• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan Pajak Hotel Dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Peranan Pajak Hotel Dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Medan"

Copied!
111
0
0

Teks penuh

(1)

Proposal Penelitian

PERANAN PAJAK HOTEL DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KOTA MEDAN

D I S U S U N Oleh :

050903075 NUKY MAHADITYA

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan laporan penelitian ini, tepat pada waktunya. Adapun laporan penelitian ini merupakan salah satu syarat yang wajib saya lewati sebelum saya menghadapi wisuda.

Tak lupa saya haturkan terima kasih banyak kepada dosen pembimbing Bpk. Alwi Hasyim Batubara, M.Si yang telah sudi membimbing dan mengarahkan saya dalam menyelesaikan laporan penelitian ini, sehingga memberikan kemampuan dan pemahaman kepada saya.

Dalam laporan ini, saya sadar masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak yang bersifat membangun yang sekiranya dapat saya terapkan pada penelitian berikutnya. Untuk itu sebelum dan sesudahnya saya ucapkan terima kasih.

Medan, 18 Maret 2010

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………... i

DAFTAR ISI ………. ii

DAFTAR TABEL ………. iii

DAFTAR LAMPIRAN ………. iv

ABSTRAK...v

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang masalah ... 1

1.2 Perumusan masalah ... 4

1.3 Tujuan penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

1.5 Kerangka Teoritik ... 6

1.5.1 Pendapatan Asli daerah ... 6

1.5.2 Jenis- Jenis PAD ... 7

1.5.3 Pajak ... 8

1.5.4 Fungsi Pajak ... 10

1.5.5 Azas Pemungutan Pajak ... 12

1.5.6 Pajak Daerah ... 14

1.5.7 Pajak Hotel ... 16

1.5.8 Objek Pajak Hotel ... 16

(4)

1.5.10 Retribusi daerah ……….. 19

1.5.11 Hasil Perusahaan Milik daerah dan Hasil Pengelolaan Milik daerah Yang Dipisahkan ... 21

1.5.12 Lain- lain PAD Yang Sah ... 22

1.5.13 Pengelolaan Keuangan Daerah ... 25

1.5.14 Definisi Konsep ... 27

1.5.15 Definisi Operasional ... 28

1.5.16 Sistematik Penulisan ... 29

BAB II METODE PENELITIAN ... 31

2.1 Bentuk Penelitian ... 31

2.2 Lokasi Penelitian ... 31

2.3 Jenis dan Sumber data ... 31

2.4 Populasi dan Sampel ... 32

2.5 Teknik Pengumpulan data ... 32

2.6 Teknik Analisis Data ... 33

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN ... 35

3.1 Gambaran Umum Kota Medan ... 35

3.1.1 Letak Geografis ... 37

3.1.2 Kependudukan ... 38

3.1.3 Kondisi Pajak Hotel di Kota Medan ... 39

(5)

3.3 Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kota

Medan ... 42

3.4 Visi dan Misi Dinas Penda[atan Kota Medan ... 44

3.5 Uraian Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan ... 44

3.6 Tata Kerja ... 46

3.6.1 Bagian tata Usaha ... 46

3.6.2 Sub Dinas Program ... 47.

3.6.3 Sub Dinas Pendataan dan Penetapan ... 50

3.6.4 Sub Dinas Penagihan ... 52

3.6.5 Sub Dinas Retribusi dan Pendapatan Lain-lain ... 54

3.6.6 Sub Dinas Bagi Hasil Pendapatan ... 56

3.6.7 Kelompok Jabatan Fungsional ... 58

3.7 Jumlah Pegawai Dinas Pendapatan Kota Medan Tahun 2008 ... 60

BAB IV PENYAJIAN DATA 4.1 Identitas Responden ... 61

4.2 Variabel Penelitian ... 64

BAB V ANALISA DATA 5.1 Identitas Rsponden ... 74

(6)

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 : Jumlah dan Luas Kecamatan serta Jumlah Kelurahan

di Kota Medan ... 36

Tabel 3.2 : Jumlah Penduduk Kota Medan ... 38

Tabel 3.3 : Target dan Realisasi Pajak Hotel Kota Medan Tahun 2003 – 2007 ... 40

Tabel 3.4 : Jumlah Pegawai Dinas Pendapatan Kota Medan ... 60

Tabel 4.1 : Jumlah Responden Menurut Jenis kelamin ... 61

Tabel 4.2 : Komposisi Umur Responden ... 62

Tabel 4.3 : Responden Berdasarkan Pendidikan ... 63

Tabel 4.4 : Responden Berdasarkan Masa kerja ... 63

Tabel 4.5 : Responden Berdasarkan Golongan/ruang kepangkatan ... 64

Tabel 4.6 : Upaya Yang Dilakukan Untuk Meningkatkan PAD Oleh Dinas Pendapatan Kota Medan . ... 65

Tabel 4.7 : Pencapaian Target Pajak Sesuai Dengan YangDirencanakan ... 66

Tabel 4.8 : Jumlah Hotel yang Terdaftar di Kota Medan ... 66

Tabel 4.9 : Sosialisasi Yang Dilakukan Kepada Pengusaha Hotel ... 67

Tabel 4.10 : Kategori Dalam Penentuan tarif Hotel ... 68

Tabel 4.11 : Sistem dan Mekanisme Yang Dilakukan Dalam Pembayaran Pajak Hotel ... ... 68

(8)

Tabel 4.13 : Sanksi Yang Diberikan Atas Penunggakan Pembayaran

Pajak ... 70 Tabel 4.14 : Pengawasan Yang Dilakukan Dalam Penagihan

Pajak Hotel ... 71 Tabel 4.15 : Pelaksanaan Program Dalam Meningkatkan Pajak Hotel ... 71

Tabel 4.16 : Kepatuhan wajib pajak Terhadap Peraturan Tentang Pajak

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Permohonan Pengajuan Judul Skripsi Lampiran 2 : Surat Penunjukan Dosen pembimbing

Lampiran 3 : Surat undangan Seminar Usulan Penelitian Skripsi kepada Dosen Pembimbing

Lampiran 4 : Surat undangan seminar Usulan Peneltian Skripsi Kepada Dosen Penguji

Lampiran 5 : Jadwal Seminar usulan Skripsi

Lampiran 6 : Berita Acara Seminar Rencana Usulan Penelitian Departemen Ilmu Administrasi Negara

(10)

ABSTRAK

PERANAN PAJAK HOTEL DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KOTA MEDAN

Nama : Nuky Mahaditya

N.I.M. : 050903075

Departemen : Ilmu Administrasi Negara

Dosen Pembimbing : Drs. Alwi Hasyim Batubara, M.Si

Dalam penyelenggaraan Otonomi Daerah sesuai dengan Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 dan Undang-Undang No. 33 Tahun 2004, menerangkan bahwa factor keuangan daerah merupakan tulang punggung bagi terselenggaranya aktivitas pemerintah daerah. Pemerintah Daerah harus dapat menjalankan fungsinya dengan baik dan berupaya untuk meningkatkan penerimaan daerah, terutama yang bersumber dari Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Sehubungan dengan itu, maka penulis merasa tertarik untuk mengadakan penelitian di Kota Medan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana peranan dan besarnya kontribusi Pajak Hotel dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah kota Medan dalam pembiayaan otonomi yang telah diserahkan kepada kota Medan.

(11)

yang dijadikan sebagai sampel dengan menggunakan purposive sampling. Teknik analisa data yang dipergunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan cara mengumpulkan data melalui wawancara, kuesioner, serta dokumentasi dari pihak terkait. Kemudian data tersebut ditabulasi untuk dianalisis kemudian ditarik kesimpulan.

Dari hasil analisa data yang dilakukan diperoleh gambaran bahwa kontribusi Pajak Hotel terhadapa Pendapatan Asli Daerah kota Medan relative kecil dibandingkan dengan penerimaan pajak-pajak daerah lainnya seperti pajak penerangan jalan dan pajak restoran. Hal ini terlihat dari data selama 2 (dua) tahun terakhir yakni sebesar Rp. 17.684.311.819,64 pada tahun 2006 dan pada tahun 2007 kontribusi yang diberikan sebesar Rp. 19.717.665.589,08.

(12)

ABSTRAK

PERANAN PAJAK HOTEL DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KOTA MEDAN

Nama : Nuky Mahaditya

N.I.M. : 050903075

Departemen : Ilmu Administrasi Negara

Dosen Pembimbing : Drs. Alwi Hasyim Batubara, M.Si

Dalam penyelenggaraan Otonomi Daerah sesuai dengan Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 dan Undang-Undang No. 33 Tahun 2004, menerangkan bahwa factor keuangan daerah merupakan tulang punggung bagi terselenggaranya aktivitas pemerintah daerah. Pemerintah Daerah harus dapat menjalankan fungsinya dengan baik dan berupaya untuk meningkatkan penerimaan daerah, terutama yang bersumber dari Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Sehubungan dengan itu, maka penulis merasa tertarik untuk mengadakan penelitian di Kota Medan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana peranan dan besarnya kontribusi Pajak Hotel dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah kota Medan dalam pembiayaan otonomi yang telah diserahkan kepada kota Medan.

(13)

yang dijadikan sebagai sampel dengan menggunakan purposive sampling. Teknik analisa data yang dipergunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan cara mengumpulkan data melalui wawancara, kuesioner, serta dokumentasi dari pihak terkait. Kemudian data tersebut ditabulasi untuk dianalisis kemudian ditarik kesimpulan.

Dari hasil analisa data yang dilakukan diperoleh gambaran bahwa kontribusi Pajak Hotel terhadapa Pendapatan Asli Daerah kota Medan relative kecil dibandingkan dengan penerimaan pajak-pajak daerah lainnya seperti pajak penerangan jalan dan pajak restoran. Hal ini terlihat dari data selama 2 (dua) tahun terakhir yakni sebesar Rp. 17.684.311.819,64 pada tahun 2006 dan pada tahun 2007 kontribusi yang diberikan sebesar Rp. 19.717.665.589,08.

(14)

BAB I

P E N D A H U L U A N

1.1 Latar Belakang Masalah

Sebagaimana pelaksanaan Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan daerah yang menyatakan bahwa Pemerintah daerah adalah penyelenggaan urusan pemerintah oleh Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) menurut azas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi yang seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sesuai dengan Undang-undang dasra Republik Indonesia tahun 1945. Pelaksanaan otonomi yang seluas-luasnya, dalam arti daerah diberikan kewenangan mengurus dan mengatur semua urusan pemerintahan yang ditetapkan dalam Undang-undang ini. Daerah memilki kewenangan membuat kebijakan daerah untuk memberi pelayanan, peningkatan peran serta, prakarsa dan pemberdayaan masyarakat yang bertujuan pada peningkatan masyarakat yang merupakan bagian utama dari tujuan nasional.

(15)

penyelenggaraan desentralisasi dengan mempertimbangkan potensi, kondisi, dan kebutuhan daerah

Undang-undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbagan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah daerah memberikan kesempatan yang lebih luas bagi pemerintah Daerah dalam menghimpun berbagai jenis pendapatan daerah. Pemerintah Daerah memiliki kewenangan untuk menghimpun pendapatan daerah yang konvensional, yaitu pajak dan retribusi ataupun pendapatan daerah yang non konvensional, seperti obligasi daerah ( Soekarwo, 2003 :40).

Dalam rangka melaksanakan pengurusan rumah tangganya sendiri , pemerintah Daerah diberi keluasaan dalam menghimpun dana seperti diatur dalam pasal 5 Undang-undang No.33 Tahun 2004 yang menyatakan bahwa dalam pelaksanaan desentralisasi, pemerintah Daerah berhak sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah yang terdiri atas ;

1. Hasil pajak daerah

2. Hasil Retribusi daerah

3. Hasil Perusahaan daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah

lainnya yang dipsahkan dan

4. Lain-lain pendapatan daerah yang sah.

(16)

kewenangan yang ada, maka Pemerintah daerah dapat menetapkan berbagai jenis sumber penerimaan daerah baru. Kuantitas dan kualitas jenis-jenis penerimaan baru tersebut sangat tergantung pada Pemerintah Daerah dalam berinovasi. Perimbangan keuangan Pusat dan Daerah dalam rangka desentralisasi fiscal mengandung pengertian bahwa kepada daerah diberikan kewenanagan untuk memanfaatkan sumber keuangan sendiri dan didukung dengan perimbangan keuangan Pusat dan Daerah. Pendapatan Asli daerah (PAD) menjadi sumber pendapatan utama atau dominant, sementara subsidi atau transfer dari tingkat Pemerintah Pusat merupakan sumber penerimaan tambahan saja.

Semakin besar peranan PAD berarti semakin sedikit ketergantungan daerah kepada bantuan pusat. PAD digunakan untuk membiayai pengeluaran daerah seperti pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan.

Berdasarkan Undang - undang No.34 Tahun 2004 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Pemerintah Daerah diberikan peluang untuk menggali potensi sumber- sumber keuangan dengan menetapkan sendiri jenis pajak dan retribusi selain yang sudah ditentukan, asalkan sesuai dengan beberapa criteria yang ditetapkan dan sesuai dengan aspirasi masyarakat. Pajak Daerah sebagai salah satu sumber PAD diharapkan menjadi salah satu sumber pembiayaan penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan daerah untuk meningkatkan dan memeratakan kesejahteraan masyarakat.

(17)

yang terus menunjang kondisi perekonomian pajak hotel serta memiliki potensi yang tinggi dalam meningkatkan Pendapatan Asli daerah kota Medan disamping pajak reklammme dan pajak penerangan jalan.

Pendapatan Asli daerah (PAD) kota Medan sampai pada pertengahan tahun 2009 mencapai Rp. 64.881.005.305,85 dan dalam hal ini pajak hotel menyumbang sebesar Rp. 10.144.740.320,49 (Harian Global Medan, rabu, 24 Juni 2009). Angka ini menunjukkan hasil yang kurang cukup baik dalam upaya peningkatan Pendapatan Asli daerah (PAD) kota Medan. Dibandingkan dengan pajak-pajak daerah lain seperti pajak penerangan jalan dan pajak restoran, pajak hotel masil tertinggal jauh dalam menyumbangkan kontribusinya. Padahal jika dilihat dari pertumbuhan jumlah hotel yang terdapat di kota Medan terus mengalami peningkatan yang signifikan.

Masalah umum yang dihadapi oleh sektor perhotelan adalah masih rendahnya penerimaan sektor ini sehingga menyebabkan rendahnyan penerimaan Pendapatan Asli daerah (PAD) kota Medan dari sektor perhotelan ini.

(18)

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan tersebut di atas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian yang timbul adalah sebagai berikut : Bagaimana peranan pajak hotel dalam meningkatkan Pendapatan Asli daerah (PAD) ?

1.3. Tujuan Penelitian

Dari perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui peranan pajak hotel dalam meningkatkan Pendapatan

Asli daerah (PAD) di Kota Medan.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan pajak

hotel di Kota Medan.

3. Untuk mengetahui berapa besar kontribusi pajak hotel terhadap

Pendapatan Asli daerah (PAD) Kota Medan.

1.4 Manfaat Peneltian

Manfaat penelitian yang diharapkan dengan adanya peneltian ini adalah sebagai berikut :

(19)

lingkup pemerintahan daerah melalui penerepan teori-teori yang diperoleh selama masa kuliah.

2. Sebagai masukan bagi Pemerintah Kota Medan dalam hal pengelolaan keuangan daerah yang lebih efektif dan efisien sesuai dengan prioritas dan preferensi daerah.

3. Bagi Fakultas Ilmu Sosial Politik, Universitas Sumatera Utara, penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi dan sebagai bahan kajian dan perbandingan bagi para mahasiswa yang tertarik terhadap masalah keuangan daerah.

4. Bagi pembaca, diharapkan dapat menambah wawasan khusunya mengenai keuangan daerah.

1.5 Kerangka Teoritik

1.5.1. Pendapatan Asli Daerah

Pendapatan asli daeraer adalah salah satu dari sumber pendapatan..Yang dimaksud Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah penerimaan yang diperoleh dari sumber-sumber pendapatan di dalam wilayahnya sendiri. Pendapatan Asli Daerah tersebut dipungut berdasarkan peraturan daerah yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia.

(20)

diperoleh daerah dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku”. Selanjutnya, menurut Halim dan Nasir (2006:44), Pendapatan Asli Daerah adalah ”pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan”.

Dalam rangka melaksanakan wewenang sebagaimana yang diamanatkan oleh undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Daerah, maka daerah harus melakukan maksimalisasi Pendapatan Asli Daerah. Maksimalisasi PAD dalam pengertian bahwa yang dimiliki oleh daerah dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan PAD maupun untuk menggali sumber-sumber penerimaan yang baru.

Peningkatan PAD dilaksanakan melalui langkah-langkah sebagai berikut :

1. Intensifikasi melalui upaya :

a. Pendataa dan peremajaan objek dan subjek pajak dan retribusi daerah

b. Mempelajari kembali pajak daerah yang dipangkas guna mencari

kemungkinan untuk dialihkan menjadi retribusi.

c. Mengintensifikasi penerimaan retribusi yang ada

d. Memperbaiki sarana dan prasarana pungutan yang beluum memadai.

(21)

meningkatkan pendapatan daerah melalui upaya ekstensifikasi adalah untuk meningkatkan kegiatan ekonomi di masyarakat. Dengan demikian, upaya ekstensifikasi lebih diarahkan pada upaya untuk mempertahankan potensi daerah sehingga potensi tersebut dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan.

3. Peningkatan pelayanan kepada masyarakat. Peningkatan pelayanan kepada masyarakat ini merupakan unsur penting mengingat bahwa paradigma yang berkembang dalam masyarakat saat ini adalah bahwa pembayaran pajak dan retribusi merupakan hak daripada kewajiban masyarakat terhadap Negara, untuk itu perlu dikaji kembali pengertian wujud layanan yang dapat memberikan kepuasan dalam masyarakat.

1.5.2 Jenis- Jenis Pendapatan Asli Derah (PAD)

Klasifikasi PAD yang terbaru berdasarkan Permendagri 17/2006 adalah terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, hasul kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.

(22)

1.5.3 P a j a k

Pajak merupakan sumber keuangan pokok bagi daerah. Para ahli perpajakan memberikan pengertian atau definisi yang berbeda-beda mengenai pajak, namun demikian mempunyai arti atau tujuan yang sama. Diantaranya adalah sebagai berikut ( Munawir, 1998).

Menurut Rochmad Soemitro, Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara(peralihan kekayaan dari sektor peperintah) berdasarkan Undang-undang ( dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa imbalan yang langsung dapat ditunjuk dan yang digunakan untuk membiayai pengeluaran umum.

Sementara itu menurut Soeparman Soemamidjaya, Pajak merupakan iuran wajib berupa uang atau barang yang dipungut oleh penguasa berdasarkan norma-norma hukum, guna menutup biaya produksi barang-barang dan jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum.

S.I.Djajadiningrat mengatakan bahwa pajak sebagai dari pada kekayaan kepada negara disebabkan suatu keadaan, kejadian dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu tetapi bukan sebagai hukuman, menurut peraturan-peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa balik dari Negara secara langsung untuk memlihara kesejahteraan umum.

(23)

membiayai pengeluaran Negara dalam penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan.

Menurut PJA.Adriani, pajak adalah iuran pada Negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan dengan tidak dapat prestasi kembali langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas pemerintahan,

Dari pengertian-pengertian pajak yang telah dijelaskan oleh para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa karakteristik pajak adalah :

1. Pajak dipungut oleh Negara berdasarkan kekuatan Undang-undang serta aturan pelaksanaannya.

2. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontra prestasi individual oleh Pemerintah.

3. Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran pembayaran pemerintah, bila dari pemasukannya masih terdapat surplus dipergunakan untuk membiayai public investment , sehingga tujuan utama dari pemungutan pajak adalah sebagai sumber

keuangan Negara maupun daerah.

4. Pajak dipungut disebabkan karena suatu keadaan, kejadian dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu pada seseorang.

(24)

1.5.4. Fungsi Pajak

Dari segi ekonomi, pemerintah mempunyai tiga fungsi utama, yaitu menagatasi masalah inefisiensi dalam mengalokasikan sumber-sumber ekonomi, mendistribusikan penghasilan dan kekayaan kepada masyarakat sehingga tercapai masyarakat yang adil dan makmur. Selain itu, pemerintah juga berfungsi untuk mengatasi masalah-masalah yang timbul sebagai akibat dari fluktuasi perekonomian dan menjaga atau menjamin tersedianya lapangan kerja ( memperkecil tingkat pengangguran) serta menjaga stabilitas harga. Fungsi tersebut disebut sebagai Fiscal Function ( Musgrave dan Musgrave ,1989). Secara lebih rinci fungsi kebijakan yang

dijalankan oleh pemerintah adalah sebagai berikut :

1. Fungsi Alokasi

Apabila semua penyediaan barang dan jasa diserahkan pada ekonomi pasar, penyediaan barang dan jasa dan besarnya harga akan ditentukan sepenuhnya oleh preferensi konsumen ( dan tingkat penghasilannya), serta kepentingan produsen untuk meraup keuntungan. Jika hal ini terjadi, maka sudah dapat dipastikan akan ada barang-barang ( atau jasa) tertentu tidak tersedia di pasar.

2. Fungsi Distribusi

(25)

monopoli.Akibatnya, kesenjangan antar golongan akan semakin melebar. Konsep pemerataan hasil pembangunan merupakan dasar dari fungsi ini. Hal ini didasari karena terdapatnya perbedaan kemampuan untuk menghasilkan pendapatan antara satu orang dengan orang lain.

Melalui pemungutan pajak, Negara bisa menyediakan pelayanan kesehatan yang murah dan pendidikan yang terjangkau untuk seluruh lapisan masyarakat. Negara juga bisa memberikan subsidi atas pengadaan rumah murah dan barang-barang kebutuhan pokok lainnya. Inilah yang disebut dengan fungsi distribusi.

3. Fungsi Stabilisasi

Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu dari tujuan dari pembangunan disamping pemerataan. Pemerintah akan selalu berusaha untuk mencapai pertumbuhan ekonomi tertentu dari tahun ke tahun. Disamping itu, penyediaan lapangan kerja yang cukup juga merupakan sisi lain dari pembangunan ekonomi. Masalah pengangguran, inflasi, pertumbuhan ekonomi, suplai dana, nilai tukar dan masih banyak aspek makro ekonomi lainnya tidak bisa diselesaikan oleh pasar secara otomatis sehingga pemerintahlah yang harus menangani hal-hal tersebut. Ini merupakan fungsi stabisasi pemerintah.

4. Fungsi Regulasi

(26)

masalah sekompleks itu dan pasar tidak mempunyai otoritas untuk membatasi dampak buruk tersebut dan menghukum setiap orang atau badan yang melakukannya. Hal ini dikategorikan kegagalan pasar karena faktor eksternalitas.

Dari uiraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam pelaksanaan fungsi Negara atau Pemerintah, baik dalam fungsi alokasi, distribusi, stabilitas dan regulasi maupun kombinasi dari keempatnya.

1.5.5 Aza Pemungutan Pajak

Untuk mencapai tujuan pemungutan pajak perlu memegang teguh asas-asas pemungutan dalam memilih alternatif pemungutannya. Sehingga terdapat keserasian pemungutan pajak dengan tujuan dan asa yang masih diperlukan lagi yaitu pemahaman atas perlakuan atas pajak tertentu. Adapun Asas-asas pemungutan pajak hendaknya didasarkan :

Equality

(27)

Certainty

Penetapan pajak itu tidak ditentukan sewenang-wenang. Oleh karena itu, Wajib Pajak harus mengetahui secara jelas dan pasti besarnya pajak yang terutang, kapan harus dibayar, serta batas waktu pembayaran.

Convinience

Kapan wajib pajak itu harus membayar pajak sebaiknya sesuai dengan saat-saat yang tidak menyulitkan wajib pajak sebagai contoh saat-saat wajib pajak memperoleh penghasilan. Sistem pemungutan ini disebut Pay as you earn

Economy

Secara ekonomi bahwa biaya pemungutan dan biaya pemenuhan kewajiban pajak bagi wajib pajak diharapkan seminim mungkin, demikian pula beban yang dipikul wajib pajak.

Azas keadilan dalam prinsip perundang-undangan perpajakan maupun

dalam hal pelaksanaannya harus dipegang teguh, walaupun keadailan itu sangat relatif.

1.5.6. Pajak Daerah

(28)

Dengan demikian, pajak daerah merupakan pajak yang ditetapkan oleh pemerintah daerah dengan peraturan daerah (Perda), yang wewenang pemungutannya dilaksanakan dilaksanakan oleh pemerintah daerah dan hasilnya digunakan untuk membiayai pengeluaran pemerintah daerah dalam melaksanakan penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan di daerah. Karena pemerintah daerah di Indonesia terbagi menjadi dua, yaitu pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota, pajak daerah di Indonesia dewasa ini juga dibagi menjadi dua, yaitu pajak Provinsi dan pajak Kabupaten/kota.

Sesuai dengan Undang-undang No. 34 Tahun 2000 tentang perubahan atas Undang-undang No. 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi daerah, jenis-jenis pajak terdiri dari :

a. Pajak Provinsi :

1. Pajak Kenderaan Bermotor dan Kenderaan di atas Air

2. Bea balik Nama Kenderaan Bermotor dan Kenderaan di atas Air

3. Pajak Bahan Bakar Kenderaan Bermotor

4. Pajak Pengambilan dan PemanfaatanAir Bawah tanah dan permukaan.

b. PajakKabupaten/Kota :

1. Pajak Hotel adalah pajak pelayanan hotel.

2. Pajak Restoran adalah pajak atas pelayanan restoran

3. Pajak Hiburan adalah pajak atas penyelenggaraan hiburan

(29)

5. Pajak Penerangan Jalan adalah pajak atas penggunaan tenaga listrik, dengan ketentuan bahwa di wilayah daerah tersebut tersedia penerangan jalan yang rekeningnya di bayar oleh pemerintah daerah.

6. Pajak Penggalian Bahan Galian Golongan C adalah pajak ats kegiatan pengambilan bahan galian golongan C sesuai dengan peraturan per-Undang-undangan yang berlaku.

7. Pajak Perparkiran adalah pajak yang dikenakan atas penyelenggaraan tempat parkir di luar badan jalan oleh orang pribadi atau badan tertentu, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kenderaan bermotor dan garasi kenderaan bermotor yang memungut bayaran.

Relatif rendahnya kemampuan daerah dalam menggali kapasitas pajak daerah disebabkan karena rendahnya pendapatan per kapita, rendahnya distribusi pendapatan, tingkat kepatuhan wajib pajak dan relatif lemahnya kebijakan perpajakan daerah.

1.5.7. Pajak Hotel

Pajak Hotel adalah pajak atau pungutan atas pelayanan yang

disediakan dengan pembayaran di hotel. Pengertian hotel disini termasuk juga

rumah penginanpan yang memungut bayaran. Pembahasan mengenai pajak

hotel didasarkan pada Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 Tentang Pajak

(30)

Nomor 34 Tahun 2000; Peraturan Pemerintah Nomor 65 tahun 2001 Tentang

Pajak daerah, khususnya pasal 38 – 42 dan Peraturan Daerah Kota Medan

Nomor 12 Tahun 2003.

Pajak Hotel adalah pajak atas pelayanan hotel. Pengertian hotel

disini termasuk juga rumah penginapan yang memungut bayaran. Pengenaan pajak hotel tidak mutlak ada pada seluruh daerah kabupaten/kota yang ada di Indonesia (Marihot P.Siagian : 2005). Hal ini berkaitan dengan kewenangan yang diberikan kepada pemerintah kabupaten/kota untuk tidak mengenakan suatu jenis pajak kabupaten/kota. Oleh karena itu, untuk dapat dipungut pada suatu daerah tentang pajak hotel, peraturan akan menjadi alasan hukum operasional dan teknis pelaksanaan pengenaan dan pemungutan pajak hotel di daerah kabupaten/kota yang bersangkutan.

1.5.8 Objek Pajak Hotel

Objek pajak adalah setiap pelayanan yang disediakan dengan pembayaran di hotel (Marihot P,Siagian : 2005). Objek pajak sebagaimana dimaksud meliputi :

a. Fasilitas penginapan atau fasilitas tinggal jangka pendek, antara lain : gubuk pariwisata (cottage), motel, wisma pariwisata, pesangrahan (hostel), losmen dan rumah penginapan termasuk rumah kost dengan jumlah kamar 15 atau lebih yang menyediakan fasilitas seperti rumah penginapan.

b. Pelayanan penunjang antara lain, telepon, faxcimile, fotocopy, pelayanan cuci, setrika, dan pengangkutan lainnya yang disediakan atau dikelola oleh hotel.

(31)

d. Jasa persewaan ruangan untuk kegiatan acara atau pertemuan di hotel.

e. Penjualan makanan dan minuman di tempat yang disertai dengan

fasilitas peyantapan.

Pada Pajak Hotel, tidak semua pelayanan yang diberikan oleh penginapan dikenakan pajak. Ada beberapa pengecualian yang tidak termasuk objek pajak yaitu :

a. Penyewaan rumah atau kamar, apartemen dan fasilitas tempat tinggal lainnya yang tidak menyatu dengan hotel.

b. Pelayan tinggal di asrama dan pondok pesanteren

c. Fasilitas olahraga dan hiburan yang disediakan di hotel yang dipergunakan

oleh bukan tamu hotel dengan pembayaran.

d. Pertokoan, perkantoran, perbankan, salon yang dipakai oleh umum di hotel.

e. Pelayan perjalanan wisata yang diselenggarakan oleh hotel dan dapat dimanfaatkan oleh umum.

1.5.9 Subjek Pajak dan Wajib Pajak Hotel

(32)

Konsumen yang menikmati pelayan hotel merupakan Subjek pajak yang menanggung pajak sedangkan pengusaha hotel bertindak sebagi Wajib pajak yang diberi kewenanga memungut pajak dari konsumen (subjek pajak) dan melaksanakan kewajiban perpajakan lainnya.

Namun dalam Peraturan Pemerintah N0.65 tahun 2001 tentang Pajak Daerah yang dimaksud Wajib Pajak Hotel hanya pengusaha hotel. Pada hal secara logika kedua-duanya merupakan Wajib Pajak . Bagi pembayar hotel merupakan Wajib Pajak (WAPA) langsung sedangkan bagi pengusaha hotel merupakan Wajib Pungut (WAPU) langsung. Pengusaha Hotel ini langsung berkewajiban menyetorkan Pajak Hotel ini ke kas daerah.

Dalam menjalankan kewajiban perpajakannya Wajib Pajak dapat mewakili oleh pihak tertentu yang diperkirakan oleh Undang-undang dan Peraturan Daerah tentang pajak Hotel. Wakil Wajib Pajak bertanggung jawab secara pribadi dan atau secara langsung atas pembayaran pajak terhutang. Selain itu, Wajib Pajak dapat menunjuk seorang kuasa dan dengan surat kuasa khusus untuk menjalankan hak dan memenuhi kewajiban perpajakannya.

Dasar pengenaan dan tarif pajak adalah jumlah pembayaran yang dilakukan kepada hotel. Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan No.12 tahun 2003 tentang Pajak maka tarif Pajak Hotel ditetapkan sebesar 10% ( sepuluh persen).

1.5.10 Retribusi Daerah

Menurut Yani (2002:55), Retribusi Daerah adalah pungutan daerah

sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus

(33)

atau badan.

Menurut Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, jenis pendapatan retribusi untuk kabupaten/kota meliputi objek pendapatan berikut :

• Retribusi Pelayanan Kesehatan

• Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan • Retribusi Penggantian Biaya Cetak KTP

• Retribusi Penggantian Biaya Cetak Akta Catatan Sipil • Retribusi Pelayan Pemakaman

• Retribusi Pengabuan Mayat

• Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi jalan Umum • Retribusi Pelayanan pasar

• Retribusi Jasa Usaha Pasar Grosir atau Pertokoan • Retribusi Jasa Usaha Tempat pelelangan

• Retribusi Jasa Usaha Terminal • Retribusi Jasa Usaha Khusus Parkir

• Retribusi Jasa Usaha Tempat Penginapan/Pesenggrahan/Villa • Retribusi Jasa Usaha Penyedotan Kakus

(34)

• Retribusi Jasa Usaha Pelayanan Pelabuhan Kapal • Retribusi Jasa Usaha Tempat Rekreasi dan Olah raga • Retribusi Jasa Usaha Penyeberangan di Atas Air • Retribusi Jasa Usaha Pengolahan Limbah cair

• Retribusi Jasa Usaha Penjualan Produksi Usaha daerah • Retribusi Izin Mendirikan Bangunan

• Retribusi Izin Tempat penjualan Minuman Beralkohol • Retribusi Izin gangguan

• Retribusi Izin Trayek.

1.5.11. Hasil Perusahaah Milik Daerah Dan hasil Pengelolaan Milik Daerah

Yang dipisahkan

Menurut Halim (2004 : 68), hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan milik daerah yang dipisahkan merupakan penerimaan daerah yang berasal dari hasil perusahaan milik daerah dan pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan.

Jenis pendapatan ini meliputi objek pendapatan berikut :

• Bagian Laba Perusahaan Milik Daerah • Bagian Laba Lembaga Keuangan Bank • Bagian Laba Keuangan Non-Bank

• Bagian Laba atas Penyertaan Modal Investasi

(35)

setelah pajak dan retribusi daerah adalah bagian Pemerintah Daerah atas laba Badan Usaha Milik Daerah (BUMD). Menurut Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000, hasil perusahaan Milik Daerah dan Hasil kekayaan Milik daerah yang dipisahkan atau bagian laba BUMD merupakan penerimaan daerah yang berasal dari hasil perusahaan milik daerah dan pengelolaan kekayaan Daerah yang dipisahkan.

BUMD merupakan badan usaha yang didirikan seluruhnya atau

sebagian dengan modal daerah. Tujuan didirikannya BUMD adalah dalam rangka menciptakan lapangan kerja atau mendorong pembangunan ekonomi daerah. Selain itu, BUMD juga merupakan cara yang lebih efisien dalam melayani masyarakat, dan merupakan salah satu sumber penerimaan daerah. Bagian laba BUMD tersebut digunakan untuk membiayai pembangunan daerah dan anggaran belanja daerah, setelah dikurangi dengan penyusutan, dan pengurangan lai yang wajar dalam BUMD.

BUMD sebenarnya juga merupakan salah satu potensi sumber keuangan

bagi daerah yang perlu terus ditingkatkan guna mendukung pelaksanaan otonomi daerah. Besarnya kontriobusi laba BUMD dalam Pendapatan Asli daerah dapat menjadi indikator dan lemahnya BUMD dalam suatu daerah.

Jenis pendapatan ini meliputi objek pendapatan berikut :

• Bagian Laba Perusahaan Milik daerah • Bagian Laba Lembaga Keuangan Bank • Bagian Laba Keuangan Non Bak

(36)

1.5.12 Lain-lain Pendapatan Asli daerah Yang Sah

Menurut Halim (2004 :69), pendapatan ini merupakan penerimaan daerah yang berasal dari lain-lain milik pemerintah daerah. Jenis pendapatan ini meliputi objek pendapatan berikut :

1) Hasil penjualan asset daerah yang tidak dipisahkan,

2) Penerimaan jasa giro

3) Penerimaan bunga deposito

4) Denda keterlambatan pelaksanaan pekerjaan

5) Penerimaan ganti rugi atas kerugian/kehilangan kekayaan daerah.

Menurut Peraturan Pemerintah No.33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan daerah, lain-lainm pendapatan asli daerah yang sah meliputi :

• Hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan • Jasa giro,

• Pendapatan bunga,

• Keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing, dan

• Komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh daerah.

(37)

PAD agar dapat dipungut secara berkesinambungan. Ada beberapa indikator yang biasa digunakan untuk menilai pajak daerah yaitu (Devas, 1989) :

1. Hasil (Yield )

Memadai tidaknya hasil suatu pajak dalam kaitannya dengan berbagai layanan yang dibiayai, stabilitas dan mudah tidaknya memperkirakan besarnya hasil itu, dan elastisitas hasil pajak terhadap inflasi, pertumbuhan penduduk dan sebagainya, juga perbandingan hasil pajak dengan biaya pungut.

2. Keadilan ( Equity )

Dasar pajak dan kewajiban membayar harus jelas dan tidak sewenang-wenang, pajak harus adil secara horizontal, artinya beban pajak haruslah sama antara berbagai kelompok, yang berada tetapi dengan kedudukan ekonomi yang sama, adil secara vertikal artinya beban pajak harus lebih banyak ditanggung oleh kelompok yang memiliki sumberdaya yang lebih besar, dan pajak haruslah adil dari suatu daerah ke daerah lain kecuali memang suatu daerah mampu memberikan fasilitas pelayanan sosial tinggi.

3. Daya Guna Ekonomi ( Economic Efficiency)

Pajak hendaknya mendorong atau setidak-tidaknya tidak menghambat penggunaan sumber daya secara efisien dan efektif dalam kehidupan ekonomi, mencegah jangan sampai pilihan konsumen dan oilihan produsen salah arah atau orang menjadi segan bekerja atau menabung dan memperkecil ”beban”:lebih pajak.

(38)

Suatu pajak haruslah dapat dilaksanakan baik dari sudut keamanan politik dan keamanan administratif.

5. Kecocokan sebagai Sumber Penerimaan Daerah ( Suitability as a Local Revenue Source).

Ini berarti haruslah jelas kepada daerah mana suatu pajak harus dibayarkan, dan tempat pemungutan pajak sedapat mungkin sama dengan tempat akhir beban pajak. Pajak tidak mudah dihindari, dengan cara memindahkan objek pajak dari suatu daerah ke daerah lain, pajak daerah hendaknya tidak mempertajam perbedaan-perbedaan antar daerah dari segi potensi ekonoi masing-masing, dan pajak hendaknya tidak menimbulkan beban yang lebih besar dari kemampuan tata usaha pajak daerah.\

1.5.13 Pengelolaan Keuangan Daerah

Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintah daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut, dalam kerangka Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah )PP N0.105 Tahun 2000).

(39)

daerah sepanjang belum dimiliki/dikuasai oleh Negara atau daerah yang lebih tinggiiii, serta pihak lain sesuai dengan ketentuan peraturan berlaku.

Mardiasmo( 2000: 3) dalam Munir,dkk (2004 : 6), mengatakan bahwa dalam pemeberdayaan pemerintah daerah ini, maka perspektif perubahan yang diinginkan dalam pengelolaan keuangan daerah dan anggaran daerah adalah :

1. Pengelolaan keuangan daerah harus bertumpu pada kepentingan public

2. Kejelasan tentang misi pengelolaan keuangan daerah pada umumnya dan

anggaran daerah pada khususnya.

3 Disentralisasi pengelolaan keuangan dan kejelasan peran pada partisipan yang terkait dalam pengelolaan anggaran, seperti DPRD, KDH, Sekda dan perangkat daerah lainnya.

4. Kerangka hukum dan administrasi atas pembiayaan, investasi dan

pengelolaan keuangan daerah berdasarkan kaidah mekanisme pasar,

transparansi dan akuntabilitas.

5. Kejelasan tentang kedudukan keuangan DPRD, KDH, dan PNS daerah ,

baik rasio maupun dasar pertimbangannya.

6. Ketentuan tentang bentuk dan struktur anggaran, anggaran kinerja, dan

anggaran multi-tahunan.

(40)

8. Prinsip akuntansi pemerintah daerah, laporan keuangan, peran DPRD,

peran akuntan publik dalam pengawasan, pemberian opini dan rating

kinerja anggaran dan transparansi informasi anggaran kepada publik.

9. Aspek pembinaan dan pengawasan yang meliputi batasan pembinaan,

peran asosiasi, dan peran anggota masyarakat guna pengembangan.

10. Pengembangan sistem informasi keuangan daerah untuk menyediakan

informasi anggaran yang akurat dan pengembangan komitmen

pemerintah daerah terhadap penyebarluasan informasi.

Pengelolaan keuangan daerah berarti mengurus dan mengatur keuangan

daerah itu sendiri berdasarkan pada prinsip-prinsip menurut Devas, dkk (1989 :

279-280) adalah sebagai berikut :

1. Tanggung jawab

Pemerintah Daerah harus mempertanggungjawabkan keuangannya

kepada lembaga atau orang yang berkepentingan sah, lembaga atau

(41)

2. Mampu memenhui kewajiban keuangan

Keuangan daerah harus ditata dan dikelola sedemikian rupa sehingga mampu melunasi semua kewajiban atau ikatan keuangan baik jangka pendek, jangka panjang maupun pinjaman jangka panjang pada waktu yang telah ditentukan.

3. Kejujuran

Hal - hal yang menyangkut pengelolaan keuangan daerah pada prinsipnya harus diserahkan kepada pegawai yang benar-benar jujur dan dapat dipercaya.

4. Hasil Guna dan Daya Guna

Merupakan tata cara mengurus keuangan daerah harus sedemikian rupa sehingga memungkinkan program dapat direncanakan dan dilaksanakan tujuan pemerintah daerah dengan biaya yang serendah-rendahnya dan dalam waktu yang secepat-secepatnya.

5. Pengendalian

Aparat pengelola keuangan daerah, DPRD, dan petugas pengawasan

harus melakukan penegndaklian agar semua tujuan tersebut dapat tercapai.

1.5.14 Definisi Konsep

Konsep adalah istilah dan definisi yang digunakan untuk menggambarkan

(42)

Untuk memberikan batasa yang jelas tentang penelitian yang akan dilakukan, maka penulis mendefinisikan konsep-konsep yang digunakan sebagai berikut :

1. Pajak Hotel

Iuran wajib yang diberikan pengusaha hotel kepada daerah tanpa balas jasa secara langsung yang dapat dipaksakan betrdasarkan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku untuk membiayai penyelenggaraan pemerinta dan pembangunan daerah serta besarnya tarif yang ditentukan berdasarkan Peraturan Daerah.

2. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Pendapatan daerah yang diperoleh dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri seperti pajak daerah, retribusi daerah, bagian laba BUMD, dan pendapatan lain-lain yang sah yang dipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

1.5.15 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah unsur-unsur yang memberitahukan bagaimana

Mengukur suatu variabel sehingga dengan pengukuran tersebut dapat diketahui

indikator-indikator apa saja untuk mendukung analisa dari variabel - variabel

tersebut ( Singarimbun, 1996,1995:46).

Variabel – variabel dalam penelitian ini adalah Pajak Hotel, dan

Pendapatan Asli daerah. Untuk mengukur hubungan antar variabel, maka

(43)

1. Pajak Hotel antara lain meliputi proses pembayaran pajak, proses penagihan paja dan pengawasa pajak yang dilakukan oleh Dinas Pendapatan Kota Medan.

2. Pendapatan Asli Daerah ;

Kendala yuang dihadapi oleh Dinas Pendapatan Asli daerah dan upaya yang dilakukan dalam meningkatkan penerimaan Pendapatan Asli daerah (PAD) serta kontribusi pajak hotel terhadap penerimaan pajak daerah.

1.5.16 Sistematika Penulisan

BAB- I PENDAHULUAN

Bab ini terdiri dari uraian tentang Latar Belakang, Perumusan Masalah,

Tujuan Peneltian, Manfaat Penelitian, Kerangka Teori, Definisi Konsep,

Definisi Opreasional, dan Sistematika Penelitian.

BAB - II METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini menguraikan tentang Bentuk peneltian, Lokasi Penelitian, Teknik Pengumpulan data, dan Teknik Analisas data yang diterapkan dalam penelitia ini.

BAB – III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini menguraikan gambaran umum dan karakteristik lokasi

(44)

BAB – IV PENYAJIAN DATA

Bab ini berisikan penyajian data yang diperoleh selama penelitian dan menganalisanya berdasarkan metode yang penulis gunakan.

BAB – V ANALISA DATA

Bab ini memuat pembahasan atau interpretasi dari data yang disajikan

pada Bab – IV.

BAB – VI PENUTUP

Bab ini memuat tentang kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan

dan sasaran yang dianggap penting bagi pihak yang membutuhkan.

(45)

BAB – II

METODE PENELTIAN

2.1. Bentuk Penelitian

Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitiaan ini adalah metode penelitian deskriptif yang menggambarkan kenyataan yang penulis teliti.

Metode deskriptif memusatkan penelitian pada masalah-masalah atau fenomena-

fenomena yang ada pada saat peneltian dilakukan atau masalah yang bersifat aktual, kemudian menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang diselidiki serta diiringi dengan interpretasi rasional yang akurat. Dimana penelitian ini menjelaskan keadaan dari objek penelitian dan mencoba menganalisis untuk memberitahu kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh.

2.2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Kantor Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan.

2.3. Jenis dan Sumber Data

(46)

2.4. Populasi dan Sampel

Menurut Sugiyono (2005: 90) , populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Pegawai Dinas Pendapatan Asli daerah Kota Medan yang berjumlah 314 orang.

Sampel adalah sebagian dari populasi yang dijadikan sebagai objek dan sumber data serta informasi di dalam penelitian yang dianggap mewakili atau representatif. Dalam menentukan siapa saja yang akan dijadikan sampel dalam penelitian ini, maka digunakan teknik sampling yakni purposive samplin., Teknik ini digunakan dalam penetuan sampel dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu.(Sugiyono, 2005 :96). Besaran sampel (sample size) yang diambil dalam penelitian ini berjumlah. 33 orang dan termasuk 3 (tiga) rang key informan yakni :

1. Kepala Dinas Pendapatan daerah : 1 orang

2. Bagian Tata Usaha : 10 orang

3. Bagian Pendataan dan Penetapan : 10 orang

4. Bagian Penagihan : 12 orang

2.5. Teknik Pengumpulan Data

(47)

a. Studi Kepustakaan, yaitu pengumpulan data yang diperoleh dari buku-buku, karya ilmiah, pendapat para ahli yang memiliki relevansi dengan masalah yang diteliti.

b.Studi dokumenter, yaitu pengumpulan data yang diperoleh dengan menggunakan catatan-catatan tertulis yang ada di lokasi peneltian serta sumber-sumber lain yang menyangkut masalah yang diteliti dengan instansi terkait.

2.6. Teknik Analis data

Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah dengan cara menggambarkan atau menganaliss kembali data yang diperoleh dalam bentuk angka maupun hasil pengumpulan data yang didapat dari instansi-instansi terkait, kemudian dilakukan suatu penggolongan aataupun pengklasifikasian data dan menganalisa data yang diperoleh sehingga dapat digambarkan dengan jelas tentang objek yang diteliti dan kemudian dilakukan penarikan kesimpulan.

(48)

BAB - III

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

3.1. Gambaran Umum Kota Medan

Kota Medan sebagai salah satu kota Metropolitan di Indonesia yang merupakan pusat pemerintahan propinsi Sumatera Utara, dulunya adalah merupakn sebuah kampung kecil yang berada di tanah datar atau medan diantara sungai babura dengan sunai deli. Yang pada waktu itu dikenal dengan nama “ Medan Putri” , yang sekarang dikenal dengan nama Jalan Purti Hijau. Menurut Tengku Lukman Sinar,SH, dalam bukunya yang berjudul “Riwayat hamparan Perak (1971), yang mendidirikan kampong medan adalah Raja Guru patimpus, nenek moyang datuk hamparan perak ( dua belas kuta) dan Datuk Suka Piring yaitu dua dari empat kepala suku Kesultanan Deli.

Menurut John Anderso

(49)

Medan. Jumlah kecamatan yang terdapat di Kota Medan sebanyak 21 (dua puluh satu) Kecamatan.

Tabel 3.1. Jumlah dan Luas Kecamatan serta Jumlah Kelurahan

Di Kota Medan

No Kecamatan

Luas (Km2)

Jumlah Kelurahan

1 Medan Tuntungan 20,68 9

2 Medan Johor 12,81 6

3 Medan Amplas 14,58 7

4 Medan Denai 11,59 6

5 Medan Area 9,05 12

6 Medan Kota 7,99 12

7 Medan Maimun 5,27 6

8 Medan Polonia 5,25 5

9 Medan Baru 5,84 6

10 Medan Selayang 9,01 6

(50)

12 Medan Helvetia 15,44 7

13 Medan Petisah 13,16 7

14 Medan Barat 6,82 6

15 Medan Timur 5,33 11

16 Medan Perjuangan 7,76 9

17 Medan Tembung 4,09 7

18 Medan Deli 20,84 6

19 Medan Labuhan 36,67 6

20 Medan Marelan 23,82 5

21 Medan Belawan 26,25 6

Total 265,10 151

Sumber : BPS Kota Medan,2008

3.1.1. Letak Geografis

(51)

Daerah permukiman : 36 %

Daerah Perekebunan : 3,1 %

S a w a h : 6,1 %

Perusahaan : 4,2 %

Kebun Campuran : 45,4 %

Industri : 1,5 %

Secara administratif Kota Medan berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang di sebelah Barat, Timur dan Selatan. Sedangkan di sebelah Utara berbatasan langsung dengan Selat Melaka.

3.1.2. Kependudukan

Kota Medan saat ini mempunyai jumlah penduduk sekitar 2.102.105 jiwa, yang terdiri dari laki-laki sebanyak 1.039.707 jiwa dan perempuan sebanyak 1.062.398 jiwa. Untuk jelasnya distribusi penduduk berdasarkan kecamatan dan jenis kelamin dapat dilihat pada table 3.2 di bawah.

Tabel 3.2 Jumlah Penduduk Kota Medan Menurut Kecamatan Dan Jenis Kelamin Tahun 2008

No Kecamatan

(52)

1 Medan Tuntungan 33.836 35.611 69.447

2 Medan Johor 56.961 58.221 115.182

3 Medan Amplas 56.596 57.531 114.127

4 Medan Denai 69.098 69.591 138.689

5 Medan Area 53.366 54.911 108.277

6 Medan Kota 40.914 42.625 83.539

7 Medan Maimun 27.950 29.392 57.342

8 Medan Polonia 26.144 26.806 52.950

9 Medan Baru 20.629 23.193 43.822

10 Medan Selayang 42.040 42.873 84.913

11 Medan Sunggal 53.946 55.733 109.679

12 Medan Helvetia 71.047 73.030 144.077

13 Medan Petisah 32.490 35.022 67.512

14 Medan Barat 38.155 40.237 78.392

15 Medan Timur 55.679 57.178 112.857

16 Medan Perjuangan 51.271 53.487 104.758

17 Medan Tembung 60.972 79.547 140.519

(53)

19 Medan Labuhan 53.925 52.941 105.966

20 Medan Marelan 63.587 61.900 125.487

21 Medan Belawan 48.454 47.381 95.835

Kota Medan 1.039.707 1.062.398 2.102.105

Sumber : BPS Kota Medan,2008

3.1.3. Kondisi Pajak Hotel di Kota Medan

Sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam Undang-undang No. 34 Tahun 2000, Kota Medan berhak melakukan pemungutan terhadap beberapa jenis pajak daerah, salah satunya adalah Pajak Hotel. Seiring dengan otonomi daerah, Pemerintah kota Medan mengeluarkan peraturan perpajakan daerah yakni Peraturan Daerah Pemerintah Kota MedaN No.12 Tahun 2003 Tentang Pajak Daerah Kota Medan. Dalam Peraturan daerah ini dijelaskan bahwa objek pajak adalah pembayaran atas fasilitas yang disediakan hotel, subjek pajak adalah orang pribadi atau badan hukum yang melakukan pembayaran kepada hotel dan wajib pajak adalah pengusaha hotel dan tarif pajak hotel sebesar 10% dari jumlah total pembayaran.

(54)

Gambaran mengenai target dan realisasi Pajak Hotel Kota Medan pada tahun

3.2. Sejarah Singkat Dinas Pendapatan daerah Kota Medan

(55)

maupun retribusi daerah di kota Medan belum banyak, maka dalam Sub-Bagian Penerimaan tidak terdapat Seksi atau Urusan.

Peningkatan perkembangan pembangunan dan laju pertumbuhan penduduk serta potensi pajak/retribusi daerah kota Medan, maka melaui Peraturan Daerah Kota Medan, Sub-Bagian tersebut di atas ditingkatkan menjadi bagian dengan nama Bagian IX yang tugas pokoknya mengelola Penerimaan dan Pendapatan Daerah. Bagian IX tersebut terdiri dari beberapa seksi dengan pola pendekatan secara sektoral pungutan daerah.

Pada tahun 1978 berdasarkan instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor :KPUD-7 tahun 19:KPUD-78, tentang Penyeragaman Strutural Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Propinsi dan kabupaten/kotamadya di Indonesia di seluruh Indonesia, maka Pemerintah Kota Medan menetapkan Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 1978 tentang Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Kotamadya Medan sebagaimana dimaksud dalam instruksi Mendagri dimaksud. Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Daerah yang baru ini dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang terdiri dari 1 (satu) Bagian Tata Usaha, dengan 3 (tifa) Urusan dan 4(empat) seksi dengan masing-masing terdiri dari 3 (tiga) sub seksi.

Seiring dengan meningkatnya pembangunan dan pertumbuhan Wajib pajak/Retribusi Daerah, strukturrral Organisasi Dinas Pendapatan selama ini dibentuk dengan membagi pekerjaan berdasarkan sektor jenis pungutan maka pola tersebut perlu dirubah secara fungsional.

(56)

dan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor: 061/1861/)UOC, tanggal 2 Mei 1998 tentang Organisasi dan tata Kerja Dinas Pendapatan daerah Propinsi /Kabupaten/Kotamadya, maka Pemerintah Kota Medan merubah Peraturn daerah merubah Peraturan daerah Kota Menda No. 12 Tahub 1978 Tentang struktur Oraganisasi Dinas Pendapatan Daerajh Kotamadya Medan menjadi Peraturan daerah Kota Nomor: 16 Tahun 1990 tentang Susunan Organisasi dan Tata kerja Pendapatan Kotamadya Daerah TK II Medan.

Dalam perkembangan selanjutnya dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi daerah Nomor : 50 Tahun 2000, tentang Pedoman Susunan Oraganisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten/Kota, maka Pemerintah Kota Medan membentuk organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah dilingkungan Pemerintah Kota Medan membentuk Organisasi dan tata Kerja di lingkungan Pemerintah Kota Medan sebaimana diatur dan ditetapkan dalam Daerah Kota Medan Nomor : 4 Tahun 2001, sehingga Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tk II Medan Nomor: 16 Tahun 1990 dinyatakan tidak berlaku dan diganti dengan Surat Keputusan Walikota Medan Nomor : 25 Tahun 2002 tentang Susunan Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan.

3.3 Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan

Struktur organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan terdiri dari :

a. Kepala Dinas

b. Bagian Tata Usaha dari :

(57)

2. Sub Bagian Kepegawaian

3. Sub Bagian Perlengkapan

4. Sub Bagian Umum

c. Sub Dinas Program terdiri dari :

1. Seksi Penyusunan Program

2. Seksi Pemantauan dan Pengendalian

3. Seksi Pengembangan dan pendapatan

4. Seksi Evaluasi dan Pelaporan

d. Sub Dinas Pendataan dan Penetapan terdiri dari :

1. Seksi pendataandan Pendaftaran

2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi

3. Seksi Penetapan

4. Seksi Pemeriksaan

e. Sub Dinas Penagihan terdiri dari :

1. Seksi Pembukuan dan Verifikasi

2. Seksi Penagihan dan Perhitungan

3. Seksi Retribusi dan Pemindahan Bukuan

(58)

f. Sub Dinas Retribusi dan Pendapatan lain-lain terdiri dari :

1. Seksi Penata Usaha Penerimaan Retribusi dan Penetapan Lain-

lain

2. Seksi Penerimaan lain-lain

3. Seksi Retribusi BUMD dan Pendapatan lain-lain

4. Seksi Legalisasi Pembukuan Surat-surat Berharga

g. Sub Dinas Hasil Pendapatan Terdiri dari :

1. Seksi penata Usaha Bagi Hasil Pendapatan Pajak dan Non Pajak

2. Seksi Bagi Hasil Pajak

3. Seksi Bagi hasil Bukan Pajak

4. Seksi Peraturan Perundang-undangan dan Pengkajian

Pendapatan

h. Kelompok Jabatan Fungsional

3.4. Visi dan Misi Dinas Pendapatan Kota Medan

Adapun Visi dari Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan adalah ” Mewujudkan Masyarakat Kota Medan Yang Taat Pajak dan Retribusi” dan dengan beberapa misi sebagai berikut :

(59)

b. Meningkatkan pengelolaan Pendapatan Daerah Kota Medan.

c. Meningkatkan mutu pelayanan kepada Wajib Pajak dan Wajib

Retribusi Daerah.

d. Mencari terobosan dalam menggali sumber-sumber PAD yang baru

diluar PAD yang sudah ada.

3.5. Uraian Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pendapatan Daerah Kota

Medan

Sesuai dengan Keputusan Walikota Medan No. 12 Tahun 2003 tentang Tugas Pokok dan fungsi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan, dalam keputusan ini yang dimaksud dengan:

a. Daerah adalah Kota Medan;

b. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kota Medan;

c. Kepala Daerah adalah Pemerintah Kota Medan;

d. Dinas Pendapatan Daerah adalah Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan;

e. Kepala Dinas Pendapatan Daerah, adalah Kepala Dinas Pendapatan Daerah

Kota Medan

f. Pejabat adalah Pegawai yang diberikan tugas tertentu di bidang

(60)

Perundang-undangan yang berlaku;

g. Kas Daerah adalah Kas Daerah Kota Medan;

h. Wajib Pajak adalah orang pribadi atau Badan yang menurut Ketentuan

Peraturan Daerah ini ditentukan untuk melakukan kewajiban

perpajakan;

i. Badan adalah suatu bentuk Badan Usaha yang meliputi perseroan terbatas,

perseroan komanditer, perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau

Daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, persekutuan, perkumpulan,

firma, kongsi, koperasi, yayasan, atau organisasi yang sejenis, lembaga,

dana pensiun, bentuk usaha tetap serta bentuk badan usaha lainnya;

Dinas Pendapatan adalah unsur pelaksan Pemerintah Kota Medan dalam bidang pemungutan pajak, retribusi dan pendapatan daerah lainnya yang dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Daerah melalui Sekretariat Daerah.

(61)

Unutuk melakukan tugas tersebut, Dinas Pendapatan mempunyai tugas:

1. Merumuskan dan melaksanakan kebijakan teknis di bidang Pendapatan

Daerah.

2. Melakukan pembukuan dan pelaporan atas pekerjaan penagihan pajak

daerah, retribusi daerah dan penerimaan asli daerah lainnya, s erta

penagihan PBB.

3. Melaksanakan koordinasi di bidang pendapatan daerah dengan unit dan

Instansi terkait dalam rangka penetapan besarnya pajak dan retribusi.

4. Melakukan penyuluhan pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan

daerah lainnya serta PBB.

5. Melaksanakan seluruh kewenangan yang ada sesuai dengan bidang

tugasnya.

6. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas.

3.6. Tata Kerja

1. Bagian Tata Usaha

Bagian Tata Usaha dipimpin oleh seorang Kepala bagian tata Usaha

yang dalam melaksanakan tugasnya berada di bawah dan bertanggung jawab

(62)

melaksanakan sebagian tugas poko dina di bidang ketatausahaan yang meliputi pengolahan administrasi keuangan, kepegawaian, perlengkapan, perumahtanggaan , dan urusan umum lainnya.

Bagian tata usaha mempunyai fungsi :

a. Menyusun rencana kegiatan kerja

b Melaksanakan pengelolaan urusan surat menyurat dan urusan umum

lainnya.

c. Mengelola urusan keuangan dan perbendaharaan serta rencana

penyusunan laporan keuangan

d. Mengelola urusan administrasi kepegawaian

e. Mengelola urusan perlengkapan kerumahtanggaan dan pengadaan

barang dinas

f. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan bidang tugasnya

Bagian Tata Usaha terdiri dari :

1. Sub Bagian Keuangan mempunyai tugas mengelola keuangan dan

perbendaharaan serta menyusun laporan keuangan.

2. Sub bagian Kepegawaian mempunyai tugas melaksanakan kegiatan

(63)

3. Sub bagian Perlengkapan mempunyai tugas melaksanakan kegiatan di

bidang perlengkapan perumahtanggan dan pengadaan barang.

4. Sub bagian Umum mempunyai tugas mengelola tata usaha dan surat

menyurat serta urusan umum lainnya.

Serta sub bagian dipimpin oleh seorang Kepala Sub bagian yang dalam melaksanakan tugasnya berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bagian Tata Usaha.

2. Sub Dinas Program

Sub Dinas Program mempunyai tugas melaksanakan sebagian

tugas dinas di bidang penyusunan program.

Untuk melaksanakan tugas Sub Dinas Program mempunyai fungsi :

a. Menyusun rencana kegiatan kerja

b. Mengumpulkan bahan dan dana untuk penyusunan program kegiatan dan

perencanaan pendapatan daerah

c. Menyusun kebijaksanaan tttttttttteknis serta program kerja jangka pendek,

menengah dan panjang

d. Menyusun penerimaan pendapatan daerah, merencanakan sistem dan

(64)

e. Menyusun rencana serta mengkaji pengembangan potensi daerah

f. Melaksanakan pembinaan teknis di bidang pendapatan terhadap semua

unit yang melaksanakan pemungutan pendapatan daerah

g. Menyajikan data statistik target dan realisasi pendapatan daerah serta

mengidentifikasikan permasalahan pendapatan daerah

h. Melaksanakan penyuluhan di bidang pendapatan daerah

i. Melaksanakan tukar informasi tentang target/realisasi penerimaan daerah

dengan daerah lainnya

j. Mempersiapkan rancangan peraturan daerah, keputusan kepala daerah

tentang pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya

k. Mengevaluasi dan monitoring terhadap pelaksanaan teknis operasional

pengelolaan pendapatan daerah

l. Menyusun Laporan realisasi pendapatan daerah

m. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan bidang tugasnya (pasal 14)

Sub Dinas Program terdiri dari :

a. Seksi Penyuluhan Program

b. Seksi Pemantauan Pengendalian

(65)

d. Seksi Evaluasi dan Pelaporan (pasal 15)

Setiap seksi dipimpin oleh seorang kepala seksi yang dalam melaksanakan tugasnya berada dibawah dan bertanggung jawab kepada kepala sub dinas program.(pasal 16)

1) Seksi Penyusunan Program mempunyai tugas merencanakan

penerimaan pendapatan daerah, sistem dan prosedur kerja serta menyusun kebijaksanaan teknis dan program jangka pendek, menengah serta jangka panjang.

2) Seksi pemantauandan pengendalian mempunyai tugas melaksanakan pembinaan teknis di bidang pendapatan terhadap semua unit yang melaksanakan pemungutan pendapatan daerah dan melaksanakan kegiatan pemantauan dan pengendalian terhadap tugas yang dilaksanakan di bidang pendapatan serta melaksanakan penyuluhan di bidang pendapatan daerah.

3) Seksi Pengembangan Pendapatan mempunyai tugas menyusun rencana serta mengkaji untuk pengembangan potensi pendapatan daerah dan mempersiapkan rencana peraturan daerah, keputusan kepala daerah tentang pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya.

(66)

3. Sub Dinas Pendataan dan Penetapan

Sub dinas pendataan dan penetapan dipimpin oleh seorang kepala sub

dinas dalam melaksanakan tugasnya berada dibawah dan bertanggung

jawab kepada Kepala Dinas (pasal 18).

Sub dinas pendataan dan penetapan memunyai tugas melaksanakan sebagian tugas dinas di bidang pendapatan dan penetapan (pasal 19).

Untuk melaksanakan tugas, Sub Dinas Pendaptaandan Penetapan mempunyai fungsi :

a. Mempunyai rencana kegiatan kerja

b. Melaksanakan pendaftaran dan pendataan seluruh Wajib pajak

c. Melaksanakan pengolahan data dan informasi baik dari Surat

Pemberitahuan Pajak daerah (SPTPD), Surat Pemberitahuan Retribusi

daerah (SPRD), hasil pemeriksaan dan informasi dari instansi yang

terkait.

d. Melaksanakan Penetapan Pajak Daerah, Retribusi Daerah dan

pendapatan daerah lainnya

e. Merencanakan dan menatausahakan hasil pemeriksaan terhadap Wajib

Pajak dan Wajib Retribusi

(67)

Pendapatan sesuai dengan bidang tugasnya (pasal 20)

Sub Dinas Pendataan dan Penetapan terdiri dari :

a. Seksi pendataan dan Pendaftaran

b. Seksi Pengolahan Data dan Informasi

c. Seksi Penetapan

d. Seksi Pemeriksaan (Pasal 21)

Setiap seksi dipimpin oleh Kepala seksi yang dalam melaksanakan tugasnya berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Sub Dinas Pendataan dan Penetapan (pasal 22).

1. Seksi Pendataan dan Pendaftaran mempunyai tugas melaksanakan pendataan objek pajak daerah/Retribusi Daerah dan Pendapatan daerah lalinnya melalui Surat Pemberitahuan Pajak daerah (SPTPD) dan Surat Pemberitahuan Retribusi Daerah (SPTRD), melaksanakan

pendaftaran Wajib Pajak daerah/Wajib Retribusi daerah melalui

formulir pendaftaran dan pendataan.

2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi mempunyai tugas

(68)

3. Seksi penetapan mempunyai tugas melaksanakan perhitungan penetapan pokok pajak daerah/pokok retribusi daerah berdasarkan kartu data termasuk perhitungan denda dan sanksi lainnya, menerbitkan dan mendistribusikan serta menyimpan arsip surat perpajakan daerah/ retribusi daerah yang berkaitan dengan penetapan, melaksanakan perhitungan jumlah angsuran pembayaran/ penyetoran atas permohonan wajib pajak.

4. Saksi pemeriksaan mempunyai tugas menyusun rencana pemeriksaan dan melaksanakan pemeriksaan tugas objek/retribusi, menatausahakan hasil pemeriksaan lapangan atas objek dan subjek pajak/ retribusi sera mengirimkan laporan hasil pemeriksaan kepada Seksi Penolahan Data dan Informasi (pasal 23).

4. Sub Dinas Penagihan

Sub Dinas Penagihan dipimpin oleh seorang Kepala Sub Dinas

yang dalam melaksanakan tugasnya berada di bawah dan bertanggung

jawab kepada Kepala Dinas (pasal 24).

Sub Dinas Penagihan mempunyai tugas melaksanakan sebagian

tugas dinas di bidang penagihan meliputi kegiatan pembukuan, verifikasi,

penagihan dan perhitungan restitusi, pemindah bukuan serta pertimbangan

terhadap keberatan pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah

(69)

Untuk melaksanakan tugas Sub Dinas Penagihan mempunyai fungsi :

a. Menyusun rencana kegiatan kerja

b. Melaksanakan pembukuan dan verifikasi atas pajak daerah, retribusi

daerah dan pendapatan daerah lainnya.

c. Melaksanakan penagihan atas tunggakan pajak daerah, retribusi daerah

dan pendapatan lainnya

d. Melaksanakan perhitungan restitusi dan atau pemindahbukuan atas pajak

daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya

e. Melaksanakan telaah dan saran pertimbangan terhadap keberatan Wajib

Pajak atas permohonan Wajib Pajak

f. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai

dengan bidang tugasnya (pasal 26).

Sub Dinas penagihan teriri dari :

a. Seksi Pembukuan dan Verifikasi

b. Seksi penagihan dan Perhitungan

c. Seksi Restitusi dan Pemindahbukuan

d. Seksi Pertimbangan dan Keberatan (pasal 27)

Setiap seksi dipimpin oleh seorang Kepala seksi yang dalam

Gambar

Tabel  3.1.  Jumlah  dan Luas Kecamatan  serta Jumlah Kelurahan
Tabel 3.2  Jumlah Penduduk  Kota Medan Menurut Kecamatan Dan Jenis
Tabel 4.3    Komposisi Pendidikan Responden
Tabel 4.5    Responden Berdasarkan Golongan/Ruang Kepangkatan
+3

Referensi

Dokumen terkait

Fasilitas kredit kepada bank lain yang belum ditarik.. Irrevocable L/C yang

[r]

Surat berharga yang dijual dengan janji dibeli kembali (repo ) -7. Melakukan kegiatan operasional di Indonesia

In an effort to catch up with the lag, particularly in fragrance category, currently the Company is focusing on strengthening the sales of non-aerosol fragrance products, such

of the called sensor. The description of this workload is under the responsibility of the mission and the freshness of the information will be indicated by the mission.

Jika di kemudian hari ternyata saya tidak memenuhi pernyataan yang saya buat ini, maka saya bersedia menerima sanksi yang diberikan oleh Kementerian Agama

The map frame contains PDF dictionary entries that describe the coordinate transformation matrix, all parameters required for a map projection (if used), the reference ellipsoid

Laporan Akhir yang berjudul “ Rancang Bangun Alat Destilasi Air Laut Berbasis PLC Schneider SR2 B121BD Dengan Menggunakan Sensor DS1820 Sebagai Pendeteksi Suhu ”