• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II DASAR TEORI 2.1 Umum - Studi Perancangan Jaringan Wireless Fidelity (Wi-Fi) Menggunakan Model Propagasi Radio di Kantor Bappeda Kabupaten Simeulue

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB II DASAR TEORI 2.1 Umum - Studi Perancangan Jaringan Wireless Fidelity (Wi-Fi) Menggunakan Model Propagasi Radio di Kantor Bappeda Kabupaten Simeulue"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II DASAR TEORI

2.1 Umum

Jaringan wireless LAN sangat efektif digunakan di dalam sebuah kawasan atau gedung. Dengan performa dan keamanan yang dapat diandalkan, pengembangan jaringan wireless LAN menjadi tren baru pengembangan jaringan untuk menggantikan jaringan wired atau jaringan kabel. Pengembangan jaringan wireless LAN dapat mencakup sebuah kawasan rumah, kantor, perusahaan hingga ke area publik [1].

2.2 Wireless LAN

Wireless LAN adalah sebuah sistem komunikasi data yang fleksibel yang dapat diaplikasikan sebagai ekstensi ataupun sebagai alternatif pengganti untuk jaringan LAN kabel. Wireless LAN menggunakan teknologi frekuensi radio mengirim dan menerima data melalui media udara [2].

Dibandingkan dengan jaringan LAN berkabel, jaringan WLAN memiliki beberapa keuntungan, yaitu [2]:

1. Mendukung mobilitas user, meningkatkan produktivitas penggunaan data. 2. Pengembangan jaringan mudah dan cepat. Tidak seperti penggunaan kabel

(2)

3. Fleksibel. User dapat langsung menggunakan fasilitas tanpa harus memasang kabel terlebih dahulu, sehingga dapat digunakan seketika saat dibutuhkan dan di mana saja selama masih dalam area “hot spot”.

4. Biaya untuk jaringan wireless dapat lebih berkurang. Misalnya, penggunaan 802,11 dapat menghubungkan dua bangunan tanpa harus keluar biaya peralatan perangkat jaringan outdoor tambahan.

Struktur dasar dari sebuah WLAN disebut BSS (Basic Service Set) ditunjukkan pada Gambar 2.1, dimana jaringan terdiri dari AP dan beberapa perangkat nirkabel. Ketika perangkat ini mencoba untuk berkomunikasi antara mereka sendiri, mereka menyebarkan data mereka melalui perangkat AP. AP menyebarkan SSID (Service Set Identifier) untuk memungkinkan orang lain untuk bergabung dengan jaringan [2].

Gambar 2.1 Topologi Basic Service Set (BSS) [1]

2.3 Standar WLAN

(3)

kategori standar WLAN IEEE 802.11, yaitu standar protokol dasar yang lengkap untuk system Wi-Fi, seperti 802.11a, 802.11b, dan 802.11g, dan pengembangan dari standar yang ada dengan beberapa tambahan fungsional untuk menutupi kelemahan standar yang sudah ada [1].

Pada Table 2.1 secara garis besar terlihat tiga varian dasar standar jenis IEEE 802.11[1].

Tabel 2.1 Spesifikasi Wi-Fi berdasarkan standar IEEE 802.11

Standar Frekuensi Cakupan Data rate

802.11a 5 GHz 100 m 54 Mbps

802.11b 2,4 GHz 50 m 11 Mbps

802.11g 2,4 GHz 100 m 54 Mbps

Wi-Fi 802.11b/g beroperasi pada 2.400 MHz sampai 2.483,50 MHz. Wi-Fi bekerja dalam 11 kanal (masing-masing 5 MHz), berpusat di frekuensi berikut [2]:

(4)

2.3.1. Wireless Fidelity (Wi-Fi)

Wireless Fidelity (Wi-Fi) adalah merupakan merek dagang wireless LAN yang diperkenalkan dan distandarisasi oleh Wireless Fidelity Alliance. Standar Wi-Fi didasarkan pada standar 802.11. Wi-Fi pertama kali membentuk Wireless Ethernet Compatibility Alliance (WECA), sebuah organisasi nonprofit yang mempunyai fokus pada pemasaran serta mengurusi interoperabilitas. Pada produk wireless LAN 802.11i, Wi-Fi Alliance juga memprakarsai keamanan pada 802.11i yang disebut Wireless Fidelity Protected Access (WPA) [1].

2.3.2 Access Point

Access point digunakan untuk melakukan pengaturan lalu lintas jaringan dari mobile radio ke jaringan kabel atau dari backbone jaringan wireless clien/server. Pengaturan ini digunakan untuk melakukan koordinasi dari semua node jaringan dalam mempergunakan layanan dasar jaringan serta memastikan penanganan lalu lintas dapat berjalan dengan baik. Access point akan merutekan aliran data antara pusat jaringan dengan jaringan wireless yang lain. Dalam sebuah WLAN pengaturan jaringan akan dilakukan oleh access point pusat yang mempunyai performa troughput yang lebih baik [1].

2.4 Mekanisme Propagasi

Hal mendasar yang mempengaruhi mekanisme propagasi radio sehingga mempengaruhi rugi-rugi lintasan pada komunikasi bergerak adalah peristiwa refleksi (pemantulan), difraksi (pembiasan) dan scattering (penghamburan) [6].

(5)

bila dibandingkan dengan panjang gelombang elektromagnetik tersebut. Refleksi terjadi dari permukaan tanah, gedung-gedung dan dinding-dinding [7].

Difraksi (pembiasan) terjadi ketika jalur radio antara pemancar dan penerima dihalangi oleh sebuah permukaan yang memiliki tepi yang tajam. Gelombang-gelombang kedua yang dihasilkan dari permukaan tajam yang menghalanginya tersebut terurai di ruang bebas dan bahkan di belakang penghalang tersebut, yang menyebabkan adanya gelombang-gelombang yang melengkung di sekitar penghalang, bahkan ketika jalur Line Of Sight (LOS) tidak ada di antara pemancar dan penerima. Untuk frekuensi tinggi, difraksi sama seperti refleksi, yaitu tergantung pada geometri objek, baik amplitudo, fasa maupun polarisasi dari gelombang datang di titik difraksinya [7].

Scattering (penghamburan) terjadi ketika medium tempat gelombang berpropagasi terdiri dari objek dengan dimensi yang lebih kecil dibandingkan dengan panjang gelombangnya dengan jumlah penghalang yang relatif besar. Gelombang hamburan dihasilkan oleh kekasaran permukaan tanah, objek-objek yang kecil atau karena ketidakteraturan lainnya di kanal. Pada kenyataanya pepohonan, rambu-rambu jalan dan tiang-tiang listrik menimbulkan hamburan di dalam sistem komunikasi bergerak [7].

Berdasarkan sudut pandang propagasi radio ketiga hal tersebut dipengaruhi oleh efek medium. Efek dari suatu medium dapat ditentukan dengan tiga parameter pokok, yaitu konduktivitas ( ), permitivitas ( ) dan permeabilitas ( ) [6].

(6)

Elemen yang paling utama dalam perancangan jaringan radio adalah rugi-rugi lintasan. Elemen rugi-rugi-rugi-rugi lintasan mencakup free space loss (rugi-rugi-rugi-rugi ruang bebas), rugi-rugi atmosfer, penyerapan uap air, pengendapan, fading, multipath dan berbagai efek lainnya berdasarkan frekuensi dan lingkungannya [7]. Jika jalur utama propagasi merupakan ruang bebas maka rugi-rugi lintasan yang diakibatkan oleh ruang bebas dapat dihitung menggunakan persamaan rugi-rugi ruang bebas Friis yang dinyatakan pada Persamaan 2.1 [8].

(2.1)

atau dengan Persamaan 2.2 [7], yaitu.

(2.2)

dimana:

L = Rugi-rugi lintasan (dB) GT = Gain antena pemancar (dBi) GR = Gain antena penerima (dBi)

λ = Panjang gelombang (m)

d = Jarak antara pemancar dan penerima (m)

Pada beberapa aplikasi, gain antena tidak termasuk dalam persamaan rugi-rugi lintasan, sehingga persamaan rugi-rugi-rugi-rugi ruang bebas Friis dapat dihitung menggunakan Persamaan 2.3 [8].

(7)

dimana Lfsl adalah rugi-rugi lintasan ruang bebas (dB).

Secara umum, model propagasi rugi-rugi lintasan dibagi menjadi 3 jenis, yaitu model empiris, model semi-deterministik dan model deterministik [6]:

1. Model empiris adalah model yang digunakan berdasarkan hasil observasi dan pengukuran, bersifat sederhana karena hanya memerlukan beberapa parameter saja, tetapi hasilnya tidak begitu akurat. Contoh model empiris ini adalah model Okumura, model Hata, model Cost231MultiWall dan model ITU-R [3].

2. Model semi-deterministik adalah model empiris yang menggunakan beberapa komponen model deterministik. Model ini memiliki kelebihan berupa tidak dibutuhkannya terlalu banyak data untuk perhitungan seperti pada model deterministik, namun tetap memiliki akurasi yang lebih tinggi dari pada model empiris. Contoh model ini adalah model Cost231Hata, Cost231WI, model Cost231 [5], model Miura dan model K rner.

3. Model deterministik adalah model yang sangat spesifik, membutuhkan banyak informasi tentang letak geografis dari sebuah kota atau bangunan, kemampuan komputasi yang baik namun hasilnya akurat.

2.6 Model Propagasi Dalam Bangunan

(8)

dari pada model deterministik. Kecocokan itu terlihat pada model empiris tidak memerlukan data yang terperinci mengenai keadaan di dalam bangunan yang dapat berupa perabot, kepadatan manusia dan lain sebagainya dimana kesemuanya itu merupakan data yang selalu berubah dan belum tentu sama dengan bangunan lain yang masih berada dalam satu cakupan pemancar yang sama. Hal ini disebabkan karena pada model empiris rugi-rugi transmisi yang diakibatkan oleh penghalang-penghalang tersebut telah diwakili secara implisit oleh variabel tertentu di dalam formula model propagasi tersebut [3] [5].

Pada penelitian ini, model propagasi yang digunakan dalam perhitungan rugi-rugi lintasan di dalam bangunan hanya model ITU-R, model Keenan Motley, model Cost231MultiWall. Dengan pertimbangan bahwa model tersebut merupakan model empiris sehingga lebih cocok digunakan di dalam bangunan yang mana terdapat banyak penghalang yang cepat berubah baik kerapatannya maupun posisinya [3] [5].

2.6.1 Model Propagasi ITU-R

(9)

model memerlukan data yang spesifik mengenai keadaan di dalam bangunan yang cenderung mudah berubah.

Site-general model adalah jenis model yang hanya memerlukan sedikit informasi mengenai keadaan daerah cakupan pemancar yang akan diteliti dalam menentukan rugi-rugi lintasan. Model ini juga menjelaskan bahwa rugi-rugi lintasan gelombang radio di dalam bangunan ditandai oleh rugi-rugi lintasan rata-rata dan hal-hal yang terkait dengan nilai fading shadow [3].

Kebanyakan model propagasi di dalam bangunan melakukan perhitungan pelemahan sinyal akibat menembus beberapa dinding dan/atau lantai. Namun pada model ini tidak memperhitungkan rugi-rugi lintasan akibat menembus dinding tetapi memperhitungkan rugi-rugi daya sinyal akibat menembus lantai. Hal ini dilakukan untuk memperediksi luas cakupan penggunaan frekuensi yang sama diantara lantai.

Model ini menambahkan koefisien rugi-rugi daya (distance power loss coefficient) di dalam perhitungan rugi-rugi lintasan yang telah ditentukan seperti yang diperlihatkan pada Tabel 2.2, yaitu parameter-parameter khusus berdasarkan hasil berbagai perhitungan.

Tabel 2.2 Koefisien Power Loss, N [3]

(10)

5,2 GHz 30 (Apartemen)

28 (Rumah) 31 -

5,8 GHz - 24 -

60 GHz - 22 17

70 GHz - 22 -

Tabel 2.2 menunjukkan bahwa besar nilai koefisien power loss ditentukan oleh jenis pemanfaatan bangunan dan frekuensi yang digunakan, dimana koefisien ini telah mewakili rugi-rugi transmisi akibat dinding, perabot di dalam bangunan serta mekanisme rugi-rugi lintasan lain yang mirip yang terdapat di dalam gedung sehingga memungkinkan sinyal tersebut dapat digunakan pada lantai yang sama. Pada site-specific model rugi-rugi lintasan akibat dinding dihitung secara eksplisit. Persamaan 2.4 merupakan persamaan prediksi rugi-rugi lintasan untuk model site-specific [3].

(2.4)

dimana :

N = Koefisien jarak rugi-rugi daya (distance power loss coefficient) f = Frekuensi (MHz)

d = Jarak pisah diantara pemancar dan penerima dimana pemancar dan penerima berada di dalam bangunan yang sama (dimana d >1m)

Lf = Faktor rugi-rugi penyerapan oleh lantai (dB)

(11)

Untuk besarnya rugi-rugi lintasan akibat penyerapan lantai diperlihatkan pada Tabel 2.3 [3].

Tabel 2.3 Faktor Rugi-Rugi Penyerapan Daya Terhadap Lantai, Lf (dB) [3]

Frekuensi Bangunan

Penggunaan jenis pita frekuensi yang lain dimana koefisien power loss tidak ada untuk bangunan tempat tinggal, maka nilai tersebut dapat digunakan dari bangunan kantor. Standar deviasi dan log-normal dari nilai fading shadow di dalam bangunan ditunjukkan pada Tabel 2.4 [3].

Tabel 2.4 Standar Deviasi Fading Shadow [3]

Frekuensi

(12)

Salah satu model propagasi yang dapat diterapkan di dalam ruangan yaitu model yang disebut Model Keenan-Motley. Didalam rumusannya memasukkan elemen penghalang lintasan sinyal yang mempengaruhi nilai rugi-rugi lintasan [4]. Adapun nilai Lo dituliskan pada Persamaan 2.5 dan Po pada Persamaan 2.6.

(2.5) dimana :

(2.6)

R = jarak antara pemancar dan penerima (meter) p = jumlah dinding antara pemancar dan penerima

WAF = Wall attenuation Factor (factor redaman yang dipengaruhi dinding) k = jumlah lantai antara pemancar dan penerima

FAF = Floor Attenuation Factor (factor redaman yang dipengaruhi lantai)

Nilai WAF ditentukan dari struktur dinding, dimana WAF sebesar 3 dB untuk gedung modern sementara gedung dengan dinding beton biasa sebesar 10 dB. FAF sendiri tergantung dari kontruksi gedung, namun memiliki kisaran nilai sebesar 13 dB sampai 18 dB.

2.6.4 Model Propagasi Cost231MultiWall

(13)

eksponensial yang dipengaruhi oleh faktor empiris ( ) seperti yang diperlihatkan pada Persamaan 2.7 [5].

(2.7)

Variabel LFSPLi ditentukan menggunakan Persamaan 2.8.

(2.8)

dimana :

LMW = Rugi-rugi lintasan total (dB)

LFSPLi = Rugi-rugi ruang bebas di dalam bangunan (dB)

LC = Konstanta rugi-rugi

kwi = Jumlah dinding yang ditembus pada jenis ke-i

kf = Jumlah lantai yang ditembus

Lwi = Rugi-rugi dinding yang ditembus pada jenis ke-i (dB)

Lf = Rugi-rugi lantai yang ditembus (dB)

b = Faktor empiris

I = Jumlah jenis dinding

Rugi-rugi LC merupakan variabel yang besarnya ditentukan dari hasil

(14)

model ini menjadi tidak jelas. Maka dibuatlah pembagian jenis dinding ke dalam dua tipe seperti yang diperlihatkan pada Tabel 2.5 [5].

Tabel 2.5 Pembagian Jenis Dinding pada Model Cost231 Multi Wall [5]

Jenis Dinding Deskripsi

Dinding Tipis (Lw1)

Sebuah dinding yang tidak dibebani oleh suatu bantalan pada salah satu atau kedua sisi dinding seperti dinding eternit, dinding papan dan diding beton tipis dengan ketebalan kurang dari 10 cm.

Dinding Tebal (Lw2)

Sebuah dinding yang dibebani oleh suatu bantalan atau jenis dinding yang lainnya dengan ketebalan dinding lebih dari 10 cm yang terbuat dari bahan berat, seperti beton atau batu bata.

Besar nilai variabel-variabel pada model ini telah ditentukan berdasarkan hasil pengukuran yang dilakukan oleh organisasi-organisasi komunikasi seperti Alcatel, CNET, TUW, UPC, VTT dan Ericsson. Meskipun organisasi-organisasi tersebut melakukan pengukuran dengan metode dan peralatan yang berbeda. Namun setiap pengukuran harus dilakukan dengan aturan umum yang telah ditentukan sebelumnya yaitu posisi pemancar ditempatkan pada pusat gedung sedangkan posisi penerima berpindah ke beberapa tempat yang masih tercakup oleh pemancar, ketinggian pemancar dari lantai sekitar 1,5–3,0 m, antena yang digunakan jenis omnidireksional dengan besar gain 1,3–2,2 dB, daya pancar 10-30 dBm dan jenis polarisasi yang digunakan adalah vertikal untuk setiap pengukuran [5].

(15)

Perlu diketahui bahwa seluruh hasil pengukuran tersebut secara implisit telah termasuk rugi-rugi yang disebabkan oleh berbagai jenis perabot yang terdapat di dalam bangunan dan koridor-koridor yang dilalui oleh gelombang radio tersebut. Kemudian hasil pengukuran pada setiap kategori lingkungan tersebut dihitung nilai rata-ratanya sehingga diperoleh pendekatan hasil terhadap nilai variabel-variabel pada model ini seperti pada Tabel 2.6 [5].

Tabel 2.6 Nilai Variabel-Variabel pada Model Cost231MultiWall [5] Keadaan Bangunan Lwi [dB] Lw2 [dB] Lf [dB] B

Penjelasan mengenai jenis keadaan bangunan pada Tabel 2.5 diperlihatkan pada Tabel 2.7. Pada katagori bangunan padat pengukuran dilakukan pada keadaan satu lantai, dua lantai dan beberapa lantai. Hal ini secara berturut-turut dengan maksud agar pengukuran dilakukan pada saat posisi pemancar dan penerima berada pada lantai yang sama, berada diantara dua lantai yang berdekatan dan berada pada lebih dari dua lantai [5].

Tabel 2.7 Penjelasan Kategori Lingkungan Dalam Bangunan [5]

Kategori Lingkungan Deskripsi

Padat (Dense)

Keadaan lingkungan pada bangunan-bangunan kecil misalnya pada sebuah kantor dimana tiap-tiap karyawan menempati ruangannya masing-masing; sering terjadi peristiwa NLOS.

Terbuka (Open)

(16)

OLOS (Obstacled Line Of Sight). Luas (Large)

Keadaan lingkungan pada bangunan yang sangat luas; seperti pada pabrik, pusat perbelanjaan atau bandara; sering terjadi peristiwa LOS ataupun NLOS.

Koridor (Corridor)

Keadaan lingkungan dimana penerima dan pemancar berada pada koridor yang sama sehingga sering terjadi peristiwa LOS.

2.7 Menentukan Area Cakupan Cell dalam Bangunan

Pada Tugas Akhir ini, Area batas cakupan yang mampu dicapai access point untuk beroperasi disebut dengan cell. Cell diasumsikan berbentuk segi enam atau heksagonal. Hal ini dilakukan untuk memudahkan penggambaran pola radiasi omnidirectional dari antena pemancar yang digunakan.

Untuk menghitung luas cakupan segi enam, dapat dilakukan dengan terlebih dahulu membagi cell menjadi enam segi tiga sama sisi, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.3. Segi tiga - segi tiga tersebut membentuk sudut 60o

dengan R merupakan radius (jari-jari). Maka, untuk luas satu buah segi tiga di dalamnya dapat dihitung dengan Persamaan 2.9.

(2.9)

Selanjutnya, untuk menghitung luas cell atau segi enam, dapat dilakukan dengan perhitungan pada Persamaan 2.10.

(17)

Gambar 2.2 Cell atau Segi Enam

Gambar

Gambar 2.1 Topologi Basic Service Set (BSS) [1]
Tabel 2.2 menunjukkan bahwa besar nilai koefisien power loss ditentukan
Tabel 2.4 Standar Deviasi Fading Shadow [3]
Tabel 2.5
+2

Referensi

Dokumen terkait

Michaelis-Menten kinetika secara luas digunakan untuk menggambarkan hubungan antara O2 konsentrasi dan O2 Tingkat konsumsi : keseluruhan respirasi jalur diasumsikan

(1) Pedagang yang tidak mentaati ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam surat ijin penempatan sebagaimana tersebut pasal 5 ayat (4) Peraturan daerah ini dan atau pedagang yang

dengan sistem MIMO-OFDM, menjadi fokus penelitian untuk komunikasi wireless generasi mendatang karena selain memperoleh gain diversitas, sistem MIMO- OFDM juga handal

Bahwa benar antara Tergugat / Pembanding dengan Penggugat / Terbanding telah pisah tempat tinggal bersama karena Penggugat / Terbanding yang keluar dari rumah tempat

Pada penelitian sebelumnya sudah ditentukan bahwa daun lempuyang gajah (Zingiber zerumbet Sm.) mempunyai aktivitas antioksidan, dengan hasil yang didapat adalah fraksi

yang harus ditempuh dalam membuat suatu keputusan, hingga tidak jarang adanya pengekangan kreatifitas pada sang musisi untuk berkarya yang didasarkan pada permintaan

GreatLink Premier Bond Fund merupakan pilihan dana investasi bagi nasabah yang memberikan tingkat hasil stabil dengan tingkat risiko rendah - menengah untuk investasi jangka

Menurut UU No. Berhubungan darah dalam garis keturunan lurus ke bawah atau ke atas; Misalnya, antara anak perempuan/laki-laki dan bapak/ibu, antara cucu laki-laki/perempuan