TUGAS AKHIR
PENGELOLAAN PIUTANG PAJAK SEBAGAI UPAYA MENAMBAH PENERIMAAN PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA
MEDAN TIMUR
O
L E H
Nama : UTAMI OKTAVIANA SINGARIMBUN Nim : 122600094
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Menyelesaikan Studi Pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan
PROGRAM STUDI DIPLOMA III ADMINISTRASI PERPAJAKAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat, karunia, kesehatan, hidayah, keselamatan dan kemampuan kepada
penulis sehingga dapat menyusun dan menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini. Dan tak
lupa pula penulis sanjung sajikan kepada Baginda Nabi Besar Muhammad Saw yang telah
membawa kita dari alam kegelapan menuju alam terang menerang yang seperti kita rasakan
saat ini. Ilmu yang penulis dapatkan selama ini semoga dapat bermanfaat bagi diri sendiri,
keluarga, masyarakat, bangsa dan agama, Insya Allah.
Laporan Tugas Akhir ini disususn dalam rangka menyelesaikan studi pada Program
Studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU. Adapun judul Tugas Akhir ini
adalah “PENGELOLAAN PIUTANG PAJAK SEBAGAI UPAYA MENAMBAH
PENERIMAAN PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN TIMUR”.
Dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada kedua
orangtua penulis yakni Ayahanda A.W Dana Singarimbun dan Ibunda Setianawati yang
telah membesarkan penulis hingga saat ini. Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih
kepada adik penulis Gilang Perdana Singarimbun yang telah memberikan dukungan dan
Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih pada kesempatan ini kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin Rangkuti, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik USU.
2. Bapak Drs. Alwi Hasim Batubara, M.Si, selaku Ketua Program Studi Diploma III
Administrasi Perpajakan FISIP USU.
3. Ibu Arlina, SH, M.Hum, selaku Sekretaris Program Studi Diploma III Administrasi
Perpajakan FISIP USU.
4. Ibu Selfi Afriani Gultom, S.E. Ak, M.Si, selaku Dosen Pembimbing dalam
penyelesaian Tugas Akhir.
5. Bapak/ Ibu/ Abang staff pegawai ataupun staff pengajar Prodip III Administrasi
Perpajakan FISIP USU yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan selama
mengikuti perkuliahan.
6. Kepala KPP Pratama Medan Timur dan pegawai serta staff yang ada didalamnya
yang telah bersedia membantu dalam melengkapi data yang diperlukan oleh penulis
selama riset berlangsung
7. Seluruh teman di Program Diploma III Administrasi Perpajakan Tahun 2012,
sahabat-sahabat seperjuangan di kelas B, terkhusus Dara Yolanda Framita, Rani
Ratika Barus dan Renny Sihotang.
8. Sahabat penulis sejak SMA Yuspita Adena Surbakti, Rohani Sonya Grover Sihite,
Vina Nina Ika Sanah Purba yang sering memberi dukungan dan semangat untuk
9. Sahabat penulis sejak SMP Mentari Tarigan dan Jovinus Alvin Leonardy yang
sering menghibur penulis.
Medan, 29 Juli 2015
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)………..1
B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)………..3
C. Uraian Teoritis……….……….4
D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)………..….12
E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)………..…..13
F. Metode Pengumpulan Data………..…………..14
G. Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri………..15
BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK/ LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI A. Sejarah Umum dan Kegiatan Operasional KPP Pratama Medan Timur………….17
B. Visi dan Misi KPP Pratama Medan Timur………..20
C. Nilai-Nilai Kementrian Keuangan………..20
D. Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Timur………22
E. Deskripsi Tugas……….………..24
F. Makana Lambang Kementrian Keuangan………..30
BAB III PEMBAHASAN
A. Pajak……….…..32
B. Penagihan Pajak……….……….38
C. Piutang Pajak dari Tahun 2012-2014 di KPP Pratama Medan Timur………..…..49
D. Pembayaran Piutang Pajak Melalui SSP dari Tahun 2012-2014 di KPP Pratama
Medan Timur……….……….50
E. Perkembangan Piutang Pajak dari Tahun 2012-2014 di KPP Prtama Medan
Timur………..…….51
F. Realisasi Piutang Pajak dari Tahun 2012-2014 di KPP Pratama Medan Timur…..52
G. Optimalisasi Penagihan Piutang Pajak dari Tahun 2012-2014 di KPP Pratama
Medan Timur………..……….53
BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI
A. Pembahasan Masalah………...………54
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan……….….60
B. Saran……….……60
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sejarah pemungutan pajak mengalami perubahan dari masa ke masa sesuai dengan
perkembangan masyarakat dan negara baik di bidang kenegaraan maupun di bidang sosial
dan ekonomi. Dengan bertambahluasnya tugas-tugas negara, maka dengan sendirinya
negara memerlukan biaya yang cukup besar untuk menyelenggarakan pembangunan
nasional. Sehubungan dengan itu maka pembayaran pajak yang tadinya bersifat sukarela
berubah menjadi pembayaran yang ditetapkan secara sepihak oleh negara dalam bentuk
undang-undang dan dapat dipaksakan.
Menurut Undang-undang No 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No 16 Tahun 2009
Pasal 1 ayat 1, Pajak adalah konstribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi
kemakmuran rakyat. Pembayaran pajak merupakan perwujudan dari kewajiban kenegaraan
dan peran serta wajib pajak untuk secara langsung dan bersama-sama melaksanakan
kewajiban perpajakan untuk pembiayaan negara dan pembangunan nasional. Sesuai
tetapi merupakan hak dari setiap warga negara untuk ikut berpatisipasi dalam bentuk peran
serta terhadap pembiayaan negara dan pembangunan nasional.
Pemerintah mempunyai tanggung jawab yang besar terhadap penyelenggaraan
pembangunan nasional. Dalam pelaksanaan pembangunan pajak mempunyai peranan yang
sangat penting karena pajak digunakan untuk membiayai pembangunan yang berguna bagi
kepentingan bersama.
Banyak faktor penghambat untuk memuluskan pembangunan nasional tersebut
salah satunya karena penerimaan negara yang masih bisa dikatakan rendah, terutama
pemasukan kas negara lewat pajak. Hal tersebut dikarenakan masih rendahnya kesadaran
dan kepatuhan wajib pajak dalam melunasi kewajibannya kepada negara. Selain itu, masih
banyaknya piutang pajak yang ada disetiap kantor pajak, sehingga perlu adanya
pengelolaan untuk mengatasi masalah tersebut yang dapat dilakukan dengan cara tindakan
penagihan yang mempunyai kekuatan hukum yang memaksa dan memberi motivasi
peningkatan kesadaran dan kepatuhan masyarakat akan kewajiban membayar pajak.
Maka dengan begitu perlu adanya pengelolaan piutang pajak dengan harapan
piutang pajak yang ada dapat tertagih seoptimal mungkin dan sudah pasti dapat
meningkatkan penerimaan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP), khususnya pada KPP
Pratama Medan Timur.
Berdasarkan dari latar belakang tersebut saya tertarik meneliti mengenai
PENERIMAAN PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN
TIMUR”
B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
a. Untuk mengetahui gambaran yang jelas tentang cara pengelolaan piutang pajak
pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur.
b. Untuk mengetahui keoptimalan penagihan piutang pajak pada Kantor Pelayanan
Pajak (KPP) Pratama Medan Timur.
c. Untuk mengetahui kejelasan tentang hambatan-hambatan yang dihadapi dan
cara mengatasinya dalam pelaksanaan penagihan pajak.
2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
a. Bagi Penulis
1) Guna pengembangan ilmu dalam bidang perpajakan khususnya mengenai
Pengelolaan Piutang Pajak.
2) Guna menciptakan dan menanamkan rasa kepedulian dan tanggung jawab
penulis terhadap kewajiban dalam perpajakan.
3) Guna meningkatkan frekuensi komunikasi antara penulis dengan fiskus pada
kantor pelayanan pajak khususnya Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama
b. Bagi Institusi tempat melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
1) Sebagi sarana untuk mempererat hubungan yang positif antara Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur dengan lembaga pendidikan
khususnya Universitas Sumatra Utara.
2) Data yang terdapat dalam proposal ini diharapkan dapat memberi masukan
kepada fiskus dan aparat mengenai pengelolaan pajak dan pengawasannya
dalam upaya mengoptimalkan penerimaan pajak.
c. Bagi Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara
1) Membuka interaksi antara dosen dengan instansi yang bersangkutan dalam
memberi uji nyata mengenai ilmu pengetahuan yang diterima mahasiswa
melalui Praktek Kerja Lapangan Mandiri (PKLM).
2) Memperluas wawasan serta memantapkan keterampilan mahasiswa dalam
menerapkan ilmu khususnya di bidang perpajakan.
C. Uraian teoritis
1. Pajak
a. Pengertian pajak
Menurut Soemitro “Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara
jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan, dan yang
digunakan untuk membayar pengeluaran umum”.
Defenisi tersebut kemudia disempurnakan, menjadi: Pajak adalah peralihan
kekayaan dari pihak rakyat kepada kas negara untuk membiayai pembiayaan
rutin dan “surplus”-nya digunakan untuk public saving yang merupakan sumber
utama untuk membiayai public investment.
Adriani mendefenisikan pajak sebagai iuran kepada kas Negara (yang dapat
dipaksakan) yang terhutang oleh yang wajib membayarnya menurut
peraturan-peraturan, dengan tidak mendapatkan prestasi kembali, yang langsung dapat
ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran
umum berhubung dengan tugas Negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.
Menurut Smeets “Pajak adalah prestasi kepada pemerintah yang terutang
melalui norma-norma umum, dan yang dapat dipaksakan, tanpa adanya
kontraprestasi yang dapat ditujukan dalam hal yang individual; maksudnya
adalah untuk membiayai pengeluaran pemerintahan”.
Defenisi pajak menurut Feldmann: Pajak adalah prestasi yang dipaksakan
sepihak oleh dan terutang kepada penguasa (menurut norma-norma yang
ditetapkan secara umum), tanpa adanya kontraprestasi dan semata-mata
Dari defenisi-defenisi pajak di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian
pajak adalah iuran pada Negara yang dipungut oleh pemerintah berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang dapat dipaksakan, tanpa mendapat
kontraprestasi yang langsung dapat ditujukan dan untuk membiayai pengeluaran
umum pemerintah.
Dari beberapa defenisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa:
1) Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan undang-undang serta
aturan pelaksanaannya.
2) Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi
individual oleh pemerintah.
3) Pajak dipungut oleh negara baik pemerintah pusat maupun pemerintah
daerah.
4) Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah, yang
bila dari pemasukannya masih terdapat surplus, digunakan untuk
membiayai public investment.
2. Fungsi Pajak
a. Fungsi Budgetair (sumber keuangan negara), artinya pajak merupakan salah
satu sumber penerimaan pemerintah untuk membiayai pengeluaran baik rutin
b. Fungsi Regularend (Pengatur), artinya pajak sebagai alat untuk mengatur
atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi, serta
mencapai tujuan-tujuan tertentu di luar bidang keuangan.
3. Syarat dan Teori-teori Yang Mendukung Pemungutan Pajak
Syarat agar pemungutan pajak tidak menimbulkan hambatan atau
perlawanan, maka pemungutan pajak harus memenuhi syarat sebagai berikut:
a. Pemungutan pajak harus adil (syarat keadilan)
b. Pemungutan pajak harus berdasarkan Undang-undang (syarat yuridis)
c. Tidak mengganggu perekonomian (syarat ekonomis)
d. Pemungutan pajak harus efisien (syarat finansil)
e. Sistem pemungutan pajak harus sederhana.
Teori yang menjelaskan atau memberikan justifikasi pemberian hak kepada
Negara untuk memungut pajak. Teori tersebut antara lain:
a. Teori asuransi
b. Teori kepentingan
c. Teori daya pikul
d. Teori bakti
Pembagian pajak dapat dilakukan berdasarkan golongan, wewenang,
pemungutan, maupun sifatnya. Adapun penjelasannya sebagai berikut:
a. Pembagian pajak berdasarkan golongan, pajak yang dapat dibagi menjadi
dua yaitu:
1) Pajak langsung adalah pajak yang bebannya harus ditanggung sendiri
oleh wajib pajak yang bersangkutan dan tidak dapat dialihkan kepada
pihak lain.
2) Pajak tidak langsung adalah pajak yang bebannya dapat dialihkan atau
digeser kepada pihak lain sehingga sering disebut sebagai pajak tidak
langsung.
b. Pembagian pajak berdasarkan wewenang pemungutannya, pajak dapat
dibagi menjadi dua, yaitu:
1) Pajak pusat/ Pajak Negara adalah pajak yang wewenang pemungutannya
ada pada pemerintah pusat yang pelaksanaannya dilakukan oleh
Departemen Keuangan melalui Direktorat Jenderal Pajak.
2) Pajak daerah adalah pajak yang pemungutannya adalah pada pemerintah
daerah yang pelaksanaannya dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah.
c. Pembagian pajak berdasarkan sifatnya, dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
1) Pajak subyektif adalah pajak yang memperhatikan kondisi atau keadaan
2) Pajak obyektif adalah pajak yang pada awalnya memperhatikan obyek
yang menyebabkan timbulnya kewajiban membayar, kemudian baru
mencari subyeknya baik orang pribadi maupun badan.
d. Tarif pajak
Ada empat tarif pajak yaitu:
1) Tarif sebanding/ proposional yaitu tarif berupa persentase yang tetap
terhadap berapa pun jumlah yang dikenai pajak sehingga besarnya pajak
yang terutang proposional terhadap besarnya nilai yang dikenai pajak.
2) Tarif tetap yaitu tarif berupa jumlah yang tetap (sama) terhadap berapapun
jumlah yang dikenai pajak sehingga besarnya pajak yang terutang tetap.
3) Tarir progresif yaitu persentase tarif yang digunakan semakin besar bila
jumlah yang dikenai pajak semakin besar.
4) Tarif degresif yaitu persentase tarif yang digunakan semakin kecil bila
jumlah yang dikenai pajak semakin besar.
2. Penagihan Pajak
a. Pengertian Penagihan Pajak
Penagihan pajak adalah serangkaian tindakan agar penanggung pajak
melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau
memperingatkan, melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus,
pencegahan, melaksanakan penyitaan, melaksanakan penyanderaan, menjual
barang-barang yang telah disita.
Penagihan pajak dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu penagihan
aktif dan penagihan pasif. Penagihan pasif dilakukan melalui Surat Tagihan
Pajak atau surat ketetapan pajak. Penagihan pajak aktif atau penagihan pajak
dengan Surat Paksa diatur dalam undang-undang nomor 19 tahun 1997
sebagaimana yang telah diubah dengan undang-undang nomor 19 tahun
2000.
b. Masa Pajak, Saat Pajak Terutang dan Surat Pemberitahuan Pajak
Masa pajak adalah jangka waktu tertentu yang lamanya ditetapkan oleh
DJP sebagai dasar untuk menghitung besarnya pajak terutang dalam satu bulan
takwin. Pajak terutang dalam masa pajak terjadi pada saat penyelenggaraan
usaha. Setiap wajib pajak wajib mengisi surat pemberitahuan pajak (SPT). SPT
harus diisi dengan jelas, benar dan lengkap.
c. Timbulnya Utang Pajak
Saat timbulnya utang pajak mempunyai peranan yang sangat penting
karena berkaitan dengan:
1) Pembayaran pajak
2) Memasukkan surat keberatan
4) Menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar Tambahan, dan lain-lain
5) Menentukan besarnya denda maupn sanksi administrasi lainnya.
Ada dua ajaran yang mengatur timbulnya utang pajak (saat pengakuan
adanya utang pajak), yaitu ajaran materil dan ajaran formil:
Ajaran materil menyatakan bahwa utang pajak timbul karena diberlakukannya
undang-undang perpajakan. Dalam ajaran ini seseorang akan secara aktif
menentukan apakah dirinya dikenakan pajak atau tidak sesuai dengan peraturan
perpajakan yang berlaku. Ajaran ini konsisten denagn penerapan self
assessmentsystem.
Ajaran formil menyatakan bahwa utang pajak timbul karena dikeluarkannya
surat ketetapan pajak oleh fiskus. Untuk menentukan apakah seseorang
dikenakan pajak atau tidak, berapa jumlah pajak yang harus dibayar, dan kapan
jangka waktu pembayaran dapat diketahui dalam surat ketetapan pajak tersebut.
Ajaran ini konsisten dengan penerapan official assessment system.
d. Berakhirnya Utang Pajak
Utang pajak akan berakhir atau terhapus jika terjadi hal-hal sebagai berikut:
1) Pembayaran/Pelunasan
Pembayaran pajak dapat dilakukan dengan pemotongan/pemungutan
oleh pihak lain, pengkreditan pajak luar negeri, maupun pembayaran
sendiri oleh Wajib Pajak ke kantor penerima pajak (bank-bank persepsi
2) Kompensansi
Kompensasi dapat diartikan sebagai kompensasi kerugian maupun
kompensasi karena kelebihan pembayaran pajak.
3) Daluwarsa
Daluwarsa berarti telah lewat batas waktu tertentu. Jika dalam jangka
waktu tertentu, satu utang pajak tidak ditagih oleh pemungutnya maka
utang pajak tersebut dianggap telah lunas/dihapus/berakhir dan tidak
dapat ditagih lagi. Utang pajak akan daluwarsa setelah melewati waktu
10 (sepuluh) tahun terhitung sejak saat terutangnya pajak atau
berakhirnya Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak yang
bersangkutan.
4) Pembebasan/Penghapusan
Kewajiban pajak oleh Wajib Pajak tertentu dinyatakan hapus oleh fiskus
karena setelah dilakukan penyidikan ternyata Wajib Pajak tidak mampu
lagi memenuhi kewajibannya. Hal ini biasanya terjadi karena Wajib
Pajak mengalami kebangkrutan maupun mengalami kesulitan likuiditas.
D. Ruang Lingkup Praktek Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
1. Gambaran yang jelas tentang tata cara pengelolaan piutang pajak Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur.
2. Keefektifan pengelolaan piutang pajak Kantor Pelayanan Pajak Pratama
3. Kendala-kendala yang menghambat dan bagaimana upaya yang ditempuh
pihak Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur dalam pelaksanaan
pengelolaan piutang pajak
E. Metode Praktek Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
1. Tahapan Persiapan
Hal ini berkaitan dengan persetujuan dan pengesahan pelaksanaan PKLM
baik dari Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Universitas
Sumatra Utara juga Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur.
2. Studi Literatur
Penulis mengumpulkan data-data yang menyangkut masalah yang akan
dibahas melalui buku-buku, internet, dan bahan-bahan lainnya yang
berhubungan dengan pembahasan.
3. Observasi Lapangan
Penulis langsung melakukan pengamatan mengenai Pengelolaan Piutang
Pajak Sebagai Upaya Menambah Penerimaan Pajak pada Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Medan Timur dengan maksud untuk mendapatkan informasi.
4. Metode Laporan
Bentuk penelitian yang saya gunakan dalam penulisan proposal ini adalah
metode deskriptif yaitu metode penelitian yang mengurai kejadian atau
peristiwa yang bersifat aktual yang terjadi pada saat penelitian, menafsirkan
5. Analisa dan Evaluasi Data
Setelah memperoleh data yang diperlukan, penulis akan menganalisis dan
mengevaluasi data secara kualitatif sesuai dengan bentuk dan macam data
yang diperoleh sesuai tuntutan permasalahan Praktik Kerja Lapangan
Mandiri (PKLM).
F. Metode Pengumpulan Data
Dalam metode pengumpulan data mengenai Praktek Kerja Lapangan Mandiri
(PKLM). Penulis mengumpulkan data dan informasi dengan menggunakan metode sebagai
berikut:
1. Metode Observasi
Penulis mengadakan pengamatan langsung terhadap Pengelolaan Piutang Pajak
Sebagai Upaya Menambah Penerimaan Pajak yang telah didata oleh Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur dengan maksud mendapatkan informasi.
2. Metode wawancara
Penulis akan melakukan tanya jawab langsung dengan fiskus di Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Medan Timur.
3. Metode Dokumentasi
Dengan metode ini penulis meminta dan melampirkan data berupa
dokumen-dokumen yang berhubungan dengan laporan Praktek Kerja Lapangan Mandiri
G.Sistematika Penulisan Laporan PKLM
Adapun yang menjadi sistematika dalam penyusunan laporan Praktik Kerja
Lapangan Mandiri, yaitu
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini terdiri dari latar belakang, tujuan dan manfaat, uraian teoritis, ruang lingkup,
metode pengumpulan data dan sistematika penulisan laporan.
BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK DAN LOKASI PKLM
Pada bab ini diuraikan mengenai sejarah singkat berdirinya Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Medan Timur, uraian tugas pokok dan fungsi, struktur organisasi dan keadaan
pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur.
BAB III PEMBAHASAN
Pada bab ini diuraikan tentang kerangka teoritis dan gambaran mengenai pengelolaan
piutang pajak khususnya pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur.
BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI
Pada bab ini penulis menganalisa data yang sudah dikumpulkan terlebih dahulu dan
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
Dalam bab ini berisi kesimpulan dan saran-saran penulis sehubungan dengan uraian-uraian
BAB II
GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA (KPP) MEDAN TIMUR
A. Sejarah Umum dan Kegiatan Operasional KPP Pratama Medan Timur
Sejarah umum dari Kantor Pelayanan Pajak dimulai pada masa penjajahan, kantor
pajak bernama Belasting, yang kemudian setelah kemerdekaan berubah menjadi Kantor
Inspeksi Keuangan, berubah lagi menjadi Kantor Inspeksi Pajak dengan induk
organisasinnya Direktorat Jenderal pajak Keuangan Republik Indonesia.
Di Sumatera Utara pada tahun 1976 berdiri tiga Kantor Inspeksi Pajak, yaitu:
1. Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan
2. Kantor Inspeksi Pajak Medan Utara
3. Kantor Inspeksi Pajak Pematang Siantar
Di tahun 1978 Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan dipecah menjadi dua kantor yaitu
Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan dan Kantor Inspeksi Pajak Kisaran. Untuk
memudahkan pelayanan pembayar pajak dari masyarakat dan dengan pertumbuhan
ekonomi yang semakin cepat, maka didirikanlah Kantor Inspeksi Pajak Medan Timur
(sekarang Kantor Pelayanan Pajak Pratama (KPP) Medan Timur). Berdasarkan Keputusan
Menteri Keuangan Republik Indonesia No.94/KMK.01/1994 tanggal 29 Maret 1994,
Kantor Pelayanan Pajak Pratama (KPP) Medan Timur merupakan bagian dari
Direktorat Jenderal Pajak mempunyai tugas pokok di bidang penerimaan negara yang
berasal dari pajak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Nomenklatur
KPP Medan Timur diganti menjadi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur
pada tanggal 6 Mei 2008, sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
67/PMK.0/2008 tentang Perubahan Kedua atas PMK No.132/PMK.01/2006 Organisasi dan
Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak.
Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur beralamat di Jalan SukaMulia No.17-A
Medan.Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Modern diseluruh jajaran Direktorat Jenderal pajak
terdiri dari 3 (tiga) jenis, yaitu:
1. Kantor Pelayanan Pajak Wajib Besar
2. Kantor Pelayanan Pajak Madya
3. Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Dengan dibentuknya KPP Madya dan KPP Pratama di bawah Kantor Wilayah DJP
Sumatera Utara I, yaitu:
1. Kantor Pelayanan Pajak Madya Medan, dengan ruang lingkup meliputi wilayah
sebagian Provinsi Sumatera Utara.
2. Kantor Pelayanan Pajak Pratama (KPP) Medan Timur, dengan ruang lingkup wilayah:
a. Kecamatan Medan Timur
b. Kecamatan Medan Tembung
3. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat, dengan ruang lingkup meliputi
Kecamatan Medan Barat.
4. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah, dengan ruang lingkup meliputi
wilayah:
a. Kecamatan Medan Sunggal
b. Kecamatan Medan Petisah
c. Kecamatan Medan Helvetia
5. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota, dengan ruang lingkup meliputi wilayah:
a. Kecamatan Medan Kota
b. Kecamatan Medan Denai
c. Kecamatan Medan Area
d. Kecamatan Medan Amplas
6. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia, dengan ruang lingkup meliputi
wilayah:
a. Kecamatan Medan Polonia
b. Kecamatan Medan Maimun
c. Kecamatan Medan Baru
d. Kecamatan Medan Tuntungan
e. Kecamatan Medan Selayang
7. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan, dengan ruang lingkup meliputi
wilayah:
a. Kecamatan Medan Belawan
b. Kecamatan Medan Marelan
c. Kecamatan Medan Labuhan
d. Kecamatan Medan Deli
8. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah, dengan ruang lingkup meliputi
wilayah:
a. Kota Binjai
b. Kabupaten Langkat
9. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam, dengan ruang lingkup meliputi
wilayah Kabupaten Deli Serdang.
B. Visi dan Misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama (KPP) Medan Timur Serta Nilai-Nilai Kementrian Keuangan
1. Visi Kantor Pelayanan Pajak Pratama (KPP) Medan Timur
Menjadi Kantor Pelayanan Pajak Terbaik Tingkat Nasional Dalam Menunjang
Penerimaan Negara Melalui Pelayanan Prima.
2. Misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama (KPP) Medan Timur
Mencapai kinerja yang Optimal Melalui Pelayanan, Penyuluhan, Dan Pengawasan
3. Nilai Kementrian Keuangan
a. Integritas
Menjalankan tugas dan perkerjaan dengan selalu memegang teguh kode etik dan
prinsip-prinsip moral, yang diterjemahkan dengan bertindak jujur, konsisten dan
menepati janji.
b. Profesionalisme
Memiliki kompentensi di bidang profesi dan menjalankan tugas atau pekerjaan
sesuai dengan kompetensi, kewenangan, serta norma-norma profesi, etika dan
sesuai dengan kompetensi, kewenangan, serta norma-norma profesi, etika dan
sosial.
c. Sinergi
Membangun dan memastikan hubungan kerjasama internal yang produktif serta
kemitraan yang harmonis dengan para pemangku kepentingan untuk menghasilkan
karya yang bermanfaat dan berkualitas. Dari pengertian ini terlihat dua dimensi
sinergi yang selayaknya terjalin, yaitu dimensi internal dan dimensi eksternal.
d. Pelayanan
Memberikan pelayanan yang memenuhi kepuasan pemangku kepentingan yang
dilakukan dengan sepenuh hati, transparan, cepat, akurat, dan aman.
e. Kesempurnaan
Senantiasa melakukan upaya perbaikan di segala bidang untuk menjadi dan
C. Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Medan Timur
Struktur organisasi adalah suatu bagan yang menggambarkan secara sistematis
mengenai pembagian tugas-tugas, fungsi dan wewenang serta tanggung jawab
masing-masing pegawai dalam rangka mencapai tujuan yang telah diciptakan.
Tujuan organisasi tersebut juga membina keharmonisan kerja agar setiap pekerjaan
dapat dilaksanakan dengan baik untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara
maksimal. Stuktur organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama (KPP) Medan Timur
Struktur Organisasi
Kanwil DJP Sumut 1
D. Deskripsi Tugas
Kantor Pelayanan Pajak Pratama (KPP) Medan Timur dipimpin oleh seorang
Kepala Kantor yang bertugas melaksanakan kegiatan operasional pelayanan
perpajakan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Adapun pembagian tugas dan wewenang masing-masing seksi dalam struktur
organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama (KPP) Medan Timur adalah sebagai
berikut:
1. Sub bagian Umum
Sub bagian Umum memiliki tugas sebagai berikut:
a. Penatausahaan surat masuk dan surat keluar.
b. Menyusun tanggapan/tindak lanjut terhadap Surat Hasil Pemerikasaan/Laporan
Hasil Pemeriksaan dari Ditjen Kemenkeu/BPK/BPKP/Unit Fungsional
Pemeriksaan lainnya.
c. Menyusun tanggapan terhadap surat pengaduan anggota masyarakat melalui
pos maupun secara langsung.
d. Menyusun laporan berkala KPP, meliputi Laporan Ketertiban Pegawai, Laporan
Penggunaan Anggaran, Laporan Pemakaian Barang-Barang Milik Negara dan
lain sebagainya.
e. Meneliti pelanggaran disiplin pegawai yang terjadi sesuai dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010.
f. Pengadministrasian hak-hak pegawai antara lain hak cuti, asuransi kesehatan,
g. Pengadministrasian gaji pegawai.
h. Pemeliharaan aset-aset negara serta pengadaaan barang-barang kebutuhan
kantor.
i. Pengelolaan dan penggunaan anggaran, serta mengelola Sistem Akuntansi
Instansi.
2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI) sebagai sumber data dan infomasi yang
memiliki tugas sebagai berikut:
a. Menyusun rencana penerimaan pajak berdasarkan ekonomi dan keuangan.
b. Menatausahakan penerimaan pajak.
c. Membuat laporan monitoring Penerimaan Pajak dan Extra Effort.
d. Perbaikan komputer dan aplikasi komputer.
e. Penatausahaan Alat Keterangan.
f. Penatausahaan surat-surat masuk pada Seksi Pengolahan Data dan Informasi.
g. Pengaturan jaringan komputer ke seluruh pegawai serta pengawasan terhadap
penggunaan jaringan komputer.
3. Seksi Pelayanan
Tugas Seksi Pelayanan adalah sebagai berikut:
a. Menatausahakan surat-surat permohonan dari wajib pajak daan surat-surat
lainnya pada Tempat Pelayanan Terpadu (TPT).
b. Manatausahakan surat-surat masuk untuk seksi pelayanan.
d. Menyelesaikan regristrasi wajib pajak dan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak
(PKP) serta permohonan NPWP.
e. Menyelesaikan permohonan penghapusan NPWP dan pengukuhan PKP.
f. Menerbitkan surat keputusan pembetulan produk hukum.
g. Pemberitahuan wajib pajak keluar/pindah masuk.
h. Menatausahakan SPT Tahunan PPh atau SPT Masa PN atau SPT masa PPh
pemotong dan pemungut yang telah diterima kembali dalam rangka
pengawasan kepatuhan wajib pajak.
i. Menyelesaikan permohonan perpanjangan jangka waktu penyampaian SPT
Tahunan PPh.
j. Melayani peminjaman/pengiriman berkas dari/ke KPP lain.
k. Melaksanakan pemenuhan permintaan konfirmasi dan klarifikasi.
l. Mencetak surat teguran sehubungan dengan SPT Tahunan PPh, SPT Massa
PPh, SPT Massa PPN yang tidak disampaikan atau disampaikan tidak sesuai
dengan batas waktu yang telah ditentukan.
m. Menerbitkan Surat Ketetapan Pajak (SKP) dan Surat Tagihan Pajak (SPT).
n. Melaksanakan penyuluhan perpajakan.
o. Melaksanakan pelayanan kebutuhan informasi perpajakan yang dibutuhkan
oleh wajib pajak.
4. Seksi Penagihan
Seksi penagihan memiliki tugas sebagai berikut:
b. Melakukan pengawasan terhadap tunggakan dan angsuran/pelunasan pajak.
c. Menerbitkan dan menyampaikan surat teguran kepada wajib pajak.
d. Menerbitkan dan melaksanakan surat paksa.
e. Menerbitkan SPMP (Surat Perintah Melakukan Penyitaan) dan melaksanakan
penyitaan.
f. Menerbitkan surat permintaan pemblokiran rekening wajib pajak kepada
pemimpin bank.
g. Melakukan proses lelang atas harta kekayaan penunggakkan pajak yang telah
disita.
h. Melakukan penelitian administratif dan penelitian setempat terhadap piutang
pajak yang diperkirakan tidak dapat ditagih/tidak mungkin ditagih lagi.
i. Melakukan penelitian atas usulan penghapusan piutang pajak.
j. Menjawab konfirmasi dan tunggakan wajib pajak.
5. Seksi Pemeriksaan dan Kepatuhan Internal
Untuk lebih meningkatkan kepatuhan wajib pajak perlu dilakukan pemeriksaan
terhadap laporan pajak. Oleh sebab itu, Seksi Pemeriksaan dan Kepatuhan Internal
memeggang peranan penting bagi kelancaran adminstrasi perpajakan, yang tugasnya
adalah sebagai berikut:
a. Menatausahakan surat masuk ke Seksi Pemeriksaan dan Kepatuhan Internal.
b. Mengusulkan wajib pajak yang akan dilakukan pemeriksaan.
c. Menerbitkan Surat Perintah Pemeriksaan (SP2), Surat Pemberitahuan (SPT)
d. Menatausahakan Laporan Hasil Pemeriksaan (LPH) dan Nota perhitungan
(Nothit).
e. Mengusulkan dilakukannya penyidikan pajak.
f. Membuat laporan tentang wajib pajak patuh.
g. Pengawasan/ Kepatuhan Internal.
6. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan
Seksi Ekstensifikasi merupakan seksi baru dalam struktur KPP Modern. Seksi ini
bertugas melakukan pencarian data dalam rangka penambahan jumlah wajib pajak.
Uraian tugas Seksi Ekstensifikasi Perpajakan ini adalah sebagai berikut:
a. Menatausahakan surat yang masuk ke Seksi Ekstensifikasi Perpajakan.
b. Menerbitkan surat himbauan ber-NPWP.
c. Mencari data dari pihak ketiga dalam rangka pembentukan data perpajakan.
d. Mencari data potensi perpajakan dalam pembuatan monografi fiskal.
e. Pembuatan Daftar biaya Komponen Bangunan (DBKB).
7. Seksi Pengawasan dan Konsultasi
KPP Pratama Medan Timur memiliki 4 (empat) Seksi Pengawasan dan Konsultasi
(WASKON) yang dibedakan atas wilayah kerja. Untuk pembagian sektor usaha
disesuaikan oleh masing-masing Seksi Waskon. Tugas dan tanggung jawab Seksi
Waskon adalah:
a. Melakukan pengawasan penerbitan surat teguran kepada wajib pajak yang
belum menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT).
c. Melakukan penghapusan atau pembatalan ketetapan pajak yang tidak benar.
d. Pengusulan wajib pajak patuh.
e. Pengusulan wajib pajak / PKP aktif.
f. Melakukan penelitian untuk mengusulakn penerbitan Surat Keterangan Fiskal
(SKF).
g. Pemberian izin penggunaan mesin teraan materai.
h. Melakukan bimbingan dan memberikan konsultasi teknis kepada wajib pajak.
i. Mengirimkan himbauan perbaiakan Surat Pemberitahuan (SPT).
j. Melakukan kunjungan kerja ke lokasi wajib pajak dalam rangka pengawasan
data wajib pajak.
k. Melaksanakan rekonsiliasi data wajib pajak (data maching).
l. Membuat Surat Keterangan Bebas (SKB).
8. Kelompok Pejabat Fungsional Pemeriksa Pajak
Kelompok fungsional memiliki tugas anatara lain:
a. Melakukan pemeriksaan sederhana lapangan atau pemeriksaan lengkap.
b. Melakukan pemeriksaan sederhana kantor.
c. Membuat Nota Penghitungan (Nothit) pajak, Daftar Kesimpulan Hasil
Pemeriksaan (DKHP) dan Alat Keterangan (Alket).
E. Makna Lambang Kementrian Keuangan
Arti dari lambang tersebut adalah:
Keterangan Umum
Motto : Negara Dana Raksa
Bentuk : Segilima dengan ukuran 5 cm dan tinggi 7cm
Tata Warna :Biru kehitam-hitaman, kuning emas, putih, dan hijau
1. Makna
a. Padi sebanyak 17 bulir berwarna kuning emas dan kapas sebanyak 8 butir
dengan susunan 4 buah berlengkung lima, dan berwarna putih dengan kelopak
berwarna hijau. Keduanya melambangkan cita-cita Indonesia sekaligus diberi
arti tanggal lahirnya negara Republik Indonesia.
b. Sayap berwarna kunis emas melambangkan ketangkasan dalam menjalankan
c. Gada berwarna kuning emas melambangkan daya upaya menghimpun,
mengarahkan dan mengamankan keuangan negara.
d. Ruangan segilima berwarna biru kehitam-hitaman melambangkan dasar Negara
Republik Indonesia yaitu Pancasila.
2. Arti Keseluruhan
Makna dari keseluruhan lambang tersebut sesuai dengan motto, “Negara dana
Raksa” adalah ungkapan suatu daya yang mempersatukan dengan menyerasikan
BAB III PEMBAHASAN A. Pajak
1. Pengertian pajak
Menurut Soemitro “Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara
berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa
timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan, dan yang
digunakan untuk membayar pengeluaran umum”.
Defenisi tersebut kemudian disempurnakan, menjadi: Pajak adalah
peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas negara untuk membiayai
pembiayaan rutin dan “surplus”-nya digunakan untuk public saving yang
merupakan sumber utama untuk membiayai public investment.
Adriani mendefenisikan pajak sebagai iuran kepada kas Negara (yang dapat
dipaksakan) yang terhutang oleh yang wajib membayarnya menurut
peraturan-peraturan, dengan tidak mendapatkan prestasi kembali, yang langsung dapat
ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran
umum berhubung dengan tugas Negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.
Menurut Smeets“Pajak adalah prestasi kepada pemerintah yang terutang
melalui norma-norma umum, dan yang dapat dipaksakan, tanpa adanya
kontraprestasi yang dapat ditujukan dalam hal yang individual; maksudnya adalah
untuk membiayai pengeluaran pemerintahan”.
ditetapkan secara umum ), tanpa adanya kontraprestasi dan semata-mata
digunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran umum.
Dari defenisi-defenisi pajak di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian
pajak adalah iuran pada Negara yang dipungut oleh pemerintah berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang dapat dipaksakan, tanpa mendapat
kontraprestasi yang langsung dapat ditujukan dan untuk membiayai pengeluaran
umum pemerintah.
Dari beberapa defenisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa:
a. Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan undang-undang serta aturan pelaksanaannya.
b. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi
individual oleh pemerintah.
c. Pajak dipungut oleh negara baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. d. Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah, yang bila dari
pemasukannya masih terdapat surplus, digunakan untuk membiayai public investment (Resmi, 2011)
2. Fungsi Pajak
a. Fungsi Budgetair (sumber keuangan negara), artinya pajak merupakan salah satu sumber penerimaan pemerintah untuk membiayai pengeluaran baik rutin maupun pembangunan.
b. Fungsi Regularend (Pengatur), artinya pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi, serta mencapai tujuan-tujuan tertentu di luar bidang keuangan. (Resmi, 2011)
3. Syarat dan Teori-teori Yang Mendukung Pemungutan Pajak
Syarat agar pemungutan pajak tidak menimbulkan hambatan atau
perlawanan, maka pemungutan pajak harus memenuhi syarat sebagai berikut:
a. Pemungutan pajak harus adil (syarat keadilan)
d. Pemungutan pajak harus efisien (syarat finansil)
e. Sistem pemungutan pajak harus sederhana.
Teori yang menjelaskan atau memberikan justifikasi pemberian hak kepada
Negara untuk memungut pajak. Teori tersebut antara lain:
a. Teori asuransi
b. Teori kepentingan
c. Teori daya pikul
d. Teori bakti
e. Teori asas daya beli
Pembagian pajak dapat dilakukan berdasarkan golongan, wewenang,
pemungutan, maupun sifatnya. Adapun penjelasannya sebagai berikut:
a. Pembagian pajak berdasarkan golongan, pajak yang dapat dibagi menjadi dua
yaitu:
1) Pajak langsung adalah pajak yang bebannya harus ditanggung sendiri oleh
wajib pajak yang bersangkutan dan tidak dapat dialihkan kepada pihak
lain.
2) Pajak tidak langsung adalah pajak yang bebannya dapat dialihkan atau
digeser kepada pihak lain sehingga sering disebut sebagai pajak tidak
langsung.
b. Pembagian pajak berdasarkan wewenang pemungutannya, pajak dapat dibagi
menjadi dua, yaitu:
1) Pajak pusat/ Pajak Negara adalah pajak yang wewenang pemungutannya
2) Pajak daerah adalah pajak yang pemungutannya adalah pada pemerintah
daerah yang pelaksanaannya dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah.
c. Pembagian pajak berdasarkan sifatnya, dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
1) Pajak subyektif adalah pajak yang memperhatikan kondisi atau keadaan
wajib pajak.
2) Pajak obyektif adalah pajak yang pada awalnya memperhatikan obyek
yang menyebabkan timbulnya kewajiban membayar, kemudian baru
mencari subyeknya baik orang pribadi maupun badan.
4. Tarif pajak
Ada empat tarif pajak yaitu:
a. Tarif sebanding/ proposional yaitu tarif berupa persentase yang tetap terhadap
berapa pun jumlah yang dikenai pajak sehingga besarnya pajak yang terutang
proposional terhadap besarnya nilai yang dikenai pajak.
b. Tarif tetap yaitu tarif berupa jumlah yang tetap (sama) terhadap berapapun
jumlah yang dikenai pajak sehingga besarnya pajak yang terutang tetap.
c. Tarir progresif yaitu persentase tarif yang digunakan semakin besar bila
jumlah yang dikenai pajak semakin besar.
d. Tarif degresif yaitu persentase tarif yang digunakan semakin kecil bila jumlah
yang dikenai pajak semakin besar.
5. Tata Cara Pemungutan Pajak
Tata cara pemungutan pajak terdiri atas stelsel pajak, asas pemungutan pajak, dan
a. Stelsel Pajak
Pemungutan Pajak dapat dilakukan berdasarkan tiga stelsel, yaitu :
1) Stelsel Nyata (Rill)
Stelsel ini menyatakan bahwa pengenaan pajak didasarkan pada objek
yang sesungguhnya terjadi. Oleh karena itu, pemungutan pajaknya baru
dapat dilakukan pada akhir tahun pajak, yaitu setelah semua penghasilan
yang sesungguhnya dalam suatu tahun pajak diketahui. Kelebihan stelsel
nyata adalah penghitungan pajak didasarkan pada penghasilan yang
sesungguhnya sehingga lebih akurat dan realistis. Kekurangan stelsel nyata
adalah pajak baru dapat diketahui pada akhir periode.
2) Stelsel Anggapan (Fiktif)
Stelsel ini menyatakan bahwa pengenaan pajak didasarkan pada suatu
anggapan yang diatur oleh undang-undang. Sebagai contoh, penghasilan
suatau tahun dianggap sama dengan penghasilan tahun sebelumnya
sehingga pajak yang terutang pada suatu tahun juga dianggap sama dengan
pajak yang terutang tahun sebelumnya. Dengan stelsel ini berarti besarnya
pajak yang terutang pada tahun berjalan sudah dapat ditetapkan atau
diketahui pada awal tahun yang bersangkutan. Kelebihan stelsel fiktif
adalah pajak dapat dibayar selama tahun berjalan, tanpa harus menunggu
sampai akhir suatau tahun, misalnya pembayaran pajak dilakukan pada
saat Wajib Pajak memperoleh penghasilan tinggi atau mungkin dapat
diangsur dalam tahun berjalan. Kekurangannya adalah pajak dapat dibayar
tidak berdasar pada keadaan yang sesungguhnya, sehingga penentuan
3) Stelsel Campuran
Stelsel ini menyatakan bahwa pengenaan pajak didasarkan pada kombinasi
antara stelsel nyata dan stelsel anggapan. Pada awal tahun, besarnya pajak
dihitung berdasarkan suatu anggapan, kemudian pada akhir tahun
besarnnya pajak dihitung berdasar keadaan yang sesunguhnya. Jika
besarnya pajak berdasar keadaan sesungguhnya lebih besar daripada
besarnya pajak menurut anggapan, Wajib Pajak harus membayar
kekurangan tersebut. Sebaliknya, jika besarnya pajak sesungguhnya lebih
kecil daripada besarnya pajak menurut anggapan, kelebihan tersebut dapat
diminta kembali (restitusi) ataupun dikompensasikan pada tahun-tahun
berikutnya, setelah diperhitungkan dengan utang pajak yang lain.
b. Asas Pemungutan Pajak
Terdapat tiga asas pemungutan pajak, yaitu :
1) Asas ini menyatakan bahwa negara berhak mengenakan pajak atas seluruh
penghasilan Wajib Pajak yang bertempat tinggal di wilayahnya, baik
penghasilan yang berasal dari dalam maupun luar negeri. Setiap wajib
pajak yang berdomisili atau bertempat tinggal di wilayah Indonesia (Wajib
Pajak Dalam Negeri) dikenakan pajak atas seluruh penghasilan yang
diperolehnya baik dari Indonesia maupun dari luar Indonesia.
2) Asas Sumber
Asas ini menyatakan bahwa negara berhak mengenakan pajak atas
penghasilan yang bersumber di wilayahnya tanpa memerhatikan tempat
3) Asas Kebangsaan
Asas ini menyatakan bahwa pengenaan pajak dihubungkan dengan
kebangsaan suatu negara. Misalnya pajak bangsa asing di Indonesia
dikenakan atas setiap orang asing yang bukan berkebangsaan Indonesia
tetapi bertempat tinggal di indonesia.
c. Sistem Pemungutan Pajak
Dalam memungut pajak dikenal beberapa sistem pemungutan, yaitu :
1) Official Assessment System
Sistem pemungutan pajak yang memberi kewenangan aparatur perpajakan
untuk menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap tahunnya
sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.
2) Self Assessment System
Sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang Wajib Pajak dalam
menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap tahunnya sesuai
dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.
3) With Holding System
Sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga
yang ditunjuk untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib
Pajak sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang
berlaku.
B. Penagihan Pajak
1. Pengertian Penagihan Pajak
memperingatkan, melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus,
memberitahukan surat paksa, mengusulkan pencegahan, mengusulkan
pencegahan, melaksanakan penyitaan, melaksanakan penyanderaan, menjual
barang-barang yang telah disita.
Penagihan pajak dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu penagihan aktif
dan penagihan pasif. Penagihan pasif dilakukan melalui Surat Tagihan Pajak atau
surat ketetapan pajak. Penagihan pajak aktif atau penagihan pajak dengan Surat
Paksa diatur dalam undang-undang nomor 19 tahun 1997 sebagaimana yang telah
diubah dengan undang-undang nomor 19 tahun 2000.
Ruang lingkup dari undang-undang diatas diberlakukan baik terhadap
jenis pajak pusat (yang dikelola oleh Pemerintah Pusat) maupun terhadap jenis
pajak daerah (yang dikelola Pemerintah Daerah) yaitu sebagai berikut :
a. Jenis pajak yang dikelola oleh Pemerintah Pusat
1) Pajak Penghasilan (PPh)
2) Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang
Merah (PPnBM)
3) Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) sektor Perkebunan, Perhutanan dan
Pertambangan (P3)
4) Bea Materai
b. Jenis pajak yang dikelola oleh Pemerintah Daerah
1) Pajak Kendaraan Bermotor
2) Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
5) Pajak Rokok
6) Pajak Hotel
7) Pajak Restoran
8) Pajak Hiburan
9) Pajak Reklame
10) Pajak Penerangan Jalan
11) Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
12) Pajak Parkir
13) Pajak Air Tanah
14) Pajak Sarang Burung Walet
15) Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan
16) Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.
Dari semua jenis pajak diatas, jika terdapat Wajib Pajak yang tidak
melunasi utang pajaknya, maka akan dilakukan penagihan dengan
tahapan-tahapan yang akan disajikan dibawah ini :
1) Surat Teguran
Sebagaimana diketahui bahwa yang menjadi dasar penagihan pajak
adalah adanya Surat Teguran Pajak (STP), Surat Ketetapan Pajak Kurang
Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT),
Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan dan Putusan
Banding, yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah.
Setelah dalam jangka waktu satu bulan sejak tanggal diterbitkannya
surat ketetapan sebagaimana dimaksud diatas, wajib pajak tetap tidak
dimaksudkan untuk menegur atau memperingatkan kepada Wajib Pajak
untuk melunasi utang pajaknya.
Penerbitan surat teguran atau surat peringatan atau surat lain yang
sejenis merupakan tindakan awal dari pelaksanaan penagihan pajak dan
pelaksanaannya harus dilakukan sebelum dilanjutkan dengan penerbitan
surat paksa (SP). Apabila terdapat Wajib Pajak yang tidak pernah diberikan
surat teguran atau surat peringatan atau surat lain yang sejenis namun
langsung diterbitkan dan diberikan surat paksa, maka secara yuridis surat
paksa tersebut dianggap tidak ada karena tidak didahului dengan
pengeluaran surat teguran atau surat peringatan atau surat lain yang sejenis.
2) Surat Paksa
Surat Paksa adalah surat perintah untuk membayar utang pajak dan
biaya penagihan pajak. Ada tiga hal yang menyebabkan diterbitkannya
surat paksa (SP) yaitu :
a) Bahwa penanggung pajak (pp) tidak melunasi utang pajak sampai
dengan tanggal jatuh tempo dan telah diterbitkan surat teguran atau
surat peringatan atau surat lain yang sejenis.
b) Bahwa terdapat PP setelah dilakukan penagihan seketika dan sekaligus.
c) PP tidak memenuhi ketentuan dalam keputusan persetujuan angsuran
atau penundaan pembayaran pajak.
Apabila utang pajak tidak dilunasi setelah 21 hari dari tanggal surat
teguran maka akan diterbitkan Surat Paksa yang disampaikan oleh Juru
Sita Pajak Negara dengan dibebani biaya penagihan paksa sebesar
3) Penyitaan
Penyitaan adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh jurusita pajak
untuk menguasai barang penanggung pajak guna dijadikan jaminan untuk
melunasi utang pajak menurut peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Penyitaan merupakan tindakan penagihan lebih lanjut setelah surat
paksa yang hanya dapat dilakukan setelah batas waktu 2x24 jam
sebagaimana dimaksud dalam surat paksa dilewati. Artinya, apabila
penanggung pajak atau wajib pajak tetap tidak melunasi utang pajak
sebagaimana yang tercantum dalam surat paksa, barulah penyitaan dapat
dilakukan.
Ada 6 (enam) jenis barang yang dikecualikan dari penyitaan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 15 undang-undang No 19 Tahun 1997,
yaitu :
a) Pakaian dan tempat tidur beserta pelengkapannya yang digunakan oleh
penanggung pajak dan keluarga yang menjadi tanggungannya.
b) Persediaan makanan dan minuman untuk keperluan satu bulan beserta
peralata memasak yang ada di rumah.
c) Perlengkapan penanggung pajak yang bersifat dinas.
d) Buku-buku yang bertalian dengan jabatan atau pekerjaan penanggung
pajak dan alat-alat yang digunakan untuk pendidikan, kebudayaan dan
keilmuan.
e) Peralatan dalam keadaan jalan yang masih digunakan untuk
f) Peralatan penyandang cacat yang digunakan oleh penanggung pajak
dan keluarga yang menjadi tanggungannya.
4) Lelang
Yang dimksud dengan lelang adalah setiap penjualan baranng dimuka
umum yang dipimpin oleh pejabat lelang dengan cara penawaran harga
secara terbuka atau lisan dan atau tertulis yang didahului dengan
pengumuman lelang.
Lelang dalam hal sita pajak merupakan salah satu bagian dari
berbagai jenis lelang umtuk melaksanakan eksekusi atau barang-barang
milik penanggung pajak dalam rangka penagihan piutang pajak. Sesuai
aturan yang telah ditentukan, pelaksanaan penjualan secara lelang terhadap
barang yang telah disita dilakukan sekurang-kurangnya 14 hari setelah
pengumuman lelang. Pengumuman lelang itu sendiri dilakukan dalam
waktu sekurang-kurangnya 14 hari setelah pelaksanaan penyitaan.
Hasil dari pelaksanaan lelang barabg-barang yang disita terlebih
dahulu akan digunakan untuk melunasi biaya penagihan pajak dan sisanya
baru digunakan untuk membayar utang pajak. Bila masih tetap ada sisanya,
akan dikembalikan kepada penangung pajak yang bersangkutan. Setelah
lelang selesai dilaksanakan maka akan dibuat risalah lelang yang
merupakan suatau berita acara pelaksanaan lelang yang dapat berfungsi
sebagai suatu akta jual beli yang merupakan bukti otentik sebagai dasar
2. Masa Pajak, Saat Pajak Terutang dan Surat Pemberitahuan Pajak
Masa pajak adalah jangka waktu tertentu yang lamanya ditetapkan oleh DJP
sebagai dasar untuk menghitung besarnya pajak terutang dalam 1 bulan takwin.
Pajak terutang dalam masa pajak terjadi pada saat penyelenggaraan usaha. Setiap
wajib pajak wajib mengisi surat pemberitahuan pajak (SPT). SPT harus diisi
dengan jelas, benar dan lengkap.
3. Tata Cara Perhitungan dan Penetapan Pajak
Berdasarkan SPT di atas, DJP menetapkan pajak terutang dengan
menerbitkan SKP. Dalam jangka waktu 5 tahun sejak terutangnya pajak.
DJP dapat menerbitkan:
a. SKPKB (Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar)
Diterbitkan apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain.
Pajak yang teruang tidak atau kurang bayar, tidak disampaikan dalam jangka
waktu yang ditentukan dan telah ditegur secara tertulis dan bila kewajiban
mengisi SPT tidak dipenuhi, maka pajak yang terutang dihitung secara
jabatan.
b. SKPKBT (Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan)
Diterbitkan apabila ditemukan data baru atau data yang semula belum
terungkap yang menyebabkan penambahan jumlah pajak yang terutang.
c. SKPN (Surat Ketetapan Pajak Nihil)
Diterbitkan apabila setelah dilakukan pemeriksaan, ditemukan adanya jumlah
kredit pajak atau jumlah pajak yang dibayar sama dengan jumlah pajak yang
terutang, atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak atau tidak ada
4. Tata Cara Pembayaran Pajak
Pembayaran pajak dilakukan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) atau tempat
lain yang ditunjuk oleh DJP sesuai waktu yang ditentukan. Apabila pembayaran
pajak dilakukan ditempat lain yang ditunjuk hasil penerimaan pajak harus disetor
selambat-lambatnya 1x24 jam atau dalam waktu yang telah ditentukan.
Pembayaran pajak dilakukan dengan menggunakan SSP.
5. Keberatan dan Banding
Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan hanya kepada DJP. Permohonan
keberatan harus disampaikan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dalam jangka
waktu 3 bulan sejak tanggal dikirim surat ketetapan pajak atau sejak tanggal
pemotongan atau pemungutan pajak. Dalam jangka waktu 12 bulan sejak tanggal
surat keberatan diterima, DJP harus memberi keputusan atas keberatan yang
diajukan. Apabila dalam jangka waktu tersebut telah terlampaui dan DJP tidak
memberi suatu keputusan, keberatan yang diajukan Wajib Pajak dianggap
dikabulkan.
Apabila Wajib Pajak masih belum puas dengan Surat Keputusan Keberatan
atas keberatan yang diajukannya, Wajib Pajak masih dapat mengajukan banding
kepada Badan Peradilan Pajak. Permohonan banding diajukan secara tertulis
dalam bahasa Indonesia dengan alasan yang jelas paling lama 3 bulan sejak Surat
Keputusan Keberatan diterima dan dilampiri dengan Salinan Surat Keputusan
Keberatan. Apabila putusan Pengadilan Pajak mengabulkan sebagian atau seluruh
banding, kelebihan pembayaran pajak dikembalikan dengan ditambah imbalan
6. Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak
Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan pengembalian kelebihan
pembayaran pajak kepada DJP secara tertulis. Dalam jangka waktu 12 bulan sejak
diterimanya permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak. DJP harus
memberikan keputusan. Apabila dalam jangka waktu tersebut DJP atau pejabat
tidak memberikan keputusan, maka permohonan pengembalian kelebihan
pembayaran pajak dianggap dikabulkan dan SKPLB harus diterbitkan dalam
jangka waktu paling lama 1 bulan.
7. Kadaluwarsa
Kadaluwarsa berarti telah lewat batas waktu tertentu. Jika dalam jangka
waktu tertentu, suatu utang pajak tidak ditagih oleh pemungutnya maka utang
pajak tersebut dianggap telah lunas/dihapus/berakhir dan tidak dapat ditagih lagi.
Utang pajak akan kadaluwarsa setelah melewati waktu 10 tahun terhitung sejak
saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak, atau
Tahun Pajak yang bersangkutan.
8. Ketentuan Pidana
Tindak pidana di bidang perpajakan dapat berupa kealpaan atau
kesengajaan yang dilakukan oleh Wajib Pajak. Kealpaan adalah Wajib Pajak alpa
tidak menyampaikan SPT atau menyampaikan SPT tetapi isinya tidak benar atau
tidak lengkap, atau melampirkan keterangan yang isinya tidak benar, sehingga
dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara. Kealpaan dapat diartikan
tidak sengaja, lalai, tidak hati-hati, atau kurang mengindahkan kewajibannya.
9. Penyidikan
dengan bukti itu membuat terang tindak pidana di bidang perpajakan yang terjadi
serta menemukan tersangkanya. Penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan
hanya dapat dilakukan oleh Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan
Direktorat Jenderal Pajak yang diberi wewenang khusus sebagai penyidik tindak
pidana di bidang perpajakan.
Wewenang penyidik tersebut adalah:
a. Menerima, mencari, mengumpulkan, dan meneliti keterangan atau laporan
berkenaan dengan tindak pidana di bidang perpajakan agar keterangan atau
laporan tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas
b. Meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau
badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak
pidana di bidang perpajakan.
c. Meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan
sehubungan dengan tindak pidana di bidang perpajakan
d. Memeriksa buku, catatan dan dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana
di bidang perpajakan
e. Melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan,
pencatatan, dan dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap bahan
bukti tersebut
f. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan
tindak pidana di bidang perpajakan
g. Menyuruh berhenti dan/atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau
tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas
h. Memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana di bidang
perpajakan
i. Memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai
tersangka atau saksi
j. Menghentikan penyidikan dan/atau
k. Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak
pidana di bidang perpajakan menurut ketentuan peraturan
C. Piutang Pajak Dari Tahun 2012, 2013, dan 2014
Piutang pajak merupakan utang pajak yang dimiliki oleh Wajib Pajak
terdaftar, piutang pajak tahun 2012 adalah akumulasi utang pajak yang dimiliki
oleh Wajib Pajak terdaftar pada tahun 2012, dan begitu juga pada tahun 2013 dan
2014.
Tabel berikut merupakan gambaran piutang pajak yang ada di Kantor
Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur yang belum terealisasikan dan
belum ada faktor penambah dan pengurang piutang pajak.
Tabel 1
Piutang pajak dari tahun 2012, 2013 dan 2014
(Dalam ribuan)
Tahun Piutang Pajak/Saldo Awal
2012 70.807.471
2013 62.488.161
2014 124.762.163
D.PembayaranPiutang Pajak Melalui SSP/Pbk
Pembayaran piutang pajak melalui SSP (Surat Setoran Pajak) berpengaruh
dalam mengurangi akumulasi utang pajak oleh Wajib Pajak terdaftar.
Dari tabel berikut dapat dilihat pembayaran melalui SSP/Pbk
Tabel 2
Pembayaran piutang pajak melalui SSP/Pbk
(Dalam ribuan)
Tahun Saldo awal Pembayaran SSP/Pbk
2012 70.807.471 2.948.380
2013 62.488.161 3.764.613
2014 124.762.163 25.354.549
E.Perkembangan Piutang Pajak Dari Tahun 2012,2013 dan 2014
Perkembangan piutang pajak dipengaruhi oleh faktor Penambahan Piutang
dan Pengurangan Piutang.
Tabel berikut dapat dilihat perkembangan piutang pajak yang terjadi dari
tahun 2012-2014
Tabel 3
Perkembangan piutang pajak dari tahun 2012, 2013 dan 2014
(Dalam ribuan)
66.038.615 3.764.613 124.762.163
2014
124.762.163
43.721.726 25.354.549 143.129.340
F. Realisasi Piutang Pajak Dari Tahun 2012, 2013 dan 2014
Realisasi piutang pajak merupakan akumulasi dari piutang pajak yang telah
dibayar oleh Wajib Pajak terdaftar.
Berikut adalah tabel yang menggambarkan terealisasinya piutang pajak.
Tabel 4
Realisasi piutang pajak dari tahun 2012, 2013 dan 2014
(Dalam ribuan)
Tahun Saldo awal piutang Realisasi Saldo akhir piutang
2012
70.807.471
2.948.380 62.488.161
2013
62.488.161
3.764.613 124.762.163
2014
124.762.163
25.354.549 143.129.340
G.Optimalisasi Penagihan Piutang Pajak Dari Tahun 2012, 2013 dan 2014 Optimalisasi penagihan piutang pajak merupakan hasil perhitungan dari
realisasi per target dikalikan 100% (seratus persen).
Berikut adalah tabel yang menggambarkan tingkat keoptimalan dari
penagihan piutang pajak.
Tabel 5
Optimalisasi penagihan piutang pajak dari tahun 2012, 2013 dan 2014
(Dalam ribuan)
Tahun Realisasi Target Persentasi Keoptimalan
2012 2.948.380 18.551.264 15%
2013 3.764.613 4.555.944 82%
2014 25.354.549 47.527.219 53%
BAB IV
ANALISIS DAN EVALUASI A. Pembahasan Masalah
1. Pengelolaan Piutang Pajak pada Kantor Pajak Pratama Medan Timur
Pengertian pengelolaan itu sendiri adalah suatu kegiatan dalam
mengusahakan kemajuan atau peningkatan. Di Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
Pratama Medan Timur sistem pengelolaan piutangnya tidak berbeda dengan
kantor-kantor pajak yang lain pada umumnya dan tentunya sesuai dengan
peraturan dan undang-undang yang berlaku. Seperti pada materi yang ada pada
penagihan, piutang yang ada harus ditagih sesuai dengan tahapan-tahapan yang
telah diatur dalam perundang-undangan.
Tata cara penagihan pajak tersebut akan diuraikan sebagai berikut:
Surat teguran atau surat peringatan atau surat lain yang sejenis sebagai awal
tindakan pelaksanaan penagihan pajak yang dikeluarkan 7 hari sejak saat jatuh
tempo pembayaran. Apabila dalam jangka waktu yang ditetapkan dalam surat lain
yang sejenis tidak dilunasi atau dibayar, maka pejabat akan mengeluarkan surat
paksa. Surat paksa akan dikeluarka segera setelah lewat 21 hari sejak tanggal surat
teguran atau surat peringatan atau surat lain yang sejenis. Apabila dalam jangka
waktu 2x24 jam sesudah tanggal pemberitahuan surat paksa, pejabat segera
menerbitkan surat perintah melaksanakan penyitaan setelah dilakukan penyitaan
wajib pajak belum juga melunasi utang pajaknya dalam jangka waktu 10 hari
sejak pemberitahuan surat perintah melaksanakan penyitaan, pejabat mengajukan
permintaan penetapan tanggal pelelangan pada kantor lelang negara. Setelah itu
2. Perkembangan Piutang Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur
Dari Tahun 2012-2014
a. Piutang Pajak Dari Tahun 2012, 2013 dan 2014
Dari tabel 1 pada pembahasan masalah dapat dilihat piutang pajak yang
ada di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur pada tahun 2012
adalah sebesar Rp70.807.471 (dalam ribuan), pada tahun 2013 adalah sebesar
Rp62.488.161 (dalam ribuan) dan pada tahun 2014 adalah sebesar
Rp124.762.163. Itu berarti piutang pajak dari tahun 2012 ke tahun 2013
mengalami penurunan yang cukup signifikan, namun pada tahun 2014 piutang
pajak mengalami kenaikan yang lebih signifikan. Tapi hal tersebut belum bisa
dijadikan ukuran kalau piutang pajak yang ada pada Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Medan Timur belum ditagih secara optimal. Karena untuk
menentukan keoptimalan penagihan piutang pajak faktor yang diperlukan
bukan hanya dari Saldo Awal piutang saja, faktor lain yang juga diperlukan
dalam menentukan keoptimalan penagihan piutang pajak adalah Penambahan
Piutang, Pengurangan Piutang, Saldo Akhir, Target dan Realisasi.
b. Pembayaran Piutang Pajak Melalui SSP/Pbk
Dari tabel 2 pada pembahasan masalah dapat dilihat pembayaran
melalui SSP/Pbk. Pada tahun 2012 terbayar Rp2.948.380, tahun 2013 sebesar
Rp3.764.613 dan pada tahun 2014 sebesar Rp25.354.549. Antara tahun 2013
dan 2014 terjadi peningkatan pembayaran yang signifikan hal tersebut
dikarenakan terjadinya peningkatan target yang signifikan oleh KPP Pratama
kinerja fiskus dalam menagih pajak sehingga pada Tahun 2014 semakin
banyak Wajib Pajak yang membayar utang pajaknya.
c. Perkembangan Piutang Pajak Dari Tahun 2012, 2013 dan 2014
Dari tabel 3 pada pembahasan masalah dapat dilihat pada tahun 2012
tidak terjadi penambahan piutang, pada tahun 2013 terjadi penambahan
sebesar Rp66.038.615, pada tahun 2014 sebesar Rp43.721.726. Pengurangan
piutang pada tahun 2012 sebesar Rp2.948.380, pada tahun 2013 sebesar
Rp3.764.613, dan pada tahun 2014 sebesar Rp25.354.549. Saldo akhir piutang
pada tahun 2012 sebesar Rp62.488.161, pada tahun 2013 sebesar
Rp124.762.163, pada tahun 2014 sebesar Rp143.129.340.
Piutang pajak bertambah karena adanya faktor-faktor seperti: SKP,
STP, SK Banding, Putusan banding, Putusan PK, STP Bunga Penagihan, WP
pindah dan lain-lain.
d. Realisasi Piutang Pajak Dari Tahun 2012, 2013 dan 2014
Dari tabel 4 pada pembahasan masalah dapat dilihat realisasi pada
tahun 2012 adalah sebesar Rp2.948.380, pada tahun 2013 sebesar
Rp3.764.613, dan pada tahun 2014 sebesar Rp25.354.549.
e. Optimalisasi Penagihan Piutang Pajak Dari Tahun 2012, 2013 dan 2014
Dalam analisis ini akan digunakan perhitungan untuk mengetahui
keoptimalan penagihan piutang pajak dalam bentuk persentase. Dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
Pa = persentase piutang pajak yang tertagih
Ra = realisasi piutang pajak yang tertagih
Ta = target piutang pajak yang tertagih
Namun, pengambilan kesimpulan melalui tingkat optimalisasi bukanlah
hal yang mudah karena jika terdapat hasil yang optimal belum tentu
memberikan kepastian bahwa pencapaiannya sudah baik, bisa jadi target yang
ditentukan masih sangat rendah. Sebaliknya, jika kurang optimal belum tentu
memberikan indikasi bahwa pencapaian kurang baik, akan tetapi ada
kemungkinan penetapan target terlalu tinggi.
Dengan menghitung pertumbuhan piutang pajak setiap tahun, maka
dapat diketahui peningkatan atau penurunan piutang pajak di Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur. Dan dengan mengetahui setiap
kenaikan atau penurunan yang terjadi maka akan mempermudah dalam
penarikan kesimpulan dibandingkan dengan analisis atau cara penghitungan
yang lain.
Contoh untuk tahun 2012 : 2.948.380/18.551.264x100%
= 0,15x100%
= 15%
Dari tabel 5 pada pembahasan masalah dapat dilihat presentasi