LAPORAN TUGAS AKHIR
UPAYA PENINGKATAN PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 ATAS PENGHASILAN YANG DITERIMA PEGAWAI TETAP DI KANTOR
PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN BARAT OLEH :
NAMA : Nurul Khadijah NIM : 122600147
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Menyelesaikan Studi Pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
Alhamdulillahirabbil’alamin, dengan segenap kerendahan hati, penulis
mengucapkan syukur kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir
Praktik Kerja Lapangan yang berjudul “Upaya Peningkatan Penerimaan Pajak
Penghasilan Pasal 21 Atas Penghasilan Yang Diterima Pegawai Tetap Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat” yang di maksutkan untuk memenuhi
salah satu syarat dalam menyelesaikan studi pada Program Diploma III Administrasi
Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
Laporan ini dibuat oleh penulis berdasarakan Praktik Kerja Lapangan
Mandiri pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat dan tentunya tidak
terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, Penulis mengucapkan terima
kasih sebesar - besarnya kepada pihak yang telah memberikan bantuan yang tak
ternilai, dan dengan segala kerendahan hati penulis mengharapakan semoga Tugas
Akhir ini bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukannya.
Penulis mengucapkan terima kasih sebesar - besarnya kepada pihak yang telah
memberikan bantuan yang tak ternilai dalam menyelesaikan Laporan Tugas Akhir,
terutama sekali kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara
2. Bapak Drs. Alwi Hashim Batubara, M.Si selaku Ketua Program Studi
Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Dra. Rosmiani M.A seaku Dosen Pembimbing yang telah bersedia
meluangkan waktu, pikiran, tenaga untuk membimbing penulis ke arah
yang lebih sempurna sehingga selesainya Laporan Tugas Akhir ini
4. Bapak dan Ibu Dosen serta seluruh Staf dan Pegawai Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu politik Universitas Sumatera Utara
5. Bapak Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat yang telah
memberikan izin kesempatan bagi penulis dalam melakukan riset
6. Seluruh Staf dan Pegawai di Seksi Pelayanan dan Seksi Pengolahan Data
dan Informasi di Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat
7. Terimakasih tak henti - hentinya kepada ALLAH SWT, yang senantiasa
memberikan kesehatan dan umur panjang kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini dengan sebaik – baiknya
8. Terimakasih tak terhingga kepada Orang Tua saya, Ayahanda Taufik
Lubis dan Mama Susu Andolita Hutagalung yang selalu mendoakan, dan
memberikan kasih sayang serta dukungan moril dan materil yang tidak
tergantikan sepanjang masa
9. Adik – adik ku tersayang, M. Maaz, Furqan, M. Faiz Lbs, M. Fauzan Lbs,
Siti Ghina Ayu Marfuah Lbs yang telah memberikan bantuan, dukungan
dan semangat kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Laporan
Tugas Akhir ini
terutama kepada Satriani, Fitria Mandriani, Kiki Pranita, Neni Wahyuni,
dan Resya Putri Amanda yang telah berbagi dalam suka dan duka selama
perkuliahan
11. Teman – teman baik yang selalu memberikan dukungannya terutama
kepada Putri Nursafitri, Ranti Ramadiana, Eriza Mediana, dan Devi
Aryani Saputri
Dalam penyusunan laporan tugas akhir ini, penulis menyadari sepenuhnya
bahasa yang digunakan dalam laporan tugas akhir ini masih belum sempurna, dan
masih banyak kekurangan yang disebabkan oleh keterbatasan kemampuan penulis.
Akhir kata, penulis berharap semoga laporan tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi
kita semua, rekan-rekan mahasiswa, dan para pembaca sekalian.
Medan, Juli 2015
Penulis
Nurul Khadijah
122600147
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI... iv
DAFTAR TABEL DAN BAGAN ...viii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang PKLM ... 1
B. Tujuan dan Manfaat PKLM ... 3
1. Tujuan PKLM ... 3
2. Manfaat PKLM ... 3
2.1 Bagi Mahasiswa ... 3
2.2 Bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat... 4
2.3 Bagi Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fisip Usu ... 4
C. Uraian Teoritis... 5
1. Pengertian Pajak ... 5
2.Pengertian PPh Pasal 21, Pemotong PPh Pasal 21, Penerimaan Penghasilan PPh Pasal 21 ... 6
D. Ruang Lingkup PKLM ... 7
F. Metode Pengumpulan Data ... 9
G. Sistematika Penulisan Laporan ... 10
BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN BARAT A. Sejarah Singkat Berdirinya KPP Pratama Medan Barat ... 12
B. Visi dan Misi KPP Pratama Medan Barat ... 13
C. Wilayah Kerja KPP Medan Barat ... 14
D. Tugas Umum dan Fungsi KPP Medan Barat ... 15
E. Struktur Organisasi dan Tugas Pokok serta Fungsi dari Setiap Seksi di KPP Medan Barat... 16
BAB III GAMBARAN DATA PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 A. Pengertian Pajak Penghasilan... 30
B. Pajak Penghasilan Pasal 21 ... 31
1. Dasar Hukum Pajak Penghasilan Pasal 21 ... 31
2. Pengertian Pajak Penghasilan Pasal 21 ... 32
3. Wajib Pajak ... 33
4. Objek Pajak Penghasilan Pasal 21 ... 35
5. Penghasilan yang Dikecualikan dari Pengenaan Pajak Penghasilan pasal 21 ... 37
6. Subjek Pajak Penghasilan Pasal 21 ... 38
7. Penerima Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 21 ... 39
8. Biaya Jabatan dan Biaya Pensiun ... 42
9. Tarif dan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) ... 42
10. Tarif PPh Pasal 21 Final... 46
11. Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 ... 47
C. Contoh Kasus... 50
BAB VI ANALISIS DAN EVALUASI DATA A. Potensi Penerimaan pajak Penghasilan Pasal 21 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat ... 53
1. Analisa Jumlah Wajib Pajak yang terdaftar Sebagai Wajib pajak di KPP Pratama Medan Barat ... 53
2. Analisa Penerimaan SPT Masa dan SPT Masa PPh Pasal 21 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat ... 54
3. Analisa Penerimaan Pajak Penghasilan Pasal 21 di Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Medan Barat ... 54
B. Upaya Peningkatan Penerimaan Pajak Penghasilan Pasal 21 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat... 55
1. Melakukan pengawasan terhadap Wajib Pajak ... 55
2. mengirim Himbauan Kepada Pemotong Pajak ... 56
3. Melakukan Pemeriksaan Terhadap Wajib Pajak ... 56
C. Kendala-Kendala yang Dihadapi Dalam Meningkatkan Penerimaan Pajak Penghasilan Pasal 21 atas Penghasilan yang Diterima Pegawai Tetap di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat... 57
1. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Tunggakan PPh Pasal 21 dan Cara Menanggulanginya ... 57
2. Cara Menanggulangi Tunggakan Pajak Penghasilan Pasal 21 ... 59
D. Peran Seorang Account Representative (AR) dalam Peningkatan Penerimaan Pajak Penghasilan Pasal 21 Atas Penghasilan yang Diterima Pegawai Tetap ... 59
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 61
B. Saran... 62
DAFTAR PUSTAKA ... ix
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL DAN BAGAN
BAGAN 2.1 Struktur Organisasi Medan Barat ... 17
TABEL 2.1 Jumlah Pegawai KPP Pratama Medan Barat ... 19
TABEL 3.1 Tarif Pasal 17 Undang – Undang PPh ... 42
TABEL 3.2 Penghasilan Tidak Kena Pajak Mulai 1 Januari 2009 Pasal 7 Ayat (1), (2) dan (3)... 43
TABEL 3.3 Perubahan Penghasilan Tidak Kena Pajak Mulai 1 Januari 2009 Pasal 7 Ayat (1), (2) dan (3) ... 43
TABEL 4.1 Data Wajib Pajak yang terdaftar di KPP Pratama Medan Barat tahun 2012 - 2014 ... 53
TABEL 4.2 Jumlah SPT Masa PPh Pasal 21 tahun 2012-2014 ... 53
TABEL 4.3 Target dan Realisasi Penerimaan PPh 21 tahun 2012-2014 ... 54
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang memiliki
kontribusi untuk menunjang pembangunan yang sedang dilaksanakan bangsa
Indonesia. Ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan penerimaan pajak setiap
tahunnya. Di samping itu, kesadaran akan kewajiban wajib pajak juga meningkat.
Melalui pajak, pemerintah dapat mengatur keseimbangan kehidupan
perekonomian dan pemanfaatan dana untuk membangun prasarana yang dibutuhkan
masyarakat. Semakin besar negara menerima pembayaran pajak, makin besar pula
kemudahan dan pelayanan masyarakat yang mampu disediakan pemerintah secara
langsung mewujudkan pengabdian, kewjiban, dan serta dalam pembangunan dan
kehidupan bernegara.
Peran pajak yang sangat dominan sebagai penerimaan negara, membuat
Direktorat Jenderal Pajak melakukan perubahan agar dapat memberikan kemudahan
bagi Wajib Pajak (WP) untuk memenuhi kewajiban perpajakannya. Perubahan
pertama dilakukan pada tahun 1948. Pada tahun tersebut terjadi perubahan sistem
pemungutan pajak, yaitu dari official assessment system menjadi self assessment
system.
Official assessment system adalah sistem pemungutan pajak yang memberi
wewenang kepada pemerintah dalam hal ini fiskus untuk menentukan besarnya pajak
yang terutang. Ciri-ciri dari official assessment system ini adalah wewenang untuk
menentukan besarnya pajak yang terutang berada pada pemerintah (fiskus), Wajib
2
Pajak (WP) bersifat pasif, hutang pajak timbul setelah dikeluarkan Surat Ketetapan
Pajak oleh pemerintah (fiskus).
Self assessment system adalah sistem pemungutan pajak yang memberi
wewenang wajib pajak dalam menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap
tahunnya sesuaidengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.
Dalam sistem ini, inisiatif serta kegiatan menghitung dan memungut pajak
sepenuhnya berada di tangan wajib pajak.
Wajib pajak dianggap mampu menghitung pajak, mampu memahami undang-
undang perpajakan yang sedang berlaku, dan mempunyai kejujuran yang tinggi, serta
menyadari akan pentingnya membayar pajak. Oleh karena itu, wajib pajak diberi
kepercayaan untuk menghitung sendiripajak yang terutang, memperhitungkan sendiri
pajak yang terutang, menyetor atau membayar sendiri pajak yang terutang dan
melaporkan sendiri pajak terutangnya melalui Surat Pemberitahuan (SPT). Dengan
demikian, berhasil atau tidaknya pelaksaan pemungutan pajak banyak tergantung
pada kesadaran wajib pajak sendiri.
Dalam praktiknya, banyak pegawai yang tidak mau penghasilannya dipotong
oleh perusahaan atau pemberi kerja. Pegawai tersebut menganggap bahwa pajak
tersebut seharusnya dihitung, dipotong, dan dibayar oleh pemberi kerja sesuai dengan
sistem self assessment. Di samping itu para pegawai juga tidak percaya apakah pajak
penghasilan akan disetor atau telah dibayar oleh perusahaan sebagai pemotong pajak.
Dari kenyataan ini maka penulis merasa tertarik untuk mempelajari,
Penghasilan pasal 21 yang diterima oleh pegawai tetap yang terdaftar di Kantor
Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Barat. Melalui Praktik Kerja Lapangan
Mandiri (PKLM) mahasiswa dihadapkan pada pokok permasalahan secara langsung
dengan kenyataan di lapangan tempat PKLM dilaksanakan. Maka judul yang
diberikan penulis untuk laporan ini yaitu “Upaya Peningkatan Penerimaan Pajak
Penghasilan Pasal 21 Atas Penghasilan Yang Diterima Pegawai Tetap Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat”.
B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) 1. Tujuan PKLM
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam melaksanakan Praktik Kerja Lapangan
Madiri (PKLM) ini adalah:
1.1 Untuk mengetahui peningkatan penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21
atas penghasilan yang diterima pegawai tetap di Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Medan Barat
1.2 Untuk mengetahui upaya - upaya serta kendala dalam meningkatkan
penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 atas penghasilan yang
diterima pegawai tetap di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat.
2. Manfaat PKLM
Manfaat dari pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) adalah :
2.1 Bagi Mahasiswa
4
b. Agar dapat menerapkan teori - teori yang didapat selama perkuliahan
khususnya di bidang perpajakan.
c. Belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan kerja, sebab di dalam
lingkungan kerja nantinya kita akan terdiri dari individu - individu berbeda
dari segi usia, pendidikan, pengalaman, kedudukan, dan lain-lain yang
berbeda dalam suatu perusahaan.
d. Menguji dan mengukur kemampuan yang dimiliki mahasiswa dalam
menghadapi situasi dunia kerja yang sebenarnya.
2.2 Bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat.
a. Sebagai sarana untuk mempererat hubungan yang positif antara Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat dengan Program Studi Diploma III
Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sumatera Utara (FISIP USU).
b. Sebagai bahan masukan bagi pimpinan untuk meningkatkan sumber daya
manusia melalui pembangunan di bidang pendidikan.
2.3 Bagi Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU
a. Membuka interaksi antara Program Studi Diploma III Administrasi
Perpajakan dengan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat dalam
memberikan uji nyata mengenai ilmu pengetahuan yang diterima mahasiswa
b. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia di kalangan mahasiswa Program
Studi Diploma III Administrasi perpajakan FISIP USU.
c. Meningkatkan hubungan kerja sama antara Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Medan Barat dengan perguruan tinggi khususnya Program Studi Diploma III
Administrasi Perpajakan FISIP USU.
C. Uraian Teoritis 1. Pengertian Pajak
Berdasarkan Undang - Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan
Umum dan Tatacara Perpajakan, pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang
terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-
undang, dengan tidak mendapat imbalan (kontraprestasi) secara langsung dan
digunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Beberapa para ahli perpajakan mengemukakan pendapat yang berbeda
mengenai pajak, tetapi pada dasarnya pendapat yang dikemukakan tersebut
mempunyai maksud dan tujuan yang sama. Diantaranya pengertian pajak yang
dikemukakan oleh :
a) Prof. DR. Rochmat Soemitro, S.H dalam bukunya Dasar - Dasar Hukum
Pajak dan Pajak Pendapatan (1990:5) berpendapat bahwa :“Pajak adalah iuran
kepada kas negara berdasarkan undang - undang (yang dapat dipaksakan)
dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat
ditunjukkan, dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran
6
b) Dr. N. J. Feldmann berpendapat bahwa : “Pajak adalah prestasi yang
dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada penguasa (menurut norma -
norma yang ditetapkan secara umum), tanpa adanya kontraprestasi, dan
semata - mata digunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran
umum”(Waluyo, 2010:2).
2. Pengertian PPh Pasal 21, Pemotong PPh Pasal 21, Penerimaan Penghasilan PPh Pasal 21
a) Menurut pasal 4 ayat 1 Undang Undang Nomor. 36 tahun 2008 Tentang PPh,
Pajak Penghasilan pasal 21 adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah,
honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain yang diterima atau diperoleh
Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri sehubungan dengan pekerjaan atau
jabatan, jasa, dan kegiatan.
b) Yang termasuk pemotong PPh pasal 21 adalah :
1. Pemberi kerja yang terdiri dari orang pribadi dan badan;
2. Bendahara pemerintah baik Pusat maupun Daerah;
3. Dana pensiun atau badan lain seperti Jamsostek dan badan - badan
lainnya;
4. Orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas serta
badan yang membayar honorarium atau pembayaran lain kepada jasa
tenaga ahli, orang pribadi dengan status subjek pajak luar negeri, peserta
5. Penyelenggara kegiatan, termasuk badan pemerintah, organisasi yang
bersifat nasional dan internasional, perkumpulan, orang pribadi serta
lembaga lainnya yang menyelengarakan kegiatan;(Direktorat Penyuluhan
Pelayanan dan Humas,2010 : 9).
c) Penerima penghasilan yang dipotong PPh pasal 21 adalah:
1. Pegawai;
2. Penerima uang pesangon, pensiun atau uang manfaat pensiun, tunjangan
hari tua, atau jaminan hari tua, termasuk ahli warisnya;
3. Bukan pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan
dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan;
4. Peserta kegiatan yang menerima atau memperoleh penghasilan
sehubungan dengan keikutsertaannya dalam suatu kegiatan;(Direktorat
Penyuluhan Pelayanan dan Humas,2010 : 9
D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Adapun yang menjadi ruang lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri yang
paling mendasar yaitu:
1. Data jumlah wajib pajak dan penerimaan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa
8
2. Usaha dan kendala dalam upaya peningkatan penerimaan Pajak Penghasilan
(PPh) Pasal 21 pegawai tetap pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan
Barat.
E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Metode yang akan digunakan dalam pelaksanaan PKLM ini adalah:
1. Tahap Persiapan
Pada tahap ini, penulis melakukan berbagai persiapan yang menyangkut
PKLM ini, dimulai dari pengajuan judul, penetapan judul oleh Program Studi
Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU, mencari bahan untuk
membuat proposal, menyusun proposal, seminar proposal, penentuan dosen
pembimbing, diskusi dan konsultasi dengan dosen pembimbing, surat riset
2. Studi Literatur
Merupakan landasan teori yang mendukung laporan ini yang menyangkut
materi yang akan yang bersumber dari buku - buku, undang - undang, dan
bahan tertulis lainnya yang berhubungan dengan laporan PKLM.
3. Observasi Lapangan
Yaitu dengan melakukan peninjauan atau pengamatan secara langsung pada
objek praktek kerja lapangan untuk mengetahui sistem - sistem yang berlaku
serta mempelajari laporan - laporan yang berhubungan dengan masalah yang
akan dibahas.
4. Pengumpulan Data
a) Data Primer
Yaitu data – data yang diperoleh dari pihak – pihak yang terkait dengan
cara melakukan wawancara dengan pegawai yang dianggap mampu
memberikan data dan informasi sesuai dengan penulisan laporan tugas
akhir.
b) Data Sekunder
Yaitu data – data yang diperoleh dari referensi ilmiah yang mendukung
laporan PKLM.
5. Analisis Data dan Evaluasi
Setelah menulis data yang diperlukan, penulis akan menganalisa dan
mengevaluasi data atau keterangan mengenai Upaya Peningkatan Penerimaan
Pajak Penghasilan Pasal 21 Atas Penghasilan yang Diterima Pegawai Tetap di
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat.
F. Metode Pengumpulan Data
Dalam melaksanakan pengumpulan data ada 3 metode yang digunakan:
1. Wawancara
Yaitu kegiatan mengumpulkan data dengan melakukan wawancara dan
mengajukan pertanyaan secara lisan kepada perseorangan umtuk memperoleh
data yang diperlukan
2. Observasi
3. Pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis dengan mengadakan
pengamatan langsung ditempat PKLM sehubungan dengan objek studi yang
10
4. Dokumentasi
Dalam metode ini penulis berusaha mengumpulkan dan mencari data dengan
membuat daftar dokumentasi yang telah diperoleh dari instansi terkait. Penulis
juga melakukan pengamatan yang dilakukan berdasarkan bahan bacaan yang
diperoleh dari perpustakaan, Undang - Undang Pajak, Peraturan Pemerintah,
dan sumber lainnya yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi penulis
untuk memperoleh data dan keterangan yang dibutuhkan dalam tugas akhir
ini.
G. Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Untuk lebih mempermudah penulis laporan PKLM, penulis terlebih dahulu
membuat uraian garis-garis besar laporan sesuai dengan standar yang ditetapkan,
terdiri dari:
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini penulis menjelaskan hal-hal yang menjadi latar
belakang PKLM, tujuan dan manfaat PKLM, uraian teoritis, ruang
lingkup PKLM, metode pengumpulan data, dan sistematika penulisan
laporan PKLM.
BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PRAKTIK
Pada bab ini penulis akan menguraikan sejarah singkat perusahaan,
struktur organisasi perusahaan, uraian tugas pokok dan fungsi, serta
BAB III GAMBARAN DATA PAJAK
Pada bab ini, penulis akan menguraikan ketentuan-ketentuan yang
berlaku mengenai PPh pasal 21, objek dan subjek PPh pasal 21, tarif
PPh pasal 21, dan perhitungan PPh pasal 21.
BAB IV ANALISA DAN EVALUASI DATA
Dalam bab ini penulis mencoba menganalisa tentang Upaya
Peningkatan Penerimaan Pajak Penghasilanan Pasal 21 di Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat berdasarkan kemampuan
penulis kemudian mengadakan evaluasi serta memberikan interpretasi
untuk menjawab perumusan masalah yang diajukan.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam hal ini penulis akan memaparkan bagaimana kesimpulan dari
objek yang telah diteliti serta saran-saran yang membangun bagi
perusahaan.
BAB II
GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN BARAT
A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat
Kantor Pelayanan Pajak didirikan pada masa penjajahan Belanda. Kantor
Pelayanan Pajak pada masa itu bernama belasting yang kemudian setelah
kemerdekaan berubah nama menjadi Kantor Inspeksi Keuangan. Kemudian berubah
lagi menjadi Kantor Inspeksi Pajak dengan induk organisasinya Direktorat Jenderal
Pajak Keuangan Republik Indonesia .
Dalam meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, di dalam pelayanan
pembayaran pajak, maka berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik
Indonesia NO. 267/KMK.01/1989, diadakan perubahan secara menyeluruh pada
Direktorat Jenderal Pajak yang mencakup reorganisasi Kantor Inspeksi Pajak yang
diganti nama menjadi Kantor Pelayanan Pajak sekaligus dibentuknya Kantor
Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan.
Dengan adanya Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.123/PMK
.01/2006 jo No 67/PMK.01/2008, tentang organisasi dan tata kerja instansi Vertikal
Direktorat Jenderal Pajak, yang didalam keputusan tersebut telah berubahnya
sebagian besar instruksi dan terbentuknya Kantor Pelayanan Pajak dan Kantor
Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan. Adapun sebelumnya nama sebutan dari Kantor
Pelayanan Pajak adalah Kantor Inspeksi Pajak (KIP).
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat didirikan pada tahun 1976,
Kantor Pelayanan Pajak masih disebut Kantor Inspeksi Pajak. Pada saat itu masih ada
dua Kantor Inspeksi Pajak yaitu Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan dan Kantor
Inspeksi Pajak Medan Utara. Berdasarkan keputusan Menteri Keuangan No
276/KMK/01/1989 tanggal 25 maret 1989 tentang organisasi dan tata usaha
Direktorat Jenderal Pajak, maka Kantor Inspeksi Pajak diubah namanya menjadi
Kantor Pelayanan Pajak. Kemudian sesuai dengan Surat Keputusan Menteri
Keuangan No.443/KMK/01/2001 tanggal 23 Juli 2001 Kantor Pelayanan Pajak
Medan Barat dan Kantor Pelayanan Pajak Polonia mulai berlaku sejak tanggal 25
Januari 2002. Melalui pengumuman Kanwil Direktorat Jenderal Pajak Sumatera I,
PENG-04/WPJ.01/2008 Tanggal 26 Mei 2008 KPP Medan Barat di pecah menjadi
KPP Pratama Medan Barat dan KPP Pratama Medan Petisah yang mulai berlaku
sejak 27 Mei 2008.
B. Visi dan Misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat
VISI
Adapun visi dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat adalah
menjadi pelayan masyarakat yang profesional dengan kinerja yang baik dan dapat
dipercayai untuk meningkatkan penerimaan negara dari sektor pajak di lingkungan
14
MISI
Adapun misi dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat adalah
meningkatkan penerimaan negara melalui PPH ,PPN , PPnBM, PTLL, serta
peningkatan kecepatan dan mutu pelayanan perpajakan senantiasa memperbaharui
diri sesuai dengan perkembangan aspirasi masyarakat dan tertib administrasi.
C. Wilayah Kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat
Wilayah kerja KPP Pratama Medan Barat adalah Kecamatan Medan Barat
yang meliputi 6 kelurahan yaitu Kelurahan Kesawan, Kelurahan Silasas, Kelurahan
Sei Agul, Kelurahan Karang Berombak , Kelurahan Glugur Kota dan Kelurahan Pulo
Brayan Kota.
Tabel 1.1 Wilayah Kerja Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat
Waskon I Glugur Kota
Waskon II Kesawan
Waskon III Pulo Brayan Kota
Karang Berombak
Waskon IV Sei Agul
D. Tugas Umum dan Fungsi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat
Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat mempunyai tugas melaksanakan
penyuluhan , pelayanan, pengawasan Wajib Pajak dibidang pajak penghasilan (PPh),
Pajak Pertambahan Nilai ( PPN ) , Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM) , serta
Pajak Tidak Langsung lainnya dalam wilayah wewenangnya berdasarkan Peraturan
Perundang-undangan yang berlaku dalam melaksanakan tugasnya.
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat menyelenggarakan fungsi :
1. Pengumpulan , pencarian, dan pengolahan data , pengamatan potensi
perpajakan , penyajian informasi perpajakan , pendataan objek dan subjek
pajak.
2. Penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan
3. Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan , penerimaan dan
pengolahan Surat Pemberitahuan, serta pemberitahuan surat lainnya .
4. Penyuluhan Perpajakan
5. Pelaksanaan Registrasi Wajib Pajak
6. Pelaksanaan Ekstensifikasi
7. Penatausahaan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak
8. Pelaksanaan Pemeriksaan Pajak
9. Pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan wajib pajak
10. Pelaksanaan Konsultasi Perpajakan
16
12. Pembetulan Ketetapan Pajak
13. Pelaksanaan administrasi kantor
E. Struktur Organisasi dan Tugas Pokok serta Fungsinya dari Setiap Seksi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat
Struktur organisasi adalah bagan yang menggambarkan sistematis mengenai
penetapan tugas-tugas, fungsi, dan wewenang serta tanggung jawab masing-masing
seksi dengan tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
Tujuan struktur organisasi tersebut juga untuk membina keharmonisan kerja
agar dapat dilaksanakan dengan teratur , baik, dan untuk mencapai tujuan secara
maksimal. struktur organisasi menggambarkan dengan jelas pemisahan kegiatan
pekerjaan antara yang satu dengan yang lain dan bagaimana hubungan aktivitas dan
fungsi dibatasi.
Dalam struktur organisasi yang baik harus menjelaskan hubungan wewenang
siapa melapor kepada siapa. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat
menerapkan bentuk struktur organisasi Garis dan Staff, yaitu suatu bentuk organisasi
dimana pelimpahan wewenang berlangsung secara vertical dan sepenuhnya dari
pucuk pimpinan ke kepala bagian dibawahnya serta masing-masing pejabat. Struktur
Organisasi yang ada di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat dapat
17
Bagan 2.1 Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat
18
Adapun seksi /sub bagian yang ada di Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Medan Barat antara lain adalah sebagai berikut :
1. Sub Bagian Umum
2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi(PDI)
3. Seksi Pelayanan
4. Seksi Penagihan
5. Seksi Pemeriksaan dan Kepatuhan Internal( RIKI)
6. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan
7. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I
8. Seksi Pengawasan dan Konsultasi II
9. Seksi Pengawasan dan Konsultasi III
10. Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV
11. Seksi Fungsional
Saat ini di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat tercatat ada sekitar
76 orang pegawai yang terdaftar .
Dibawah ini terdapat rincian mengenai jumlah pegawai disetiap unit pada
Tabel 2.1 Jumlah Pegawai KPP Pratama Medan Barat
No Unit Jumlah Pegawai
(orang )
1 Sub Bagian Umum 8
2 Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI) 6
3 Seksi Pelayanan 11
4 Seksi Pemeriksaan dan Kepatuhan Internal 4
5 Seksi Penagihan 5
6 Seksi Ekstensifiksi Perpajakan 5
7 Seksi Pengawasan dan Konsultasi I 6
8 Seksi Pengawasan dan Konsultasi II 7
9 Seksi Pengawasan dan Konsultasi III 7
10 Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV 7
11 Seksi Fungsional 10
Jumlah 76 orang
20
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat ini dikepalai oleh seorang
Kepala Kantor yang membawahi 11 seksi. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan
Barat terletak di jalan Asrama No. 7 A , Medan .
KPP Pratama Medan Barat dipimpin oleh seorang Kepala Kantor yang
mempunyai tugas mengkoordinasi penyusunan rencana kerja KPP,
mengkoordinasikan penyusunan rencana penerimaan pajak berdasarkan potensi yang
ada dan mengkoordinasikan segala hal yang bersangkutan dengan rencana kerja yang
telah ditargetkan oleh Kanwil yang bersangkutan Kepala Kantor tersebut membawahi
11 seksi , yang gambaran tugas masing-masing seksi tersebut adalah sebagai berikut :
1. Kepala Kantor
Kepala Kantor KPP Pratama mempunyai tugas dan mengkoordinasi
pelaksanaan penyuluhan, pelayanan, dan pengawasan wajib pajak di
bidang pajak penghasilan , Pajak Pertambahan Nilai , Pajak Penjualan atas
Barang Mewah dan Pajak Tidak Langsung lainnya berdasarkan Peraturan
Perundang-undangan yang berlaku.
2. Sub Bagian Umum
Membantu dan menunjang kelancaran tugas kantor dan
mengkoordinasikan tugas dan fungsi pelayanan kesekretariatan terutama
dalam hal pengaturan perlengkapan.
Adapun tugasnya adalah sebagai berikut :
2.2 Melakukan urusan kepegawaian
2.3 Melakukan urusan dan perlengkapan rumah tangga
2.4 Melaksanakan pengurusan surat masuk KPP yang
bukan WP
2.5 Melaksanakan pengurusan surat keluar KPP
2.6 Melaksanakan pemrosesan berkas/arsip umum
(non WP)
2.7 Melaksanakan penyusutan arsip yang tidak mempunyai
nilai guna atau telah memenuhi jadwal retensi arsip
2.8 Mengelola penyelenggaraan penataan berkas
kepegawaian (dosir) , surat atau dokumen di KPP untuk
memudahkan penelusuran kembali.
2.9 Mengelola penyusunan rencana kinerja , revisi rencana
kinerja pelaksana, serta evaluasi kinerja pelaksanaan di
lingkungan KPP
2.10 Mengelola penyusunan usulan surat keputusan
penetapan jabatan dan peringkat jabatan pelaksana di
lingkungan KPP
2.11 Menyetujui Konsep Surat Perjalanan Dinas ( SPD)
2.12 Menyelenggarakan sosialisasi /pelatihan teknis pada
KPP
2.13 Menyetujui konsep laporan barang inventaris kantor di
22
2.14 Mengelola penyiapan kebutuhan rapat atau pertemuan
dinas kantor untuk menunjang kelancaran pelaksanaan
tugas.
2.15 Menyusun konsep tindak lanjut LHP dari instansi
pengawasan fungsioanal
2.16 Membimbing pegawai untuk meningkatkan efesiensi ,
produktivitas , dan profesionalitas di Sub Bagian
Umum.
3. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI)
Adapun tugas dari seksi ini adalah sebagai berikut :
3.1 Melakukan pengumpulan, pencarian , pengolahan data ,
penyajian, informasi perpajakan
3.2 Perekaman dokumen perpajakan
3.3 Merekam surat setoran pajak (SSP) lembar 3
3.4 Merekam Surat Pemberitahuan ( SPT ) Masa PPN
3.5 Merekam Surat Pemberitahuan ( SPT ) PPh Pasal 21
3.6 Merekam Surat Pemberitahuan ( SPT ) Pasal 23/26
3.7 Merekam Surat Pemberitahuan ( SPT ) Final Pasal 4
ayat 2
3.8 Melakukan urusan tata usaha penerimaan perpajakan
3.9 Memberikan pelayanan dukungan teknis computer
3.11 Melaksanakan monitoring dan evaluasi terhadap
pelaksanaan pengelolaan kinerja.
3.12 Mengarahkan pendokumentasian dokumen pengolahan
kinerja di KPP
3.13 Menyusun laporan kegiatan sebagai pertanggung
jawaban pelaksanaan tugas
4. Seksi Pelayanan
Melakukan penerbitan produk hukum perpajakan , pengadministrasian
dokumen dan berkas perpajakan , penerimaan dan pengolahan surat
pemberitahuan dan surat lainnya, penyuluhan perpajakan, pelaksanaan
registrasi WP, serta kerja sama perpajakan sesuai ketentuan yang berlaku .
Adapun tugasnya sebagai berikut :
4.1 Melakukan penetapan dan penerbitan produk hukum
perpajakan
4.2 Menerima dan meneliti , serta merekam surat
permohonan dari wajib pajak dan surat-surat lainnya .
4.3 Melakukan penerimaan dan pengolahan surat
pemberitahuan wajib pajak dan surat lainnya
4.4 Melakukan penatausahaan pendaftaran , pemindahan
24
4.5 Melaksanakan urusan kearsipan wajib pajak baik dalam
bentuk formulir maupun dalam bentuk media
elektronik.
4.6 Melaksanakan penyelesaian registrasi WP , objek pajak
atau pengukuhan pengusaha kena pajak
4.7 Melaksanakan penerimaan dan penatausahaan SPT
Tahunan , SPT Masa , dan lainnya
4.8 Melaksanakan penerbitan Surat Keterangan NJOP
4.9 Melaksanakan kerjasama perpajakan dengan instansi
lain
4.10 Menyusun konsep surat tanggapan atas permasalahan
dari WP
4. Seksi Penagihan
Pelaksanaan dan penatausahaan penagihan aktif, piutang pajak, penundaan
dan angsuran tunggakan pajak, dan usulan penghapusan pajak serta
penyimpanan dokumen - dokumen penagihan .
Adapun tuganya sebagai berikut :
4.1 Melakukan urusan angsuran tunggakan pajak
4.2 Melaksanakan penundaan dan angsuran tunggakan
pajak
4.3 Penagihan aktif
4.4 Membuat daftar penghapusan piutang pajak
4.6 Melaksanakan penatausahaan SKPKB/SKPKBT/STP
beserta lampirannya dan surat pembayaran pajak (SSP )
beserta buku pemindahbukuan dalam rangka
pengawasan tunggakan dan pelunasan pajak
4.7 Melaksanakan penelitian administrasi terhadap piutang
pajak yang diperkirakan tidak dapat ditagih
4.8 Melaksanakan pemindah berkas penagihan beserta data-
data tunggakan pajak lainnya , bagi wajib pajak yang
pindah ke KPP lain
4.9 Membuat laporan pelaksanaan kegiatan penagihan pajak
untuk mengetahui jumlah realisasi penagihan pajak
4.10 Meneliti nota perhitungan STP bunga penagihan
4.11 Membuat usulan pemeriksaan dalam rangka penagihan
pajak
5. Seksi Pemeriksaan dan Kepatuhan Internal (RIKI)
Pelaksanaan penyusunan perencanaan pemeriksaan , pengawasan
pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan dan penyaluran surat perintah
pemeriksaan pajak serta administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya .
Adapun tugasnya sebagai berikut :
5.1 Melakukan penyusunan rencana pemeriksaan pajak agar
pelaksanaan tugas dapat berjalan lancar
5.2 Menyusun daftar nominatif dan / atau lembar penugasan
26
5.3 Pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan
5.4 Menerbitkan dan menyalurkan surat perintah
pemeriksaan pajak serta administrasi pemeriksaan pajak
lainnya
5.5 Mengajukan permohonan perpanjangan jangka waktu
penyelesaian pemeriksaan
5.6 Mengajukan usulan permohonan perluasan pemeriksaan
5.7 Melakukan pengawasan pelaksanaan jadwal
pemeriksaan sesuai dengan rencana yang ditetapkan
5.8 Melakukan pengawasan pelaksanaan ketentuan
administrasi pemeriksaan
5.9 Melaksanakan penerbitan dan penyaluran surat perintah
pemeriksaan dalam rangka penagihan pajak
6.0 Menerbitkan Surat Perintah Pengamatan
6.1 Mengirimkan Laporan Hasil Pelaksanaan Pengamatan
6.2 Melaksanakan administrasi pemeriksaan perpajakan
lainnya .
6. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan
Pelaksanaan dan penatausahaan pengamatan potensi perpajakan ,
pendataan subjek pajak, dan kegiatan ekstensifikasi perpajakan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku .
Adapun tugasnya sebagai berikut :
6.2 Pembentukan dan pemuktahiran basis data nilai objek
pajak data menunjang ekstensifikasi
6.3 Menyusun konsep laporan penilaian kembali objek
pajak dalam rangka keberatan
6.4 Melaksanakan pengamatan dan pencarian data potensi
perpajakan berdasarkan rencana kerja ekstensifikasi dan
instruksi instansi vertikal
6.5 Menyusun daftar nominatif wajib pajak yang akan
dilakukan pemeriksaan untuk tujuan lain dalam rangka
pemberian NPWP dan pengukuhan PKP secara jabatan
7. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I
Melaksanakan pengawasan kepatuhan wajib pajak ( PPh, PPN, PPnBM,
dan pajak lainnya ), bimbingan atau himbauan kepada wajib pajak dan
konsultasi teknis perpajakan , penyusunan pfofil wajib pajak , analisi
kinerja wajib pajak dalam rangka melakukan intensifikasi , dan melakukan
evaluasi hasil banding berdasarkan ketentuan yang berlaku . dalam satu
KPP Pratama terdapat 4 (empat) Kepala Seksi Pengawasan Konsultasi
yang pembagian tugasnya didasarkan pada cakupan wilayah (teritorial
tertentu) .
Adapun tugasnya sebagai berikut :
7.1 Membimbing dan menghimbau kepada wajib pajak dan
28
7.2 Meneliti estimasi penerimaan pajak berdasarkan
potensi pajak , perkembangan ekonomi dan keuangan
7.3 Menetapkan pembuatan profil wajib pajak serta usul
rencana kunjungan kerja kelokasi wajib pajak dalam
rangka pengawasan dan pemuktahiran data wajib pajak
7.4 Menganalisis kinerja wajib pajak
7.5 Memberikan konsultan kepada wajib pajak tentang
ketentuan pereturan perundang-undangan perpajakan
7.6 Meneliti pelaksanaan rekonsiliasi data wajib pajak
7.7 Meneliti konsep penerbitan surat keterangan bebas
pemotongan pemungutan PPh dan Pemungutan PPN
7.8 Meneliti usulan wajib pajak patuh
7.9 Meneliti usulan Surat Keterangan Fiskal (SKF) Non
Bursa sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
BAB III
GAMBARAN DATA PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 A. Pengertian Pajak Penghasilan
Berdasarkan Undang - Undang Nomor 36 tahun 2008, Pajak merupakan
kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang
bersifat memaksa berdasarkan undang - undang dengan tidak mendapatkan imbalan
secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar - besarnya
kemakmuran rakyat.
Yang dimaksud dengan penghasilan menurut pasal 4 ayat (1) Undang -
Undang Pajak Penghasilan, adalah “setiap tambahan kemampuan ekonomis yang
diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari
luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan
Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun”.
Beberapa para ahli perpajakan mengemukakan pendapat yang berbeda
mengenai pajak, tetapi pada dasarnya pendapat yang dikemukakan tersebut
mempunyai maksud dan tujuan yang sama. Diantaranya pengertian pajak yang
dikemukakan oleh :
1. Leroy Beaulieu, seorang sarjana dari Perancis, dalam bukunya yang berjudul
Traite de la Science des Finances, 1906 mengemukakan “Pajak adalah
bantuan, baik secara langsung maupun tidak yang dipaksakan oleh kekuasaan
publik dari penduduk atau dari barang, untuk menutup belanja pemerintah”.
2. Deutsche Reichs Abgaben Ordnung (RAO – 1919), mendefinisikan pajak
sebagai bantuan uang secara insidental atau secara periodik (tanpa kontra
30
prestasi) yang dipungut oleh badan yang bersifat umum (nagara) untuk
memperoleh pendapatan ketika terjadi suatu tatbestand (sasaran pemajakan)
karena undang - undang telah menimbulkan utang pajak.
3. Prof. Dr. M.J.H Smeets dalam bukunya de Economische Betekenis der
Belastingen, 1951, pajak adalah prestasi kepada pemerintah yang terutang
melalui norma - norma umum dan yang dapat dipaksakan tanpa adanya
kontra-prestasi yang dapat ditunjukkan dalam kasus yang bersifat individual
yang maksudnya adalah untuk membiayai pengeluaran pemerintah.
4. Dr. Soeparman Soemahamidjaja dalam disertasinya yang berjudul “Pajak
Berdasarkan Asas Gotong – Royong” Universitas Padjajaran, Bandung, 1964,
menyatakan bahwa pajak adalah iuran wajib berupa uang atau barang yang
dipungut oleh penguasa berdasarkan norma - norma hukum, guna menutup
biaya produksi barang dan jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum.
5. Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H dalam bukunya Dasar - Dasar Hukum Pajak
dan Pajak Pendapatan, mendefinisikan pajak sebagai iuran rakyat kepada kas
negara berdasarkan undang - undang dengan tidak mendapat jasa-jasa timbal
yang langsung dapat dirasakan dan digunakan untuk membayar pengeluaran
umum.
6. Dr. N. J. Feldmann berpendapat bahwa : “Pajak adalah prestasi yang
dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada penguasa (menurut norma -
norma yang ditetapkan secara umum), tanpa adanya kontraprestasi, dan
semata - mata digunakan untuk menutup pengeluaran - pengeluaran umum”.
B. Pajak Penghasilan Pasal 21
1. Dasar Hukum Pajak Penghasilan Pasal 21
Dasar hukum Pajak Penghasilan pasal 21 adalah:
1.1 Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan sebagaimana telah diubah beberapa kali teakhir dengan Undang –
Undang Nomor 16 Tahun 2009.
1.2 Undang - undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana
telah diubah terakhir dengan Undang - undang Nomor 36 Tahun 2008.
1.3 Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 541/KMK.04/2000
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Menteri
Keuangan Republik Indonesia Nomor 184/PMK.03/2007 tentang Penentuan
Tanggal Jatuh Tempo Pembayaran dan Penyeroran Pajak, Penentuan Tempat
Pembayaran Pajak, dan Tata Cara Pembayaran, Penyetoran dan Pelaporan Pajak,
serta Tata Cara Pengangsuran dan Penundaan Pembayaran Pajak.
1.4 Peraturan Menteri Keuangan Nomor PMK-254/PMK.03/2008 tentang Penetapan
Bagian Penghasilan Sehubungan Dengan Pekerjaan dari Pegawai Harian dan
Mingguan serta Pegawai Tidak Tetap Lainnya yang Tidak Dikenakan
Pemotongan Pajak Penghasilan.
1.5 Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-31/PJ/2009 sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-57/PJ/2009 tentang
Pedoman Teknis Tata Cara Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan Pajak
32
1.6 Keputusan Menteri Keuangan Nomor 520/KMK.04/1998 tanggal 18 Desember
1998 tentang bagian dari penghasilan sehubungan dengan pekerjaan dari pegawai
harian dan mingguan serta pegawai tetap lainnya yang tidak dikenakan
pemotongan Pajak Penghasilan.
1.7 Keputusan Menteri Keuangan Nomor 521/KMK.04/1998 tanggal 18 Desember
1998 tentang besarnya biaya jabatan yang dapat dikurangkan dari penghasilan
bruto pegawai tetap atau pensiunan.
1.8 Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 162/PMK.011/thn 2012 mengenai
Penyesuaian Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak 2013.
2. Pengertian Pajak Penghasilan Pasal 21
Pajak Penghasilan Pasal 21 adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah,
honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun
sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh
orang pribadi Subjek Pajak dalam negeri. Pemotongan, penyetoran, dan pelaporan
pajak atas penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan dengan
nama dan dalam bentuk apapaun yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak orang
pribadi dalam negeri, wajib dilakukan oleh:
a. Pemberi kerja yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan
pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang
dilakukan oleh pegawai atau bukan pegawai.
b. Bendaharawan pemerintah yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan,
c. Dana pensiun atau badan lain yang membayarkan uang pensiun dan
pembayaran lain dengan nama apapun dalam rangka pensiun.
d. Badan yang membayar honorarium atau pembayaran lain sebagai imbalan
sehubungan dengan jasa atau termasuk jasa tenaga ahli yang melakukan
pekerjaan bebas.
e. Penyelenggaraan kegiatan yang melakukan pembayaran sehubungan dengan
pelaksanaan dengan pelaksanaan suatu kegiatan.
3. Wajib Pajak
Penerima penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 adalah :
3.1 Pejabat Negara adalah :
a. Presiden dan Wakil Presiden,
b. Ketua, Wakil Ketua, dan anggota DPR/ MPR, DPRD Propinsi, dan DPRD
Kabupaten/Kota,
c. Ketua dan Wakil Ketua Badan Pemeriksa Keuangan,
d. Ketua, Wakil Ketua, Ketua Muda, dan Hakim Mahkamah Agung,
e. Ketua dan Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Agung
f. Menteri dan Menteri Negara,
g. Jaksa Agung,
h. Gubernur dan Wakil Gibernur Kepala Daerah Propinsi,
i. Bupati dan Wakil Bupati Kepala Daerah Kabupaten,
34
3.2 Pegawai Negari Sipil (PNS), adalah PNS - Daerah, dan PNS lainnya yang
ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah sebagaimana diatur dengan Undang-
Undang Nomor 8 tahun 1974.
3.3 Pegawai adalah setiap orang pribadi yang melakukan pekerjaan berdasarkan
perjanjian atau kesepakatan kerja baik tertulis maupun tidak tertulis, termasuk
yang melakukan pekerjaan dalam jabatan negeri atau BUMN atau BUMD.
3.4 Pegawai Tetap adalah orang pribadi yang bekerja pada pemberi kerja, yang
menerima atau memperoleh gaji dalam jumlah tertentu secara berkala, termasuk
anggota dewan komisaris dan anggota dewan pengawas yang secara teratur dan
terus-menerus ikut mengelola kegiatan perusahaan secara langsung.
3.5 Pegawai dengan status Wajib Pajak Luar Negeri, adalah orang pribadi yang tidak
bertempat tinggal di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga)
hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan yang menerima atau memperoleh
gaji, honorarium, dan/atau imbalan lain sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan
kegiatan.
3.6 Tenaga Lepas, adalah orang pribadi yang bekerja pada pemberi kerja yang hanya
menerima imbalan apabila orang pribadi yang bersangkutan bekerja.
3.7 Penerima Pensiun, adalah orang pribadi atau ahli warisnya yang menerima atau
memperoleh imbalan untuk pekerja yang dilakukan di masa lalu,termasuk orang
pribadi atau memperoleh imbalan untuk pekerjaan yang dilakukan di masa lalu,
termasuk orang pribadi atau ahli warisnnya yang menerima Tabungan Hari Tua
3.8 Penerima Honorarium, adalah orang pribadi yang menerima atau memperoleh
imbalan sehubungan dengan jasa, jabatan, atau kegiatan yang dilakukannya.
3.9 Penerima Upah, adalah orang pribadi yang menerima upah harian, upah
mingguan, upah borongan, atau upah satuan.
4. Objek Pajak Penghasilan Pasal 21
Penghasilan yang dikenakan pemotongan PPh Pasal 21 :
4.1 Penghasilan yang diterima atau diperoleh pegawai atau penerima pensiun secara
teratur berupa gaji, uang pensiun bulanan, upah, honorarium (termasuk
honorarium anggota dewan komisaris atau anggota dewan pengawas), premi
bulanan, uang lembur, uang sokongan, uang tunggu, uang ganti rugi, tunjangan
istri, tunjangan anak, tunjangan kemahalan, tunjangan jabatan, tunjangan khusus,
tunjangan transport, tunjangan pajak, iuran pensiun, tunjangan pendidikan anak,
premi asuransi yang dibayarkan oleh pemberi kerja, dan penghasilan teratur
lainnya dengan nama apapun.
4.2 Penghasilan yang diterima atau diperoleh pegawai, penerima pensiun atau mantan
pegawai secara teratur berupa jasa produksi, tantiem, gratifikasi, tunjangan cuti,
tunjangan hari raya, tunjangan tahun baru, bonus, premi tahunan, dan
penghasilan sejenis lainnya yang sifatnya tidak tetap dan biasanya dibayarkan
sekali dalam setahun.
4.3 Upah harian, upah mingguan, upah satuan dan upah borongan yang diterima atau
36
mingguan yang diterima peserta pendidikan, pelatihan atau pemagangan yang
merupakan calon pegawai.
4.4 Uang tebusan, uang Tabungan Hari Tua atau Jaminan Hari Tua, Uang Pesangan,
dan pembayaran lain sejenis sehubungan dengan pemutusan hubungan kerja.
4.5 Honorarium, uang saku, hadiah atau penghargaan dengan nama dan dalam bentuk
apapun, komisi, dan pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan
pekerjaan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan Wajib Pajak dalam negeri, terdiri
dari :
a. Tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, yang tediri dari :
pengacara, akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris, dan aktuaris.
b. Pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film, bintang
sinetron, bintang iklan, sutradara, crew film, foto model, peragawan/
peragawati, pemain drama, penari, pemahat, pelukis, dan seniman lainnya.
c. Olahragawan.
d. Penasehat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan moderator.
e. Pengarang, peneliti, dan penterjemah.
f. Pemberi jasa dalam segala bidang termasuk tehnik,computer, dan sistem
aplikasinya, telekomunikasi, elektronika, fotografi, ekonomi dan sosial.
g. Agen iklan
h. Pengawas, pengelola proyek, anggota, dan pemberi jasa kepada suatu
kepanitiaan, dan serta sidang atau rapat.
i. Pembawa pesanan atau yang menemukan langganan.
k. Petugas penjaja barang dagangan.
l. Petugas dinas luar asuransi,
m. Peserta pendidikan, pelatihan, dan pemagangan bukan pegawai atau bukan
sebagai calon pegawai.
n. Distributor perusahaan multilevel marketing atau direct selling dan kegiatan
sejenis lainnya
4.6 Tunjangan-tunjangan lain yang terkait dengan gaji dan honorarium atau imbalan
lain yang bersifat tidak tetap yang diterima oleh Pejabat Negara dan PNS.
4.7 Uang pensiun dan tunjangan lain yang sifatnya terkait dengan uang pensiun yang
diterima oleh pensiunan termasuk janda atau duda dan atau anak-anak.
4.9 penarikan dana pensiun oleh peserta program pensiun yang masih berstatus
sebagai pegawai, dari dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh
Menteri Keuangan
5. Penghasilan yang Dikecualikan dari Pengenaan Pajak Penghasilan Pasal 21
Tidak termasuk dalam pengertian penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 :
5.1 Pembayaran asuransi dari perusahaan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan,
asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi beasiswa.
5.2 Penerimaan dalam bentuk natura dan kenikmatan dalam bentuk apapun yang
diberikan Wajib Pajak oleh yang dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat final
dan yang dikenakan Pajak Penghasilan berdasarkan norma perhitungan khusus
(deemed profit). Penerimaan dalam bentuk natura seperti beras, gula, dan
sebagainya, dan imbalan dalam bentuk kenikmatan seperti penggunaan mobil,
38
5.3 Iuran pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun yang telah disahkan Menteri
keuangan, iuran tunjangan hari tua/iuran Jaminan Hari Tua yang dibayar pemberi
kerja.
5.4 Zakat yang diterima oleh pribadi yang berhak dari badan atau lembaga amil zakat
yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah.
5.5 Beasiswa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf l Undang-Undang
Pajak Penghasilan
6. Subjek Pajak Pajak Penghasilan Pasal 21
Yang menjadi subjek PPh pasal 21 adalah penerima penghasilan yang dipotong
oleh pemotong sebagaimana yang ditentukan dalam undang - undang. Penerima
penghasilan tersebut adalah sebagai berikut :
6.1 Pemberi kerja yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan
pembayaran lain sehubungan dengan pekerjaan yang dikakuan pegawai tau
bukan pegawai. Pemberi kerja tersebut wajib melakukan pemotongan terhadap
objek pajak berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain
sehbungan dengan pekerjaan yang dikakuan pegawai tau bukan pegawai yang
telah memenuhi syarat objektifnya sesuai dengan undang-undang.
6.2 Bendahara pemerintah yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan dan
pembayaran lain sehubungan dengan pekerjaan, jasa atau kegiatan.Bendahara
pemerintah tersebut wajib melakukan pemotongan terhadap objek pajak gaji,
jasa atau kegiatan yang diterima oleh perseorangan atau badan yang telah
memenuhi syarat subjektifnya sesuai dengan undang - undang.
6.3 Dana pensiun atau badan lain yang membayarkan uang pensiun dan pembayaran
lain dengan nama apa pun dalam rangka pensiun. Dana pensiun wajib melakukan
pemotongan terhadap objek pajak uang pensiun dan pembayaran lain dengan
nama dan bentuk apapun dalam rangka pensiun yang telah memenuhi syarat
objektifnya sesuai dengan undang - undang.
6.4 Badan yang membayar honorarium atau pembayaran lain sehubungan dengan jasa
termasuk jasa tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas. Badan tersebut
melakukan pemotongan terhadap objek pajak berupa honorarium atau
pembayaran lain sehubungan dengan jasa termasuk jasa tenaga ahli yang
melakukan pekerjaan bebas yang telah memenuhi syarat objektifnya sesuai
dengan undang - undang.
6.5 Penyelenggara kegiatan yang melakukan pembayaran kegiatan sehubungan
dengan pelaksanaan suatu kegiatan.Penyelenggara kegiatan wajib melakukan
pemotongan terhadap pihak yang diberi imbalan sehubungan dengan pelaksanaan
suatu kegiatan, yang telah memenuhi syarat objektifnya sesuai dengan Undang-
Undang.
7. Penerima Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 21
Penerima Penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 adalah orang pribadi yang
40
7.1 Pegawai, yaitu orang pribadi yang bekerja pada pemberi kerja, baik sebagai
pegawai tetap atau pegawai tidak tetap/tenaga kerja lepas berdasarkan perjanjian
atau kesepakatan kerja baik secara tertulis maupun tidak tertulis, untuk
melaksanakan suatu pekerjaan dalam jabatan atau kegiatan tertentu dengan
memperoleh imbalan yang dibayarkan berdasarkan periode tertentu, penyelesaian
pekerjaan, atau ketentuan lain yang ditetapkan pemberi kerja, termasuk orang
pribadi yang melakukan pekerjaan dalam jabatan negeri atau badan usaha milik
negara atau badan usaha milik daerah,
7.2 Penerima uang pesangon, pensiun atau uang manfaat pensiun, tunjangan hari tua,
atau jaminan hari tua, termasuk ahli warisnya;
7.3 Bukan pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan
dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan, antara lain meliputi :
a. Tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, yang terdiri dari pengacara,
akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai, dan aktuaris,
b. Pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film, bintang
sinetron, bintang iklan, sutradara, kru film, foto model,
peragawan/peragawati, pemain drama, penari, pemahat, pelukis, dan seniman
lainnya,
c. Olahragawan,
d. Penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan moderator,
f. Pemberi jasa dalam segala bidang termasuk teknik komputer dan sistem
aplikasinya, telekomunikasi, elektronika, fotografi, ekonomi, dan sosial serta
pemberi jasa kepada suatu kepanitiaan,
g. Agen iklan,
h. Pengawas atau pengelola proyek,
i. Pembawa pesanan atau yang menemukan langganan atau yang menjadi
perantara,
j. Petugas penjaja barang dagangan,
k. Petugas dinas luar asuransi,
l. Distributor perusahaan multilevel marketing atau direct selling dan
kegiatansejenis lainnya, 7.4 peserta kegiatan yang menerima atau memperoleh
penghasilan karena keikutsertaannya dalam suatu kegiatan, antara lain
meliputi:
a. peserta perlombaan dalam segala bidang, antara lain perlombaan
olahraga, seni, ketangkasan, ilmu pengetahuan, teknologi dan
perlombaan lainnya,
b. peserta rapat, konferensi, sidang, pertemuan, atau kunjungan kerja,
c. peserta atau anggota dalam suatu kepanitiaan sebagai penyelenggara
kegiatan tertentu,
d. peserta pendidikan, pelatihan, dan magang,
42
8. Biaya Jabatan dan Biaya Pensiun
Biaya jabatan adalah biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memlihara
penghasilan yang besarnya 5% dari penghasilan bruto, setinggi - tingginya
Rp.6.000.000,- setahun atau Rp.500.000,- sebulan.
Biaya pensiun adalah biaya untuk mendapatkan, menagih, memlihara uang
pensiun yang besarnya 5% dari penghasilan bruto berupa uang pensiun setinggi -
tingginya Rp.432.000,- setahun atau Rp.36.000,- sebulan.
9. Tarif dan Perhitungan PPh 21
Tabel 3.1
Tarif Pasal 17 UU PPh
Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif
Sampai dengan Rp 50.000.000 5%
Diatas Rp 50.000.000 sampai dengan Rp 250.000.000 15%
Diatas Rp 250.000.000 sampai dengan Rp 500.000.000 25%
Diatas Rp 500.000.000 30%
Sumber: Undang-Undang No.36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan
Tarif pajak yang berlaku beserta penerapannya menurut ketentuan dalam
Pasal 21 Undang - Undang Pajak Penghasilan adalah sebagai berikut :
9.1 Tarif berdasarkan pasal 17 Undang - Undang PPh, ditetapkan atas Penghasilan
Kena Pajak dari :
dewan komisaris, atau dewan pengawas yang menerapkan sebagai
pegawai tetap pada perusahaan yang sama.
b. Penerima pensiun yang dibayarkan secara bulanan.
c. Pegawai tidak tetap, pemagang, dan calon pegawai yang dibayarkan secara bulanan.
d. Distributor perusahaan multilevel marketing atau direct selling dan kegiatan sejenis lainnya.
Penghasilan Kena Pajak Bagi pegawai tetap adalah sebesar penghasilan bruto
dikurang dengan :
a. Biaya jabatan
b. Iuran pensiun yang dibayar sendiri oleh pegawai (termasuk iuran tabungan
hari tua/jaminan hari tua.
c. Penghasilan tidak kena pajak
Bagi penerima pensiun yang dibayarkan secara bulanan adalah sebesar
penghasilan bruto dikurang dengan :
a. Biaya Pensiun
b. PTKP
Bagi pegawai tidak tetap, pemagang, dan calon pegawai yang dibayarkan secara
bulanan adalah sebesar penghasilan bruto dikurang PTKP. Bagi distributor
perusahaan multilevel marketing atau direct selling dan kegiatan sejenis lainnya
44
9.2 Tarif berdasarkan Pasal 17 Undang - Undang PPh, diterapkan atas penghasilan
bruto berupa :
a. Honorarium, uang saku, hadiah atau penghargaan dengan nama dan dalam
bentuk apapun, komisi, dan pembayaran lain dengan nama sebagai imbalan
atas jasa dan kegiatan yang jumlahnya dihitung tidak dasar banyaknya hari
yang diperlukan untuk menyelesaikan jasa atau kegiatan yang diberikan yang
diterima atau diperoleh dalam satu bulan takwim.
b. Honorarium yang diterima atau diperoleh anggota dewan komisaris atau
dewan pengawas yang tidak merangkap sebagai pegawai tetap pada
perusahaan yang sama, selama satu tahun takwim.
c. Jasa pruduksi, tantiem, gratifikasi, bonus yang diterima atau diperoleh mantan
pegawai selama satu tahun takwim.
d. Penarikan dana pada dana pensiun yang pendirinya telah disahkan oleh
Kementrian Keuangan, oleh peserta program pensiun yang diterima atau
diperoleh selama satu tahun takwim.
PPh Pasal 21 = Penghasilan Bruto x tarif Pasal 17 UU PPh
9.3 Tarif sebesar 15% diterapkan atas perkiraan penghasilan neto yang dibayarkan
atau terutang kepada tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas (pengacara,
akuntan, arsitek, konsultan, notaries, penilai, dan aktuaris). Besarnya perkiraan
penghasilan neto adalah 50% dari penghasilan bruto berupa honorarium atau
imbalan lain dengan nama dan dalam bentuk apapun.
9.4 Tarif sebesar 5% diterapkan atas upah harian, upah mingguan, upah satuan, upah
borongan, dan uang saku harian yang jumlahnya melebihi Rp.110.000,- sehari
tidak melebihi Rp.11.000,- dalam satu bulan takwim dan atau tidak dibayarkan
secara bulanan.
PPh Pasal 21 = (Penghasilan Bruto sehari – Rp.110.000,-) x 5% Tabel 3.2
Penghasilan Tidak Kena Pajak
Mulai 1 Januari 2009 Pasal 7 Ayat (1), (2) dan (3)
Diri Wajib Pajak Orang Pribadi Rp 15.840.000
Tambahan untuk Wajib Pajak yang Kawin Rp 1.320.000
Tambahan untuk Seoraang Isteri yang Penghsilannya Digabung
dengan Penghasilan Suami
Rp 15.840.000
Tambahan untuk Setiap Anggota Keluarga Sedarah Semenda
dalam Garis Keturunan Lurus serta Anak Angkat yang Menjadi
Tanggungan Sepenuhmya Maksimal 3 Orang
Rp 1.320.000
Sumber : Undang-Undang No.36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan. Tabel 3.3
Perubahan Penghasilan Tidak Kena Pajak Mulai 1 Januari 2013 Pasal 7 ayat (1), (2) dan (3)
Diri Wajib Pajak Orang Pribadi Rp 24.300.000
Tambahan untuk Wajib Pajak yang Kawin Rp 2.025.000
46
dengan Penghasilan Suami
Tambahan untuk Setiap Anggota Keluarga Sedarah Semenda
dalam Garis Keturunan Lurus serta Anak Angkat yang Menjadi
Tanggungan Sepenuhmya Maksimal 3 Orang
Rp 2.025.000
Sumber : Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 162/PMK.011/thn 2012 mengenai Penyesuaian Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak 2013 10. Tarif PPh Pasal 21 Final
Untuk beberapa jenis penghasilan, akan dikenakan PPh Pasal 21 yang bersifat
final.
10.1 Atas Uang Pesangon, Uang Tebusan Pensiun yang dibayar oleh dana pensiun
yang pendirinya telah disahkan oleh Menteri Keuangan, dan Tunjangan Hari
Tua atau Jaminan Hari Tua yang dibayarkan sekaligus dipotong Pajak
Penghasilan yang bersifat final dengan ketentuan tarif sebagai berikut :
10.1.1 Tarif PPh 21 atas Uang Pesangon
1. Atas jumlah penghasilan bruto sampai dengan Rp. 50.000.000
dikenakan tarif 0%.
2. Atas jumlah penghasilan bruto diatas Rp. 50.000.000 sampai
dengan Rp.100.000.000 dikenakan tarif 5%.
3. Atas jumlah penghasilan bruto diatas RP. 100.000.000 sampai
dengan Rp. 500.000.000 dikenakan tarif 15%.
4. Atas jumlah penghasilan bruto diatas Rp. 500.000.000 dikenakan
10.2 Tarif PPh Pasal 21 atas Uang Manfaat Pensiun, Tunjangan Hari Tua, atau
Jaminan Hari Tua
1. Atas jumlah penghasilan netto sampai dengan Rp. 50.000.000
dikenakan tarif 0%.
2. Atas jumlah penghasilan netto diatas Rp. 5.000.000 dikenakan tarif
5%.
10.3 Penghasilan bersumber dari APBN/D yang diterima oleh Pejabat Negara,
PNS, Anggota TNI/Polri dan Pensiunannya dipotong PPh 21 yang bersifat
Final atas penghasilan tidak teratur dengan ketentuan tarif sebagai berikut:
1. PNS Golongan II/d kebawah dan Anggota TNI dan Anggota POLRI
Golongan Pangkat Tamtama dan Bintara, dan Pensiunannya dipotong
PPh Pasal 21 Final dengan tarif 0%.
2. PNS Golongan III dan Anggota TNI dan Anggota POLRI Golongan
Pangkat Perwira Pertama, dan Pensiunannya dipotong PPh Pasal 21
Final dengan tarif 5%.
3. Pejabat Negara, PNS Golongan IV dan Anggota TNI dan Anggota
POLRI Golongan Pangkat Perwira Menengah dan Perwira Tinggi, dan
Pensiunannya dipotong PPh Pasal 21 Final dengan tarif 15%.
11. Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21