BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang memiliki
kontribusi untuk menunjang pembangunan yang sedang dilaksanakan bangsa
Indonesia. Ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan penerimaan pajak setiap
tahunnya. Di samping itu, kesadaran akan kewajiban wajib pajak juga meningkat.
Melalui pajak, pemerintah dapat mengatur keseimbangan kehidupan
perekonomian dan pemanfaatan dana untuk membangun prasarana yang dibutuhkan
masyarakat. Semakin besar negara menerima pembayaran pajak, makin besar pula
kemudahan dan pelayanan masyarakat yang mampu disediakan pemerintah secara
langsung mewujudkan pengabdian, kewjiban, dan serta dalam pembangunan dan
kehidupan bernegara.
Peran pajak yang sangat dominan sebagai penerimaan negara, membuat
Direktorat Jenderal Pajak melakukan perubahan agar dapat memberikan kemudahan
bagi Wajib Pajak (WP) untuk memenuhi kewajiban perpajakannya. Perubahan
pertama dilakukan pada tahun 1948. Pada tahun tersebut terjadi perubahan sistem
pemungutan pajak, yaitu dari official assessment system menjadi self assessment
system.
Official assessment system adalah sistem pemungutan pajak yang memberi
wewenang kepada pemerintah dalam hal ini fiskus untuk menentukan besarnya pajak
yang terutang. Ciri-ciri dari official assessment system ini adalah wewenang untuk
menentukan besarnya pajak yang terutang berada pada pemerintah (fiskus), Wajib
Pajak (WP) bersifat pasif, hutang pajak timbul setelah dikeluarkan Surat Ketetapan
Pajak oleh pemerintah (fiskus).
Self assessment system adalah sistem pemungutan pajak yang memberi
wewenang wajib pajak dalam menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap
tahunnya sesuaidengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.
Dalam sistem ini, inisiatif serta kegiatan menghitung dan memungut pajak
sepenuhnya berada di tangan wajib pajak.
Wajib pajak dianggap mampu menghitung pajak, mampu memahami undang-
undang perpajakan yang sedang berlaku, dan mempunyai kejujuran yang tinggi, serta
menyadari akan pentingnya membayar pajak. Oleh karena itu, wajib pajak diberi
kepercayaan untuk menghitung sendiripajak yang terutang, memperhitungkan sendiri
pajak yang terutang, menyetor atau membayar sendiri pajak yang terutang dan
melaporkan sendiri pajak terutangnya melalui Surat Pemberitahuan (SPT). Dengan
demikian, berhasil atau tidaknya pelaksaan pemungutan pajak banyak tergantung
pada kesadaran wajib pajak sendiri.
Dalam praktiknya, banyak pegawai yang tidak mau penghasilannya dipotong
oleh perusahaan atau pemberi kerja. Pegawai tersebut menganggap bahwa pajak
tersebut seharusnya dihitung, dipotong, dan dibayar oleh pemberi kerja sesuai dengan
sistem self assessment. Di samping itu para pegawai juga tidak percaya apakah pajak
penghasilan akan disetor atau telah dibayar oleh perusahaan sebagai pemotong pajak.
Dari kenyataan ini maka penulis merasa tertarik untuk mempelajari,
Penghasilan pasal 21 yang diterima oleh pegawai tetap yang terdaftar di Kantor
Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Barat. Melalui Praktik Kerja Lapangan
Mandiri (PKLM) mahasiswa dihadapkan pada pokok permasalahan secara langsung
dengan kenyataan di lapangan tempat PKLM dilaksanakan. Maka judul yang
diberikan penulis untuk laporan ini yaitu “Upaya Peningkatan Penerimaan Pajak
Penghasilan Pasal 21 Atas Penghasilan Yang Diterima Pegawai Tetap Di Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat”.
B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) 1. Tujuan PKLM
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam melaksanakan Praktik Kerja Lapangan
Madiri (PKLM) ini adalah:
1.1 Untuk mengetahui peningkatan penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21
atas penghasilan yang diterima pegawai tetap di Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Medan Barat
1.2 Untuk mengetahui upaya - upaya serta kendala dalam meningkatkan
penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 atas penghasilan yang
diterima pegawai tetap di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat.
2. Manfaat PKLM
Manfaat dari pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) adalah :
2.1 Bagi Mahasiswa
b. Agar dapat menerapkan teori - teori yang didapat selama perkuliahan
khususnya di bidang perpajakan.
c. Belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan kerja, sebab di dalam
lingkungan kerja nantinya kita akan terdiri dari individu - individu berbeda
dari segi usia, pendidikan, pengalaman, kedudukan, dan lain-lain yang
berbeda dalam suatu perusahaan.
d. Menguji dan mengukur kemampuan yang dimiliki mahasiswa dalam
menghadapi situasi dunia kerja yang sebenarnya.
2.2 Bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat.
a. Sebagai sarana untuk mempererat hubungan yang positif antara Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat dengan Program Studi Diploma III
Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sumatera Utara (FISIP USU).
b. Sebagai bahan masukan bagi pimpinan untuk meningkatkan sumber daya
manusia melalui pembangunan di bidang pendidikan.
2.3 Bagi Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU
a. Membuka interaksi antara Program Studi Diploma III Administrasi
Perpajakan dengan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat dalam
memberikan uji nyata mengenai ilmu pengetahuan yang diterima mahasiswa
b. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia di kalangan mahasiswa Program
Studi Diploma III Administrasi perpajakan FISIP USU.
c. Meningkatkan hubungan kerja sama antara Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Medan Barat dengan perguruan tinggi khususnya Program Studi Diploma III
Administrasi Perpajakan FISIP USU.
C. Uraian Teoritis
1. Pengertian Pajak
Berdasarkan Undang - Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan
Umum dan Tatacara Perpajakan, pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang
terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-
undang, dengan tidak mendapat imbalan (kontraprestasi) secara langsung dan
digunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Beberapa para ahli perpajakan mengemukakan pendapat yang berbeda
mengenai pajak, tetapi pada dasarnya pendapat yang dikemukakan tersebut
mempunyai maksud dan tujuan yang sama. Diantaranya pengertian pajak yang
dikemukakan oleh :
a) Prof. DR. Rochmat Soemitro, S.H dalam bukunya Dasar - Dasar Hukum
Pajak dan Pajak Pendapatan (1990:5) berpendapat bahwa :“Pajak adalah iuran
kepada kas negara berdasarkan undang - undang (yang dapat dipaksakan)
dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat
ditunjukkan, dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran
b) Dr. N. J. Feldmann berpendapat bahwa : “Pajak adalah prestasi yang
dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada penguasa (menurut norma -
norma yang ditetapkan secara umum), tanpa adanya kontraprestasi, dan
semata - mata digunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran
umum”(Waluyo, 2010:2).
2. Pengertian PPh Pasal 21, Pemotong PPh Pasal 21, Penerimaan Penghasilan
PPh Pasal 21
a) Menurut pasal 4 ayat 1 Undang Undang Nomor. 36 tahun 2008 Tentang PPh,
Pajak Penghasilan pasal 21 adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah,
honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain yang diterima atau diperoleh
Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri sehubungan dengan pekerjaan atau
jabatan, jasa, dan kegiatan.
b) Yang termasuk pemotong PPh pasal 21 adalah :
1. Pemberi kerja yang terdiri dari orang pribadi dan badan;
2. Bendahara pemerintah baik Pusat maupun Daerah;
3. Dana pensiun atau badan lain seperti Jamsostek dan badan - badan
lainnya;
4. Orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas serta
badan yang membayar honorarium atau pembayaran lain kepada jasa
tenaga ahli, orang pribadi dengan status subjek pajak luar negeri, peserta
5. Penyelenggara kegiatan, termasuk badan pemerintah, organisasi yang
bersifat nasional dan internasional, perkumpulan, orang pribadi serta
lembaga lainnya yang menyelengarakan kegiatan;(Direktorat Penyuluhan
Pelayanan dan Humas,2010 : 9).
c) Penerima penghasilan yang dipotong PPh pasal 21 adalah:
1. Pegawai;
2. Penerima uang pesangon, pensiun atau uang manfaat pensiun, tunjangan
hari tua, atau jaminan hari tua, termasuk ahli warisnya;
3. Bukan pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan
dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan;
4. Peserta kegiatan yang menerima atau memperoleh penghasilan
sehubungan dengan keikutsertaannya dalam suatu kegiatan;(Direktorat
Penyuluhan Pelayanan dan Humas,2010 : 9
D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Adapun yang menjadi ruang lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri yang
paling mendasar yaitu:
1. Data jumlah wajib pajak dan penerimaan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa
2. Usaha dan kendala dalam upaya peningkatan penerimaan Pajak Penghasilan
(PPh) Pasal 21 pegawai tetap pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan
Barat.
E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Metode yang akan digunakan dalam pelaksanaan PKLM ini adalah:
1. Tahap Persiapan
Pada tahap ini, penulis melakukan berbagai persiapan yang menyangkut
PKLM ini, dimulai dari pengajuan judul, penetapan judul oleh Program Studi
Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU, mencari bahan untuk
membuat proposal, menyusun proposal, seminar proposal, penentuan dosen
pembimbing, diskusi dan konsultasi dengan dosen pembimbing, surat riset
2. Studi Literatur
Merupakan landasan teori yang mendukung laporan ini yang menyangkut
materi yang akan yang bersumber dari buku - buku, undang - undang, dan
bahan tertulis lainnya yang berhubungan dengan laporan PKLM.
3. Observasi Lapangan
Yaitu dengan melakukan peninjauan atau pengamatan secara langsung pada
objek praktek kerja lapangan untuk mengetahui sistem - sistem yang berlaku
serta mempelajari laporan - laporan yang berhubungan dengan masalah yang
akan dibahas.
4. Pengumpulan Data
a) Data Primer
Yaitu data – data yang diperoleh dari pihak – pihak yang terkait dengan
cara melakukan wawancara dengan pegawai yang dianggap mampu
memberikan data dan informasi sesuai dengan penulisan laporan tugas
akhir.
b) Data Sekunder
Yaitu data – data yang diperoleh dari referensi ilmiah yang mendukung
laporan PKLM.
5. Analisis Data dan Evaluasi
Setelah menulis data yang diperlukan, penulis akan menganalisa dan
mengevaluasi data atau keterangan mengenai Upaya Peningkatan Penerimaan
Pajak Penghasilan Pasal 21 Atas Penghasilan yang Diterima Pegawai Tetap di
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat.
F. Metode Pengumpulan Data
Dalam melaksanakan pengumpulan data ada 3 metode yang digunakan:
1. Wawancara
Yaitu kegiatan mengumpulkan data dengan melakukan wawancara dan
mengajukan pertanyaan secara lisan kepada perseorangan umtuk memperoleh
data yang diperlukan
2. Observasi
3. Pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis dengan mengadakan
pengamatan langsung ditempat PKLM sehubungan dengan objek studi yang
4. Dokumentasi
Dalam metode ini penulis berusaha mengumpulkan dan mencari data dengan
membuat daftar dokumentasi yang telah diperoleh dari instansi terkait. Penulis
juga melakukan pengamatan yang dilakukan berdasarkan bahan bacaan yang
diperoleh dari perpustakaan, Undang - Undang Pajak, Peraturan Pemerintah,
dan sumber lainnya yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi penulis
untuk memperoleh data dan keterangan yang dibutuhkan dalam tugas akhir
ini.
G. Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Untuk lebih mempermudah penulis laporan PKLM, penulis terlebih dahulu
membuat uraian garis-garis besar laporan sesuai dengan standar yang ditetapkan,
terdiri dari:
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini penulis menjelaskan hal-hal yang menjadi latar
belakang PKLM, tujuan dan manfaat PKLM, uraian teoritis, ruang
lingkup PKLM, metode pengumpulan data, dan sistematika penulisan
laporan PKLM.
BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PRAKTIK
Pada bab ini penulis akan menguraikan sejarah singkat perusahaan,
struktur organisasi perusahaan, uraian tugas pokok dan fungsi, serta
BAB III GAMBARAN DATA PAJAK
Pada bab ini, penulis akan menguraikan ketentuan-ketentuan yang
berlaku mengenai PPh pasal 21, objek dan subjek PPh pasal 21, tarif
PPh pasal 21, dan perhitungan PPh pasal 21.
BAB IV ANALISA DAN EVALUASI DATA
Dalam bab ini penulis mencoba menganalisa tentang Upaya
Peningkatan Penerimaan Pajak Penghasilanan Pasal 21 di Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat berdasarkan kemampuan
penulis kemudian mengadakan evaluasi serta memberikan interpretasi
untuk menjawab perumusan masalah yang diajukan.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam hal ini penulis akan memaparkan bagaimana kesimpulan dari
objek yang telah diteliti serta saran-saran yang membangun bagi
perusahaan.