kinerja fiskus dalam menagih pajak sehingga pada Tahun 2014 semakin banyak Wajib Pajak yang membayar utang pajaknya.

c. Perkembangan Piutang Pajak Dari Tahun 2012, 2013 dan 2014

Dari tabel 3 pada pembahasan masalah dapat dilihat pada tahun 2012 tidak terjadi penambahan piutang, pada tahun 2013 terjadi penambahan sebesar Rp66.038.615, pada tahun 2014 sebesar Rp43.721.726. Pengurangan piutang pada tahun 2012 sebesar Rp2.948.380, pada tahun 2013 sebesar Rp3.764.613, dan pada tahun 2014 sebesar Rp25.354.549. Saldo akhir piutang pada tahun 2012 sebesar Rp62.488.161, pada tahun 2013 sebesar Rp124.762.163, pada tahun 2014 sebesar Rp143.129.340.

Piutang pajak bertambah karena adanya faktor-faktor seperti: SKP, STP, SK Banding, Putusan banding, Putusan PK, STP Bunga Penagihan, WP pindah dan lain-lain.

d. Realisasi Piutang Pajak Dari Tahun 2012, 2013 dan 2014

Dari tabel 4 pada pembahasan masalah dapat dilihat realisasi pada tahun 2012 adalah sebesar Rp2.948.380, pada tahun 2013 sebesar Rp3.764.613, dan pada tahun 2014 sebesar Rp25.354.549.

e. Optimalisasi Penagihan Piutang Pajak Dari Tahun 2012, 2013 dan 2014

Dalam analisis ini akan digunakan perhitungan untuk mengetahui keoptimalan penagihan piutang pajak dalam bentuk persentase. Dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

Pa = persentase piutang pajak yang tertagih

Ra = realisasi piutang pajak yang tertagih

Ta = target piutang pajak yang tertagih

Namun, pengambilan kesimpulan melalui tingkat optimalisasi bukanlah hal yang mudah karena jika terdapat hasil yang optimal belum tentu memberikan kepastian bahwa pencapaiannya sudah baik, bisa jadi target yang ditentukan masih sangat rendah. Sebaliknya, jika kurang optimal belum tentu memberikan indikasi bahwa pencapaian kurang baik, akan tetapi ada kemungkinan penetapan target terlalu tinggi.

Dengan menghitung pertumbuhan piutang pajak setiap tahun, maka dapat diketahui peningkatan atau penurunan piutang pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur. Dan dengan mengetahui setiap kenaikan atau penurunan yang terjadi maka akan mempermudah dalam penarikan kesimpulan dibandingkan dengan analisis atau cara penghitungan yang lain.

Contoh untuk tahun 2012 : 2.948.380/18.551.264x100%

= 0,15x100%

= 15%

Dari tabel 5 pada pembahasan masalah dapat dilihat presentasi keoptimalan pada tahun 2012 sebesar 15% dengan total realisasi sebesar

Rp3.764.613.000 dan pada tahun 2014 sebesar 53% dengan total realisasi sebesar Rp25.354.549.000. Pada presentasi keoptimalan antara tahun 2012 dan 2013 terdapat perbedaan yang signifikan hal tersebut dikarenakan pada tahun 2012 targetnya jauh lebih besar dibandingkan realisasinya, target pada tahun 2012 adalah sebesar Rp18.551.264. Sedangkan target pada tahun 2013 tidak jauh besarnya dengan realisasinya, target pada tahun 2013 adalah sebesar Rp4.555.944. Angka realisasi dari tahun ke tahun di atas tergantung pada seberapa banyak wajib pajak yang melunasi hutangnya.

Dilihat dari perkembangan piutang pajak, saldo awal piutang pajak tahun 2012 tercatat sebesar Rp70.807.471.000, pada saldo akhirnya mengalami penurunan dan tinggal tercatat sebesar Rp62.488.161.000. Pada tahun 2013 saldo awal yang tercatat sebesar Rp62.488.161.000 membengkak menjadi Rp124.762.163.000 pada saldo akhirnya, hal tersebut dikarenakan adanya faktor penambahan piutang yang cukup besar, walaupun begitu penagihan piutang pajak pada tahun 2013 sudah dapat dikatakan optimal karena pada tahun 2013 presentasi keoptimalan yang diperoleh dari hasil perbandingan target dan realisasi adalah sebesar 82%. Dan pada tahun 2014 saldo awalnya tercatat Rp124.762.163.000, saldo akhir Rp143.129.340.000. Hal tersebut juga dikarenakan adanya faktor penambahan piutang, tetapi walau saldo akhirnya lebih besar dari pada saldo awal, pada tahun 2014 ini penagihan piutangnya dapat dikatakan optimal pula karena pada tahun 2014 presentasi keoptimalan yang diperoleh dari hasil perbandingan target dan realisasi adalah sebesar 53%.

3. Hambatan yang Dihadapi Dalam Proses Penagihan

Hambatan yang sering dihadapi biasanya faktor dari wajib pajak yaitu:

a. Masih rendahnya tingkat kesadaran WP dalam melaporkan utang pajaknya.

Hal ini disebabkan karena sebagian besar WP menganggap bahwa melaporkan utang pajak bukanlah hal yang penting untuk mereka lakukan b. Ketidak jelasan alamat WP.

Hal ini dikarenakan WP tidak mengupdate data mereka, sehingga fiskus sulit menemukan WP yang sudah pindah alamat dan juga karena ada WP yang memberikan alamat tidak lengkap.

c. WP menolak untuk membayar pajak.

WP menolak membayar pajak karena ada beberapa WP yang tidak bersedia angka penghasilannya harus berkurang karena membayar pajak.

Upaya yang dilakukan adalah:

a. Mengadakan penyuluhan kepada WP secara intensif serta berkelanjutan

tentang pajak.

b. Jika WP telah pindah alamat atau alamatnya tidak jelas sementara WP sulit untuk dihubungi. Fiskus akan mencari informasi ke pihak ketiga contohnya ke pihak kependudukan.

c. Melakukan upaya persuasif kepada WP, contohnya memberi angsuran atau

penundaan pembayaran akan tetapi jika WP tidak juga membayar utang pajaknya maka akan dilakukan penagihan represif (blokir, sita, cekal).

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

Dokumen terkait