• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dampak Pengembangan Komoditi Ternak Sapi Terhadap Peningkatan Pendapatan Dan Pengembangan Wilayah Di Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Dampak Pengembangan Komoditi Ternak Sapi Terhadap Peningkatan Pendapatan Dan Pengembangan Wilayah Di Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

DAMPAK PENGEMBANGAN KOMODITI TERNAK SAPI

TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN DAN

PENGEMBANGAN WILAYAH DI KECAMATAN

HAMPARAN PERAK KABUPATEN

DELI SERDANG

TESIS

WIRA OKRIADI LUBIS 087003039/PWD

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010

S

E K O L AH

P A

S C

(2)

DAMPAK PENGEMBANGAN KOMODITI TERNAK SAPI

TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN DAN

PENGEMBANGAN WILAYAH DI KECAMATAN

HAMPARAN PERAK KABUPATEN

DELI SERDANG

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan

(PWD) pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

WIRA OKRIADI LUBIS 087003039/PWD

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Tesis :

Nama Mahasiswa : Wira Okriadi Lubis Nomor Pokok : 087003039

Program Studi :

Menyetujui, Komisi Pembimbing

(Prof. Ir. Zulkifli Nasution, MSc. Ph.D) Ketua

(Dr. Ir. Tavi Supriana, MS) (Kasyful Mahalli, SE. MSi) Anggota Anggota

Ketua Program Studi Direktur

(Prof. Bachtiar Hassan Miraza) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, MSc)

Tanggal lulus : 6 April 2010

DAMPAK PENGEMBANGAN KOMODITI TERNAK SAPI TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN DAN PENGEMBANGAN WILAYAH DI KECAMATAAN HAMPARAN PERAK KABUPATEN DELI SERDANG

(4)

Telah diuji pada

Tanggal 6 April 2010

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Ir. Zulkifli Nasution, MSc. Ph.D Anggota : 1. Dr. Ir. Tavi Supriana, MS

(5)

ABSTRAK

Wira Okriadi Lubis (087003039/PWD) dengan judul “Dampak Pengembangan Komoditi Ternak Sapi Terhadap Pengembangan Wilayah di

Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang”. Di bawah bimbingan Bapak Prof. Ir. Zulkifli Nasution, MSc, Ph.D Sebagai Ketua Komisi Pembimbing, Ibu Dr. Ir. Tavi Supriana, MS dan Bapak Kasyful Mahalli, SE, MSi selaku Anggota

Komisi Pembimbing.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ternak sapi; menganalisis dampak pengembangan komoditi ternak sapi terhadap keuntungan peternak; menganalisis dampak pengembangan komoditi ternak sapi terhadap pengembangan wilayah terutama pada : peningkatan pendapatan masyarakat, pemanfaatan tenaga kerja dan pemasaran ternak di Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang. Populasi penelitian ini meliputi seluruh kepala keluarga yang memelihara ternak sapi yang ada di daerah penelitian sebanyak 1.424 peternak. Besar sampel yang diambil sebanyak 142 responden. Untuk menguji hipotesis (1) digunakan analisis deskriptif dan uji beda rata-rata (t-test), untuk menguji hipotesis (2) digunakan analisis ekonomi usaha ternak dan untuk menguji hipotesis (3) digunakan metode regresi linier berganda.

Hasil penelitian yang diperoleh antara lain : Faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan komoditi ternak sapi yang paling dominan adalah ketersediaan modal produksi, selanjutnya adalah curahan tenaga kerja dan luas lahan. Usaha yang timbul dan berkembang akibat pengembangan komoditi ternak sapi seperti : supplier sarana produksi (poultry shop), jasa transportasi, telekomunikasi dan terjadinya pasar. Pengembangan komoditi ternak sapi memberikan dampak terhadap pengembangan wilayah. Indikator yang digunakan adalah : (a). Pertambahan jumlah populasi ternak sapi sebesar 54 ekor/tahun, (b). Besarnya curahan tenaga kerja keluarga yang dimanfaatkan untuk mengelola ternak sapi sebesar 43,5 jam/tahun, (c). Besarnya dana yang berputar sebanyak Rp. 438.487.875,-/tahun. Keadaan ini akan meningkatkan daya saing ekonomi daerah serta dapat menurunkan angka pengangguran yang pada akhirnya akan memperbaiki struktur sosial masyarakat.

(6)

ABSTRACT

Wira Okriadi Lubis, 087003039/PWD, “The Impact of Cow Breeding on the Regional Development of Hamparan Perak Sub-district, Deli Serdang District”,

under the supervision of Prof. Ir. Zulkifli Nasution, MSc, PhD (Chair), Dr. Ir. Tavi Supriana, MS (Member) and Kasyful Mahalli, SE, MSi (Member).

The purpose of this study was to analyze the factors which have influenced cow breeding production, the impact of cow breeding development on breeders’ profit, and the impact of cow breeding development on regional development, especially on the increase of community’s income, the use of manpower, and the cow marketing in Hamparan Perak Sub-district, Deli Serdang District. The population of this study was all of the 1,424 heads of the families who were breeding cows in research location, and 142 of them were selected to be the samples for this study. Hypothesis 1 was tested through descriptive analysis and t-test, hypothesis 2 was tested through cow breeding economic analysis, and hypothesis 3 was tested through multiple linear regression method.

The result of this study showed that The most dominant factors which influenced the cow breeding development were the availability of production capital, the number of manpower, and the of area cow breeding location. The other businesses resulted from the cow breeding are development poultry shop, transportation and telecommunication services, and market. the cow breeding development has brought several impacts on regional development based on the indicators that (a) the cow breeding population increased for 54 cows/year, (b) the number of work hours spent by the family to run this cow breeding was 43.5 hours/year, and (c the amount of money used was Rp.438,487,875.00/year. This condition will increase the economic bargaining power of this area and can minimize the unemployment rate which in the end it can improve the community social structure.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Penulis Panjatkan Kepada Allah SWT, atas rahmat dan

hidayahnya penulis dapat menyelesaikan tesis ini tepat pada waktunya. Adapun judul

tesis ini adalah “DAMPAK PENGEMBANGAN KOMODITI TERNAK SAPI

TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN DAN PENGEMBANGAN

WILAYAH DI KECAMATAAN HAMPARAN PERAK KABUPATEN DELI

SERDANG”, yang membahas tentang dampak pengembangan komoditi ternak sapi

terhadap peningkatan pendapatan masyarakat dan pengembangan wilayah di

Kecamatan Hamparan Perak.

Penulis juga mengucapkan banyak terimakasih khususnya kepada Bapak

Prof. Ir. Zulkifli Nasution, MSc. Ph.D selaku Ketua Komisi Pembimbing, juga

kepada Ibu Dr. Ir. Tavi Supriana, MS selaku Anggota Komisi Pembimbing dan juga

kepada Bapak Kasyful Mahalli, SE. MSi selaku Anggota Komisi Pembimbing yang

telah banyak membimbing dan memberikan arahan kepada penulis dalam

menyelesaikan tesis ini.

Pada kesempatan ini juga penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa, B. MSc, Selaku Direktur Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara, Medan.

2. Bapak Prof. Bachtiar Hassan Miraza, selaku ketua dan Bapak

(8)

Pembangunan Wilayah dan Pedesaan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera

Utara, Medan.

3. Bapak Dr. Ir. Rahmanta, MSi dan Bapak Drs. Rujiman, MA sebagai Dosen

Pembanding.

4. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang

tidak terhingga khususnya kepada kedua orang tua saya yaitu Ayahanda

Ridwan Lubis dan Ibunda Masnuri Harahap yang telah banyak memberikan

dukungan moril maupun materil, kepada saya dan tak lupa kepada Bou Ropiah

Lubis dan Adikku Indra Akbar Sanjani Lubis yang saya sayangi.

5. Penulis juga mengucapkan banyak terimakasih seluruh civitas akademik

SPs-USU yang telah membantu dalam kelancaran kegiatan akademik, khususnya

kepada teman-teman PWD 2008 yang banyak membantu dalam penyelesaian tesis

ini.

Akhirnya kepada seluruh pihak yang banyak membantu yang tidak dapat saya

sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih banyak kekurangan, untuk itu

penulis dengan senang hati menerima kritik dan saran untuk perbaikan tesis ini

dikemudiyan hari. Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi pihak yang

memerlukannya.

Medan, April 2010

(9)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 18 Oktober 1983. Anak dari

Ridwan Lubis dan Masnuri Harahap, yang merupakan anak pertama dari dua

bersaudara.

Pada tahun 1990 penulis lulus dari TK Darmawanita, tahun 1996 penulis lulus

dari SD Percobaan Negeri Medan, tahun 1999 lulus dari SLTP Negeri 10 Medan,

tahun 2002 lulus dari SMU Negeri 13 Medan. Pada tahun 2002 melanjutkan

pendidikan di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara (USU). Penulis memilih

minat Studi Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman, Juruan Ilmu Tanah dan lulus

tahun 2006, pada tahun 2008 penulis ikut ujian masuk Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara (USU) dan lulus pada Program Studi Perencanaan

Pembangunan Wilayah dan Pedesaan, dengan Konsentrasi Perencanaan Perkotaan.

Pada tahun 2007 diterima sebagai pegawai honor di Dinas Peternakan dan Kesehatan

(10)
(11)
(12)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1.1. Konsumsi Daging, Telur dan Susu di Sumatera Utara dan

Nasional Tahun 2008 (Kg/Kpt/thn) ...

4

1.2. Populasi Ternak sapi di Kecamatan Hamparan Perak ... 5

3.1. Sampel Penelitian ... 30

4.1. Luas Desa, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk di Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang ... 35

4.2. Distribusi Lahan Berdasarkan Penggunaannya di Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang ... 36

4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Umur ... 37

4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan ... 38

4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan ... 39

4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 39

4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Lama Beternak ... 40

4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Luas Lahan ... 41

4.9. Harga Sarana Produksi Peternakan di Kecamatan Hamparan Perak Tahun 2005 dan Tahun 2009 ... 42

(13)

4.11. Sub Sektor Industri yang Berperan dalam Pengembangan Komoditi

Ternak Sapi di Kecamatan Hamparan Perak ... 47

4.12. Hasil Analisis Ujibeda Rata-Rata Curahan Tenaga Kerja ... 49

4.13. Distribusi Responden Berdasarkan Curahan Tenaga Kerja ... 50

4.14. Hasil Analisis Ujibeda Rata-Rata Peningkatan Produksi Ternak ... 51

4.15. Distribusi Responden Berdasarkan Produksi Ternak ... 52

4.16. Hasil Analisis Ujibeda Rata-Rata Peningkatan Modal ... 53

4.17. Distribusi Responden Berdasarkan Modal Produksi ... 54

4.18. Hasil Analisis Ujibeda Rata-Rata Peningkatan Pendapatan ... 55

(14)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1. Skema Kerangka Berpikir ... 25

4.2. Sistem Agribisnis Ternak Sapi ... 48

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Kuesioner Penelitian ... 65

2. Karakteristik Responden ... 67

3. Total Modal Produksi Tahun 2005 dan 2009 ... 71

4. Pendapatan Peternak Tahun 2005 dan 2009 ... 76

5. Data Curahan Tenaga Kerja dalam Usaha Ternak Sapi ... 80

6. Data Produksi, Modal, Luas Lahan dan Curahan Tenaga Kerja ... 84

7. Jumlah Ternak Sapi Tahun 2005 dan 2009 ... 90

8. Analisis Curahan Tenaga Kerja ... 92

9. Analisis Peningkatan Produksi Ternak ... 93

10. Analisis Modal Produksi ... 94

11. Analisis Peningkatan Pendapatan Peternak ... 95

12. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi ... 96

(16)

ABSTRAK

Wira Okriadi Lubis (087003039/PWD) dengan judul “Dampak Pengembangan Komoditi Ternak Sapi Terhadap Pengembangan Wilayah di

Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang”. Di bawah bimbingan Bapak Prof. Ir. Zulkifli Nasution, MSc, Ph.D Sebagai Ketua Komisi Pembimbing, Ibu Dr. Ir. Tavi Supriana, MS dan Bapak Kasyful Mahalli, SE, MSi selaku Anggota

Komisi Pembimbing.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ternak sapi; menganalisis dampak pengembangan komoditi ternak sapi terhadap keuntungan peternak; menganalisis dampak pengembangan komoditi ternak sapi terhadap pengembangan wilayah terutama pada : peningkatan pendapatan masyarakat, pemanfaatan tenaga kerja dan pemasaran ternak di Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang. Populasi penelitian ini meliputi seluruh kepala keluarga yang memelihara ternak sapi yang ada di daerah penelitian sebanyak 1.424 peternak. Besar sampel yang diambil sebanyak 142 responden. Untuk menguji hipotesis (1) digunakan analisis deskriptif dan uji beda rata-rata (t-test), untuk menguji hipotesis (2) digunakan analisis ekonomi usaha ternak dan untuk menguji hipotesis (3) digunakan metode regresi linier berganda.

Hasil penelitian yang diperoleh antara lain : Faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan komoditi ternak sapi yang paling dominan adalah ketersediaan modal produksi, selanjutnya adalah curahan tenaga kerja dan luas lahan. Usaha yang timbul dan berkembang akibat pengembangan komoditi ternak sapi seperti : supplier sarana produksi (poultry shop), jasa transportasi, telekomunikasi dan terjadinya pasar. Pengembangan komoditi ternak sapi memberikan dampak terhadap pengembangan wilayah. Indikator yang digunakan adalah : (a). Pertambahan jumlah populasi ternak sapi sebesar 54 ekor/tahun, (b). Besarnya curahan tenaga kerja keluarga yang dimanfaatkan untuk mengelola ternak sapi sebesar 43,5 jam/tahun, (c). Besarnya dana yang berputar sebanyak Rp. 438.487.875,-/tahun. Keadaan ini akan meningkatkan daya saing ekonomi daerah serta dapat menurunkan angka pengangguran yang pada akhirnya akan memperbaiki struktur sosial masyarakat.

(17)

ABSTRACT

Wira Okriadi Lubis, 087003039/PWD, “The Impact of Cow Breeding on the Regional Development of Hamparan Perak Sub-district, Deli Serdang District”,

under the supervision of Prof. Ir. Zulkifli Nasution, MSc, PhD (Chair), Dr. Ir. Tavi Supriana, MS (Member) and Kasyful Mahalli, SE, MSi (Member).

The purpose of this study was to analyze the factors which have influenced cow breeding production, the impact of cow breeding development on breeders’ profit, and the impact of cow breeding development on regional development, especially on the increase of community’s income, the use of manpower, and the cow marketing in Hamparan Perak Sub-district, Deli Serdang District. The population of this study was all of the 1,424 heads of the families who were breeding cows in research location, and 142 of them were selected to be the samples for this study. Hypothesis 1 was tested through descriptive analysis and t-test, hypothesis 2 was tested through cow breeding economic analysis, and hypothesis 3 was tested through multiple linear regression method.

The result of this study showed that The most dominant factors which influenced the cow breeding development were the availability of production capital, the number of manpower, and the of area cow breeding location. The other businesses resulted from the cow breeding are development poultry shop, transportation and telecommunication services, and market. the cow breeding development has brought several impacts on regional development based on the indicators that (a) the cow breeding population increased for 54 cows/year, (b) the number of work hours spent by the family to run this cow breeding was 43.5 hours/year, and (c the amount of money used was Rp.438,487,875.00/year. This condition will increase the economic bargaining power of this area and can minimize the unemployment rate which in the end it can improve the community social structure.

(18)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Konsumsi daging sapi di Indonesia terus mengalami peningkatan. Namun

peningkatan tersebut belum diimbangi dengan penambahan produksi yang memadai.

Laju peningkatan populasi sapi potong relatif lamban, yaitu 4,23% pada tahun 2007

(Direktorat Jenderal Peternakan, 2007). Kondisi tersebut menyebabkan sumbangan

sapi potong terhadap produksi daging nasional rendah (Mersyah 2005; Santi 2008)

sehingga terjadi kesenjangan yang makin lebar antara permintaan dan penawaran

(Setiyono et al. 2007). Pada tahun 2006, tingkat konsumsi daging sapi diperkirakan

399.660 ton, atau setara dengan 1,70−2 juta ekor sapi potong (Koran Tempo 2008),

sementara produksi hanya 288.430 ton. Pemerintah memproyeksikan tingkat

konsumsi daging pada tahun 2010 sebesar 2,72 kg/kapita/tahun sehingga kebutuhan

daging dalam negeri mencapai 654.400 ton dan rata-rata tingkat pertumbuhan

konsumsi 1,49%/tahun (Badan Pusat Statistik, 2005).

Salah satu amanat Revitalisasi Pertanian, Perikanan dan Kehutanan yang

dicanangkan Presiden Republik Indonesia pada tanggal 11 Juni 2005 yaitu

pentingnya penataan dan perhatian yang menyeluruh dibeberapa komoditas pertanian,

(19)

sapi yang perlu mendapat perhatian, karena sampai saat ini import daging dan sapi

bakalan jumlahnya masih cukup besar.

Pelaksanaan Percepatan Pencapaian Swasembada Daging Sapi (P2SDS)

secara efektif dimulai tahun 2008 dan diatur melalui Peraturan Menteri Pertanian

Nomor 59/Permentan/HK 060/8/2007 tentang Pedoman Percepatan Pencapaiaan

Swasembada daging sapi dan dalam pelaksanaan operasionalnya berdasarkan

pedoman teknis Percepatan Pencapaian Swasembada Daging Sapi (P2SDS).

Pemerintah pusat telah menetapkan 18 Provinsi sebagai daerah fokus

pengembangan sapi potong dalam upaya percepatan pencapaiaan swasembada daging

sapi 2010, yang terbagi dalam tiga (3) prioritas yaitu :

1. Daerah prioritas inseminasi buatan IB yaitu Provinsi Jawa barat, Jawa Tengah,

DI. Yokyakarta, Jawa Timur dan Bali

2. Daerah campuran IB dan kawin alam yaitu Nanggreo Aceh Darus Salam, Sumut,

Sumbar, Sumsel dan Lampung.

3. Daerah prioritas kawin alam yaitu Propinsi NTT, Sulawesi Tengah dan Sulawesi

Tenggara.

Pada 18 Provinsi tersebut ditargetkan penyediaan daging sapi sebanyak 373,7

ribu ton pada tahun 2010 berarti harus ada peningkatan pengadaan sebesar 114,5 ribu

ton. Sumatera Utara yang sudah ditetapkan Pemerintah pusat sebagai derah campuran

IB (Inseminasi Buatan) dan KA (Kawin Alam) telah menetapkan 11 Kabupaten

(20)

Kabupaten dimaksud adalah Kabupaten Mandailing Natal, Tapanuli Selatan, Padang

Lawas Utara, Padang Lawas, Labuhan Batu, Asahan, Batu Bara, Simalungun, Sergei,

Deli Serdang dan Langkat (Dinas Peternakan Provinsi Sumatera Utara).

Penduduk Indonesia pada tahun 2007 berjumlah 225,64 juta jiwa, sementara

penduduk Sumatera Utara sebesar 12,83 juta jiwa, seiring dengan itu akan terjadi

peningkatan permintaan pangan hewan termasuk daging sapi cukup besar.

Penyediaan daging Provinsi Sumatera Utara sebesar 126.065.420 Kg/tahun (termasuk

import 2007), sementara kebutuhan untuk mencapai standart konsumsi nasional

Widiya Karya Nasional Pangan Gizi (WKNPG) sebesar 128.728.740 Kg/tahun

sehingga masih ada kekurangan 2.663.520 Kg/tahun (± 15.000 ekor sapi/tahun).

Apabila ditambah import 2007 sebanyak 25.000 ekor/tahun dengan kekurangan

15.000 ekor/tahun maka total kekurangan 40.000 ekor sapi/tahun.

Dengan meningkatnya pengetahuan dan pendapatan masyarakat maka

semakin tinggi kesadaran masyarakat akan pentingnya makanan yang sehat dan

bergizi bagi kesehatan. Faktor penunjang lainnya yaitu semakin digalakkannya

subsektor pariwisata yang memang pada kenyataannya telah menentukan

ketersediaan daging berkuwalitas tinggi. Hal ini mengakibatkan permintaan akan

protein asal hewani (daging, susu dan telur) dari tahun ketahun terus meningkat.

Sayangnya tingkat konsumsi protein hewani masyarakat Sumatera Utara masih jauh

dibawah standar nasional. Konsumsi daging, telur dan susu masyarakat Sumatera

(21)

Tabel 1.1. Konsumsi Daging, Telur dan Susu di Sumatera Utara dan Nasional Tahun 2008 (Kg/Kpt/Tahun)

No. Jenis Komoditi Sumatera Utara Nasional

1. Daging 8.95 20.3

2. Telur 6.67 6.5

3. Susu 0.13 7.2

Sumber : Dinas Peternakan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2008

Produksi ternak sapi di Sumatera Utara sangat beragam yang disebabkan

adanya perkembangan kenaikan jumlah populasi yang semakin meningkat setiap

tahun. Pada tahun 2004, populasi ternak sapi sebesar 248.971 ekor dan pada tahun

2008, populasi ternak sapi sebesar 388.240 ekor dengan persentase kenaikan rata-rata

sebesar 13,98%. Sampai tahun 2008 Provinsi Sumatera Utara memproduksi daging

sapi sebesar 12.957 ton. Konstribusi bagi peternakan nasional sebesar 4,14%. Sektor

peternakan mampu menyerap tenaga kerja sebesar 35.290 orang dengan besar

persentase adalah 1,48% dari 2.373.843 orang tenaga kerja yang bergerak di bidang

pertanian (Dinas Peternakan Provinsi Sumatera Utara, 2008).

Sementara dari sisi PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) pada tahun

2007, sektor peternakan memberikan konstribusi sebesar 3.723 miliar rupiah bagi

perekonomian Sumatera Utara (Dinas Peternakan Provinsi Sumatera Utara, 2008).

Pemerintah Sumatera Utara saat ini sedang mengembangkan enam jenis ternak

sebagai komoditi unggulan sektor peternakan yakni sapi potong, domba, babi, ayam

buras dan sapi perah.

Pemerintah Kabupaten Deli Serdang melakukan berbagai upaya untuk

(22)

budidaya ternak dengan pendistribusian bantuan paket bibit ternak dengan sistem

gaduhan (full inkind) berupa ternak sapi, domba dan kambing; menerapkan teknologi

peternakan untuk memperbaiki mutu genetik ternak melalui Inseminasi Buatan (IB)

pada ternak sapi, kerbau, domba dan kambing; pencegahan dan penanggulangan

penyakit menular dan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan peternak dengan

pembinaan dan penyuluhan kepada peternak.

Populasi ternak sapi di Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang,

tertera pada Tabel 1.2.

Tabel 1.2. Populasi Ternak Sapi di Kecamatan Hamparan Perak

(23)

Sumber : Kecamatan Hamparan Perak Dalam Angka 2007 dan 2008

Tabel 1.2. menunjukkan perkembangan ternak sapi di Kecamatan Hamparan

Perak meningkat dari 3.478 ekor pada tahun 2007, menjadi 10.044 ekor pada tahun

2008.

Kontribusi agribisnis peternakan terhadap perekonomian sangat potensial,

baik terhadap peningkatan pendapatan masyarakat, penyerapan tenaga kerja,

penyediaan pangan dan penghasil devisa negara. Hal ini disebabkan karena agribisnis

peternakan memiliki beberapa keunggulan : kegiatan peternakan pada sub sistem

budidaya relatif tidak tergantung pada ketersediaan lahan dan tidak terlalu menuntut

kualitas sumber daya tenaga kerja yang tinggi; kegiatan budidaya peternakan

memiliki kelenturan bisnis dan teknologi yang luas, dalam hal ini disebabkan bahwa

ternak yang dipelihara dapat dijual pada umur beberapa saja dan pasarnya tetap

tersedia; produk yang dihasilkan dari usaha agribisnis peternakan merupakan produk

memiliki nilai elastisitas permintaan terhadap perubahan pendapatan yang tinggi,

artinya konsumsi produksi meningkat apabila pendapatan semakin bertambah; dan

mampu menciptakan kesempatan kerja dan berusaha serta peningkatan pendapatan,

mulai dari agribisnis hulu, budidaya hingga hilir.

Pertumbuhan permintaan daging sapi di pasar terus meningkat tahun demi

tahun. Hal ini merupakan peluang yang sangat menjanjikan, disaat kesulitan ekonomi

untuk berwiraswasta dengan menekuni bisnis ternak sapi. Salah satu potensi yang

(24)

peternakan dengan usaha tani lainnya. Usaha tani terpadu memiliki prospek yang

tinggi dalam pengembangan peternakan. Salah satu usaha tani terpadu yang dilakukan

integrasi dengan perkebunan. Pengembangan ternak di lahan perkebunan dikatakan

memiliki prosepek yang cukup tinggi karena luas areal perkebunan dapat

dimanfaatkan untuk areal pengembangan ternak dan merupakan sumber pakan ternak

sapi.

Dengan ketersediyaan itu ternak sapi perlu dikembangkan lagi, serta

dibutuhkan suatu penelitian tentang sejauh mana dampak pengembangan ternak sapi

sebagai komoditi unggulan terhadap peningkatan pendapatan masyarakat dan

pengembangan wilayah di Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang.

1.2. Perumusan Masalah

Sesuai dengan uraian latar belakang di atas maka pokok permasalahan

penelitian ini adalah :

1. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi produksi ternak sapi di Kecamatan

Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang?

2. Bagaimana dampak pengembangan ternak sapi terhadap pengembangan wilayah

terutama pada peningkatan pendapatan masyarakat dan pemanfaatan tenaga kerja

di Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang?

1.3. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan uraian latar belakang dan permasalahan di atas maka tujuan

(25)

1. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ternak sapi di

Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang.

2. Menganalisis dampak pengembangan ternak sapi terhadap keuntungan peternak

di Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang.

3. Menganalisis dampak pengembangan ternak sapi terhadap pengembangan

wilayah terutama peningkatan masyarakat, pemanfatan tenaga kerja dan

pemasaran ternak di Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini digunakan untuk :

1. Penelitian ini sebagai masukan/bahan referensi untuk pembaca, pelaku dan

peminat untuk mengetahui dampak pengembangan ternak sapi terhadap

pengembangan wilayah.

2. Sebagai bahan referensi/rujukan bagi masyarakat dalam mengusahakan usaha

peternakan sapi.

3. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi pembuat

(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Komoditi Unggulan

Komoditi unggulan adalah salah satu komoditas andalan yang dianggap paling

menguntungkan untuk diusahakan/dikembangkan disuatu wilayah. Komoditas

pertanian harus mempunyai daya saing yang cukup tinggi, yang ditentukan oleh

produktivitas tanaman/ternak/ikan, produktifitas tenaga kerja, potensi pasar dan

efesiensi pemasaran. Dengan demikian komoditas unggulan dapat tumbuh dan

berkembang di wilayah sentra produksi dan dapat memberikan pendapatan yang

cukup bagi pelaku yang terkait seperti produsen, pengolah, pedagang ekseptor dan

lain-lain (Simanjuntak, dkk, 1997).

Menurut Simanjuntak, dkk (1997), sentra pengembangan agribisnis adalah

lokasi produksi komoditas unggulan bersekala ekonomi yang cukup besar disuatu

ekosistem. Wilayah sentra pengembangan agribisnis dilengkapi sarana dan prasarana

yang dibutuhkan, kelembagaan dan seluruh sub sitem agribisnis.

Perinsip dasar pelaksanaan sentra pengembangan agribisnis adalah

pendayagunaan sumber daya secara optimal. Pendayagunaan sumber daya secara

optimal dapat dilakukan melalui pengembangan komoditas unggulan yang

(27)

mempunyai keterkaitan erat dengan hulu dan hilir yang didukung oleh pendukung

selengkap mungkin (Laporan Tahunan Dinas Peternakan Sumatera Utara).

Dalam perencanaan pengembangan peternakan berbasis sumber daya lokal,

pemerintah daerah bersama masyarakat mengidentifikasikan potensi dan peluang

pengembangan peternakan, menganalisis alternatif dan menentukan peran

masing-masing dengan keriteria yang disepakati bersama. Hal ini dilakukan agar dapat

mengakomodasikan aspirasi lokal secara transparan dan tetap memperhitungkan

keunggulan sumber daya lokal dengan perhitungan ekonomi yang rasional

(Saragih, 2001).

Komoditas peternakan yang berbasis sumber daya lokal adalah sapi potong,

kambing, domba, ayam buras dan itik. Jenis ternak ini merupakan komoditas ternak

asli Indonesia yang sangat berpotensi sebagai sumber tumpuan kehidupan masyarakat

pedesaan. Bukti empiris menunjukkan bahwa jenis ternak-ternak ini menjadi

penyelamat selama krisis moneter berlangsung (Saragih, 2001).

2.2. Ternak Sapi

Sapi yang ada sekarang ini berasal dari Homacodontidae yang dijumpai pada

babak Palaeoceen. Jenis-jenis primitifnya ditemukan pada babak Plioceen di India.

Sapi Bali yang banyak dijadikan komoditi daging/sapi potong pada awalnya

dikembangkan di Bali dan kemudian menyebar ke beberapa wilayah seperti : Nusa

Tenggara Barat (NTB), Sulawesi dan seluruh nusantara (Proyek Pengembangan

(28)

Sapi potong merupakan penyumbang daging terbesar dari kelompok

ruminansia terhadap produksi daging nasional sehingga usaha ternak ini berpotensi

untuk dikembangkan sebagai usaha yang menguntungkan. Sapi potong telah lama

dipelihara oleh sebagian masyarakat sebagai tabungan dan tenaga kerja untuk

mengolah tanah dengan manajemen pemeliharaan secara tradisional. Pola usaha

ternak sapi potong sebagian besar berupa usaha rakyat untuk menghasilkan bibit atau

penggemukan, dan pemeliharaan secara terintegrasi dengan tanaman pangan maupun

tanaman perkebunan. Pengembangan usaha ternak sapi potong berorientasi agribisnis

dengan pola kemitraan merupakan salah satu alternatif untuk meningkatkan

keuntungan peternak (Suryana, 2009).

2.3. Prospek Komoditi Unggulan Ternak Sapi

Untuk meningkatkan pengembangan ternak sapi potong di Sumatera Utara

selain melaksanakan kemitraan juga dilaksanakan sutu kegiatan penggemukan

dengan tujuan selain menambah populasi juga memenuhi kebutuhan akan daging sapi

Sumatera Utara sekaligus meningkatkan keterampilan peternak, dalam memelihara

ternak sapi sehingga meningkatkan kesejahteraan peternak (Laporan Tahunan Dinas

Peternakan Sumatera Utara).

Pemeliharaan ternak sapi disesuaikan dengan tujuan usaha peternakan yang

akan dilaksanakan. Tipe ternak yang akan dipelihara untuk tujuan penghasilan

daging, misalnya dipilih ternak sapi tipe perah; untuk tujuan tenaga kerja dipilih sapi

(29)

maka dipilih ternak sapi tipe dwiguna. Sebagai contoh, untuk mengkombinasikan

sumber protein hewani maka tujuan mengasilkan susu dan daging sekaligus dapat

diperoleh melalui pemeliharaan sapi tipe dwiguna (Santosa, 2006).

Sumber daya peternakan, khususnya sapi potong merupakan salah satu

sumber daya alam yang dapat diperbaharui (renewable) dan berpotensi untuk

dikembangkan guna meningkatkan dinamika ekonomi. Menurut Saragih dalam

Mersyah (2005), ada beberapa pertimbangan perlunya mengembangkan usaha ternak

sapi potong, yaitu: 1) budi daya sapi potong relatif tidak bergantung pada

ketersediaan lahan dan tenaga kerja yang berkualitas tinggi, 2) memiliki kelenturan

bisnis dan teknologi yang luas dan luwes, 3) produk sapi potong memiliki nilai

elastisitas terhadap perubahan pendapatan yang tinggi, dan 4) dapat membuka

lapangan pekerjaan.

Dalam tata laksana suatu perusahaan peternakan, ternak yang mempunyai

nilai genetis tinggi akan muncul dan dapat dinikmati hasilnya dengan kuwalitas tinggi

apabila dikelola secara terampil dengan dasar pemahaman teori ilmiah peraktis.

Pemeliharaan ternak tanpa disertai dengan keterampilan yang memadai tidak akan

menghasilkan ternak yang baik, bahkan mungkin ternak yang baik akan terapkir

sedangkan ternak yang jelek akan terambil. Tanpa bekal keterampilan cara

menangani ternak, maka ternak yang dipelihara kemungkinan tidak dapat

diperlakukan sesuai dengan yang diharapkan. Dengan demikian, ternak akan kembali

(30)

sedangkan produksi yang diharapkan tidak dapat diambil dan dinikmati dengan baik

dan sempurna. Oleh karena itu kerugian eknomis akan timbul (Santosa, 2006).

Sapi potong merupakan salah satu ternak penghasil daging di Indonesia.

Namun, produksi daging sapi dalam negeri belum mampu memenuhi kebutuhan

karena populasi dan tingkat produktivitas ternak rendah (Isbandi 2004; Rosida 2006;

Direktorat Jenderal Peternakan 2007; Syadzali 2007; Nurfitri 2008; Santi 2008).

Rendahnya populasi sapi potong antara lain disebabkan sebagian besar ternak

dipelihara oleh peternak berskala kecil dengan lahan dan modal terbatas (Kariyasa

2005; Mersyah 2005; Suwandi 2005) (Suryana, 2009).

2.4. Teori Produksi

Persaratan terjadinya produksi adalah faktor. Faktor produksi terdiri dari

empat komponen, yaitu : tanah, modal, tenaga kerja dan skill atau manejemen

(pengelolaan). Dalam beberapa literatur, sebagian para ahli hanya mencantumkan tiga

faktor produksi, yaitu : tanah (lahan), modal dan tenaga kerja.

Soekartawi (2002), mengatakan kegiatan berproduksi merupakan produksi

merupakan kegiatan dalam lingkup yang agak sempit karena banyak membahas aspek

mikro. Peranan input bukan saja dapat dilihat dari segi macamnya atau tersedianya

dalam waktu yang tepat; tetapi ditinjau dari segi efisiensi penggunaan faktor produksi

tersebut. Faktor-faktor inilah maka terjadi adanya senjang produktivitas “yield gap”

antara produktivitas seharusnya dan produktivitas yang dihasilkan oleh peternak.

(31)

produktivitas yang diperoleh peternak akan tinggi, namun bagaimana peternak

melakukan usahanya secara efesien adanya upaya yang sangat penting.

Input yang digunakan dalam pemeliharaan ternak di pulau Jawa relatif kecil

31.48% dan komponen biaya produksi yang paling besar adalah kebutuhan pakan

26.05%, merupakan nilai konversi harga rumput (pakan hijauan), komponen biaya)

ini dapat ditekan khususnya di pulau Jawa, dengan memanfaatkan rumput di areal

perkebunan (Sembiring, 1999).

Menurut Mubyarto (1987), bentuk sederhana fungsi produksi ini dituliskan

sebagai :

Dimana :

Y = adalah hasil produksi

xi ... xn = faktor-faktor produksi

Faktor-faktor produksi tersebut biasanya dapat diklasifikaskan menjadi lahan, modal,

tenaga kerja dan manajemen. Pengukuran terhadap faktor manajemen relatif sulit dan

karenanya sering tidak dipakai pada fungsi produksi.

2.4.1 Faktor Produksi Lahan

Bagi usaha pertanian termasuk di dalamnya usaha peternakan seperti sapi,

kerbau, domba dan kambing faktor lahan merupakan salah satu faktor yang sangat

berpengaruh terhadap terhadap tingkat pengembangan ternak sapi, kerbau, domba dan

kambing. Ternak sapi, kerbau, domba dan kambing memerlukan luas lahan yang

(32)

Tricahyono (1992), menegaskan bahwa disamping modal dan tenaga kerja,

faktor lahan merupakan faktor produksi yang paling dalam usaha pertanian termasuk

peternakan. Lahan atau tanah mempunyai produktivitas untuk menghasilkan bahan

nabati, dan bahan nabati tersebut dikonsumsi oleh ternak. Sebagai faktor produksi

dalam pengembangan usaha pertanian, tingkat konstribusi lahan sangat dipengaruhi

oleh kondisi topografi, kebururan dan tingkat pengelolaannya. Di samping itu jumlah

penduduk juga sangat berpengaruh terhadap penggunaan lahan karena semakin

banyaknya jumlah kegiatan untuk memenuhi kebutuhan hidup seperti : untuk lahan

persawahan, perkebunan, perkantoran, pemukiman dan lain sebagainya. Dari semua

jenis peruntukannya, dengan tidak memperhatikan peruntukan tata guna lahan yang

sesuai dengan tata ruang dan pengembangan wilayah, inilah yang banyak

mengganggu pengembangan usaha pertanian termasuk pengembangan peternakan.

Menurut Direktorat Penyebaran dan Pengembangan Peternakan (1995),

pemanfaatan lahan untuk peternakan didasarkan pada proporsi bahwa : lahan

merupakan sumber pakan ternak; semunya jenis lahan cocok sebagai sumber pakan;

pemanfatan lahan untuk peternakan diartikan sebagai usaha penyerasian antara

peruntukan lahan dengan sistem produksi pertanian; hubungan antara lahan dan

ternak bersifat dinamis. Selanjutnya Eniza (1988), berpendapat interaksi antara ternak

dengan lahan mempunyai tiga aspek, yaitu : adaptasi ternak secara biologis;

kemampuan lahan menghasilkan hijauan pakan ternak; pola pemeliharaan dan daya

(33)

2.4.2 Faktor Produksi Modal

Secara umum bahwa modal pertanian mengambil bentuk lain dalam bibit,

alat-alat mesin pertanian, pupuk, pestisida, ternak dan lain sebagainya. Modal dalam

bentuk ini adalah modal fisik atau modal materill (Mubyarto, 1987). Di samping itu

modal manusia (human capital) juga sangat penting dalam meningkatkan

produktivitas pertanian.

Heady dan Dilon (1961) dalam Soekartawi (1986), mengklasifikasikan

beberapa variabel yang dapat digolongkan sebagai modal, yaitu :

1. Modal untuk perbaikan usaha tani, terdiri dari biaya penyusutan bangunan,

kekayaan yang mudah diuangkan (ternak, makanan ternak, bibit, pupuk, dll);

kekayaan yang terdiri dari alat-alat pertanian (mesin, alat untuk pemeliharaan

ternak, dll) dan biaya yang dipergunakan untuk pemeliharaan (merawat atau

menggantikan alat-alat, bensin dan oli).

2. Modal yang terdiri dari biaya seperti bensin dan oli penyusutan mesin-mesin,

pembelian makanan ternak, pupuk dan lain-lain.

3. Modal yang terdiri dari mesin dan peralatan pertanian (termasuk penyusutan,

perawatan atau penggantikan bila ada yang rusak); biaya pemeliharaan ternak;

makanan ternak dan lain-lain.

(34)

Dalam usaha tani, sebagian tenaga kerja berasal dari keluarga petani sendiri

terdiri darai ayah, istri dan anak. Anak berumur 12 tahun misalnya sudah merupakan

tenaga kerja yang produktif bagi usaha tani. Petani dalam usaha tani tidak hanya

menyumbangkan tenaga saja, tetapi ada pemimpin usaha tani yang mengatur

organisasi produksi secara keseluruhan (Mubyarto, 1989).

Dalam analisa ketenaga kerjaan di bidang pertanian penggunaan tenaga kerja

dinyatakan oleh besarnya curahan tenaga kerja. Curahan tenaga kerja yang dipakai

adalah besarnya kerja efektif yang dipakai. Skala usaha akan mempengaruhi besar

kecilnya beberapa tenaga kerja yang dibutuhkan dari menentukan pula macam tenaga

kerja bagaimana yang diperlukan. Biasanya usaha peternakan skala kecil akan

menggunakan tenaga kerja dalam keluarga tidak perlu menggunakan tenaga kerja

ahli. Sebaliknya dalam usaha peternakan yang bersekala besar, lebih banyak

mempergunakan tenaga kerja luar keluarga dengan cara sewa tenaga kerja yang ahli.

2.4.4. Faktor Manajemen (Pengelolaan Ternak Sapi)

Manajemen adalah hal-hal yang berkaitan dengan terlaksana perkandangan,

pemberian pakan, perawatan ternak, pencegahan/pemberantasan penyakit dan

pemasaran. Rendahnya produktivitas ternak, selain jumlah ternak yang dipelihara,

juga disebabkan oleh beberapa faktor, sebagai kurangnya pemanfaatan sumber daya,

rendahnya kualitas bibit, rendahnya kualitas pakan ternak, rendahnya keterampilan

peternak, serta kecil modal usaha. Petani pelaku produksi merupakan sumber yang

(35)

Pemeliharaan ternak tanpa disertai pemahaman keterampilan yang memadai

tidak akan mengahasilkan ternak kwalitas baik, bahkan mungkin ternak yang baik

akan terafkir sedang ternak yang jelek akan termpil sehingga tujuan pemeliharaan

tidak sesuai dengan yang diharapkan.

Pengetahuan peternak tentang teknologi peternakan masih sangat kurang hal

ini erat kaitannya dengan sikap peternak itu sendiri terhadap usahanya. Alih teknologi

kepada peternak dapat dilakukan melalui megang, pelatihan dan studi banding

(Karo-karo dan Batubara, 1998).

2.5. Pendapatan Petani

Tingkat dan laju pertumbuhan pendapatan perkapita merupakan suatu

indikator yang laizim dipergunakan pengukur pertumbuhan ekonomi (Asmara, 1986).

Salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan masyarakat di pedesaan

adalah terbatasnya jumlah dan jenis lapangan pekerjaan yang tersedia. Pada

umumnya pekerjaan masyarakat di pedesaan hanya terpusat pada sektor pertanian

dengan pengelolaan secara tradisional (Jinghan, 1999).

Salah satu cara untuk menduga tingkat perkembangan perekonomian suatu

wilayah adalah dengan mengukur tingkat pendapatan rumah tangga di wilayah adalah

dengan mengukur tingkat pendapatan rumah tangga di wilayah tersebut. Suatu

wilayah yang rata-rata rumah tangganya mempunyai pendapatan yang tinggi maka

(36)

lebih baik. Sebaliknya suatu wilayah yang perkembangan ekonominya lebih baik,

maka mendukung upaya peningkatan pendapatan rumah tangga.

Nasution (1993), berpendapat bahwa sumber pendapatan petani adalah dari

kegiatan usaha taninya. Aktivitas usaha tani petani memperoleh pendapatan dari hasil

lahan dan hasil peternakannya. Dari hasil lahan diperoleh hasil sewa dan kebun,

sedangkan pendapatan dari hasil peternakan diperoleh dari hasil penjualan ternak,

pupuk kandang dan penggunaan tenaga kerja hewan.

2.6. Analisa Usaha Tani

Dalam suatu usaha agribisnis peternakan komersial diperlukan peningkatan

pola fikir dari pola berproduksi untuk keluarga dan juga dijual ke pasar menjadi

berproduksi untuk memperoleh keuntungan atau laba yang lebih besar. Dengan

demikian, arah pemikirannya sudah jelas, yaitu akan menerapkan prinsip ekonomi

yang bertujuan untuk memperoleh hasil dengan laba yang besar.

Suatu usaha dikatakan untuk apabila jumlah pendapatan lebih besar dari pada

total pengeluaran. Apabila perolehan pendapatan lebih rendah dari pengeluaran

berarti usaha tersebut mengalami kerugian sehingga usaha tersebut tidak layang

dipertahankan. Untuk dapat menyimpulkan suatu usaha tersebut tidak layak

dipertahankan. Untuk dapat menyimpulkan usaha peternakan untung atau rugi,

peternak harus mempunyai data tertulis tentang arus perputaran uang masuk maupun

(37)

Pada prinsipnya, perhitungan rugi-laba memperlihatkan aliran kas masuk

(“cash inflow”) dan aliran kas keluar (“cash outflow”). Adapun komponen

perhitungan rugi laba meliputi : pendapatan dan pengeluaran/biaya (tetap dan

variabel). Contoh perhitungan rugi-laba usaha ternak (sebagai ilustrasi) adalah

sebagai berikut (Myer, 1979 dan Bowlin et al., 1980; ):

1. Pendapatan Tunai Usaha Ternak, yang meliputi penjualan ternak sapi, dan

penjualan kotoran sapi.

2. Pengeluaran Tunai (“Variable Cost”), yang meliputi pembelian bibit sapi, pecan

ternak, obat-obatan, biaya angkutan, dan upah tenaga kerja.

3. Pendapatan (Laba Kotor = I – II)

4. Pengeluaran Tunai Tetap (“Fixed Cost”), yang meliputi pajak atas kepemilikan,

penyusutan kandang dan peralatan, bunga pinjaman, asuransi, dan gaji pemimpin

perusahaan.

5. Pendapatan Usaha Bersih (III – IV)

Keterangan :

Menurut Emery et al. (1962) Penyusutan kandang dan peralatan diperhitungkan

dengan menggunakan metode garis lurus :

Nilai awal investasi – nilai residu Penyusutan = –––––––––––––––––––––––––––––

Umur Ekonomis

Menurut Abdurrachman, (1963) ; Johannes et al. (1980) “Break Even Point” (BEP)

(38)

BEP = ––––––––––––––––––––––––––––– 1 – Biaya variabel tetap Total Penjualan

(G. P. Bagus Sastina dan I. G. Ngurah Kayana).

2.7. Pengembangan Wilayah

Pengembangan wilayah dapat dirumuskan sebagai rangkaian upaya untuk

mewujudkan keterpaduan dalam penggunaan berbagai sumber daya, merekatkan dan

menyeimbangkan pembangunan nasional dan kesatuan wilayah nasional,

meningkatkan keserasian antar kawasan, keterpaduan antar sektor pembangunan

melalui proses penataan ruang dalam rangka pencapaian tujuan pembangunan yang

berkelanjutan dalam wadah NKRI (Negara Kesatuan Repoblik Indonesia) (Direktorat

Jenderal Penataan Ruang).

Pembahasan mengenai wilayah, tidak terlepas dari unsur wilayah itu sendiri.

Wilayah umumnya diartikan sebagai areal, daerah tertentu dengan batasn-batasan

yang jelas. Menurut Wibowo (2004), Pengertian wilayah (region) adalah suatu unit

geogerafi yang membentuk suatu kesatuan. Unit geogerafi adalah ruang yang

meliputi aspek fisik tanah, biologi, ekonomi, sosial, budaya dan lain sebagainya.

Tujuan pengembangan wilayah merupakan usaha memberdayakan suatu masyarakat

yang berada disuatu daerah untuk memanfaatkan teknologi yang relevan dengan

kebutuhan dan bertujuan meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

(39)

Penelitian terdahulu dengan ternak sapi, antara lain Suryana (2009). Sapi

potong merupakan penyumbang daging terbesar dari kelompok ruminansia terhadap

produksi daging nasional sehingga usaha ternak ini berpotensi untuk dikembangkan

sebagai usaha yang menguntungkan. Sapi potong telah lama dipelihara oleh sebagian

masyarakat sebagai tabungan dan tenaga kerja untuk mengolah tanah dengan

manajemen pemeliharaan secara tradisional. Pola usaha ternak sapi potong sebagian

besar berupa usaha rakyat untuk menghasilkan bibit atau penggemukan, dan

pemeliharaan secara terintegrasi dengan tanaman pangan maupun tanaman

perkebunan. Pengembangan usaha ternak sapi potong berorientasi agribisnis dengan

pola kemitraan merupakan salah satu alternatif untuk meningkatkan keuntungan

peternak. Kemitraan adalah kerja sama antar pelaku agribisnis mulai dari proses

praproduksi, produksi hingga pemasaran yang dilandasi oleh azas saling

membutuhkan dan menguntungkan bagi pihak yang bermitra. Pemeliharaan sapi

potong dengan pola seperti ini diharapkan pula dapat meningkatkan produksi daging

sapi nasional yang hingga kini belum mampu memenuhi kebutuhan masyarakat yang

terus meningkat. Di sisi lain, permintaan daging sapi yang tinggi merupakan peluang

bagi usaha pengembangan sapi potong lokal sehingga upaya untuk meningkatkan

produktivitasnya perlu terus dilakukan.

Oleh I.G.P. Bagus Sastina dan I.G. Ngurah Kayana (2005) dalam analisis

finansial usaha agribisnis peternakan sapi daging. Dalam suatu usaha agribisnis

(40)

atau laba yang lebih besar. Dengan demikian, arah pemikirannya sudah jelas, yaitu

akan menerapkan prinsip ekonomi yang bertujuan untuk memperoleh hasil dengan

laba yang besar.

Menurut hasil penelitian Rosmeri (2009), dengn bertambahnya jumlah ternak

yang dipelihra, maka bertambah pula curahan tenaga kerja yang dipergunakan untuk

kegiatan pengembalaan, merawat ternak, membersihkan kandang, mengarit rumput

dan kegiatan lainnya. Tenaga kerja yang digunakan dalam mengelola usaha ternak

berasal dari tenaga kerja keluarga (anak, istri dan suami).

2.9. Konseptual Penelitian

Dalam pengembangan komoditi unggulan (ternak sapi), kegiatan yang terkait

adalah : kegiatan budidaya sebagai kegiatan usaha; sub sektor industri hulu yaitu

pengadaan sarana produksi seperti bibit, pakan, kandang, peralatan kandang,

obat-obatan dan vitamin; proses produksi yaitu memadukan faktor produksi yang tersedia

yaitu input produksi (modal, tenaga kerja, dan lahan) untuk menghasilkan sejumlah

output (produk utama dan sampingan); sub sektor industri hilir yaitu pemasaran,

sarana dan prasarana.

Modal kerja terdiri modal tetap (fixed) berupa peralatan, dan bangunan; modal

tidak tetap (variabel cost) berupa pakan, bibit, obat-obatan dan vitamin. Tenaga kerja

untuk kegiatan pemeliharaan ternak sapi berasal dari dalam keluarga. Areal

perkebunan dan lahan masyarakat digunakan untuk kegiatan pemeliharaan,

(41)

aktivitas sub sektor akan berdampak terhadap pengembangan komoditi unggulan

(ternak sapi) dan berdampak juga pada komponen pengembangan wilayah di

Kecamatan Hamparan Perak.

Komponen pengembangan wilayah yaitu peningkatan pendapatan masyarakat,

pemanfaatan tenaga keraja, pertumbuhan usaha dan adanya kas daerah yang

berakumulasi terhadap pengembangan wilayah di Kecamatan Hamparan Perak.

(42)

 

(43)

2.10. Hipotesis

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan di atas maka hipotesis

penelitian ini adalah :

1. Faktor ketersediaan modal, curahan tenaga kerja dan luas lahan berpengaruh

positif terhadap peningkatan produksi ternak sapi di Kecamatan Hamparan Perak.

2. Pengembangan ternak sapi memberi keuntungan bagi peternak di Kecamatan

Hamparan Perak.

3. Pengembangan ternak sapi meningkatkan pengembangan wilayah di Kecamatan

(44)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Ruang Lingkup Penelitian

Sapi telah lama dipelihara oleh sebagian masyarakat sebagai tabungan dan

tenaga kerja untuk mengolah tanah dengan manajemen pemeliharaan secara

tradisional. Pola usaha ternak sapi sebagian besar berupa usaha rakyat untuk

menghasilkan bibit atau penggemukan, dan pemeliharaan secara terintegrasi dengan

tanaman pangan maupun tanaman perkebunan. Pengembangan usaha ternak sapi

berorientasi agribisnis dengan pola kemitraan merupakan salah satu alternatif untuk

meningkatkan keuntungan peternak. Kemitraan adalah kerja sama antarpelaku

agribisnis mulai dari proses praproduksi, produksi hingga pemasaran yang dilandasi

oleh azas saling membutuhkan dan menguntungkan bagi pihak yang bermitra.

Pemeliharaan sapi dengan pola seperti ini diharapkan pula dapat meningkatkan

produksi daging sapi nasional yang hingga kini belum mampu memenuhi kebutuhan

masyarakat yang terus meningkat. Di sisi lain, permintaan daging sapi yang tinggi

merupakan peluang bagi usaha pengembangan sapi lokal sehingga upaya untuk

meningkatkan produktivitasnya perlu terus dilakukan.

Pemerintah juga telah membuat suatu program yang disebut dengan

Pelaksanaan Percepatan Pencapaian Swasembada Daging Sapi (P2SDS) secara

efektif dimulai tahun 2008 dan diatur melalui Peraturan Menteri Pertanian Nomor

(45)

Swasembada daging sapi dan dalam pelaksanaan operasionalnya berdasarkan

pedoman teknis Percepatan Pencapaian Swasembada Daging Sapi (P2SDS).

Faktor produksi terdiri dari empat komponen, yaitu : tanah, modal, tenaga

kerja dan skill atau manejemen (pengelolaan). Dengan dikuasainnya faktor-faktor ini

akan berpengaruh besar terhadap produksi sehingga dapat meningkatkan pendapatan

peternak.

Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Hamparan Perak. Kecamatan

Hamparan Perak dipilih karena peternakan merupakan sumber penghasilan (lapangan

kerja) kedua terbesar setelah pekerjaan pokok di sektor industri. Pekerjaan

memeliharan ternak sudah dilakukan secara turun menurun.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Hamparan Perak, Kecamatan

Hamparan Perak dipilih karena peternakan merupakan sumber penghasilan kedua

terbesar setelah pekerjaan pokok di sektor industri. Pekerjaan memelihara ternak

sudah dilakukan secara turun menurun, ternak yang biasa dipelihara adalah ternak

sapi. Kecamatan Hamparan Perak merupakan salah satu Kecamatan yang terbesar dan

merupakan produsen ternak sapi dengan potensi wilayah yang sangat menunjang

untuk pengembangan ternak sapi karena memiliki areal perkebunan yang luas, baik

perkebunan PTPN-II maupun kebun rakyat dengan luas 2415.4 Ha

(46)

Waktu penelitian ini dilaksanakan 2 (dua) bulan, dimulai sejak bulan

Desember 2009 sampai dengan bulan Februari 2010.

3.3. Jenis dan Sumber Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini terdiri dari data sekunder dan data

primer. Data primer diproleh langsung dari responden peternak sapi dan petugas

lapangan di Kecamatan Hamparan Perak. Data sekunder diperoleh dari instansi

terkait seperti Dinas Peternakan Provinsi Sumatera Utara, Dinas Pertanian Deli

Serdang, BPS Deli Serdang dan Kantor Camat Hamparan Perak.

3.4. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi penelitian ini adalah masyarakat Kecamatan Hamparan Perak yang

memelihara ternak sapi. Teknik pengembilan sampel digunakan adalah “purposive

sempel“ purposive dilakukan berdasarkan jumlah desa yang peternaknya paling

bayak, karena jumlah respondennya yang homogen maka digunakan teknik purposive

sempel. Langkah awal dilakukan inventarisasi ternak sapi yang dipelihara oleh

peternak di Kecamatan Hamparan Perak.

Jadi setiap peternak sebagai pemilik ternak mempunyai peluang yang sama

untuk dipilih sebagai sampel. Hal ini dilakukan agar responden yang terpilih tidak

hanya memiliki ternak yang jumlahnya sedikit. Banyaknya sampel dari setiap

klasifikasi ditentukan secara proporsional. Sedangkan dalam penentuan sampel dari

Kecamatan diambil 10% dari dua puluh desa sehingga terdapat dua desa yang

(47)

sesuai dengan pendapat Arikunto (1997), penentuan sampel dilakukan sebesar 10%

dari populasi.

Tabel 3.1. Sampel Penelitian

No. Desa Jumlah peternak (orang) Jumlah Sampel (orang)

1. Klambir V Kebun 820 82

2. Buluh Cina 604 60

Jumlah 1.424 142

Sumber Data : PPL Kecamatan Hamparan Perak 2008

3.5. Teknik Analisis Data

Untuk mengetahui dampak pengembangan ternak sapi terhadap peningkatan

pendapatan dan pengembangan wilayah di Kecamatan Hamparan Perak dilakukan uji

t (t-test) yaitu uji beda rata-rata dua sapel dengan persamaan sebagai berikut :

t hitung =

dimana :

X1 = Rata-rata sampel ke-1

X2 = Rata-rata sampel ke-2

S1 = Standart devisiasi sampel ke-1

S2 = Standart devisiasi sampel ke-2

n1 = Jumlah sampel ke-1

n2 = Jumlah sampel ke-2

(48)

Dengan kriteria uji : H0 diterima, H1 ditolak jika t hit < t tabel (0,005)

H1 diterima, H0 ditolak jika t hit > t tabel (0,005)

Untuk pengujian hipotesis 1 dilakukan analisis deskriftif. Untuk mengetahui

pengembangan ternak sapi memberikan keuntungan bagi peternak, digunakan analisis

ekonomi usaha ternak sapi dengan menghitung :

1. Total modal produksi (modal tetap + modal variabel)

2. Total pendapatan (total penerimaan – total modal produksi)

Untuk menguji adanya faktor-faktor produksi terhadap peningkatan produksi

komoditi unggulan (ternak sapi) digunakan multiple regresi linier, persamaan sebagai

berikut :

Y = b0 + b1X1 + b2X2+ b3X3+ ε

Dimana :

Y = Produksi ternak (ekor/tahun)

b0 = Intersep (konstanta)

b1-b3 = Koefisien regresi

x1 = Luas lahan (ha)

x2 = Modal (Rp.)

x3 = Jumlah tenaga kerja (orang)

ε = Error term/galad

Untuk mengetahui apakah keseluruhan variabel bebas (x1, x2, x3) nyata dan

signifikan berpengaruh terhadap variabel terikat (Y) dapat dilakukan uji statistik

(49)

Hipotesa = H0 : b1 = b2 = b3 = 0

H1 : b1≠ b2≠ b3≠ 0

Kriteria = H0 diterima apabila F* < F tabel pada α = 0,005

H1 diterima apabila F* > F tabel pada α = 0,005

Untuk mengetahui secara parsial apakah variabel bebas (x1, x2, x3) nyata dan

signifikan berpengaruh terhadap variabel terikat (Y) dapat dilakukan uji statistik t

(uji t) pada tingkat kepercayaan 95%. Dengan hipotesis sebagai berikut :

a. Untuk variabel bebas x1 (luas lahan)

Hipotesa = H0 : b1 = 0

H1 : b1 ≠ 0

Kriteria = H0 diterima apabila t* < t tabel pada α = 0,005

H1 diterima apabila t* > t tabel pada α = 0,005

b. Untuk variabel bebas x1 (modal)

Hipotesa = H0 : b2 = 0

H1 : b2 ≠ 0

Kriteria = H0 diterima apabila t* < t tabel pada α = 0,005

H1 diterima apabila t* > t tabel pada α = 0,005

c. Untuk variabel bebas x1 (curahan tenaga kerja)

Hipotesa = H0 : b3 = 0

H1 : b3 ≠ 0

Kriteria = H0 diterima apabila t* < t tabel pada α = 0,005

(50)

3.6. Defenisi Operasional Penelitian

Dalam penelitian ini digunakan beberapa variabel penelitian :

1. Peternak sapi adalah kepala keluarga yang memelihara ternak sapi dengan cara

budidaya (orang).

2. Luas lahan adalah lahan yang dipergunakan untuk memelihara ternak sapi (ha).

3. Tenaga kerja adalah curahan tenaga kerja efektif yang digunakan dalam

pemeliharaan ternak sapi (jam/hari).

4. Modal produksi adalah biaya yang dikeluarkan peternak dalam kegiatan

budidaya. Modal produksi terdiri dari modal tetap (berupa kandang dan

(51)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Kecamatan Hamparan Perak memiliki luas 263,00 Km2 (26.300 hektar) atau

9.21% dari luas Kabupaten Deli Serdang, yang terdiri dari 20 desa dan 218 dusun.

Dengan topografi ketinggian 0-15 m dpl, yang berarti merupakan daerah rendah.

Kecamatan Hamparan Perak terletak diantara Kota Medan, Kota Binjai, Kabupaten

Langkat dan Selat Malaka. Batas-batas wilayahnya adalah sebagai berikut :

1. Sebelah utara : berbatasan dengan Kec. Labuhan Deli dan Selat Malaka

2. Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kecamatan Sunggal dan Kota Medan

3. Sebelah Timur : berbatasan dengan Kota Medan dan Kec. Labuhan Deli

4. Sebelah Barat : berbatasan dengan Kota Binjai dan Kabupaten Langkat

Sedangkan iklim musim yaitu musim hujan dan musim kemarau dengan suhu antara

180 s.d. 350 celcius. Musim hujan biasanya terjadi pada bulan Agustus sampai dengan

Desember setiap tahunnya dengan curah hujan terbanyak pada bulan September dan

Oktober.

4.1.1. Penduduk

Penduduk Kecamatan Hamparan Perak paling padat berada di Desa Kelambir

V Kampung, dengan luas wilayah 1 Km2, jumlah penduduk 4.500 jiwa dan kepadatan

(52)

Cina dengan luas wilayah 36,86 Km2, jumlah penduduk 14.013 jiwa dan kepadatan

penduduk adalah sebesar 380 jiwa/Km2. Komposisi luas desa, jumlah penduduk dan

kepadatan penduduk menurut desa tahun 2008 seperti tertera pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1. Luas Desa, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk di Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang

(53)

4.1.2. Tata Guna Lahan

Areal yang tersedia dipergunakan untuk kawasan ladang/huma, tegal/kebun,

kolam tambak, perkebunan negara, kebun rakyat dan hutan bakau/nipah.

Tabel 4.2. Distribusi Lahan Berdasarkan Penggunaannya di Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang

No. Penggunaan Lahan Luas Lahan (Ha) Persentase (%)

1. Ladang/huma 1.181,70 7,52

2. Tegal/kebun 1.190,40 7,58

3. Kolam tambak 195 1,24

4. Perkebunan negara 10.849 69,07

5. Perkebunan rakyat 1.330,50 8,47

6. Hutan bakau/nipah 960 6,11

Jumlah 15.706,60 100,00

Sumber : Hamparan Perak dalam angka 2008

Tabel 4.2. menunjukkan penggunaan lahan yang tebesar adalah areal

perkebunan negara sebesar 10.849 Ha (69,07%), diikuti perkebunan rakyat 1.330,50

Ha (8,47%), tegal/kebun sebesar 1.190,40 Ha (7,58%), ladang/huma sebesar 1.181,70

Ha (7,52%), hutan bakau/nipah sebesar 960 Ha (6,11%) dan yang terkecil kolam

tambak sebesar 195 Ha (1,24%). Areal perkebunan adalah milik PTPN-II dengan

komoditi sawit dan tebu. Selain areal perkebunan, penggunaan lainnya adalah areal

perkebunan rakyat.

Dengan kondisi lahan daerah Hamparan Perak maka daya dukung untuk

pengembangan komoditi peternakan sapi sangat besar diantara hamparan perkebunan

sebagai pakan hijauan makanan ternak dan limbah hasil peternakan sebagai pupuk

(54)

4.2. Gambaran Umum Responden

Responden penelitian terdiri dari 142 orang, yang berasal dari masyarakat

yang memelihara ternak sapi di daerah penelitian. Gambaran karakteristik umum

responden ini meliputi : umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga,

pekerjaan utama, kepemilikan ternak, pengalaman beternak dan kepemilikan lahan.

4.2.1. Umur

Komposisi responden berdasarkan umur, secara umum berkisar antara ≤ 30

tahun sampai ≥ 60 tahun, umur < 30 tahun sebanyak 13 responden (9,15%). Umur

responden yang paling dominan berkisar 41 – 50 tahun sebanyak 67 responden

(47,18%), umur 31 – 40 tahun sebanyak 41 responden (28,87%). Pada penelitian ini

juga dijumpai responden dengan usia > 60 tahun sebayak 12 responden (8,45%),

distribusi umur responden tertera pada Tabel 4.3.

Tabel. 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Umur

No. Tingkat umur Jumlah Persentase

(thn) (jiwa) (%)

1. ≤ 30 13 9,15

2. 31 - 40 41 28,87

3. 41 - 50 67 47,18

4. 51 - 60 9 6,34

5. ≥ 60 12 8,45

Jumlah 142 100,00

Sumber : Diolah dari Data Primer, 2009

Dilihat dari umur, secara umum responden sebagian besar masih berusia

produktif. Usia produktif ditandai dengan cukup matang dalam mengerjakan sesuatu,

(55)

usia juga akan memberi pengaruh terhadap kemampuan untuk mengadopsi

perubahan-perubahan seperti mengadopsi teknologi dan sebagainya.

4.2.2. Tingkat Pendidikan

Pendidikan formal sangat mempengaruhi tingkat adopsi teknologi. Semakin

tinggi tingkat pendidikan maka semakin baik dalam menerima suatu informasi.

Pendidikan formal responden adalah : Sekolah Dasar (SD)/sederajat sebanyak 35

responden (24,65%), responden berpendidikan SLTP/sederajat sebanyak 51

responden (35,92%) dan yang berpendidikan SMA/sederajat sebanyak 56 responden

(39,44%) distribusi pendidikan responden tertera pada Tabel 4.4.

Tabel. 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan

No. Pendidikan Responden Persentase

(jiwa) (%)

1. SD/Sederajat 35 24,65

2. SLTP/Sederajat 51 35,92

3. SMA/Sederajat 56 39,44

Jumlah 142 100,00

Sumber : Diolah dari Data Primer, 2009

Secara umum responden dapat membaca dan menulis, sehingga dapat

mendukung dalam kegiatan berkelompok, berdiskusi maupun mengikuti

pelatihan-pelatihan.

4.2.3. Jumlah Tanggungan Keluarga

Jumlah tanggungan adalah anggota keluarga inti (anak dan istri) ditambah

sanak famili yang secara ekonomi menjadi beban ekonomi responden. Jumlah

(56)

jiwa sebanyak 81 responden (57,04%) dan yang 5 – 6 jiwa seanyak 20 responden

(14,08%). Distribusi jumlah tanggungan responden tertera pada Tabel 4.5.

Tabel. 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan

No. Jumlah tanggungan Responden Persentase

(jiwa) (jiwa) (%)

1. 1 - 2 41 28,87

2. 3 - 4 81 57,04

3. 5 - 6 20 14,08

Jumlah 142 100,00

Sumber : Diolah dari Data Primer, 2009

Dalam kegiatan usaha ternak sapi, tanggungan keluarga ini dimanfaatkan

sebagai tenaga kerja dalam kegiatan pengembalaan, mencari/mengarit rumput,

membersihkan kandang, merawat ternak dan kegiatan lainnya.

4.2.4. Pekerjaan

Pekerjaan utama responden yang paling dominan adalah sebagai karyawan

sebanyak 82 responden (57,75%), swasta sebanyak 36 responden (25,35%),

petani/buruh sebayak 18 responden (12,68%) dan PNS sebanyak 6 responden

(4,23%). Distribusi pekerjaan responden tertera pada Tabel 4.6.

Tabel. 4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan

No. Pekerjaan utama Jumlah Persentase

(jiwa) (%)

1. Swasta 36 25,35

2. PNS 6 4,23

3. Karyawan 82 57,75

4. Petani/buruh 18 12,68

Jumlah 142 100,00

(57)

Pekerjaan utama responden sebagai karyawan, swasta, petani/buruh dan PNS

tidak hanya mengandalkan pendapatan dari pekerjaan utama saja, melainkan adanya

penambahan dari usaha berternak sapi.

4.2.5. Pengalaman Beternak

Makin lama beternak, semakin tinggi pengelolaan yang diperoleh peternak

yang tentunya akan penting dalam mengelola usaha ternaknya, pengalaman beternak

responden yang paling dominan adalah 7 tahun sebanyak 45 responden (31,69%),

pengalaman beternak 6 tahun sebanyak 44 responden (30,99%), pengalaman beternak

5 tahun sebanyak 29 responden (20,42%) dan yang 8 tahun sebanyak 24 responden

(16,90%). Responden berdasarkan lama beternak tertera pada Tabel 4.7.

Tabel. 4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Lama Beternak

No. Lama beternak Responden Persentase

(thn) (jiwa) (%)

1. 5 29 20,42

2. 6 44 30,99

3. 7 45 31,69

4. 8 24 16,90

Jumlah 142 100,00

Sumber : Diolah dari Data Primer, 2009

Dalam usaha pemeliharaan ternak sapi, peternak mengelola usahanya masih

bersifat sampingan dan dalam skala usaha peternakan rakyat dengan kepemilikan

(58)

4.2.6. Kepemilikan Lahan

Karakteristik responden berdasarkan kepemilikan lahan, memiliki karakteristik

yang berbeda. Variasi ini memungkinkan dilakukan terhadap produksi ternak sapi.

Kepemilikan lahan yang paling dominan dari responden adalah 0,5 Ha sebanyak 54

responden (38,03%), 0,6 Ha sebanyak 47 responden (33,10%) dan 0,4 Ha sebanyak

41 responden (28,87%). Distribusi luas lahan responden tertera pada Tabel 4.8.

Tabel. 4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Luas Lahan

No. Luas lahan Responden Persentase

(Ha) (jiwa) (%)

1. 0,4 41 28,87

2. 0,5 54 38,03

3. 0,6 47 33,10

Jumlah 142 100,00

Sumber : Diolah dari Data Primer, 2009

Lahan yang dimiliki responden dipergunakan untuk pembuatan kandang dan

tempat tinggal responden. Sedangkan untuk kebutuhan pakan hijauan makanan

ternak, responden memperolehnya dari areal perkebunan PTPN-II dan sisa tanaman

pertanian seperti jerami padi dan jagung.

4.3. Sarana Produksi

Sarana produksi yang dibutuhkan untuk memelihara ternak sapi meliputi : bibit,

pakan hijauan makanan ternak dan kandang dan peralatan kandang. Berdasarkan hasil

kuesioner responden diproleh adanya perbedaan harga sarana produksi peternakan

(59)

Tabel 4.9. Harga Sarana Produksi Peternakan di Kecamatan Hamparan Perak

Sumber : Diolah dari data primer, 2009

Tabel 4.9. menunjukkan harga bibit mengalami kenaikan rata-rata untuk

pejantan Rp. 1.500.000,-/ekor, betina sebesar Rp. 1.300.000,-/ekor. Hal ini

disebabkan kebutuhan akan daging dan bibit di pasar meningkat, sesuai dengan

hukum ekonomi jika permintaan meningkat, maka harga akan naik. Harga akan pakan

hijauan juga mengalami kenaikan, rata-rata Rp. 250,-/Kg. Pembuatan kandang juga

mengalami kenaikan. Hal ini disebabkan karena bahan-bahan material untuk

pembuatan kandang juga mengalami kenaikan Rp.1.250.000,-/unit. Peralatan

kandang yang digunakan juga mengalami kenaikan yang diakibatkan besarnya

permintaan akan peralatan tersebut. Rata-rata harga sekop naik sebesar

Rp.15.000,-/unit, ember Rp. 5.000,-Rp.15.000,-/unit, beko Rp.40.000,-Rp.15.000,-/unit, sapu lidi Rp. 1.500,-/unit dan tali

Gambar

Tabel 1.1. Konsumsi Daging, Telur dan Susu di Sumatera Utara dan Nasional Tahun                     2008 (Kg/Kpt/Tahun)
Tabel 1.2. Populasi Ternak Sapi di Kecamatan Hamparan Perak Tahun
Gambar 2.1. Skema Kerangka Berpikir
Tabel 3.1.  Sampel Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Diharapkan dengan adanya peran dari orang tua dan guru bimbingan dan konseling, siswa pada usia remaja terutama pada siswa SMP tidak melakukan penyimpangan

Diagram 2 : Aktivitas Siswa Dalam Penerapan Model TGT di kelas IV pada Siklus I dan II Dari berbagai diagram aktivitas yang telah siswa lakukan dalam penelitian mengalami kenaikan

Salah satunya adalah kebijakan yang berfokus pada pengembangan industri manufaktur yang dapat menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang semakin besar, yang pada

So it can be concluded that H0 is rejected and Ha is accepted because the t-test is &lt;0.05 which is 0.00 &lt;0.05 and t count&gt; t table is 3.946&gt; 1.987 which

“Kelas Sosial dan Interaksi Sosial pada Komunitas Agama Sikh di Medan.” Skripsi, Departemen Sosiologi Universitas Sumatera Utara. “Potensi Konflik Laten Antara Aliran Penganut

Dari hasil kuesioner tentang kecerdasan emosi di atas item yang mempunyai nilai rata-rata terkecil adalah pada item pertanyaan ke 4 yaitu responsen dapat merasakan apa yang

dihitung adalah mencari return atau tingkat pengembalian yang dihasilkan oleh Reksa Dana Flexigrowth, Reksa Dana Tetap Likuid, dan Reksa Dana Tetap II per periode selama bulan

Dari hasil penelitian juga ditemukan bahwa dari tiga indikator kinerja dosen yang harus dilaksanakan oleh dosen STAI DDI Maros, yang memperihatinkan adalah pada