PENGARUH JUMLAH WORTEL DAN LAMA PENGUKUSAN
TERHADAP MUTU NUGGET
OLEH :
ARVITA ANGGERAINI 070305006/THP
PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
PENGARUH JUMLAH WORTEL DAN LAMA PENGUKUSAN
TERHADAP MUTU NUGGET
SKRIPSI
OLEH :
ARVITA ANGGERAINI 070305006/THP
Skripsi Sebagai salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Di Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing
Ir. Ismed Suhaidi, M.Si Dr. Ir. Elisa Julianti, M.Si
Ketua Anggota
PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS PERTANIAN
ABSTRAK
ARVITA ANGGERAINI : Pengaruh Jumlah Wortel dan Lama Pengukusan Terhadap Mutu Nugget, dibimbing oleh Ir. Ismed Suhaidi, M.Si dan Dr. Ir. Elisa Julianti, M.Si.
Penelitian ini dilakukan untuk menentukan jumlah wortel dan lama pengukusan terhadap mutu nugget. Penelitian ini menggunakan metode rancangan acak lengkap dengan dua faktor yaitu jumlah wortel (W) : 0%, 10%, 20% dan 30% dan K lama pengukusan (L) : 10 menit, 15 menit, 20 menit dan 25 menit. Parameter yang dianalisa adalah kadar lemak, kadar protein, kadar abu,
kandungan β- karoten, nilai organoleptik (warna, aroma, rasa, tekstur).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa masing-masing jumlah wortel dan lama pengukusan memberi pengaruh yang berbeda sangat nyata terhadap adalah kadar lemak, kadar protein, kadar abu, kandungan β- karoten, nilai organoleptik warna, nilai organoleptik aroma nilai organoleptik, rasa dan nilai organoleptik tekstur. Interaksi antara jumlah wortel dan lama pengukusan memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap kandungan β-karoten, berbeda nyata terhadap kadar lemak, and nilai organoleptik warna . Perlakuan W3L1 (jumlah
wortel 30% dan waktu pengukusan 10 menit) merupakan hasil yang lebih baik untuk mutu nugget.
Kata kunci : Nugget, jumlah wortel dan lama pengukusan.
ABSTRAk
ARVITA ANGGERAINI: The effect ofCarrot Concentration and Steaming Time on Nugget Quality, supervised by Ismed Suhaidi.and Elisa Julianti
This research was conducted to find the carrot concetration and steaming time on the quality of nugget. This research had been performed using factorial completely randomized design with two factors: i.e carrot concentration (W): 0%, 10%, 20%, and 30% and steaming time (L): 10 minutes, 15 minutes, 20 minutes and 25mintes. The parameters analyzed were fat content, protein content, ash content, moisture content, β-karotene content, organoleptic test (colour, flavour,taste and texture).
The result showed that the carrot concentration and steaming time had highly significant effect on fat content, protein content, ash content, moisture content,β-karotene content, organoleptic test (colour, flavour,taste and texture). The interaction between carrot concentration and steaming time had highly significant an theβ-karotene content, had significant fat content, and colour. The W2L4treatment (30% carrot and 10 minutes) had a better outcome on the quality
of nugget.
RIWAYAT HIDUP
ARVITA ANGGERAINI dilahirkan di Takengon pada tanggal 29
November 1989 dari Bapak Armaliza dan Ibu Muthia. Anak pertama dari tiga
bersaudara.
Pada Tahun 2007 penulis lulus dari SMA 3 takengon dan pada tahun
yang sama masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui jalur Pemandu Minat dan
Prestasi (PMP) di Departemen Teknologi Pertanian program studi Teknologi
Hasil Pertanian.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Ikatan
Mahasiswa Teknologi Hasil Pertanian, sebagai asisten praktikum di Laboratorium
Biokimia.
Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di PT Indofood TBK
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Allah SWT, atas segala rahmat dan karuniaNya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Jumlah
Wortel dan Lama Pengukusan Terhadap Muntu Nugget.”
Pada kesempatan ini penulis menghanturkan pernyataan terima kasih
sebesar-besarnya kepada Bapak dan Ibu tersayang yang telah membesarkan,
memelihara dan mendidik penulis selama ini juga adikku yang telah memberikan
motivasi dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyampaikan
ucapan terima kasih kepada Bapak Ir. Ismed Suhaidi, M.si. dan ibu Dr. Ir. Elisa
Julianti, M.Si selaku ketua dan anggota komisi pembimbing yang telah
membimbing dan memberikan berbagai masukan berharga kepada penulis dari
mulai menetapkan judul, melakukan penelitian sampai pada ujian akhir.
Disamping itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua staf
pengajar dan pegawai di Program Studi Teknologi Hasil Pertanian Departemen
Teknologi Pertanian, serta semua rekan mahasiswa yang tak dapat disebutkan satu
per satu di sini yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Semoga skripsi ini bermanfaat.
Medan, Mei 2012
DAFTAR ISI
Bahan yang Ditambahkan Dalam Pembuatan Nugget Daging Ayam ... 8
Daya ikat air pada produk nugget ... 11
Model Rancangan ... 14
Pelaksanaan Penelitian ... 15
Pengamatan dan Pengukuran Data ... 15
Parameter Penelitian Penentuan kadar Lemak ... 16
Penentuan kadar Protein... 16
Penentuan Kadar Air ... 17
Penentuan Kadar Abu ... 17
Penentuan Kadarβ-karoten ... 18
Uji organoleptik warna (numerik)... 18
Uji organoleptik aroma (numerik) ... 19
Uji organoleptik rasa (numerik) ... 19
Uji organoleptik tekstur (numerik)... 20
Skema Pembuatan Nugget campuran ayam dan wortel... 21
HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Jumlah Wortel Terhadap Parameter Yang Diamati... 22
Pengaruh Lama Pengukusan Terhadap Parameter Yang Diamati ... 23
Pengaruh Interaksi Antara Jumlah Wortel Dan Lama Pengukusan Terhadap Parameter yang Diamati…...……… 24
Kadar Protein (%) Pengaruh Jumlah wortel terhadap kadar Protein ... 24
Pengaruh Lama Pengukusan terhadap Kadar Protein... 26
Pengaruh Interaksi Antara Jumlah Wortel dan Waktu Pengukusan Terhadap Kadar Protein... 27
Kadar Lemak (%) Pengaruh Jumlah Wortel terhadap kadar Lemak (%)... 27
Pengaruh Lama Pengukusan terhadap kadar Lemak (%) ... 29
Pengaruh Interaksi Antara Jumlah Wortel dan Waktu Pengukusan Terhadap Kadar Lemak ... 30
Kadar Air (%) Pengaruh Jumlah Wortel terhadap kadar Air (%) ... 32
Pengaruh Lama Pengukusan terhadap kadar Air (%)... 33
Pengaruh Interaksi Antara Jumlah Wortel dan Waktu Pengukusan Terhadap Kadar Air ... 35
Kadar Abu (%) Pengaruh Jumlah Wortel terhadap kadar Abu (%) ... 35
Pengaruh Lama Pengukusan terhadap kadar Abu (%) ... 37
Pengaruh Interaksi Antara Jumlah Wortel dan Waktu Pengukusan Terhadap Kadar Abu ... 38
Kadarβ-karoten(%) Pengaruh Jumlah Wortel terhadap kadarβ-karoten (%) ... 40
Pengaruh Lama Pengukusan terhadap kadarβ-karoten(%) ... 41
Pengaruh Interaksi Antara Jumlah Wortel dan Waktu Pengukusan Terhadap Kadar Protein... 43
Pengaruh Lama Pengukusan terhadap uji organoleptik warna
(numerik) ... 44
Pengaruh Interaksi Antara Jumlah Wortel dan Waktu Pengukusan Terhadap Uji Organoleptik Aroma... 46
Uji Organoleptik Rasa (numerik) Pengaruh jumlah Wortel terhadap uji organoleptik rasa (numerik) ... 46
Pengaruh Lama Pengukusan terhadap uji organoleptik rasa (numerik) ... 48
Pengaruh Interaksi Antara Jumlah Wortel dan Waktu Pengukusan Terhadap Uji Organoleptik Rasa (numerik) ... 49
Uji Organoleptik Tekstur (numerik) Pengaruh jumlah Wortel terhadap uji organoleptik tekstur (numerik) ... 49
Pengaruh Lama Pengukusan terhadap uji organoleptik tekstur (numerik) ... 50
Pengaruh Interaksi Antara Jumlah Wortel dan Waktu Pengukusan Terhadap uji organoleptik tekstur (numerik)... 53
Uji Organoleptik Warna (numerik) Pengaruh jumlah Wortel terhadap uji organoleptik warna (numerik) ... 53
Pengaruh Lama Pengukusan terhadap uji organoleptik warna (numerik) ... 54
DAFTAR TABEL
No. Hal
1. Komposisi daging ayam dalam 100 g bahan ... 8
2.... Komposisi wortel dalam 100 g bahan ... 9
3. Skala uji deskriftip terhadap uji organoleptik warna ... 19
4. Skala uji deskriftip terhada uji organoleptik aroma... 20
5. Skala uji hedonik terhadap uji organoleptik rasa ... 20
6. Skala uji deskriftip terhadap uji organoleptik tekstur ... 20
7. Pengaruh penambahan jumlah wortel terhadap parameter yang diamati ... 22
8. Pengaruh lama pengukusan terhadap parameter yang diamati ... 23
engaruh interaksi antara jumlah wortel dan lama pengukusan terhadap parameter yang diamati... 24
10. Uji LSR efek utama pengaruh jumlah wortel terhadap kadar protein nugget (%) ... 25
11. Uji LSR efek utama pengaruh lama pengukusan terhadap kadar protein nugeet (%)... 26
12. Uji LSR efek utama pengaruh jumlah wortel terhadap kadar lemak nugget (%) ... 28
13. Uji LSR efek utama pengaruh lama pengukusan terhadap kadar lemak nugget (%) ... 39
14. Uji LSR efek utama jumlah wortel dan lama pengukusan terhadap kadar lemak (%)... 31
15. Uji LSR efek utama pengaruh Lama Pengukusan terhadap kadar air
nugget (%) ... 34
16. Uji LSR efek utama pengaruh jumlah wortel terhadap kadar abu nugget
(%) ... 35
17. Uji LSR efek utama pengaruh lama pengukusan terhadap kadar abu
nugget (%) ... 37
18. Uji LSR efek utama pengaruh jumlah wortel terhadap kadar
β-karoten nugget (%) ... 49
19. Uji LSR efek utama pengaruh lama pengukusan terhadap kadar
β-karoten nugget (%) ... 41
21. Uji LSR efek utama pengaruh jumlah wortel dan lama pengukusan
terhadap kadar β-karoten nugget (%) ... 40
20. Uji LSR efek utama pengaruh jumlah wortel terhadap uji organoleptik
aroma nugget (%) ... 42
21. Uji LSR efek utama pengaruh lama pengukusan terhadap uji
organoleptik aroma nugget (%) ... 45
22. Uji LSR efek utama pengaruh jumlah wortel terhadap uji organoleptik
rasa nugget (%) ... 47
23. Uji LSR efek utama pengaruh lama pengukusan terhadap uji
organoleptik rasa nugget (%)... 48
24. Uji LSR efek utama pengaruh jumlah wortel terhadap uji organoleptik
tekstur nugget (%) ... 50
25. Uji LSR efek utama pengaruh lama pengukusan terhadap uji
organoleptik tekstur nugget (%) ... 51
26. Uji LSR efek utama pengaruh jumlah wortel terhadap uji organoleptik
warna nugget (%) ... 53
11. Uji LSR efek utama pengaruh lama pengukusan terhadap uji
organoleptik warna nugget (%) ... 55
28. Uji LSR efek utama pengaruh jumlah wortel dan lama pengukusan
terhadap uji organoleptik warna nugget (%)... 56
DAFTAR GAMBAR
No. Hal
1. Skema pembuatan nugget campuran ayam dan wortel... 21
2. Pengaruh jumlah wortel dengan kadar protein nugget ... 25
3. Pengaruh lama pengukusan dengan kadar protein nugget ... 27
4. Pengaruh jumlah wortel dengan kadar lemak nugget ... 28
5. Pengaruh lama pengukusan dengan kadar lemak nugget... 30
6. Pengaruh interaksi antn ara jumlah wortel dan lama pengukusa terhadap kadar lemak ... 32
7. Pengaruh lama pengukusan dengan kadar air nugget ... 34
8. Pengaruh jumlah wortel dengan kadar air nugget... 33
9... Pengaruh jumlah wortel dengan kadar abu nugget ... 34
11. Pengaruh lama pengukusan terhadap kadar abu nugget ... 36
12. Pengaruh jumlah wortel terhadap kadar β-karoten nugget ... 38
13. Pengaruh lama pengukusan terhadap kadar β-karoten nugget ... 41
14. Pengaruh interaksi antara jumlah wortel dan lama pengukusan terhadap kadar β-karoten pada nugget ... 43
15. Pengaruh jumlah wortel terhadap uji organoleptik aroma nugget ... 44
16. Pengaruh pengukusan terhadap uji organoleptik aroma nugget ... 46
17. Pengaruh wortel terhadap uji organoleptik rasa nugget ... 47
18. Pengaruh lama pengukusan terhadap uji organoleptik rasa nugget ... 48
19. Pengaruh jumlah wortel terhadap uji organoleptik tekstur nugget ... 51
20. Pengaruh lama pengukusan terhadap uji organoleptik tekstur nugget... 52
21. Pengaruh jumlah wortel terhadap uji organoleptik warna nugget ... 55
23. Pengaruh interaksi antara jumlah wortel dan lama
pengukusan terhadap uji organoleptik warna pada nugget ... 57
No. Hal
1. Data pengamatan analisis kadar protein (%) ... 63
2. Data pengamatan analisis kadar lemak (%) ... 63
3. Data pengamatan analisis kadar air (%)... 64
4. Data pengamatan analisis kadar abu (%) ... 64
5. Data pengamatan analisis kadar β-karoten (mg/100g) ... 65
6. Data pengamatan analisis uji organoleptik aroma (Numerik) ... 65
7. Data pengamatan analisis uji organoleptik rasa (Numerik) ... 66
8. Data pengamatan analisis uji organoleptik tekstur (Numerik) ... 66
9. Data pengamatan analisis uji organoleptik warna (Numerik)... 67
ABSTRAK
ARVITA ANGGERAINI : Pengaruh Jumlah Wortel dan Lama Pengukusan Terhadap Mutu Nugget, dibimbing oleh Ir. Ismed Suhaidi, M.Si dan Dr. Ir. Elisa Julianti, M.Si.
Penelitian ini dilakukan untuk menentukan jumlah wortel dan lama pengukusan terhadap mutu nugget. Penelitian ini menggunakan metode rancangan acak lengkap dengan dua faktor yaitu jumlah wortel (W) : 0%, 10%, 20% dan 30% dan K lama pengukusan (L) : 10 menit, 15 menit, 20 menit dan 25 menit. Parameter yang dianalisa adalah kadar lemak, kadar protein, kadar abu,
kandungan β- karoten, nilai organoleptik (warna, aroma, rasa, tekstur).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa masing-masing jumlah wortel dan lama pengukusan memberi pengaruh yang berbeda sangat nyata terhadap adalah kadar lemak, kadar protein, kadar abu, kandungan β- karoten, nilai organoleptik warna, nilai organoleptik aroma nilai organoleptik, rasa dan nilai organoleptik tekstur. Interaksi antara jumlah wortel dan lama pengukusan memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap kandungan β-karoten, berbeda nyata terhadap kadar lemak, and nilai organoleptik warna . Perlakuan W3L1 (jumlah
wortel 30% dan waktu pengukusan 10 menit) merupakan hasil yang lebih baik untuk mutu nugget.
Kata kunci : Nugget, jumlah wortel dan lama pengukusan.
ABSTRAk
ARVITA ANGGERAINI: The effect ofCarrot Concentration and Steaming Time on Nugget Quality, supervised by Ismed Suhaidi.and Elisa Julianti
This research was conducted to find the carrot concetration and steaming time on the quality of nugget. This research had been performed using factorial completely randomized design with two factors: i.e carrot concentration (W): 0%, 10%, 20%, and 30% and steaming time (L): 10 minutes, 15 minutes, 20 minutes and 25mintes. The parameters analyzed were fat content, protein content, ash content, moisture content, β-karotene content, organoleptic test (colour, flavour,taste and texture).
The result showed that the carrot concentration and steaming time had highly significant effect on fat content, protein content, ash content, moisture content,β-karotene content, organoleptic test (colour, flavour,taste and texture). The interaction between carrot concentration and steaming time had highly significant an theβ-karotene content, had significant fat content, and colour. The W2L4treatment (30% carrot and 10 minutes) had a better outcome on the quality
of nugget.
Latar Belakang
Salah satu kebutuhan masyarakat perkotaan saat ini adalah tersedianya
bahan makanan yang praktis, yaitu yang bersifat ready to cook (siap untuk
dimasak) dan ready to eat (siap untuk dimakan). Ready of cook artinya hanya
menbutuhkan sedikit waktu untuk menyiapkan makanan. Salah satu bentuk
makanan yang bersifatredy to cookadalah nugget.
Nugget adalah salah satu produk olahan daging yang terbuat dari daging
giling yang dicetak dalam bentuk potongan empat persegi. Potongan ini
kemudian dilapisi dengan tepung berbumbu (battered dab breaded). Produk
nugget dapat dibuat dari daging sapi, ayam, ikan dan lain-lain, tetapi yang
popular dimasyarakat adalah nugget ayam. Bahan baku daging untuk nugget,
dapat menggunakan bagian daging yang bernilai ekonomis rendah (minsalnya
daging cacat, tetapi tidak rusak dan segar) jika dijual dalam bentuk utuh, nugget
untuk memperpanjang masa simpannya disimpan dalam suhu rendah.
Nugget yang berasal dari daging mempunyai harga yang cukup mahal dan
kurang terjangkau. Namun untuk dapat menghasilkan nugget murah dan
terjangkau dengan penghasilan yang rendah tetapi kandungan gizi yang baik,
dapat dilakukan dengan penambahan wortel sebagai pengganti jumlah daging
yang digunakan dalam pembuatan nugget.
Wortel adalah tumbuhan jenis sayuran umbi yang biasanya berwarna
vitamin terutama vitamin A. Kandungan vitamin A dan karoten pada wortel
sangat baik untuk membatu mencegah terjadinya rabun senja dan memperbaiki
kesehatan pengelihatan yang rendah. Tak hanya untuk mata, kandungan karoten
juga dapat mencegah dan mengatasi kanker, darah tinggi, menurunkan kandungan
kolestrol, sedang kandungan aktioksidan karoten yang tinggi dapat memerangi
efek polusi dan perokok fasif.
Subtitusi daging dengan wortel dalam pembuatan nugget relatif dapat
menurunkan harga, juga dapat meningkatkan kandungan vitamin sehingga dapat
diberikan kepada anak-anak yang mempunyai kesulitan untuk makan sayur.
Dalam pembuatan nugget tahapan yang harus dilewati adalah penggilingan,
pencampuran bumbu, pengukusan, penyimpanan dingin dan penggorengan.
Pengukusan dapat meningkatkan daya awet nugget yaitu dengan pengukusan
dapat mengurangi, bahkan membunuh mikroorganisme yang terdapat dalam
nugget tersebut selama pengolahan dan dapat meningktkan cita rasa dari nugget
tersebut, tetapi waktu pengukusan harus diperhatikan, karena kandungan vitamin
yang terdapat pada wortel dapat berkurang bahkan hilang pada proses
pengukusan.
Berdasarkan hal di atas penulis akan melalkukan penelitian tentang
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh jumlah
penambahan wortel dan lama pengukusan terhadap mutu nugget yang dihasilkan.
Kegunaan Penelitian
Sebagai sumber informasi pada pembuatan nugget. Sebagai sumber data
dalam penyusunan skripsi di Departemen Teknologi Pertanian, Program Studi
Teknologi Hasil Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Hipotesa Penelitian
Jumlah wortel yang ditambahkan, lama pengukusan dan interaksi
TINJAUAN PUSTAKA
Nugget.
Nuget merupakan salah satu jenis produk beku siap saji yaitu produk
yang telah mengalami pemanasan sampai setengah matang (precooked), kemudian
dibekukan. Produk beku siap saji ini hanya memerlukan waktu penggorengan
selama satu menit pada suhu 150oC. Ketika digoreng nugget beku setengah
matang akan berubah menjadi kekuning-kuningan dan kering. Tekstur nugget
tergantung dari bahan dasarnya (Kompas, 2011).
Nugget pertama kali dipopulerkan di Amerika Serikat dan cocok sekali
dengan kondisi masyarakat yang sangat sibuk, sehingga jenis makanan ini
banyak diminati (Nurzainah dan Namida, 2005).
Produk nugget yang telah dimasak (digoreng) dan dibekukan sebelum
dikemas dan di distribusikan dalam kondisi beku. Proses distribusi dalam keadaan
beku membuat kerusakan produk karena pertumbuhan mikroba biasanya tidak
terjadi. Kerusakan kerena pertumbuhan mikroba tidak menjadi faktor pembatas
umur simpan produk, dan produk tidak memerlukan pengawet yang berfungsi
untuk menghambat pertumbuhan mikroba (Syamri, 2011).
Proses Pembuatan Nugget
Penggilingan
Proses penggilingan pada pembuatan nugget dimulai dari membersihkan
tambahkan air es untuk mencegah kerusakan pada saat penghalusan (Alamsyah,
2008).
Penggilingan yang berlebihan akan menyebabkan terjadinya pemecahan
emulsi. Hal ini disebabkan diameter partikel lemak semakin kecil dan luas
permukaan lemak semakin besar sehingga protein tidak cukup untuk
menyelubungi semua partikel lemak, sehingga lemak yang terselubungi akan
keluar dari emulsi sehingga akan terbentuk kantong lemak (Tauber, 1977).
Pembuatan adonan
Daging yang telah dihaluskan dicampur dengan garam, gula pasir menjadi
satu, tambahkan tepung terigu, bawang putih, bawang merah, merica dan
penyedap rasa, dan diaduk kembali hingga tercampur merata dan siap dimasukan
ke dalam loyang (Alamsyah, 2008)
Bahan pengikat dan bahan pengisi merupakan fraksi bukan daging yang
ditambahkan pada nugget. Bahan-bahan ini ditambahkan dengan tujuan untuk
memperbaiki stabilitas emulsi, memperbaiki kapasitas pengikat air, pembentukan
cita rasa dan mengurangi penyusutan selama pemasakan dan mengurangi biaya
produksi (Forrest,et al., 1975).
Pengukusan
Pengukusan bertujuan membuat bahan makanan menjadi masak dengan
uap air mendidih. Ada 2 cara pengukusan ialah uap panas langsung terkena
bahan makanan atau uap panas tidak langsung kontak dengan makanan (Maryati,
Pengukusan adalah proses pemanasan yang bertujuan menonaktifkan
enzim yang akan merubah warna, cita rasa dan nilai gizi. Pengukusan dilakukan
dengan menggunakan suhu air lebih besar dari 66oC dan lebih rendah dari 82oC.
pengukusan dapat mengurangi zat gizi namun tidak sebesar perebusan.
Pemanasan pada saat pengukusan terkadang tidak merata karena bahan makanan
dibagian tepi tumpukan terkadang mengalami pengukusan yang berlebihan dan
bagian tengah mengalami pengukusan lebih sedikit (Laily, 2010).
Pengemasan
Pengemasan merupakan salah satu cara untuk melindungi atau
mengawetkan produk pangan maupun non pangan. Kemasan adalah wadah yang
digunakan untuk mengemas suatu produk yang dilengkapi dengan label atau
keterangan termasuk beberapa mamfaat dari isi kemasan. Pengemasan
mempunyai peranan yang sangat peting dalam menunjang distribusi produk
terutama yang mudah mengalami kerusakan (Susanto dan Suneto, 1994).
Pengemasan produk beku dapat melindungi bahan dari dehidrasi yang
disebabkan karena terjadi proses sublimasi selama pembekuan dalam udara dan
dalam semua kondisi penyimpanan beku. Pengemasan yang memadai dapat
mencegah terjadinya freeze burn . Freeze burn adalah perubahan warna, tekstur,
cita rasa dan nilai gizi yang bersifat reversible dari suatu bahan pangan beku
(Desrosier, 1988).
Plastik yang digunakan untuk pengemasan umumnya terbuat dari turunan
senyawa selulosa (cellophane). Selulosa-asetat, poliamida (nylon),
polyester-resin (mylar, scotch-pack), polyetilen-polyester-resin, poliprotilen-polyester-resin, sitren-polyester-resin,
masing-masing menurut kegunaan dan jenis bahan baku. Pemilihan plastik,
sebagai bahan pengemas dikarenakan plastik harganya murah, mudah dibentuk,
ringan dan tembus pandang. Beberapa produk seperti buah-buahan, daging dan
beberapa produk olahan dan sayur-sayuran, memilih bahan pengemas plastik,
kerena dapat menambah nilai ekonomis bahan (Potter, 1986).
Pembekuan
Pembekuan yang baik biasanya dilakukan pada suhu -12 sampai -24oC.
pembekuan yang cepat (quick freezing) dilakukan pada suhu -24 sampai -40oC.
pendinginan biasanya akan mengawetkan bahan pangan selama beberapa hari atau
minggu tergantung dari bahan pangannya contohnya bahan pangan yang
kandungan airnya tinggi akan lebih cepat rusak. Penyimpanan produk beku bisa
selama sebulan atau kadang-kadang beberapa tahun (Winarno, et al., 1980).
Ada dua pengaruh pendinginan terhadap makanan yaitu : 1) penurunan
suhu akan mengakibatkan penurunan proses kimia mikrobiologi dan biokimia
yang berhubungan dengan kelayuan (senescene), kerusakan (decay), dan
pembusukan, 2) pada suhu dibawah 0OC air akan membeku dan terpisah dari
larutan pembekuan es, yang mirip dalam hal air yang diuapkan pada pengeringan
(Buckle, et al.,1987).
Pengawetan pangan dalam pembekuan melibatkan dua metode
pengendalian pertumbuhan mikroorganisme : 1) laju reaksi mikroorganisme
dikurangi oleh suhu rendah, juga laju pertumbuhan kimia yang tidak
pangan diubah menjadi es, sehingga tidak dapat dipergunakan oleh
mikroorganisme (Gaman dan Sherrington, 1994).
Bahan-Bahan yang Ditambahkan Dalam Pembuatan Nugget
Daging ayam
Daging ayam merupakan salah satu produk yang diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan tubuh akan gizi protein yang mengandung asam amino yang
lengkap (Astawan dan Astawan, 1998). Daging memiliki kandungan gizi yang
lengkap, sehingga keseimbangan gizi untuk hidup dapat terpenuhi. Nilai kalori
daging tergantung pada jumlah daging yang dimakan. Secara relatif kandungan
gizi daging dari berbagai bangsa ternak berbeda, tapi setiap gram daging dapat
memenuhi kebutuhan gizi seorang dewasa setiap 10% kalori, 50% protein, 35%
zat besi (Forest, et al., 1975). Komposisi kimia daging ayam dapat dilihat pada
Tabel 1.
Tabel 1. Komposisi Kimia Daging Ayam per 100 gram Bahan
Komposisi Jumlah
Wortel
Wortel memiliki kandungan gizi yang banyak diperlukan oleh tubuh
terutama sebagai sumber vitamin A. komposisi kimia umbi wortel dapat dilihat
pada Tabel 2. Umbi wortel banyak mengandung vitamin A yang disebabkan oleh
tingginya kandungan karoten, yakni satu senyawa kimia untuk pembentukan
vitamin A atau provitamin A. Senyawa ini pula yang membuat umbi wortel
berwarna kuning kemerahan (Ali & Estu, 1995).
Tabel 2. Komposisi Zat Wortel per 100 gram Bahan
Komposisi Jumlah
Sumber : Direktorat Gizi Departemen Kesehatan R.I., (1996)
Vitamin A pada umumnya stabil terhadap panas, asam dan alkali.
Sayangnya mempnyai sifat yang sangat mudah teroksodasi oleh udara dan akan
rusak bila dipanaskan pada shu tinggi bersama udara, sinar dan lemak yang sudah
tengik (Winarno, 2004).
Karoten pada sayuran tidak dapat diserap seluruhnya oleh tubuh. Kisaran
kemampuan menyerap karoten yang berasal dari sayuran hanya 33-58% atau
rata-rata 50%. Tidak semua karoten yang terserap tersebut akan diubah menjadi
vitamin A. Kelompok FAO-WHO telah mengadakan perhitungan bahwa separuh
kandungan karoten dalam bahan makanan yang akhirnya akan dimanfaatkan oleh
tubuh (Winarno, 2004).
Tepung terigu
Tepung terigu diperoleh dari penggilingan biji gandum yang baik yang
telah dibersihkan. Tepung terigu hasil penggilingan harus bersifat mudah tercurah,
kering, tidak boleh menggumpal bila ditekan, warna putih, bebas dari kulit
partikel, tidak berbau asing seperti busuk, berjamur atau bebas dari serangga,
kotoran dan kontaminasi lainnya (Sunaryo, 1985). Komposisi kimia tepung terigu
dapat dilihat pada Tabel 3.
Table 3. Komposisi Kimia Tepung Terigu Dalam 100 gram Bahan
Komposisi Jumlah
Sumber : Direktorat Gizi Departemen Kesehatan R.I., (1996)
Bahan pengikat adalah bahan bukan daging yang menaikan daya ikat air dan
emulsi lemak, sedangkan bahan pengisi mempunyai kemampuan untuk mengikat
air tetapi tidak berperan untuk pembentukan emulsi. Perbedaan bahan pengikat
dan bahan pengisi adalah bahan pengikat mengandung protein lebih tinggi
dapat digunakan sebagai pengikat adalah susu, skim, konsetrat protein kedelai,
tepung terigu dan tepung roti.
Bahan Tambahan
Garam
NaCl dalah senyawa garam yang berwana putih, berbentuk kristal padat
yang berfungsi sebagai penyedap rasa yang tertua. Garam khususnya garam dapur
(NaCI) merupakan komponen bahan makanan yang penting. Makanan yang
mengandung kurang dari 0,35 natrium akan terasa hambar sehingga tidak
disenangi (Winarno, 2004).
Air es
Air es penting dalam pembuatan nugget untuk mempertahankan suhu
adonan agar tetap dingin. Adonan nugget yang panas cenderung merusak
protein, sehingga tekstur rusak. Es juga berfungsi untuk mempertahankan
stabilitas emulsi dan kelembaban adonan nugget sehingga adonan tidak kering
selama pencetakan maupun selama perebusan (Wibowo, 1995).
Daya ikat air dalam pembuatan nugget
Daya ikat air oleh protein atau water-holding capacity atau water biding
capacity (WHC atau WBC) adalah kemampuan daging untuk mengikat airnya
atau air yang ditambahkan selama ada pengaruh kekuatan dari luar, misalnya
pemotongan daging, pemanasan, penggilingan dan tekanan. Kapasitas gel adalah
kemampuan daging menyerap air secara spontan dari lingkungan yang
Kemampuan daging mengikat air disebabkan oleh protein otot. Sekitar
34% dari protein ini larut dalam air. Kemampuan otot mengikat air terutama
disebabkan oleh aktimitosin, komponen utama myofibril. Pengikat air dapat
dipengaruhi secara kuat dengan penambahan garam secara tertentu, terutama
fosfat. Penambahan garam tersebut tersebut digunakan untuk mengurangi
kekurangan air selama pemasakan (Harris dan Karmas, 1989).
Bumbu-Bumbu
Bumbu-bumbu memberi rasa, bau dan aroma pada masakan, serta
berfungsi sebagai bahan pengawet. Penggunaan bumbu yang tepat pada suatu
masakan menghasilkan makanan yang baik, enak dan menggugah selera makan.
(Tarwotjo, 1998).
Bumbu dalam pembuatan nugget terdiri dari beberapa rempah-rempah
seperti bawang merah, bawang putih, merica dan penyedap rasa. Bumbu ini
berfungsi untuk menambah rasa nugget sehingga nugget yang dihasilkan akan
disukai penelis (Alamsyah, 2008)
Monosodium glutamat dipasarkan dalam bentuk kristal. MSG murni tidak
berbau, tetapi memiliki cita rasa yang nyata yaitu campuran rasa manis dan asin
yang terasa enak dimulut. Fungsi MSG untuk meningkankan rasa yang diinginkan
BAHAN DAN METODA
Waktu dan Tempan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dari bulan Juli sampai dengan Agustus di
Laboratorium Teknologi Pangan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daging ayam, wortel,
tepung terigu, air es, garam, bawang putih, bawang merah, merica, monosodium
glutamat, dan bahan untuk pelapis merupakan kuning telur ayam dan tepung
panir.
Reagensia
Reagensia yang digunakan dalam penelitian ini adalah K2SO4, CuSO4,
H2SO4pekat, H2SO40,02 N, NaOH 40%, NaOH 0,02 N, petroleum eter, aseton,
Na2SO4, heksan dan indikator mengsel.
Alat Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah pisau, blender,
timbangan, panci pengukus, oven, tanur pengabuan , labu kjeldal, desikator,
Metoda Penelitian
Penelitian ini menggunakan metoda Rancang Acak Lengkap (RAL)
faKtorial yang terdiri dari 2 faktor, yaitu:
Faktor I : Jumlah wortel (W) yang terdiri dari 4 taraf, yaitu:
W1= 0%
W2= 10%
W3= 20%
W4= 30%
Faktor II: Lama Pengukusan (L) yang terdiri dari 4 taraf, yaitu:
L1= 10 menit
L2= 15 menit
L3= 20 menit
L4= 25 menit
Banyaknya kombinasi perlakuan (Tc) adalah 4 x 4 = 16, dan jumlah ulangan 2.
Model Rancangan (Bangun, 1991)
Penelitian ini dilakukan dengan model rancangan acak lengkap (RAL) dua
faktorial dengan model sebagai berikut:
Ŷijk= µ + αi+ βj+ (αβ)ij+ εijk (i:1, 2, 3, 4, j: 1, 2, 3, 4, k: 1, 2)
dimana:
Ŷijk : Hasil pengamatan dari faktor W pada taraf ke-i dan faktor L pada taraf ke-j dengan ulangan ke-k
µ : Efek nilai tengah
αi : Efek faktor W pada taraf ke-i
βj : Efek faktor L pada taraf ke-j
Εijk : Efek galat dari faktor W pada taraf ke-i dan faktor L pada taraf ke-j dalam ulangan ke-k
Apabila diperoleh hasil yang berbeda nyata dan sangat nyata maka uji
dilanjutkan dengan uji beda rataan, menggunakan uji Least Significant Range
(LSR).
Pelaksanaan Penelitian
Daging ayam dibersihkan dan digiling dengan penggilingan daging.
Wortel dibersihkan dan dipotong kecil-kecil lalu dihaluskan. Dicampur daging
ayam dan wortel sesuai perlakuan dengan berat bahan total 300 g dengan
perbandingan jumlah wortel masing-masing : W1=0%, W2=10%, W3=20%,
W4=30%. Ditambahkan tepung terigu (30%), bumbu (garam 2%, bawang putih
4%, bawang merah 4%, merica 1%, monosodium glutamat (0,4%), air es (12%)).
Diaduk semua bahan kemudian dicetak di loyang yang telah diolesi minyak.
Dikukus sesuai perlakuan (L1 = 10 meit, L2 = 15 menit, L3 = 20 menit, L4 = 25
menit). Didinginkan, dipotong kecil-kecil bentuk persegi, dicelup dalam kocokan
kuning telur dan selanjutnya digulingkan dalam tepung panir. Disimpan dan
dikemas dalam suhu beku dan dilakukan analisis terhadap kadar protein, kadar
lemak, kadar air, kadar abu, kandungan β-karoten dan nilai organoleptik (warna,
aroma, rasa dan tekstur).
Pengamatan dan Pengukuran Data
Pengamatan dan pengukuran data dilakukan dengan cara analisis terhadap
parameter mutu nugget yang dihasilkan.
Penentuan kadar lemak (AOAC, 1995)
Analisa lemak dilakukan dengan metode ekstraksi soxhlet. Sampel
ektraksi soxhlet. Alat kondensor dipasang di atasnya dan labu lemak di bawahnya,
pelarut lemak heksan dimasukkan dalam labu lemak, kemudian dilakukan reflux
selama ± 6 jam sampai pelarut turun kembali dalam labu lemak dan berwarna
jernih. Pelarut yang ada di dalam labu lemak didestilasi dan ditampung kembali.
Kemudian labu lemak yang berisi lemak hasil ektraksi dipanaskan dalam oven
pada suhu 1050C hingga mencapai berat yang tetap. Kemudian didinginkan dalam
desikator. Labu beserta lemaknya ditimbang.
Kadar Lemak (%) = bobot lemak X 100% Bobot sampel
Penentuan kadar protein (Sudarmadji, et al., 1984)
Kadar protein ditetapkan dengan menentukan nitrogen yang terdapat pada
sampel kemudian dikalikan dengan faktor konversi 6,25 dan protein ditetapkan
secara semi mikro kjedhal. Contoh yang telah dikeringkan sebanyak 0,2 g
dimasukkan dalam tabung kjedhal dan ditambahkan 2 gr campuran K2SO4 (1:1)
dan 3 ml H2SO4 pekat lalu didekstruksi sampai cairan aquades dan dipindahkan
ke dalam erlenmeyer 500 ml, ditambahkan 10 ml NaOH 40% sampai terbentuk
warna hitam dan segera didestilasi. Hasil penyulingan ditampung dengan
Erlenmeyer berisi 25 ml H2SO4 0,02 N dan 3 tetes indikator mengsel yaitu 425
mg metal red dan 500 mg metal blue yang dilarutkan dengan 100 ml alkohol 96%.
Hasil penyulingan dititrasi dengan larutan NaOH 0,02 N sampai terjadi perubahan
warna menjadi hijau dan hal yang sama dilakukan untuk blanko (tanpa bahan).
Kadar Protein (%) = (c-d)xNx0,04Xfk x 100% a
a = Bobot contoh (gr)
b = Titrasi blanko (ml)
c = TItrasi contoh (ml)
N = Normalitas larutan HC1 yang digunakan
FK = Faktor Konversi = 6,25
Kadar air (AOAC, 1970)
Bahan ditimbang 5 g (berat awal), diletakkan dalam cawan aluminium.
Diovenkan selama 1 jam dengan suhu 700C dan 2 jam selama suhu 1050C,
didinginkan dalam desikator selama 10 menit dan ditimbang beratnya sebagai
berat akhir bahan.
Kadar Air = berat akhir X 100% berat akhir
Kadar abu (Sudarmadji, et al., 1984)
Kadar abu ditetapkan dengan cara membakar bahan dalam tanur
pengabuan. Contoh yang dikeringkan diambil sebanyak 5 g, ini merupakan
sebagai berat awal dan dimasukkan dalam tanur pengabuan, dibakar pada suhu
3000C selama 1 jam dan dilanjutkan lagi dengan suhu 5500C selama 4 jam,
didinginkan kemudian ditimbang, untuk mendapatkan berat akhirnya dan dihitung
kadar abu dengan rumus:
Kadar Abu (%) = berat awal X 100% berat akhir
Kadarβ-karoten (Nielsen, 1995)
Prosedur penentuan β-karoten adalah sebagai berikut: Dihancurkan sampel
aquades. Dihomogenkan dengan cara dikocok dengan vortex. Ditambahkan 2 ml
alkohol 96% dan 10 ml petroleum eter (PE). Setelah itu dikocok selama 2 menit
menggunakan vortex kemudian disentrifuse dengan putaran 700 rpm selama 3-5
menit. Diambil lapisan PE yang terbentuk dan diberi tanda sebagai lapisan I,
sisanya (setelah diambil lapisan I) ditambahkan lagi dengan 10 ml PE. Campuran
dikocok lagi selama 2 menit homogenkan dengan disentrifuse selama 3-5 menit.
Diambil lapisan PE yang terbentuk dan diberi tanda sebagai lapisan II yang
dijadikan satu dengan lapisan I. Diambil 2 ml (dari campuran I + II) kemudian
segera baca absorbansinya pada panjang gelombang 450 nm dengan spektro 21,
dan di baca pada kurva standar.
Perhitungan :
Kadar β-karoten (mg/100 g bahan) = A x pengenceran x 100 Berat sampel x 100
A = µg karoten yang terbaca pada kurva standar
Uji organoleptik warna (numerik) (Sukarto, 1985)
Penentuan uji organoleptik dilakukan dengan uji deskriptif. Caranya
contoh diuji secara acak dengan memberikan kode pada bahan yang akan diuji
kepada 10 panelis yang akan melakukan penilaian. Penilaian dilakukan
berdasarkan kriteria seperti pada Tabel 4.
Tabel 4. Skala uji deskriptif terhadap warna
Skala Deskriftip Skala Numerik
Agak coklat Coklat
Kuning Kecoklatan
Uji organoleptik aroma (numerik) (Sukarto, 1985)
Penentuan uji organoleptik dilakukan dengan uji deskriptif. Caranya
contoh diuji secara acak dengan memberikan kode pada bahan yang akan diuji
kepada 10 panelis yang melakukan penilaian. Penilaian dilakukan berdasarkan
kriteria seperti pada Tabel 5.
Tabel 5. Skala uji deskriftip terhadap aroma
Skala Deskriftip Skala Numerik
Sangat bau daging ayam Bau daging ayam Agak bau daging ayam Tidak bau daging ayam
Sangat tidak bau daging ayam
5 4 3 2 1
Uji organoleptik rasa (numerik) (Sukarto, 1985)
Penentuan uji organoleptik dilakukan dengan uji kesukaan atau uji
hedonik. Caranya contoh diuji secara acak dengan memberikan kode pada bahan
yang akan diuji kepada 10 panelis yang melakukan penilaian. Penilaian dilakukan
berdasarkan kriteria seperti pada Tabel 6.
Tabel 6. Skala uji hedonik terhadap rasa
Skala Hedonik Skala Numerik
Penentuan uji organoleptik tekstur dilakukan dengan uji deskriptif.
Caranya contoh diuji secara acak dengan membarikan kode pada bahan yang akan
diuji kepada 10 panelis yang melakukan penilaian. Penilaian dilakukan
berdasarkan kriteria seperti pada Tabel 7.
Tabel 7. Skala uji deskriptif terhadap tekstur
Gambar 1. Skema Pembuatan Nugget campuran ayam dan wortel
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengaruh Jumlah Wortel Terhadap Parameter yang Diamati
Dari hasil penelitian menunjukan bahwa lama pengukusan memberikan
pengaruh terhadap kadar protein, kadar lemak, kadar air, kadar abu, kadar β
-karoten, uji organoleptik warna, aroma, rasa dan tekstur yang dihasilkan dari
nugget, seperti terlihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Pengaruh jumlah wortel terhadap parameter mutu nugget yang diamati Pengukusan
Pendinginan dan pemotongan
Pelapisan (kuning telur dan tepung roti)
Jumlah wortel
Pengaruh Lama Pengukusan Terhadap Parameter Yang Diamati
Dari hasil penelitian menunjukan bahwa lama pengukusan memberikan
pengaruh terhadap kadar protein, kadar lemak, kadar air, kadar abu, kadar β
-karoten, uji organoleptik warna, aroma, rasa dan tekstur yang dihasilkan dari
nugget, seperti terlihat pada Tabel 9.
Uji organoleptik (numerik)
Warna 3,18 3,01 2,88 2,72
Aroma 3,05 2,91 2,85 2,77
Rasa 3,46 3,27 3,18 3,26 Tekstur 3,26 3,34 3,44 3,53
Pengaruh Interaksi Antara Jumlah Wortel Dan Lama Pengukusan Terhadap Parameter yang Diamati
Dari hasil penelitian menunjukan bahwa interaksi antara jumlah wortel dan
lama pengukusan memberikan pengaruh terhadap kadar lemak, kadar β- karoten
dan uji organoleptik warna yang dihasilkan dari nugget, seperti terlihat pada
Table 10.
Dari Tabel 10 dapat dilihat bahwa lama pengukusan memberikan
pengaruh terhadap paremeter kadar lemak, kadar β-karoten, dan nilai organolepti
warna . Kadar lemak tertinggi terdapat pada perlakuan W1L1 yaitu sebesar
14,43% dan kadar lemak terendah terdapat pada perlakuan W4L4 yaitu 11,99%.
Kadar β-karoten tertinggi terdapat pada perlakuan W4L1 yaitu 3,81 mg/100g dan
kadar β-karoten terendah terdapat pada perlakuan yaitu W1L41,86 mg/100g. Uji
organoleptik warna tertinggi terdapat pada perlakuan W4L2 yaitu 3,85 dan uji
organoleptik warna terendah terdapat pada perlakuan W4L4yaitu 2,50.
Tabel 10. Pengaruh interaksi antara jumlah wortel dan lama pengukusan terhadap
kadar lemak, kadar β-karoten dan nilai organoleptik warna
W2L3 11,83 2,49 3,10
Pengaruh jumlah wortel terhadap kadar protein
Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 1) dapat dilihat bahwa jumlah
wortel memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar
protein yang dihasilkan.
Pengaruh jumlah wortel terhadap kadar protein dapat dilihat pada Tabel 11.
Dari Tabel 11 dapat dilihat bahwa perlakuan W1berbeda tidak nyata dengan W2
dan W3,serta berbeda sangat nyata terhadap W4. W2 berbeda tidak nyata dengan
W3 serta berbeda sangat nyata terhadap W4. W3 berbeda tidak nyata dengan W4.
Kadar protein yang tertinggi terdapat pada perlakuan W1(jumlah wortel 0%) yaitu
sebesar 15,97% dan yang terendah terdapat pada perlakuan W4(jumlah wortel
30%) yaitu sebesar 15,57%. Semakin banyak jumlah wortel yang ditambahkan
pada nugget, maka semakin rendah jumlah protein nugget tersebut. Ini
dikarenakan kandungan protein pada wortel hanya 1,20% (Tabel 2), sedangkan
kandungan protein daging ayam 18,2% (Tabel 1).
Jarak LSR Jumlah Rataan Notasi
0,05 0,01 Wortel 0,05 0,01
- - - W1= 0% 15,97 a A
2 0,21 0,28 W2= 10% 15,91 a A
3 0,22 0,30 W3= 20% 15,75 ab AB
4 0,22 0,31 W4= 30% 15,57 b B
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar).
Hubungan jumlah wortel terhadap kadar protein nugget yang dihasilkan
dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Hubungan jumlah wortel terhadap kadar protein nugget
Pengaruh lama pengukusan nugget terhadap kadar protein
Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 1) dapat dilihat bahwa lama
pengukusan memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar
protein yang dihasilkan. Pengaruh lama pengukusan terhadap kadar protein dapat
dilihat pada Tabel 12.
Jarak LSR Lama Rataan Notasi
0,05 0,01 Pengukusan 0,05 0,01
- - - L1= 10 menit 16,06 a A
2 0,21 0,28 L2= 15 menit 15,96 a AB
3 0,22 0,30 L3= 20 menit 15,71 b B
4 0,22 0,31 L4= 25 menit 15,47 c B
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar).
Dari Tabel 12 dapat dilihat bahwa perlakuan L1 berbeda tidak nyata
dengan L2, , serta berbeda sangat nyata terhadap L3 dan L4. L2 berbeda nyata
dengan L3 dan L4. L3 berbeda nyata dengan L4. Kadar protein yang tertinggi
terdapat pada perlakuan L1 (waktu pengukusan 10 menit) yaitu sebesar 16,06%
dan yang terendah terdapat pada perlakuan L4 (waktu pengukusan 25 menit)
yaitu sebesar 15,47%. Semakin lama pemanasan maka, kandungan protein nugget
akan menurun karena pada saat pemanasan akan terjadi denaturasi protein ini
sesuai dengan pernyataan Tejasari, (2005) protein dapat mengalami denaturasi
pada suhu tinggi.
Hubungan lama pengukusan terhadap kadar protein nugget yang
dihasilkan dapat dilihat dari gambar 3, semakin lama waktu pengukusan pada
proses pembuatan nugget, maka kandungan protein nugget tersebut akan semakin
Gambar 3. Hubungan lama pengukusan terhadap kadar protein nugget
Pengaruh interaksi antara jumlah wortel dan pengukusan terhadap kadar protein
Dari data analisa sidik ragam (Lampiran 1) dapat dilihat bahwa interaksi
jumlah wortel dan lama pengukusan memberikan pengaruh berbeda tidak nyata
(P>0,05) terhadap kadar protein nugget yang dihasilkan sehingga uji LSR tidak
dilanjutkan.
Kadar Lemak
Pengaruh jumlah wortel terhadap kadar lemak
Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 1) dapat dilihat bahwa jumlah
wortel memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar
lemak yang dihasilkan. Pengaruh jumlah wortel terhadap kadar lemak nugget
Tabel 13. Uji LSR efek utama pengaruh jumlah wortel terhadap kadar lemak nugget (%)
Jarak LSR Jumlah Rataan Notasi
0,05 0,01 Wortel 0,05 0,01
- - - W1= 0% 13,52 a A
2 0,39 0,54 W2= 10% 11,93 b B
3 0,41 0,57 W3= 20% 11,76 bc BC
4 0,42 0,58 W4= 30% 11,14 c C
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar).
Dari Tabel 13 dapat dilihat bahwa perlakuan W1 berbeda sangat nyata
dengan W2, W3,dan W4. W2 berbeda tidak nyata dengan W3 serta berbeda sangat
nyata terhadap W4. W3 berbeda tidak nyata dengan W4. Kadar Lemak yang
tertinggi terdapat pada perlakuan W1 (jumlah wortel 0%) yaitu sebesar 13,52%
dan yang terendah terdapat pada perlakuan W4 (jumlah wortel 30%) yaitu
sebesar 11,14%. subtitusi wortel terhadap daging ayam dalam pembuatan nugget
akan menyebabkan kandungan lemak nugget menjadi berkurang.Hubungan
jumlah wortel terhadap kadar lemak nugget yang dihasilkan dapat dilihat pada
Gambar 4, semakin banyak jumlah wortel yang digunakan dalam pembuatan
nugget maka kandungan lemak nugget akan semakin rendah.
Pengaruh lama pengukusan terhadap kadar lemak
Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 1) dapat dilihat bahwa lama
pengukusan memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar
Lemak yang dihasilkan. Pengaruh lama pengukusan terhadap kadar lemak dapat
dilihat pada Tabel 14 .
Tabel 14. Uji LSR efek utama pengaruh lama pengukusan terhadap kadar lemak nugget (%) (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar).
Dari Tabel 14 dapat dilihat bahwa perlakuan L1 berbeda tidak nyata
dengan L2, berbeda nyata L3dan berbeda sangat nyata dengan L4. L2berbeda tidak
nyata dengan L3 serta berbeda sangat nyata terhadap L4. L3berbeda nyata dengan
L4. Kadar Lemak yang tertinggi terdapat pada perlakuan L1(waktu pengukusan
10 menit) yaitu sebesar 12,50% dan yang terendah terdapat pada perlakuan L4
(waktu pengukusan 25 menit) yaitu sebesar 11,64 %. Hal ini dikarenakan
karena panas dapat merusak lemak menjadi asam lemak jenuh, ini sesuai dengan
pernyataan Tejasari (2005), yaitu kerusakan oksidasi pada lemak disebabkan
olaeh panas. Hubungan lama pengukusan terhadap kadar lemak dapat dilihat pada
Gambar 5, semakin lama waktu pengukusan dalam pembuatan nugget maka
Gambar 5 . Hubungan lama pengukusan terhadap kadar lemak nugget
Pengaruh interaksi antara jumlah wortel dan lama pengukusan terhadap kadar lemak
Dari data analisis sidik ragam (Lampiran 1) dapat dilihat bahwa interaksi
jumlah wortel dan lama pengukusan memberikan pengaruh berbeda nyata
(P<0,01) terhadap kadar lemak nugget. Untuk mengetahui perbedaan tiap-tiap
perlakuan pada interaksi antara jumlah wortel dan lama pengukusan terhadap
kadar lemak dapat dilihat pada Tabel 15.
Dari Tabel 15 dapat dilihat bahwa kadar lemak tertinggi terdapat pada
perlakuan W1L1yaitu sebesar 14,42% dan yang terendah terdapat pada perlakuan
W4L4yaitu sebesar 10,99%. Hubungan interaksi antara jumlah wortel dan lama
pengukusan terdap kadar lemak (%) nugget yang dihasilkan dapat dilihat pada
Gambar 6.
Dari Gambar 6 dapat dilihat bahwa semakin banyak jumlah wortel yang
penggunaan wortel dalam pembuatan nugget dapat mengurangi jumlah daging
yang digunakan sehingga lemak yang berasal dari daging dapat berkurang. Dari
Gambar 6 ini juga dapat dilihat bahwa semakin lama waktu pengukusan maka
kadar lemak juga semakin menurun, ini dikarenakan lemak yang terdapat pada
nugget keluar dari nugget selama proses pengukusan bersama uap air yang berasal
dari air pada saat pengukusan dan waktu pengukusan yang lama, mengakibatkan
lemak rusak oleh pemanasan sesuai dengan pernanasan Tejasari (2005) yaitu
oksidasi lemak terjadi karna adanya panas.
Gambar 6. Hubungan interaksi antara jumlah wortel dan lama pengukusan terhadap kadar lemak nugget
Kadar Air
Pengaruh jumlah wortel terhadap kadar air
Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 2) dapat dilihat bahwa jumlah
wortel memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar Air
yang dihasilkan. Pengaruh jumlah wortel terhadap kadar air nugget dapat dilihat
pada Tabel 16.
Tabel 16. Uji LSR efek utama pengaruh jumlah wortel terhadap kadar air nugget (%)
Jarak LSR Jumlah Rataan Notasi
0,05 0,01 Wortel 0,05 0,01
- - - W1= 0% 58,12 c C
2 0,67 0,93 W2= 10% 66,25 b B
3 0,71 0,97 W3= 20% 66,87 ab AB
4 0,72 1,00 W
4= 30% 67,37 a A
Dari Tabel 16 dapat dilihat bahwa perlakuan W1 berbeda sangat nyata
dengan W2, W3dan W4. W2 berbeda tidak nyata dengan W3serta berbeda sangat
nyata terhadap W4. W3berbeda tidak nyata dengan W4. Kadar Air yang tertinggi
terdapat pada perlakuan W4(jumlah wortel 0%) yaitu sebesar 67,37% dan yang
terendah terdapat pada perlakuan W1 (jumlah wortel 30%) yaitu sebesar 58,12 %.
Hal ini disebabkan karena pada saat wortel dihaluskan digunakan air untuk
membatu pada proses penghalusan, dan kadar air pada wortel juga tinggi.
Hubungan antara jumlah wortel terhadap kadar air dapat dilihat pada Gambar 7,
semakin banyak jumlah wortel yang digunakan dalam pembuatan nugget maka
kandungan air nugget akan semakin tinggi.
Gambar 7. Hubungan jumlah wortel terhadap kadar air nugget
Pengaruh lama pengukusan terhadap kadar air
Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 2) dapat dilihat bahwa lama
pengukusan memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar
air yang dihasilkan. Pengaruh lama pengukusan terhadap kadar air nugget dapat
Tabel 17. Uji LSR efek utama pengaruh lama pengukusan terhadap kadar air nugget (%)
Jarak LSR Lama Rataan Notasi
0,05 0,01 Pengukusan 0,05 0,01
- - - L
1= 10 menit 66,62 a A
2 0,67 0,93 L
2= 15 menit 65,25 b B
3 0,71 0,97 L
3= 20 menit 63,87 c C
4 0,72 1,00 L
4= 25 menit 62,87 d D
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar).
Hubungan lama pengukusan terhadap kadar air dapat dilihat pada Gambar
8, semakin lama waktu pengukusan dalam pembuatan nugget maka kandungan air
nugget akan semakin menurun.
Gambar 8. Pengaruh lama pengukusan terhadap kadar air nugget
Dari Tabel 17 dapat dilihat bahwa perlakuan L1 berbeda sangat nyata
dengan L2, L3 dan L4. L2 berbeda sangat nyata dengan L3 dan L4. L3 berbeda
sangat nyata dengan L4. Kadar air yang tertinggi terdapat pada perlakuan L1
(waktu pengukusan 10 menit) yaitu sebesar 66,62% dan yang terendah terdapat
pada perlakuan L4(waktu pengukusan 25 menit) yaitu sebesar 62,87 %. Semakin
lama pengukusan, maka kadar air nugget akan semakin menurun karena terjadi
penguapan air didalam nugget selama pengukusan.
Pengaruh Interaksi Antara Jumlah Wortel Dan Pengukusan Terhadap Kadar Air
Dari data analisa sidik ragam (Lampiran 2) dapat dilihat bahwa interaksi
jumlah wortel dan lama pengukusan memberikan pengaruh tidak nyata (P>0,05)
terhadap kadar air nugget yang dihasilkan sehingga uji LSR tidak dilanjutkan.
Kadar Abu
Pengaruh jumlah wortel terhadap kadar abu
Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 2) dapat dilihat bahwa jumlah
wortel memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar Abu
yang dihasilkan. Pengaruh jumlah wortel terhadap kadar abu nugget dapat dilihat
pada Tabel 18.
Tabel 18. Uji LSR efek utama pengaruh jumlah wortel terhadap kadar abu nugget (%) (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar).
Dari Tabel 18 dapat dilihat bahwa perlakuan W1 berbeda tidak nyata
dengan W2, W3dan berbeda sangat nyata dengan W4. W2 berbeda tidak nyata
dengan W3dan berbeda sangat nyata dengan W4. W3berbeda tidak nyata dengan
yaitu sebesar 67,37% dan yang terendah terdapat pada perlakuan W1 (jumlah
wortel 0%) yaitu sebesar 58,12 %. Semakin banyak jumlah wortel yang
ditambahkan pada nugget, maka semakin tinggi kadar abu nugget tersebut. Ini
disebankan karena kandungan mineral dari ayam dan wortel tinggi (Tabel 1 dan
2), serta dari jenis dan cara pengabuan juga mempengaruhi kadar abu dari suatu
bahan (Pomeranz dan Meloan, 1987). Hubungan jumlah wortel terhadap kadar
abu dapat dilihat pada pada Gambar 9, semakin banyak jumlah wortel yang
digunakan dalam pembuatan nugget maka kandungan kadar abu nugget akan
semakin tinggi.
Gambar 9 . Hubungan jumlah wortel terhadap kadar abu nugget
Pengaruh lama pengukusan terhadap kadar abu
Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 2) dapat dilihat bahwa lama
Abu yang dihasilkan. Pengaruh lama pengukusan terhadap kadar abu nugget
dapat dilihat pada Tabel 19.
Tabel 19. Uji LSR efek utama pengaruh lama pengukus terhadap kadar abu nugget (%)
Jarak LSR Lama Rataan Notasi
0,05 0,01 Pengukusan 0,05 0,01
- - - L1= 10 menit 2,15 d D
2 0,04 0,05 L2= 15 menit 2,26 c C
3 0,04 0,06 L3= 20 menit 2,35 b B
4 0,04 0,06 L4= 25 menit 2,45 a A
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar).
Dari Tabel 19 dapat dilihat bahwa perlakuan L1 berbeda sangat nyata
dengan L2, L3 dan L4. L2 berbeda sangat nyata dengan L3 dan L4. L3 berbeda
sangat nyata dengan L4. Kadar abu yang tertinggi terdapat pada perlakuan L4
(waktu pengukusan 25 menit) yaitu sebesar 2,45% dan yang terendah terdapat
pada perlakuan L1 (lama pengukusan 10 menit) yaitu sebesar 2,15 %. Ini
disebabkan karena kandungan mineral yang tinggi pada nugget tersebut tidak
rusak selama proses pemanasan. Hubungan lama pengukusan terhadap kadar abu
nugget yang dihasilkan dapat dilihat pada Gambar 10, semakin lama waktu
pengukusan dalam pembuatan nugget maka kandungan kadar abu nugget akan
Gambar 10 . Hubungan lama pengukusan terhadap kadar abu nugget
Pengaruh interaksi antara jumlah wortel dan pengukusan terhadap kadar abu
Dari data analisa sidik ragam (Lampiran 4) dapat dilihat bahwa interaksi
jumlah wortel dan lama pengukusan memberikan pengaruh tidak nyata (P>0,05)
terhadap kadar abu nugget yang dihasilkan sehingga uji LSR tidak dilanjutkan.
Kadarβ-karoten
Pengaruh jumlah wortel terhadap kadar β-karoten
Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 3) dapat dilihat bahwa jumlah
wortel memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar β
-karoten yang dihasilkan. Pengaruh jumlah wortel terhadap kadar pada Tabel 20.
Tabel 20. Uji LSR pengaruh jumlah wortel terhadap kadar β-karoten nugget (mg/100g)
Jarak LSR Jumlah Rataan Notasi
0.05 0.01 Wortel 0.05 0.01
- - - W1= 0% 2,00 d D
2 0,06 0,08 W2= 10% 2,52 c C
3 0,06 0,08 W3= 20% 2,89 b B
4 0,06 0,09 W4= 30% 3,60 a A
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar).
Dari Tabel 20 dapat dilihat bahwa perlakuan W1 berbeda sangat nyata
dengan W2, W3dan W4. W2berbeda sangat nyata dengan W3dan W4. W3berbeda
sangat nyata dengan W4. Kadarβ-karoten yang tertinggi terdapat pada perlakuan
W4(jumlah wortel 30%) yaitu sebesar 3,60 mg/100g dan yang terendah terdapat
pada perlakuan W1 (jumlah wortel 0%) yaitu sebesar 2.00 mg/100g. ini
dikarenakan wortel mengandung kadar β-karoten yang tinggi (Ali dan Estu,
1995). Hubungan jumlah wortel terhadap kadar β-karoten nugget yang dihasilkan
dapat dilihat pada Gambar 11, semakin banyak jumlah wortel yang digunakan
dalam pembuatan nugget maka kandungan β-karoten nugget akan semakin
meningkat.
Gambar 11. Hubungan jumlah wortel terhadap kadar β-karoten nugget
Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 3) dapat dilihat bahwa jumlah
wortel memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar β
-karoten yang dihasilkan. Pengaruh lama pengukusan terhadap kadar β- pada
Tabel 21.
Tabel 21. Uji LSR efek utama pengaruh lama pengukusan terhadap kadar β -karoten nugget (mg/100g)
Jarak LSR Lama Rataan Notasi
0.05 0.01 Pengukusan 0.05 0.01
- - - L1= 10 menit 2,98 a A
2 0,06 0,08 L2= 15 menit 2,86 b B
3 0,06 0,08 L3= 20 menit 2,73 c C
4 0,06 0,09 L4= 25 menit 2,45 d D
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar).
Dari Tabel 21 dapat dilihat bahwa perlakuan L1 berbeda sangat nyata
dengan L2,L3dan L4. L2berbeda sangat nyata dengan L3dan L4. L3berbeda sangat
nyata dengan L4. Kadar β-karoten yang tertinggi terdapat pada perlakuan L1
(waktu pengukusan 10 menit) yaitu sebesar 2,98 mg/100g dan yang terendah
terdapat pada perlakuan L4 (waktu pengukusan 25 menit) yaitu sebesar 2,45
mg/100g. Ini dikarenakan kadar β-karoten pada wortel dapat hilang atau rusak
pada saat pengolahan dan rusak pada suhu tinggi (Winarno, 2004). Hubungan
lama pengukusan terhadap kadar β-karoten nugget yang dihasilkan dapat dilihat
pada gambar 12, semakin lama waktu pengukusan dalam pembuatan nugget maka
Gambar 12. Hubungan lama pengukusan terhadap kadar β-karoten nugget
Pengaruh interaksi antara jumlah wortel dan lama pengukusan terhadap kadarβ- karoten
Dari data analisis sidik ragam (Lampiran 3) dapat dilihat bahwa interaksi
jumlah wortel dan lama pengukusan memberikan pengaruh berbeda nyata
(P<0,05) terhadap kadarβ- karoten nugget. Untuk mengetahui perbedaan tiap-tiap
perlakuan pada interaksi antara jumlah wortel dan lama pengukusan terhadap
kadar β-karoten dapat dilihat pada Tabel 22. Dari Tabel 22 dapat dilihat bahwa
kadar tertinggi terdapat pada perlakuan W4L1 yaitu sebesar 3,81 mg/100g dan
yang terendah terdapat pada perlakuan W1L1yaitu sebesar 2,05 mg/100g.
Hubungan interaksi antara jumlah wortel dan lama pengukusan terhadap
kadar β-karoten nugget yang dihasilkan gapat dilihat pada Gambar 13. Dari
Gambar 13 dapat dilihat bahwa semakin banyak jumlah wortel yang ditambahkan
sesuai dengan pernyataan (Ali dan Estu, 1995) yaitu umbi wortel banyak
mengandung vitamin A atau provitamin.
Tabel 22 . Uji LSR efek utama pengaruh interaksi antara jumlah wortel dan lama pengukusan terhadap kadar β-karoten
Jarak LSR Perlakuan Rataan Notasi (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar).
β- karoten atau sering disebut dengan vitamin A, sebenarnya stabil pada
pemanasan tapi dapat hilang pada saat pengolahan, dari Gambar 13 menunjukan
semakin lama waktu pengukusan maka kandungan β-karoten semakin rendah
yang terdapat pada nugget tersebut. Vitamin A pada umumnya stabil pada panas,
asam dan alkali tetapi mempunyai sifat yang mudah teroksidasi oleh udara dan
akan rusak pada suhu tinggi bersama udara, sinar dan lemak yang bau tengik
Gambar 13 . Pengaruh interaksi antara jumlah wortel dan lama pengukusan terhadap kadar β-karoten nugget
Uji Organoleptik Aroma
Pengaruh jumlah wortel terhadap uji organoleptik aroma
Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 3) dapat dilihat bahwa jumlah
wortel memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap uji
organoleptik aroma yang dihasilkan. Pengaruh jumlah wortel terhadap uji
organoleptik aroma dapat dilihat pada Tabel 23.
Tabel 23.Uji LSR Efek utama pengaruh jumlah wortel terhadap uji organoleptik aroma nugget (%)
Jarak LSR Jumlah Rataan Notasi
0,05 0,01 Wortel 0,05 0,01
- - - W1= 0% 3,288 a A
2 0,07 0,10 W2= 10% 2,938 ab AB
3 0,07 0,10 W3= 20% 2,963 b B
4 0,08 0,11 W4= 30% 2,400 b B
Dari Tabel 23 dapat dilihat bahwa perlakuan W1 berbeda tidak nyata
dengan W2,dan berbeda sangat nyata dengan W3dan W4. W2 berbeda tidak nyata
dengan W3dan W4. W3berbeda tidak berbeda nyata dengan W4. Uji organoleptik
aroma yang yang tertinggi terdapat pada perlakuan W1(jumlah wortel 0%) yaitu
sebesar 3,28 dan yang terendah terdapat pada perlakuan W4 (jumlah wortel 25%)
yaitu sebesar 2, 40. Ini dikarenakan pada perlakuan W1aroma dari ayam sangat
mencolok. Hubungan jumlah wortel terhadap uji organoleptik aroma dapat dilihat
pada Gambar 14, semakin banyak jumlah wortel yang ditambahkam dalam
pembuatan nugget maka uji organoleptik aroma nugget akan semakin rendah.
Gambar 14 . Hubungan jumlah wortel terhadap uji organoleptik aroma nugget
Pengaruh lama pengukusan terhadap uji organoleptik aroma
Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 3) dapat dilihat bahwa lama
pengukusan memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap uji
organoleptik aroma yang dihasilkan. Pengaruh lama pengukusan terhadap uji
Tabel 24. Uji LSR efek utama pengaruh lama pengukusan terhadap uji organoletik aroma nugget (%)
Jarak LSR Lama Rataan Notasi
0,05 0,01 Pengukusan 0,05 0,01
- - - L1= 10 menit 3,05 A A
2 0,07 0,10 L2= 15 menit 2,91 Ab AB
3 0,07 0,10 L3= 20 menit 2,85 b B
4 0,08 0,11 L4= 25 menit 2,77 c B
Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar).
Dari Tabel 24 dapat dilihat bahwa perlakuan L1 berbeda tidak nyata
dengan L2, serta berbeda sangat nyata dengan L3dan L4. L2 berbeda tidak nyata
dengan L3 dan L4. L3 berbeda tidak nyata dengan L4. Uji organoleptik aroma
yang tyang tertinggi terdapat pada perlakuan L1 (waktu pengukusan 10 menit)
yaitu sebesar 3,05 dan yang terendah terdapat pada perlakuan L4 (waktu
pengukusan 25 menit) yaitu sebesar 2, 77. Panas yang dihasilkan dari pengukusan
dapat menrusak sifat-sifat organoleptik makanan ini sesuai dengan pernyataan
Buckle, et, al, (1985) yaitu sifat-sifat organoleptik makanan biasanya dirusak
oleh panas. Hubungan lama pengukusan dengan uji organoleptik aroma dapat
dilihat pada Gambar 15, semakin lama waktu pengukusan dalam pembuatan
Gambar 15 . Hubungan lama pengukusan terhadap uji organoleptik aroma nugget
Pengaruh interaksi antara jumlah wortel dan pengukusan terhadap uji organoleptik aroma
Dari data analisa sidik ragam (Lampiran 3) dapat dilihat bahwa interaksi
jumlah wortel dan lama pengukusan memberikan pengaruh tidak nyata (P>0,01)
terhadap uji organoleptik aroma nugget yang dihasilkan sehingga uji LSR tidak
dilanjutkan.
Uji Organoleptik Rasa
Pengaruh jumlah wortel terhadap uji organoleptik rasa
Dari daftar analisis sidik ragam (Lampiran 4) dapat dilihat bahwa jumlah
wortel memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap uji
organoleptik rasa yang dihasilkan. Pengaruh jumlah wortel terhadap uji