• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Dalam dokumen Galih Cendekia Nursewan Putra F3409035 (Halaman 30-49)

A. Tinjauan Pustaka

1. Definisi Pajak

Pajak merupakan salah satu perwujudan atas kewajiban kenegaraan dan partisipasi anggota masyarakat dengan melakukan iuran masyarakat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) tanpa mendapat kontraprestasi yang langsung dapat ditunjukan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

Berikut ini definisi pajak yang dikemukakan para ahli :

Menurut Sommerfield Ray M., Anderson Herschel M., dan Brock Horace R, pajak adalah suatu pengalihan sumber dari sektor swasta ke sektor pemerintah, bukan akibat pelanggaran hukum, namun wajib dilaksanakan berdasarkan ketentuan yang ditetapkan terlebih dahulu, tanpa mendapat imbalan langsung dan proporsional, agar pemerintah dapat melaksanakan tugas-tugasnya untuk menjalankan pemerintahan.

Menurut Prof. Dr. H. Rochmat Soemitro S.H., pajak adalah iuran rakyat kepada Kas Negara berdasarkan undang-undang dengan tiada mendapat jasa imbal yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Definisi tersebut dikoreksinya sebagai berikut : Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada Kas Negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan

commit to user

untuk public saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai

public investment.

Menurut Prof. Dr. P. J. A. Adriani, pajak adalah iuran masyarakat kepada Negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan umum (undang-undang) dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung tugas Negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.

Selain itu pemahaman pajak dari kacamata hukum menurut Soemitro adalah suatu perikatan yang timbul karena adanya undang-undang yang menyebabkan timbulnya kewajiban warga negara, negara mempunyai kekuatan untuk penyelenggaraan pemerintahan. Dari pendekatan hukum ini memperlihatkan bahwa pajak yang dipungut harus berdasarkan undang-undang sehingga menjamin adanya kepastian hukum, baik fiskus sebagai pengumpul pajak maupun wajib pajak sebagai pembayar pajak.

2. Fungsi Pajak

Ada dua fungsi pajak, yaitu:

a. Budgetair

Pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya.

commit to user

Pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi.

3. Sistem Pemungutan

a. Official Assessment System

Official Assessment System adalah suatu sistem pemungutan yang

memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.

Ciri-cirinya:

1) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada fiskus,

2) Wajib Pajak bersifat pasif,

3) Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh fiskus.

b. Self Assessment System

Self Assessment System adalah suatu sistem pemungutan pajak yang

memberi wewenang kepada Wajib Pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang.

Ciri-cirinya:

1) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada Wajib Pajak sendiri,

2) Wajib Pajak aktif, mulai dari menghitung, menyetor dan melaporkan sendiri pajak yang terutang,

commit to user

c. With Holding System

With Holding System adalah suatu sistem pemungutan pajak yang

memberi wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan Wajib Pajak yang bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.

Ciri-cirinya: wewenang menentukan besarnya pajak yang terutang ada pada pihak ketiga, pihak selain fiskus dan Wajib Pajak.

4. Asas Pemungutan

a. Asas Domisili (Asal Tempat Tinggal)

Negara berhak mengenakan pajak atas seluruh penghasilan Wajib Pajak yang bertempat tinggal di wilayahnya, baik penghasilan yang berasal dari dalam maupun luar negeri.Asas ini berlaku untuk Wajib Pajak dalam negeri.

b. Asas Sumber

Negara berhak mengenakan pajak atas penghasilan yang bersumber di wilayahnya tanpa memperhatikan tempat tinggal Wajib Pajak.

c. Asas Kebangsaan

Pengenaan pajak dihubungkan dengan kebangsaan suatu negara.Misalnya pajak bangsa asing di Indonesia dikenakan pada setiap orang yang bukan berkebangsaan Indonesia yang bertempat tinggal di Indonesia.Asas ini berlaku untuk Wajib Pajak Luar Negeri.

5. Dasar Hukum Pajak Penerangan Jalan

commit to user

6. Obyek dan Subyek Pajak Penerangan Jalan

Obyek pajak penerangan jalan adalah setiap penggunaan tenaga listrik baik berasal dari PLN maupun bukan dari PLN. Beberapa obyek yang menjadi pengecualian pajak penerangan jalan, meliputi:

a. Penggunaan tenaga listrik oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

b. Penggunaan tenaga listrik pada tempat-tempat yang di Pusat dan Pemerintah Daerah yang digunakan oleh Kedutaan. Konsulat, Perwakilan Asing dan Lembaga-lembaga Internasional dengan asas timbale balik sebagaimana berlaku untuk pajak Negara.

c. Penggunaan tenaga listrik yang berasal dari bukan PLN dengan kapasitas tertentu yang tidak memerlukan izin dari instansi teknis terkait.

d. Penggunaan tenaga listrik yang khusus digunakan sebagai tempat ibadah.

Subyek pajak penerangan jalan adalah oranf pribadi atau badan yang menggunakan tenaga listrik. Wajib pajak adalah orang pribadi atau badan yang menjadi pelanggan listrik dan atau penggunaan tenaga listrik.

7. Dasar Pengenaan dan Tarif Pajak Penerangan Jalan

Dasar pengenaan pajak penerangan jalan adalah nilai jual tenaga listrik. Nilai jual tenaga listrik ini ditetapkan:

commit to user

a. Dalam hal tenaga listrik yang berasal dari PLN dan bukan PLN dengan pembayaran, nilai jual tenaga listri adalah besarnya tagihan biaya penggunaan listrik atau rekening listrik.

b. Dalam hal tenaga listrik yang berasal dari PLN dan bukan PLN dengan tidak dipungut pembayaran, nilai jual tenaga listrik dihitung berdasarkan kapasitas dan penggunaan atau taksiran penggunaan listrik serta harga satuan listrik yang berlaku di Kabupaten Wonogiri.

c. Khusus untuk kegiatan industrim pertambangan minyak bumi dan gas alam, nilai jual tenaga listrik ditetapkan sebesar tiga puluh persen. d. Harga satuan listrik adalah sama dengan harga satuan listrik dari PLN. Tarif pajak penerangan jalan ditetapkan sebagai berikut:

a. Penggunaan tenaga listrik yang berasal dari PLN, bukan untuk industri sebesar 9% (sembilan persen).

b. Penggunaan tenaga listrik yang berasal dari PLN, untuk industry sebesar 4% (empat persen).

c. Penggunaan tenaga listrik yang bukan berasal dari PLN, bukan untuk industri sebesar 6% (enam persen).

d. Penggunaan tenaga listrik yang bukan berasal dari PLN, untuk industri sebesar 2% (dua persen).

8. Penerangan Jalan Umum

Penerangan Jalan Umum diolah oleh Pemerintah Daerah atau Pemerintah Kabupaten, bertanggung jawab atas segala perawatan seluruh sarana dan prasarana Penerangan Jalan Umum, sedangkan PLN hanya bertanggung

commit to user

jawab sebagai pemasok listrik Penerangan Jalan Umum. Di samping itu tugas PLN juga memungut pajak penerangan jalan dan kemudian disetorkan kepada pihak kantor kas Pemerintah Kabupaten, seperti yang sudah tertuang dalam perjanjian antara PLN dengan pihak Pemerintah Kabupaten terkait. Jika dilakukan pengajuan Penerangan Jalan Umum maka ditujukan kepada Pemerintah Kabupaten atau Pemerintah Daerah, karena tugas kedua pihak tersebut mengelola Penerangan Jalan Umum meliputi:

a. Mengadakan bahan material Penerangan Jalan Umum, sebagai contoh bola lampu, tiang, dan jaringan.

b. Pengurusan sambungan listrik ke PLN.

c. Memelihara, dan bertanggung jawab atas Penerangan Jalan Umum yang terpasang.

Pemerintah Kabupaten berkewajiban membayar seluruh rekening Penerangan Jalan Umum kepada PLN. Untuk pengembang perumahan mengajukan Penerangan Jalan Umum bagi perumahan sekitarnya dengan syarat:

a. Mengajukan permohonan Penerangan Jalan Umum kepada PLN

b. Menyertakan penanggung jawab atau direktur pengembang perumahan atau yang diberi kuasa.

c. Menyertakan sketsa jalan yang akan dipasang Penerangan Jalan Umum.

commit to user

Ada dua kategori tanggung jawab dalam pengelolaan Penerangan Jalan Umum:

a. Beban yang ditanggung melalui swadaya masyarakat.

1) Biaya pembangunan jaringan, instalasi listrik, peralatan, pemeliharaan, dan pembayaran rekening listrik bulanan ditanggung oleh warga masyarakat sendiri, untuk kategori pertanggung jawaban ini warga masyarakat melalui ketua kelompok atau warga yang ditunjuk dapat mengajukan permintaan aliran listrik kepada PLN terdekat, dan akan diproses sesuai ketentuan atau prosedur yang sama dalam melayani calon pelanggan umum.

2) Membayar biaya pembangunan sesuai dengan Tarif Dasar Listrik yang berlaku.

3) Pemasangan Instalasi Penerangan Jalan Umum dilakukan oleh BTL yang sah dan terdaftar dari PLN terkait.

b. Beban ditanggung oleh Pemerintah Daerah

1) Biaya pembangunan jaringan, instalasi listrik, peralatan, pemeliharaan, dan pembayaran rekening listrik bulanan ditanggung oleh Pemerinah Daerah setempat, Untuk kategori ini warga masyarakat harus mengajukan permintaan Penerangan Jalan Umum kepada Pemerintah Daerah setempat (Pemerintah Kota / Kabupaten).

2) Membayar biaya pembangunan sesuai dengan Tarif Dasar Listrik yang berlaku.

commit to user

3) Pemasangan Instalasi Penerangan Jalan Umum dilakukan oleh BTL yang sah dan terdaftar dari PLN terkait.

Penyambungan Penerangan Jalan Umum yang tidak melalui prosedur diatas makan sambungan Penerangan Jalan Umum tersebut ilegal, dan sangat membahayakan kepentingan umum, serta merugikan Negara.

B. Analisis dan Pembahasan

Berdasarkan pelaksanaan otonomi daerah yang bertujuan untuk meningkatkan daya guna penyelenggaraan pemerintah daerah terutama dalam pelaksanaan pembangunan diharapkan Kabupaten Wonogiri dapat menggali mengembangkan potensi-potensi yang ada di wilayahnya. Berikut ini

1. Kontribusi Pajak Penerangan Jalan terhadap Pendapatan Asli

Daerah Kabupaten Wonogiri:

Rumus yang digunakan dalam menghitung kontribusi pajak air tanah terhadap pendapatan asli daerah:

commit to user Tabel II.1

Kontribusi Pajak Penerangan Jalan

Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Wonogiri Tahun Anggaran 2009-2011 Tahun Target Realisasi Pajak Penerangan Jalan (Rp) Pendapatan Asli Daerah (Rp) Kontribusi Nominal (Rp) % 2009 6.000.000.000 7.586.923.375 57.092.965.233,50 7.586.923.375 0,13 2010 7.000.000.000 8.530.502.215 64.718.361.873 8.530.502.215 0,13 2011 7.500.000.000 8.448.548.302 77.335.927.384 8.448.548.302 0,10 Jumlah 21.500.000.000 24.565.973.89 2 199.147.254.490,50 24.565.973.892 0,33

Prosentase kontribusi pajak penerangan jalan terhadap pendapatan asli daerah kabupaten Wonogiri tahun 2009

x 100 %

x 100% = 0,13 %

Prosentase kontribusi pajak penerangan jalan terhadap pendapatan asli daerah kabupaten Wonogiri tahun 2010

x 100 %

x 100% = 0,13 %

Prosentase kontribusi pajak penerangan jalan terhadap pendapatan asli daerah kabupaten Wonogiri tahun 2011

commit to user

x 100 %

x 100% = 0,10 %

Kontribusi pajak penerangan jalan terhadap pendapatan asli daerah kabupaten Wonogiri dari tahun 2009 dengan Realisasi Pajak Penerangan Jalan sebesar Rp. 7.586.923.375 dan Pendapatan asli daerah sebesar Rp. 57.092.965.233,50 maka dapat diperoleh prosentase kontribusi Pajak Penerangan Jalan sebesar 0,13%, lalu pada tahun 2010 Kabupaten Wonogiri memperoleh realisasi Pajak Penerangan Jalan sebesar Rp. 8.530.502.215,00 dan pendapatan asli daerah sebesar Rp. 64.718.361.873,00 diperoleh prosentase kontribusinya sebesar 0,13% sama seperti pada tahun 2009, sampai pada tahun 2011 Kabupaten Wonogiri yang memperoleh Realisasi Pajak penerangan Jalan sebesar Rp. 8.448.548.302,00 dan pendapatan asli daerah sebesar Rp. 77.335.927.384,00 prosentase kontribusi Pajak Penerangan Jalan mengalami penurunan 0,03% menjadi sebesar 0,10%.

Kontribusi Pajak Penerangan Jalan terhadap pendapatan asli daerah di Kabupaten Wonogiri masih belum begitu besar, dan mengalami penurunan sebesar 0,03% pada tahun terakhir. Hal ini disebabkan karena terjadinya kenaikan pada pendapatan asli daerah dan penurunan pajak penerangan jalan karena pajak penerangan jalan masih ada penggunaan listrik tanpa ijin atau pemasangan penerangan jalan umum yang llegal dan masih kurangnya sosialisasi kepada masyarakat. Sedangkan prosentase capaian penerimaan diukur dengan membandingkan antara realisasi dengan target yang ditentukan kemudian dikalikan 100%.

commit to user

2. Perbandingan antara realisasi dan target penerimaan pajak

penerangan jalan Kabupaten Wonogiri selama tiga tahun (2009-2011)

Tabel II.2

Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Penerangan Jalan Kabupaten Wonogiri

Tahun Anggaran 2009-2011

Tahun Target Realisasi Pajak

Penerangan Jalan Efektivitas

2009 6.000.000.000 7.586.923.375 126,44%

2010 7.000.000.000 8.530.502.215 121,86%

2011 7.500.000.000 8.448.548.302 112,64%

Prosentase capaian penerimaan pajak penerangan jalan kabupaten Wonogiri tahun 2009.

x 100 %

x 100% = 126,44%

Prosentase capaian penerimaan pajak penerangan jalan kabupaten Wonogiri tahun 2010

x 100 %

x 100% = 121,86%

Prosentase capaian penerimaan pajak penerangan jalan kabupaten Wonogiri tahun 2011

commit to user

x 100 %

x 100% = 112,64%

Dari penghitungan diatas, prosentase laju pertumbuhan pajak penerangan jalan di Kabupaten Wonogiri selama 3 (tiga) tahun yaitu, pada tahun 2009 prosentasenya adalah sebesar 126,44%, pada tahun 2010 prosentasenya sebesar 121,86% sedangkan pada tahun 2011 prosentase capaian pajak penerangan jalan sebesar 112,64%.

Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa pencapaian pajak penerangan jalan dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2011 mengalami penurunan, tetapi dari tiga tahun anggaran tersebut realisasi pajak peneranganan jalan di Kabupaten Wonogiri selalu melebihi target realisasi yang ditentukan, pada tahun 2009 melebihi sebesar Rp. 1.586.923.375,00 pada tahun 2010 melebihi target sebesar Rp. 1.530.502.215,00 sedangkan pada tahun 2011 realisasi pajak penerangan jalan Kabupaten Wonogiri melebihi target sebesar Rp. 948.548.302,00.

3. Kenaikan atau Penurunan Penerimaan Pajak Penerangan Jalan

Kabupaten Wonogiri selama tiga tahun anggaran (2009-2011)

Tabel II.3

Kenaikan atau Penurunan Penerimaan Pajak Penerangan Jalan Kabupaten Wonogiri

Tahun Anggaran 2009-2011

Tahun Realisasi Pajak

Penerangan Jalan

Jumlah Kenaikan (+)

atau Penurunan (-) Prosentase

commit to user

2010 8.530.502.215 943.578.840 1.12%

2011 8.448.549.302 -81.952.913 0.98%

Perbandingan kenaikan atau penurunan Pajak Penerangan Jalan tersebut dapat diperoleh dari perhitungan (Pi/Po x 100%).

Pi : Tahun Pembanding Po : Tahun Dasar

Hasil dari perhitungan diatas yaitu terjadi kenaikan dari tahun 2009 ke 2010 sebesar Rp 943.578.840,00 atau diprosentasekan sebesar 1,12%, pada tahun 2011 jika dibandingkan hasil realisasi penerimaan pajak penerangan jalan tahun 2010 terjadi penurunan sebesar Rp 81.952.913,00 atau diprosentasikan menurun 0.98%.

4. Hambatan-hambatan yang terjadi dalam pemungutan pajak

penerangan jalan adalah sebagai berikut :

a. Adanya pemasangan penerangan jalan umum yang tidak sah atau illegal sehingga tidak ada kejelasan wajib pajak yang bertanggung jawab atas pemungutan pajak penerangan jalan tersebut.

b. Kurangnya pendataan yang masuk ke pihak DPPKAD, sehingga pihak DPPKAD tidak mengetahui secara pasti jumlah wajib pajak yang membayar pajak penerangan jalan tersebut.

5. Upaya-upaya yang dilakukan pihak DPPKAD Kabupaten Wonogiri

untuk mengatasi hambatan-hambatan yang terjadi, antara lain:

a. Melakukan survey atau pendataan ulang terhadap penerangan jalan umum yang terpasang di Kabupaten Wonogiri.

commit to user

b. Meningkatkan kerjasama antara pihak DPPKAD Kabupaten Wonogiri dengan PLN Kabupaten Wonogiri tentang jumlah data-data wajib pajak dari pajak penerangan jalan.

commit to user

34

BAB III TEMUAN

Dari kegiatan penelitian yang telah dilakukan penulis di DPPKA Surakarta mengenai kontribusi penerimaan pajak air tanah di Surakarta, maka penulis dapat menyimpulkan kelebihan dan kelemahan yang ditemukan terkait dengan hal tersebut. Adapun kelebihan dan kelemahan yang ditemukan penulis yaitu :

A. Kelebihan

1. Adanya kerjasama yang baik, dilakukan oleh pihak DPPKAD Kabupaten Wonogiri dengan pihak PLN Kabupaten Wonogiri dalam pemungutan pajak penerangan jalan. Hal tersebut sangat mendukung pajak penerangan jalan sebagai pajak daerah yang prosperktif bagi daerah.

2. Pajak penerangan jalan di Kabupaten Wonogiri telah melebihi target anggaran yang ditetapkan setiap tahunnya.

3. Pajak penerangan jalan di Kabupaten Wonogiri menjadi pajak daerah yang terbesar penerimaannya dibandingkan dengan sektor pajak daerah lainnya. 4. Pelaksanaan pemungutan pajak penerangan jalan di DPPKAD Kabupaten

Wonogiri sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor 06 Tahun 2011.

B. Kelemahan

1. Pajak penerangan jalan masih perlu ditingkatkan, sebab masih ada penggunaan listrik tanpa ijin maka perlu adanya penertiban pemasangan penerangan-penerangan jalan (ijin yang dimaksud yaitu pemasangan

commit to user

lampu penerangan jalan umum tanpa meteran PLN yang sah atau tanpa seijin Pemkab/pemda sehingga meyebabkan adanya tagihan listrik tidak terbayar).

2. Kurangnya sosialisasi kepada masyarakat tentang pajak penerangan jalan sehingga masih banyak masyarakat yang menganggap bahwa pajak penerangan jalan adalah sebuah beban.

3. Kerjasama antara PLN dengan pihak DPPKAD Kabupaten Wonogiri perlu ditingkatkan kembali, untuk koordinasi masalah kelengkapan data-data pelanggan, karena pihak DPPKAD tidak mengetahui secara lengkap jumlah wajib pajak yang membayar pajak.

commit to user

36

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan penulis, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Kontribusi penerimaan pajak penerangan jalan terhadap pendapatan asli daerah di Kabupaten Wonogiri mengalami penurunan dari tahun 2009 dan 2010 yang besarnya sama yaitu sebesar 0,13% sedangkan di tahun 2011 sebesar 0,10%. Karena adanya penggunaan-penggunaan tenaga listrik yang illegal, sehingga dapat merugikan pemerintah daerah dan juga sulit untuk ditelusuri pajaknya secara adil.

2. Realisasi penerimaan pajak penerangan jalan selama tahun anggaran 2009-2011 belum mencapai target yang telah ditetapkan. Prosentase capaian penerimaan pajak air tanah pada tahun 2009 sebesar 126,44%. Mengalami penurunan sebesar 121,86% pada tahun 2010, kemudian juga mengalami penurunan di tahun 2011 sebesar 112,64%.

3. Realisasi dan kontribusi yang dicapai dalam pemungutan pajak penerangan jalan di DPPKAD Kabupaten Wonogiri masih belum optimal karena pemungutan pajak penerangan jalan masih memiliki kelemahan-kelemahan yang perlu diperbaikilagi.

commit to user

B. Saran

1. Sosialisasi kepada masyarakat masih perlu dilakukan pihak DPPKAD Kabupaten Wonogiri karena pajak penerangan jalan masih perlu ditingkatkan dalam kontribusinya terhadap Pendapatan Asli Daerah.

2. Perlunya penertiban dan pengawasan dari PLN Kabupaten Wonogiri juga dari pihak DPPKAD Kabupaten Wonogiri tentang masalah pemasangan penerangan jalan umum yang illegal, karena selain dapat membahayakan masyarakat sendiri juga menyebabkan ketidakjelasan Wajib Pajak yang akan membayar tagihannya.

commit to user

38

Dalam dokumen Galih Cendekia Nursewan Putra F3409035 (Halaman 30-49)

Dokumen terkait