LAPORAN TUGAS AKHIR TENTANG
PELAKSANAAN SURAT TEGURAN DALAM PENINGKATAN PENERIMAAN PAJAK NEGARA DI KANTOR PELAYANAN PAJAK
PRATAMA MEDAN TIMUR
O L E H
NAMA : RICKY PRAMANA PUTERA NIM : 112600033
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Menyelesaikan Studi Pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
Laporan Tugas Akhir yang disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk
menyelesaikan studi pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan pada
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara dengan judul:
Pelaksanaan Surat Teguran Dalam Peningkatan Penerimaan Pajak Negara Di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur.
Penulisan Tugas Akhir ini merupakan salah satu persyaratan untuk
menyelesaikan studi pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara yang memuat
tentang pelaksanaan Surat Teguran dalam peningkatan penerimaan pajak Negara di
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur sesuai dengan Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 24/PMK.03/2008 tanggal 2 februari 2008 tentang Tata
Cara Pelaksanaan Penagihan dengan Surat Paksa dan Pelaksanaan Penagihan
Seketika dan Sekaligus sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 85/PMK.03/2010 diatur bahwa mengenai saat penerbitan Surat
Teguran, tergantung dari ada tidaknya sengketa dalam penetapan pajak.
Dalam menyusun Tugas Akhir ini penulis sangat banyak mendapat bantuan
dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima
1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Alwi Hashim Batubara, M.Si selaku Ketua Program Studi Diploma
III Administrasi Perpajakan dan Ibu Arlina, SH, M.Hum selaku Sekretaris
Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan yang telah meluangkan
waktu untuk memberikan bimbingan dan pengarahan selama penulis
menyelesaikan studi.
3. Kepada Bapak dan Ibu Staf Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan
yang telah memberikan pengarahan kepada penulis menyelesaikan laporan tugas
akhir ini tepat waktu.
4. Bapak Drs. Robinson Sembiring, MSi selaku Dosen Pembimbing dimana telah
meluangkan segenap waktu untuk memberikan bimbingan, petunjuk dan
pengetahuan kepada penulis.
5. Bapak dan Ibu Staf pengajar Diploma III Administrasi Perpajakan yang telah
memberikan ilmu pengetahuannya kepada penulis selama mengikuti perkuliahan
di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
6. Bapak Pimpinan, Staf dan Pegawai Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama
Medan Timur yang telah memberikan izin penelitian, perolehan data dan
informasi kepada penulis selama melakukan penelitian, khususnya kepada Bapak
Afandy yang telah banyak membantu penulis dalam memberikan informasi
berupa data maupun dalam wawancara sehingga penulis sangat terbantu dalam
7. Kepada keluarga tercinta Bapak dan Ibu, dan Adikku yang telah berkorban
secara material maupun dukungan moril sehingga penulis merasa termotivasi
untuk menyelesaikan studi tepat waktu.
8. Kepada seluruh pengurus IMPROSAJA Periode 2013-2014 yang telah banyak
memberikan dukungan dan semangat kepada penulis sehingga penulis merasa
lebih termotivasi untuk menyelesaikan studi tepat waktu.
9. Kepada Rahmat Purnama (Aa) beserta Abangda-abangda yang lain yang telah
memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis selama menjalani masa studi
di kampus Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
10. Kepada Andiny Octaviani beserta keluarga yang telah memberikan dukungan
moril maupun materil kepada penulis sehingga tugas akhir ini dapat diselesaikan
tepat pada waktunya.
11. Seluruh rekan – rekan Mahasiswa/i beserta alumni Program Studi Diploma III
Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang telah banyak
memberikan bantuan dan dorongan kepada penulis, khususnya kepada Kelas A
2011, rekan-rekan seperjuangan Angga Prianta Sembiring, Arizal Frandana,
Daniel Sianturi, Bayu Artado Damanik, Desti Indah Permata S,Siti Chairunisa
Lubis, Sri Haryati Hasibuan,Edy Syahputra , Husna Fadila, Alfi Kurnia, Berliana
Hutabarat, Enjelina Sinambela, Silvia Mawartika Anyar, dan yang tidak dapat
saya sebutknan satu-persatu selama 3 tahun bersama-sama mengarungi
kesedihan, kesusahan, kegembiraan bersama di kampus tercinta Fakultas Ilmu
Penulis menyadari bahwa Laporan Tugas Akhir ini masih belum sempurna.
Untuk itu dengan kerendahan hati penulis menerima saran dari para pembaca demi
kesempurnaan dan untuk pengembangan pengetahuan dimasa akan datang.
Akhir kata semoga Tugas Akhir ini bermanfaat bagi semua pihak yang
membutuhkan.
Medan, Juli 2014 Hormat Saya
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI . . . i
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri . . . 1
B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri . . . 5
C. Uraian Teoritis……….………..7
D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri . . . 11
E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri . . . . 11
F. Metode Pengumpulan Data . . . 12
G. Sistematika Penulisan PKLM……… . . . . ………. . . . .13
BAB II :GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Umum KPP Pratama Medan Timur………15
B. Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Timur……….19
D. Visi Dan Misi KPP Pratama Medan Timur……….27
BAB III : GAMBARAN DATA
A. Tindakan Penagihan Pajak Dimulai Dengan menerbitkan Surat
Teguran………..………..28
B. Pentingnya Surat Teguran Dalam Mencairkan Tunggakan Pajak…………...31
BAB IV : ANALISIS DAN EVALUASI
A. Perbandingan Jumlah Surat Teguran Yang Diterbitkan Dengan Jumlah Wajib
Tunggakan Pajak……….37
B. Peranan Surat Teguran Dalam Mencairkan Tunggakan Pajak………45
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan………50
B. Saran………. 51
DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Idealnya, dalam system self assessment apabila semua pihak dan instrument
yang terlibat dan terkait dalam system perpajakan bekerja dengan baik tidak ada
kelainan, ibarat permainan robot tidak akan terjadi tunggakan pajak. Pada scenario
tersebut anggota masyarakat yang wajib berpatisipasi dalam pembiayaan Negara dan
pembangunan sesuai dengan ketentuan yang berlaku menghitung sendiri jumlah yang
harus dikontribusikan. Pembayaran atas jumlah yang dimaksud sebagian dilakukan
sendiri secara berkala, maupun bersifat final, dan sebagian lagi melalui pungutan dan
potongan oleh pihak ketiga. Pada akhir tahun dilakukan perhitungan kembali antara
jumlah yang senyatanya harus dibayar dengan jumlah yang telah dibayar sendiri dan
dipungut/ dipotong oleh pihak ketiga. Resultan dari perhitungan tersebut dapat berupa
kekurangan atau kelebihan bayar. Sementara kekurangan dilunasi tepat pada
waktunya, kelebihan bayar dikembalikan (restitusi) oleh administrasi pajak dengan
cepat , tepat, murah, dan mudah. Hal serupa dilakukan juga oleh para pemotong dan
pemungut pajak.
Namun, dalam praktek idealism dimaksud masih memerlukan waktu dan
proses untuk sampai kesana. Dengan berbagai alasan dan pertimbangan terdapat
beberapa anggota masyarakat yang semestinya melalukan kewajiban perpajakan,
seharusnya atau telah melakukan pungutan dan potongan pajak belum sepenuhnya
dilaksanakan dengan baik. Untuk mendorong masyarakat kearah ideal tersebut,
system self assessment sangat perlu dilengkapi juga dengan “Official Assessment”
dengan memberikan kesempatan kepada administrasi pajak (dalam keadaan tertentu)
untuk menerbitkan ketetapan pajak. Ketetapan pajak (kurang bayar) diterbitkan
berdasarkan pemeriksaan atau data lain yang diperoleh administrasi pajak. Beberapa
dari ketetapan tersebut, jumlah kurang bayarnya dilunasi tepat waktu. Selebihnya
dengan berbagai alasan beberapa ketetapan tidak dilunasi oleh masyarakat. Akibatnya
terjadi tunggakan pajak yang kian lama makin membesar jumlahnya.
Dengan adanya tunggakan pajak, kegiatan penagihan pajak menjadi penting
untuk dapat ditindak lanjuti kegiatan assessment pajak tanpa tindakan nyata
penagihan, boleh jadi jumlah pajak yang tercantum dalam ketetapan pajak tetap
tinggal merupakan jumlah di atas kertas belaka.
Jika kita melihat Peraturan Menteri Keuangan Nomor 24/PMK.03/2008
tanggal 2 Februari 2008 tentang Tata Cara Pelaksanaan Penagihan dengan Surat
Paksa dan Pelaksanaan Penagihan Seketika dan Sekaligus sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 85/PMK.03/2010 diatur bahwa
mengenai saat penerbitan Surat Teguran, tergantung dari ada tidaknya sengketa
dalam penetapan pajak, Seperti Dalam hal Wajib Pajak tidak menyetujui sebagian
atau seluruh jumlah pajak yang masih harus dibayar dalam pembahasan akhir hasil
pemeriksaan dan Wajib Pajak tidak mengajukan keberatan atas Surat Ketetapan Pajak
(SKPKBT), Kepada Wajib Pajak disampaikan Surat Teguran, setelah 7 (tujuh) hari
sejak saat jatuh tempo pengajuan keberatan, Dalam hal Wajib Pajak tidak menyetujui
sebagian atau seluruh jumlah pajak yang masih harus dibayar dalam pembahasan
akhir hasil pemeriksaan, dan Wajib Pajak tidak mengajukan permohonan banding
atas keputusan keberatan sehubungan dengan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
(SKPKB), atau Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT), kepada
Wajib Pajak disampaikan Surat Teguran setelah 7 (tujuh) hari sejak saat jatuh
tempo pengajuan banding,Dalam hal Wajib Pajak tidak menyetujui sebagian atau
seluruh jumlah pajak yang masih harus dibayar dalam pembahasan akhir hasil
pemeriksaan, dan Wajib Pajak mengajukan permohonan banding atas keputusan
keberatan sehubungan dengan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) atau
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT), kepada Wajib Pajak
disampaikan Surat Teguran setelah 7 (tujuh) hari sejak saat jatuh tempo pelunasan
pajak yang masih harus dibayar berdasarkan Putusan Banding, Dalam hal Wajib
Pajak menyetujui seluruh jumlah pajak yang masih harus dibayar dalam pembahasan
akhir hasil pemeriksaan, kepada Wajib Pajak disampaikan Surat Teguran setelah 7
(tujuh) hari sejak saat jatuh tempo pelunasan.,Dalam hal Wajib Pajak mencabut
pengajuan keberatan atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) atau Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT) setelah tanggal jatuh tempo
pelunasan tetapi sebelum tanggal diterima Surat Pemberitahuan Untuk Hadir oleh
Wajib Pajak, kepada Wajib Pajak disampaikan Surat Teguran setelah 7 (tujuh) hari
Maka dari paragraf diatas dapat ditarik kesimpulan tentang pentingnya surat
teguran dalam mencairkan tunggakan pajak yang tercantum dalam Surat Tagihan
Pajak (STP), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT), Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan
Keberatan, Putusan Banding yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar
bertambah, tidak atau kurang dibayar setelah melewati jatuh tempo.
Tetapi kenyataannya sejak dari sebelum tahun 1983, secara kumulatif sampai
sekarang jumlah total tunggakan pajak diperkirakan mencapai sekitar Rp 6 triliyun.
Berdasarkan informasi yang tidak terpublikasi, selanjutnya penambahan bruto
tunggakan tiap tahun adalah sekitar Rp 1 triliyun lebih, sedangkan jumlah pencairan
sekitar Rp 0,8 triliyun. Pencairan tersebut mewakili sekitar lebih dari 10% total
tunggakan. Tentu saja secara logika financial, last-in-first-out-system munkin berlaku
dalam pencairan tersebut. Selanjutnya tunggakan terdahulu (first in) boleh jadi si
alamatnya sudah mutasi entah kemana lagi atau “harta benda” orang yang
bersangkutan tidak ada dan bahkan perusahannya sudah bubar dan tidak dikenali lagi.
Dengan melihat perbedaan antara das sollen (cita-cita) dengan das sein
(kenyataan) di atas, sehingga ada dua masalah yang timbul yang dapat diangkat oleh
penulis yaitu :
1. Jumlah Surat Teguran yang diterbitkan tidak sama banyaknya dengan jumlah
2. Bagaimana peranan Surat Teguran dalam mencairkan tunggakan pajak
berdasarkan dari jumlah Surat Teguran yang sudah diterbitkan.
Berdasarkan masalah di atas penulis tertarik untuk menulis topik penulisan
Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKLM) di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan
Timur dengan judul “ Pelaksanaan Surat Teguran Dalam Peningkatan Pajak
Negara Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur”.
B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Setiap pekerjaan selalu memiliki tujuan sesuai dengan yang diinginkan dan
ditentukan pada waktu sebelumnya. Demikian halnya dengan praktek kerja lapangan
mandiri yang dilaksanakan oleh Mahasiswa Administrasi Perpajakan mempunyai
tujuan dan manfaat tersendiri, khususnya bagi mahasiswa yang bersangkutan.
B.1 Tujuan PKLM
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam melaksanakan Praktik Kerja
Lapangan Mandiri ini adalah :
1.1Untuk mengetahui mengapa Surat Teguran yang diterbitkan tidak sama
banyaknya dengan jumlah wajib pajak yang masih mempunyai tunggakan
pajak.
1.2Untuk mengetahui seberapa besar peranan Surat Teguran dalam mencairkan
tunggakan pajak berdasarkan dari jumlah Surat Teguran yang sudah
B.2 Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) 1. Manfaat PKLM bagi Mahasiswa
a. Mendorong mahasiswa untuk belajar, mengetahui bagaimana menjadi
tenaga ahli yang siap pakai terutama tentang “Pelaksanaan Pelayanan
Account Representative (AR) pada Seksi Pengawasan dan Konsultasi di
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur”.
b. Untuk menciptakan rasa tanggung jawab, profesionalitas serta
kedisiplinan yang nantinya sangat dibutuhkan ketika memasuki dunia
kerja.
c. Merangsang motivasi mahasiswa agar lebih meningkatkan prestasi
terutama di bidang administrasi perpajakan.
d. Merangsang mahasiswa untuk beraktivitas dalam melakukan pekerjaan
secara efisien dan efektif melalui Praktik kerja Lapangan Mandiri
(PKLM).
e. Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan mahasiswa, sehingga dapat
meningkatkan potensi yang ada didalam dirinya tentang pengetahuan
administrasi perpajakan.
2. Manfaat PKLM bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur
a. Sebagai sarana untuk mempererat hubungan yang positif antara Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur dengan program studi Diploma III
b. Dengan dilaksanakannya Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini mahasiswa
dituntut memberikan sumbangsihnya baik berupa saran maupun kritikan
yang bersifat membangun yang menjadi sumber masukan untuk
meningkatkan kinerja pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan
Timur.
3. Manfaat PKLM bagi program Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU
a. Hubungan kerja sama Universitas Sumatera Utara dengan Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur,
b. Membuka interaksi antara mahasiswa, dosen dan instansi pemerintahan di
bangku perkuliahan,
c. Rasa ikut serta masyarakat membangun negara,
d. Guna meningkatkan profesionalisme, memperluas wawasan serta
menetapkan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa dalam menerapkan
ilmu, khususnya dibidang perpajakan.
e. Membangun image yang baik terhadap sumber daya manusia yang
dihasilkan dari lembaga pendidikan nasional, khususnya Universitas
Sumatera Utara.
C. Uraian Teoritis 1. Definisi Pajak
Defenisi pajak menurut Rochmat Soemitro mengatakan, Pajak adalah iuran
mendapat jasa timbal balik, yang langsung dapat ditunjukan dan yang digunakan
untuk membayar pengeluaran umum (Resmi, 2008:1).
Menurut N. J. Feldman, Pajak adalah prestasi yang dipaksakan oleh sepihak
dan terutang kepada pengusaha oleh pihak yang terutang kepada pengusaha (menurut
norma-norma yang ditetapkan secara umum), tanpa adanya kontraprestasi dan
semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran umum (Resmi,
2008:2).
2. Fungsi Pajak
Terdapat dua fungsi pajak, yaitu :
a. Fungsi Budgetair, adalah pajak berfungsi salah satu sumber penerimaan Negara
untuk membiayai pengeluaran baik rutin maupun pembangunan Negara.
b. Fungsi Reglured, adalah sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan
pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi serta mencapai tujuan-tujuan tertentu
diluar bidang keuangan (Resmi, 2008:3).
3. Penagihan Pajak
Sebagaimana dijelaskan dalam pasal 1 angka 9 UU No. 19 Tahun 1997
tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa sebagaimana telah diubah dengan UU
No. 19 Tahun 2000, Penagihan Pajak adalah serangkaian tindakan agar
Penanggung Pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan
memberitahukan Surat Paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan,
melaksanakan penyanderaan, menjual barang yang telah disita.
Sedangkan Utang Pajak adalah pajak yang masih harus dibayar termasuk sanksi
administrasi berupa bunga, denda atau kenaikan yang tercantum dalam surat
ketetapan pajak atau surat sejenisnya berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan. (pasal 1 angka 8 UU No.19 Tahun 2000)
4. Dasar Penagihan Pajak
Adapun dasar penagihan pajak sebagaimana dijelaskan dalam UU KUP
pasal 20 ayat (1) yaitu :
4.1 STP
4.2 SKPKB
4.3 SKPKBT
4.4 SK Pembetulan
4.5 SK Keberatan
4.6 Putusan Banding
4.7 Putusan PK
Yang menyebabkan jumlah pajak yang masih harus dibayar bertambah,
yang tidak dibayar oleh Penanggung Pajak sesuai dengan jangka waktu sebagaimana
5.Surat Teguran Pajak
Langkah awal dalam tindakan penagihan adalah penerbitan Surat Teguran.
Dalam Pasal 1 angka 10 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan
Pajak dengan Surat Paksa sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 19 Tahun 2000. Surat Teguran, Surat Peringatan atau surat lain yang sejenis
adalah surat yang diterbitkan oleh Pejabat untuk menegur atau memperingatkan
kepada Wajib Pajak untuk melunasi utang pajaknya.
Surat Teguran atau dapat juga disebut Surat Peringatan atau surat lain yang
sejenis adalah surat yang diterbitkan oleh Pejabat untuk menegur atau
memperingatkan kepada Wajib Pajak untuk melunasi utang pajaknya. Langkah ini
diambil sebagai peringatan agar penanggung pajak segera melunasi utang pajaknya
untuk menghindari dilakukannya tindakan penagihan. Surat Teguran juga
dimaksudkan agar Penanggung Pajak mempunyai kesempatan sampai dengan
jangka waktu 14 (empat belas) hari, sebelum dilakukan upaya paksa dengan
diterbitkannya Surat Paksa. Dalam ketentuan Pasal 27 ayat (5) Peraturan Pemerintah
Nomor 80 Tahun
2008 tentang Tata Cara Pelaksanaan Hak Dan Kewajiban Perpajakan Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
Sebagaimana Telah Beberapa Kali Diubah Terakhir dengan Undang-Undang Nomor
yang masih dibayar dalam jangka waktu yang telah ditentukan, pajak yang masih
harus dibayar tersebut ditagih dengan terlebih dahulu menerbitkan Surat Teguran
(Moelyo, 1998:3).
D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Dalam hal ini peserta melakukan PKLM di Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Medan Timur,dengan ruang lingkup sebagai berikut :
1. Tindakan penagihan pajak dimulai dengan penerbitan Surat Teguran.
2. Mengetahui pentingnya Surat Teguran dalam mencairkan tunggakan pajak.
3. Data-datanya diambil dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur,
khususnya di Seksi Penagihan.
E. Metode Praktik Kerja lapangan Mandiri (PKLM)
Untuk mendapatkan dan mengumpulkan data sesuai dengan metode yang di
gunakan sebagai berikut:
1. Tahapan Persiapan
Hal ini berkaitan dengan persiapan yang dibutuhkan mahasiswa mulai dari
peninjauan objek dan lokasi, mencari bahan untuk pembuatan proposal, permohonan
surat jalan/ surat permohonan dari fakultas, dan lain sebagainya.
2. Studi Literatur
Hal ini berkaitan dengan pengumpulan buku-buku yang berkaitan dengan judul
Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM), artikel ilmiah serta sumber-sumber lain
3. Observasi Lapangan
Penulis melakukan pengamatan secara langsung tentang kondisi serta keadaan
dari kantor tempat dimana penulis melakukan kegiatan Praktik Kerja Lapangan
Mandiri.
4. Pengumpulan Data
Penulis melakukan pengumpulan data untuk menunjang keberhasilan dari topik
yang dibahas. Dalam hal ini data-data bersumber dari Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Medan Timur.
a. Data Primer adalah data yang diperoleh dari pihak-pihak yang mengetahui
tentang objek kajian Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM).
b. Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari referensi ilmiah, seperti buku
perpajakan, Undang-Undang Perpajakan yang bertujuan untuk pengumpulan
laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM).
5. Analisis Data dan Evaluasi
Setelah memperoleh data yang dibutuhkan penulis akan menganalisa,
mengevaluasi data dan mengelompokkan data tersebut yang kemudian akan di
interpretasikan secara objektif, jelas dan sistematis sehingga lebih mudah untuk
menarik kesimpulan dari data tersebut.
F. Metode Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data mengenai Praktik Kerja Lapangan Mandiri, penulis
1. Daftar Observasi (Observation Guide)
Pengumpulan data dengan melakukan pengamatan langsung tentang objek
PKLM.
2. Daftar Wawancara (Interview Guide)
Mengumpulkan data dengan melakukan wawancara langsung yang melibatkan
pegawai (Key Person) pada instasi yang berksangkutan secara lisan maupun
tulisan yang berhubungan dengan objek studi.
G. Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Adapun yang menjadi sistematika dalam penyusunan Laporan Praktek Kerja
Lapangan Mandiri adalah sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN PKLM
Pada bab ini diberikan gambaran mengenai keseluruhan isi laporan ini.
Bab ini terdiri dari latar belakang PKLM, tujuan dan manfaat PKLM,
uraian teoritis, ruang lingkup PKLM, metode PKLM, metode
pengumpulan data dan sistematika penulisan laporan PKLM.
BAB II : GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM
Pada bab ini berisikan tentang sejarah singkat berdirinya Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur.
BAB III : Gambaran Data
Dalam bab ini penulis secara sistematis dan terperinci menggunakan
dalam SKPKB, SKPKBT, STP, SKP, SKK, Putusan Banding yang
menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar setelah jatuh tempo.
BAB IV : ANALISIS DAN EVALUASI
Dalam bab ini penulis akan menganalisis data yang ada, kemudian akan
di evaluasi serta memberikan interprestasi untuk menjawab perumusan
masalah yang diajukan.
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Penulis menarik kesimpulan dari uraian yang ada dan memberikan saran
yang dapat dijadikan bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan
Timur.
BAB II
GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) PRATAMA MEDAN TIMUR
A. Sejarah Umum Kantor Pelayanan Pajak( KPP) Pratama Medan Timur Kantor Pelayanan Pajak dimulai pada masa penjajahan Belanda, Kantor
Pelayanan Pajak pada masa itu bernama Belasting, yang kemudian setelah
kemerdekaan Republik Indonesia berubah nama menjadi Kantor Inspeksi Keuangan.
Kemudian berubah lagi menjadi Kantor Inspeksi Pajak (KIP) dengan induk
organisasinya adalah Direktorat Jenderal Pajak. Di Sumatera Utara pada tahun 1976
berdiri tiga kantor inspeksi pajak, yaitu :
1. Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan
2. Kantor Inspeksi Pajak Medan Utara
3. Kantor Inspeksi Pajak Pematang Siantar
Pada tahun 1978 Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan dipecah menjadi dua,
yaitu Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan dan Kantor Inspeksi Pajak Kisaran.
Untuk memudahkan dan meningkatkan kualitas pelayanan kepada
masyarakat, dan dengan pertumbuhan ekonomi yang semakin cepat, maka
Dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan pajak kepada masyarakat,
maka dibuatlah perubahan secara menyeluruh pada Direktorat Jenderal Pajak yang
berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
267/KMK.01/1989. Hal itu mencakup reorganisasi Kantor Inspeksi Pajak yang
diganti nama menjadi Kantor Pelayanan Pajak (KPP), sekaligus mendirikan Kantor
Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan.
Berdasarkan pada Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia
Nomor758/KMK.01/1993 tertanggal 3 Agustus 1993, maka pada tanggal 1 April
1994 didirikanlah Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur. Kantor Pelayanan Pajak
Medan Timur merupakan pecahan dari tiga Kantor Pelayanan Pajak, yaitu:
1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Selatan
2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat
3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara
Terhitung mulai tanggal 1 April 1994, Kantor Pelayanan Pajak di kota Medan
berubah menjadi empat wilayah kerja, yaitu:
1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur
2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat
3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara
4. Kantor Pelayanan Pajak Binjai
Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
Jenderal Pajak”, maka Kantor Pelayanan Pajak di kota Medan menjadi enam wilayah
kerja, yaitu:
1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur
2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat
3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota
4. Kantor Pelayanan Pajak Medan Polonia
5. Kantor Pelayanan Pajak Medan Belawan
6. Kantor Pelayanan Pajak Medan Petisah
Setelah adanya modernisasi perpajakan tahun 2008, struktur organisasi Kantor
Pelayanan Pajak sebelumnya, yaitu berdasarkan jenis pajak berubah menjadi Kantor
Pelayanan Pajak Pratama yang struktur organisasinya berdasarkan fungsi jabatan.
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur mulai beroperasi pada tanggal 27 Mei
2008, berdasarkan Keputusan Direktorat Jenderal Pajak Nomor 95/PJ.01/2008
tanggal 19 Mei 2008.
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur beralamat di Jalan Pangeran
Diponegoro Nomor 30A Gedung Keuangan Negara Lantai II Medan dan sekarang
berpindah alamat di Jalan Suka Mulya Nomor 17A Gedung Keuangan Negara Lantai
IV Medan. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur didirikan pada tanggal 1
April 1994 berdasarkan keputusan Menteri Keuangan Repuplik Indonesia Nomor
758/KMK.01/1993 tanggal 3 Agustus 1993. Adapun wilayah kerja Kantor Pelayanan
1. Kecamatan Medan Tembung
Kecamatan Medan Tembung adalah daerah pintu gerbang kota Medan di
sebelah Timur yang merupakan pintu masuk dari Kabupaten Deli Serdang atau
daerah lainnya melalui transportasi darat. Di Kecamatan Medan Tembung ini
banyak terdapat jenis usaha industri kecil seperti kerajinan rotan. Disamping itu
banyak pula yang bergerak di bidang usaha industri rumah tangga seperti
pembuatan sepatu.
2. Kecamatan Medan Timur
Di Kecamatan Medan Timur ini terdapat Stasiun Kereta Api Medan yang
dikenal dengan “Stasiun Besar” sebagai salah satu sarana transportasi darat
antar kota dan antar daerah dari dan ke Kota Medan. Walaupun bukan sebagai
daerah pusat industri, di Kecamatan Medan Timur ini juga banyak terdapat
usaha industri kecil seperti bengkel kenderaan bermotor, bengkel bubut,
showroom serta usaha perdagangan dan jasa.
3. Kecamatan Medan Perjuangan
Kecamatan Medan Perjuangan adalah salah satu daerah padat pemukiman di
kota Medan. Kecamatan Medan Perjuangan pada umumnya bergerak di sektor
perdagangan baik itu perdagangan besar, menengah maupun kecil. Di
Kecamatan Medan Perjuangan terdapat industri-industri kecil seperti perabot
rumah tangga, pengolahan kopi, sulaman border, roti/ bika ambon, dan lain
B. Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur
Struktur organisasi adalah bagan yang menggambarkan sistematis mengenai
penetapan tugas-tugas, fungsi dan wewenang serta tanggung jawab masing-masing
dengan tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Tujuan struktur tersebut juga untuk
membina keharmonisan kerja agar dapat dilaksanakan dengan teratur dan baik untuk
mencapai tujuan secara maksimal.
Adapun struktur organisasi yang digunakan Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
Pratama Medan Timur adalah struktur organisasi linier dan staf yang berada di
bawah seseorang koordinasi Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jendral Pajak
Sumatera Utara I, dimana seluruh pegawainya adalah Pegawai Negri Sipil di bawah
naungan Kementeri Keungan Republik Indonesia.
Kantor Pelayan Pajak dapat digolongkan menjadi dua tipe, yaitu tipe A dan
tipe B. Kantor Pelayanan Pajak tipe A merupakan Kantor Pelayanan Pajak yang
tergolong dalam skala besar dan biasanyaa berada di ibukota provinsi sedangkan
Kantor Pelayanan Pajak tipe B merupakan Kantor Pelayanan Pajak yang wilayah
kerjanya tidak melebihi dari wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak tipe A dan
biasanya berada di kotamadya dan kabupaten. Sehingga, berdasarkan penggolongan
tersebut maka KPP Pratama Medan Timur dapat digolongkan sebagai KPP tipe A
karena wilayahnya berkedudukan diwilayah di Ibukota Provinsi Sumatera Utara.
Namun, berdasarkan SK Menteri Keuangan Republik Indonesia No.
tipe A. Sehingga, adanya surat keputusan tersebut maka KPP tipe B tidak ada di
Kantor Wilayah Direktorat Jendral Sumatera Utara I.
Berdasarkan SK Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 94/KMK.01/1994
tanggal 29 Maret 1994 tentang susunan organisasi Departemen Keuangan, maka tipe
A terdiri dari Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur membawahi satu
sub bagian, delapan seksi, satu kantor penyuluhan ditambah kelompok tenaga
fungsional (yang berada diluar struktur organisasi Kantor Pelayanan Pajak) yakni
terdiri dari :
1. Sub Bagian Tata Usaha (TU);
2. Seksi Tata Usaha dan Perpajakan (TUP);
3. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI);
4. Seksi Pajak Penghasilan Orang Pribadi;
5. Seksi Pajak Penghasilan Badan;
6. Seksi Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan;
7. Seksi Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Tidak Langsung Lainnya;
8. Seksi Penagihan;
9. Seksi Penerimaan dan Keberatan;
10. Seksi Penyuluhan dan Pengamatan Potensi Perpajakan;
Namun, setelah adanya modernisasi perpajakan pada tahun 2006, KPP
Pratama yang berdasarkan Peraturan Menteri Keungan Republik Indonesia No.
Direktorat Jendral Pajak, maka KPP Pratama terbagi menjadi beberapa seksi, antara
lain :
1. Sub Bagian Umum
2. Seksi pengolahan Data dan Informasi
3. Seksi Pelayanan
4. Seksi Penagihan
5. Seksi Pemeriksaan dan Kepatuhan Internal
6. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan
7. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I s.d IV
8. Seksi Jabatan Fungsioanal
Wilayah kerja masing-masing seksi pengawasan dan konsultasi (WASKON)
di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur adalah sebagai berikut :
a. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I, meliputi Kelurahan Pulo Brayan Darat I
dan II, Kelurahan Sidodadi, dan Kelurahan Perintis.
b. Seksi Pengawasan dan Konsultasi II, meliputi Kelurahan Sei Kera Hilir I dan II,
Kelurahan Sidorame Barat I dan II, Sidorame Timur, Kelurahan Pahlawan,
Kelurahan Sei Kera Hulu, Kelurahan Pandau Hilir dan Kelurahan Tegal Rejo.
c. Seksi Pengawasan dan Konsultasi III, meliputi Kelurahan Bandar Selamat,
Kelurahan Bantan, Kelurahan Bantan Timur, Kelurahan Indrakasih, Kelurahan
d. Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV, meliputi Kelurahan Durian, Kelurahan
Gaharu, Kelurahan Glugur Darat I dan II, Kelurahan Gang Buntu, Kelurahan
Pulo Brayan Bengkel, dan Kelurahan Pulo Brayan Bengkel Baru.
C. Tugas dan Fungsi Masing-Masing Seksi
Pembagian tugas dan wewenang masing-masing seksi dalam struktur
organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur adalah :
1. Sub Bagian Tata Usaha / Umum, mempunyai tugas :
1.1. Pelaksanaan Tata Usaha dan Kepegawaian yang bertugas membantu
menangani urusan Tata Usaha dan Kepegawaian.
1.2. Pelaksanaan Keuangan yang bertugas menangani urusan keuangan.
1.3. Pelaksanan Rumah Tangga yang bertugas menangani urusan dan
perlengkapan Rumah Tangga.
2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi, mempunyai tugas :
2.1. Melakukan pengumpulan, pencarian, dan pengolahan data, penyajian
informasi perpajakan.
2.2. Perekaman dokumen perpajakan.
2.3. Merekam SSP lembar ke-3.
2.4. Merekam SPT Masa PPN 1111 atau 1111 DM.
2.5. Merekam SPT Masa PPh Pasal 21.
2.6. Merekam SPT Masa PPh Pasal 23/26.
2.8. Melakukan urusan tata usaha penerimaan perpajakan.
2.9. Memberi pelayanan dukungan teknis komputer.
2.10. Pemantauan aplikasi e-SPT dan e-Filing.
2.11. Menyiapkan laporan kinerja.
2.12. Seksi Pengawasan dan Konsultasi, mempunyai tugas :
2.13. Melakukan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak.
2.14. Membimbing/menghimbau kepada wajib pajak dan konsultasi teknis
perpajakan.
2.15. Melakukan penyusunan profil wajib pajak.
2.16. Menganalisis kinerja wajib pajak.
2.17. Memberikan konsultasi kepada wajib pajak tentang ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan.
2.18. Melakukan rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka melakukan
intensifikasi.
2.19. Melakukan evaluasi banding.
3. Seksi Penagihan Pajak, mempunyai tugas : 3.1. Melakukan urusan penatausahaan piutang pajak.
3.2. Penundaan dan angsuran tunggakan pajak.
3.3. Penagihan aktif.
3.4. Memberikan usulan penghapusan piutang pajak.
4. Seksi Ekstensifikasi, mempunyai tugas : 4.1. Melakukan pengamatan potensi perpajakan.
4.2. Pendataan objek dan subjek pajak.
4.3. Pembentukan dan pemuktahiran basis data nilai objek pajak dalam
menunjang ekstensifikasi.
5. Seksi Pemeriksaan dan kepatuhan internal, mempunyai tugas : 5.1. Melakukan penyusunan rencana pemerikasaan.
5.2. Pengawasan pelaksanaan aturan pemerikasaan.
5.3. Penerbitan dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta
administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya.
6. Seksi Pelayanan, mempunyai tugas :
6.1. Melakukan penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan.
6.2. Menerima dan meneliti, serta merekam surat permohonan Wajib Pajak dan
surat-surat lainnya.
6.3. Melakukan penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan Wajib Pajak
lainnya.
6.4. Melakukan penatausahaan pendaftaran, pemindahan data, dan pencabutan
identitas Wajib Pajak.
6.5. Melakukan urusan kearsipan wajib pajak.
Saat ini di KPP Pratama Medan Timur tercacat ada sekitar 83 orang pegawai
yang terdaftar. Di bawah ini terdapat rincian mengenai jumlah pegawai di setiap unit
Tabel II. 1
Jumlah Pegawai KPP Pratama Medan Timur
No. Unit
Jumlah Pegawai
(orang)
1 Kepala Kantor 1
2 Sub Bagian Umum 7
3 Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI) 10
4 Seksi Pelayanan 14
5 Seksi Pemeriksaan dan Kepatuhan Internal 16
6 Seksi Penagihan 4
7 Seksi Ekstensifikasi 4
8 Seksi Pengawasan dan Konsultasi I 8
9 Seksi Pengawasasn dan Konsultasi II 7
10 Seksi Pengawasan dan Konsultasi III 8
11 Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV 8
Jumlah 87
[image:32.612.114.529.171.574.2]Gambar II.1
STRUKTUR ORGANISASI
KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN TIMUR
Sumber : Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur 2013
KEPALA KANTOR
KASUBBAG UMUM
SEKSI PEMERIKSAAN DAN KEPATUHAN
INTERNAL SEKSI
PENAGIHAN SEKSI
PELAYANAN SEKSI PDI
SEKSI EKSTENSIFIKASI
PERPAJAKAN
SEKSI PENGAWASAN DAN KONSULTASI
D. Visi Dan Misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur
Keberhasilan program modernisasi di lingkungan DJP, tidak hanya dapat
membawa perubahan paradigma dan perubahan perilaku pegawai DJP. Tetapi lebih
jauh juga dapat memberikan dampak positif terhadap percepatan penerapan
praktik-praktik “good governance” pada instiusi pemerintah secara keseluruhan.
Untuk mencapai tujuan tersebut, Direktorat Jenderal Pajak telah mencanangkan
visi dan misi sebagai pedoman dalam melakukan setiap kegiatan. Adapun visi dan
misi tersebut adalah sebagai berikut :
1. Visi : menjadi instansi pemerintah yang menyelenggarakan sistem
administrasi perpajakan modern yang efektif, efisien, dan dipercaya
masyarakat dengan integritas dan profesionalisme yang tinggi.
2. Misi : menghimpun penerimaan dalam negeri dari sektor pajak yang mampu
menunjang kemandirian pembiayaan pemerintah berdasarkan
BAB III
GAMBARAN DATA
A. Tindakan penagihan pajak dimulai dengan menerbitkan Surat Teguran
Penagihan pajak merupakan serangkaian tindakan agar penanggung pajak
melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak denga menegur atau
memperingatkan, melaksanakan penagihan seketika dan seklaigus, memberitahukan
surat paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan, melaksanakan
penyanderaan dan menjual barang yang telah disita. Tujuan pelaksanaan penagihan
pajak adalah guna pelunasan utang pajak oleh wajib pajak. Oleh karena itu, rangkaian
tindakan pengihan pajak oleh fiskus harus diarahkan guna terpenuhinya tujuan
tersebut.
Rangkaian tindakan pengihan pajak yang dilakukan oleh fiskus pada dasarnya
mencakup tiga kelompok kegiatan, yaitu :
1. Pemantauan pembayaran pajak
2. Penagihan yang bersifat aktif
Tindakan pelaksanaan penagihan pajak dengan surat paksa diawali dengan
penerbitan surat teguran, surta peringatan atau surat lan yang sejenis oleh pejabat
yang berwenang atau kuasa yang ditunjuk oleh pejabat tersebut setelah 7 (tujuh) hari
sejak jatuh tempo pembayaran. Surat Teguran, surat peringatan, atau surat lain yang
sejenis adalah surat yang diterbitkan oleh pejabat untuk menegur atau
memperingatkan kepada wajib pajak untuk melunasi utang pajaknya sebelum Surat
Paksa diterbitkan.
Surat teguran tidak diterbitkan terhadap penanggung pajak yang telah disetujui untuk
mengangsur atau menunda pembayaran pajaknya. Terhadap wajib pajak yang karena
satu dan lain hal diberikan keleluasan untuk mengangsur atau menunda pembayaran
pajak tidak akan diberikan surat teguran walaupun tanggal jatuh tempo pembayaran
pajak telah terlampaui dan wajib pajak belum melunasi utang pajaknya.
Hal ini wajar karena wajib pajak tersebut akan menanggung beban tambahan berupa
bunga sesuai dengan ketentuan yang berlaku terhadap keterlambatan pembayaran
tersebut. Tetapi keterlambatan tersebut adalah atas sepengetahuan dan persetujuan
fiskus sehingga terhadapnya tidak akan diberikan surat teguran karena pada dasarnya
wajib pajak tersebut memiliki kepatuhan membayar pajak tetapi tidak bisa segera
melakukan kewajibannya karena kondisi keuangannya kurang baik. Apabila jumlah
lewat 21 hari sejak diterbitkan surat teguran, maka pejabat segera menerbitkan surat
paksa.
Hal ini dapat dilihat pada Undang – undang No. 19 Tahun 2000 tentang Perubahan
Undang – Undang No. 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa
yang mana tersirat makna bahwa tindakan penagihan dimulai dengan menerbitkan
Surat Teguran. Yang diperkuat dengan Keputusan Direktur Jendral Pajak No.
Kep-20/Pj/1995 Tentang Jadwal Waktu Penagihan Pajak yaitu Pasal 1 dan Pasal 2 berikut
:
Pasal 1
1. Pengeluaran surat teguran sebagai awal tindakan pelaksanaan penagihan pajak
dikeluarkan segera setelah 7 hari sejak saat jatuh tempo pembayaran dari
jumlah pajak yang masih harus dibayar.
2. Dalam jangka waktu 7 hari setelah tanggal surat teguran, wajib pajak atau
penanggung pajak harus melunasi pajaknya.
3. Surat teguran sebagaimana yang dimaksud ayat (1) dikeluarkan oleh Kepala
Kantor Pelayanan Pajak.
Pasal 2
1. Apabila jumlah pajak yang masih harus dibayar tidak dilunasi dalam jangka
waktu sebagaimana ditentukan dalam surat teguran, maka jumlah pajak yang
2. Kantor Pelayanan Pajak menerbitkan Surat Paksa segera setelah lewat 21 hari
sejak tanggal surat teguran
Mengenai Tindakan Penagihan dapat dilihat dari Keputusan Menteri
Keuangan No. 147/KMK.04/1998 Tanggal 27 Februari 1998 yaitu Dilakukan
apabila pajak yang terutang sebagaimana tercantum dalam Surat Tagihan
Pajak (STP), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat Keputusan
Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT), Surat Keputusan Pembentulan
(SKP), Surat Keputusan Keberatan (SKK), Pusat Banding yang menyebabkan
jumlah pajak yang harus dibayar bertambah, tidak atau kurang dibayar setelah
lewat jatuh tempo.
Surat teguran juga berfungsi sebagai alat untuk menangguhkan
“Kadaluwarsa Penagihan Pajak” seperti yang disebutkan dalam pasal 22 ayat
1 undang – undang No. 16 Tahun 2000 tentang Perubahan Undang – Undang
No. 9 Tahun 1994, yaitu “ Hak untuk melakukan penagihan pajak, termasuk
bunga, denda, kenaikan, dan biaya penagihan pajak, kadaluwarsa setelah
lampau waktu sepuluh tahun terhitung sejak saat terutangnya pajak atau
berakhirnya masa pajak, bagian tahun pajak atau tahun pajak yang
bersangkutan.
B. Pentingnya Surat Teguran Dalam Mencairkan Tunggakan Pajak
Peranan Surat Teguran dalam mencairkan tunggakan pajak yang sangat
hal ini tindakan penagihan aktif seperti penerbitan surat paksa dan sebagainya
tidak dapat dilakukan karena hal ini telah jelas diatur dalam Keputusan Direktorat
Jenderal Pajak No. Kep-20/Pj/1995 tentang jadwal waktu penagihan pajak yaitu
pada pasal 1 ayat 1 yang berbunyi :
“Pengeluaran Surat Teguran sebagai awal tindakan pelaksanaan penagihan
pajak dikeluarkan segera tujuh hari sejak saat jatuh tempo pembayarannya dari
jumlah pajak yang maish harus dibayar”.
Akan tetapi, sebelum dikeluarkan surat teguran ada yang menjadi dasar untuk
melakukan penagihan pajak, yaitu : surat ketetapan pajak yang menyatakan bahwa
pajak terutang sesuai perhitungan wajib pajak masih kurang dari seharusnya, surat
tagihan pajak, keputusan fiskus dan keputusan pengadilan pajak yang menyebabkan
jumlah pajak yang harus dibayar oleh wajib pajak bertambah. Surat Ketetapan Pajak
yang dikeluarkan oleh fiskus, yang menyatakan bahwa masih terdapat kekurangan
pembayaran pajak meliputi :
a. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)
Menutur Undang – undang No. 16 Tahun 2000, dalam jangka waktu sepuluh
tahun sesudah saat terhutangnya pajak, atau berakhirnya masa pajak, bagian
tahun pajak. Dirjen Pajak dapat menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang
1. Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain ternyata
jumlah pajak yang terutang tidak atau kurang dibayar.
2. Apabila Surat Pemberitahuan tidak disampaikan dalam jangka waktu
yang telah ditentukan dan setelah ditegur secara tertulis tidak disampikan
pada waktunya sebagaimana ditentukan dalam Surat Teguran.
3. Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan mengenai Pajak Pertambahan
Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah ternyata tidak seharusnya
dikompensasikan selisih lebih pajak atau tidak seharusnya dikenakan
tariff nol persen (0 %)
4. Apabila kewajiban pembukuan tidak dipenuhi atau tidak lengkap
sehingga perhitungan rugi-laba, atau peredaran tidak jelas, atau angka –
angka dalam pembukuan tidak dapt diuji atau wajib pajak tidak
membantu jalannya pemeriksaan.
b. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan ( SKPKBT)
Penerbitan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan dilakukan dengan
syarat adanya data baru (novum) dan atau data yang semula belum terungkap
yang menyebabkan penambahan pajak yang terhutang dalam Surat Ketetapan
Pajak sebelumnya.
Dalam hal masih ditemukan lagi data yang semula belum terungkap padasaat
diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar atau data baru yang
Kurang Bayar masih dapat diterbitkan lagi, sesuai dengan ketentuan tentang
SKPKBT yang diatur dalam Pasal 15 Undang – undang KUP.
c. Surat Tagihan Pajak
Sesuai dengan Pasal 14 Undang – undang KUP, Surat Tagihan Pajak dapat
diterbitkan oleh Dirjen Pajak apabila :
1. Pajak penghasilan dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar.
2. Dari hasil penelitian Surat Pemberitahuan terdapat kekurangan pembayaran
pajak sebagai akibat salah tulis dan atau salah hitung.
3. Wajib pajak dikenakan sanksi administrasi berupa denda atau bunga.
4. Pengusaha yang dikenakan pajak berdasarkan Undang – undang Pajak
Pertambahan Nilai, yang tidak melaporkan kegiatan usahanya untuk
dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak.
5. Pengusaha yang tidak dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak tetapi
membuat Faktur Pajak atau pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai aha
Kena Pajak tetapi tidak membuat atau tidak mengisi selengkapnya Faktur
Pajak.
Surat Tagihan Pajak mempunyai kekuatan hukum yang sama dengan Surat
Ketetapan Pajak, sehingga dalam penagihannya dapat dilakukan dengan
d. Surat Keputusan Pembetulan
Menurut Pasal 16 Undang – undang KUP, Dirjen Pajak karena jabatan atau
atas permohonan Wajib Pajak dapat membetulkan Surat Ketetapan Pajak atau
atas permohonan Wajib Pajak yang dalam penerbitannya terdapat kesalahan
tulis, kesalahan hitung dan atau kekeliruan dalam penerapan ketentuan
perundang – undangan perpajakan.
Pembentulan dapat dilakukan oleh Dirjen Pajak, baik atas permohonan wajib
pajak maupun secara jabatan. Apabila kesalahan maupun kekeliruan
ditemukan, baik oleh fiskus maupun berdasarkan permohonan waib pajak,
maka kesalahan atau kekeliruan tersebut harus dibetulkan.
e. Surat Keputusan Keberatan
Menurut Pasal 25 Undang – undang No. 16 Tahun 2000 Tentang KUP,
Bahwa waib pajak dalam mengajukan keberatan hanya kepada Dirjen Pajak
atas :
1. Surat Ketetapan Pajak kurang Bayar (SKPKB)
2. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT)
3. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB)
5. Pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga berdasarkan ketentuan
peraturan perundang – undangan perpajakan.
Apabila wajib pajak berpendapat bahwa jumlah ragi, jumlah pajak, dan
pemotongan atau pemungutan pajak tidak sebagaimana mestinya, wajib
pajak dapat mengajukan keberatan hanya pada Dirjen Pajak. Pengajuan
Keberatan tidak menunda kewajiban membayar pajak dan pelaksanaan
penagihan pajak.
f. Putusan Banding
Apabila wajib pajak merasa tidak puas aats jawaban keputusan keberatan
yang diterbitkan oleh fiskus, wajib pajak memiliki hak untuk mengajukan
banding, sesuai dengan Pasal 27 Undang – undang No. 16 Tahun 2000.
Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan banding hanya kepada badan
peradilan pajak terhadap keputusan mengenai keberatannya yang ditetapkan
oleh Dirjen Pajak.
Pengajuan permohonan banding tidak menunda kewajiban membayar pajak
dan pelaksanaan penagihan pajak.
g. Jatuh Tempo Pembayaran
Menurut Undang – undang No. 16 tahun 2000 Tentang KUP, Surat Tagihan
Pajak (STP), Surat Keterangan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat
Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding yang
menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah, harus dilunasi
BAB IV
ANALISIS DAN EVALUASI
A. Perbandingan Jumlah Surat Teguran Yang Diterbitkan Dengan Jumlah Wajib Tunggakan Pajak
Sebelum penulis membandingkan antara jumlah Surat Teguran yang
diterbitkan dengan jumlah Tunggakan Pajak, ada baiknya penulis menyajikan
tentang “Pelaksanaan Surat Teguran” itu terlebih dahulu, Karena hak ini
menyangkut mengenai Prosedur Pengeluaran Surat Teguran tersebut oleh
Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur.
I. Pelaksanaan Surat Teguran
Pelaksanaan Surat Teguran merupakan bagian dari tindakan penagihan
yang dikenal sebagai tindakan penagihan aktif persuasive, yaitu untuk
menghimbau wajib pajak atau member kesempatan bagi wajib pajak yang
beritikad baik untuk melunais tunggakan pajaknya yang tercantum dalam
Surat Tagihan Pajak (STP), Surat Keterangan Pajak Kurang Bayar (SKPKB),
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT), Surat Keputusan
Pembetulan (SKP), Surat Keputusan Keberatan (SKK), Putusan Banding yang
menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah, tidak atau kurang
dibayar setelah lewat jatuh tempo. Denagn kata lain Surat Teguran yang
dikeluarkan setelah melampaui waktu 7 hari dari saat jatuh tempo yang
untuk segera melunasi utang pajaknya sebelum dilakuakn tindakan penagihan
berikutnya.
Kantor Pelayanan Pajak menyimpan arsip Surat Teguran di dalam
berkas. Jika Surat Teguran ini tidak ditemui lagi berkas atau hilang, sesuai
dengan SE Dirjen. Pajak No. SE – 29/PJ.74/1989, Tanggal 25 Juli 1989
diterbitkan kembali Surat Teguran Pertama (salinan) sebagai arsip dengan
nomor dan tanggal yang sama, dan dibuat sesuai denagn Buku Surat Teguran.
Jika nomor, tanggal, bulan dan tahun Surat Teguran rtidak dapat diketahui,
maka dibuatkan Surat Teguran Baru, karena dianggap belum pernah
dibuatkan Surat Teguran.
II.Prosedur Pengeluaran Surat Teguran
1. Kepala Kantor Pelayanan Pajak menugaskan Kepala Seksi Penagihan
untuk melakukan penerbitan Surat Teguran atas dasar penagihan pajak
yang telah melewati jangka waktu pelunasan.
2. Kepala Seksi Penagihan menugaskan Pelaksana Seksi Penagihan/Jurusita
Pajak untuk melakukan penerbitan Surat Teguran atas dasar penagihan
pajak yang telah melewati jangka waktu pelunasan.
3. Pelaksana Seksi Penagihan/ Jurusita Pajak melakukan penelitian
kemudian menyusun dan menyerahkan konsep Surat Teguran kepada
Kepala Seksi Penagihan. Dalam melakukan penelitian, Pelaksana Seksi
Penagihan/ Jurusita Pajak melakukan koordinasi antar seksi terkait,
data yang valid tentang nama dan alamat wajib pajak; Laporan Hasil
Pemeriksaan dan Nota Penghitungan; dan status pengajuan keberatan
atau pengajuan permohonan banding. Pelaksana Seksi Penagihan/
Jurusita Pajak juga dapat melakukan koordinasi dengan Seksi Pelayanan
untuk mendapatkan data surat ketetapan pajak atau Surat Tagihan Pajak.
4. Beberapa ketentuan terkait dengan penerbitan Surat Teguran adalah
sebagai berikut:
a. Dalam hal Wajib Pajak mengajukan keberatan dan tidak mengajukan
permohonan banding, pelunasan atas jumlah pajak yang belum
dibayar dilakukan paling lama 1 (satu) bulan sejak tanggal penerbitan
Surat Keputusan Keberatan.
b. Dalam hal Wajib Pajak mengajukan permohonan banding, pelunasan
atas jumlah pajak yang belum dibayar dilakukan paling lama 1 (satu)
bulan sejak tanggal penerbitan Putusan Banding.
c. Dalam hal Wajib pajak menyetujui seluruh jumlah pajak yang masih
harus dibayar dalam pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan atau
Pembahasan Akhir Hasil Verifikasi, pelunasan atas jumlah pajak
yang masih harus dibayar dilakukan paling lama 1 (satu) bulan sejak
tanggal penerbitan surat ketetapan pajak.
d. Dalam hal Wajib Pajak usaha kecil dan Wajib Pajak di daerah
tertentu menyetujui seluruh jumlah pajak yang masih harus dibayar
Hasil Verifikasi, pelunasan atas jumlah pajak yang masih harus
dibayar dilakukan paling lama 2 (dua) bulan sejak tanggal penerbitan
surat ketetapan pajak.
e. Dalam hal Wajib Pajak tidak melunasi jumlah pajak yang masih
harus dibayar dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada huruf
a, huruf b, huruf c, dan huruf d, pajak yang masih harus dibayar
tersebut ditagih dengan terlebih dahulu menerbitkan Surat Teguran.
f. Surat Teguran sebagaimana dimaksud pada huruf e disampaikan
setelah 7 (tujuh) hari sejak saat jatuh tempo pembayaran sebagaimana
dimaksud pada huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d.
g. Dalam hal Wajib Pajak tidak menyetujui sebagian atau seluruh
jumlah pajak yang masih harus dibayar dalam Pembahasan Akhir
Hasil Pemeriksaan atau Pembahasan Akhir Hasil Verifikasi dan
Wajib Pajak tidak mengajukan keberatan, Surat Teguran disampaikan
setelah 7 (tujuh) hari sejak saat jatuh tempo pengajuan keberatan.
h. Dalam hal Wajib Pajak tidak menyetujui sebagian atau seluruh
jumlah pajak yang masih harus dibayar dalam Pembahasan Akhir
Hasil Pemeriksaan atau Pembahasan Akhir Hasil Verifikasi dan
Wajib Pajak tidak mengajukan permohonan banding atas keputusan
keberatan, Surat Teguran disampaikan setelah 7 (tujuh) hari sejak saat
i. Apabila sanksi administrasi dalam Surat Tagihan Pajak dikenakan
sebagai akibat diterbitkan surat ketetapan pajak, yang pajak
terutangnya tidak disetujui oleh Wajib Pajak dalam Pembahasan
Akhir Hasil Pemeriksaan atau Pembahasan Akhir Hasil Verifikasi
dan atas surat ketetapan pajak diajukan keberatan dan/ atau banding,
tindakan penagihan atas Surat Tagihan Pajak tersebut ditangguhkan
sampai dengan surat ketetapan pajak tersebut mempunyai kekuatan
hukum tetap.
5. Kepala Seksi8 Penagihan meneliti dan memaraf kemudian menyerahkan
konsep Surat Teguran kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak.
6. Kepala Kantor Pelayanan Pajak menyetujui dan menandatangani
kemudian menugaskan Kepala Seksi Penagihan untuk menatausahakan
dan mengirim Surat Teguran kepada Wajib Pajak.
7. Kepala Seksi Penagihan menugaskan Pelaksana Seksi Penagihan atau
Jurusita Pajak untuk menatausahakan dan mengirimkan Surat Teguran
kepada Wajib Pajak.
8. Pelaksana Seksi Penagihan atau Jurusita Pajak menatausahakan dan
mengirimkan Surat Teguran kepada Wajib Pajak.
9. Proses selesai.
Sedangkan mengenai penyajian data sesuai dengan masalah yang penulis
TABEL – 1 : Perbandingan Jumlah Tunggakan Pajak Dengan Surat Teguran Yang Telah Diterbitkan
Sumber : KPP Medan Timur, Tahun 2012 – 2013.
Berdasarkan data di dalam table 1 di atas dapat dilihat persentase penerbitan
Surat Teguran berdasarkan jumlah Tunggakan Pajak, sehingga dapat diketahui
persentase penerbitan lembar Surat Teguran atas lembar tunggakan pajak pada tahun
anggaran 2012 sebanyak 7,24 %, sedangkan jumlah nilai rupiah yang akan ditagih
melalui surat teguran 21,06 % dari seluruh jumlah nilai rupiah pada tunggakan pajak
pada tahun anggaran yang sama.
Untuk tahun anggaran 2013 dapat dilihat bahwa bertambahnya lembar surat
teguran yang diterbitkan, yaitu hanya 7,83 % dari total lembar tunggakan pajak
(23,931 Lembar) dan untuk jumlah nilai rupiah hanya terdapat 11,65 % yang
diterbitkan untuk ditagih dari total jumlah rupiah pada tunggakan pajak (Rp.
112,699,164,500).
Faktor – faktor penyebab adanya perbedaan jumah lembar dan nilai rupiah
tunggakan pajak dengan jumlah lembar dan nilai rupiah yang tercantum dalam surat
teguran yang diterbitkan, sebagaimana diuraikan diatas, adalah sebagai berikut :
No Tahun Tunggakan Pajak Penerbitan ST Persentase
Lbr Rph lbr rph
[image:50.612.45.596.187.263.2]1. Jumlah lembar dan nilai rupiah yang ditunjukkan dalam tunggakan pajak
merupakan jumlah lembar dan nilai dari setiap Surat Ketetapan Pajak yang
diterbitkan oleh Kantor Pelayanan Pajak (meliputi
STP/SKPKB/SKPKBT) sementara jumlah lembar dan nilai rupiah
berdasarkan Surat Teguran yang diterbitkan merupakan jumlah yang
terutang oleh satu orang wajib pajak. Dapat terjadi satu orang wajib pajak
memiliki beberapa tunggakan pajak sesuai dengan jenis ketetapan pajak
yang diterbitkan terhadapnya , sebagai contoh wajb pajak X mempunyai
beberapa tunggakan pajak atau jenis ketetapan pajak yang berbeda tetap
memiliki tanggal jatuh tempo dan tanggal penerbitan yang sama. Oleh
karena itu, terhadap wajib pajak X diterbitkan satu surat teguran yang
terdiri dari beberapa jenis tunggakan pajak. Dengan demikian penerbitan
suatu surat teguran dapat meliputi beberapa tunggakan pajak yang berbeda
– beda jenis ketetapannya.
2. Di antaranya tunggakan pajak tersebut terdapat tanggal pajak yang
terhutang atas surat ketetapan pajak yang telah kadaluarsa penagihannya
sehingga ketentuan penerbitan surat teguran oleh undang – undang dan
atas tunggakan tersebut diusulkan untuk dihapus.
3. Jumlah lembar dan nilai rupiah tunggakan pajak yang tercantum pada
tabel 1 meliputi tunggakan pajak yang telah diusulkan dihapus sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang – undangan penagihan yang
dihilangkan dari total tunggakan pajak masih tetap ada. Hal ini disebabkan
karena proses pelaksanaan penghapusan tunggakan pajak harus menunggu
Keputusan dari Menteri Keuangan sehingga memerlukan waktu yang
cukup lama. Sesuai dengan prosedur dan jenjang birokrasi yang ada.
4. Berdasarkan kegiatan lapangan yang dilakukan oleh juru sita pajak
diperoleh kenyataan bahwa keadaan dan identitas wajib pajak tidak akurat
lagi. Beberapa penyebabnya antara lain :
• Wajib pajak sudah meninggal dunia tetapi maish terdaftar pada
master file lokal.
• Wajib pajak Badan dinyatakan bubar/pailit tanpa pemberitahuan
kepada Kantor Pelayanan Pajak
• Wajib pajak Badan/orang Pribadi sudah tidak memiliki kegiatan
usaha dan tidak dimungkinkan adanya tanda – tanda keaktifan
usahanya.
• Wajib pajak memberikan alamat yang tidak sebenarnya (alamat
fiktif)
Dari kenyataan diatas, maka penerbitan surat teguran atas nama
wajib pajak yang tidak akurat lagi sering kembali ke KPP sehingga
untuk masa selanjutnya tidak dilaksanakan penerbitan surat
teguran atas wajib pajak tersebut.
Dalam hal ini juga faktor kurangnya sumber daya manusia dari segi
kuantitas pada seksi penagihan, karena jika dilihat keadaan wajib pajak
yang menunggak pajak terlampau banyak perbulannya baik wajib pajak
pibadi maupun badan sedangkan jumlah pegawai yang menerbitkan surat
teguran khususnya dan penagihan lainnya pada umumnya tidak sebanding.
B. Peranan Surat Teguran Dalam Mencairkan Tunggakan Pajak
Peranan Surat Teguran dalam mencairkan tunggakan pajak yang sangat
mendasar adalah tanpa adanya/ diterbitkannya surat teguran sehingga,
tindakan penagihan dalam hal ini tindakan penagihan aktif, seperti
penerbitan surat paksa dan sebagainya tidak dapat dilakukan. Hal ini telah
diatur dalam Keputusan Direktorat Jenderal Pajak No. Kep- 20/PJ/1995
tentang jadwal waktu penagihan pajak yaitu pasal 1 ayat 1 yang berbunyi :
“Pengeluaran Surat Teguran sebagai awal tindakan pelaksanaan
penagihan pajak dikeluarkan segera tujuh hari sejak saat jatuh tempo
pembayaran dari jumlah pajak yang harus dibayar”.
Sedangkan untuk mengetahui peranan surat teguran berdasarkan data
tunggakan pajak, penerbitan surat teguran, pencairan tunggakan pajak
akibat penerbitan surat teguran dapat dilihat dari penyajian data dalam
bentuk tabel dan penganalisaan sebagai berikut :
Tahun Wajib Pajak Orang Pribadi
Wajib Pajak Badan Jumlah
Lembar Jumlah Lembar Jumlah Lembar Jumlah
2012 861 308,169,617 2,115 4,259,419,380 2,976 4,567,588,997
2013 1,784 2,840,452,084 1,272 6,825,015,459 3,056 9,665,467,543
Jumlah 2,645 3,148,621,700 3,387 11,084,434,840 6,032 14,223,056,540
Sumber
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa rasio kepatuhan pembayaran pajak
terutang antara orang pribadi dengan badan berdasarkan lembar surat teguran yang
diterbitkan berkisar 1 : 1, 5, yaitu lembaran penerbitan surat teguran untuk pribadi
sebanyak 2,645 dibanding dengan lembar penerbitan surat teguran untuk badan
sebanyak 3,387, sehingga dari rasio ini dapat diketahui bahwa tingkat surat teguran
wajib pajak orang pribadi lebih tinggi dibanding dengan wajib pajak badan pada
pembayaran pajak padahal wajib pajak badan lebih besar daripada wajib pajak orang
pribadi.
: KPP Medan Timur, Tahun 2012-2013
Jika dilihat dari jumlah rupiahnya, dapatlah diketahui begitu pentingnya suart
teguran diterbitkan untuk mencairkan tunggakan pajak, yaitu untuk tahun anggaran
2012 s/d 2013 sebanyak Rp. 14,223,056,540 yang merupakan akumulasi jumlah
rupiah dari wajib pajak orang pribadi sebanyak RP. 3,148,621,700 ditambah dengan
jumlah wajib pajak badan sebanyak Rp. 11,084,434,840.
Sedangkan persentase pencairan tunggakan pajak dapat dilihat pada tabel di
TABEL – 3 : Perbandingan Antara Penerbitan Surat Teguran Dengan Pencairan Tunggakan Pajak Akibat Penerbitan Surat Teguran
No . Tahun
Pencairan Tunggakan Pajak Akibat Penerbitan
Surat Teguran
Penerbitan Surat
Teguran Persentase
lbr Rph lbr rph lbr rph
1 2012 1,464 6,591,099,037 2,976 4,567,588,997 49,19 144,30
2 2013 1,920 8,351,981,585 3,056 9,665,467,543 62,82 86,41 Sumber : KPP Medan Timur, Tahun 2012-2013
Persentase dari tabel 3 di atas merupakan persentase pencairan tunggakan
pajak akibat penerbitan surat teguran. Dari tabel diatas dapat diketahui persentase
pencairan tunggakan pajak akibat penerbitan surat teguran berdasarkan lembar surat
pencairan tunggakan pajak akibat penerbitan surat teguran berdasarkan lembar surat
teguran yang cair/ dibayar adalah : 1,464/2,976 x 100% = 49,19% pada tahun
anggaran 2012, ini menunjukkan pentingnya surat teguran atau sangat berperannya
surat teguran dalam mencairkan tunggakan pajak.
Untuk tahun anggaran 2013, Peresentase pencairan tunggakan pajak akibat
penerbitan surat teguran berdasarkan jumlah lembar surat teguran yang cair/ dibayar
adalah : 1,920/3,056 x 100% = 62,82 %. Berdasarkan jumlah nilai rupiah sebesar
8,351,981,585/ 9,665,467,543 x 100% = 86,41 % yang dapat dicairkan dari jumlah
tunggakan pajak berdasarkan penerbitan surat teguran yaitu Rp. 8,351,981,585 dari sisi
[image:55.612.113.562.159.320.2]tetapi pada dasarnya jumlah nilai rupiah tersebut tergantung pada jumah nilai rupiah
pada masing – masing lembar surat teguran.
Selanjutnya persentase perbandingan tunggakan pajak tahun anggaran
[image:56.612.60.582.334.515.2]banyaknya dapat dilihat dalam tabel berikut :
TABEL – 4 : Data Perbandingan Tunggakan Pajak, Penerbitan Surat Teguran, Pencairan Tunggakan, Dan Sisa Tunggakan Anggaran 2012 Dengan Tahun Anggaran 2013.
No . URAIAN
TAHUN ANGGARAN
Persentase
2012 2013
lbr rph lbr rph lbr Rph
1 Tunggakan pajak 21,567 96,228,177,168 23,931 112,699,164,500 110,96 117,12
2
Penerbitan surat
teguran 2,976 4,567,588,997 3,056 9,665,467,543 102,69 211,61
3 Pencairan tunggakan 1,464 6,591,099, 1,920 8,351,981,585 131,15 126,72
4 sisa tunggakan 20,103 89,637,078,131 22,011 104,347,182,915 109,49 116,41
Sumber : KPP Medan Timur, Tahun 2012-2013
Berdasarkan data di dalam tabel 4 di atas dapat dilihat bahwa persentase peningkatan/
penurunan maisng – masing point berdasarkan perbandingan tahun anggaran 2012
denagn tahun anggaran 2013 , sebagai berikut :
1. Persentase Tunggakan Pajak antara tahun 2012 dengan tahun anggaran 2013
terjadi peningkatan jumlah lembar tunggakan pajak sebesar 110,96 % dan
2. Persentase Penerbitan Surat Teguran antara tahun 2012 dengan anggaran
tahun 2013 terjadi peningkatan jumlah lembar surat teguran yang diterbitkan
yaitu sebesar 102,69 % dan juga terjadi peningkatan pada jumlah nilai
rupiahnya yaitu sebesar 211,61 %
3. Persentase Pencairan Tunggakan Pajak akibat Penerbitan Surat Teguran
antara tahun 2012 dengan anggaran tahun 2013 terjadi penurunan jumlah
lembar surat teguran yang di cairkan yaitu sebesar 131,15 % dan pada jumlah
nilai rupiahnya pun terjadi peningkatan yaitu sebesar 126,72 %
4. Persentase Sisa Tunggakan antara tahun 2012 dengan tahun anggaran 2013
terjadi peningkatan jumlah lembar tunggakan pajak yang belum cair/dibayar
yaitu sebesar 109,49% dan terjadi juga peningkatan persentase jumlah nilai
rupiah pada lembar tunggakan pajak yang bleum bayar /cair yaitu sebesar
116,41%. Sisa tunggakan inilah yang akan dicairkan melalui tindakan
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian yang dikemukakan dalam bab – bab sebelumnya,
maka penulis dapat menarik beberapa kesimpulan, yaitu :
1. Peranan Surat Teguran dalam rangka pengaihan surat tunggakan pajak
sangat besar, karena tindakan penagihan tidak dapat dilakukan terhadap
wajib pajak yang mempunyai tunggakan pajak tanpa terlebih dahulu
kepadanya diterbitkan Surat Teguran, yang mana Surat Teguran itu
merupakan tindakan penagihan aktif persuasif yang gunanya untuk
mengimbau wajib pajak yang beritikad baik untuk melunasi tunggakan
pajaknya yang tercantum dalam Surat Tagihan Pajak (STP), Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat Keputusan Pajak Kurang
Bayar Tambahan (SKPKBT), Surat Keputusan Pembentulan (SKP), Surat
Keputusan Keberatan (SKK), Pusat Banding yang telah jatuh tempo.
2. Terdapat banyak hambatan – hambatan yang pelru dipertimbangkan dalam
penerbitan surat teguran agar surat teguran yang diterbitkan benar – benar
sampai pada wajib pajak yang dituju, yang mana tujuannya tak lain adalah
3. Masih ada wajib pajak yang tidak mengindahkan Surat Teguran yang
sudah diterimanya dengan berbagai alasan, hal ini dapat dilihat dari data –
data yang ada bahwa masih banyak terdapat sisa tunggakan pajak yang
belum dapat dicairkan dengan surat teguran.
4. Tujuan akhir dari penagihan bukanlah untuk menyita atau melelang
barang milik penanggung pajak atau melakukan pencegahan dan
penyandraan penanggung pajak tetapi dalam rangka untuk pelunasan
utang pajak sehingga diberlakukan prosedur – prosedur penagihan pajak
yang sedemikian rupa seperti harus terlebih dahulu diterbitkan Surat
Teguran kepada wajib pajak/penanggung pajak yang masih mempunyai
tunggakan pajak sebelum dilakukan tindakan penagihan aktif lainnya
seperti penerbitan Surat Paksa, Penyitaan dan lain sebagainya, yang mana
pelunasan tunggakan pajak tersebut diharapkan dapat meningkatkan
kemandirian pembiayaan menuju masyarakat yang sejahtera material dan
spiritual.
B. SARAN
Adapun saran – saran yang dapat penulis kemukakan adalah sebagai berikut :
1. Agar setiap wajib pajak yang masih mempunyai tunggakan pajak
diterbitkan Surat Teguran tanpa ada kecualinya dan jika tidak juga
diindahkan, diteruskan dengan tindakan pengihan aktif seperti penerbitan
2. Sebaiknya anggota masyarakat atau wajib pajak agar menyadari
kepercayaan pemerintah yang diberikan yaitu mengenai system sel
assessment dimana wajib pajak dapat melaksanakan kewajiban perpajakan
sebaik – baiknya. Hal ini tentunya lebih memudahkan fiskus dalam
melaksanakan tugasnya.
3. Menambah jumlah tenaga kerja pada seksi penagihan agar le