Judul tugas akhir ini adalah “Optimalisasi Penerimaan Pajak Penghasilan Pasal 21 Pada Dinas Pendapatan Pratama Medan Timur”. Untuk mengetahui upaya Dinas Pendapatan Pratama Medan Timur dalam meningkatkan penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) dari Pasal 21. Sebagai sarana meningkatkan hubungan antara Dinas Pendapatan Pratama Medan Timur dengan Universitas Sumatera Utara (USU), khususnya Universitas Sumatera Utara Program studi Diploma III Administrasi Perpajakan, sehingga Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur dapat mengetahui tingkat pengembangan keilmuan pada lembaga pendidikan program studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP USU).
Mempromosikan citra Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur di masyarakat khususnya civitas akademika Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara (FISIP USU). Dimulainya kerjasama program studi Diploma III Administrasi Perpajakan dengan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur. Strategi yang diterapkan untuk mengoptimalkan penerimaan Pajak Penghasilan Pasal 21 di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur.
Kendala dalam meningkatkan penerimaan Pajak Penghasilan Pasal 21 pada Kantor Pelayanan Pendapatan (KPP) Pratama Medan Timur. Upaya Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur dalam mengatasi kendala optimalisasi penerimaan pajak penghasilan pasal 21. Pada bagian ini penulis melakukan observasi lapangan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur mengenai hasil peningkatan penerimaan pajak yang diperoleh, dalam hal ini penulis memberikan pengenalan pelaksanaan data yang akan diminta oleh Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur.
Penulis mengumpulkan data mengenai Optimalisasi Penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 dengan cara Data Primer yaitu: data yang diperoleh dari pihak-pihak yang memahami dan menguasai objek kajian dan Data Sekunder yaitu data yang diperoleh dari Referensi Ilmiah dan Dokumentasi pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur.
PENDAHULUAN
- Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri
- Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
- Uraian Teoritis
- Ruang Lingkup Praktek Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
- Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri
- Metode Pengumpulan Data
- Sistematika Penulisan Laporan Praktek Kerja Lapangan Mandiri
Kegiatan mengumpulkan, mencari data dan informasi dengan cara mengajukan pertanyaan terkait objek penelitian secara langsung secara lisan dan tertulis kepada pihak-pihak yang memahami objek penelitian khususnya kepada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur. Yakni dengan melakukan pengamatan langsung terhadap kegiatan yang dilakukan dengan mencatat fenomena-fenomena yang menjadi pokok penelitian. Yakni dengan mengumpulkan dokumen terkait optimalisasi penerimaan pajak penghasilan (PPh) dan data lain yang diperlukan melalui Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur.
GAMBARAN UMUM LOKASI PKLM
- Gambaran Umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur
- Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur
- Tugas dan Wewenang Masing - Masing Seksi
- Visi dan Misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur
Dalam bab ini penulis menguraikan sejarah singkat Kantor Pelayanan Pajak yang akan diteliti, struktur organisasi, uraian tugas pokok dan uraian fungsi pegawai. Pada bab ini penulis menguraikan ketentuan mengenai Optimalisasi Penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur. Pelayanan perpajakan dimulai pada masa penjajahan Belanda, Kantor Pelayanan Pajak kemudian disebut Pajak, yang kemudian berubah nama menjadi Kantor Pemeriksaan Keuangan setelah kemerdekaan Republik Indonesia.
Untuk memudahkan dan meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat, serta dengan semakin pesatnya pertumbuhan ekonomi, maka didirikanlah Kantor Inspeksi Pajak Medan Timur. Dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan perpajakan kepada masyarakat, dilakukan perubahan menyeluruh pada Direktorat Jenderal Pajak berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 267/KMK.01/1989. Diantaranya adalah reorganisasi Kantor Pemeriksaan Pajak yang berganti nama menjadi Kantor Pelayanan Pajak, serta pembentukan Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan.
Berdasarkan keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 758/KMK.01/1993 tanggal 3 Agustus 1993, didirikanlah Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur pada tanggal 1 April 1994. Pasca modernisasi perpajakan pada tahun 2008, struktur organisasi Kantor Pelayanan Pajak yang sebelumnya yaitu berdasarkan jenis pajaknya berubah menjadi Kantor. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur mulai beroperasi pada tanggal 27 Mei 2008 berdasarkan surat keputusan Direktorat Jenderal Pajak Nomor 95/PJ.01/2008 tanggal 19 Mei 2008.
Gambaran Umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur terletak di Jalan Sukamulia Nomor. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur terletak di Jalan Sukamulia Nomor 17 A Medan. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur didirikan pada tanggal 1 April 1994 berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. Di Kecamatan Medan Timur terdapat Stasiun Kereta Api Medan yang dikenal dengan sebutan “Stasiun Besar” sebagai sarana transportasi darat antar kota dan antar daerah dari dan ke kota Medan.
Meski bukan pusat industri, namun banyak juga tempat usaha di kawasan Medan Timur. Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur. Struktur organisasi merupakan suatu diagram yang menggambarkan secara sistematis. Struktur organisasi merupakan suatu diagram yang menggambarkan secara sistematis pembagian tugas, fungsi, wewenang dan tanggung jawab setiap pegawai untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Pembagian tugas dan wewenang masing-masing bagian dalam struktur organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur adalah:
GAMBARAN DATA PAJAK PENGHASILAN PASAL 21
Defenisi Pajak Penghasilan
Pajak Penghasilan Pasal 21
- Dasar Hukum Pajak Penghasilan Pasal 2
- Definisi Pajak Penghasilan Pasal 21
- Wajib Pajak
- Objek Pajak PPh Pasal 21
- Penghasilan yang dikecualikan dari Pengenaan PPh Pasal 21
- Subjek Pajak
- Penerima Penghasilan Yang Dipotong PPh Pasal 21
- Biaya Jabatan dan Biaya Pensiun
- Tarif dan PTKP
- Tarif PPh Pasal 21 Final
- Perhitungan PPh Pasal 21
Pajak Penghasilan Pasal 21 adalah pajak atas penghasilan berupa upah, gaji, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lainnya dalam nama apa pun dan dalam bentuk apa pun yang berkaitan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh subjek pajak dalam negeri. Tidak termasuk dalam pengertian penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21: 5.1 Pembayaran asuransi dari perusahaan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan. Subjek PPh Pasal 21 adalah penerima manfaat dari penghasilan yang dipotong oleh pemotong, sebagaimana dimaksud dalam undang-undang.
Tarif pajak yang berlaku dan penerapannya berdasarkan ketentuan Pasal 21 Undang-Undang Pajak Penghasilan adalah sebagai berikut. Untuk menghitung PPh pasal 21 atas penghasilan pegawai tetap, terlebih dahulu harus melihat seluruh penghasilan bruto yang diterima atau diperoleh selama sebulan, yang meliputi seluruh upah, segala jenis tunjangan dan pembayaran rutin lainnya, termasuk upah lembur dan pembayaran sejenisnya. Besarnya PPh § 21 satu tahun setelah dikurangi PPh yang harus dibayar dan dihitung oleh pemberi kerja sebelumnya sebagaimana tercantum dalam bukti pemotongan PPh § 21, apabila pekerja yang bersangkutan sebelumnya bekerja pada pemberi kerja lain, dibagi dengan jumlah bulan pekerja yang bersangkutan telah bekerja, atas penghasilan sebagaimana dimaksud pada huruf b.
Penerima manfaat PPh Pasal 21 atas pensiun bulanan yang diterima atau diperoleh penerima pensiun adalah sebagai berikut. Pendapatan bersih pensiun sebagaimana dimaksud pada huruf a ditambah dengan penghasilan bersih tahun bersangkutan yang diterima atau diperoleh dari pemberi kerja sebelum pekerja yang bersangkutan pensiun, sebagaimana tercantum dalam bukti pemotongan pajak Pasal 21 sebelum pensiun. Untuk mengurangi penghasilan kena pajak, besarnya penghasilan pada huruf b dikurangi oleh PTKP, kemudian dihitung PPh Pasal 21 atas penghasilan kena pajak tertentu.
Pasal 21 PPh pensiun tunai pada tahun yang bersangkutan dihitung dengan mengurangi PPh Pasal 21 huruf c PPh Pasal 21 yang dibayarkan oleh pemberi kerja sebelum pekerja yang bersangkutan memasuki masa pensiun dari yang tercantum dalam bukti pemotongan 21. Pasal PPh sebelum pensiun. PPh Pasal 21 Pensiun Bulanan sama dengan PPh Pasal 21 sebagaimana dimaksud pada huruf d, dibagi jumlah bulan sebagaimana dimaksud pada huruf a. Perhitungan PPh Pasal 21 atas pensiun bulanan tahun kedua dan tahun berikutnya adalah sebagai berikut.
Kemudian, penghitungan PPh Pasal 21 sama dengan penghitungan PPh Pasal 21 penghasilan tetap bagi pegawai tetap, pada angka 2 huruf a, c, dan d di atas. Apabila pekerja tetap diberikan jasa produksi, royalti, imbalan, tantiem, premi, tunjangan hari tua, dan penghasilan lain yang sejenis, yang tidak tetap dan biasanya dibayarkan setahun sekali, maka Pajak Penghasilan Pasal 21 dihitung dan dipotong sebagai berikut: tata krama. . Pajak Penghasilan Pasal 21 dihitung atas penghasilan tetap tahunan ditambah penghasilan tidak tetap berupa tantiem, jasa produksi, dan lain-lain.
Selisih PPh Pasal 21 menurut perhitungan huruf a dan huruf b adalah PPh Pasal 21 atas penghasilan tidak wajar berupa tantiem, jasa produksi, dan sebagainya. Bagi pegawai tetap yang kewajiban perpajakan subyektifnya sudah ada sejak awal tahun, namun baru mulai bekerja setelah bulan Januari, maka PPh Pasal 21 atas penghasilan tidak teratur dihitung sebagaimana angka 1, dengan memperhatikan ketentuan penghitungan PPh bulanan. pasal 21 tentang penghasilan tetap bagi pegawai tetap.
Kasus
ANALISA DAN EVALUASI
Potensi Penerimaan Pajak Penghasilan Pasal 21 di KPP Pratama Medan
Upaya Peningkatan Penerimaan Pajak Penghasilan Pasal 21 di KPP Pratama
Kendala - kendala Yang Dihadapi Dalam Meningkatkan Penerimaan Pajak
Faktor - faktor Penyebab Terjadinya Tunggakan PPh Pasal 21 dan Cara
Kedudukan Seorang Account Representative (AR) Dalam Peningkatan
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Jumlah Wajib Pajak yang terdaftar sebagai Wajib Pajak yang terutang PPh Pasal 21 pada tahun 2011 meningkat sebesar 9,3% dari tahun 2010. Sementara itu, jumlah SPT Masa PPh Pasal 21 pada tahun 2011 mengalami penurunan sebesar 0,1% dari tahun sebelumnya. Kelalaian Wajib Pajak menjadi kendala dalam meningkatkan penerimaan pajak penghasilan berdasarkan Pasal 21, begitu pula ketidaktahuan atau kurang pahamnya terhadap ketentuan undang-undang yang mengatur tata cara perpajakan.
Pentingnya Account Representative dalam meningkatkan penerimaan pajak sangat berpengaruh mengingat tugas dan fungsinya sebagai petugas yang mengawasi Wajib Pajak dalam urusan perpajakan.
Saran
Pengembangan Sumber Daya Manusia harus lebih ditingkatkan untuk mendukung peningkatan profesionalisme Aparatur Pajak. Mardiasmo, 2008, Pajak Edisi Revisi 2011, CV Andi Offset, Pejabat Yogyakarta, Siti, 2008, Teori dan Kasus Pajak Edisi Keempat, Salemba Empat Jakarta.