HASRINA SIJABAT
060305007/TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
SKRIPSI
Oleh:
HASRINA SIJABAT
060305007/TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
SKRIPSI
Oleh:
HASRINA SIJABAT
060305007/TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
NIM : 060305007
Departemen : Teknologi Pertanian Program Studi : Teknologi Hasil Pertanian
Disetujui oleh
Komisi Pembimbing
Ir. Sentosa Ginting, MP Ir. Abdul Halim Sulaiman, M. Sc Ketua Anggota
Mengetahui,
dan A. HALIM SULAIMAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jenis dan konsentrasi minyak nabati terhadap mutu mentega kacang yang dihasilkan. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan dua faktor yaitu jenis minyak nabati (M): minyak kacang, minyak kedelai, minyak kelapa dan minyak sawit dan konsentrasi minyak nabati (K): 7.5 %, 10 %, 12.5 % dan 15 % pada proses penghalusannya. Parameter yang dianalisis adalah kadar air, kadar lemak, kadar abu, daya lekat, pemisahan emulsi, nilai organoleptik warna, aroma, rasa, dan tekstur.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis minyak nabati berpengaruh berbeda sangat nyata terhadap semua parameter kecuali nilai organoleptik tekstur yang berbeda tidak nyata. Konsentrasi minyak nabati berpengaruh berbeda sangat nyata terhadap semua parameter kecuali kadar abu dan nilai organoleptik warna yang berbeda tidak nyata. Interaksi kedua faktor itu memberi pengaruh berbeda sangat nyata terhadap kadar lemak, memberi pengaruh berbeda nyata terhadap pemisahan emulsi dan memberi pengauh berbeda tidak nyata terhadap kadar air, kadar abu, daya lekat, nilai organoleptik warna, aroma, rasa, dan tekstur. Minyak kacang dengan penambahan konsentrasi sebanyak 7,5 % merupakan mentega kacang yang terbaik mutunya.
Kata kunci: Mentega Kacang, Minyak nabati
ABSTRACT
HASRINA SIJABAT: The Effect of Different kinds and Concentration of Dressing Oil on the Quality of Peanut Butter. Supervised of SENTOSA GINTING and A. HALIM SULAIMAN
This research was aimed to know the effect of different kinds and concentrations of dressing oil on the quality of peanut butter. This study was conducted using factorial completely randomized design with two factors i.e: kinds of dressing oil (M) i.e: peanut oil, soybean oil, coconut oil and palm oil and dressing oil concentrations (K): 7.5 %, 10 %, 12.5 %, and 15 % in grinding process. Parameters analysed were water content, fat content, ash content, stickiness, separation of the emulsion, organoleptic values of colour, flavour, taste and texture.
The results showed that the different kinds of dressing oil had highly significant effect on all parameters except the organoleptic value of texture which was not significantly different. The concentration of dressing oil had highly significant effect on all parameters except ash content and the organoleptic value of colour which were not significantly different. The interaction of different kinds and concentrations of dressing oil had highly significant effect on fat content, had significant effect on separation of the emulsion and had no significant effect on water content, ash content, spread force, organoleptic values of colour, flavour, taste and texture. Peanut oil with 7.5% concentration gave the best quality of the peanut butter.
Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 30 September 1988 dari ayah
J. Sijabat dan ibu R. Situmorang. Penulis merupakan putri pertama dari lima
bersaudara.
Tahun 2006 penulis lulus dari SMA Swasta Kalam Kudus, Medan dan
pada tahun yang sama masuk ke Fakultas Sumatera Utara melalui jalur ujian
tertulis Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru. Penulis memilih program studi
Teknologi Hasil Pertanian, Departemen Teknologi Pertanian.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Himpunan
Mahasiswa Teknologi Hasil Pertanian dan sebagai asisten praktikum di
Laboratorium Mikrobiologi.
Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di Pabrik
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas
segala rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Pengaruh Jenis dan Konsentrasi Minyak Nabati terhadap Mutu Mentega
Kacang (Peanut Butter)”
Pada kesempatan ini penulis menghaturkan terima kasih
sebesar-besarnya kepada kedua orang tua penulis yang telah membesarkan, memelihara
dan mendidik penulis selama ini. Penulis menyampaikan ucapan terima kasih
kepada Ir. Sentosa Ginting, MP dan Ir. Abdul Halim Sulaiman, M. Sc selaku
ketua dan anggota komisi pembimbing yang telah membimbing dan memberikan
berbagai masukan kepada panelis dari mulai menetapkan judul, melakukan
penelitian, sampai pada ujian akhir.
Di samping itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada staf
pengajar dan pegawai di Program Studi Teknologi Hasil Pertanian Departemen
Teknologi Pertanian, kepada asisten-asisten seperjuangan di Laboratorium
Mikrobiologi, kepada seluruh teman stambuk 2006, serta semua
teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu per satu di sini yang telah membantu
Hal
Kegunaan Penelitian ... 3
Hipotesis Penelitian ... 3
TINJAUAN PUSTAKA Kacang Tanah ... 4
Komposisi Kimia Kacang Tanah ... 6
Syarat Mutu Biji Kacang Tanah ... 8
Mentega Kacang ... 9
Komposisi Kimia Mentega Kacang ... 10
Syarat Mutu Mentega Kacang ... 11
Bahan Tambahan Dalam Pembuatan Mentega Kacang Gula Pasir ... 13
Garam ... 13
Minyak Nabati ... 14
Proses Pembuatan Mentega Kacang ... 16
BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ... 20
Bahan Penelitian ... 20
Reagensia ... 20
Alat Penelitian ... 20
Metode Penelitian ... 21
Model Rancangan ... 22
Pelaksanaan Penelitian ... 22
Penentuan daya lekat ... 25
Pengaruh konsentrasi minyak nabati terhadap parameter yang diamati ... 29
Uji organoleptik warna
No Hal
1. Komposisi kimia kacang tanah ... 9
2. Syarat mutu biji kacang tanah ... 10
3. Standar biji kacang tanah ... 10
4. Komposisi kimia mentega kacang ... 12
5. Syarat mutu mentega kacang ... 13
6. Skala uji hedonik terhadap daya lekat ... 25
7. Skala uji hedonik terhadap warna ... 25
8. Skala uji hedonik terhadap aroma dan rasa ... 26
9. Skala uji hedonik terhadap tekstur ... 26
10. Pengaruh jenis minyak nabati terhadap parameter yang diamati .... 28
11. Pengaruh konsentrasi minyak nabati terhadap parameter yang diamati ... 30
12. Uji LSR efek utama pengaruh jenis minyak nabati terhadap kadar air (%) ... 31
13. Uji LSR efek utama pengaruh konsentrasi minyak nabati terhadap kadar air (%) ... 32
14. Uji LSR efek utama pengaruh jenis minyak nabati terhadap kadar lemak (%) ... 34
15. Uji LSR efek utama pengaruh konsentrasi minyak nabati terhadap kadar lemak (%) ... 35
16. Uji LSR efek utama pengaruh interaksi antara jenis minyak dan konsentrasi minyak nabati terhadap kadar lemak (%) ... 37
19. Uji LSR efek utama pengaruh konsentrasi minyak nabati
terhadap daya lekat ... 42
20. Uji LSR efek utama pengaruh jenis minyak
terhadap pemisahan emulsi (ml) ... 44
21. Uji LSR efek utama pengaruh konsentrasi minyak nabati
terhadap pemisahan emulsi (ml) ... 46
22. Uji LSR efek utama pengaruh interaksi antara jenis minyak
dan konsentrasi minyak nabati terhadap pemisahan emulsi (ml) ... 48
23. Uji LSR efek utama pengaruh jenis minyak nabati
terhadap uji organoleptik warna ... 49
24. Uji LSR efek utama pengaruh jenis minyak nabati
terhadap uji organoleptik aroma ... 51
25. Uji LSR efek utama pengaruh konsentrasi minyak nabati
terhadap uji organoleptik aroma ... 53
26. Uji LSR efek utama pengaruh jenis minyak nabati
terhadap uji organoleptik rasa ... 54
27. Uji LSR efek utama pengaruh konsentrasi minyak nabati
terhadap uji organoleptik rasa ... 55
28. Uji LSR efek utama pengaruh konsentrasi minyak nabati
No Hal
1. Skema pembuatan mentega kacang (peanut butter) ... 27
2. Pengaruh jenis minyak nabati terhadap kadar air (%)... 32
3. Pengaruh konsentrasi minyak nabati terhadap kadar air (%) ... 33
4. Pengaruh jenis minyak nabati terhadap kadar lemak (%) ... 35
5. Pengaruh konsentrasi minyak nabati terhadap kadar lemak (%) ... 36
6. Diagram hubungan pengaruh interaksi antara jenis minyak dan konsentrasi minyak nabati terhadap kadar lemak (%) ... 38
7. Pengaruh jenis minyak nabati terhadap kadar abu (%) ... 39
8. Pengaruh jenis minyak nabati terhadap daya lekat ... 42
9. Pengaruh konsentrasi minyak nabati terhadap daya lekat ... 43
10. Pengaruh jenis minyak nabati terhadap pemisahan emulsi (ml)... 45
11. Pengaruh konsentrasi minyak nabati terhadap pemisahan emulsi (ml) ... 47
12. Diagram hubungan pengaruh interaksi antara jenis minyak dan konsentrasi minyak nabati terhadap pemisahan emulsi (ml) ... 49
13. Pengaruh jenis minyak nabati terhadap uji organoleptik warna ... 50
14. Pengaruh jenis minyak nabati terhadap uji organoleptik aroma ... 52
15. Pengaruh konsentrasi minyak nabati terhadap uji organoleptik aroma ... 53
16. Pengaruh jenis minyak nabati terhadap uji organoleptik rasa ... 55
No Hal
1. Data pengamatan analisa kadar air (%) ... 64
2. Data pengamatan analisa kadar lemak (%)... 65
3. Data pengamatan analisa kadar abu (%) ... 66
4. Data pengamatan analisa daya lekat ... 67
5. Data pengamatan analisa pemisahan emulsi (ml) ... 68
6. Data pengamatan analisa uji organoleptik warna ... 69
7. Data pengamatan analisa uji organoleptik aroma ... 70
8. Data pengamatan analisa uji organoleptik rasa ... 71
dan A. HALIM SULAIMAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jenis dan konsentrasi minyak nabati terhadap mutu mentega kacang yang dihasilkan. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan dua faktor yaitu jenis minyak nabati (M): minyak kacang, minyak kedelai, minyak kelapa dan minyak sawit dan konsentrasi minyak nabati (K): 7.5 %, 10 %, 12.5 % dan 15 % pada proses penghalusannya. Parameter yang dianalisis adalah kadar air, kadar lemak, kadar abu, daya lekat, pemisahan emulsi, nilai organoleptik warna, aroma, rasa, dan tekstur.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis minyak nabati berpengaruh berbeda sangat nyata terhadap semua parameter kecuali nilai organoleptik tekstur yang berbeda tidak nyata. Konsentrasi minyak nabati berpengaruh berbeda sangat nyata terhadap semua parameter kecuali kadar abu dan nilai organoleptik warna yang berbeda tidak nyata. Interaksi kedua faktor itu memberi pengaruh berbeda sangat nyata terhadap kadar lemak, memberi pengaruh berbeda nyata terhadap pemisahan emulsi dan memberi pengauh berbeda tidak nyata terhadap kadar air, kadar abu, daya lekat, nilai organoleptik warna, aroma, rasa, dan tekstur. Minyak kacang dengan penambahan konsentrasi sebanyak 7,5 % merupakan mentega kacang yang terbaik mutunya.
Kata kunci: Mentega Kacang, Minyak nabati
ABSTRACT
HASRINA SIJABAT: The Effect of Different kinds and Concentration of Dressing Oil on the Quality of Peanut Butter. Supervised of SENTOSA GINTING and A. HALIM SULAIMAN
This research was aimed to know the effect of different kinds and concentrations of dressing oil on the quality of peanut butter. This study was conducted using factorial completely randomized design with two factors i.e: kinds of dressing oil (M) i.e: peanut oil, soybean oil, coconut oil and palm oil and dressing oil concentrations (K): 7.5 %, 10 %, 12.5 %, and 15 % in grinding process. Parameters analysed were water content, fat content, ash content, stickiness, separation of the emulsion, organoleptic values of colour, flavour, taste and texture.
The results showed that the different kinds of dressing oil had highly significant effect on all parameters except the organoleptic value of texture which was not significantly different. The concentration of dressing oil had highly significant effect on all parameters except ash content and the organoleptic value of colour which were not significantly different. The interaction of different kinds and concentrations of dressing oil had highly significant effect on fat content, had significant effect on separation of the emulsion and had no significant effect on water content, ash content, spread force, organoleptic values of colour, flavour, taste and texture. Peanut oil with 7.5% concentration gave the best quality of the peanut butter.
Latar Belakang
Kacang tanah adalah biji dari tanaman family Leguminoceae yang banyak
digemari oleh masyarakat pada umumnya. Hal ini disebabkan rasanya yang lezat
dan gurih serta memiliki kandungan kalori yang tinggi dan harganya yang relatif
murah. Kacang tanah termasuk jenis bahan makanan pangan yang telah
memasyarakat dan perlu dikembangkan variasi produknya.
Secara tradisional masyarakat telah sering menggunakan kacang tanah
sebagai makanan ringan untuk di konsumsi langsung, seperti diolah menjadi
kacang rebus, kacang goreng, bumbu makanan, kacang telur, kacang atom dan
berbagai macam kue. Sebagai bahan olahan, kacang tanah juga digunakan sebagai
bahan pembuatan minyak goreng, susu kacang, tahu kacang tanah, mentega, selai,
dan pakan ternak. Bagian tanaman lainnya juga memiliki kegunaan, yaitu kulit
luarnya sebagai pakan ternak dan bahan baku biogas.
Dari semua produk yang berasal dari kacang tanah, ternyata mentega
kacang tanah (peanut butter) mempunyai nilai jual yang relatif tinggi sehingga
hanya dapat dikonsumsi oleh sebagian golongan saja. Oleh karena itu perlu
dilakukan pengembangan produk atau diversifikasi produk sehingga mentega
kacang ini bisa diproduksi dalam skala industri rumah tangga dengan proses
produksi yang lebih efisien dan dengan biaya yang murah. Namun, memiliki mutu
dan kualitas yang tidak kalah dengan mentega kacang lainnya seperti selai kacang
atau mentega kacang dengan merek-merek terkenal seperti selai kacang merek
Selai kacang disebut juga mentega kacang (peanut butter). Selai kacang
merupakan makanan yang dibuat dari kacang tanah yang disangrai dan dihaluskan
setelah diberi gula, garam, dan penambahan bahan pengawet dan emulsifier.
Produk olahan mentega kacang tanah ini termasuk salah satu jenis makanan yang
berbentuk pasta.
Kandungan peanut butter berupa 90% kacang tanah, sedangkan
bahan-bahan lain berjumlah ±10%. Bahan-bahan tambahan yang biasa digunakan
adalah garam, pemanis alami (gula) dan emulsifier. Minyak kacang atau
sejenisnya boleh ditambahkan sebagai bagian dari komponen yang digunakan.
Semakin tinggi konsentrasi minyak kacang yang ditambahkan maka akan
berpengaruh terhadap tekstur dan daya lekat peanut butter yang dihasilkan.
Selai kacang atau mentega kacang yang umumnya ada dipasaran biasanya
menggunakan minyak kacang, sehingga penulis ingin mengetahui pengaruh jenis
dan konsentrasi minyak nabati yang berbeda terhadap mutu selai kacang atau
mentega kacang.
Hal inilah yang mendasari penulis untuk melakukan penelitian tentang
“Pengaruh Jenis dan Konsentrasi Minyak Nabati Terhadap Mutu Mentega Kacang
(Peanut Butter)”
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh jenis dan
konsentrasi minyak nabati yang terbaik terhadap mutu mentega kacang
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini berguna untuk mendapatkan data penyusunan skripsi sebagai
salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara, Medan, dan dapat berguna untuk pihak-pihak yang
berkepentingan dalam industri mentega kacang (peanut butter).
Hipotesis Penelitian
Ada pengaruh jenis dan konsentrasi minyak nabati serta interaksi kedua
Kacang Tanah
Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) berasal dari Brasilia yang diduga
masuk ke Indonesia pada pertengahan abad ke-16 yang konon memiliki beberapa
nama antara lain kacang brudul (Jawa), kacang cina dan kacang brol. Pola tanam
kacang tanah sudah tersebar di seluruh penjuru dunia dengan total luas panen ±21
juta hektar, dimana produktivitas rata-ratanya 1,1 ton/hektar polong kering.
Adapun di Asia ternyata Indonesia menempati urutan ketiga terbesar menurut luas
arealnya 650.000 hektar setelah India 9 juta hektar dan Cina 2,2 juta hektar,
sedangkan di dunia merupakan urutan ketujuh sebagai produsen kacang tanah
terbesar setelah India, Cina, Amerika Serikat, Senegal, Nigeria dan Brazil
(Indrasti, 2003).
Namun demikian yang memprihatinkan kita adalah produktivitas kacang
tanah Indonesia yang masih sangat rendah yaitu sekitar 1 ton per hektar, dimana
tingkat produktivitas yang dicapai baru setengahnya dari potensi hasil riil apabila
dibandingkan dengan Amerika Serikat dan Cina yang sudah mencapai lebih dari 2
ton per hektar. Hal tersebut bukan semata-mata disebabkan oleh perbedaan
teknologi produksi, namun juga karena adanya pengaruh faktor-faktor lain seperti
karakter agroklimat, umur panen, intensitas dan jenis hama penyakit, cara usaha
taninya serta varietas yang ditanam. Survei membuktikan bahwa potensi biologis
tertinggi tingkat produktivitas kacang tanah yang pernah dicapai oleh Indonesia
Kacang tanah berasal dari Amerika Selatan. Di Indonesia dari sekian jenis
kacang-kacangan, produksi kacang tanah menempati urutan kedua setelah kacang
kedelai. Kacang tanah merupakan tanaman bahan makanan dan bahan industri
yang sudah lama dikenal oleh masyarakat luas di Indonesia. Bijinya mengandung
protein dan lemak yang c
Kacang tanah merupakan tanaman setahun, termasuk famili
Leguminoceae. Kacang tanah berasal dari Amerika Latin dan berkembang
ke negara-negara Asia seperti India, Filipina, Jepang dan Indonesia. Di Indonesia,
menurut hasil Balai Penelitian Kacang-kacangan di Bogor, telah dikenal 4 macam
varietas unggul yaitu varietas Gajah, Banteng, Macan, dan Kijang. Varietas
Kijang mempunyai kandungan minyak terbesar yaitu 49,9 persen dari berat
daging
Budidaya tanaman kacang tanah disamping dapat mengembalikan
kesuburan tanah dan memotong siklus hidup hama dan penyakit, juga merupakan
penganeka ragaman hasil pertanian. Kacang tanah merupakan hasil petanian yang
mempunyai nilai gisi yang sangat tinggi dan dapat diolah menjadi berbagai
produk makanan (Duniaji dan Wisaniyasa, 2008).
Cara pertumbuhan kacang tanah secara garis besarnya dapat dibedakan
menjadi dua tipe yaitu tipe tegak (bunch type) dan tipe menjalar (runner type).
Biasanya kacang tanah dengan pertumbuhan tipe tegak dipanen pada umur
100 – 130 hari setelah penanaman, sedangkan tipe menjala dipanen pada umur
130 – 150 hari setelah penanaman (Weiss, 1983).
Sebagai tanaman budidaya, kacang tanah terutama dipane
polongnya), digoreng, atau disangrai. Di Amerika Serikat, biji kacang tanah
diproses menjadi semacam selai dan merupakan industri pangan yang
menguntungkan. Produksi minyak kacang tanah mencapai sekitar 10% pasaran
minyak masak dunia pada tahun 2003 menurut FAO. Selain dipanen biji atau
makana
Kacang tanah pada mulanya hanya digunakan untuk makanan hewan
terutama babi, sapi dan ayam. Di Amerika sekitar 48% dari jumlah produksi
rata-rata dipergunakan untuk pembuatan peanut butter, sebanyak 23% untuk
kembang gula, 22% untuk kacang asin, dan 4% untuk disangrai. Di India
digunakan untuk pembuatan susu secara besar-besaran sebagai pengganti
susu sapi, karena terbatasnya produksi susu sapi dalam negeri (Ketaren, 1986).
Komposisi Kimia Kacang Tanah
Polong kacang tanah yang sudah matang (cukup tua) mempunyai ukuran
panjang 1,25 – 7,50 cm berbentuk silinder. Tiap-tiap polong kacang tanah terdiri
dari kulit (shell) 21 – 29%, daging biji (kernel) 69 – 72,40%, dan lembaga (germ)
3,10 – 3,60% (Ketaren, 1986).
Komposisi kacang tanah dipengaruhi oleh varietas, lokasi geografis dan
kondisi pertumbuhan. Umumnya kacang tanah mengandung 20,0 – 30,0% protein,
kandungan lemak antara 40,0 – 50,0%. Kacang tanah juga merupakan sumber
serat dan mineral yang baik. Kandungan mineral antara 2,0 – 5,0% bervariasi
menurut tipe dan varietas kacang tanah. Kacang tanah juga kaya akan kalsium,
besi dan vitamin larut air seperti thiamine, riboflavin dan asam nikotin
Dilihat dari kandungan gizinya, kacang tanah memiliki nilai gizi yang
tinggi. Kadar protein mencapai 25 gram per 100 gram. Protein kacang merupakan
protein nabati berkualitas tinggi yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan anak,
vegetarian dan orang yang mengkonsumsi sedikit daging. Kadar lemak kacang
tanah merupakan bahan pangan sumber minyak. Kadar lemak kacang tanah
mencapai 43 gram per 100 gram. Kacang tanah kaya akan asam lemak tidak jenuh
yang dapat menurunkan kolesterol darah (Astawan, 2009).
Kacang tanah sebagai salah satu komoditi tanaman pangan memiliki nilai
gizi yang tinggi dan lezat rasanya. Kacang tanah dapat digunakan sebagai bahan
pangan, makanan ternak dan bahan minyak goreng. Selain itu, kacang tanah dapat
diolah menjadi peanut butter. Sebagai bahan pangan, kacang tanah mempunyai
senyawa-senyawa tertentu yang sangat dibutuhkan organ-organ tubuh untuk
kelangsungan hidup, terutama kandungan protein, karbohidrat dan lemak
(Susanto dan Saneto, 1994).
Adapun komposisi kimia kacang tanah dapat dilihat pada tabel di bawah
ini:
Tabel 1. Komposisi kimia kacang tanah (per 100 gram bahan kering)
Komposisi Jumlah
Sumber : Departemen Kesehatan, RI, (1996).
Untuk memperoleh mutu yang baik kacang tanah harus disimpan dengan
kacang tanah yang mutunya menurun akibat pertumbuhan kapang
Aspergillus flavus, kadar air tinggi, atau keberadaan insekta. Kacang tanah yang
terkontaminasi dengan aflatoksin akan mempengaruhi hasil olahan
(Obrien, 2001).
Syarat Mutu Biji Kacang Tanah
Adapun syarat mutu biji kacang tanah yang diajukan oleh konsumen (luar
negeri) sebagai berikut :
Tabel 2. Syarat mutu biji kacang tanah
Karakteristik Jumlah
Kadar aflatoksin negatif Kadar air maksimum (%) 7 Diameter minimum (mm) 7 Weevil kernels, Unperfect kernel,
Other damage, Broken kernel persyaratan Discolored kernel, split kernel Admixture bervariasi Sumber : Ketaren, (1986).
Adapun standar biji kacang tanah yang boleh diperdagangkan yaitu:
Tabel 3. Standar biji kacang tanah
Karakteristik Syarat Mutu *) dicantumkan sesuai dengan hasil analisis
Mentega Kacang (Peanut Butter)
Peanut butter diperoleh dengan cara menggoreng atau menyangrai kacang
tanah (untuk menurunkan kadar air hingga 5 – 0,5%), mendinginkan,
menghilangkan kulit ari, menggiling kacang tanah dan menambahkan
bahan-bahan lain seperti antioksidan, stabilizer, gula dan garam. Kandungan
peanut butter berupa 90% kacang tanah, sedangkan bahan-bahan lain berjumlah
± 10%. Bahan-bahan tambahan yang biasa digunakan adalah garam, pemanis
alami (gula) dan emulsifier (Susanto dan Saneto, 1994).
Selai kacang atau mentega kacang berbeda dari selai secara umum yaitu
makanan yang dibuat dari kacang tanah yang disangrai dan dihaluskan setelah
diberi gula, garam, penambahan zat pengawet dan emulsifier sebanyak 5 – 5,5%
yang berfungsi untuk membantu stabilitas mentega atau selai kacang tersebut.
Selai kacang dijual dalam kemasan toples plastik atau gelas (Wikipedia, 2010).
Produk olahan mentega kacang tanah merupakan suatu emulsi yang
bersifat plastis, artinya berbentuk padat maupun setengah padat yang dapat
berubah-ubah wujud namun tidak mengalir serta dapat dioleskan. Produk olahan
mentega kacang tanah ini termasuk salah satu jenis makanan yang berbentuk
"pasta” dengan medium minyak, terbuat dari biji kacang tanah yang disangrai
kemudian digiling dengan atau tanpa bahan tambahan (Indrasti, 2003).
Mentega kacang atau selai kacang merupakan jenis makanan berbentuk
pasta yang digunakan sebagai bahan pencampur roti tawar, dibuat dari kacang
tanah. Jenis makanan ini sudah banyak beredar di pasaran dan cukup digemari
oleh masyarakat Indonesia. Pembuatan selai kacang tidak begitu sulit dan
penyiapan bahan baku (kacang tanah jenis dan kualitasnya baik) pengeringan
dapat dilakukan dengan cara penyanggraian atau dioven, pemisahan kulit ari,
penghancuran atau diblender, perebusan dan penambahan gula, garam dan
penstabil emulsi. Selai kacang selanjutnya sudah dapat dimasukkan ke dalam
wadah (Duniaji dan Wisaniyasa, 2008).
Selain selai buah-buahan (nanas, sirsak, stroberi, pisang, dan lain-lain),
selai kacang tanah juga merupakan pilihan yang tepat. Kelebihan selai kacang
tanah dibanding selai lain adalah rasanya enak dan lezat, teksturnya lembut, serta
bernilai gizi tinggi (khususnya protein dan lemak). Olahan kacang tanah yang
sangat populer di dunia adalah dalam bentuk selai, yang dikenal dengan istilah
peanut butter. Selai tersebut merupakan produk emulsi, yaitu campuran antara air
dan minyak (alami dari kacang). Kadar protein yang tinggi pada kacang tanah
berperan sebagai emulsifier, yaitu untuk menjaga agar stabilitas emulsi tidak
pecah (Astawan, 2008).
Komposisi Kimia Mentega Kacang
Peanut butter banyak disukai oleh konsumen karena mempunyai flavor
yang enak, dapat langsung digunakan atau pencairan terlebih dahulu dan
mempunyai nilai gizi yang baik. Komposisi kimia peanut butter dapat dilihat pada
Tabel 4.
Mentega kacang tidak hanya lezat dikonsumsi saat dipadukan dengan roti,
bagel, roti panggang, atau dengan potongan buah, tetapi juga kaya nutrisi dan baik
bagi kesehatan. 100 gram mentega kacang mengandung 589 kalori total. Dari
jumlah total ini, 71% berasal dari lemak, 14% dari karbohidrat, dan 15% dari
Komposisi gizi dari selai kacang sangat bervariasi, tergantung dari
komposisi bahan penyusunnya. Sebagai gambaran, pada tulisan ini ditampilkan
komposisi gizi crunchy peanut butter. Komposisi gizinya per saji (2 sendok
makan) sebagai berikut: energi 190 kkal, protein 8 g, lemak total 16 g, lemak
tidak jenuh 13 g, lemak jenuh 3 g, vitamin E 2 mg, niasin 4 mg, asam folat
30 mkg, magnesium 52 mg, fosfor 104 mg, kalium 244 mg, kalsium 13 mg. Dari
komposisi gizi tersebut jelaslah bahwa selai kacang merupakan sumber energi,
protein, vitamin (E, niasin, dan asam folat), serta mineral (fosfor, kalium,
magnesium, dan kalsium). Sebagaimana produk kacang-kacangan lainnya, selai
kacang mengandung lemak cukup tinggi (16 g per 2 sendok makan)
(Astawan, 2008).
Tabel 4. Komposisi kimia mentega kacang tiap 100 gr bahan
Komposisi Jumlah
Sumber : Susanto dan Saneto, (1994).
Syarat Mutu Mentega Kacang
Adapun syarat mutu mentega kacang sesuai dengan standarisasi nasional
Tabel 5. Syarat mutu mentega kacang Sumber : Badan Standarisasi Nasional Indonesia, 1992
Bahan Tambahan dalam Pembuatan Mentega Kacang
Bahan tambahan pangan dapat dibedakan atas dua golongan utama yaitu
yang tidak terdapat dalam bahan makanan dan yang ditambahkan pada bahan
makanan. Bahan kimia yang secara sengaja dicampurkan ke dalam bahan
makanan bertujuan untuk mempermudah pengolahan, berperan sebagai pengawet,
sebagai penambah cita rasa atau untuk meningkatkan kualitas bahan makanan
(Tranggono, dkk, 1990).
Atas dasar tujuannya, penggunaan bahan tambahan dapat meningkatkan
atau mempertahankan nilai gizi, meningkatkan penerimaan konsumen,
meningkatkan kualitas, daya simpan dan membuat bahan makanan menjadi lebih
mudah dihidangkan. Beberapa contoh bahan tambahan pangan ini antara lain
pengendali keasaman, pengemulsi, pengental, pemberi cita rasa, pemanis,
a. Gula
Gula merupakan salah satu bahan pemanis yang sangat penting karena
hampir setiap produk mempergunakan gula. Fungsi gula, sebagai bahan
penambah rasa, sebagai bahan perubah warna dan sebagai bahan untuk
memperbaiki susunan dalam jaringan (Subagjo, 2007).
Sukrosa memiliki tingkat kemanisan 3 kali dari kemanisan dekstrosa.
Sukrosa bisa dikombinasikan dengan madu dalam pengolahan mentega kacang.
Gula di dalam madu merupakan gula invert yaitu campuran antara dekstrosa dan
fruktosa. Gula ini lebih manis daripada sukrosa. Kandungan gula di dalam madu
memberikan pengaruh lebih terhadap karakteristik aroma mentega kacang
daripada komponen-komponen lain yang terkandung dalam madu (Weiss, 1983).
Sukrosa (gala pasir) adalah pemanis yang umum digunakan dalam
pembuatan es krim. Fungsi utamanya adalah untuk meningkatkan penerimaan,
sukrosa juga dapat memperkuat cita rasa, meningkatkan kekentalan dan
memperbaiki tekstur, sukrosa yang berlebihan akan menutupi cita rasa yang
dikehendaki, sedangkan kekurangan sukrosa akan menyebabkan rasa yang hambar
(Arbuckle, 1986).
b. Garam
Penambahan garam pada produk tertentu dapat berfungsi untuk
meningkatkan cita rasa dari produk itu sendiri. Kebutuhan garam sebagai
pemantap cita rasa adalah sebanyak 2 – 5% dari total bahan bakunya
(Suprapti, 2000).
Garam memberi sejumlah pengaruh bila ditambahkan pada jaringan
selektif pada mikroorganisme pencemar tertentu. Mikroorganisme pembusuk atau
proteolitik dan juga pembentuk spora adalah yang paling mudah terpengaruh
walau dengan kadar garam rendah sekalipun yaitu sampai 6%. Mikroorganisme
patogenik, termasuk Clostridium botulinum dengan pengecualian pada
Streptococcus aureus dapat dihambat dengan konsentrasi garam 10 – 12%
(Buckle, dkk, 1987).
Garam dapur (NaCl) merupakan racun untuk jasad renik jika kadarnya
lebih dari 12%, mikroba perusak yang terdapat pada buah menjadi mati bila
dikombinasikan dengan asam, daya bunuhnya terhadap jasad renik menjadi lebih
kuat (Satuhu, 1996).
c. Minyak Nabati
Minyak nabati adalah minyak yang berasal dari tumbuhan, biasanya
digunakan dalam makanan dan untuk memasak. Beberapa jenis minyak nabati
yang biasa digunakan adalah minyak kelapa sawit, minyak jagung, minyak zaitun,
minyak kedelai dan minyak bunga matahari (Wikipedia, 2010).
Minyak nabati terdapat dalam buah-buahan, kacang-kacangan, biji-bijian,
akar tanaman dan sayuran. Trigliserida dapat berwujud pada atau cair, bergantung
pada komposisi asam lemak yang menyusunnya. Sebagian besar minyak nabati
berbentuk cair karena mengandung sejumlah asam lemak tidak jenuh sedangkan
lemak hewani umumnya berbentuk padat pada suhu kamar karena mengandung
asam lemak jenuh (Danuwarsa, 2006).
Minyak sawit memiliki karakteristik asam lemak utama penyusunnya
kandungan mikro nutriennya seperti karotenoid, tokoferol dan fitosterol
(Muchtadi, 2007).
Kandungan minyak dan komposisi asam lemak dalam kedelai dipengaruhi
varietas dan keadaan iklim tempat tumbuh. Lemak kasar terdiri dari trigliserida
sebesar 90-95%, sedangkan sisanya adalah fosfatida, asam lemak bebas, sterol
dan tokoferol. Kadar minyak kedelai relatif lebih rendah dibandingkan dengan
jenis kacang-kacangan lainnya. Sedangkan kadar proteinnya tinggi menyebabkan
kedelai lebih banyak digunakan sebagai sumber protein daripada sumber minyak
(Ketaren, 1986).
Kandungan lain dari minyak kedelai adalah kandungan asam lemak
esensial yang dibutuhkan bagi tubuh guna mencegah gangguan penyakit. Asam
lemak essensial, yang tidak dapat diproduksi oleh tubuh, dapat mencegah
terjadinya gangguan penyakit kulit atau gatal-gatal, serta baik untuk pembentukan
membran otak dan saraf retina mata (Christiantoko, dkk, 2005).
Minyak kelapa berdasarkan kandungan asam lemak digolongkan kedalam
minyak asam laurat karena kandungan asam lauratnya paling besar jika
dibandingkan asam lemak lainnya. Berdasarkan tingkat ketidak jenuhannya yang
dinyatakan dengan bilangan iod (iodine value), maka minyak kelapa dapat
dimasukkan kedalam golongan minyak tidak mengering karena bilangan iod
minyak tersebut berkisar antara 7,5-10,5 (Djatmiko dan Widjaya, 1973).
Minyak kacang tanah mengandung 76 – 82% asam lemak tidak jenuh,
yang terdiri dari 40 – 45% asam oleat dan 30 – 35% asam linoleat. Asam lemak
jenuh sebagian besar terdiri dari asam palmitat, sedangkan kadar asam miristat
minyak. Kestabilan minyak akan bertambah dengan cara hidrogenasi atau dengan
penambahan antioksidan. Dalam minyak kacang tanah terdapat persenyawaan
tokoferol yang merupakan antioksidan alami dan efektif dalam menghambat
proses oksidasi minyak kacang tanah (Ketaren, 1986).
Minyak kacang merupakan stabilizer yang pertama kali dikembangkan
dalam proses pembuatan mentega kacang. Pada proses pembuatan mentega
kacang, semua minyak di dalam mentega kacang, termasuk sebagai penstabil yang
berasal dari kacang tanah itu sendiri. Penggunaan minyak kacang oleh salah satu
distribusi mentega sebagai penstabil mencapai 18% dari kacang yang telah
disangrai (Weiss, 1983).
Proses Pembuatan Mentega Kacang
Proses pembuatan mentega kacang terdiri dari beberapa tahap sebagai
berikut:
a. Sortasi
Kacang tanah yang akan diolah menjadi selai kacang dipilih yang sudah
matang atau tua dan sehat, kacang tanah yang sehat adalah kacang yang tidak
busuk, cacat, atau pecah dan bebas hama penyakit. Kondisi tua dan matang
diperlukan agar selai kacang yang dihasilkan mempunyai aroma yang kuat dan
memberikan tekstur yang halus dan rasa enak (Satuhu, 1996).
Sortasi bahan baku seharusnya sudah dilakukan pada saat pembelian
bahan. Hal ini akan mempermudah sortasi di dalam pabrik dan sejumlah bahan
yang bertujuan untuk memisahkan bahan-bahan yang rusak, cacat, busuk serta
bahan kotoran lainnya (Hambali, dkk, 2006).
b. Penyangraian
Penyangraian adalah proses pengeringan yang relatif cepat. Kadar air
kacang tanah akan menyusut dari 5% menjadi 0,5%. Pengurangan kandungan air
ini dibarengi dengan keluarnya minyak dari permukaan kotiledon. Minyak kacang
ini keluar melalui sitoplasma sehingga sitoplasma menjadi bebas dari minyak
(Indrasti, 2003).
Penyangraian seyogyanya dilakukan secara merata agar diperoleh warna
yang merata pula dan seragam dari pusat sampai ke permukaan setiap biji.
Masalah suhu harus di kendalikan dengan baik (tidak terlalu rendah maupun tidak
terlalu tinggi) sebab suhu yang terlalu rendah mengakibatkan bau kacang tanah
mentah, sebaliknya suhu yang terlalu tinggi akan menyebabkan gosong
(Indrasti, 2003).
c. Pendinginan
Di dalam tahap pendinginan ini dimaksudkan untuk memudahkan
pengupasan kulit ari kacang dan untuk mencegah perubahan warna kacang tanah
menjadi lebih gelap sehingga kualitas warna dan aroma tetap terjaga serta juga
menjaga kualitas rasa dari proses penyangraian tersebut (Indrasti, 2003).
d. Pengupasan Kulit Ari
Setelah disangrai, kacang harus didinginkan dengan cepat untuk
yang berlebihan. Kacang yang telah dingin kemudian dikupas kulit arinya
(Astawan, 2009).
e. Penggilingan
Tahap ini merupakan tahap yang kritis dimana penggilingan disamping
bertujuan untuk menghancurkan kacang tanah menjadi bentuk pasta, ternyata juga
sangat berdampak terhadap stabilitas emulsi mentega yang terbentuk. Perlu
diperhatikan bahwa semakin kecil ukuran partikel pasta akan semakin stabil
emulsi mentega yang terbentuk. Untuk menjaga stabilitas, disamping faktor
ukuran partikel pasta, maka selama penggilingan sering ditambah dengan bahan
pembantu seperti zat pengawet, emulsifier (CMC) sebanyak 5,5%, gula dan garam
(Indrasti, 2003).
f. Pengemasan
Dalam pemilihan bahan pengemas yang terbaik untuk suatu produk maka
faktor-faktor yang saling berkaitan adalah bahan pengemas, produk yang dikemas
dan teknik pengemasannya. Bahan pengemas yang terbaik sulit diperoleh tetapi
kita dapat memilih kemasan yang optimal untuk satu jenis produk
(Suharto, 1991).
Pengemasan bahan pangan terdapat dua macam wadah, yaitu wadah utama
atau wadah yang langsung berhubungan dengan bahan. Wadah utama harus
bersifat non toksik dan inert sehingga tidak terjadi reaksi kimia yang dapat
menyebabkan perubahan warna, flavour dan perubahan-perubahan lainnya
Sebelum dilakukan pengisian botol yang digunakan sebagai pengemas
disterilisasi terlebih dahulu. Botol dicuci bersih dan direndam selama 30 menit
dalam wadah yang berisi air yang telah ditambahkan klor sebanyak 5 – 10 ppm.
Kemudian botol dan tutup botol direbus sampai mendidih lalu dikeringkan dalam
oven. Selanjutnya dilakukan pengisian selai ke dalam botol, selai diisi sampai
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan April – Mei 2010 di Laboratorium
Mikrobiologi Departemen Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara.
Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kacang tanah yang
diperoleh dari penjual di Pasar Sore Padang Bulan, Medan. Minyak kacang
(merek Knife Peanut Oil), minyak kedelai (merek Happy Salad Oil),
minyak kelapa (merek Barco) dan minyak sawit (minyak goreng merek Sania)
diperoleh dari Pasar Petisah, Medan.
Bahan Kimia
Bahan kimia yang digunakan dalam penelitian ini adalah kloroform.
Alat Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan, erlenmeyer,
Metode Penelitian (Bangun, 1991)
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rancangan acak lengkap
(RAL), yang terdiri dari dua faktor, yaitu:
faktor I : jenis minyak (M) yang terdiri dari 4 taraf, yaitu:
M1 = minyak kacang
M2 = minyak kedelai
M3 = minyak kelapa
M4 = minyak sawit
faktor II : konsentrasi minyak (K) yang terdiri dari 4 taraf, yaitu:
K1 = 7,5%
K2 = 10%
K3 = 12,5%
K4 = 15%
Banyaknya kombinasi perlakuan adalah 4 x 4 = 16, maka jumlah ulangan (n)
minimum adalah sebagai berikut:
Tc (n-1) ≥ 15
16 (n-1) ≥ 15
16 n ≥ 30
n ≥ 1,93...dibulatkan menjadi 2
Model Rancangan (Bangun, 1991)
Penelitian ini dilakukan dengan model rancangan acak lengkap (RAL) dua
faktorial dengan model sebagai berikut:
Ŷijk = µ + αi + βj + (αβ)ij + εijk
dimana:
Ŷijk : Hasil pengamatan dari faktor M pada taraf ke-i dan faktor K pada taraf
ke-j dalam ulangan ke-k
µ : Efek nilai tengah
αi : Efek faktor M pada taraf ke-i
βj : Efek faktor K pada taraf ke-j
(αβ)ij : Efek interaksi faktor M pada taraf ke-i dan faktor K pada taraf ke-j
Εijk : Efek galat dari faktor M pada taraf ke-i dan faktor K pada taraf ke-j
dalam ulangan ke-k
Apabila diperoleh hasil yang berbeda nyata dan sangat nyata maka uji
dilanjutkan dengan uji beda rataan, menggunakan uji Least Significant Range
(LSR).
Pelaksanaan Penelitian
Kacang tanah kupas disortasi terlebih dahulu dengan cara direndam sebentar
untuk memisahkan kacang yang bagus dengan kacang yang rusak, jika bagus
maka kacang akan tenggelam sedangkan yang rusak akan melayang lalu
dikeringanginkan. Kemudian kacang tanah disangrai pada suhu 170oC, segera
didinginkan agar proses pemanasan tidak berlanjut, warnanya tidak berubah dan
kadar minyaknya dapat dipertahankan. Setelah itu dilakukan pengupasan kulit ari
ditambahkan minyak sesuai dengan perlakuan (minyak kacang, minyak kedelai,
minyak kelapa, minyak goreng) dengan konsentrasi sesuai dengan perlakuan yaitu
7,5%, 10%, 12,5%, 15% dari berat kacang serta ditambahkan bahan lain seperti
gula 15% dan garam 0,5% dari berat bahan sampai homogen hingga membentuk
pasta. Mentega kacang dikemas dalam botol kaca kemudian dipanaskan di
penangas air pada suhu 80oC selama 6 jam. Disimpan selama 14 hari. Dilakukan
analisa kadar air (%), kadar lemak (%), uji organoleptik terhadap warna, aroma,
rasa dan tekstur dan daya lekat.
Pengamatan dan Pengukuran Data
Pengamatan dan pengukuran data dilakukan dengan cara analisis terhadap
parameter sebagai berikut:
1. Kadar air (%)
2. Kadar lemak (%)
3. Kadar abu (%)
4. Daya Lekat
5. Pemisahan emulsi (ml)
6. Uji organoleptik terhadap warna
7. Uji organoleptik terhadap aroma dan rasa
Parameter Penelitian
1. Penentuan Kadar Air (%) (Dengan Metode Oven)
Ditimbang bahan sebanyak 5 g di dalam cawan aluminium yang telah
diketahui berat kosongnya. Kemudian bahan tersebut dikeringkan dalam oven
dengan suhu sekitar 105 oC – 110 oC selama 3 jam, selanjutnya didinginkan di
dalam desikator selama 15 menit lalu ditimbang kembali. Setelah itu, bahan
dipanaskan kembali di dalam oven selama 30 menit, kemudian didinginkan
kembali dengan desikator selama 15 menit lalu ditimbang. Perlakuan ini diulangi
sampai diperoleh berat yang konstan (AOAC, 1984).
Kadar air = x100%
2. Penentuan Kadar Lemak (Dengan Metode Soxhlet)
Ditimbang sampel sebanyak 5 g dengan seksama. Kemudian dimasukkan
kedalam timbel yang telah dikeringkan dan diketahui berat keringnya. Sampel
dimasukkan kedalam timbel/selongsong soxhlet kemudian ditambahkan pelarut
kloroform secukupnya. Proses dilanjutkan dengan refluks selama ± 4 jam sampai
pelarut berwarna jernih. Selanjutnya sampel diuapkan dalam oven suhu 80oC
hingga bobotnya tetap (Sudarmadji, et al., 1989).
Kadar lemak (%) = x100%
contoh berat
lemak g
3. Penentuan Kadar Abu (%)
Penentuan kadar abu dilakukan dengan menggunakan muffle. Bahan
ditimbang sebanyak 5 g kemudian dikeringkan dalam oven terlebih dahulu selama
5 jam dengan suhu 1050C lalu didinginkan dalam desikator selama 15 menit.
3000C selama 1 jam dan dinaikkan suhu menjadi 5000C selama 3 jam lalu
didinginkan dalam desikator selama 15 menit lalu ditimbang beratnya. Kadar abu
dihitung dengan rumus
Penentuan uji daya lekat terhadap mentega kacang dilakukan dengan uji
hedonik pada hari ke-1. Caranya contoh diuji oleh 10 panelis. Setiap panelis
mengoleskan masing-masing sampel pada roti dan dilakukan penilaian berapa kali
dapat melekat ke roti tersebut. Skala hedonik dan numerik disajikan pada Tabel 6
berikut (Soekarto, 1981).
Tabel 6. Skala uji hedonik terhadap daya lekat
Skala hedonik Skala numerik
Penentuan pemisahan emulsi dapat dilakukan dengan cara mengukur
volume minyak yang terbentuk pada bagian atas mentega kacang setelah 3 hari
penyimpanan.
6. Penentuan Uji Organoleptik Terhadap Warna (Numerik)
Uji organoleptik warna terhadap mentega kacang yang dihasilkan dari
kacang tanah dilakukan kepada 10 orang panelis. Skala hedonik dan numerik
Tabel 7. Skala uji hedonik terhadap warna
Skala hedonik Skala numerik
Sangat coklat 4
Coklat 3
Agak coklat 2
Tidak coklat 1
7. Penentuan Uji Organoleptik Terhadap Aroma dan Rasa (Numerik)
Uji organoleptik aroma terhadap mentega kacang yang dihasilkan dari
kacang tanah dilakukan kepada 10 orang panelis pada. Skala hedonik dan numerik
disajikan pada Tabel 8 berikut (Soekarto, 1981).
Tabel 8. Skala uji hedonik terhadap aroma dan rasa
Skala hedonik Skala numerik
Sangat suka 4
Suka 3
Agak suka 2
Tidak suka 1
8. Penentuan Uji Organoleptik Terhadap Tekstur (Numerik)
Uji organoleptik tekstur terhadap mentega kacang yang dihasilkan dari kacang
tanah dilakukan kepada 10 orang panelis. Skala hedonik dan numerik disajikan
pada Tabel 9 berikut (Soekarto, 1981).
Skala hedonik Skala numerik
Sangat halus 4
Halus 3
Agak halus 2
Gambar 1. Skema pembuatan mentega kacang Kacang tanah ditambahkan minyak, gula 15% dan
garam 0,5% sampai homogen
Dipanaskan di penangas air pada suhu 80oC selama 6 jam
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis minyak dan konsentrasi minyak
nabati memberikan pengaruh terhadap parameter yang diamati. Pengaruh jenis
minyak dan konsentrasi minyak nabati terhadap parameter yang diamati dapat
dijelaskan di bawah ini.
Pengaruh jenis minyak nabati terhadap parameter yang diamati
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis minyak memberikan pengaruh
terhadap kadar air, kadar lemak, kadar abu, daya lekat, pemisahan emulsi, dan uji
organoleptik terhadap warna, aroma, rasa dan tekstur mentega kacang yang
dihasilkan.
Pengaruh jenis minyak nabati terhadap parameter yang diamati dapat
dilihat pada Tabel 10 berikut.
Tabel 10. Pengaruh jenis minyak nabati terhadap parameter yang diamati
Jenis Minyak
Tabel 10 memperlihatkan bahwa jenis minyak nabati memberikan
pengaruh terhadap parameter yang diuji. Kadar air tertinggi terdapat pada
perlakuan M1 yaitu sebesar 0,849% dan terendah pada M4 yaitu sebesar 0,707%.
terendah pada M4 yaitu sebesar 41,119%. Kadar abu yang tertinggi terdapat pada
perlakuan M4 yaitu sebesar 1,529% dan terendah pada M1 yaitu sebesar 0,992%.
Daya lekat tertinggi terdapat pada perlakuan M1 yaitu sebesar 2,863 dan terendah
pada M4 yaitu sebesar 2,488. Pemisahan emulsi tertinggi terdapat pada perlakuan
M4 yaitu sebesar 3,813 ml dan terendah pada M1 yaitu sebesar 1,425 ml. Nilai
organoleptik warna yang tertinggi terdapat pada perlakuan M1 yaitu sebesar 3,325
dan terendah pada M3 yaitu 3,013. Nilai organoleptik aroma tertinggi terdapat
pada perlakuan M1 yaitu sebesar 3,050 dan terendah terdapat pada M4 yaitu
sebesar 2,900. Nilai organoleptik rasa tertinggi terdapat pada perlakuan M1 yaitu
sebesar 2,950 dan terendah pada M4 yaitusebesar 2,863. Nilai organoleptik
tekstur tertinggi terdapat pada perlakuan M4 yaitu sebesar 2,938 dan terendah
pada perlakuan M1 yaitu sebesar 2,800.
Pengaruh konsentrasi minyak nabati terhadap parameter yang diamati
Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi minyak nabati
memberikan pengaruh terhadap kadar air, kadar lemak, kadar abu, daya lekat,
pemisahan emulsi, dan uji organoleptik terhadap warna, aroma, rasa dan tekstur
mentega kacang yang dihasilkan.
Pengaruh konsentrasi minyak nabati terhadap parameter yang diamati
Tabel 11. Pengaruh konsentrasi minyak nabati terhadap parameter yang diamati
Tabel 11 memperlihatkan bahwa konsentrasi minyak nabati memberikan
pengaruh terhadap parameter yang diuji. Kadar air tertinggi terdapat pada
perlakuan K1 yaitu sebesar 0,892% dan terendah pada K4 yaitu sebesar 0,605%.
Kadar lemak tertinggi terdapat pada perlakuan K4 yaitu sebesar 44,219% dan
terendah pada k1 yaitu sebesar 43,036%. Kadar abu yang tertinggi terdapat pada
perlakuan K1 yaitu sebesar 1,341% dan terendah pada K4 yaitu sebesar 1,218%.
Daya lekat tertinggi terdapat pada perlakuan K1 yaitu sebesar 2,913 dan terendah
pada K4 yaitu sebesar 2,450. Pemisahan emulsi tertinggi terdapat pada perlakuan
K4 yaitu sebesar 2,713 ml dan terendah pada K1 yaitu sebesar 1,763 ml.
Nilai organoleptik warna yang tertinggi terdapat pada perlakuan K4 yaitu sebesar
3,213 dan terendah pada K1 yaitu 3,163. Nilai organoleptik aroma tertinggi
terdapat pada perlakuan K1 yaitu sebesar 3,088 dan terendah terdapat pada K4
yaitu sebesar 2,825. Nilai organoleptik rasa tertinggi terdapat pada perlakuan K1
yaitu sebesar 3,000 dan terendah pada K4 yaitusebesar 2,813. Nilai organoleptik
tekstur tertinggi terdapat pada perlakuan K4 yaitu sebesar 3,063 dan terendah pada
Kadar Air (%)
Pengaruh jenis minyak nabati terhadap kadar air (%)
Daftar analisis sidik ragam (Lampiran 1) memperlihatkan bahwa jenis
minyak nabati memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap
kadar air mentega kacang yang dihasilkan.
Hasil pengujian LSR terhadap kadar air dari setiap perlakuan dapat dilihat
pada tabel 12 berikut ini:
Tabel 12. Uji LSR efek utama pengaruh jenis minyak nabati terhadap Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf
5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar)
Tabel 12 memperlihatkan bahwa perlakuan M1 berbeda sangat nyata
terhadap perlakuan M2, M3, dan M4. Perlakuan M2 berbeda tidak nyata dengan
perlakuan M3 dan M4. Perlakuan M3 berbeda tidak nyata dengan perlakuan M4.
Kadar air tertinggi terdapat pada perlakuan M1 yaitu sebesar 0,849 % dan terendah
terdapat pada perlakuan M4 yaitu sebesar 0,707 %. Hal ini disebabkan karena
minyak kacang mengandung asam lemak tidak jenuh yang tinggi, yang memiliki
sifat hidrofilik sehingga lebih banyak mengikat air. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Ketaren (1986) yang menyatakan minyak kacang tanah mengandung
76-82% asam lemak tidak jenuh yang terdiri dari 40-45% asam oleat dan 30-35%
asam linoleat Pengaruh jenis minyak terhadap kadar air mentega kacang yang
Gambar 2. Pengaruh jenis minyak nabati terhadap kadar air (%)
Pengaruh konsentrasi minyak nabati terhadap kadar air (%)
Daftar analisis sidik ragam (Lampiran 1) memperlihatkan bahwa
konsentrasi minyak nabati memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01)
terhadap kadar air yang dihasilkan.
Hasil pengujian LSR terhadap kadar air dari setiap perlakuan dengan
konsentrasi minyak nabati dapat dilihat pada Tabel 13 berikut.
Tabel 13. Uji LSR efek utama pengaruh konsentrasi minyak nabati terhadap kadar air (%)
Jarak LSR Konsentrasi Rataan Notasi
0,05 0,01 Minyak 0,05 0,01
- - - K1 = 7,5 % 0,892 a A
2 0,036 0,050 K2 = 10 % 0,797 b B
3 0,038 0,052 K3 = 12,5 % 0,696 c C
4 0,039 0,054 K4 = 15 % 0,605 d D
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar)
Tabel 15 memperlihatkan bahwa K1 berbeda sangat nyata terhadap
perlakuan K2, K3, dan K4. Perlakuan K2 berbeda sangat nyata dengan perlakuan
K3 dan K4. Perlakuan K3 berbeda sangat nyata dengan perlakuan K4. Kadar air
pada perlakuan K4 yaitu sebesar 0,605 %. Semakin tinggi konsentrasi minyak
maka kadar air akan semakin menurun. Hal ini sesuai pernyatan Indrasti (2003)
yang menyatakan bahwa kadar air kacang tanah akan menyusut dari 5% menjadi
0,5%. Pengurangan kandungan air ini dibarengi dengan keluarnya minyak dari
permukaan kotiledon. Minyak kacang ini keluar melalui sitoplasma sehingga
sitoplasma menjadi bebas dari minyak dan mempengaruhi kadar air dari mentega
kacang yang dihasilkan. Pengaruh konsentrasi minyak nabati terhadap kadar air
mentega kacang yang dihasilkan dapat dilihat pada Gambar 3 berikut.
Gambar 3. Pengaruh konsentrasi minyak terhadap kadar air (%)
Pengaruh interaksi antara jenis minyak dan konsentrasi minyak nabati terhadap kadar air (%)
Daftar analisis sidik ragam (Lampiran 1) memperlihatkan bahwa interaksi
antara jenis minyak dan konsentrasi minyak nabati memberikan pengaruh berbeda
tidak nyata (P>0,05) terhadap kadar air yang dihasilkan sehingga uji LSR tidak
Kadar lemak (%)
Pengaruh jenis minyak nabati terhadap kadar lemak (%)
Daftar analisis sidik ragam (Lampiran 2) memperlihatkan bahwa jenis
minyak nabati memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap
kadar lemak yang dihasilkan. Hasil pengujian LSR terhadap kadar lemak dari
setiap perlakuan dengan jenis minyak nabati dapat dilihat pada Tabel 14 berikut.
Tabel 14. Uji LSR efek utama pengaruh jenis minyak nabati terhadap kadar lemak (%)
Jarak LSR Jenis Rataan Notasi
0,05 0,01 Minyak 0,05 0,01
- - - M1 =M. Kacang 45,495 a A
2 0,102 0,141 M2 =M. Kedelai 44,411 b B 3 0,107 0,148 M3 =M. Kelapa 43,445 c C 4 0,110 0,151 M4 =M. Sawit 41,119 d D Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf
5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar)
Tabel 14 memperlihatkan bahwa perlakuan M1 berbeda sangat nyata
terhadap perlakuan M2, M3, dan M4. Perlakuan M2 berbeda sangat nyata dengan
perlakuan M3 dan M4. Perlakuan M3 berbeda sangat nyata dengan perlakuan M4.
Kadar lemak tertinggi terdapat pada perlakuan M1 yaitu sebesar 45,495 % dan
terendah terdapat pada perlakuan M4 yaitu sebesar 41,119 %. Hal ini dikarenakan
minyak kacang mengandung asam lemak tidak jenuh yang tinggi dimana asam
lemak tidak jenuh tersebut memiliki afinitas yang tinggi terhadap campuran
sehingga dapat mengikat komponen yang polar dan non polar sedangkan minyak
sawit afinitasnya rendah karena mengandung asam lemak jenuh yang tinggi. Hal
ini sesuai dengan pernyataan Ketaren (1986) yang menyatakan minyak kacang
asam oleat dan 30-35% asam linoleat. Pengaruh jenis minyak terhadap kadar
lemak mentega kacang yang dihasilkan dapat dilihat pada Gambar 4 berikut.
Gambar 4. Pengaruh jenis minyak nabati terhadap kadar lemak (%)
Pengaruh konsentrasi minyak nabati terhadap kadar lemak (%)
Daftar analisis sidik ragam (Lampiran 2) memperlihatkan bahwa
konsentrasi minyak nabati memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01)
terhadap kadar lemak yang dihasilkan. Hasil pengujian LSR terhadap kadar lemak
dari setiap perlakuan dengan konsentrasi minyak nabati dapat dilihat pada
Tabel 15 berikut.
Tabel 15. Uji LSR efek utama pengaruh konsentrasi minyak nabati terhadap kadar lemak (%)
Jarak LSR Konsentrasi Rataan Notasi
0,05 0,01 Minyak 0,05 0,01
- - - K1 = 7,5 % 43,036 d D
2 0,102 0,141 K2 = 10 % 43,455 c C 3 0,107 0,148 K3 = 12,5 % 43,761 b B 4 0,110 0,151 K4 = 15 % 44,219 a A Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf
5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar)
Tabel 15 memperlihatkan bahwa perlakuan K1 berbeda sangat nyata
perlakuan K3 dan K4. Perlakuan K3 berbeda sangat nyata dengan perlakuan K4.
Kadar lemak tertinggi terdapat pada perlakuan K4 yaitu sebesar 44,219 % dan
terendah terdapat pada perlakuan K1 yaitu sebesar 43,036%. Semakin tinggi
konsentrasi minyak yang ditambahkan maka kadar lemak dari mentega kacang
akan meningkat juga. Hal ini dikarenakan kandungan asam lemak tidak jenuh
pada kacang yang tinggi (40-50%), dan jika konsentrasi minyak kacang yang
ditambahkan semakin meningkat maka kadar lemak mentega kacang semakin
meningkat juga dikarenakan kandungan lemak minyak kacang sebesar 76-82%
asam lemak tidak jenuh sehingga kadar lemak mentega kacang semakin
meningkat. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ketaren (1986) yang menyatakan
minyak kacang tanah mengandung 76-82% asam lemak tidak jenuh. Pengaruh
konsentrasi minyak terhadap kadar lemak mentega kacang yang dihasilkan dapat
dilihat pada Gambar 5 berikut.
Pengaruh interaksi antara jenis minyak dan konsentrasi minyak nabati terhadap kadar lemak (%)
Daftar analisis sidik ragam (Lampiran 2) memperlihatkan bahwa interaksi
antara jenis minyak dan konsentrasi minyak nabati memberikan pengaruh berbeda
sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar lemak yang dihasilkan.
Hasil pengujian least significant range (LSR) menunjukkan pengaruh
interaksi antara jenis minyak dan konsentrasi minyak nabati terhadap kadar lemak
mentega kacang yang dihasilkan pada setiap perlakuan dapat dilihat pada
Tabel 16.
Tabel 16. Uji LSR efek utama pengaruh interaksi jenis minyak dan konsentrasi minyak nabati terhadap kadar lemak (%)
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar)
Dari Tabel 16 dapat dilihat bahwa nilai kadar lemak tertinggi berada pada
perlakuan M1K4 yaitu sebesar 46,180 % dan terendah pada perlakuan M4K1 yaitu
interaksi terhadap mentega kacang yang dihasilkan Hal ini disebabkan kandungan
lemak dari jenis minyak berbeda maka kadar lemak akan semakin meningkat dan
jika konsentrasi minyak kacang yang ditambahkan semakin meningkat maka
kadar lemak mentega kacang semakin meningkat juga dikarenakan kandungan
lemak minyak kacang sebesar 76-82% asam lemak tidak jenuh sehingga kadar
lemak mentega kacang semakin meningkat. Pengaruh interaksi antara jenis dan
konsentrasi minyak nabati terhadap kadar lemak (%) seperti disajikan pada
Gambar 6.
Gambar 6. Diagram hubungan pengaruh interaksi antara jenis minyak dan konsentrasi minyak nabati terhadap kadar lemak (%)
Kadar Abu (%)
Pengaruh jenis minyak nabati terhadap kadar abu (%)
Daftar analisis sidik ragam (Lampiran 3) memperlihatkan bahwa jenis
minyak nabati memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap
kadar abu mentega kacang yang dihasilkan.
Hasil pengujian LSR terhadap kadar abu dari setiap perlakuan dapat
Tabel 17. Uji LSR efek utama pengaruh jenis minyak nabati terhadap kadar abu (%)
Jarak LSR Jenis Rataan Notasi
0,05 0,01 Minyak 0,05 0,01
- - - M1 =M. Kacang 0,922 c C
2 0,117 0,161 M2 =M. Kedelai 1,178 b B
3 0,123 0,170 M3 =M. Kelapa 1,398 a A
4 0,126 0,174 M4 =M. Sawit 1,529 a A
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar)
Tabel 17 memperlihatkan bahwa M1 berbeda sangat nyata terhadap
perlakuan M2, M3, dan M4. Perlakuan M2 berbeda sangat nyata dengan perlakuan
M3 dan M4. Perlakuan M3 berbeda tidak nyata dengan perlakuan M4. Kadar abu
tertinggi terdapat pada perlakuan M4 yaitu sebesar 1,529 % dan terendah terdapat
pada perlakuan M1 yaitu sebesar 0,922 %. Hal ini dikarenakan kandungan asam
lemak jenuh lebih cenderung mengikat logam/ mineral dibandingkan dengan asam
lemak tidak jenuh sehingga pada minyak sawit lebih tinggi kadar abunya. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Muchtadi (2007) yang menyatakan minyak sawit
memiliki karakteristik asam lemak utama penyusunnya terdiri atas 35-40% asam
palmitat, 38-40% oleat dan 6-10% asam linolenat serta kandungan mikro
nutriennya seperti karotenoid, tokoferol dan fitosterol. Pengaruh jenis minyak
nabati terhadap kadar abu mentega kacang yang dihasilkan dapat dilihat pada
Gambar 7. Pengaruh jenis minyak nabati terhadap kadar abu
Pengaruh konsentrasi minyak terhadap kadar abu (%)
Daftar analisis sidik ragam (Lampiran 3) dapat dilihat bahwa konsentrasi
minyak nabati memberikan pengaruh berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap uji
kadar abu yang dihasilkan sehingga uji LSR tidak dilanjutkan.
Pengaruh interaksi antara jenis minyak dan konsentrasi minyak nabati terhadap kadar abu (%)
Daftar analisis sidik ragam (Lampiran 3) dapat dilihat bahwa interaksi
antara jenis minyak dan konsentrasi minyak nabati memberikan pengaruh berbeda
tidak nyata (P>0,05) terhadap kadar abu (%) yang dihasilkan sehingga uji LSR
tidak dilanjutkan.
Daya lekat
Pengaruh jenis minyak nabati terhadap daya lekat
Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 4) memperlihatkan bahwa jenis
minyak nabati memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap
Hasil uji LSR terhadap daya lekat dari setiap perlakuan dengan jenis
minyak nabati dapat dilihat pada Tabel 18.
Tabel 18. Uji LSR efek utama pengaruh jenis minyak nabati terhadap daya lekat
Jarak LSR Jenis Rataan Notasi
0,05 0,01 Minyak 0,05 0,01
- - - M1 =M. Kacang 2,863 a A
2 0,080 0,110 M2 =M. Kedelai 2,600 c B 3 0,084 0,115 M3 =M. Kelapa 2,700 b B
4 0,086 0,118 M4 =M. Sawit 2,488 d C
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar)
Tabel 18 memperlihatkan bahwa perlakuan M1 berbeda sangat nyata
terhadap perlakuan M2, M3 dan M4. Perlakuan M2 berbeda sangat nyata terhadap
perlakuan M3 dan M4. Perlakuan M3 berbeda sangat nyata terhadap perlakuan M4.
Daya lekat tertinggi terdapat pada perlakuan M1 (minyak kacang) yaitu sebesar
2,863 dan terendah terdapat pada perlakuan M4 (minyak sawit) yaitu sebesar
2,488. Hal ini disebabkan minyak kacang mengandung asam lemak tidak jenuh
yang tinggi yang afinitasnya tinggi sehingga pada saat dioleskan lebih mudah
melekat. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ketaren (1986) yang menyatakan
minyak kacang tanah mengandung 76-82% asam lemak tidak jenuh yang terdiri
dari 40-45% asam oleat dan 30-35% asam linoleat. Pengaruh jenis minyak nabati
terhadap daya lekat mentega kacang yang dihasilkan dapat dilihat pada Gambar 8
Gambar 8. Pengaruh jenis minyak nabati terhadap daya lekat
Pengaruh konsentrasi minyak nabati terhadap daya lekat
Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 4) memperlihatkan bahwa
konsentrasi minyak nabati memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01)
terhadap daya lekat yang dihasilkan.
Hasil uji LSR terhadap daya lekat dari setiap perlakuan dengan konsentrasi
minyak nabati dapat dilihat pada Tabel 19.
Tabel 19. Uji LSR efek utama pengaruh konsentrasi minyak nabati terhadap daya lekat
Jarak LSR Konsentrasi Rataan Notasi
0,05 0,01 Minyak 0,05 0,01
- - - K1 = 7,5 % 2,450 d D
2 0,080 0,110 K2 = 10 % 2,563 c C
3 0,084 0,115 K3 = 12,5 % 2,725 b B
4 0,086 0,118 K4 = 15 % 2,913 a A
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar)
Tabel 19 memperlihatkan bahwa perlakuan K1 berbeda sangat
nyata terhadap perlakuan K2, K3 dan K4. Perlakuan K2 berbeda sangat nyata
terhadap perlakuan K3 dan K4. Perlakuan K3 berbeda sangat nyata terhadap
dan terendah terdapat pada perlakuan K4 yaitu sebesar 2,450. Semakin tinggi
konsentrasi minyak kacang yang ditambahkan maka daya lekat akan semakin
meningkat. Hal ini disebabkan karena adanya penambahan minyak, yang
berfungsi sebagai penstabil sehingga pada saat proses homogenisasi lebih cepat
membentuk pasta dan apabila dioleskan ke roti maka akan lebih cepat juga
melekat pada roti tersebut. Hal ini sesuai dengan pernyataan Weiss (1983) yang
menyatakan minyak kacang merupakan stabilizer yang pertama kali
dikembangkan dalam proses pembuatan mentega kacang. Pada proses pembuatan
mentega kacang, semua minyak di dalam mentega kacang, termasuk sebagai
penstabil yang berasal dari kacang tanah itu sendiri. Pengaruh konsentrasi minyak
nabati terhadap daya lekat mentega kacang yang dihasilkan dapat dilihat pada
Gambar 9 berikut.
Pengaruh interaksi antara jenis minyak dan konsentrasi minyak nabati terhadap daya lekat
Daftar analisis sidik ragam (Lampiran 3) dapat dilihat bahwa interaksi
antara jenis minyak dan konsentrasi minyak nabati memberikan pengaruh berbeda
tidak nyata (P>0,05) terhadap daya lekat yang dihasilkan sehingga uji LSR tidak
dilanjutkan.
Pemisahan emulsi (ml)
Pengaruh jenis minyak nabati terhadap pemisahan emulsi (ml)
Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 5) memperlihatkan bahwa jenis
minyak nabati memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap
pemisahan emulsi yang dihasilkan. Hasil uji LSR terhadap pemisahan emulsi dari
setiap perlakuan dengan jenis minyak nabati dapat dilihat pada Tabel 20.
Tabel 20. Uji LSR efek utama pengaruh jenis minyak nabati terhadap pemisahan emulsi (ml) Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf
5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar)
Tabel 20 memperlihatkan bahwa perlakuan M1 berbeda tidak nyata
terhadap perlakuan M2, berbeda sangat nyata terhadap perlakuan M3 dan M4.
Perlakuan M2 berbeda sangat nyata terhadap perlakuan M3 dan M4. Perlakuan M3
berbeda sangat nyata terhadap perlakuan M4. Pemisahan emulsi tertinggi terdapat
pada perlakuan M4 (minyak sawit) yaitu sebesar 3,813 dan terendah terdapat pada
kandungan asam lemak tidak jenuh yang tinggi sehingga akan saling berikatan
dengan asam lemak tidak jenuh yang berasal dari kacang itu sendiri sehingga
lebih cenderung tidak terjadi pemisahan dibandingkan minyak sawit yang
mengandung asam lemak jenuh tinggi sehingga lebih mudah memisah. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Ketaren (1986) yang menyatakan minyak kacang tanah
mengandung asam oleat 40 – 45% dan asam linoleat 30 – 35%. Minyak kelapa
sawit mengandung asam lemak tidak jenuh seperti oleat 38-40% dan asam
linolenat 6-10%. Pengaruh jenis minyak nabati terhadap pemisahan emulsi
mentega kacang yang dihasilkan dapat dilihat pada Gambar 10 berikut.
Gambar 10. Pengaruh jenis minyak nabati terhadap pemisahan emulsi (ml)
Pengaruh konsentrasi minyak nabati terhadap pemisahan emulsi
Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 5) memperlihatkan bahwa
konsentrasi minyak nabati memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01)
terhadap pemisahan emulsi yang dihasilkan.
Hasil uji LSR terhadap pemisahan emulsi dari setiap perlakuan dengan
konsentrasi minyak nabati dapat dilihat pada Tabel 21.