LAPORAN TUGAS AKHIR
PENGARUH PERUBAHAN PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK (PTKP)
TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21
DI KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) PRATAMA LUBUK PAKAM
DISUSUN OLEH :
NAMA : JOSHUA PARLINDUNGAN SILABAN
NIM : 122600122
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelesaikan Studi
Pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan proposal ini. Semoga proposal ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.
Harapan saya semoga proposal ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi proposal ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Penulis menyadari bahwa apa yang penulis susun ini jauh dari kata sempurna,
untuk itu mengharapkan kritik, saran dan pendapat yang sifatnya membangun, dan
tidak lupa penulis ucapkan terima kasih atas segala perhatian dan penulis berharap
semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Medan, Juni 2015
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... ii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 5
1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 5
2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 5
C. Uraian Teoritis ... 8
1. Pengertian Pajak ... 8
2. Sistem Pemungutan Pajak ... 9
3. Pajak Penghasilan (PPh) ... 10
4. Pajak Penghasilan Pasal 21 (PPh Pasal 21) ... 11
5. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) ... 12
D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)... 12
E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ... 13
F. Metode Pengumpulan Data ... 14
BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK
PRATAMALUBUK PAKAM
A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam .. 18
B. Visi dan Misi ... 21
C. Tugas dan Fungsi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam ... 21
1. Tugas ... 22
2. Fungsi ... 22
D. Struktur Organisasi ... 23
1. Sub Bagian Umum ... 23
2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi ... 24
3. Seksi Pelayanan ... 24
4. Seksi Penagihan ... 25
5. Seksi Pemeriksaan ... 25
6. Seksi Ekstensifikasi ... 25
7. Seksi pengawasan dan Konsultasi I, II, III ... 25
8. Kelompok Jabatan Fungsional ... 25
E. Wilayah Kerja Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam ... 28
BAB III GAMBARAN TENTANG PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK
A. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) ... 36
B. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)Bagi Wajib Pajak Tidak
Kawin ... 39
C. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) Bagi Wajib Pajak
Kawin ... 39
D. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)Karyawati Kawin
Yang Menggunakan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) Suami
Dalam Pemenuhan Hak Dan Pelaksanaan Kewajiban
Perpajakannya ... 40
E. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) Wanita Kawin Yang
Melakukan Perjanjian Pemisahan Harta (PH) Atau Memilih
Melaksanakan Hak Dan Memenuhi Kewajiban Perpajakannya
Secara Terpisah Dari Suami (MT) ... 42
F. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) Wanita Kawin Dengan
Status Hidup Berpisah (HB) ... 43
G. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) Atas Warisan ... 44
BAB IV ANALISA DAN EVALUASI
A. Penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 ... 45
B. Kasus ... 47
C. Upaya Dalam Memenuhi Target Penerimaan Pajak Penghasilan
(PPh) Pasal 21 Saat Terjadinya Perubahan Penghasilan Tidak
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ... 58
B. Saran ... 59
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pajak merupakan pembayaran yang diwajibkan kepada setiap warga negara
yang kontraprestasinya tidak bersifat langsung. Penerimaan pajak bagi suatu
negara merupakan suatu pos penerimaan yang penting. Melalui pajak, pemerintah
dapat mengatur keseimbangan kehidupan perekonomian dan pemanfaatan dana
untuk membangun prasarana yang dibutuhkan masyarakat. Semakin besar
penerimaan pembayaran pajak, makin besar pula kemudahan dan pelayanan
masyarakat yang mampu disediakan pemerintah secara langsung dalam
mewujudkan pengabdian, kewajiban, dan peran serta dalam pembangunan dan
kehidupan bernegara. (Direktorat Jenderal Pajak, 2013)
Pada banyak negara berkembang, sering kali pajak menjadi pos penerimaan
terbesar, seperti halnya di Indonesia. Di Indonesia, pajak menyumbangkan
pendapatan negara lebih dari 70%. Salah satu pajak yang dibebankan oleh
pemerintah kepada masyarakatnya adalah Pajak Penghasilan (PPh). Pajak
Penghasilan (PPh) adalah pajak yang terutang atas penghasilan yang menjadi
kewajiban bagi wajib pajak orang pribadi atau badan atas penerimaan yang berupa
gaji/upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran lainnya sesuai dengan
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) adalah komponen pengurang dalam
penghitungan Pajak penghasilan (PPh) Pasal 21, yaitu sebagai komponen
pengurang dalam pemotongan penghasilan yang dapat dikenakan tarif pajak yang
terutang. Semakin besar batas Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) akan
semakin kecil pajak terutang yang disetor oleh wajib pajak orang pribadi atau
badan.
Dalam tahun tertentu, penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) perseorangan
ditentukan olehpotensi penerimaan dancoverage ratioyaituperbandingan antara
besarnya pajak yang telah dipungut dibandingkan besarnya potensi pajak yang
seharusnya dapat dipungut. Dengan kata lain, Penghasilan Tidak Kena Pajak
(PTKP) mempengaruhi penerimaan Pajak Penghasilan(PPh) perseorangan melalui
potensi pajaknya dan dalam kondisi tertentu, naiknya Penghasilan Tidak Kena
Pajak (PTKP) berpengaruh negatif pada potensi penerimaan Pajak Penghasilan
(PPh) perseorangan melalui penurunan jumlah pembayar pajak dan penurunan
jumlah pajak yang harus dibayar oleh pembayar pajak. Di lain pihak terjadi
kenaikan konsumsi yang dilakukan oleh masyarakat akibat perubahan Pendapatan
Tidak Kena Pajak (PTKP). Peningkatan konsumsi akan mempengaruhi
penerimaan pajak tidak langsung atau Pajak Pertambahan Nilai (PPN).
Keberadaan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) sebenarnya adalah untuk
memberikan keringanan kepada penduduk yang memiliki penghasilan rendah.
Namun keringanan ini harus mengacu kepada perkembangan kehidupan sosial
PenghasilanTidakKenaPajak (PTKP) diatur dalam Pasa
terakhir deng
Keempat atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan.
Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) tahun 2013 sendiri diatur
dalam Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 162/PMK.011/2012 tentang
Penyesuaian Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak yang ditetapkan pada
tanggal 22 Oktober 2012. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) 2013 ini berlaku
mulai tanggal 1 Januari 2013.
Terhitung mulai Januari 2013, pemerintah telah menaikkan batas
Penghasilan Tidak Kena Pajak(PTKP) yang semula Rp. 15.840.000 kini
dinaikkan menjadi Rp. 24.300.000 per tahunnya atau per bulan Rp. 2.025.000
untuk setiap wajib pajak lajang. Sedangkan tambahan bagi yang menikah dan
tambahan tanggungan yang dulunya hanya Rp. 1.320.000 kini dinaikkan
masing-masing menjadi Rp. 2.025.000. Dengan semakin besarnya pengurang, maka pajak
akan semakin kecil.
Pertumbuhan kelas menengah Indonesia adalah yang terbesar di dunia
setelah Cina dan India. Pertumbuhan kelas menengah ini merupakan sasaran
empuk para pembuat produk. Rata-rata mereka adalah orang muda yang
berpenghasilan tinggi, melek teknologi, dan ingin serba mudah. Sebagian besar
dari mereka adalah warga yang gemar berbelanja. Kenaikan Penghasilan Tidak
effectatauefekpenggandadibidang perpajakan. Semakin banyak orang yang berbelanja akan membuat korporasi penghasil produk, berlomba-lomba
menghasilkan produk barang dan jasa untuk dikonsumsi. Sehingga omzetnya
bertambah demikian juga dengan labanya yang kemudian nantinya akan dipajaki.
Pajak yang terkumpul dalam pundi-pundi Anggaran Pendapatan Belanja Negara
(APBN) pun akan meningkat dan harapannya mampu mencapai target
sebagaimana yang dibebankan tersebut.(Candra, 2012)
Kenaikan Pajak Tidak Kena Pajak (PTKP) ini menjadi salah satu strategi
makro ekonomi pemerintah untuk menekan tingkat inflasi yang terus merangkak
naik dan untuk memberikan stimulus konsumsi domestik sehingga dapat
meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Kenaikan Pajak Tidak Kena Pajak (PTKP)
juga diharapkan dalam jangka panjang akan meningkatkan penerimaan pajak.
(Darwis, 2012)
Oleh karena itu, melihat permasalahan tersebut penulis tertarik untuk
mengadakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) berjudul “PENGARUH
B. Tujuan Dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) 1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
1.1Mengetahui pengaruh perubahan Pajak Tidak Kena Pajak (PTKP)
terhadap penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 di Kantor
Pelayanan Pajak (KPP)Pratama Lubuk Pakam.
1.2Mengetahui upaya – upaya yang dilakukan dalam kegiatan pemungutan
Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 di Kantor Pelayanan Pajak
(KPP)Pratama Lubuk Pakam.
2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
2.1 Bagi Mahasiswa
a. Menerapkan ilmu-ilmu administrasi perpajakan yang diperoleh
selama kuliah.
b. Mengetahui kondisi yang terjadi di dunia kerja.
c. Menciptakan dan menumbuh kembangkan rasa tanggung jawab
dan profesionalisme serta kedisiplinan yang nantinya hal-hal
tersebut sangat dibutuhkan ketika memasuki dunia kerja yang
sebenarnya.
d. Membandingkan teori-teori yang ada dengan masalah yang
e. Memotivasi mahasiswa untuk beraktivitas dalam melakukan
pekerjaan secara efisien dan efektif melalui Praktik Kerja
Lapangan Mandiri (PKLM).
f. Menguji dan mengukur kemampuan yang dimiliki oleh mahasiswa
dalam menghadapi situasi dunia kerja yang sebenarnya.
g. Memotivasi mahasiswa untuk beraktifitas dalam melakukan
pekerjaan secara efektif dan efisien.
h. Belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan kerja, sebab di
dalam lingkungan kerja nantinya kita akan terdiri dari
individu-individu berbeda dari segi usia, pendidikan, pengalaman,
kedudukan, dan lain-lain yang berbeda dalam suatu perusahaan
atau instansi.
2.2 Bagi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam
a. Menjalin kerja sama dan saling mengenal antara Program Studi
Diploma III Administrasi Perpajakandan Kantor Pelayanan Pajak
(KPP) Pratama Lubuk Pakam, sehingga dapat dijadikan referensi
untuk menyiapkan mahasiswa menjadi tenaga kerja lebih maju dan
kompetitif.
b. Dengan dilaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
bagi mahasiswa dituntut sumbangsihnya terhadap Kantor
Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam baik berupa saran
masukan untuk meningkatkan kinerja di lingkungan kantor
tersebut.
c. Mempromosikan image yang baik tentang Kantor Pelayanan Pajak
(KPP) Pratama Lubuk Pakam kepada masyarakat khususnya
sivitas akademika Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sumatera Utara (FISIP USU).
2.3 Bagi Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU
a. Mengetahui kemampuan mahasiswa dalam menguasai materi
pelajaran yang diperoleh di bangku kuliah.
b. Mengetahui kemampuan mahasiswa dalam menerapkan ilmu yang
diperoleh.
c. Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) Universitas
khususnya di Program Studi Diploma III Administrasi
Perpajakan.
d. Membuka interaksi antara Program Studi Diploma III
Administrasi Perpajakan dengan instansi yang bersangkutan dalam
memberikan uji nyata mengenai ilmu pengetahuan yang diterima
mahasiswa melalui Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM).
e. Memberikan gambaran tentang kesiapan mahasiswa dalam
f. Meningkatkan profesionalisme, memperluas wawasan serta
memantapkan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa dalam
menerapkan ilmu khususnya di bidang perpajakan.
C. Uraian Teoritis 1. Pengertian Pajak
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang
sehingga dapat dipaksakan dengan tidak mendapat kontraprestasi atau balas jasa
secara langsung yang digunakan untuk keperluan negara.
Menurut Prof. Dr. R. Santoso Brotodihardjo yang dikutip oleh Waluyo
dalam bukunya Perpajakan Indonesia (2005, h.2) edisi kesembilan, adalah sebagai
berikut:
“Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh
yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat
prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk
membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung dengan tugas Negara
untuk menyelenggarakan pemerintahan.”
Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H yang dikutip oleh wikipedia
adalah sebagai berikut:
“Pajak adalah iuran rakyat kepada Kas Negara berdasarkan undang – undang
langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran
umum.”
Definisi tersebut kemudian dikoreksinya yang berbunyi sebagai berikut:
“Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada Kas Negara untuk
membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk public saving yang
merupakan sumber utama untuk membiayai public invesment.”
Pajak menurut Pasal 1 Ayat 1 Undang - Undang Nomor 6 Tahun 1983
sebagaimana telah disempurnakan terakhir dengan Undang - Undang Nomor 28
Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakan adalah:
“Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi
atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang - Undang, dengan tidak
mendapat timbal balik secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara
bagi sebesar - besarnya kemakmuran rakyat.”
2. Sistem Pemungutan Pajak
Dalam tatacara pemungutan pajak, biasanya terdapat tiga (3) cara atau
sistem yang dipergunakan untuk menghitung serta menetapkan berapa besar
jumlah pajak terhutang dari suatu wajib pajak, baik wajib pajak badan maupun
orang pribadi, yaitu:
a. Official Assesment System
Official Assesment System adalah sistem pemungutan pajak yang menyatakan bahwa jumlah pajak yang terutang oleh wajib pajak dihitung dan ditetapkan
ada ketetapan pajak dari fiskus (sesuai dengan ajaran formil tentang timbulnya
utang pajak). Jadi dalam hal ini wajib pajak bersifat pasif.
b. Self Assesment System
Self Assesment System yaitu sistem pemungutan pajak dimana wewenang menghitung besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak diserahkan oleh
fiskus kepada wajib pajak yang bersangkutan, sehingga dengan sisten ini wajib
pajak harus aktif untuk menghitung, menyetor dan melaporkan kepada Kantor
Pelayanan Pajak (KPP), sedangkan fiskus bertugas memberikan penerangan
dan pengawasan.
c. With Holding System
With Holding System, yaitu sistem pemungutan pajak yang menyatakan bahwa jumlah pajak yang terutang dihitung oleh pihak ketiga (yang bukan wajib pajak
dan juga bukan aparat pajak / fiskus).
3. Pajak Penghasilan (PPh)
Pajak Penghasilan (PPh) adalah pajak yang terutang atas penghasilan yang
menjadi kewajiban bagi wajib pajak orang pribadi atau badan atas penerimaan
yang berupa gaji/upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran lainnya sesuai
dengan peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Pajak Penghasilan (PPh)
terakhir diatur dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008, yang diamandemen
berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983, Undang-Undang Nomor 10
4. Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21
Menurut Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008,
Pajak Penghasilan Pasal 21 (PPh Pasal 21)adalah pajak yang dipotong atas
penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan dengan nama dan
dalam bentuk apa pun yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak Orang Pribadi
dalam negeri.
Tarif pemotongan pajak atas penghasilan dijelaskan pada Pasal 17 Ayat 1
Huruf a.Tarif berikut berlaku pada Wajib Pajak yang memiliki Nomor Pokok
Wajib Pajak (NPWP).
1. Wajib Pajak dengan penghasilan tahunan sampai dengan Rp
50.000.000,- dikenakan tarif sebesar 5%.
2. Wajib Pajak dengan penghasilan tahunan di atas Rp 50.000.000,-
sampai dengan Rp 250.000.000,- dikenakan tarif sebesar15%.
3. Wajib Pajak dengan penghasilan tahunan di atas Rp 250.000.000,-
sampai dengan Rp 500.000.000,-dikenakan tarif sebesar25%.
4. Wajib Pajak dengan penghasilan tahunan di atas Rp 500.000.000,-
dikenakan tarif sebesar30%.
5. Untuk Wajib Pajak yang tidak memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak
(NPWP), dikenai tarif 20% lebih tinggi dari mereka yang memiliki
5. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) adalah faktor pengurangan terhadap
penghasilan netto orang pribadi atau perseorangan sebagai wajib pajak dalam
negeri dalam menghitung penghasilan kena pajak yang menjadi objek pajak
penghasilan yang harus dibayar wajib pajak di Indonesia.Penghasilan Tidak Kena
Pajak (PTKP) juga dapat dikatakan sebagai batas tertentu dari pengurang pajak
yang tidak boleh dikenakan pajak.
D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Adapun yang menjadiruanglingkupdalammelakukanPraktik
KerjaLapanganMandiri (PKLM) di Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
PratamaLubukPakamadalah :
1. JumlahpenerimaanPajakPenghasilan (PPh) Pasal 21 yang diterima KPP
Pratama Lubuk Pakam dari tahun 2012 -2014.
2. PerbandinganpenerimaanPajakPenghasilan (PPh) Pasal 21 dari tahun
2012 -2014.
3. Upaya yang dilakukanfiskusdalammemenuhi target penerimaanPajak
Penghasilan (PPh) Pasal 21 saat terjadinya
E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Dalam melakukan penelitian, Penulis melakukan metode-metode yang
diperlukan. Adapun yang menjadi metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri
(PKLM) antara lain :
1. Tahap Persiapan
Hal ini berkaitan dengan persiapan yang dilakukan oleh Mahasiswa dalam
melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM). Misalnya
pengajuan judul, persetujuan judul, pembuatan proposal, seminar proposal,
persetujuan proposal, penunjukan dosen pembimbing, bimbingan dan
konsultasi dan pengajuan surat izin melakukan penelitian.
2. Studi Literatur
Persiapan studi literatur yang akan dilakukan adalah persiapan dalam
mencari data dan informasi untuk mempersiapkan segala sesuatu yang
berhubungan dan bisa dijadikan sumber oleh penulis dalam rangka
melakukan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini.
3. Studi Observasi Lapangan
Penulis melakukan pengamatan langsung pada objek Praktik Kerja
Lapangan Mandiri (PKLM) untuk mengetahui Pengaruh Perubahan
4. Pengumpulan Data
Dalam melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM), Penulis
juga akan mengumpulkan data yang diperlukan dalam menyusun akhir dari
kegiatan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) berupa data primer dan
data sekunder.
a. Data Primer
Data Primer adalah data yang diperolehsecara langsung dari Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam.
b. Data Sekunder
Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber lain seperti
karya ilmiah, artikel, dan lain sebagainya.
F. Metode Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data yang informasinya diperlukan Praktik Kerja
Lapangan Mandiri (PKLM) ini, maka penulis menggunakan metode pengumpulan
data sebagai berikut :
a. Daftar Pertanyaan (Interview Guide)
Yaitu kegiatan mengumpulkan dan mencari data dengan melakukan
wawancara dan mengajukan pertanyaan kepada pegawai instansi yang
berkompeten dan menambah objektif yang berkaitan dengan kebutuhan
b. Daftar Observasi (Observation Guide)
Pengumpulan data dengan melakukan pengamatan langsung ataupun tidak
langsung turun ke lapangan untuk melakukan peninjauan dengan
mengamati, mendengar dan bila perlu membantu mengerjakan tugas yang
diberikan pihak instansi dengan diberikan petunjuk atau arahan terlebih
dahulu dengan berpedoman pada ketentuan yang berlaku pada instansi dan
tidak boleh melakukan pekerjaan yang menjadi rahasia dan memiliki resiko
tinggi.
c. Daftar Dokumentasi (Optional)
Pengumpulan data dengan melakukan studi dokumentasi, misalnya dengan
mengumpulkan daftar dokumentasi yang diperlukan seperti peraturan
pemerintah yang berlaku, Undang - Undang Perpajakan, lampiran-lampiran
formulir, data mengenai pembayaran pajak, data mengenai kepegawaian dan
data-data lain yang berhubungan dengan Praktik Kerja Lapangan Mandiri
(PKLM) yang penulis lakukan.
G. Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini Penulis akan mengemukakan Latar Belakang
Praktik Kerja Lapangan Mandiri, Tujuan dan Manfaat
Data dan Sistematika Penulisan Laporan Kerja Lapangan
Mandiri.
BAB II : GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM)
Pada bab ini Penulis akan menguraikan sejarah singkat
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam,
struktur organisasi, uraian tugas pokok dan fungsi, serta
gambaran pegawai.
BAB III :GAMBARAN TENTANG PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK (PTKP)
Pada bab ini Penulis akan menjelaskan mengenai
informasi dan hal – hal yang berkaitan dengan
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP).
BAB IV : ANALISA DAN EVALUASI
Dalam bab ini Penulis akan menguraikan mengenai
Pengaruh Perubahan Penghasilan Tidak Kena Pajak
(PTKP) Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan (PPh)
Pasal 21 di Kantor Pelayanan Pajak (KPP)Pratama Lubuk
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam bab ini Penulis akan memaparkan kesimpulan dari
objek yang telah diteliti serta saran-saran yang
membangun bagi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama
Lubuk Pakam.
BAB II
GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA LUBUK PAKAM
A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam
Pada tahun 1987 Kantor Pelayanan Pajak masih disebut Kantor
InspeksiPajak. Pada saat itu ada 2 (dua) Kantor Inspeksi Pajak yaitu Kantor
Inspeksi PajakMedan Selatan dan Kantor Inspeksi Pajak Kisaran. Dengan adanya
pertumbuhanekonomi penduduk yang semakin cepat, maka pemerintah merasa
perlu adanyatambahan Kantor Inspeksi Pajak yang gunanya untuk menambah
penerimaannegara dari sektor pajak.Dalam meningkatkan pelayanan kepada
masyarakat didalam pelayananpembayaran pajak, maka berdasarkan Keputusan
Menteri Keuangan RepublikIndonesia Nomor 267/KMK.01/1989, diadakanlah
perubahan secara menyeluruh padaDirektorat Jendral Pajak yang mencakup
reorganisasi Kantor Inspeksi Pajak yangdiganti nama menjadi Kantor Pelayanan
Pajak sekaligus dibentuk Kantor PelayananPajak Bumi dan Bangunan.Kemudian
pada tanggal 3 Agustus 1993 dikeluarkanlah Keputusan MenteriKeuangan
Indonesia No.785/KMK.01/1993, Kantor Pelayanan Pajak berubah menjadi4
(empat) wilayah kerja yaitu:
1. Kantor Pelayanan Pajak Medan
3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara
4. Kantor Pelayanan Pajak Binjai
Untuk mengimplementasikan konsep administrasi perpajakan modern
yang berorientasi pada pelayanan dan pengawasan, maka struktur organisasi
Direktorat Jendral Pajak perlu diubah, baik di level kantor pusat sebagai pembuat
kebijakan maupun level kantor operasional sebagai pelaksana implementasi
kebijakan. Sebagai langkah pertama, untuk memudahkan wajib pajak, ketiga jenis
kantor pajak yang ada yaitu, Kantor Pelayanan Pajak (KPP), Kantor Pelayanan
Pajak Bumi dan Bangunan (KPPBB), Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan
Pajak(Karipka) dilebur menjadi Kantor Pelayanan Pajak Pratama (KPP Pratama).
Adapun Kantor Wilayah Direktorat Jendral Pajak Sumatera Utara I
(Kanwil Sumut I) akan mengoperasikan delapan unit kantor pelayanan modern
yang dijuluki Kantor Pelayanan Pajak Pratama. Delapan KPP Pratama dimaksud
yakni enam unit KPP konvensional yang ada saat ini dimodernisasi dan ditambah
dua KPP baru. Keenam KPP konvensional yang dijadikan KPP Pratama yakni:
1. KPP Pratama Medan Belawan
2. KPP Pratama Medan Barat
3. KPP Pratama Medan Polonia
4. KPP Pratama Medan Kota
5. KPP Pratama Medan Timur
Dua KPP baru yang dibentuk adalah:
1. KPP Pratama Medan Petisah
2. KPP Pratama Lubuk Pakam
KPP Pratama Lubuk Pakam sebelumnya adalah Kantor Pelayanan Pajak
Bumi dan Bangunan Lubuk Pakam yang berada dibawah organisasi Kanwil
Sumut II.Sejak dileburnya ketiga jenis Kantor Pelayanan Pajak menjadi satu,
maka Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan Lubuk Pakam berubah
menjadi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam dan berada dibawah
organisasi Kanwil Sumut I.
Sesuai dengan Keputusan DJP Nomor KEP-95/PJ/2008/ tentang “Saat
Mulai Operasi (SMO) Kantor Pelayanan Pajak Pratama” di lingkungan Kantor
Wilayah Direktorat Jendral Pajak Sumatera Utara I, maka Kantor PelayananPajak
Pratama Lubuk Pakam ditetapkan mulai beroperasi tanggal 27 Mei 2008.
Wilayah-wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam
adalah kecamatan:
1. Sunggal
2. Labuhan Deli
3. Pancur Batu
4. Deli tua
5. Beringin
6. Lubuk Pakam
7. Gunung Meriah
8. Percut Sei Tuan
9. STM Hulu
10. Galang
11. Bangun Purba
12. Kutalimbaru
13. Namorambe
14. Batangkuis
15. Tanjung Morawa
16. Pagar Merbau
17. Hamparan Perak
18. Patumbak
19. Sibolangit
20. Sibiru-biru
21. Pantai Labu
B. Visi dan Misi Pernyataan Visi :
“MENJADI INSTITUSI PEMERINTAH YANG
MENYELENGGARAKANSISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN
YANG EFEKTIF,EFISIEN, DAN DIPERCAYA MASYARAKAT DENGAN
INTEGRITAS DANPROFESIONALISME YANG TINGGI”
Pernyataan misi :
“MENGHIMPUN PENERIMAAN PAJAK NEGARA
BERDASARKANUNDANG-UNDANG PERPAJAKAN YANG MAMPU
MEWUJUDKANKEMANDIRIAN PEMBIAYAAN ANGGARAN PENDAPATAN
DAN BELANJANEGARA MELALUI SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN
YANGEFEKTIF DAN EFISIEN.”
C. Tugas dan Fungsi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam KPP Pratama Lubuk Pakam adalah instansi vertikal Direktorat Jendral
Pajakyang berada dibawah dan bertanggung jawab langsung kepada kepala Kanwil
DJPSumut I. Tugas dan fungsi masing - masing akan diuraikan dalam setiap seksi,
dimanaKantor Pelayanan Pajak Pratama mempunyai tugas pokok melaksanakan
kegiatanoperasional pelayanan perpajakan dalam daerah wewenangnya,
1. Tugas
Dalam kedudukannya tersebut, KPP Pratama Lubuk Pakam mempunyaitugas
melaksanakan penyuluhan, pelayanan dan pengawasan wajib pajak dibidang PPh,
PPN, PPnBM, PBB, BPHTB, Pajak Tidak Langsung, dalam wilayah wewenangnya
berdasarkan peraturan perundang-undangan yangberlaku.
2.Fungsi
Dalam melaksanakan tugas, KPP Pratama Lubuk Pakam menyelenggarakan fungsi:
a. Pengumpulan, pencarian dan pengolahan data, pengamatan potensi.
b. Perpajakan, penyajian informasi perpajakan, penetapan dan penerbitan.
c. Produk hukum perpajakan.
d. Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan.
e. Pengolahan Surat Pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya.
f. Penyuluhan Perpajakan.
g. Penatausahaan utang pajak dan pelaksanaan penagihan pajak.
h. Pelaksanaan pemeriksaan pajak.
i. Pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan wajib pajak.
j. Pelaksanaan konsultasi perpajakan.
k. Pelaksanaan intensifikasi dan ekstensifikasi.
D. Struktur Organisasi
Struktur organisasi adalah suatu bagan yang menggambarkan
sistematismengenai penetapan tugas-tugas, fungsi dan wewenang serta tanggung
jawabmasing –masingdengan tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Tujuan untuk
membinakeharmonisan kerja agar pekerjaan dapat dilakanakan dengan teratur dan
baik untuk mencapai tujuan yang diinginkan secara maksimal. Susunan organisasi
KPP Pratama Lubuk Pakam adalah sebagai berikut:
1. Sub Bagian Umum
Sub Bagian Umum terdiri dari 3 bagian:
a. Tata Usaha dan Kepegawaian
Tugasnya adalah menyelenggarkan tugas pelayanan di bidang tata usaha
dankepegawaian dengan cara melakukan pengurusan surat, pengetikan surat,
pengetikandan pengadaan, penataan berkas penyusunan arsip, tata usaha
kepegawaian danpengiriman laporan agar dapat menunjang tugas Kantor
Pelayanan Pajak.
b. Keuangan
Tugasnya adalah merencanakan kebutuhan selama 1 tahun dan
melakukanpendanaan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama agar dapat menunjang
c. Bagian Rumah Tangga
Tugasnya adalah melakukan seluruh urusan rumah tangga dan urusanperlengkapan
Kantor Pelayanan Pajak Pratama agar dapat menunjang kelancarantugas Kantor
Pelayanan Pajak.
2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi
Seksi Pengolahan Data dan Informasi dipimpin oleh seorang Kepala Seksiyang
tugasnya adalah mengkoordinasikan urusan pengolahan data dan penyajianinformasi,
pembuatan monografi pajak, penggalian potensi perpajakan sertaektensifikasi wajib
pajak dan intensifikasi sesuai dengan peraturan perundang –undanganyang berlaku.
Seksi Pengolahan Data dan Informasi mempunyai tugas melakukanpengumpulan,
pencarian dan pengolahan data, penyajian informasi perpajakan, perekaman dokumen
perpajakan, urusan tata usaha penerimaan perpajakan, pengalokasian Pajak Bumi dan
Bangunan dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, pelayanan dukungan
teknis komputer, pemantauan aplikasi e-SPT dan e-Filing, pelaksanaan i-SISMIOP
dan SIG, serta penyiapan laporan kinerja.
3. Seksi Pelayanan
Seksi Pelayanan mempunyai tugas melakukan penetapan dan penertibanproduk
hukum perpajakan, pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan,penerimaan
dan pengolahan surat pemberitahuan serta penerimaan surat lainnya,penyuluhan
4. Seksi Penagihan
Seksi Penagihan mempunyai tugas melakukan urusan penatausahaan piutang pajak,
penundaan dan angsuran tunggakan pajak, penagihan aktif, usulanpenghapusan
piutang pajak serta penyimpanan dokumen-dokumen penagihan.
5. Seksi Pemeriksaan
Seksi Pemeriksaan mempunyai tugas melakukan penyusunan rencanapemeriksaan,
pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan danpenyaluran surat
perintah pemeriksaan pajak serta administrasi perpajakan lainnya.
6. Seksi Ekstensifikasi
Seksi Ekstensifikasi perpajakan mempunyai tugas melakukan pengamatan potensi
perpajakan, pendataan objek dan subjek pajak, penilaian objek pajak dalamrangka
ekstensifikasi.
7. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I, II, III
Seksi Pengawasan dan Konsultasi I, Seksi Pengawasan Konsultasi II,
SeksiPengawasan dan Konsultasi III, masing-masing mempunyai tugas
melakukanpengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan wajib pajak,
bimbingan/himbauankepada wajib pajak dan konsultasi teknis perpajakan,
penyusunan profil wajib pajak,analisis kinerja wajib pajak, melakukan rekonsiliasi
data wajib pajak dalam rangkamelakukan intensifikasi, dan melakukan evaluasi hasil
banding.
Pejabat Fungsional terdiri dari Pejabat Fungsional Pemeriksaan dan Pejabat
Fungsional Penilai yang bertanggung jawab secara langsung kepada Kepala KPP
Pratama.Dalam melaksanakan pekerjaannya, Pejabat Fungsional Pemeriksaan
berkoordinasi, integrasi, sinkronisasi dan simplifikasi dengan seksi Ekstensifikasi
Perpajakan.Selain itu, teknologi informatika dan sistem informasi dimanfaatkan
STRUKTUR ORGANISASI KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) PRATAMA
E. Wilayah Kerja Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam
WASKON KECAMATAN
Waskon I Melayani Permohonan Perpajakan dan
Konsultasi untuk seluruh Kecamatan
Waskon II
BATANG KUIS PERCUT SEI TUAN DELI TUA
PANTAI LABU PAGAR MERBAU BERINGIN PANCUR BATU SIBOLANGIT
Waskon III
SUNGGAL
S.TANJUNGMUDA HULU TANJUNG MORAWA
BIRU-BIRU LABUHAN DELI
S.TANJUNGMUDA HILIR GUNUNG MERIAH
Waskon IV
HAMPARAN PERAK LUBUK PAKAM NAMO RAMBE GALANG
WILAYAH KERJA ACCOUNT REPRESENTATIVE
WASKON AR KECAMATAN KELURAHAN
Waskon II
ARIEL SATRYA
BATANG KUIS Seluruh Kelurahan
PERCUT SEI TUAN PERCUT
PERCUT SEI TUAN CHAIRUNNY RIZKY DELI TUA Seluruh Kelurahan EDWARD SALOMO
HAMONANGAN MANIK PERCUT SEI TUAN
MEDAN ESTATE MEDAN ESTATE TOL
GUNAWAN SILALAHI PERCUT SEI TUAN
KENANGAN KENANGAN BARU KENANGAN TOL TANJUNG REJO TANJUNG SELAMAT
IRWAN SYAFII NASUTION
PANTAI LABU Seluruh Kelurahan
PERCUT SEI TUAN
AMPLAS PEMATANG LALANG TEMBUNG
JUNIOR ARGENTIN SIBARANI
PAGAR MERBAU Seluruh Kelurahan
PERCUT SEI TUAN
BANDAR KLIPPA CINTA DAMAI CINTA RAKYAT KOLAM
REGINALDI BERINGIN Seluruh Kelurahan
LAU DENDANG LAU DENDANG TOL SANGA MARTUA ENDY
PANGARIBUAN PANCUR BATU Seluruh Kelurahan SYAIFUL AZHARI PERCUT SEI TUAN SAENTIS SAMPALI
SAMPALI TOL
WINDU HUDAYA
SIBOLANGIT Seluruh Kelurahan
PERCUT SEI TUAN
BANDAR SETIA SEI ROTAN SUMBER REJO TIMUR
Waskon III
BENNI SYAHPUTRA SUNGGAL
HELVETIA KP LALANG MULYOREJO PUJI MULYO PURWODADI TG GUSTA
LIANG MUDA LIANG PEMATANG RANGGITGIT RUMAH LENGO RUMAH RIH RUMAH SUMBUL S.TANJUNGMUDA HULU
SIBUNGA BUNGA HILIR
SIPINGGAN
TANAH GARA HULU TANJUNG BAMPU TANJUNG MORAWA PKN
TANJUNG MUDA TANJUNG RAJA TANJUNG TIMUR TIGA JUHAR TANJUNG
MORAWA WONO SARI
HARIADY BIRU-BIRU
MARDINDING JULU MBARUAI
NAMO SURO BARU NAMO TUALANG
SUNGGAL
MEDAN KRIO PAYA GELI
SEI BERAS SEKATA SUNGGAL SUNGGAL KANAN TG SELAMAT HARNANTO BIRU-BIRU PENEN PER RIA RIA RUMAH GERAT SARI LABA JAHE SEMEME BATU SIDODADI SIDOMULYO TANJUNG SENA TANJUNG MORAWA BUNTU BEDIMBAR DAGANG KELAMBIR DALU 10 A
DALU 10 B TANJUNG MORAWA B
NOTO SUTANTO
LABUHAN DELI Seluruh Kelurahan
S.TANJUNGMUDA HILIR
PENUNGKIRA RAMBAI
HILIR SIGUCI SUMBUL DUA SUMBUL SATU TALA PETA TALUN KENAS TANDUKAN RAGA TANJUNG MORAWA LENGAU SERPANG NAGA TIMBUL TANJUNG MULIA SAEPUDIN
GUNUNG MERIAH Seluruh Kelurahan
TANJUNG MORAWA
DAGANG KERAWAN TANJUNG MORAWA TANJUNG MORAWA A TANJUNG MORAWA PEKAN
SIGIT HADIYUWONO SUNGGAL
SEI MENCIRIM SEI SEMAYANG SERBA JADI SM DISKI SUKA MAJU
SUWONO TANJUNG
BANGUN SARI TOL PERDAMEAN PUNDEN REJO TANJUNG BARU TELAGA SARI UJUNG SERDANG YASSER CHALID S.TANJUNGMUDA HILIR GUNUNG RINTIH JUMA TOMBAK KUTA JURUNG LAU BARUS BARU LAU RAKIT LAU REMPAK LIMAU MUNGKUR NEGARA/BERINGIN TANJUNG MORAWA LIMAU MANIS MEDAN SENEMBAH PENARA Waskon IV ADRIAN SYAMSU HAMPARAN
PERAK Seluruh Kelurahan
LUBUK PAKAM LUBUK PAKAM
TIGA
NAMO RAMBE Seluruh Kelurahan
EDI SYAHPUTRA
GALANG Seluruh Kelurahan
LUBUK PAKAM TANJUNG GARBUS
SATU
IQBAL AKBAR
BANGUN PURBA Seluruh Kelurahan
KOTALIMBARU Seluruh Kelurahan
TIGA SYAH MAD
MOTA DEPARI LUBUK PAKAM LUBUK PAKAM PEKAN
PETUMBAK Seluruh Kelurahan
SUGENG ARIADI LUBUK PAKAM
BAKARAN BATU CEMARA
LUBUK PAKAM LUBUK PAKAM I/II PAGAR JATI
PALUH KEMIRI PASAR MELINTANG PETAPAHAN
SEKIP
BAB III
GAMBARAN TENTANG PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK (PTKP)
A. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
menentukan besarnya Penghasilan Kena Pajak (PKP), kepada Wajib Pajak Orang
Pribadi diberikan pengurangan berupa Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP).
Besaran Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)sendiri diatur di
lalu.Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) pada dasarnya adalah pengurang
penghasilan neto bagi Wajib Pajak Orang Pribadi dalam menentukan besarnya
Penghasilan Kena Pajak (PKP). Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)ditentukan
berdasarkan keadaan pada1 Januari tahun pajak yang bersangkutan.
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)sendiri dibedakan antara Wajib Pajak
kawin dan yang tidak kawin, sehingga secara rinci besaran Penghasilan Tidak Kena
Pajak (PTKP) adalah sebagai berikut:
a. Rp 24.300.000,- untuk diri Wajib Pajak Orang Pribadi
c. Rp 24.300.000,- tambahan untuk seorang istri yang penghasilannya digabung
dengan penghasilan suami sebagaimana dimaksud dalam
d. Rp 2.025.000,- tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga
semenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat, yang menjadi
tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3 (tiga) orang untuk setiap keluarga.
Yang dimaksud dengan keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu
derajat adalah ayah, ibu, dan anak. Sedangkan hubungan keluarga sedarah dalam
garis keturunan kesamping satu derajat adalah saudara kandung. Sementara itu yang
dimaksud dengan keluarga semenda dalam garis keturunan lurus satu derajat adalah
mertua dan anak tiri, sedangkan hubungan keluarga semenda dalam garis keturunan
kesamping satu derajat adalah ipar.
Jadi anggota keluarga sedarah dan semenda dalam garis keturunan lurus yang
menjadi tanggungan sepenuhnya misalnya orang tua, mertua, anak kandung, atau
anak angkat berhak mendapatkan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)maksimal 3
orang untuk setiap keluarga. Sedangkan yang dimaksud dengan menjadi tanggungan
sepenuhnya adalah anggota keluarga yang tidak mempunyai penghasilan dan seluruh
biaya hidupnya ditanggung oleh Wajib Pajak.
Pengertian menjadi tanggungan sepenuhnya menurut Undang - Undang Pajak
a. tinggal bersama – sama dengan Wajib Pajak;
b. nampak secara nyata tidak mempunyai penghasilan sendiri;
c. tidak pula turut dibantu oleh lain – lain anggota keluarga atau oleh orang
tuanya sendiri.
Sedangkan kalau Wajib Pajak sekedar menyumbang, membantu, bertanggung
jawab dan sebagainya, tidak termasuk dalam menjadi tanggungan sepenuhnya.
Contoh cara penghitungan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP):
Kang Yudi merupakan Wajib Pajak Orang Pribadi yang pada 1 Januari 2014
berdasarkan fotokopi surat nikah dan kartu keluarga berstatus Kawin dengan 2
Tanggungan. Maka Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)-nya dihitung dengan cara:
NO URAIAN JUMLAH
1 Untuk diri Kang Yudi 24.300.000,-
2 Tambahan karena Kang Yudi telah menikah 2.025.000,-
3 Tambahan dua orang tanggungan (2x
Rp2.025.000,-)
4.050.000,-
4 Jumlah 30.375.000,-
(Sumber: Nashikudin, 2015)
Bagi Wajib Pajak Tidak Kawin, maka status Penghasilan Tidak Kena Pajak
(PTKP)– nya adalah TK/jumlahtanggungan (TK garis miring jumlah tanggungan).
Misalnya Wajib Pajak bujangan yang tidak memiliki tanggungan, dituliskan sebagai
TK/0 (dibaca Tidak Kawin 0 tanggungan). Wajib Pajak bujangan yang menanggung
keluarga sedarah 1 orang akan dituliskan TK/1, dst. Besaran masing – masing
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)untuk Wajib Pajak Tidak Kawin adalah
sebagai berikut:
NO URAIAN JUMLAH
1 TK/0 24.300.000,-
2 TK/1 26.325.000,-
3 TK/2 28.350.000,-
4 TK/3 30.375.000,-
(Sumber: Nashikudin, 2015)
C. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) Bagi Wajib Pajak Kawin
Wajib Pajak yang telah kawin, selain mendapatkan Penghasilan Tidak Kena
Pajak (PTKP) untuk dirinya sendiri, juga mendapatkan Penghasilan Tidak Kena
Pajak (PTKP) untuk status perkawinannya, ditambah anggota keluarga yang menjadi
tanggungan sepenuhnya maksimal 3 orang. Penulisan Penghasilan Tidak Kena Pajak
Besaran masing – masing Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) untuk Wajib
Pajak Kawin adalah sebagai berikut:
NO URAIAN JUMLAH
1 K/0 26.325.000,-
2 K/1 28.350.000,-
3 K/2 30.375.000,-
4 K/3 32.400.000,-
(Sumber: Nashikudin, 2015)
D. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)Karyawati Kawin Yang Menggunakan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) Suami Dalam Pemenuhan Hak Dan Pelaksanaan Kewajiban Perpajakannya
Undang - Undang Pajak Penghasilan menempatkan keluarga sebagai satu
kesatuan ekonomis, sehingga penghasilan dari seluruh keluarga digabungkan dengan
penghasilan kepala keluarga sebagai satu kesatuan, begitu juga dengan kerugiannya.
Oleh karena itu karyawati yang telah kawin wajib menggunakan Nomor Pokok Wajib
Pajak (NPWP) suami dalam pelaksanaan hak dan pemenuhan kewajiban
perpajakannya sebagaimana diatur dalam PER-20/PJ/2013. Ketentuan Penghasilan
Tidak Kena Pajak (PTKP) bagi karyawati kawin yang menggunakan Nomor Pokok
Wajib Pajak (NPWP) suami dalam pemenuhan hak dan pelaksanaan kewajiban
a. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) yang diberikan oleh pemberi kerja
dalam penghitungan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 adalah sebesar untuk
dirinya sendiri saja, sehingga statusnya dianggap TK/0,
b. Dalam hal karyawati kawin tersebut dapat membuktikan dengan surat
keterangan tertulis serendah-rendahnya dari kecamatan yang menyatakan
bahwa suaminya tidak menerima/memperoleh penghasilan, maka besarnya
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) yang diberikan adalah sebesar
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) untuk dirinya sendiri + Penghasilan
Tidak Kena Pajak (PTKP) status kawin + Penghasilan Tidak Kena Pajak
(PTKP) untuk keluarga yang menjadi tanggungan sepenuhnya maksimal 3
(tiga) oran
Meskipun suami dan istri dianggap sebagai satu kesatuan ekonomis, dalam
hal-hal tertentu penghasilan suami dan istri dikenai pajak secara terpisah, yakni dalam
hal:
1. suami - istri telah hidup berpisah berdasarkan putusan hakim (HB-Hidup
Berpisah)
2. dikehendaki secara tertulis oleh suami-istri berdasarkan perjanjian pemisahan
harta dan penghasilan (PH-Pisah Harta)
3. dikehendaki oleh istri yang memilih untuk menjalankan hak dan kewajiban
perpajakannya sendiri (MT-Memilih Terpisah)
Apabila suami - istri memiliki keadaan Pisah Harta (PH) atau Memilih Terpisah
(MT), maka dikenai pajak berdasarkan penggabungan penghasilan neto suami dan
penghasilan neto istri, serta besarnya Pajak Penghasilan (PPh) terutang yang harus
dilunasi oleh masing-masing suami-istri dihitung sesuai dengan perbandingan
penghasilan neto mereka. Sehingga status Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)-nya
ditulis K/I/tanggungan (K garis miring I garis miring tanggungan). Artinya Wajib
Pajak dengan status kawin, mendapat tambahan seorang istri yang penghasilannya
digabung dengan penghasilan suami, ditambahPenghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
untuk anggota keluarga yang menjadi tanggungan.
NO URAIAN JUMLAH
2 K/I/1 52.650.000,-
3 K/I/2 54.675.000,-
4 K/I/3 56.700.000,-
(Sumber: Nashikudin, 2015)
F. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) Wanita Kawin Dengan Status Hidup Berpisah (HB)
Dalam hal suami - istri telah hidup berpisah berdasarkan putusan hakim, Wajib
Pajak tersebut diperlakukan seperti Wajib Pajak Tidak Kawin, sehingga status
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)-nya adalah TK/tanggungan (TK garis miring
tanggungan).
Contoh:
Suami - istri pada awal tahun pajak telah memiliki status hidup berpisah dengan
putusan hakim dan memiliki 3 orang anak. Maka dapat digambarkan sebagai berikut:
NO URAIAN Status PTKP Suami Status PTKP Istri
1 3 anak menjadi tanggungan suami
0 anak menjadi tanggungan istri
TK/3 TK/0
1 anak menjadi tanggungan istri
3 1 anak menjadi tanggungan suami
2 anak menjadi tanggungan istri
TK/1 TK/2
4 0 anak menjadi tanggungan suami
3 anak menjadi tanggungan istri
TK/0 TK/3
(Sumber: Nashikudin, 2015)
G. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) Atas Warisan
Penghasilan dari warisan yang belum terbagi pada prinsipnya merupakan hak
dan dapat dibagikan kepada para ahli waris yang berhak, dan penghasilan tersebut
harus digabungkan dengan penghasilan lainnya yang diterima atau diperoleh
masing-masing ahli Waris.
Oleh karena itu, dalam menghitung Penghasilan Kena Pajak (PKP) masing -
masing ahli waris telah memperoleh pengurangan berupaPenghasilan Tidak Kena
Pajak (PTKP), maka dalam menghitung Penghasilan Kena Pajak (PKP) atas
penghasilan yang berasal dari warisan yang belum terbagi tidak diberikan
pengurangan berupaPenghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP). (Nasikhudin, 2015)
BAB IV
ANALISA DAN EVALUASI
Tabel IV.1
Keterangan 2012 2013 2014
Penghasilan Tidak
Kena Pajak (PTKP) 15.840.000 24.300.000 24.300.000
Jumlah Wajib Pajak
Penghasilan (PPh)
Pasal 21
8.147 8.745 9.641
Jumlah Target Kantor
Pelayanan Pajak
Pratama (KPP) Lubuk
Pakam
416.603.340.000 514.625.999.999 562.531.040.000
Jumlah Penerimaan
Pajak Penghasilan
(PPh) Pasal 21
382.698.376.388 473.745.645.671 569.557.972.633
Persentase Penerimaan 91,86% 92,06% 101,25%
(Sumber: KPP Pratama Lubuk Pakam)
Penjelasan:
Dari data diatas, Penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 Tahun 2012
91,86%. Penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 pada tahun 2013 yang telah
mengalami kenaikan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) sebesar 92,06%.
Penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 tahun 2013 mengalami kenaikan
sebesar 0,2% dibandingkan tahun 2013.
Pada tahun 2014 Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 meningkat sebesar
101,25%. Peningkatan ini melebihitarget penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal
21. Penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 tahun 2014 mengalami kenaikan
sebesar 9,19% dibandingkan tahun 2013. Pada tahun 2014 tidak ada perubahan
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) yang dapat mempengaruhi penerimaan pajak.
Peningkatan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)ternyata tidak
mengakibatkan penurunan penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21. Hal ini
disebabkan karena beberapa faktor seperti peningkatan jumlah Wajib Pajak,
peningkatan penghasilan, dan perubahan status Wajib Pajak. Misalnya, dari data
diatas dapat dilihat adanya peningkatan jumlah wajib pajak yang cukup signifikan.
Walaupun karena kenaikan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) ini mengakibatkan
beberapa wajib pajak tereliminasi karena penghasilannya per tahun lebih rendah dari
batas Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP), namun karena beberapa faktor seperti
jumlah wajib pajak dan penghasilan yang meningkat, sehingga dampak dari
perubahan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) ini tidak menyebabkan penurunan
Untuk lebih memperjelas perubahan yang diakibatkan oleh peningkatan
PTKP, maka berikut disajikan beberapa kasus mengenai faktor – faktor yang
menyebabkan penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 tidak mengalami
penurunan walaupun terjadinya peningkatan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP).
B. Kasus
1. PTKP Lama, Penghasilan Tetap, Jumlah Karyawan Tetap
Tahun 2012, PT. ABC merupakan wajib pajak dari Kantor Pelayanan Pajak
(KPP) Pratama Lubuk Pakam. PT. ABC memiliki 20 karyawan aktif yang
[image:53.612.125.548.434.705.2]bekerja di perusahaan ini. Berikut data karyawan PT. ABC :
Tabel VI.2
No
. Nama
Penghasilan Neto/Tahun
(Rp) Status PTKP PKP
PPh Pasal 21
PPh Pasal 21/Bulan
1 A 44685000 TK/0 15840000 28845000 1442250 120188
2 B 34206600 TK/2 18480000 15726600 786330 65528
3 C 34328400 TK/0 15840000 18488400 924420 77035
4 D 103206000 K/3 21120000 82086000 7312900 609408
5 E 87605400 TK/2 18480000 69125400 5368810 447401
6 F 68406000 K/0 17160000 51246000 2686900 223908
7 G 258489000 K/1 18480000 240009000 31001350 2583446
8 H 44685000 TK/2 18480000 26205000 1310250 109188
9 I 54008160 K/3 21120000 32888160 1644408 137034
10 J 41405400 K/1 18480000 22925400 1146270 95523
11 K 25206000 TK/0 15840000 9366000 468300 39025
12 L 187209360 TK/0 15840000 171369360 20705404 1725450
13 M 150001800 K/1 18480000 131521800 14728270 1227356
15 O 82441440 TK/1 17160000 65281440 4792216 399351
16 P 45006000 K/1 18480000 26526000 1326300 110525
17 Q 99606000 K/2 19800000 79806000 6970900 580908
18 R 126006600 K/3 21120000 104886600 10732990 894416
19 S 42009120 K/0 17160000 24849120 1242456 103538
20 T 54008160 TK/2 18480000 35528160 1776408 148034
TOTAL PPH PASAL 21 KARYAWAN PT. ABC 9884786
2. PTKP Baru, Penghasilan Tetap, Jumlah Karyawan Tetap
Tahun 2013, PT. ABC merupakan wajib pajak dari Kantor Pelayanan Pajak
(KPP) Pratama Lubuk Pakam. PT. ABC masih memiliki 20 karyawan aktif
yang bekerja di perusahaan ini dan belum ada penambahan karyawan sekarang.
[image:54.612.119.550.111.231.2]Berikut data karyawan PT. ABC :
Tabel VI.3
No. Nama
Penghasilan Neto/Tahun
(Rp) Status PTKP PKP
PPh Pasal 21
PPh Pasal 21/Bulan
1 A 44685000 TK/0 24300000 20385000 1019250 84938
2 B 34206600 TK/2 28350000 5856600 292830 24403
3 C 34328400 TK/0 24300000 10028400 501420 41785
4 D 103206000 K/3 32400000 70806000 5620900 468408
5 E 87605400 TK/2 28350000 59255400 3888310 324026
6 F 68406000 K/0 26325000 42081000 2104050 175338
7 G 258489000 K/1 28350000 230139000 29520850 2460071
8 H 44685000 TK/2 28350000 16335000 816750 68063
9 I 54008160 K/3 32400000 21608160 1080408 90034
10 J 41405400 K/1 28350000 13055400 652770 54398
11 K 25206000 TK/0 24300000 906000 45300 3775
12 L 187209360 TK/0 24300000 162909360 19436404 1619700
3. PTKP Baru, Penghasilan Tetap, Jumlah Karyawan Meningkat
Tahun 2013, PT. ABC merupakan wajib pajak dari Kantor Pelayanan Pajak
(KPP) Pratama Lubuk Pakam. Sebelumnya, PT. ABC memiliki 20 karyawan
aktif yang bekerja di perusahaan ini. Sekarang, PT. ABC menambah 10
karyawan dan PT. ABC memiliki 30 karyawan aktif. Berikut data karyawan
[image:55.612.120.552.112.241.2]PT. ABC :
Tabel VI.4
No. Nama
Penghasilan Neto/Tahun
(Rp) Status PTKP PKP
PPh Pasal 21
PPh Pasal 21/Bulan
1 A 44685000 TK/0 24300000 20385000 1019250 84938
2 B 34206600 TK/2 28350000 5856600 292830 24403
3 C 34328400 TK/0 24300000 10028400 501420 41785
4 D 103206000 K/3 32400000 70806000 5620900 468408
5 E 87605400 TK/2 28350000 59255400 3888310 324026
6 F 68406000 K/0 26325000 42081000 2104050 175338
7 G 258489000 K/1 28350000 230139000 29520850 2460071
8 H 44685000 TK/2 28350000 16335000 816750 68063
9 I 54008160 K/3 32400000 21608160 1080408 90034
10 J 41405400 K/1 28350000 13055400 652770 54398
14 N 64806000 TK/3 30375000 34431000 1721550 143463
15 O 82441440 TK/1 26325000 56116440 3417466 284789
16 P 45006000 K/1 28350000 16656000 832800 69400
17 Q 99606000 K/2 30375000 69231000 5384650 448721
18 R 126006600 K/3 32400000 93606600 9040990 753416
19 S 42009120 K/0 26325000 15684120 784206 65351
20 T 54008160 TK/2 28350000 25658160 1282908 106909
11 K 25206000 TK/0 24300000 906000 45300 3775
12 L 187209360 TK/0 24300000 162909360 19436404 1619700
13 M 150001800 K/1 28350000 121651800 13247770 1103981
14 N 64806000 TK/3 30375000 34431000 1721550 143463
15 O 82441440 TK/1 26325000 56116440 3417466 284789
16 P 45006000 K/1 28350000 16656000 832800 69400
17 Q 99606000 K/2 30375000 69231000 5384650 448721
18 R 126006600 K/3 32400000 93606600 9040990 753416
19 S 42009120 K/0 26325000 15684120 784206 65351
20 T 54008160 TK/2 28350000 25658160 1282908 106909
21 U 66602400 K/1 28350000 38252400 1912620 159385
22 V 41402640 TK/2 13247770 28154870 1407744 117312
23 W 33609000 K/3 32400000 1209000 60450 5038
24 X 78849600 TK/0 24300000 54549600 3182440 265203
25 Y 54609360 TK/0 24300000 30309360 1515468 126289
26 Z 41405400 K/2 30375000 11030400 551520 45960
27 AB 54609360 K/0 26325000 28284360 1414218 117852
28 BC 150001800 K/1 28350000 121651800 13247770 1103981
29 CD 342007200 K/3 32400000 309607200 42401800 3533483
30 DE 366006600 TK/0 24300000 341706600 50426650 4202221
TOTAL PPH PASAL 21 KARYAWAN PT. ABC 18067688
4. PTKP Baru, Penghasilan Meningkat, Karyawan Tetap
Tahun 2013, PT. ABC merupakan wajib pajak dari Kantor Pelayanan Pajak
(KPP) Pratama Lubuk Pakam. PT. ABC masih memiliki 20 karyawan aktif
yang bekerja di perusahaan ini. Saat ini, karyawan PT. ABC mendapatkan
[image:56.612.121.545.109.460.2]kenaikan penghasilan dari perusahaan.
No. Nama
Penghasilan Neto/Tahun
(Rp) Status PTKP PKP
PPh Pasal 21
PPh Pasal 21/Bulan
1 A 76209000 TK/0 24300000 51909000 2786350 232196
2 B 42006600 TK/2 28350000 13656600 682830 56903
3 C 42608400 TK/0 24300000 18308400 915420 76285
4 D 128407200 K/3 32400000 96007200 9401080 783423
5 E 114005400 TK/2 28350000 85655400 3888310 324026
6 F 68406000 K/0 26325000 42081000 2104050 175338
7 G 295929000 K/1 28350000 267579000 35136850 2928071
8 H 54285000 TK/2 28350000 25935000 1296750 108063
9 I 60008160 K/3 32400000 27608160 1380408 115034
10 J 79205400 K/1 28350000 50855400 2628310 219026
11 K 33606000 TK/0 24300000 9306000 465300 38775
12 L 202809360 TK/0 24300000 178509360 21776404 1814700
13 M 246009600 K/1 28350000 217659600 27648940 2304078
14 N 78966000 TK/3 30375000 48591000 2429550 202463
15 O 129607200 TK/1 26325000 103282200 10492330 874361
16 P 48600000 K/1 28350000 20250000 1012500 84375
17 Q 134766600 K/2 30375000 104391600 10658740 888228
18 R 147605400 K/3 32400000 115205400 12280810 1023401
19 S 91201440 K/0 26325000 64876440 4731466 394289
20 T 68169360 TK/2 28350000 39819360 1990968 165914
TOTAL PPH PASAL 21 KARYAWAN PT. ABC 12808947
5. PTKP Baru, Penghasilan Meningkat, Jumlah Karyawan Meningkat, Status
Berbeda
Tahun 2013, PT. ABC merupakan wajib pajak dari Kantor Pelayanan Pajak
(KPP) Pratama Lubuk Pakam. Sebelumnya, PT. ABC memiliki 20 karyawan
aktif yang bekerja di perusahaan ini. Saat ini, PT. ABC telah memiliki 30
Beberapa karyawan juga memiliki status yang berbeda dari sebelumnya, ada
yang menikah, ada yang bercerai, tanggungan bertambah, dan tanggungan
[image:58.612.123.543.240.698.2]berkurang. Berikut data karyawan PT. ABC :
Tabel VI.6
No. Nama
Penghasilan Neto/Tahun
(Rp)
Status PTKP PKP PPh Pasal
21
PPh Pasal 21/Bulan
1 A 76209000 TK/1 26325000 49884000 2494200 207850
2 B 42006600 K/0 26325000 15681600 784080 65340
3 C 42608400 TK/3 30375000 12233400 611670 50973
4 D 128407200 K/2 30375000 98032200 9704830 808736
5 E 114005400 TK/2 28350000 85655400 7848310 654026
6 F 68406000 K/1 28350000 40056000 2002800 166900
7 G 295929000 TK/1 26325000 269604000 35440600 2953383
8 H 54285000 TK/2 28350000 25935000 1296750 108063
9 I 60008160 TK/3 30375000 29633160 1481658 123472
10 J 79205400 K/1 28350000 50855400 2628310 219026
11 K 33606000 TK/0 24300000 9306000 465300 38775
12 L 202809360 K/0 26325000 176484360 21472654 1789388
13 M 246009600 K/3 32400000 213609600 27041440 2253453
14 N 78966000 K/3 32400000 46566000 2328300 194025
15 O 129607200 TK/2 28350000 101257200 10188580 849048
16 P 48600000 K/1 28350000 20250000 1012500 84375
17 Q 134766600 K/3 32400000 102366600 10354990 862916
18 R 147605400 TK/0 24300000 123305400 13495810 1124651
19 S 91201440 K/1 28350000 62851440 4427716 368976
20 T 68169360 TK/2 28350000 39819360 1990968 165914
21 U 66602400 K/2 30375000 36227400 1811370 150948
22 V 41402640 TK/2 28350000 13052640 652632 54386
23 W 33609000 K/3 32400000 1209000 60450 5038
24 X 78849600 K/0 26325000 52524600 2878690 239891
Penjelasan :
1. Pada tabel VI.2, jumlah penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 dari
karyawan PT. ABC sebesar Rp 9.884.786 dengan kasus Penghasilan Tidak
Kena Pajak (PTKP) yang digunakan adalah versi Penghasilan Tidak Kena
Pajak (PTKP) sebelum Peraturan Menteri Keuangan Nomor
PMK-162/PMK.011/2012 yaitu sebesar Rp 15.840.000, penghasilan karyawan tetap,
dan jumlah karyawan tetap.
2. Pada Tabel VI.3, jumlah penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 dari
karyawan PT. ABC sebesar Rp 8.390.965 dengan kasus Penghasilan Tidak
Kena Pajak (PTKP) yang digunakan adalah versi Penghasilan Tidak Kena
Pajak (PTKP) yang diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor
PMK-162/PMK.011/2012 yaitu sebesar Rp 24.300.000, penghasilan karyawan tetap,
dan jumlah karyawan tetap.
Dari kedua tabel tersebut, penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 dari
karyawan PT. ABC dari tabel VI.2 lebih tinggi daripada tabel VI.3. Hal ini
dikarenakan perbedaan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) yang dikenakan
terhadap penghasilan karyawan PT. ABC. Penghasilan Tidak Kena Pajak
26 Z 41405400 K/3 32400000 9005400 450270 37523
27 AB 54609360 K/0 26325000 28284360 1414218 117852
28 BC 150001800 K/1 28350000 121651800 13247770 1103981
29 CD 342007200 TK/3 30375000 311632200 42908050 3575671
30 DE 366006600 K/1 28350000 337656600 49414150 4117846
(PTKP) tahun 2013 lebih tinggi daripada Penghasilan Tidak Kena Pajak
(PTKP) tahun 2012 sementara jumlah karyawan dan penghasilan karyawan PT.
ABC tetap. Sehingga menyebabkan jumlah penerimaan Pajak Penghasilan
(PPh) Pasal 21 karyawan PT. ABC di tabel VI.3 lebih kecil daripada tabel VI.2.
3. Pada tabel VI.4, jumlah penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 dari
karyawan PT. ABC sebesar Rp 18.067.688 dengan kasus Penghasilan Tidak
Kena Pajak (PTKP) yang digunakan adalah versi Penghasilan Tidak Kena
Pajak (PTKP) yang diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor
PMK-162/PMK.011/2012 yaitu sebesar Rp 24.300.000, penghasilan tetap, dan jumlah
karyawan meningkat.
Pada tabel ini, penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 yang
menggunakan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) yang terbaru lebih besar
daripada tabel VI.2 yang menggunakan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
yang lama. Hal ini dikarenakan karena pada tabel VI.4 terjadi peningkatan
jumlah karyawan PT. ABC, sehingga penerimaan Pajak Penghasilan (PPh)
Pasal 21 lebih besar daripada tabel VI.2.
4. Pada tabel VI.5, jumlah penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 dari
karyawan PT. ABC sebesar Rp 12.808.947 dengan kasus Penghasilan Tidak
Kena Pajak (PTKP) yang digunakan adalah versi Penghasilan Tidak Kena
PMK-162/PMK.011/2012 yaitu sebesar Rp 24.300.000, penghasilan meningkat, dan
karyawan tetap.
Pada tabel ini, penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 yang
menggunakan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) yang terbaru lebih besar
daripada tabel VI.2 yang menggunakan Penghasilan Tidak Kena Pajak
(PTKP) yang lama. Hal ini dikarenakan pada tabel VI.5 terjadi peningkatan
penghasilan karyawan PT. ABC walaupun jumlah karyawan tetap. Sehingga
penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 pada tabel VI.5 lebih besar
daripada tabel VI.2.
5. Pada tabel VI.6, jumlah penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 dari
karyawan PT. ABC sebesar Rp 22.618.711dengan kasus Penghasilan Tidak
Kena Pajak (PTKP) yang digunakan adalah versi Penghasilan Tidak Kena
Pajak (PTKP) yang diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor
PMK-162/PMK.011/2012 yaitu sebesar Rp 24.300.000, penghasilan meningkat,
jumlah karyawan meningkat, dan status karyawan yang berbeda.
Pada tabel ini, penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 yang
menggunakan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) yang terbaru lebih besar
daripada tabel VI.2 yang menggunakan Penghasilan Tidak Kena Pajak
(PTKP) yang lama. Hal ini dikarenakan pada tabel VI.6 terjadi peningkatan
penghasilan karyawan PT. ABC, peningkatan jumlah karyawan, dan
perubahan pengenaan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) pada karyawan
PT. ABC. Sehingga menyebabkan penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal
21 pada tabel VI.6 lebih besar daripada tabel VI.2.
C. Upaya Dalam Memenuhi Target Penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 Saat Terjadinya Perubahan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam berupaya memenuhi
target penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21.. Hal ini sangat berhubungan
secara signifikan dalam pencapaiaan target penerimaan pajak dan dukungan seluruh
masyarakat sangat dibutuhkan. Beberapa upaya yang dilakukan untuk memenuhi
target penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 saat terjadinya perubahan
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) :
1. Mendorong Wajib Pajak untuk benar – benar melaporkan pajaknya sehingga
Wajib Pajak tidak menghindari kewajiban perpajakannya.
2. Meningkatkan pengawasan internal untuk mendeteksi berbagai kasus
penyimpangan sehubungan dengan pelaksanaan tugas.
3. Memperbaiki sistem dan prosedur yang mengarah pada sistem yang dapat
mempermudah pelayanan dan mendorong efektifitas dalam pemenuhan target
penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21.
4. Melakukan sosialisasi kepada masyarakat sehubungan dengan perubahan
5. Melakukan pengawasan terhadap Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban
perpajakannya.
6. Melakukan penyempurnaan sistem administrasi perpajakan untuk
meningkatkan penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21.
7. Optimalisasi kualitas pelayanan sebagai upayapemenuhan target penerimaan
Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21.
8. Melibatkan masyarakat luas dalam mekanisme pengawasan penerimaan Pajak
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil oleh penulis setelah melakukan
penelitian mengenai pengaruh perubahan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
terhadap penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 di Kantor Pelayanan Pajak
(KPP) Pratama Lubuk Pakam sebagi berikut:
1. Berdasarkan data pada tabel VI.1, dari tahun 2012 – 2014, penerimaan
Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 di Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
Pratama Lubuk Pakam tidak mengalami penurunan walaupun mengalami
perubahan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP).
2. Penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 tidak mengalami penurunan
karena disebabkan beberapa faktor seperti meningkatnya jumlah wajib
pajak, meningkatnya penghasilan wajib pajak, dan perubahan status wajib
pajak. Seperti di tabel VI.1, Penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21
tidak mengalami penurunan karena salah satu faktornya adanya peningkatan
jumlah wajib pajak di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Lubuk Pakam.
3. Penerapan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) yang meningkat memang
secara orang – perorangan menyebabkan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21
faktor – faktor seperti kenaikan penghasilan, kenaikan jumlah wajib pajak,
dan perubahan status wajib pajak.
4. Pegawai Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam telah
melakukan upaya-upaya yang baik dalam memenuhi target penerimaan
Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21.
B. Saran
Setelah penulis mengambil kesimpulan dari penelitian mengenai pengaruh
perubahan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) terhadap penerimaan Pajak
Penghasilan (PPh) Pasal 21 di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam,
penulis ingin menyampaikan saran - saran. Hal tersebut bertujuan agar di masa yang
akan datang dalam pemenuhan target penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21
di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam tetap baik dan mengalami
peningkatan. Adapun saran - saran yang ingin disampaikan adalah sebagai berikut:
1. Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam harus lebih giat
untuk mengajak masyarakat yang berpotensi pajak untuk taat dalam
pemenuhan kewajiban perpajakannya.
2. Melakukan penyuluhan dan memperbanyak agenda seminar tentang
perpajakan yang dapat memberikan bimbingan bagi wajib pajak mengenai
Wajib pajak yang kurang memahami dan mengerti dengan Ketentuan
Perpajakan.
3. Hendaknya dilakukan sosialisasi langsung yang bekerja sama dengan
pemerintah daerah yang menunjukkan adanya transparansi terhadap
penggunaan uang pajak yang diterima ataupun yang akan digunakan kepada
masyarakat merupakan salah satu contoh sosialisasi langsung yaitu dengan
memberikan tulisan, stiker, ataupun spanduk pada fasilitas-fasilitas umum.
Hal tersebut dapat menumbuhkan rasa keinginan masyarakat dalam
memenuhikewajiban sebagai wajib pajak.
4. Penulis menyarankan agar pegawai Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama
Lubuk Pakam dapat menjalin hubungan yang lebih baik lagi dengan Wajib
Pajak. Tujuannya adalah untuk menjamin agar Wajib Pajak tersebut
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Jenderal Pajak. 2013. Lebih Dekat Dengan Pajak. Jakarta : Direktorat Jenderal Pajak.
Waluyo. 2005. Perpajakan Indonesia Edisi Kesembilan. Jakarta : Salemba Empat
Candra, Andi. 2012. Selamat Datang PTKP Baru. (dikutip dari website Direktorat
Jenderal Paj
Darwis, Tommy K. 2012, Dampak Kenaikan PTKP dan Strategi DJP. (dikutip
dariwebsite Direktorat Jenderal Paj