KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) PRATAMA MEDAN POLONIA
O L E H
NAMA : DANIEL SIANTURI NIM : 112600039
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Menyelesaikan Studi Pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya
sehingga Penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul “Pengawasan
Pelunasan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
Pratama Medan Polonia”. Adapun laporan tugas akhir ini disusun guna memenuhi
syarat untuk Penulis menyelesaikan studi Program Diploma III Administrasi
Perpajakan di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan kalii ini, Penulis mengucapkan terimakasih yang setulusnya
kepada kedua orang tua tersayang yang telah membimbing dengan penuh cinta dan
kasih sayang, memelihara dan memperhatikan Penulis sejak lahir serta selalu
mencukupi segala keperluan baik secara moril maupun materil. Penulis juga
mengucapkan terimakasih kepada kakak-kakak dan juga adik-adik ku yang telah
memberi dukungan lebih kepada Penulis, sehingga Penulis dapat lebih bersemangat
untuk menyelesaikan laporan tugas akhir ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan tugas akhir ini masih jauh dari
sempurna, untuk itu penulis dengan rendah hati bersedia menerima saran dan kritik
yang sifatnya membangun untuk menambah kesempurnaan laporan tugas akhir inidan
Dalam penyusunan laporan ini, Penulis banyak memperoleh bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini Penulis terimakasih
yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Harmaini Hasan, S.H, M.M selaku Dosen Pembimbing yang telah
memberikan bimbingan dan arahan dalam penulisan laporan tugas akhir ini.
2. Bapak Prof. Dr. Badaruddin Rangkuti, Msi selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial
dan Politik Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Alwi Hashim Batubara,M.si selaku Ketua Jurusan Program Studi
Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU.
4. Ibu Arlina, SH,M.Hum selaku Sekretaris Program Studi Diploma III
Administrasi Perpajakan FISIP USU..
5. Bapak Marslinus Simbolon selaku Kepala Bidang P2 Humas Kantor Wilayah
Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Utara I yang telah memberikan ijin riset di
KPP Pratama Medan Polonia.
6. Kepada Bapak Tanda Pasaribu selaku kepala KPP Pratama Medan
Polonia tempat Penulis melakukan riset.
7. Kepada seluruh staff Pegawai/Karyawan KPP Pratama Medan Polonia yang
bersedia meluangkan waktunya untuk membantu penulis dalam melakukan
riset.
8. Buat seluruh Keluarga besar yang telah memberikan support dan do’anya
kepada penulis.
9. Buat Teman saya yang telah memberikan semangat buat saya dalam
penyusunan laporan tugas akhir ini, khususnya Antomi Tampubolon,Ricky
Tanjung, dan yang lainnya. Ga terasa ya kawan-kawan uda pada maw
wisudaan...heheheheheeh
Akhir kata Penulis barharap semoga laporan tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi
seluruh pihak.
Medan, juli 2014
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iv
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang PKLM ... 1
B. Tujuan dan Manfaat PKLM ... 5
C. Uraian Teoritis ... 8
D. Ruang Lingkup PKLM ... 10
E. Metode PKLM ... 11
F. Metode Pengumpulan Data ... 12
G. Sistematika Penulisan Laporan ... 13
BAB II : GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM A. Sejarah Singkat ... 16
B. Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia ... 17
C. Deskripsi Tugas dan fungsi Pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia ... 19
BAB III : GAMBARAN DATA TENTANG PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21
A. Pajak Penghasilan Pasal 21 ... 25
1.Dasar Hukum Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 ... 25
2. Defenisi Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 ... 26
3. Subjek Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 ... 27
4. Objek Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 ... 30
5. Penghasilan Yang Dikecualikan Dari Pengenaan PPh Pasal 21 ... 31
6. Biaya Jabatan dan Biaya Pensiun ... 32
B. Tarif Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 ... 32
1. Tarif PPh Pasal 21/Tarif Pasal 17 UU PPh ... 32
2. Penghasilan Kena Pajak ... 33
3. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) ... 34
C. Surat Pemberitahuan ... 34
D. Kasus ... 36
1. Terhadap Pegawai Tetap Yang Menerima Jaminan Hari Tua ... 36
2. Terhadap Pegawai Yang Menerima Iuran Pensiun ... 38
BAB IV : ANALISA DAN EVALUASI
A. Pengawasan Terhadap Pelunasan PPh Pasal 21 melalui Surat
Pemberitahuan ... 41
B. Tujuan Dilakukannya Pengawasan terhadap Pelunasan Pajak
Penghasilan (PPh) Pasal 21 ... 45
C. Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak PPh Pasal 21 ... 46
D. Hambatan yang dihadapi KPP Pratama Medan Polonia Terhadap
Pelunasan PPh Pasal 21 ... 51
E. Upaya Yang Dilakukan Fiskus Dalam Meningkatkan Kepatuhan
Wajib Pajak Untuk Memenuhi Kewajiban Perpajaknnya ... 52
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan ... 55
B. Saran ... 56
A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Perguruan tinggi adalah sebuah institusi atau wadah dimana mahasiswa
sebagai salah satu unsur penting yang terdapat di dalamnya yang berperan sebagai
“agen perubahan” dituntut untuk memiliki pola pikir yang mandiri, kreatif dan
kritis dalam menyikapi perkembangan yang terjadi dalam bidang ekonomi, sosial
dan budaya.
Dalam mengikuti perkembangan yang terjadi tersebut, seorang mahasiswa
dituntut untuk lebih cerdas menyikapi perkembangan tersebut karena setiap
perkembangan suatu negara selalu mengalami perubahan dari masa ke masa .
Untuk menjawab tuntutan tersebut perguruan tinggi sebagai wadah utama harus
melakukan berbagai cara dalam meningkatkan kualitas dan kapasitas perguruan
tinggi. Salah satu cara dalam usaha meningkatkan kualitas pendidikan tersebut
yaitu dengan melakukan perubahan kurikulum yang mengikuti perkembangan
negara tersebut melalui proses pembelajaran ,salah satunya dengan meningkatkan
ekstrakurikuler mulai dari praktikum dan kegiatan lainnya, dan atas dasar
pemikiran tersebut, penulis dari Program Studi Diploma III Administrasi
Utara (USU) dituntut untuk lebih meningkatkankualitas dengan cara mengadakan
Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) dan sebagainya.
Sebagaimana dalam pengertian pajak dalam Undang-undang No.6 Tahun
1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebgaimana telah diubah
dengan Undang-undang No.28 Tahun 2007 dikatakan bahwa pajak merupakan
kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang
bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan
imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat.Dalam kegiatan perpajakan dikenal juga Surat
Pemberitahuan (SPT). Menurut pasal 11 Undang-undang Nomor 28 tahun 2007
tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan menyatakan Surat
Pemberitahuan adalah surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk melaporkan
perhitungan dan/atau pembayaran pajak,objek pajak dan/atau bukan objek pajak
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan (dalam
Waluyo, 2010:31).
Dalam realita penyampaian SPT PPh Pasal 21 masih banyak ditemui
kendala-kendala yang bisa saja luput dari pengawasan petugas pajak ataupun pihak
fiskus. Disamping itu, pelanggaran terhadap pelaporan SPT PPh Pasal 21 sangat
rentan terjadi karena di dalam SPT ini terlampir penghasilan wajib pajak yang
merupakan hal yang sangat rumit untuk diperiksa. Peran petugas pengawasan
pelaporan PPh pasal 21 sangat dibutuhkan dalam mengawasi arus pelaporan SPT
PPh Pasal 21 tergantung bagaimana bentuk pengawasan yang dilakukan dalam hal
pelaporan SPT PPh Pasal 21.
Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP) sebagaimana telah diubah
terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum
dan Tata Cara Perpajakan (KUP) dan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983
tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 36 Tahun 2008 (selanjutnya disebut Undang-Undang Pajak
Penghasilan ) dan sampai saat ini ketentuan tersebut masih berlaku dan
khususnya di Indonesia dikenal dengan sistem self assestment, dimana dalam
sistem ini, masyarakat atau Wajib Pajak diberi kepercayaan untuk menghitung,
memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri pajak terutangnya, maka
dari itu pengawasan terhadap pelunasan pajak penghasilan wajib pajak harus lebih
di maksimalkan khususnya Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21.
Setiap bulan setelah masa pajak berakhir Wajiib Pajak mempunyai
kewajiban untuk memotong, menyetor dan melaporkan Pajak Penghasilan (PPh)
pasal 21 yang terutang dan kemudian pada akhir tahun, Wajib Pajak berkewajiban
untuk menghitung kembali jumlah Pajak Penghasilan (PPh) pasal 21 yang terutang
dan melaporkan melalui Surat Pemberitahuan (SPT) Masa bulan Desember.
Namun, hingga saat ini masih banyak Wajib Pajak yang tidak melaporkan dan
membayar pajak terutangnya.Akibat dari hal tersebut pada akhirnya akan
Pasal 21 dari yang sudah ditargetkan sebelumnya. Usaha untuk mencapai target
penerimaan pajak tersebut bukanlah perkara yang mudah. Untuk mewujudkan hal
tersebut diperlukan kerja keras, kesadaran akan hak dan kewajiban serta
kedisplinan dari seluruh aparatur perpajakan dibawah Direktorat Jenderal Pajak
serta peran dari Wajib Pajak itu sendiri.Untuk meningkatkan penerimaan negara
melalui pajak, masyarakat atau Wajib Pajak diharapkan untuk memenuhi
kewajiban perpajakannya sebagaimana seharusnya sebagai kewajiban kita kepada
negara, yang akan digunakan sebagai anggaran dalam pembiayaaan negara dan
pembangunan nasional yang berkelanjutan. Adapun yang menjadi latar belakang
Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini mengingat bahwa lulusan Program
studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
(FISIP) Universitas Sumatera Utara (USU) adalah merupakan tenaga kerja yang
terampil, siap kerja dan tenaga yang ahli di bidang perpajakan. Maka dari itulah
untuk melahirkan tenaga kerja yang terampil, dan ahli di bidang perpajakan
dipandang bahwa program Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) sangat
penting dilakukan oleh mahasiswa Program Studi Diploma III Administrasi
Perpajakan FISIP USU di Direktorat Jenderal Pajak maupun di Kantor Pelayanan
Pajak (KPP) Pratama yang ada di berbagai daerah yang ditetapkan. Dalam
kegiatan PKLM ini diharapkan mahasiswa dapat menganalisa masalah serta
mencari tahu alternatif pemecahan yang dihadapinya di Kantor Pelayanan Pajak
(KPP). Rendahnya kesadaran masyarakat sebagai Wajib Pajak dalam
lebih dalam mengenai masalah tersebut, dan penulis sangat tertarik akan hal
tersebut maka penulis tertarik untuk membahas tentang “PENGAWASAN
PELUNASAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21 DI KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) PRATAMA MEDAN POLONIA”.
B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Pada kegiatan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) yang dilakukan oleh
mahasiswa Program Diploma III Administrasi Perpajakan diharapkan dapat
dilaksanakan sesuai dengan tujuan PKLM, antara lain :
1. Tujuan Praktek Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Adapun yang menjadi tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini
adalah :
a. Untuk mengetahui tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam hal pelunasan
Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama
(KPP) Medan Polonia.
b. Untuk Mengetahui bentuk pengawasan yang dilakukan oleh Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia terhadap tingkat kepatuhan
2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) a. Bagi Mahasiswa
1. Sebagai sarana bagi mahasiswa dalam menerapkan ilmu secara
langsung dalam hal pengembangan ilmu pengetahuan dan wawasan
khusus mengenai PPh Pasal 21.
2. Melatih mahasiswa untuk lebih berdisiplin dan bertanggungjawab
terhadap pekerjaan serta yang diberikan sertamengembangkan dan
mengubah sikap, kemampuan, keterampilan dalam berkomunikasi di
lingkungan instansi pemerintahan.
3. Meningkatkan motivasi belajar mahasiswa dalam bidangperpajakan
seiring dengan ketentuan dan peraturan yang sewaktu-waktu dapat
berubah dan memperoleh prestasi yang baik.
4. Untuk mengetahui secara langsung praktik kerja yangsesungguhnya
dan bagaimana penanganan terhadap berbagai masalah di bidang
perpajakan, khususnya penangananterhadap pengawasan pelunasan
PPh Pasal 21.
5. Menyiapkan mahasiswa menjadi tenaga kerja yang terampildan
b. Bagi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Polonia
1. Membina hubungan kerja sama yang baik antara pihakProgram Studi
Diploma III Administrasi Perpajakan dengan instansi pemerintahan
khususnya Kantor Pelayanan Pajak(KPP) Pratama Medan Polonia.
2. Dapat menjadi sumbang saran dan masukan bagi KantorPelayanan
Pajak (KPP) pratama Medan Polonia.
3. Untuk memperoleh ide-ide baru dalam upaya untukmengoptimalkan
Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21.
4. Membangun citra instansi pemerintahan yang baik khususnyacitra
Direktorat Jenderal Pajak.
c. Bagi Program Studi DIII Administrasi Perpajakan
1. Untuk menjalin hubungan yang baik antara pihak ProgramStudi DIII
Administrasi Perpajakan FISIP USU denganinstansi pemerintahan
khususnya Kantor Pelayanan Paja (KPP) Pratama Medan Polonia.
2. Mempromosikan sumber-sumber potensi dari Program Studi Diploma
III FISIP USU.
3. Sebagai sarana revisi kurikulum guna meningkatkan sistem
pendidikan di Program Studi DIII Administrasi PerpajakanFISIP
USU.
C. Uraian Teoritis 1. Pengertian Pajak
Prof. Dr. MJH. Smetts dalam bukunya “de economische betekenis belastingen”
dikatakan bahwa Pajak adalah prestasi kepada pemerintah yang terutang
melalui norma-norma umum dan yang dipaksakannya, tanpa adanya
kontraprestasi yang dapat ditunjukkan dalam hal yang individual, dimaksudkan
untuk membiayai pengeluaran pemerintah (dalam Suandy Erly, 2008:9).
Dr. Soeparman Seohamidjaja, dalam bukunya yang berjudul “pajak
berdasarkan asas gotong royong” menyatakan : “Pajak adalah iuran wajib
berupa uang atau barang yang dipungut oleh penguasa berdasarkan norma-
norma hukum guna menutupi biaya produksi barang-barang dan jasa-jasa
kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum” (dalam Suandy Erly, 2008:9).
Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H. dalam bukunya Dasar-dasar Hukum Pajak
dan Pajak Pendapatan menyatakan: “Pajak adalah iuran kepada kas negara
berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat
jasa imbalan (kontraprestasi), yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan
2. Fungsi Pajak
Sebagaimana telah diketahui ciri-ciri yang melekat pada pengertian pajak dari
berbagai defenisi, terlihat adanya dua fungsi pajak yaitu sebagai berikut :
a. Fungsi Budgeter
Yaitu pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukkan bagi
pembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah. Sebagai contoh:
dimasukkannya pajak dalam APBN sebagai penerimaan dalam negeri
(dalam Waluyo 2010:6).
b. Fungsi Reguler
Yaitu pajak digunakan sebagai alat untuk mengatur masyarakat baik di
bidang ekonomi, sosial, maupun politik dengan tujuan tertentu. Pajak
digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan tertentu dapatdilihat dalam
contoh sebagai berikut :
• Pemberian insentif pajak (misalnya tax holiday, penyusutan
dipercepat) dalam rangka meningkatkan investasi dalam negeri
maupun investasi asing.
• Pengenaan pajak ekspor untuk produk-produk tertentu dalam rangka
memenuhi kebutuhan dalam negeri.
. Pengenaan Bea Masuk dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah untuk produk-produk impor tertentu dalam rangka melindungi produk-
3. Jenis Pajak Berdasarkan Wewenang Pemungutnya: a. Pajak Pusat
Pajak Pusat adalah pajak yang wewenang pemungutnya ada pada
pemerintah pusat yang pelaksanaannya ada pada pemerintah pusat yang
pelaksanaannya dilakukan oleh Departemen Keuangan melaluiDirektorat
Jenderal Pajak.
b. Pajak daerah
Pajak yang wewenag pemungutannya ada pada Pemerintah Daerahyang
pelaksanaanya dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah.
Penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima
atau diperoleh Wajib Pajak ,baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar
Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan
Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun,dan Pajak
Penghasilan (PPh) pasal 21 merupakan bagian dari Pajak Pusat. Peraturan
Perundang-undangan untuk Pajak Penghasilan (PPh) 21 yang dipakai sekarang
adalah Undang-undang No.36 Tahun 2008. Yang menjadi Subjek Pajak adalah
Orang Pribadi, warisan yang belum terbagi,dan Badan.
D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Adapun yang menjadi ruang lingkup dalam kegiatan Praktik Kerja Lapangan
Mandiri (PKLM) yang akan dilakukan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama
kepatuhan wajib pajak dalam hal pelunasan PPh Pasal 21.Selain itu, ruang lingkup
yang membatasi kegiatan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini adalah
sejauh mana dan bagaimana bentuk maupun sistem pengawasan yang dilakukan
oleh Kantor Pelayanan Pajak (KPPP) Pratama Medan Polonia terhadap pelunasan
Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21. Disamping itu ruang lingkup yang akan diteliti
pada kegiatan ini, yaitu hambatan atau kendala-kendala yang dihadapi oleh KPP
Pratama Medan Polonia hadappelunasan PPh pasal 21.
E. Metode Praktek Kerja Lapangan Mandriri (PKLM)
Untuk mendapatkan dan mengumpulkan data serta perolehan informasi
sesuai dengan metode yang digunakan,maka tahapannya adlah sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan
Dalam tahap ini Penulis melakukan persiapan yang dibutuhkan mulai dari
pengajuan judul, penetapan judul oleh Program Studi Diploma IIIAdministrasi
Perpajakan, pembuatan Proposal, seminar proposal, dan berkonsultasi dengan
dosen pembimbing yang ditunjuk oleh Program Studi Diplomsa III
Administrasi Perpajakan.
2. Studi Literatur
Yaitu kegiatan studi mencari data dan informasi dengan membacalandasan
teori, menelaah buku-buku literatur, peraturan perundang-undangan di bidang
perpajakan, dan catatan-catatan yang adahubungannya dengan laporan
3. Observasi Lapangan
Yaitu kegiatan pengamatan secara langsung terhadap objek pajak PPh pasal 21
di KPP Pratama Medan Polonia.
4. Pengumpulan Data
Yaitu dengan mengumpulkan data-data yang dibutuhkan dalam menyusun
Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) yang terdiri dari :
a. Data Primer yaitu data-data yang diperoleh dari pihak-pihak yang telah
mengetahui dan memahami tentang pengawasan pelunasan PPh Pasal21.
b. Data Sekunder yaitu data-data yang diperoleh dari referensi ilmiah yang
mendukung laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM).
5. Analisis dan Evaluasi Data
Yaitu informasi data-data yang dikumpul, dianalisa dan dievaluasi secara
terperinci agar mencapai tujuan yang diinginkan.
F. Metode Pengumpulan Data
Adapun jenis-jenis yang dikumpulkan berupa data tertulis dalam bentuk dokumen,
tabel, dan bagan. Dimana metodenya terdiri dari :
1. Daftar Pertanyaan (Interview Guide)
Penulis melakukan tanya jawab dengan para petugas yang mengetahui dan
memahami permasalahan yang dihadapi dalam penulisan laporan ini
sehingga penulis dapat memperoleh informasi yang berhubungan dengan
2. Daftar Observasi (Observation Guide )
Yaitu kegiatan mengumpulkan dan mencari data dengan langsung maupun
tidak langsung terjun kelapangan untuk melakukan peninjauan mengamati,
mendengar, dan bila perlu membantu mengerjakan tugas yangdiberikan oleh
pihak instansi dengan memberikan petunjuk atau arahanterlebih dahulu dengan
berpedoman ketentuan yang berlaku pada instansidan tidak boleh melakukan
pekerjaan yang menjadi rahasia dan memilikiresiko tinggi.
3. Daftar Dokumentasi
Yaitu kegiatan mengumpulkan dan mencari data dengan membuat daftar
dokumentasi yang telah diperoleh dari Instansi. Penulis juga melakukan
pengamatan yang dilakukan berdasarkan bahan bacaan di perpustakaan,
Undang-undang Pajak, Peraturan Pemerintah, Keputusan Menteri
Keuangan,Keputusan Direktorat Jenderal Pajak Surat Edaran, dan sumber
lainnya yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi Penulis untuk
memperoleh data dan keterangan yang dibutuhkan dalam tugas akhir.
G. Sistematika Penulisan Laporan Praktik kerja Lapangan Mandiri(PKLM) Dalam pembahasan penulisan laporan ini penulis menyajikan pembahasan
laporan ini kedalam 5 bab. Adapun yang menjadi sistematika dalam penyusunan
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini penulis menjelaskan secara singkat latarbelakang
yang menjadi pemikiran dalam pemilihan judul.Bab ini berisikan
latar belakang PKLM, Tujuan, ManfaatPKLM, Ruang Lingkup
PKLM, Metode PengumpulanData dan Sistematika Penulisan.
BAB II : GAMBARAN UMUM OBJEK PAJAK LOKASIPRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI
Pada bab ini penulis menerangkan tentang sejarah singkat, struktur
organisasi, tugas pokok dan fungsi, keadaanpegawai/karyawan, dan
mekanisme administrasi seksiPengawasan dan Konsultasi KPP
Pratama Medan Polonia.
BAB III : GAMBARAN DATA TENTANG PAJAKPENGHASILAN PPh PASAL 21
Dalam bab ini penulis menguraikan tentang ketentuan, objek dan
subjek, cara penghitungan, cara penyetoran danpelaporan PPh
pasal 21.
BAB IV : ANALISIS DAN EVALUASI DATA
Pada bab ini Penulis menganalisa dan mengupas masalah
pengawasan pelunasan PPh Pasal 21, mengetahui tingkatkepatuhan
pelunasan PPh Pasal 21, dan hambatan–hambatan yang dihadapi
KPP Pratama Medan Polonia.
Pada bab ini berisikan kesimpulan dan saran penulis,sehubung
dengan uraian-uraian pada bab-bab sebelumnya.
BAB II
GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM
A. Sejarah Singkat
Di zaman penjajahan Belanda, Kantor Pelayanan Pajak dinamakan Kantor
Belasting dan kemudian berubah menjadi Kantor Inspeksi Keuangan. Kemudian
berubah menjadi Kantor Inspeksi Pajak yang induk organisasinya Direktorat
Jenderal Pajak Departemen Keuangan Republik Indonesia. Tahun 1976 di
Sumatera Utara berdiri tiga Kantor Inspeksi Pajak, yaitu :
a. Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan.
b. Kantor Inspeksi Pajak Medan Utara.
c. Kantor Inspeksi Pajak Siantar.
Kemudian pada tahun 1978 Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan dipecah
menjadi dua, yaitu Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan dan Kantor Inspeksi
Pajak Kisaran. Seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang semakin cepat, maka
dirasa perlu adanya tambahan kantor untuk melayani masyarakat di dalam
membayar pajak. Oleh karena itu didirikan Kantor Inspeksi Pajak Medan Barat.
Selanjutnya untuk lebih memantapkan nilai pelayanan kepada masyarakat, maka
berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia tanggal 25 Maret
1989 No. 267/KMK.01/1989, telah diadakan perubahan menyeluruh pada struktur
diganti menjadi Kantor Pelayanan Pajak dan juga dibentuk Kantor Pelayanan
Pajak Bumi dan Bangunan.
Terakhir berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.
443/KMK.03/2002 tanggal 26 Pebruari 2002 dibentuk Kantor Pelayanan Pajak
Medan Polonia yang merupakan pecahan dari Kantor Pelayanan Pajak Medan
Barat. Kantor Pelayanan Pajak adalah Instansi Direktorat Jenderal Pajak yang
berada di bawah Kepala Kantor Wilayah. Pada tanggal 27 Mei 2008 berdasarkan
Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor Kep- 95/PJ/2008 Kantor Pelayanan
Pajak Medan Polonia berubah namanya menjadi Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Medan Polonia, yang beralamat Jl. Sukamulia No.17 Medan yang meliputi
wilayah kerja:
1. Kecamatan Medan Maimun
2. Kecamatan Medan Polonia
3. Kecamatan Medan Baru
4. Kecamatan Medan Selayang
5. Kecamatan Medan Tuntungan
B. Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia
Struktur organisasi merupakan bagan yang menggambarkan secara
sistematis mengenai penetapan tugas-tugas, fungsi dan wewenang serta tanggung
jawab masing-masing dengan tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
dilaksanakan dengan teratur dan baik untukmencapai tujuan yang diinginkan
secara maksimal. Berdasarkan peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia
Nomor 55/PMK/01/2007, struktur organisasi dan penjabaran tugas Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia adalah sebagai berikut:
1. Sub Bagian Umum
2. Seksi Ekstensifikasi
3. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI)
4. Seksi Penagihan
5. Seksi pemeriksaan
6. Seksi Fungsional
7. Seksi Pelayanan
8. Seksi Pelayanan dan Konsultasi (WASKON)
Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia terdiri dari:
1. Kepala Kantor : 1 orang
2. Kepala Seksi : 10 orang
3. Supervisor : 2 orang
4. Account Representative : 27 orang
5. Fungsional : 13 orang
6. Pelaksana : 42 orang
C. Deskripsi Tugas dan fungsi Pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia
Tugas dan fungsi masing-masing akan diuraikan dalam setiap seksi, dimana
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia mempunyai tugas pokok yaitu
melaksanakan kegiatan operasional pelayanan perpajakan. Untuk dapat
melaksanakan tugas pokok dan fungsi sesuai Keputusan Menteri Keuangan, maka
pembagian tugas dan wewenang masing-masing seksi adalah sebagai berikut :
1. Kepala Kantor
Kepala Kantor mempunyai tugas mengkoordinasikan pelaksanaan penyuluhan,
pelayanan dan pengawasan Wajib Pajak di bidang Pajak Penghasilan, Pajak
Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan Atas Barang Mewah dan Pajak Tidak
Langsung Lainnya serta pajak Bumi dan Bangunan dalam wilayah
wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. Subbagian Umum
Membantu dan menunjang kelancaran tugas Kepala Kantor dalam
mengkoordinasikan tugas dan fungsi pelayanan kesekretariatan terutama dalam
hal pengaturan kegiatan tata usaha dan kepegawaian, keuangan, rumah tangga
dan perlengkapan.
3. Seksi Ekstensifikasi
Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan pelaksanaan dan penata
penilaian objek pajak dan kegiatan ekstensifikasi perpajakan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
4. Seksi Pengolahan Data dan Informasi
Membantu Kepala Kantor dalam mengkoordinasikan pengumpulan, pengolahan
data, penyajian infomasi perpajakan, perekaman dokumen perpajakan, urusan
tata usaha penerimaan perpajakan, pengolahan data dan penatausahaan bagi
hasil Pajak Bumi dan Bangunan dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan, Pelayanan dukungan teknis komputer, pemantauan aplikasi e-SPT
dan e-Filing dan penyimpanan laporan kinerja, dengan teknologi yang ada
sehingga dapat memudahkan pekerjaan pada seksi Pengolahan Data dan
Informasi.
5. Seksi Pelayanan
Membantu tugas Kepala Kantor dalam mengkoordnasikan penetapan dan
penerbitan produk hukum perpajakan, pengadministrasian dokumen dan berkas
perpajakan, penerimaan dan pengolahan surat pemberitahuan dan surat lainnya,
penyuluhan perpajakan, pelaksanaan registrasi Wajib Pajak, serta kerjasama
perpajakan sesuai ketentuan yang berlaku.
6. Seksi Pengawasan dan Konsultasi
Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan pengawasan kepatuhan
kewajiban perpajakan Wajib Pajak ( PPh, PPN, PBB, BPHTB dan Pajak
lainnya), bimbingan atau himbauan kepada Wajib Pajak dan konsultasi teknis
rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka melakukan intensifikasi, dan
melakukan evaluasi hasil banding berdasarkan ketentuan yang berlaku. Pada
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia terdapat empat Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi yang pembagian tugasnya berdasarkan wilayah
tertentu.
7. Seksi Pemeriksaan
Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan pelaksanaan penyusunan
rencana pemeriksaan, pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan
dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta administrasi
pemeriksaan perpajakan lainnya.
8. Seksi Penagihan
Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan pelaksanaan dan
penatausahaan penagihan aktif, piutang pajak, penundaan dan angsuran
tunggakan pajak, dan usulan penghapusan pajak serta penyimpanan dokumen-
dokumen penagihan.
9. Jabatan Fungsional
Seksi fungsional ini mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai dengan
jabatan fungsional masing-masing bedasarkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku. Tugas dan fungsinya adalah melakukan pemeriksaan kewajiban
pajak terhadap Wajib Pajak Orang Pribadi dan Badan sesuai dengan Surat
D. Visi, Misi, dan Tujuan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Polonia.
1. Visi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Polonia
Visi dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia adalah
mewujudkan pelayanan pajak yang profesional dengan kinerja yang baik dan
yang dapat dipercaya untuk meningkatkan penerimaan negara dari sektor pajak
di lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Utara I.
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Polonia menetapkan visi sebagai berikut :
a. Meningkatkan bimbingan, koordinasi, dan pengawasan dalam wilayah
wewenang Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia.
b. Tercapainya pelayanan yang prima kepada Wajib Pajak.
c. Optimalisasi kegiatan intensifikasi dan ekstensifikasi Wajib Pajak.
d. Tercapainya kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang berpengalaman,
berkepribadian, dan berbudi pekerti yang baik.
e. Tercapainya pelayanan yang prima.
2. Misi Kantor Pelyanan Pajak Pratama Medan Polonia
Misi dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia adalah untuk
meningkatkan penerimaan dan pendapatan negara melalui Pajak Penghasilan
(PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah
(PPnBM), dan pajak informasi yang baik dan senantiasa memperbaharui diri
rangka mewujudkan Visi dan Misi tersebut, maka diperoleh sasaran yang
dicapai oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia, yaitu:
a. Tercapainya Penerimaan pajak.
b. Terlaksananya Peraturan Perundang-undangan Perpajakan.
c. Melakukan pemberkasan terhadap berkas-berkas Wajib Pajak dengan baik.
d. Melakukan update terhadap perubahan data Wajib Pajak.
e. Melakukan himbauan kepada Wajib Pajak agar memenuhi kewajiban
perpajakan.
f. Peningkatan sarana dan prasarana di Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Medan Polonia.
g. Melakukan in house training dan rapat pembinaan secara rutin.
3. Tujuan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia
Tujuan ini merupakan implementasi atau penjabaran dari misi dan
merupakan sesuatu yang akan dicapai atau dihasilkan pada kurun waktu tertentu
yaitu sampai dengan 5 (lima) tahun kedepan .Dalam melaksanakan tugas
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia mempunyai tujuan sebagai
berikut :
a. Pengumpulan dan pengolahan data, penyampaian informasi perpajakan,
pengamatan potensi perpajakan, dan ekstensifikasi perpajakan.
b. Penelitian dan penatausahaan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan, Surat
c. Pengawasan pembayaran Masa Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan
Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), dan Pajak
Tidak Langsung lainnya.
d. Penatausahaan piutang pajak, penerimaan, penghasilan, penagihan,
penyelesaian kekerabatan, penatausahaan banding dan penyelesaian restitusi
Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan
atas Barang Mewah (PPnBM), dan Pajak Tidak Langsung lainya.
e. Terwujudnya pelayanan prima.
f. Meningkatnya kegiatan Ekstensifikasi dan Intensifikasi
g. Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) melalui pendidikan
dan pelatihan yang intensif
h. Terselenggaranya Sistem Administrasi Perpajakan yang modern.
i. Terkoordinasinya kegiatan pengamanan penerimaan negara.
j. Pemeriksaan sederhana dan penerimaan sanksi perpajakan.
k. Penerbitan Surat Ketetapan Pajak (SKP).
l. Pembetulan Surat Ketetapan Pajak (SKP).
m. Pengurangan sanksi pajak.
n. Penyuluhan dan konsultasi perpajakan.
BAB III
GAMBARAN DATA PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21
A. Pajak Penghasilan Pasal 21
1. Dasar Hukum Pajak Penghasilan Pasal 21
a. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang
Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.
b. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan (PPh)
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36
Tahun 2008 (selanjutnya disebut Undang-Undang PPh).
c. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 250/PMK.03/2008 tentang petunjuk
pelaksanaan pemotongan pajak atas penghasilan sehubungan dengan
pekerjaan, jasa, dan kegiatan Orang Pribadi.
d. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-31/PJ/2009 tentang pedoman
teknis dan tata cara pemotongan, penyetoran, dan pelaporan Pajak
Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pajak Penghasilan Pasal 26 sehubungan
dengan pekerjaan,jasa, dan kegiatan orang pribadi.
f. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 250/PMK.03/2008 tentang besarnya
biaya jabatan atau biaya pensiun yang dapat dikurangkan dari penghasilan
bruto pegawai tetap atau pensiunan.
g. Peraturan Pemerintah Nomor 94 Tahun 2010 tentang penghitungan
Penghasilan Kena Pajak.
h. Peraturan Nomor 68 Tahun 2009 tentang Tarif Pajak Penghasilan Pasal 21
ataspenghasilan berupa Uang Pesangon,Uang Manfaat Pensiun dan
Tunjangan Hari Tua atau Jaminan Hari Tua yang dibayarkan sekaligus.
i. Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun 2010 tentang Pajak Penghasilan bagi
Pejabat Negara, Pegawai Negari Sipil, Anggota ABRI, dan Para Pensiunan
atas Penghasilan yang dibebankan kepada keuangan negara atau keuangan
daerah.
2. Defenisi Pajak Penghasilan Pasal 21
Pajak Penghasilan Pasal 21 merupakan pajak atas penghasilan berupa gaji,
upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran lain dengan nama apapun yang
diterima atau diperoleh Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri sehubungan
dengan pekerjaan, jabatan, jasa dan kegiatan. Pemotongan,penyetoran pajak
atas Penghasilan sehubungan denganpekerjaan,jasa, atau kegiatan dengan nama
dan dalam bentuk apapun yang diterima atau diperoleh oleh wajib pajak orang
pribadi dalam negeri, wajib dilakukan oleh:
a. Pemberi kerja yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan
pembayaran lain-lain sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang
b. Bendaharawan pemerintah yang membayar gaji, upah, honorarium,
tunjangan, danpembayaran lain sehubungan dengan pekerjaan, jasa,atau
kegiatan.
c. Dana pensiun atau badan lain yang membayar uang pensiun dan pembayaran
lain dengan namadan dalam bentuk apapun.
d. Badan yang membayar honorarium atau pembayaran lain sebagai imbalan
sehubungan dengan jasa termasuk jasa tenaga ahliyang melakukan
pekerjaan bebas.
e. Penyelenggara Kegiatan yang melakukan Pembayaran sehubngan dengan
Pelaksanaan suatu kegiatan.
3. Subjek Pajak Penghasilan ( PPh) Pasal 21
Penerima penghasilan yang dipotong PPh Pasal21 adalah:
a. Pegawai adalah setiap orang pribadi yang melakukan pekerjaan berdasarkan
perjanjian atau kesepakatan kerja baik tertulis maupun tidak tertiulis,
termasuk yang melakukan pekerjaan dalam jabatan negeri atau BUMN dan
BUMD.
b. Bukan pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan
dengan pekerjaan, jasa atau kegiatan,antara lain:
• Tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, yang terdiri dari
• Pemain musik,pembawa acara,penyanyi,pelawak, bintang film,
bintang sinetron, bintang iklan, sutradara, crew film, foto model,
peragawan/peragawati, pemain drama, penari, pemahat, pelukis,dan
seniman lainnya. • Olahragawan.
• Penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan moderator. • Pengarang, peneliti dan penerjemah.
• Pemberi jasa dalam segala bidang termasuk teknik komputer,dan
sistem aplikasinya,telekomunikasi,elektronika, fotografi, ekonomi dan
sosial. • Agen iklan.
• Pengawas, pengelolah proyek, anggota dan pemberi jasa kepada suatu
kepanitiaan, danpeserta sidang atau rapat.
• Pembawa pesanan atau yang menemukan langganan.
• Peserta perlombaan.
• Petugas penjaga barang dagangan. • Petugas dinas luar asuransi.
• Peserta pendidikan, pelatihan, dan pemagangan bukan pegawai atau
bukan sebagai calon pegawai.
• Distributor perusahaan multilevel marketing atau direct selling
c. Penerima pensiun adalah orang pribadi atau ahli warisnya yang menerima
atau memperoleh imbalan untuk pekerjaan yang dilakukan di masa lalu,
termasuk orang pribadi atau ahli warisnya yang menerima Tabungan Hari
Tua atau Tunjangan Hari Tua.
d. Peserta kegiatan yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan
dengan keikutsertaannya dalam suatu kegiatan, antara lain meliputi:
• Peserta perlombaan dalam segala bidang, antara lain perlombaan
olahraga, seni, ketangkasan, ilmu pengetahuan,teknologidan
perlombaan lainnya.
• Peserta rapat,konferensi, sidang, pertemuan atau kunjungan kerja.
• Peserta atau anggota dalam suatu kepanitiaan sebagai
penyelenggara kegiatan tertentu. • Peserta kegiatan lainnya.
e. Pegawai Negeri Sipil (PNS), adalah PNS-Pusat, PNS-Daerah,dan PNS
lainnya yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah sebagaimana diatur
dalam UU No. 8 Tahun 1974.
f. Pegawai Tetap adalah orang pribadi yang bekerja pada pemberi kerja, yang
menerima atau memperoleh gaji dalam jumlah tertentu secara berkala,
termasuk anggota dewan komisaris dan anggota dewan pengawas yang
secara teratur dan terus menerus ikut mengolah kegiatan perusahaan secara
g. Penerima Honorarium adalah orang pribadi yang menerima atau
memperoleh imbalan sehubungan dengan jasa, jabatan, atau kegiatan yang
dilakukannya.
h. Penerima Uang Pesangon sehubungan dengan pemutusan hubungan kerja
dan penghasilan sehubungan dengaan pensiun yang diterima secara
sekaligus.
4. Objek Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 Penghasilan Yang dipotong PPh Pasal 21adalah:
a. Penghasilan yang diterima atau diperoleh pegawai tetap, baik berupa
penghasilan yang bersifat teratur maupun tidak teratur.
b. Penghasilan yang diterima atau diperoleh penerima pensiun secara teratur
berupauang pensiun atau penghasilan sjenisnya.
c. Penghasilan sehubungan dengan pemutusan hubungan kerjadan penghasilan
sehubungan dengan pensiun yang diterima sekaligus beupa uang pesangon,
uang manfaat pensiun, tunjangan hari tua atau jaminan hari tua, dan
pembayaranlain sejenisnya.
d. Penghasilan pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas, berupa upah harian,
minguan, upah satuan, upah borongan atau upah yang dibayarkan secara
e. Imbalan kepada bukan pegawai, antara lain berupa honorarium, komisi,
fee,dan imbalan sejenisnya dengan nama dan dalam bentuk apapun sebagai
imbalan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan.
f. Imbalan kepada peserata kegiatan, antara lain berupa uang saku, uang
represtasi, uang rapat, honorarium, hadiah atau penghargaan dengan nama
dan dalam bentuk apapun, dan imbalan sejenis dengan nama apapun.
g. Penerimaan dalam bentuk natura dan kenikmatan lainnya dengan nama dan
Wajib Pajak selain Pemerintah, atau WajibPajak yang dikenakan PPh yang
bersifat final dan yang dikenakan PPh yang bersifat final dan yang
dikenakan PPh berdasarkan norma perhitungan khusus (deemed profit).
5. Penghasilan Yang Dikecualikan Dari Pengenaan PPh Pasal 21
Tidak termasuk dalam pengertian penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21:
a. Pembayaran asuransi dari perusahaan asuransi kesehatan, asuransi
kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna,dan asuransi beasiswa.
b. Penerimaan dalam bentuk naturadan kenikmatandalam bentuk apapun yang
diberikan oleh wajib pajak yang dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat
final dan yang dikenakan PajakPenghasilan berdasarkan norma khusus.
c. Iuran pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun yang pendiriannya telah
disahkan Menteri Keuangan dan iuran Jaminan Hari Tua kepada badan
d. Zakat yang diterimaoleh orang pribadi yang berhak dari badan atau lembaga
amil zakat yangdibentuk atau disahkan pemerintah.
6. Biaya jabatan dan biaya pensiun
Biaya jabatan adalah biaya untuk mendapatkan,menagih, dan
memelihara penghasilanyang besarnya 5% dari penghasilan bruto, setinggi-
tingginya Rp 6.000.0000,- setahun atau Rp 500.000,- sebulan. Biaya pensiun
adalah biayauntukmendapatkan,menagih, memelihara uang pensiun yang
besarnya 5% dari penghasilan bruto, setinggi-tingginya Rp 2.400.000,- setahun
atau Rp 200.000 sebulan.
B. TarifPPh Pasal 21
1. Tarif PPh Pasal 21/Tarif Pasal 17 UU PPh Tabel 1.1
Sumber: Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif
Sampai dengan Rp 50.000.000,- 5%
Diatas Rp 50.000.000,- sampai dengan Rp 250.000.000,- 15% Diatas Rp 250.000.000,- sampai dengan Rp 500.000.000,- 25%
2. Penghasilan Kena Pajak
Perhitungan Penghasilan Kena Pajak berdasarkan pasal 17 Undang-Undang
PPh ditetapkan atas :
a. Pegawai tetap, termasuk Pejabat Negara, PNS, Anggota TNI/Polri, Pejabat
Negara lainnya, Pegawai BUMN dan BUMD, dan anggota Dewan
Komisaris, atau Dewan Pengawas yang merangkap sebagai pegawai tetap
padaperusahaan. Bagi Pegawai Tetap, penghasilan kena pajak adalah
sebesar penghasilan bruto dikurangi dengan :
1) Biaya Jabatan
2) Iuran pensiun yang dibayar sendiri oleh pegawai (termasuk iuran
tabungan hari tua/ jaminan hari tua)
3) Penghasilan tidak kena pajak
b. Penerima pensiunan yang dibayarkan secara bulanan.
Bagi penerima pensiunan yang dibayarkan secara bulanan adalah sebesar
penghasilan bruto dikurangi dengan :
1) Biaya pensiun
2) PTKP (Penghasilan Tidak Kena Pajak)
c. Pegawai tidak tetap,pemagang, dan calon pegawai yang dibayarkan secara
3. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) Tabel 1.2
Penghasilan Tidak Kena Pajak
KONDISI Mulai 1 januari
2013 Untuk diri wajib pajak orang pribadi Rp 24.300.000,- Tambahan untuk wajib pajak yang kawin Rp 2.025.000,- Tambahan untuk istri yang penghasilannya digabung
dengan suami Rp 2.025.000,-
Tambahan untuk setiap anggotaketurunan sedarah semenda Rp 2.025.000,-
C. Surat Pemberitahuan (SPT)
Pasal 1 angka 11 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan menyebutkan bahwa pengertia Surat
Pemberitahuan (SPT) adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk
melaporkan perhitungan dan/atau pembayaran pajak, objek pajak dan/atau bukan
objek pajak dan/atau harta dan kewajiban, sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan.
Setiap Wajib Pajak wajib mengisi Surat Pemberitahuan denga benar,
lengkap dan jelas dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan huruf latin, angka
Arab, satuan mata uang Rupiah, dan menandatangani serta menyampaikannya ke
Wajib Pajak yang telah mendapat ijin Menteri Keuangan untuk
menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa asing dan mata uang
selain Rupiah, wajib menyampaikan SPT dalam bahasa Indonesia dan mata uang
selain Rupiah yang diijinkan, yang pelaksanaannya diatur dengan keputusan
Menteri Keuangan. Fungsi SPT bagi wajib Pajak adalah sebagai sarana untuk
melaporkan dan memperrtangggung jawabkan penghitungan jumlah pajak yang
sebenarnya terutang. Disamping itu, SPT berfungsi sebagai sarana untuk
melaporkan :
1. Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sndiri dan/atau
melalui pemotongan atau pemungutan pihak lain dalam 1 (satu) tahun pajak
atau bagian tahun pajak;
2. Penghasilan yang merupakan objek pajak dan/atau bukan objek pajak;
3. Harta dan kewajjiban;
4. Pembayaran dari pemotong atau pemungut tentang pemotongan atau
pemungutan pajak orang pribadi atau badan lain dalam 1(satu) masa pajak
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Dalam hal wajib pajak menyampaikan SPT, batas waktu penyampaian SPT untuk:
1. SPT Masa, paling lama disampaikan 20 hari setelah akhir masa pajak;
2. SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi, paling lama 3 bulan setelah
akhir tahun pajak;
3. SPT Tahunan Wajib Pajak Orang Pribadi, paling lama 4 bulan setelah akhir
Apabila Wajib Pajak baik orang pribadi maupun badan ternyata tidak dapat
menyampaikan SPT dalam jangka waktu yang telah ditetapkan karena luasnya
kegiatan usaha dan masalah-masalah tyeknis penyusunan laporan keuangan, atau
sebab lainnya sehingga sulit untuk memenuhi batas waktu penyelesaian dan
memerlukan kelonggaran dari batas waktu yang telah ditentukan, Wajib Pajak
dapat memperpanjang Penyampaian SPT Tahunan Pajak Penghasilan dengan cara
menyampaikan pemberitahuan secara tertulis dengan cara lain misalnya dengan
cara lain misalnya dengan pemberitahuan secara elektronik kepada Direktorat
Jenderal Pajak.
E. Kasus
1. Terhadap Pegawai Tetap Yang Menerima Jaminan Hari Tua
Herman bekerja pada perusahaan PT. Serabi dengan memperoleh gaji
sebulannya sebesar Rp 3.500.000,-. PT. Serabi mengikuti program jamsostek.
Adapun premi Jaminan Kecelakaan Kerja dan Premi Jaminan Kematian
dibayarkan oleh pemberi kerja masing-masing sebesar Rp 10.000,- dan Rp 5.000,-
sebulannya. PT. Serabi menanggung iuran Jaminan Hari Tua setiap bulan sebesar
Rp 20.000,- sedangkan Hertman membayar iuran Jaminan Hari Tua sebesar Rp
40.000,- setiap bulan. Selain itu, PT. Serabi juga mengikuti program pensiun untuk
pegawainya. PT. Serabi membayar iuran pensiun untuk Herman setiap bulannya
Rp 30.000,-, sedangkan laksono membayar iuran pensiun sebesar Rp 50.000,-
Perhitungan PPh Pasal 21 nya adalah :
Gaji sebulan Rp 3.500.000,-
Premi Jaminan Kecelakaan Kerja Rp 10.000,-
Premi Jaminan Kematian Rp 5.000,-
Penghasilan bruto Rp. 3.515.000,-
Pengurang :
Biaya jabatan (5%x Rp 3.515.000) Rp 175.750,-
Iuran Jaminan Hari Tua Rp 40.000,-
Iuran Pensiun Rp 50.000,-
Total pengurang Rp 265.750
Penghasilan neto sebulan Rp 3.249.250,-
Penghasilan neto setahun adalah Rp 38.991.000,-
PTKP :
Untuk WP Rp 24.300.000,-
Tambahan kawin Rp 2.025.000,-
Anak (satu) Rp 2.025.000,-
Penghasilan tidak kena pajak setahun Rp 28.350.000,-
Penghasilan kena pajak setahun Rp 10.641.000,-
PPh Pasal 21 terutang :
PPh Pasal 21 sebulan :
Rp 532.050,- : 12 bulan Rp 44.337,5,-
Pembulatan Rp 44.300,-
2. Terhadap Pegawai Yang Menerima Iuran Pensiun
Ali seorang pegawai pada perusahaan PT.Candy land, menikah tanpa anak. Tn.Ali
memperoleh gaji sebulan Rp 3.000.000,-. PT.Candy Land mengikuti program
Jamsostek, Premi Jaminan Kecelakaan Kerja dan Premi Jaminan Kematian dibayar
oleh pemberi kerja dengan jumlah masing-masing 0,50% dan 0,30% dari gaji
pokok. Tn.Ali membayar Iuran Jaminan Hari Tua setiap bulan sebesar 2% dari
gaji sebulan, sedangkan perusahaan memberi Iuran Jaminan Hari Tua sebesar
3,70% dari gaji sebulan. Disamping itu PT.Candy land juga mengikuti program
Pensiun untuk pegawainya.
PT.Candy land membayar Iuran Pensiun untuk Tn.Ali ke dana pensiunan, yang
pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan, sebulan sebesar Rp 100.000,-
sedangkan Tn.Ali membayar Iuran Pensiun Pensiun sebesar Rp 50.000,-. Pada
bulan juli 2013, Tn.Ali hanya menerima pembayaran berupa gaji. Penghitungan
PPh Pasal 21 bulan juli 2013 adalah sebagai berikut :
Gaji Rp 3.000.000,-
Premi Jaminan Kecelakaan Kerja Rp 15.000,-
Penghasilan bruto Rp 3.024.000,-
Pengurangan
1. Biaya Jabatan
5% x Rp 3.024.000,- Rp 151.200,-
2. Iuran Pensiun Rp 50.000,-
3. Iuran Jaminan Hari Tua Rp 60.000,-
Total pengurang Rp 261.200,-
Penghasilan neto sebulan Rp 2.762.800,-
Penghasilan neto setahun
12 x Rp 2.762.800,- Rp 33.153.600,-
PTKP:
- Untuk WP sendiri Rp 24.300.000,-
- Tambahan karena menikah Rp 2.025.000,-
Total PTKP Rp 26.325.000,-
Penghasilan Kena Pajak setahun Rp 6.828.600,-
Pembulatan Rp 6.828.000,-
PPh Pasal 21 terutang
5% x Rp 6.828.000,- = Rp 341.400,-
PPh Pasal 21 terutang sebulan
3. Terahadap Subjek Pajak Bukan Pegawai a. Peserta Kegiatan
Lucky Sitinjak adalah salah satu pemenang lomba karaoke dalam sebuah ajang
pencarian bakat yang dilakukan di Tangerang. Atas pencapaiannya tersebut,
beliau mendapatkan fee sebesar Rp 50.000.000,-, dimana status Lucky adalah
kawin dengan tanggungan satu orang anak (K/1). Hitunglah berapa besar Pajak
Penghasilan (PPh) Pasal 21 yang harus dibayarkan!
Penghasilan Pasal 21 Tn.Lucky Sitinjak adalah sebagai berikut:
Penghasilan Bruto Tn.Lucky Sitinjak Rp 50.000.000,-
Maka atas penghasilan bruto tersebut, maka Tn.Lucky Sitinjak dikenakan PPh
Pasal 21 sebesar 5% x Rp 50.000.000,- = Rp 2.500.000,-
b. Penghasilan yang diterima oleh bukan pegawai yang menerima penghasilan yang tidak bersifat berkesinambungan
Nashrun berdianto melakukan jasa perbaikan komputer kepada PT.Cahaya
Kurnia dengan fee sebesar Rp 5.000.000,- berapakah besarnya Pajak
Penghasilan (PPh) Pasal 21 yang dikenakan atas Tn. Nashrun Berdianto!
Diketahui Penghasilan Bruto : Rp 5.000.000,-
Maka Penghasilan Kena Pajak adalah
50% x Rp 5.000.000,- : Rp 2.500.000,-
Besarnya PPh Pasal 21 yang dikenakan atas Tn.Nashrun Berdianto adalah
BAB IV
ANALISA DAN EVALUASI
A. Pengawasan Terhadap Pelunasan PPh Pasal 21 melalui Surat
Pemberitahuan
Bentuk pengawasan terhadap kepatuhan dalam hal pelunasan PPh Pasal 21
merupakan suatu proses pengamatan yang dilakukan oleh KPP terhadap pelaporan
pelaksanaan kewajiban perpajakan yang dilakukan oleh Wajib Pajak melalui SPT,
sehingga dari laporan SPT tersebut dapat diketahui apakah Wajib Pajak telah
melaksanakan kewajiban perpajakannya dengan benar, yaitu tentang perhitungan
pajak terutang, pajak kurang bayar, lebih bayar atau nihil. Seperti telah kita
ketahui bahwa sistem pemungutan pajak yang diterapkan di Indonesia khususnya
PPh Pasal 21 adalah menganut prinsip self assestment system, dimana Wajib
Pajak diberi kepercayaan dalam hal perpajakannya, yaitu Wajib Pajak bisa
menghitung, memperhitungkan, membayar, dan melaporkan Pajak terutang sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Kegiatan pengawasan terhadap Pelunasan SPT PPh Pasal 21 yang dilakukan
oleh fiskus adalah melalui tahap sebagai berikut :
1. Seksi Pengawasan dan Konsultasi (WASKON) di KPP Pratama Medan Polonia
mengecek SPT yang telah diterima dari Wajib Pajak. Adapun pengecekan yang
dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Apakah Wajib Pajak tersebut benar-benar berada di bawah wewenang
pengawasan KPP yang bersangkutan yaitu KPP Pratama Medan Polonia. Hal
ini dilakukan dengan cara meneliti digit yang tertera dalam Nomor Pokok
Wajib Pajak (NPWP).
b. Kelengkapan SPT PPh Pasal 21
Terhadap kelengkapan SPT PPh Pasal 21 dilakukan oleh fiskus untuk
memberikan informasi tentang kewajiban perpajakn Wajib Pajak. Adapun
yang diperiksa kelengkapan SPT nya yaitu meliputi :
• Nama Wajib Pajak, Nomor Pokok Wajib Pajak dan alamat Wajib
Pajak;
• Masa pajak yang bersangkutan;
• Tanda tangan Wajib Pajak atau kuasa Wajib Pajak;
• Jumlah objek pajak, jumlah pajak yang terutang dan / atau jumlah
pajak dibayar;
• Pengisian setiap kolom yang tertera dalam SPT PPh Pasal 21 sudah
benar;
• Data lainnya yang terkait dengan kegiatan usaha wajib pajak, dan
Selain data tersebut, sangat penting diperiksa tanggal pembayaran dan juga
pelaporan SPT PPh Pasal 21 tersebut. Apabila melalui seksi Pengawasan
dfan Konsultasi (WASKON) ditemukan SPT yang pelaporannya melewati
batas pelaporan dan pembayarannya, maka SPT tersebut akan ditindak
lanjuti untuk diperhitungkan kembali pengenaan sanksinya.
Dalam Pasal 38 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Perubahan
Ketiga atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun1983 tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan menyatakan bahwa, apabila Wajib Pajak tidak
menyampaikan SPT, atau menyampaikan SPT tetapi isinya tidak benar karena
kealpaan Wajib Pajak sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan
negara, dan perbhuatan tersebut merupakan perbuatan setelah perbuatan yang
pertama kali sebagaimana dimaksud dalam pasal 13A Undang-Undang KUP,
didenda paling sedikit 1 (satu) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang
dibayar dan paling banyak 2 (dua) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau
kurang dibayar, atau dipidana kurungan paling singkat 3 (tiga) bulan atau paling
lama 1 (satu) tahun.
Dalam pasal 39 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Perubahan
Ketiga atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan menyatakan apabila dengan sengaja Wajib Pajak tidak
menyampaikan SPT dan/ atau keterangan yang isinya tidak benar, atau tidak l
engkap sehingga dapat menimbulkan kerugian pendapatan negara , dipidana
tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau
kurang dibayar dan paling banyak 4(empat) kali dari jumlah pajak terutang yang
tidak atau kurang dibayar
B. Tujuan Dilakukannya Pengawasan terhadap Pelunasan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21
Adapun yang menjadi tujuan dilakukannya pengawasan terhadap tingkat
kepatuhan Wajib Pajak dalam hal pelunasan terhadap Pajak Penghasilan (PPh)
pasal 21 adalah
• Untuk mengetahui jumlah Wajib Pajak yang terdaftar di Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia yang telah melakukan
kewajiban perpajakannya terutama dalam hal pelunasan PPh Pasal 21. • Untuk memperoleh data lebih rinci tentang kepatuhan Wajib Pajak
dalam menyampaikan SPT masa PPh Pasal 21
• Untuk mengetahui tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam hal pelunasan
PPh Pasal 21
• Untuk mengetahui jumlah wajib pajak terdaftar wajib menyampaikan
C. Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak PPh Pasal 21
Untuk mengukur tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam pelunasan PPh Pasal
21, penulis menganalisa dalam sebuah data tentang tingkat kepatuhan Wajib
Pajak untuk SPT massa PPh Pasal 21. Penilaian kepatuhan Wajib Pajak
dalam pelunasan PPh Pasal 21 dibedakan atas beberapa kategori, antara lain :
1. Masyarakat yang terdaftar sebagai Wajib Pajak dan seharusnya menyampaikan
SPT Masa PPh Pasal 21 di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan
Polonia.
2. Jumlah Wajib Pajak yang sudah menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 21 dalam
kurun waktu 1 (satu) tahun terahir atau 12 kali massa pajak.
Sebagaimana telah kita ketahui bahwa batas penyampaian setiap SPT Masa
PPh Pasal 21 adalah paling lama 20 hari setelah berakhirnya massa pajak, dan
penyampaian SPT dilakukan di Kantor Pelayanan Pajak yang Bersangkutan.
Dalam hal penyetoran PPh pasal 21 dilakukan di Kantor Pos ataupun di Bank yang
ditunjuk oleh Menteri Keuangan paling lama 10 (sebuluh) hari setelah Masa Pajak
berakhir.
Pemotong PPh Pasal 21 harus memberikan bukti pemotongan PPh Pasal 21 atas
penghasilan yang diterima atau diperoleh pegawai tetap atau penerima pensiun
berkala paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir . Untuk
mengetahui tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam kaitannya dengan penyampaian
Tabel 1.3
Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Untuk SPT Masa PPh Pasal 21
Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia
Tahun
PPh Pasal 21 (kondisi sampai dengan Masa
September 28.238 3.275
Sumber : Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI) KPP Pratama Medan Polonia
Informasi dalam tabel di atas disajikan berdasarkan data yang diperoleh dari
Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI) Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
Pratama Medan Polonia.
Terhadap data tersebut, penulis dapat menganalisa beberapa hal terkait
dengan pengawasan pelunasan PPh Pasal 21 yaitu sebagai berikut :
a. Jumlah Wajib Pajak yang terdaftar wajib menyampaikan SPT PPh Pasal 21 di
KPP Pratama Medan Polonia setiap Masa Pajak mengalami peningkatan dalam
kurun waktu 1 (satu) tahun, mulai Masa Pajak Januari 2013 sampai dengan
Masa Pajak Desember 2013.
b. Pada kolom SPT Masa PPh Pasal 21 yang disampaikan per masa oleh Wajib
Pajak terdaftar tidak meningkat seiring dengan peningkatan Wajib Pajak
terdaftar wajib menyampaikan SPT PPh Pasal 21. Hal ini membuktikan bahwa
Tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam menyampikan SPT PPh Pasal 21 di KPP
Pratama Medan Polonia tidak mengalami peningkatan seiring dengan kenaikan
Wajib Pajak terdaftar wajib menyampaikan SPT PPh Pasal 21.
Nopember 28.364 3.328
Seiring dengan peningkatan Wajib Pajakterdaftar wajib menyampaikan SPT
Masa PPh Pasal 21 tidak selamanya diikuti dengan Wajib Pajak yang
menyampaikan SPT Masa PPh pasal 21 diakibatkan oleh beberapa alasan sebagai
contoh adalah kurangnya kesadaran wajib pajak dalammelaksanakan kewajiban
perpajakannya dan juga diakibatkan sebuah reaksi perlawanan yang dilakukan
Wajib Pajak untuk menghindari pajak yang akan merugikan negara. Disamping
itu, salah satu faktor yang mengakibatkan rendahnya jumlahWajib Pajak yang
menyampaikan SPT adalah kurangnya pemahaman Wajib Pajak untuk menghitung
dan/atau memotong jumlah pajakterutang.
Tabel 1.4
SPT Masa PPh Pasal 21 Yang Disampaikan Pada Tahun 2013 Di KPP Pratama Medan Polonia
No Masa Pajak
Status SPT
Jumlah Nihil Kurang Bayar Lebih Bayar
1 Januari 2.460 870 13 3343
2 Februari 2.491 799 5 3295
3 Maret 2.547 837 5 3389
4 April 2.634 816 7 3457
5 Mei 2.619 765 - 3384
7 Juli 2.613 775 4 3392
8 Agustus 2.430 725 1 3156
9 September 2.493 781 1 3275
10 Oktober 2.542 737 24 3303
11 Nopember 2.535 790 3 3328
12 Desember 2.429 745 2 3176
Sumber : Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI) KPP Pratama Medan Polonia
Berdasarkan tabel tersebut ada beberapa hal yang dapat dianalisa terkait
dengan SPT Masa PPh Pasal 21 yang disampaikan di KPP Pratama Medan
Polonia Pada Tahun 2013 antara lain:
a. SPT yang disampaikan pada Masa Pajak Januari 2013 sampai dengan Masa
Pajak Desember 2013 didominasi oleh SPT yang nihil, sehingga hal ini
mengindikasikan bahwa tingkat pengetahuan Wajib Pajak dalam pengisian SPT
mengalami peningkatan sehingga tidak ditemukan kesalahan-kesalahan dalam
pengisian SPT yang dapat mengakibatkan Pajak Kurang Bayar dan/atau Lebih
Bayar.
b. Jumlah SPT PPh Pasal 21 yang Kurang Bayar yang diterima KPP Pratama
Medan Polonia mulai Masa Pajak Januari 2013 sampai dengan Masa Pajak
perubahan yang signifikan terhadap penurunan jumlah SPT yang Kurang
Bayar.
c. Jumlah SPT PPh Pasal 21 yang Lebih Bayar yang diterima KPP Pratama
Medan Polonia selama Masa Pajak Januari 2013 sampai dengan Masa Pajak
Desember 2013 adalah sejumlah 72 SPT, sehingga hal ini menunjukkan
Wajib Pajak yang harus merestitusi dan/atau mengkompensasaikan jumlah
pajak yang Lebih Bayar ke masa pajak berikutnya.
D. Hambatan yang dihadapi KPP Pratama Medan Polonia Terhadap Pelunasan PPh Pasal 21.
Terkait dengan pengawasan yang dilakukan oleh KPP Pratama Medan
Polonia, ada beberapa hambatan atau kesulitan yang harus dicari jalan
alternatifnya. Adapun hambatan atau kesulitan tersebut diantaranya masih
rendahnya pengetahuan tentang perpajakan bagi sebagian Wajib Pajak terutama
mengenai PPh Pasal 21 dan tentang mekanisme pelunasannya.
Pada umumnya pengetahuan Wajib Pajak tentang perpajakan, terutama PPh
Pasal 21 sangat terbatas khususnya mengenai tarif Pajak Penghasilan (PPh) Pasal
21, tanggal jatuh tempo pembayaran dan/atau penyampaian, sanksi yang
dikenakan atas keterlambatan dalam penyampaian SPT PPh Pasal 21, maupun
ketentuan-ketentuan perpajakan lainnya yang mengatur tentang kegiatan
tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam hal pelunasan PPh Pasal 21 disebabkan oleh
beberapa hal, diantaranya :
1. Kurangnya kesadaran Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban
perpajakannya:
2. Penyuluhan kepada Wajib Pajak yang kurang memadai.
3. Kurangnya pengetahuan Wajib Pajak tentang pajak itu sendiri.
4. Adanya penghindaran pajak yang dilakukan oleh wajib pajak sebagai bentuk
perlawanan yang dilakukan akibat kurangnya rasa Nasionalisme bernegara.
E. Upaya Yang Dilakukan Fiskus Dalam Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Untuk Memenuhi Kewajiban Perpajaknnya.
Adapun upaya yang dilakukan oleh pihak Fiskus dalam meningkatkan
kewajiban perpajakannya yaitu:
1. Memberikan informasi tentang pajak
Kurangnya pengetahuan Wajib Pajak mengenai kewajiban perpajakannya salah
satunya diakibatkan kurangnya pengetahuan Wajib Pajak tentang pajak itu
sendiri, salah satunya adalah karena kurangnya informasi-informasi tentang
pajak. Pentingnya pemberian informasi tentang pajak tersebut dapat disalurkan
melalui beberapa media diantaranya :
a. Media Televisi
Peranan televisi sangat besar dalam hal penyampaian informasi-
secara umum televisi sudah menjadi sumber kebutuhan akan
informasi bagi setiap orang.
b. Radio
Sebagai media elektronik yang dapat menyebarkan informasi,
radio merupakan salah satu media yang dapat menyalurkan
informasi-informasi tentang perpajakan.
c. Surat Kabar
Informasi tentang perpajakan yang diberikan melalui surat kabar
adalah informasi yang mencakup Surat Keputusan ataupun Surat
Edaran Pemerintah yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal
Pajak.
d. Media Internet
Internet merupakan alternatif yang sangat membantu dalam hal
penyebaran informasi-informasi tentang perpajakan salah satunya
adalah melalui website resmi perpajakan di Indonesia,
diantaranya
2. Memberikan jasa pelayanan kepada Wajib Pajak.
Pelayanan yang baik kepada masyarakat akan meningkatkan kesadaran
Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Adapun pelayanan
jasa yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak tersebut diantaranya :
b. Menyediakan loket penerimaan SPT.
c. Menyediakan AR (Account Representative) untuk membimbing
Wajib Pajak dalam hal pengisian SPT.
d. Pelayanan NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) dan NPPKP
(Nomor Pokok Pengusaha Kena Pajak).
Pentingnya penyuluhan perpajakan sangat berperan besar dalam
meningkatkan loyalitas Wajib Pajak dalam menyelenggarakan kewajiban
perpajakannya, misalnya saja dengan melakukan seminar-seminar mengenai
perpajakan di Indonesia dengan cara yang lebih mudah dipahamioleh
masyarakat. Bentuk lain dari penyuluhan yang dilakukan oleh pihak Direktorat
Jenderal Pajak adalah berupa selebaran-selebaran pajak ataupun berupa
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian-uraian pada baba-bab sebelumnya maka Penulis dapat
menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam penyampaian SPT PPh Pasal 21 di
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia masih sangat rendah
perbandingannya dengan jumlah Wajib Pajak terdaftar wajib menyampaikan
SPT PPh Pasal 21.
2. Meskipun dengan peningkatan jumlah Wajib Pajak terdaftar wajib
menyampaikan SPT PPh Pasal 21 di KPP Pratama Medan Polonia tidak
dibarengi dengan jumlah wajib pajak yang menyampaikan SPT PPh Pasal 21
yang diakubatkan oleh beberapa faktor diantaranya karena Wajib Pajak tersebut
tidak memiliki pengetahuan tentang pajak, maupun karena faktor kesengajaan
untuk menghindari pajak.
3. Penerapan sanksi perpajakan merupakan sebuah alat untuk fiskus untuk
melakukan pengawasan terhadap tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam
melaksanakan kewajiban perpajkannya.
4. Dilihat dari status SPT yang disampaikan setiap masanya, sangat banyak