PERILAKU REMAJA PUTERI TENTANG DIET SEHAT DI SMU DHARMAWANGSA MEDAN
TAHUN 2008
SKRIPSI
Oleh :
041000051 DEBBY INDA SARI
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK
”Perilaku Remaja Puteri Tentang Diet Sehat Di SMU Dharmawangsa Medan Tahun 2008”
Remaja adalah golongan individu yang sedang mencari identitas diri, mereka suka ikut-ikutan, dan terkagum-kagum pada idola yang berpenampilan menarik dan memiliki berat badan ideal. Berat badan ideal merupakan idaman setiap perempuan khususnya remaja puteri. Karena berat badan yang tidak ideal dapat mempengaruhi penampilan atau fisik seseorang. Untuk itu banyak remaja melakukan diet untuk mendapatkan berat badan yang ideal, tanpa memperhatikan kesehatan dan dampak yang akan terjadi apabila mereka melakukan diet yang tidak sehat.
Siswa SMU Dharmawangsa menjadi sampel dalam penelitian karena terdapat salah seorang siswa yang melakukan diet secara tidak sehat/sembarangan yang akhirnya berdampak buruk pada kesehatannya dan harus dibawa ke rumah sakit.
Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif. Sampel berjumlah 87 orang dengan mengisi langsung kuesioner yang telah dibagikan. Sebelum mengisi kuesioner sampel diukur tinggi badan dan berat badannya terlebih dahulu dengan menggunakan timbangan badan dan mikrotoise.
Dari hasi penelitian diperoleh bahwa pengetahuan dikategorikan baik sebanyak 50,57% dari responden, sikap dikategorikan baik sebanyak 54,02%, dan tindakan dikategorikan kurang sebanyak 45,97%.
Pengetahuan dan sikap yang baik tidak tercermin pada tindakan responden dalam melakukan diet sehat yaitu dengan mengurangi porsi makan, mengubah pola makan, dan memperkecil sistem pencernaan. Dari 50 orang yang pernah melakukan diet hanya 38% yang menjalankan diet yang sehat.
Perlu memasukkan artikel, dan poster, misalnya tentang cara melakukan diet yang sehat dan benar sesuai anjuran dokter pada majalah dinding yang ada di sekolah. Dan bagi pihak sekolah agar memberikan informasi tentang diet sehat kepada siswa khususnya remaja puteri, dan bekerjasama dengan pihak kesehatan untuk menyampaikan informasi tentang diet sehat dan cara penerapan yang benar, juga menyampaikan informasi pentingnya kesehatan pada masa remaja.
Kata kunci : Perilaku, Remaja, Diet Sehat
DAFTAR ISI
Halaman Persetujuan………..i
Daftar Isi………..ii
BAB I PENDAHULUAN………1
1.1.Latar Belakang………....1
1.2.Perumusan Masalah………....6
1.3.Tujuan Penelitian………....6
1.3.1. Tujuan Umum………..6
1.3.2. Tujuan Khusus……….6
1.4.Manfaat Penelitian………..6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA………...7
2.1. Konsep Perilaku………..7
2.1.1. Perilaku dalam Bentuk Pengetahuan...8
2.1.2. Perilaku dalam Bentuk Sikap...10
2.1.3. Perilaku dalam Bentuk Tindakan...11
2.2. Remaja dan Pertumbuhannya...12
2.2.1. Remaja...12
2.2.2. Pertumbuhan Remaja...13
2.2.2.1. Karakteristik Fisik...13
2.2.2.2. Perkembangan Psikososial dan Kognitif...13
2.3 Diet...14
2.4. Jenis Diet yang Berbahaya Bagi Remaja...16
2.4.1. Diet Tinggi Karbohidrat...16
2.4.2. Diet Tinggi Protein...17
2.4.3. Diet Antikarbohidrat...18
2.5. Diet Sehat...19
2.6. Pola Makan Diet Sehat...20
2.6.1. Mengurangi Porsi Makan...20
2.6.2. Mengubah Pola Makan...21
2.6.3. Memperkecil Sistem Pencernaan...24
2.7. Penyakit Akibat Diet...25
2.7.1. Anemia Gizi Besi...26
2.7.2. Bulimia dan Anoreksia Nervosa...27
2.7.3. Kurang Gizi...28
2.8. Sumber Informasi Diet Sehat...29
2.9. Kerangka Konsep...30
BAB III METODE PENELITIAN...31
3.1. Jenis Penelitian...31
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian...31
3.2.1. Lokasi Penelitian...31
3.3. Populasi dan Sampel...32
3.3.1. Populasi...32
3.3.2. Sampel...32
3.4. Metode Pengumpulan Data...34
3.4.1. Data Primer...34
3.4.2. Data Sekunder...34
3.5. Defenisi Operasional...34
3.6. Aspek Pengukuran...36
BAB IV HASIL...37
4.1. Gambaran Tentang SMU Dharmawangsa Medan...37
4.1.1. Lembaga...37
4.1.2. Sejarah Singkat...37
4.2. Gambaran Karakteristik Responden...38
4.3. Distribusi Pengetahuan Responden ...40
4.3.1. Distribusi Skor Pengetahuan Responden Tentang Diet Sehat...50
4.4. Distribusi Sikap Responden...51
4.4.1. Distribusi Skor Sikap Responden Tentang Diet Sehat...54
4.5. Distribusi Tindakan Responden...55
4.5.1. Distribusi Skor Tindakan Responden Tentang Diet Sehat...60
BAB V PEMBAHASAN...61
5.1. Pengetahuan Responden Tentang Diet Sehat...61
5.2. Sikap Responden Tentang Diet Sehat...68
5.3. Tindakan Responden tentang Diet Sehat...69
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN...75
6.1. Kesimpulan...75
6.2. Saran...76
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN :
- Kuesioner (Instrumen Penelitian)
- Tabel Berat Badan Untuk Tinggi Badan Perempuan
- Persentil/P IMT Remaja Perempuan
- Surat Keterangan Survei Pendahuluan di SMU Dharmawangsa Medan
- Surat Keterangan Izin Penelitian Di SMU Dharmawangsa Medan
- Surat Keterangan Telah Selesai Penelitian Dari SMU Dharmawangsa Medan
DAFTAR TABEL
TABEL HAL
4.1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur………... 38
4.2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Berat Badan... 38 4.3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tinggi Badan... 39
4.4. Distribusi Frekuensi Status Gizi Responden dengan Berat Badan Ideal,
Berat Badan Kurang (kurus), dan Berat Badan Lebih (gemuk)... 39
4.5. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Berdasarkan
Sumber Informasi Tentang Diet Sehat... 40
4.6. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Berdasarkan
Pengertian Diet Sehat... 40
4.7. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Berdasarkan
Menu Makan Yang Baik... 41
4.8. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Berdasarkan
Perlu atau Tidak Waktu Makan Teratur... 41
4.9. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Berdasarkan Alasan
Waktu Makan Harus Teratur... 42
4.10. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Berdasarkan Frekuensi
Makan Sehari Yang Baik... 42
4.11. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Berdasarkan Manfaat
Sarapan Pagi... 42
4.12. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Berdasarkan Makanan
Yang Harus Dibatasi... 43
4.13. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Berdasarkan Usaha Untuk
Menurunkan Berat Badan... 43
4.14. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Berdasarkan Jenis
Makanan Yang Baik Dikonsumsi Sebagai Makanan Selingan... 44
4.15. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Berdasarkan Penyakit
Akibat Diet Yang Salah... 44 4.16. Distribusi Skor Pengetahuan Responden Tentang Diet Sehat... 45
4.17. Distribusi Sikap Responden Tentang Setiap Remaja Puteri
Harus Memiliki Berat Badan Ideal... 45
4.18. Distribusi Sikap Responden Terhadap Pola Makan Yang Buruk
Faktor Utama Penyebab Terjadinya Kegemukan... 45
4.19. Distribusi Sikap Responden Terhadap Usaha Untuk Mendapatkan
Berat Badan Ideal... 46 4.20. Distribusi Skor Sikap Responden Terhadap Diet Sehat... 46
4.21. Distribusi Tindakan Responden Berdasarkan Pernah Tidaknya
Melakukan Diet... 47 4.22. Distribusi Tindakan Responden Dalam Melakukan Diet... 47
4.23. Distribusi Tindakan Responden Berdasarkan Frekuensi Makan
Dalam Sehari... 48
4.24. Distribusi Tindakan Responden Terhadap Jenis Makanan Yang
4.25. Distribusi Tindakan Responden Terhadap Jenis Sarapan Pagi
Yang Dikonsumsi... 49
4.26. Distribusi Tindakan Responden Berdasarkan Lama
Melakukan Diet... 49
4.27. Distribusi Tindakan Responden Berdasarkan Berat Badan
Yang Turun Dalam Melakukan Diet... 50
4.28. Distribusi Tindakan Responden Terhadapa Efek Samping Dari
Diet Yang Dilakukan ... 50
4.29. Distribusi Tindakan Responden Yang Melakukan
ABSTRAK
”Perilaku Remaja Puteri Tentang Diet Sehat Di SMU Dharmawangsa Medan Tahun 2008”
Remaja adalah golongan individu yang sedang mencari identitas diri, mereka suka ikut-ikutan, dan terkagum-kagum pada idola yang berpenampilan menarik dan memiliki berat badan ideal. Berat badan ideal merupakan idaman setiap perempuan khususnya remaja puteri. Karena berat badan yang tidak ideal dapat mempengaruhi penampilan atau fisik seseorang. Untuk itu banyak remaja melakukan diet untuk mendapatkan berat badan yang ideal, tanpa memperhatikan kesehatan dan dampak yang akan terjadi apabila mereka melakukan diet yang tidak sehat.
Siswa SMU Dharmawangsa menjadi sampel dalam penelitian karena terdapat salah seorang siswa yang melakukan diet secara tidak sehat/sembarangan yang akhirnya berdampak buruk pada kesehatannya dan harus dibawa ke rumah sakit.
Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif. Sampel berjumlah 87 orang dengan mengisi langsung kuesioner yang telah dibagikan. Sebelum mengisi kuesioner sampel diukur tinggi badan dan berat badannya terlebih dahulu dengan menggunakan timbangan badan dan mikrotoise.
Dari hasi penelitian diperoleh bahwa pengetahuan dikategorikan baik sebanyak 50,57% dari responden, sikap dikategorikan baik sebanyak 54,02%, dan tindakan dikategorikan kurang sebanyak 45,97%.
Pengetahuan dan sikap yang baik tidak tercermin pada tindakan responden dalam melakukan diet sehat yaitu dengan mengurangi porsi makan, mengubah pola makan, dan memperkecil sistem pencernaan. Dari 50 orang yang pernah melakukan diet hanya 38% yang menjalankan diet yang sehat.
Perlu memasukkan artikel, dan poster, misalnya tentang cara melakukan diet yang sehat dan benar sesuai anjuran dokter pada majalah dinding yang ada di sekolah. Dan bagi pihak sekolah agar memberikan informasi tentang diet sehat kepada siswa khususnya remaja puteri, dan bekerjasama dengan pihak kesehatan untuk menyampaikan informasi tentang diet sehat dan cara penerapan yang benar, juga menyampaikan informasi pentingnya kesehatan pada masa remaja.
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 bertujuan meningkatkan
kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud
derajat kesehatan yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa, dan negara
Indonesia yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dengan perilaku dan
lingkungan yang sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan
yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang optimal
diseluruh wilayah Republik Indonesia (DepkesRI,1997).
Perkembangan dari seorang anak menjadi dewasa pasti melalui fase remaja. Pada
fase ini fisik seseorang terus berkembang, demikian pula aspek sosial maupun
psikologisnya. Perubahan ini membuat seorang remaja mengalami banyak ragam
gaya hidup, perilaku, tidak terkecuali pengalaman dalam menentukan makanan apa
yang akan dikonsumsi. Hal terakhir inilah yang akan berpengaruh pada keadaan gizi
seorang remaja ( Khomsan, 2003).
Kualitas gizi generasi muda khususnya para remaja yang merupakan sumberdaya
bagi pembangunan manusia seutuhnya didalam meningkatkan kesehatan dan kualitas
sumberdaya manusia sangatlah perlu untuk diperhatikan karena remaja merupakan
golongan dalam masyarakat yang relatif jarang mendapat perlakuan di dalam program
pembinaan gizi dan kesehatan. Padahal mereka sesungguhnya berada pada posisi
langsung memerlukan pembinaan dari perkembangan jasmani, intelektual atau
kognitif, mental, psikologi, dan sosial (Depkes RI, 1997).
Memiliki bentuk tubuh ideal pasti menjadi impian semua wanita khususnya
remaja put eri. Dengan bentuk badan yang ideal, secara tidak langsung dapat
meningkatkan kepercayaan diri, menunjang kesehatan, dan menjadi lebih energik.
Jadi, upaya penurunan berat badan bukan untuk penampilan semata, tapi juga untuk
mengembalikan vitalitas tubuh dan produktivitas seseorang (Sayogo, 2006).
Remaja adalah golongan individu yang sedang mencari identitas diri, mereka suka
ikut-ikutan, dan terkagum-kagum pada idola yang berpenampilan menarik. Banyak
remaja sering merasa tidak puas dengan penampilan dirinya sendiri. Apalagi kalau
sudah menyangkut body image. Remaja ingin mempunyai postur tubuh sempurna
seperti bintang film, penyanyi, peragawati. Mengenai body image, hampir 70%
remaja wanita mempunyai keinginan untuk mengurangi berat badan karena merasa
kurang langsing. Body image ini banyak dipengaruhi media massa. Iklan-iklan
tentang berbagai metode penurunan berat badan sangat berperan dalam menarik kaum
remaja, khususnya remaja puteri yang ingin langsing (Khomsan A, 2003).
Masa remaja adalah masa coba-coba dan ini termasuk dalam perilaku makan,
dengan diiringi keinginan yang kuat dari remaja puteri untuk menurunkan berat
badannya agar menjadi langsing (Saraswati, 2006) . Pada hasil penelitian Hana
(2006), remaja puteri SMU di Sumatera Utara paling tidak sekali telah mencoba
berdiet dan 40% berdiet karena ikut-ikutan dan secara sembarangan.
Pada masa remaja terjadi pertumbuhan yang pesat sehingga sangatlah diperlukan
banyak dijumpai pada remaja. Adanya kecenderungan untuk mengikuti pola gaya
hidup modern membuat remaja lebih memilih untuk berperilaku makan yang salah.
Umumnya, jika remaja tahu berat badannya bertambah, maka mereka akan
mengurangi porsi makan untuk menurunkan berat badan dan tidak sarapan pagi. Ada
juga yang mengganti pola makan mereka dengan mengkonsumsi makanan yang tidak
berlemak, dan rendah karbohidrat. Yang akan menimbulkan keadaan gizi mereka
tidak seimbang, bahkan bisa menimbulkan gangguan kesehatan (Khomsan, 2003).
Sarapan pagi sangat bermanfaat bagi remaja. Sarapan pagi mempuyai efek
bermanfaat terhadap mood (sifat lekas marah dan kelelahan) remaja di pagi hari
menjadi baik, dan sarapan membuat psikososial remaja menjadi lebih baik
dibandingkan dengan remaja yang tidak sarapan pagi (Saraswati, 2006). Pada
penelitian Tuti (2006) yang meneliti 3.000 remaja puteri SMU di Medan,
menyebutkan sarapan membuat remaja menjadi lebih langsing. Remaja yang diteliti
telah menurunkan berat badan hingga berat badan ideal dan mempertahankan selama
6 tahun menyempatkan sarapan pagi. Sarapan menjadi strategi pengontrolan berat
badan remaja.
Kebanyakan remaja mempraktekkan diet yang salah. Hal ini terjadi karena
pengaruh dari TV, media cetak, dan internet yang selalu memperlihatkan
remaja-remaja khususnya perempuan yang memiliki body langsing, yang akan
mempengaruhi remaja puteri untuk memiliki bentuk tubuh seperti yang dilihatnya
pada TV, media cetak dan internet (Sayogo, 2006) . Remaja puteri memperoleh
sumber informasi tentang diet sehat melalui TV, media cetak, internet, teman, dan
reality show tentang kesehatan oleh dokter-dokter ahli gizi yang mengatakan bahwa
untuk mendapatkan berat badan ideal haruslah mengubah pola makan dan
mengurangi porsi makan. Banyaknya informasi-informasi dari majalah-majalah
remaja dan internet yang menyajikan tips-tips cara berdiet untuk remaja dengan
metode diet yang tepat dan cepat, yang akan mempengaruhi remaja untuk melakukan
diet. Faktanya remaja puteri tidak tahu cara pelaksanaan diet sehat yang tepat dan
benar. Mereka dengan cepat mengubah pola makan mereka dengan tidak
mengkonsumsi nasi, gula, makanan berlemak, dan mengurangi porsi makan mereka
dari biasanya. Mereka hanya mengkonsumsi buah dan sayuran saja. Padahal anjuran
diet sehat yang benar tidak seperti yang dilakukan mereka, mereka hanya ingin
memiliki badan yang langsing dengan cara yang instan/cepat tanpa memikirkan
kesehatan dan kebutuhan gizi mereka. Informasi tentang diet dari teman dan keluarga
juga bisa mempengaruhi remaja puteri untuk melakukan diet, dengan melihat
teman-teman atau keluarga yang sedang melakukan diet keinginan remaja puteri untuk diet
juga besar. Seharusnya jika ingin melakukan diet pada masa remaja jangan dilakukan
sendiri, harus diawasi oleh dokter ahli gizi agar kebutuhan gizi remaja cukup dan
tidak mengalami gangguan kesehatan (Saraswati, 2006).
Pada hasil penelitian Sayogo (2006), kasus Yulianti (17 tahun) ia memiliki berat
badan 58 kg dengan tinggi badan 150 cm, yang seharusnya berat badan idealnya 45-
50 kg. Ia mulai menjalankan diet sejak 5 bulan lalu, ia berusaha tidak mengkonsumsi
nasi/karbohidrat (diet anti karbohidrat). Setiap hari ia banyak mengkonsumsi buah
yang timbul yaitu Yulianti gampang uring-uringan dan sering pusing. Dari kasus
diatas tampak jelas diet yang dilakukan tidak sehat.
Pada wawancara ke beberapa siswa pada bulan November 2007 di SMU
Dharmawangsa Medan, mereka berdiet karena faktor ikut-ikutan agar tubuh terlihat
lebih indah seperti selebritis, selain itu ada yang mengatakan tidak percaya diri pada
bentuk tubuh mereka, dan ada juga alasan mereka diet karena teman-temannya
mengatakan tubuh mereka gemuk. Berdasarkan keterangan dari Kepala Sekolah SMU
Dharmawangsa Medan, salah satu siswa pernah melakukan diet ketat yang akhirnya
siswa tersebut dirawat di Rumah Sakit, karena melakukan diet yang tidak sehat. Oleh
karena itu sangatlah penting untuk memperhatikan perilaku mereka didalam
melakukan diet untuk mendapatkan tubuh yang ideal dan langsing agar kelihatan
tampak cantik dan menarik tanpa mengabaikan faktor kesehatan. Untuk itu penulis
ingin mengangkat suatu judul ”Perilaku Remaja Puteri Terhadap Diet Sehat di SMU
Dharmawangsa Medan 2008”, sebagai judul penelitian.
1.2. Perumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang yang telah dikemukakan diatas maka yang menjadi
permasalahan dalam penelitian ini adalah “Bagaimana perilaku remaja puteri tentang
diet sehat di SMU Dharmawangsa Medan tahun 2008”.
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui perilaku remaja puteri tentang diet sehat di SMU Dharmawangsa
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui pengetahuan remaja puteri tentang diet sehat di SMU
Dharmawangsa Medan tahun 2008.
2. Untuk mengetahui sikap remaja puteri tentang diet sehat di SMU Dharmawangsa
Medan tahun 2008.
3. Untuk mengetahui tindakan remaja puteri tentang diet sehat di SMU
Dharmawangsa Medan tahun 2008.
4. Untuk mengetahui karakteristik responden meliputi tinggi badan dan berat badan
5. Untuk mengetahui sumber informasi diet sehat responden
1.4. Manfaat Penelitian
1. Memberi informasi bagi remaja puteri tentang diet sehat di SMU Dharmawangsa
Medan tahun 2008.
2. Memberi informasi bagi instansi terkait seperti Dinas Kesehatan dan Dinas
Pendidikan
3. Memberi informasi bagi remaja puteri lainnya
4. Memberi informasi bagi peneliti lain.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Perilaku
Menurut ensiklopedia Amerika, perilaku diartikan sebagai suatu reaksi organisme
terhadap lingkungannya, yang berarti bahwa perilaku baru terjadi apabila ada suatu
yang diperlukan untuk menimbulkan reaksi (rangsangan), dengan demikian suatu
rangsangan tertentu akan menghasilkan reaksi atau perilaku tertentu. Menurut
Notoatmodjo (2003) yang mengutip pendapat Robert Kwick menyatakan bahwa
perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat dinikmati dan
bahkan dapat dipelajari.
Menurut Notoatmodjo (2003) yang mengutip pendapat Benyamin Bloom, seorang
ahli psikologi pendidikan membagi kedalam tiga domain atau ranah/kawasan,
meskipun kawasan-kawasan tersebut tidak mempunyai batasan yang dan tegas.
Pembagian kawasan ini dilakukan untuk kepentingan tujuan pendidikan, taitu
mengembangkan atau meningkatkan ketiga domain perilaku tersebut yang terdiri
dari:
1. Pengetahuan (knowledge)
2. Sikap (attitude)
Menurut Notoatmodjo (2007) yang mengutip pendapat dari Bandura. Meskipun
perilaku adalah bentuk respon atau reaksi terhadap stimulus atau rangsangan dari luar
organisme(orang), namun dalam memberikan respon sangat tergantung pada karakteristik
atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan. Hal ini berarti meskipun
stimulusnya sama bagi beberapa orang. Namun respon tiap-tiap orang berbeda.
Faktor-faktor yang membedakan respon terhadap stimulus yang berbeda disebut determinan
perilaku. Determinan perilaku ini dapat dibedakan menjadi dua, yakni :
1. Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan,
yang bersifat given atau bawaan, misalnya : tingkat kecerdasan, tingkat
emosional, jenis kelamin, dan sebagainya.
2. Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan, baik lingkunagn fisik, sosial,
budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini sering
merupakan faktor yang dominan yang mewarnai perilaku seseorang.
2.1.1. Pengetahuan (knowledge)
Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap objek tertentu.Pengetahuan merupakan domain yang sangat
penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behavior). Pengetahuan yang
dicakup didalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu :
1. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk
kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap suatu yang
2. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar
objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi secara benar.
3. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.
4. Analisis (analysa)
Analisa adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau subjekl kedalam
komponen-komponen, tetapi masih didalam suatu struktur organisasi dan masih
ada kaitannya satu sama lain.
5. Sintesis (syntesis)
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian didalam suatu kemampuan untuk menyusun
formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
6. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian
Terhadap suatu objek atau materi. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu
kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah
ada.
2.1.2. Sikap (attitude)
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap
kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari
merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial.
Menurut Notoatmodjo (2003) yang mengutip pendapat Allport, menyatakan sikap
mempunyai tiga komponen pokok, yaitu :
1. Kepercayaan (keyakinan), ide terhadap suatu objek.
2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.
3. Kecenderungan untuk bertindak.
Seperti halnya pengetahuan, sikap juga terdiri dari berbagai tingkatan, yaitu :
1. Menerima (receiving)
Artinya bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan
oleh objek.
2. Merespon (responding)
Yaitu memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan
tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.
3. Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah
adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga (kecenderungan untuk bertindak).
4. Bertanggung jawab (responsible)
Yaitu yang bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan
segala resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi.
Ciri-ciri sikap adalah sebagai berikut :
- Sikap seseorang tidak dibawa lahir, tetapi harus dipelajari selama perkembangan
- Sikap itu tidak semata-mata berdiri sendiri, melainkan selalu berhubungan dengan
suatu objek pada umumnya sikap tidak berkenaan dengan suatu objek saja,
melainkan juga dapat berkenaan dengan deret-deretan objek yang serupa.
- Sikap pada umumnya mempunyai segi-segi motivasi dan emosi, sedangkan pada
kecakapan dan pengetahuan hal ini tidak ada (Ahmadi, 1991).
2.1.3. Tindakan (Practise)
Tindakan adalah aturan yang dilakukan, melakukan/mengadakan aturan –aturan
untuk mengatasi sesuatu atau perbuatan. Adanya hubungan yang erat antara sikap dan
tindakan di dukung oleh pengertian yang menyatakan bahwa sikap merupakan
kecenderungan untuk bertindak.
Tindakan nampak menjadi lebih konsisten (serasi,sesuai) dengan sikap bila sikap
individu sama dengan sikap kelompok dimana ia adalah bagiannya atau anggotanya.
Menurut Notoatmodjo(2003), praktek atau tindakan itu mempunyai beberapa tingkatan
yaitu :
1. Persepsi (perseption) yaitu mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan
dengan tindakan yang akan diambil.
2. Respon terpimpin (guided respon), bila seseorang dapat melakukan sesuatu
dengan urutan yang benar.
3. Mekanisme (mechanism), bila seseorang telah dapat melakukan sesuatu
dengan benar dan secara otomatis.
4. Adaptasi (adaptation), merupakan suatu praktek atau tindakan yang sudah
berkembang dengan baik, artinya tindakan itu sudah di modifikasi tanpa
2.2. Remaja dan Pertumbuhannya 2.2.1. Remaja
Remaja adalah fase perkembangan anak menjadi dewasa (Khomsan, 2003).
Menurut Saraswati (2006) yang mengutip data WHO. Remaja adalah masa peralihan,
dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa, yang ditandai dengan adanya
perkembangan fisik yang cepat, mental, emosi, dan sosial. Umumnya usia remaja
berkisar antara 12-20 tahun.
Masa remaja merupakan saat terjadinya perubahan-perubahan cepat dalam proses
pertumbuhan fisik, kognitif dan psikologi/tingkah laku. Khusus pada remaja puteri, masa
ini juga merupakan masa persiapan menjadi calon ibu. Keadaan gizi pada masa masa
remaja puteri dapat berpengaruh terhadap kehamilannya kelak, juga terhadap keadaan
bayi yang akan dilahirkannya (Sayogo, 2006).
Pada masa remaja terjadi kematangan seksual dan tercapainya bentuk dewasa
karena pematangan fungsi endokrin. Ovarium/indung telur menghasilkan estrogen
progresteron dan sejumlah kecil androgen. Pubertas merupakan satu titik dalam masa
remaja yaitu pada saat seorang anak perempuan mampu mengalami
pembuahan/konsepsi yaitu dengan terjadinya haid pertama. Pada masa tersebut terjadi
perkembangan seks sekunder, dan berlangsung antara 2 sampai 3 tahun. Hormon-
hormon steroid adrenal, estrogen dan androgen mempunyai peran penting dalam
perubahan-perubahan yang terjadi dalam masa tersebut. Estrogen dan progesteron
menyokong tersedianya deposisi lemak. Dalam proses pematangan fisik, juga terjadi
perubahan komposisi tubuh. Dalam periode prepubertas, proporsi lemak dan otot
sekitar 19% dari berat badan total pada anak perempuan dan 15% pada anak laki-laki.
Selama masa pubertas, terjadi penambahan lemak lebih banyak pada remaja puteri,
yaitu lemak tubuh kurang lebih 22% dibanding 15% pada laki-laki (Sayogo, 2006).
2.2.2. Pertumbuhan Remaja 2.2.2.1. Karakteristik Fisik
Selama masa remaja terjadi perubahan fisik yang diakibatkan pengaruh
hormonal. Pertumbuhan ditinjau dari tinggi dan berat badan bersifat akselerasi tinggi
mendahului masa pubertas dan kemudian menjadi semakin lambat sampai
berhentinya pertumbuhan tulang. Fase pertumbuhan yang tercepat pada masa remaja ini
dikenal sebagai growth spurs dan titik tertinggi dari growth spurs disebut masa
puncak/peak. Pada masa tersebut proporsi dan ukuran tubuh menyerupai dewasa
muda serta peningkatan tinggi badan (Sayogo, 2006).
Tumbuh kembang remaja dibagi 3 tahap yaitu masa remaja awal, menengah,
dan lanjut. Masa remaja awal pada anak perempuan terjadi pada usia 10-11
tahun, berlangsung 6 bulan sampai 1 tahun. Masa remaja menengah terjadi pada usia
12-14 tahun dan berlangsung antara 2-3 tahun, sedangkan masa remaja lanjut
perempuan rata-rata tercapai pada usia antara 15-17 tahun (Sayogo, 2006).
2.2.2.2. Perkembangan Psikososial dan Kognitif
Pada masa remaja juga terjadi perubahan psikososial/tingkah laku, terjadi
perubahan dalam hubungan dengan ayah dan ibu yaitu timbulnya konflik-konflik,
mudah tersinggung, “merasa kurang bahagia”, ketidak tergantungan dalam proses
kemampuan berfikir dalam arti dapat memahami akibat dari perbuatan/ tingkah laku,
serta dapat melakukan beberapa tindakan secara serentak (Sayogo, 2006).
Tahap remaja awal memiliki karakteristik antara lain kekhawatiran pada body
image ( suatu konsep mental pribadi yang berhubungan dengan laju pertumbuhan dan
perubahan komposisi tubuh), mempercayai dan menghargai orang dewasa,
kekhawatiran tentang teman sebaya, dan sebagainya (Sayogo, 2006).
Tahap remaja menengah memiliki beberapa karakteristik yaitu sangat
dipengaruhi oleh teman sebaya, kehilangan kepercayaan pada orang dewasa,
mencoba mandiri dan sebagainya. Pada masa ini remaja lebih mendengarkan teman
sebayanya daripada orang tuanya atau orang dewasa lainnya. Keinginan untuk
mandiri sering tampak dalam bentuk penolakan terhadap pola makan keluarga
(Sayogo,2006).
Pada masa remaja lanjut karakteristik yang tampak antara lain merencanakan
masa depan dan bersifat lebih mandiri. Selain itu, pada masa ini remaja telah mempunyai
persepsi terhadap bodi image.( Sayogo, 2006).
2.3. Diet
Menurut Saraswati(2006), diet adalah “Membatasi dengan cermat konsumsi
kalori atau jenis makanan tertentu”. Pada prinsipnya diet penurunan berat badan adalah
membatasi konsumsi makanan sampai di bawah kebutuhan ideal tubuh. Dengan
demikian, kekurangan sumber energi dari makanan, terpaksa dipenuhi dari cadangan
seperti ini berlangsung beberapa lama, berarti timbunan lemak menipis dan akan
tercapai berat badan ideal (Ronal, 1996).
Selama diet dilakukan secara proporsional dengan memperhatikan
kebutuhan-kebutuhan tubuh, diet bisa membuat berat badan berkurang dan tubuh tetap sehat. Akan
tetapi, bila diet dilakukan secara sembarangan bisa berakibat fatal, terutama bagi remaja
yang sedang dalam masa pertumbuhan karena kekurangan nutrisi dalam jenis dan jumlah
yang tepat dapat menganggu pertumbuhan dan kesehatan tubuh secara keseluruhan.
Adapun cara menghitung berat badan ideal bagi remaja puteri, yaitu (Ronald, 1996) :
1. Menggunakan standar Brooca
Standar Brooca salah satu cara yang banyak digunakan orang untuk menghitung
berat badan ideal. Defenisi berat badan ideal menurut standar Brooca adalah (Tinggi
Badan – 100) - 10%. Standar Brooca ini lebih cocok bila diterapkan untuk remaja
puteri (Sayogo, 2006).
2. Menggunakan Indeks Massa Tubuh ( IMT )
IMT adalah cara menentukan berat badan ideal yang sehat dan juga cocok dengan
orang dewasa yang berusia diatas 18 tahun dan juga remaja (Ronal, 1996).
Perhitungannya adalah : IMT = 2
) (
) (
m n TinggiBada
kg BeratBadan
Keadaan gizi : P5 : gizi kurang / kurus
P5-<P85 : gizi normal/ideal
2.4. Jenis Diet Yang Berbahaya Bagi Remaja Puteri 2.4.1. Diet Tinggi Karbohidrat
Diet jenis ini mensyaratkan mengurangi asupan lemak, terutama daging, tetapi
memperbolehkan mengkonsumsi makanan tinggi karbohidrat. Asumsinya , lemak
lebih cepat membuat orang gemuk karena 1 gram lemak menghasilkan 9 kkal,
sedangkan 1 gram karbohidrat menghasilkan 3.75 kkal. Program diet ini memang ada
nilai lebihnya bagi orang dewasa usia lanjut, terutama untuk kesehatan jantung.
Namun, dengan membatasi lemak, tubuh beresiko kekurangan vitamin yang larut
dalam lemak. Selain itu rendahnya asupan lemak akan menyebabkan gangguan saraf dan
psikis (Saraswati, 2006).
Diet tinggi karbohidrat bisa menurunkan berat badan, tetapi dengan syarat tidak
berlebihan mengkonsumsinya. Sebab, kemampuan tubuh dalam menyimpan
karbohidrat sangat terbatas, sehingga kelebihannya akan diubah dan disimpan dalam
bentuk lemak (Saraswati, 2006).
Departemen kesehatan RI menganjurkan konsumsi lemak dibatasi tidak melebihi
25% dari total energi perhari, atau paling banyak 3 sendok makan minyak goreng
untuk memasak makanan sehari. Pada hakekatnya cukup makan makanan yang
digoreng atau biasa yang disebut gorengan 1 potong setiap kali makan (Ronal, 1996).
Namun, perlu diperhatikan asupan lemak yang terlalu rendah pada remaja puteri
juga mengakibatkan energi yang dikonsumsi tidak mencukupi, karena 1 gram lemak
menghasilkan 9 kalori. Pembatasan lemak hewani dapat mengakibatkan asupan Fe
dan Zn juga rendah, dikarenakan bahan makanan hewani merupakan sumber Fe dan Zn.
darah merah, dikonveksi menjadi hemoglobin, beredar keseluruh jaringan tubuh yang
berfungsi sebagai pembawa oksigen. Kebutuhan Fe pada remaja puteri harus tinggi
disebabkan remaja puteri kehilangan Fe selama menstruasi, apabila kebutuhan Fe
remaja puteri kurang akan mengakibatkan anemia gizi besi. Sedangkan Zn berfungsi
untuk pertumbuhan serta kematangan seksual remaja, kekurangan Zn dapat menyebabkan
timbulnya kelambatan pertumbuhan, gangguan penyembuhan luka, kulit kering, dan
gangguan selera makan. Untuk itu, diet tinggi karbohidrat ini sangat berbahaya bagi
remaja puteri (Saraswati, 2006).
2.4.2. Diet tinggi protein
Jenis diet ini dapat menghilangkan berat badan secara drastis dalam sekejap, yaitu
dengan mengurangi asupan karbohidrat dan membebaskan asupan protein dan lemak
(Saraswati, 2006).
Asumsi yang mendasari diet ini adalah dengan menekan asupan karbohidrat, gula
darah menurun dan insulin yang dihasilkan pankreas akan berkurang. Dengan begitu,
tubuh tidak dapat memproses dan mengubah lemak atau protein dari makanan menjadi
gula. Tubuh pun akan memaksa membakar persediaan lemak tubuh (Saraswati, 2006).
Berat badan bisa hilang dalam sekejap, karena saat mengkonsumsi lemak, tubuh
akan cepat merasa kenyang, sehingga mengurangi keinginan untuk makan dan asupan
kalori berkurang. Namun, berkurangnya asupan kalori bukan satu-satunya alasan
turunnya berat badan. Alasan utamanya, tingginya asupan protein akan meningkatkan
sampai 70% air hilang selama satu minggu pertama berdiet tinggi protein (Saraswati,
2006).
Konsumsi lemak yang berlebihan, kurang menguntungkan bagi remaja karena
dapat mengakibatkan timbunan lemak yang mengakibatkan kegemukan ataupun
dapat terjadi sumbatan pada saluran pembuluh darah jantung. Kondisi ini sangat
mengganggu kesehatan jantung. Untuk itu, diet tinggi protein ini sangat berbahaya
bagi remaja puteri (Saraswati, 2006).
2.4.3. Diet Anti Karbohidrat
Saat ini banyak orang yang berpuasa atau pantang makan nasi atau pantang
makan makanan yang berkarbohidrat. Dengan mengurangi asupan makanan
berkarbohidrat, produksi insulin akan berkurang dan tubuh bakal menggunakan cadangan
lemak. Dengan minimnya asupan karbohidrat, jumlah kalori akan turun dan otomatis
berat badan akan berkurang (Saraswati, 2006).
Program diet ini membuat orang cepat kurus, mengingat asupan karbohidrat
dibatasi. Biasanya hanya dianjurkan hanya mengkonsumsi buah dan sayur, sehingga
asupan kalori sangat minim dan tubuh pun banyak kehilangan air dan sudah tentu berat
badan ikut turun (Saraswati, 2006).
Sebaiknya karbohidrat jangan dipantangkan secara berlebihan. Karena sumber
energi kita untuk bisa beraktivitas sehari-hari dan berkonsentrasi dalam belajar ada
didalam karbohidrat. Jika ingin melakukan diet anti karbohidrat ini, pilihlah karbohidrat
kompleks, misalnya yang berasal dari beras tumbuk, beras merah,sereal, dan
mengandung vitamin B, besi, seng, kalsium, selenium, magnesium, dan kromium (baik
untuk keseimbangan gula darah) juga mengandung serat (Saraswati, 2006).
Porsi terbesar kebutuhan kalori tubuh dipenuhi oleh karbohidrat, yang juga
merupakan komponen zat gizi / nutrien terbanyak dalam makanan sehari-hari dan
terjangkau oleh masyarakat luas. Dalam diet seimbang di Indonesia, dianjurkan 50-
60% kebutuhan kalori berasal dari karbohidrat. Kegunaan utama dari karbohidrat adalah
sebagai sumber utama energi, kegunaan lainnya adalah sebagai energi cadangan,
komponen struktur sel, dan sumber serat (Sayogo, 2006).
Program diet ini sulit sekali dilakukan. Orang pun akan cepat bosan karena tubuh
sangat membutuhkan karbohidrat. Tanpa karbohidrat tubuh akan lemas, tidak mampu
beraktivitas, dan sulit berkonsentrasi. Akibatnya, berat badan akan rentan kembali
naik, melebihi sebelum melakukan diet / yoyo syndrome(turun naiknya berat badan).
Untuk itu diet anti karbohidrat sangat berbahaya bagi remaja puteri (Saraswati, 2006).
2.5. Diet Sehat
Diet sehat yaitu metode pengaturan konsumsi makanan / pola makan yang bersifat
alamiah dengan cara mengurangi porsi makan, mengubah pola makan, dan
memperkecil sistem pencernaan. Dalam mengamati hukum alam dengan sebab-
akibatnya, jika orang gemuk ingin menjadi langsing secara permanen maka ia harus
mengecilkan alat pencernaannya menjadi seperti alat pencernaan orang
kurus/langsing. Jika sistem pencernaan orang gemuk sudah seperti orang kurus, maka
jenis makanan yang sering diklaim sebagai makanan menggemukkan, seperti pizza,
cakes, steak, dan sebagainya (Iping, 2006).
Melakukan diet sehat, makanan berlemak bukan penyebab utama timbulnya
kegemukan. Dalam kenyataan praktek pelangsingan sehari-hari dan setelah diteliti
lebih jauh, makanan-makanan tersebut justru memiliki kandungan protein tinggi.
Protein berfungsi untuk mempercepat pergantian sel yang rusak. Lagipula beberapa
vitamin, seperti vitamin A, D, E dan K, hanya dapat larut dalam lemak, sehingga
orang yang menjalankan diet sehat ini akan memiliki kulit muka dan kulit tubuh yang
cemerlang (Iping, 2006).
2.6. Pola Makan Diet Sehat
Pola makan adalah cara seseorang atau sekelompok orang dalam memilih
makanan sebagai tanggapan terhadap pengaruh fisiologis, psikologis, kebudayaan, dan
sosial (Suharjo, 1989). Dengan pola makan diet sehat, upaya pelangsingan tidak akan
membuat tubuh lemas atau pucat. Metode ini memungkinkan kebutuhan gizi tetap
terpenuhi meskipun sedang melakukan upaya penurunan berat badan dan dapat
beraktivitas dengan baik dan hidup menjadi lebih sehat ( Iping, 2006).
Dalam pengaturan pola makan diet sehat, hal-hal yang harus dilakukan yaitu :
2.6.1. Mengurangi Porsi Makan
Makanan penghasil energi sangat dibutuhkan oleh manusia. Energi dibutuhkan
untuk bergerak, berfikir, berbicara, makan, dan melakukan aktivitas lainnya. Kurang
kusam, dan kulit tidak segar dan orang dapat tampak lebih tua sebelum waktunya
(Iping, 2006).
Dalam melakukan diet sehat, jumlah makanan yang dikonsumsi harus dibatasi.
Namun, sama sekali tidak ada makanan yang perlu dihindari apalagi dipantang.
Utamakan makanan yang berkualitas dan kaya gizi. Mulailah dengan mengkonsumsi
makanan porsi normal, sedikit demi sedikit kurangi porsi makan menjadi ¾ porsi sampai
½ porsi normal (Iping, 2006).
Dibandingkan fungsi tubuh lainnya, fungsi pencernaan menggunakan energi
paling besar. Oleh karena itu, makan berlebihan akan menguras energi dan
mempekerjakan sistem tubuh lebih keras. Hal ini dapat diamati saat seseorang lesu
atau mengantuk jika makan kekenyangan. Itu disebabkan karena tubuh terpaksa
mengerahkan sebagian besar darah dan energinya ke fungsi pencernaan sehingga
fungsi tubuh lain kekurangan energi dan oksigen. Akibatnya, organ tubuh lebih
mudah rusak dan sistem metabolisme mengalami penurunan fungsi (Iping, 2006).
2.6.2. Mengubah Pola Makan
Remaja puteri yang sedang melakukan diet, pola makan yang dilakukan yaitu
tidak makan (terutama tidak makan pagi dan makan malam), kegemaran makan snacks,
makan makanan siap saji, gemar mengkonsumsi minuman ringan, rendah serat dan
remaja puteri sering memodifikasi makanan mereka sendiri tanpa pengawasan dan
bimbingan dari dokter dan ahli gizi (Sayogo, 2006).
Pola makan remaja puteri cenderung menggemukkan. Pola makan ini erat
bukan pada saatnya makan, makan berlebihan dan mengkonsumsi makanan yang tidak
sehat. Hal ini terjadi karena faktor kebiasaan (Iping, 2006).
Jika mengikuti pola makan diet sehat, berarti harus mengawalinya dengan
mengubah pola makan. Mulailah dengan cara mengkonsumsi makanan dalam kuantitas
kecil tetapi berkualitas tinggi yang artinya makanlah makanan yang memiliki nilai gizi
yang baik tetapi dalam jumlah yang cukup (Iping, 2006).
Pola makan diet sehat berpusat pada pembentukan sistem pencernaan. Sistem ini
dibentuk agar menjadi lebih kecil daripada sebelumnya sehingga daya tampungnya juga
mengecil. Penyakit jantung, gagal ginjal, pembengkakan hati, diabetes, dan kanker bukan
hanya dikarenakan faktor keturunan, seperti anggapan kebanyakan orang selama ini.
Bentuk fisik gen bisa diturunkan, misalnya hidung mancung atau kulit hitam, tetapi
penyakit degeneratif dapat terjadi akibat pola hidup dan makan yang tidak sehat.
Biasanya, orangtua yang obesitas mewariskan pola makan yang sama kepada anaknya.
Jika kelak anaknya menderita kegemukan, berarti bukan karena obesitasnya yang
diturunkan melainkan pola makannya yang diturunkan kepada anaknya (Iping, 2006).
Metode diet sehat mewajibkan 3 kali makan dalam sehari, dengan jadwal makan
sebagai berikut :
Makan pagi : pukul 07.00-08.00 atau 08.00-09.00 atau 09.00-10.00
Makan siang : pukul 12.00-13.00 atau 13.00-14.00
Makan malam : pukul 18.00-19.00 atau 19.00-20.00 atau 20.00-21.00
Waktu makan disesuaikan menurut kebiasaan masing-masing, yang terpenting
07.00-08.00 pagi maka setiap sarapan pagi harus pada jam tersebut, begitu juga saat
makan siang dan makan malam (Iping, 2006).
Remaja puteri banyak yang berpikiran bahwa untuk menurunkan berat badan
mereka harus menghilangkan sarapan pagi dari jadwal makannya. Mereka berusaha
untuk menunda jam makan pagi dan menggesernya ke jadwal makan siang dalam
waktu yang lama. Cara ini banyak yang menganggap jumlah makanan yang
dikonsumsi berkurang, dan itu artinya berat badan pun akan turun. Pemikiran sama
sekali tidak benar. Makan pagi yang berkualitas justru dapat menyukseskan program
diet, dengan sarapan pagi yang baik remaja lebih mudah terhindar dari rasa lapar dan
remaja bisa berkonsentrasi dalam belajar. Selain itu, meskipun mengurangi porsi
makan di jam makan berikutnya, kondisi tubuh akan tetap fit. Program pelangsingan
pun menjadi lebih mudah dan efektif ( Iping, 2006).
Sarapan pagi harus konsisten setiap hari, sesuai dengan jadwal yang telah
ditentukan. Adapun menu sarapan pagi yang baik saat melakukan diet sehat yaitu
(Iping, 2006) :
Susu manis atau teh manis (250ml) - susu full cream
- gunakan gula asli atau madu
+
Telur 1 butir - Direbus
- Digoreng(mata sapi atau
dadar)
+ Roti tawar 2 lembar atau kue-kue atau cereal/oatmeal 1 mangkuk kecil
- Dengan mentega, keju, meses, selai.
2.6.3. Memperkecil Sistem Pencernaan
Hal yang paling penting untuk diingat dalam melakukan diet sehat adalah upaya
mengurangi beban kerja pencernaan dan membentuk “ mesin pencernaan”. Ibarat
kendaraan bermotor dari kapasitas mesin (cc) yang besar menjadi kapasitas mesin
(cc) yang kecil. Oleh karena itu, hal penting yang harus diingat adalah bukan hanya
jenis makanan yang dikonsumsi, tetapi juga jumlah makanan yang dimakan pada
setiap kali makan (Iping, 2006).
Diet sehat mudah dijalankan. Namun, pastikan dalam makanan tersebut terdapat
kandungan aneka gizi, terutama protein. Karena protein merupakan unsur gizi yang
sangat penting, fungsinya mengganti sel-sel tubuh yang rusak, memperbaiki jaringan
tubuh, dan membantu pembentukan hormon. Fungsi tersebut terkait dengan perbaikan
sistem metabolisme (Iping, 2006).
Berikut ini beberapa hal yang perlu diingat dan menjadi pedoman agar terbentuk
sistem pencernaan orang langsing dan sehat :
- Ingat sarapan pagi itu penting, tidak boleh meninggalkan sarapan pagi, karena jika
tidak, tubuh akan merasa lapar. Tubuh yang kekurangan energi tidak bisa bekerja
optimal.
- Jangan menunggu hingga terlalu lapar dan tepati jam makan yang sudah
ditentukan.
- Jika merasa lapar diluar jam makan ( biasanya sekitar pukul 15.00-17.00),
konsumsilah 2-3 keping biskuit ( cookies )
- Pilih makanan yang segar dan komposisikan dengan benar. Jangan menganggap
sayuran atau buah, tetapi jika jumlahnya banyak, maka tetap akan memperbesar
kapasitas lambung.
- Lebih baik makan tiga kali sehari dalam porsi setengah dari porsi makan biasa,
daripada satu kali makan sehari tetapi dalam bentuk porsi besar.
- Makan dengan perlahan-lahan, cara ini efektif untuk menimbulkan rasa kenyang
meskipun makan dalam jumlah sedikit (misalnya setengah porsi). Hal ini juga
dapat membina perilaku seperti halnya kebiasaan orang kurus yang umumnya
makan dengan lambat.
- Konsumsi daging, ikan, telur, susu, seafood sesuai dengan takarannya.
2.7. Penyakit akibat Diet
Remaja puteri sering mempraktekkan diet dengan cara yang salah. Akibatnya
timbul masalah-masalah kesehatan seperti anemia gizi besi, bulimia(memuntahkan
kembali makanan yang telah dimakan), kekurangan gizi (Ronal, 1996). Akibat dari
diet yang salah juga akan berdampak pada naik turunnya berat badan yang akan
mengakibatkan kegemukan. Penurunan berat badan secara cepat justru akan
berdampak naik turunnya berat badan tubuh yang biasa disebut dengan fenomena
yoyo syndrom. Menurut Sayogo(2006), potensi terjadinya yoyo syndrom itu karena
tubuh belum beradaptasi terhadap pola diet atau pola makan baru yang dijalani, yang
mengakibatkan berat badan turun dalam waktu yang singkat tetapi akan naik kembali
beberapa kilogram berat badan tubuhnya lebih dari berat badan sebelum melakukan
2.7.1. Anemia gizi besi
Anemia gizi besi adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi dalam
darah. Artinya konsentrasi hemoglobin dalam darah berkurang karena
terganggunya pembentukan sel-sel darah merah akibat kurangnya kadar zat besi
dalam darah (Ronal, 1996).
Remaja puteri rentan mengalami kurang gizi pada periode puncak tumbuh
kembang, kurang asupan gizi karena pola makan yang salah, dan pengaruh dari
lingkungan (ingin langsing). Remaja puteri yang sedang melakukan diet
cenderung tidak mengkonsumsi makanan yang berasal dari hewani sehingga
banyak remaja putri yang mengalami anemia gizi besi (Khomsan, 2003). Bahan
makanan yang mengandung Fe yaitu : daging, ikan, unggas, kacang-kacangan,
sayuran berwarna hijau (Sayogo , 2006).
Gejala-gejala yang timbul karena anemia gizi besi yaitu : lemah, letih, lesu,
lunglai, lalai(5L), sering pusing dan mata berkunang-kunang, gejala lebih lanjut
kelopak mata, bibir, lidah, kulit, dan telapak tangan menjadi pucat, dada
cenderung berdebar-debar karena Hb dibawah normal sehingga jantung dipaksa
bekerja ekstra, sesak nafas dan telinga terasa berdengung (Ronal, 1996).
Akibat yang ditimbulkan dari anemia gizi besi yaitu : mengganggu
pertumbuhan, menurunkan kemampuan fisik, menurunkan kemampuan bekerja
dan konsentrasi belajar, menurunkan ketahanan tubuh dalam menghadapi
penyakit infeksi, menurunkan kebugaran, dan mengakibatkan muka pucat
2.7.2. Bulimia dan Anoreksia nervosa
Bulimia dan anoreksia nervosa merupakan keadaan buruk akibat ingin kurus,
sehingga menolak makan atau memuntahkan kembali makanan yang telah
dimakan. Penderita bulimia dan anoreksia lebih banyak diderita oleh remaja
puteri. Karena mereka lebih mementingkan body image yang langsing dan cantik
(Khomsan, 2003).
Bulimia adalah gangguan makan yang ditandai dengan mengkonsumsi
makanan yang banyak dalam waktu yang singkat dan kehilangan kendali terhadap
makanan disertai tingkah laku unuk menurunkan berat badan seperti merangsang muntah,
gerak berlebih, dan puasa berkepanjangan. Penderita bulimia dapat
mengkonsumsi makanan sekitar 3000-7000 kkal. Gangguan makan pada
penderita bulimia timbul akibat rangsangan emosional seperti depresi, jemu,
marah dan kemudian diikuti oleh puasa yang berkepanjangan (Soetjiningsih, 2004)
Penderita bulimia mempunyai nafsu makan seperti penderita obesitas yaitu
ingin makan berlebihan karena pengaruh faktor eksternal (bau, rasa, dan
bentuknya) lebih dominan daripada faktor internal (rasa lapar). Karena penderita
bulimia tidak ingin memiliki berat badan yang berlebih, maka mereka
memuntahkan kembali makanan yang telah di makannya. Penderita bulimia
kadang-kadang memilih makanan tertentu yang harus dimuntahkan (biasanya
snacks). Jadi makanan utama (pagi, siang, malam) selalu dikonsumsi secara
normal. Dampak negatif dari bulimia yaitu kerusakan gigi dan iritasi pada
Anoreksia nervosa adalah bentuk penyimpangan perilaku makan yang hampir
mirip dengan bulimia. Penderita anoreksia melakukan pembatasan makan secara
tidak wajar. Penderita anoreksia makan seperti halnya individu normal tetapi
dikeluarkan lagi dengan cara muntah disengaja, dan sering melakukan olah raga
berlebihan. Dampak negatif bagi penderita anoreksia nervosa yaitu kehilangan
bobot tubuh yang berlebihan sehingga kekurangan gizi, terjadi amenorrhea
(menstruasi tidak lancar/terhambat). Anoreksia nervosa dan bulimia keduanya
merupakan keadaan buruk karena ingin langsing (Khomsan, 2003).
2.7.3. Kurang Gizi
Remaja merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan untuk menjadi
dewasa. Remaja umumnya melakukan aktivitas fisik lebih tinggi, sehingga
diperlukan zat gizi yang lebih banyak. Yaitu karbohidrat, protein, kalsium, besi,
seng (zinc) dan vitamin (Saraswati, 2006).
Diet tinggi karbohidrat, diet tinggi protein dan diet anti karbohidrat adalah diet
yang berbahaya dilakukan pada masa remaja, karena remaja masih membutuhkan zat
gizi yang besar untuk membantu proses pertumbuhan dan perkembangan. Diet anti
karbohidrat mengakibatkan tubuh menjadi lemas, tidak bisa berkonsentrasi dalam
belajar, dehidrasi, nafas menjadi pendek terutama saat melakukan aktivitas,
keseimbangan biokimia tubuh terganggu dan ritme jantung tidak normal sehingga
berpotensi mengganggu fungsi pembuluh jantung. Diet tinggi karbohidrat
mengakibatkan gangguan syaraf , psikis, dan beresiko kekurangan vitamin yang
larut dalam lemak. Diet tinggi protein akan menyebabkan dehidrasi, mempercepat
orang yang menjalani diet ini akan mudah terserang sembelit yang menaikkan resiko
kanker kolon(usus besar) (Saraswati, 2006).
2.8. Sumber Informasi Diet Sehat
Sumber informasi mengenai diet sehat dapat ditemukan pada media-media
cetak, TV, internet yang banyak memberikan informasi seputar diet sehat.
Kebanyakan remaja mendapatkan informasi tentang diet sehat melalui media
cetak yaitu majalah-majalah remaja yang memberikan solusi bagaimana cara diet
yang benar dan tepat, tetapi dalam penerapannya remaja puteri tidak diawasi oleh
dokter atau ahli gizi bahkan keluarganya. Sumber informasi dari buku-buku
kesehatan tentang bagaimana mendapatkan tubuh langsing dengan diet yang
sehat, yang banyak ditemukan ditoko-toko buku juga dapat menarik perhatian
remaja put eri untuk mencobanya. Televisi juga sumber informasi yang
mendukung remaja untuk melakukan diet, apalagi dengan menampilkan artis-artis
cantik yang bertubuh langsing sebagai modelnya. Dari sumber informasi tersebut
akan mempengaruhi perilaku remaja untuk melakukan diet, perilaku tersebut juga
bisa dipengaruhi oleh teman atau keluarga. Teman juga dapat memberikan
informasi tentang bagaimana cara diet, juga dari keluarga. Pengaruh teman dan
keluarga dengan cepat akan mempengaruhi perilaku remaja untuk melakukan diet
(Saraswati, 2006).
Banyaknya sumber informasi dari buku-buku dan internet yang memberikan
informasi tentang diet akan mempengaruhi perilaku remaja. Buku-buku tentang
cara diet selebritis muda, yang akan lebih mudah mempengaruhi remaja puteri
cara-cara seorang selebritis muda melakukan diet untuk mendapatkan tubuh yang
langsing dan menjadi cantik, sehingga remaja tersebut akan mengikuti perilaku
artis idolanya (Saraswati, 2006).
2.9. Kerangka Konsep
Skema diatas menjelaskan bahwa karakteristik (umur, berat badan, tinggi
badan) dan sumber informasi (teman, keluarga, TV, media cetak, internet)
mempengaruhi pengetahuan remaja puteri tentang diet sehat, sikap remaja puteri
tentang diet sehat, dan tindakan remaja puteri tentang diet sehat.
Dari skema diatas karakteristik responden yaitu tinggi badan dan berat badan
akan mempengaruhi pengetahuan remaja tentang diet sehat. Jika remaja memiliki
berat badan yang tidak ideal maka ada keinginan remaja untuk memperoleh
informasi tentang diet sehat.
Karakteristik -umur -berat badan -tinggi badan
Pengetahuan remaja puteri
tentang diet sehat
Sumber informasi -teman
-keluarga -media cetak -TV
-internet
Sikap remaja puteri tentang diet sehat
Tindakan remaja puteri
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif, untuk memperoleh
pengetahuan, sikap, dan tindakan remaja puteri tentang Diet sehat di SMU
DHARMAWANGSA Medan tahun 2008.
3.2. Lokasi dan Waktu penelitian
3.2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di SMU Dharmawangsa Medan. Adapun alasan penelitian
dilokasi ini adalah :
1. Belum pernah dilakukan penelitian seperti ini di SMU Dharmawangsa Medan.
2. Di SMU Dharmawangsa Medan, banyak terdapat remaja puteri yang memiliki
berat badan yang tidak ideal yang memungkinkan mereka diet.
3. Di SMU Dharmawangsa Medan, terdapat kasus siswa yang pernah menjalankan
diet tidak sehat/tidak tepat, sehingga ia dirawat di Rumah Sakit.
4. Penulis mempunyai kemudahan dalam memperoleh data, baik data primer
3.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan November tahun 2007(survei pendahuluan)
sampai bulan September tahun 2008 di SMU Dharmawangsa Medan.
3.3. Populasi dan Sampel
3.3.1. Populasi
Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah remaja puteri kelas 1, kelas
2 (IPA&IPS) dan kelas 3 (IPA&IPS) yaitu sebanyak 940 orang di SMU
DHARMAWANGSA Medan tahun 2008.
3.3.2. Sampel
Pengambilan sampel dilakukan dengan rumus penentuan jumlah sampel menurut
Lemeshow (1994), sebagai berikut:
) 1 ( . ) 1 ( ). 1 ( . 2 2 2 P P Z N d N P P Z n − + − − = ) 5 . 0 1 ( 5 . 0 . ) 96 . 1 ( ) 1 940 ( 1 . 0 940 ). 5 . 0 1 ( 5 . 0 . ) 96 . 1 ( 2 2 2 − + − − = n 9604 . 0 39 . 9 776 . 902 + = n 3504 . 10 776 . 902 = n 22 . 87 =
Keterangan : N = Besar Populasi yaitu kelas I, II IPA&IPS, III IPA&IPS (940)
n = Jumlah Sampel
d = galat pendugaan (0.1)
Z = Tingkat kepercayaan (90% = 1.96)
P = Proporsi populasi (0.5)
Berdasarkan perhitungan yang dilakukan dengan menggunakan rumus diatas
maka diketahui jumlah sampel dari populasi 940 orang didapatkan sampel penelitian
sebanyak 87 orang responden.
Pengambilan sampel dilakukan secara proporsional stratified random sampling
yaitu pengambilan sampel pada setiap strata (kelas) secara proposional agar setiap
orang memiliki peluang yang sama untuk menjadi sampel serta mewakili setiap kelas
(strata).
Kelas 1 30.91 31
940 29058 940 87 334 = = =
= x orang
Kelas 2 IPA 16.10 16
940 15138 940 87 174 = = =
= x orang
Kelas 2 IPS 11.19 11
940 10527 940 87 121 = = =
= x orang
Kelas 3 IPA 15.64 16
940 14703 940 87 169 = = =
= x orang
Kelas 3 IPS 13.14 13
940 12354 940 87 142 = = =
= x orang
Dari perhitungan diatas diperoleh sampel sebanyak 87 orang dengan perincian
untuk kelas 1=31orang, kelas 2 IPA= 16 orang, kelas II IPS=11orang, kelas III
3.4. Metode Pengumpulan Data
3.4.1. Data Primer
Data primer diperoleh dari peninjauan langsung ke lapangan dengan
menggunakan kuisioner yang mencakup data karakteristik responden (nama, umur, berat
badan, dan tinggi badan), yang akan dibagikan kepada responden dan diisi langsung oleh
responden yang berisikan daftar pertanyaan serta pilihan jawaban yang telah dipersiapkan
yaitu pengetahuan remaja puteri tentang diet sehat, sikap remaja puteri tentang diet sehat,
dan tindakan remaja puteri tentang diet sehat. Serta dilakukan pengukuran berat badan
dengan menggunakan timbangan badan, dan tinggi badan diukur dengan menggunakan
mikrotoise.
3.4.2.Data Sekunder
Data sekunder didapat dari kantor Tata Usaha SMU Dharmawangsa Medan yaitu
data-data jumlah siswa (perempuan) berdasarkan kelas, serta data mengenai sejarah
sekolah tersebut.
3.5. Defenisi Operasional
1.Responden adalah siswi SMU Dharmawangsa Medan.
2.Sumber informasi adalah asal/sumber keterangan-keterangan yang diperoleh
responden yang dikategorikan atas TV, media cetak, teman, keluarga, dan
internet.
3.Karakteristik yaitu responden berdasarkan umur, berat badan dan tinggi
4.Diet sehat yaitu metode pengaturan konsumsi makanan / pola makan yang
bersifat alamiah dengan cara mengurangi porsi makan, mengubah pola makan,
dan memperkecil sistem pencernaan.
5. Pengetahuan adalah segala pengetahuan yang dimiliki oleh responden
mengenai diet sehat yaitu dengan mengurangi porsi makan, mengubah pola
makan, dan memperkecil saluran pencernaan.
6.Sikap adalah tanggapan atau kesiapan remaja puteri tentang diet sehat yaitu
dengan mengurangi porsi makan, mengubah pola makan, dan memperkecil
saluran pencernaan.
7.Tindakan adalah bentuk nyata tindakan responden dalam melakukan diet yaitu
dengan mengurangi porsi makan, mengubah pola makan dan memperkecil
3.6. Aspek Pengukuran
Aspek pengukuran memakai skala interval dengan 3 (tiga) tingkatan skala
pengukuran Pratomo (1986), yaitu baik, sedang dan buruk dengan persentase :
- Baik : >75%
- Cukup : 40 – 75%
- Kurang : <40%
Pengukuran variabel perilaku, sebagai berikut :
a Pengetahuan, jika jawaban benar diberi skor 2 dan jawaban salah akan diberi skor
0, untuk pengetahuan diukur dari 26 pertanyaan dengan jumlah skor tertinggi 52,
dikategorikan baik dengan nilai >38, cukup dengan nilai 20-38, dan kurang
dengan nilai <20.
b Sikap, jika jawaban benar diberi skor 2 dan jawaban salah akan diberi skor 0,
untuk sikap diukur dari 17 pertanyaan dengan jumlah skor tertinggi 34,
dikategorikan baik dengan nilai >25, kategori cukup dengan nilai 12-25, dan
kategori kurang dengan nilai <12.
c Tindakan, jika jawaban benar diberi skor 2 dan jawaban salah akan diberi skor 0,
untuk tindakan diukur dengan 12 pertanyaan dengan jumlah skor tertinggi 28,
dikategorikan baik dengan nilai >20, kategori cukup dengan nilai 10-20, dan
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1. Gambaran Tentang SMU Dharmawangsa Medan 4.1.1. Lokasi
SMU Dharmawangsa Medan, dengan status sekolah disamakan, beralamat dijalan
K. L. Yosudarso No. 224 Medan, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :
Sebelah Utara : Berbatasan dengan Pulo Brayan Medan
Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kampung Dadap Alfalah
Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Glugur dan Puteri Hijau
Sebelah Barat : Berbatasan dengan Sekata dan Adam Malik
4.1.2. Sejarah Singkat
SMU Dharmawangsa salah satu lembaga pendidikan swasta dengan status
disamakan. SMU Dharmawangsa berlokasi di jalan K.L. Yosudarso No. 224 Medan,
berdiri pada tahun 1989. SMU Dharmawangsa salah satu lembaga pendidikan yang
memiliki perguruan tinggi/universitas. SMU Dharmawangsa memiliki 38 kelas,
terdiri dari 14 kelas untuk kelas 1, 12 kelas untuk kelas 2 (IPA sebanyak 7 kelas, IPS
sebanyak 5 kelas), dan kelas 3 sebanyak 12 kelas (IPA sebanyak 7 kelas, IPS
4.2. Gambaran Karakteristik Responden
Penelitian untuk memperoleh data kuantitatif mengunakan wawancara terstruktur
ditujuka n kepada responden sebanyak 87 orang. Hasilnya adalah seperti ditujukan pada
[image:45.612.141.387.205.312.2]tabel-tabel berikut ini :
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Di SMU Dharmawangsa Medan Tahun 2008
Umur(tahun) Frekuensi (orang)
Persentase (%)
15 9 10,34
16 24 27,58
17 51 58,62
18 3 3,44
total 87 100
Dari tabel 4.1, terlihat bahwa dari keseluruhan responden yang terbanyak adalah
umur 17 tahun sebanyak 58,62% dan yang terendah adalah umur 18 tahun sebanyak
[image:45.612.145.410.413.582.2]3,44%.
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Berat Badan (Kg) Di SMU Dharmawangsa Medan Tahun 2008
Berat Badan (kg)
Frekuensi (orang)
Persentase (%)
35-39 3 3,44
40-44 19 21,83
45-49 35 40,22
50-54 16 18,39
55-59 5 5,74
60-64 4 4,59
>65 5 5,74
Total 87 100
Dari tabel 4.2, terlihat bahwa dari keseluruhan responden yang memiliki berat
badan yang terbanyak adalah berat badan 45-49 kg sebanyak 40,22%, dan yang memiliki
Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tinggi Badan (cm) Di SMU Dharmawangsa Medan Tahun 2008
Tinggi Badan (cm) Frekuensi (Orang)
Persentase (%)
145-149 3 3,44
150-154 22 25,28
155-159 25 28,73
160-164 19 21,83
165-169 15 17,24
>169 3 3,44
Total 87 100
Dari tabel 4.3, terlihat bahwa dari keseluruhan responden yang memiliki tinggi
badan terbanyak adalah tinggi badan 155-159 cm sebanyak 28,73%, dan yang memiliki
tinggi badan terendah adalah tinggi badan 145-149 sebesar 3,44%, dan >169 cm y
sebanyak 3,44%.
Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Status Gizi Responden Dengan Berat Badan Ideal, Berat Badan Kurang (kurus), dan Berat Badan Lebih (gemuk) Di SMU Dharmawangsa Medan Tahun 2008 Responden Frekuensi
(orang)
Persentase (%)
Berat badan kurang (kurus)
39 44,83
Berat badan ideal 31 35,63
Berat badan lebih (gemuk)
17 19,54
Total 87 100
Dari tabel 4.4, terlihat bahwa dari keseluruhan responden yang memiliki berat
badan ideal sebanyak 35,63%, dan responden yang memiliki berat badan lebih (gemuk)
[image:46.612.133.468.351.509.2]4.3. Distribusi Pengetahuan Responden
Dari penelitian ini dapat diketahui bahwa seluruh responden pernah mendengar
[image:47.612.98.519.158.356.2]informasi tentang diet sehat.
Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Berdasarkan Sumber Informasi Tentang Diet Sehat Di SMU Dharmawangsa Medan Tahun 2008
Sumber informasi
Pernah (orang)
Persentase (%)
Tidak Pernah (orang)
Persentase (%)
Total
TV 30 34,48 57 65,52 87
Media cetak 25 28,74 62 71,26 87
Keluarga 3 3,45 84 96,55 87
Teman 5 5,75 82 94,25 87
Internet 5 5,75 82 94,25 87
TV & media cetak
11 12,64 76 87,36 87
TV & internet 8 9,20 79 90,80 87
Dari tabel 4.5, terlihat bahwa sumber informasi tentang diet sehat diperoleh
responden paling banyak berasal dari TV sebanyak 34,48% dan dari media cetak yaitu
sebanyak 28,74%. Informasi yang paling sedikit diperoleh dari keluarga sebanyak 3,45%.
Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Berdasarkan Pengertian Diet sehat Di SMU Dharmawangsa Medan Tahun 2008
Pengertian Diet Sehat Frekuensi (orang)
Persentase (%)
Metode pengaturan konsumsi makanan/pola makan yang bersifat alamiah dengan cara mengurangi porsi makan, mengubah pola makan, dan memperkecil sistem pencernaan
57 65,52
Mengurangi atau membatasi frekuensi makan untuk mencegah kegemukan
27 31,03
Segala usaha yang dilakukan agar lemak dalam tubuh habis
3 3,45
Total 87 100
Dari tabel 4.6, terlihat bahwa sebanyak 66,28% menyatakan bahwa diet sehat
[image:47.612.106.502.465.651.2]cara mengurangi porsi makan, mengubah pola makan, dan memperkecil sistem
pencernaan. Sementara itu, sebanyak 31,40% menyatakan diet sehat adalah Mengurangi
[image:48.612.132.438.185.324.2]atau membatasi frekuensi makan untuk mencegah kegemukan.
Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Berdasarkan Menu Makan Yang Baik Di SMU Dharmawangsa Medan Tahun 2008
Menu makan yang baik Frekuensi (orang)
Persentase (%)
Nasi + lauk pauk + sayur + buah + susu
85 97,70
Nasi + lauk pauk + sayur + susu
1 1,15
Nasi + lauk pauk + buah + susu
1 1,15
Total 87 100
Dari tabel 4.7, sebanyak 97,70% menyatakan menu makan yang baik adalah Nasi
+ lauk pauk + sayur + buah + susu, dan sebanyak 1,15% menyatakan menu makan yang
baik tidak ada buah, dan sebanyak 1,15% menyatakan menu makan yang baik tidak ada
sayur.
Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Berdasarkan Perlu atau Tidak waktu makan yang teratur Di SMU Dharmawangsa Medan Tahun 2008
Perlu/tidak perlu waktu makan yang
teratur
Frekuensi (orang)
Persentase (%)
Perlu 83 95,40
Tidak perlu 4 4,60
Total 87 100
Dari tabel 4.8, terlihat bahwa sebanyak 95,40% responden menyatakan perlu
waktu makan yang teratur. Sementara itu, sebanyak 4,60% menyatakan tidak perlu waktu
[image:48.612.139.461.452.578.2]Tabel 4.9. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Berdasarkan Alasan Waktu Makan Harus Teratur Di SMU Dharmawangsa Medan Tahun 2008
Alasan waktu makan harus teratur Frekuensi (orang)
Persentase (%)
Agar pola makan teratur dan porsi makan sesuai daya tampung perut
74 89,16
Agar disiplin 7 8,43
Agar tidak lapar 2 2,41
Total 83 100
Dari tabel 4.9, sebanyak 89,16% menyatakan alasan mengapa waktu makan harus
[image:49.612.132.512.332.411.2]teratur adalah agar pola makan teratur dan porsi makan sesuai daya tampung perut.
Tabel 4.10. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Terhadap
Frekuensi Makan Dalam Sehari Di SMU Dharmawangsa Medan Tahun 2008
Frekuensi makan sehari yang baik Frekuensi (Orang)
Persentase (%)
Tiga kali sehari, tetapi teratur 80 91,95
Dua kali sehari ,tetapi teratur 7 8,05
Total 87 100
Dari tabel 4.10, sebanyak 91,95% responden menyatakan bahwa frekuensi makan
yang baik yaitu tiga kali sehari, tetapi teratur.
Tabel 4.11. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Berdasarkan Manfaat Sarapan Pagi Di SMU Dharmawangsa Medan Tahun 2008
Manfaat sarapan pagi Frekuensi (orang)
Persentase (%)
Sebagai cadangan ten