• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Objek Penelitian

Bank Rakyat Indonesia berdiri tanggal 16 Desember 1895 di Purwokerto, Jawa Tengah. Didirikan oleh Raden Bei Aria Wirjaatmadja dengan nama De Poerwokertsche Hulp en Spaarbank der Inlandsche Hoofden atau “Bank Bantuan dan Simpanan Milik Kaum Priyayi Purwokerto”. Dibangun sebagai lembaga keuangan yang melayani orang-orang berkebangsaan Indonesia (pribumi). Setelah kemerdekaan Republik Indonesia, BRI ditetapkan sebagai Bank Pemerintah pertama di Indonesia sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 1 tahun 1946. Pada tahhun 1948 dalam masa mempertahankan kemerdekaan, kegiatan BRI sempat terhenti untuk sementara waktu dan mulai aktif kembali setelah perjanjian Renville pada tahun 1949 dengan mengubah nama menjadi Bank rakyat Indonesia Serikat. Sejak 1 Agustus 1992 berdasarkan Undang-Undang perbankan No. 7 tahun 1992 dan Peraturan Pemerintah RI No. 21 tahun 1992 status BRI berubah menjadi Perseroan Terbatas (PT). Saat itu kepemilikan BRI masih 100% berada di tangan Pemerintah Republik Indonesia. Pada tahun 2003, Pemerintah Indoensia memutuskan untuk menjual 30% saham bank ini sehingga menjadi perushaan publik dengan nama resmi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk., yang masih digunakan sampai saat ini.

Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., yang merupakan salah satu bank milik Pemerintah dengan aset terbesar kedua hingga saat ini. Data yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari Laporan Tahunan Bank Rakyat Indonesia dan Laporan Keuangan Publikasi Triwulan Bank Indonesia pada periode 2004-2013 yang telah diaudit.

Hasil Analisis Data dan Pembahasan

Perkembangan kinerja keuangan Bank BRI berfluktuasi setiap tahunnya, tercermin dari rasio ROA, NPL, CAR, dan LDR. Bank Indonesia telah menetapkan standar untuk setiap rasio, yaitu ROA minimun 1,5%, NPL maksimum 5%, CAR minimum 8%, dan LDR diantara 78-92%. Meskipun terjadi

14

krisis ekonomi global, Bank BRI tetap dapat mempertahankan kinerjanya. Hal tersebut terlihat dari besarnya nilai rasio keuangan yang berada cukup jauh dari standar yang telah ditetapkan. Kinerja keuangan Bank BRI sepuluh tahun terakhir dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 1

Rasio Keuangan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk.

Sumber : Laporan keuangan publikasi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., tahun 2004-2013 pada website BI dan website BRI.

Return On Assets (ROA)

Perkembangan profitabilitas Bank BRI selama tahun 2004-2009 terus menurun. Hal tersebut dilihat dari penurunan Return On Assets (ROA) sebesar 0,24% menjadi 3,42% (2005) dengan total aset tercatat sebesar Rp. 122,775,579 triliun dan laba bersih sebesar Rp. 3,808,587 triliun, 0,27% (2006) dengan total aset sebesar Rp. 154,725,486 triliun dan laba bersih sebesar Rp. 4,257,572 triliun, 0,28% (2007) dengan total aset sebesar Rp. 203,603,934 triliun dan laba bersih sebesar Rp. 4,838,001 triliun, 0,05% (2008) dengan total aset sebesar Rp. 246,026,225 triliun dan laba bersih sebesar Rp. 5,958,368 triliun, dan 0,06% (2009) dengan total aset sebesar Rp. 314,745,744 triliun dan laba bersih sebesar Rp. 7,308,292 triliun. Jika dilihat, ROA Bank BRI menurun tetapi total aset dan laba bersihnya naik. Hal ini dimungkinkan terjadi dengan catatan bahwa kenaikkan keuntungan lebih kecil dari kenaikkan aset. Selain itu, kinerja Bank BRI masih profitable, karena kenaikkan laba tidak melebihi kenaikkan aset. Kenaikkan aset yang terjadi didominasi oleh besarnya penempatan pada Bank Indonesia, khususnya dalam bentuk Giro dan Sertifikat Bank Indonesia. Kinerja

Rasio (%) Standar (%) 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 ROA 1,5 3.66 3.42 3.15 2.87 2.82 2.76 3.57 3.97 4.04 3.85 NPL 5 4.19 4.68 4.81 3.44 2.80 3.52 2.78 2.30 1.78 1.55 CAR 8 16.19 15.29 18.82 15.86 13.18 13.20 13.76 14.96 16.95 16.99 LDR 78-92 75.69 77.83 72.53 68.80 79.93 80.88 75.17 76.20 79.85 88.54

15

Keuangan Bank BRI mulai membaik dan meningkat pada tahun 2010 hingga 2012, tetapi mengalami sedikit penurunan diakhir tahun 2013.

ROA Bank BRI pada tahun 2010 naik sebesar 0,81% menjadi 3,57%, dimana aset Bank BRI naik dari Rp. 314,745,744 triliun menjadi Rp. 398,393,138 triliun. Sedangkan pada tahun 2011 ROA naik sebesar 0,04% menjadi 3,97%, dimana kenaikan total aset sebesar Rp. 456,531,093 triliun dan kenaikan laba bersih sebesar Rp. 15, 291,444 triliun. ROA tahun 2012 ada sebesar 4,04% dimana pada tahun ini ROA BRI memiliki nilai yang tertinggi diantara tahun-tahun penelitian yang lain. Total aset pada tahun-tahun ini adalah sebesar Rp. 535,209,156 triliun dan laba bersih adalah sebesar Rp. 18,482,639 triliun. Namun pada akhir tahun 2013 nilai ROA Bank BRI menurun 0,19% dari tahun sebelumnya menjadi 3,85%, dengan total aset tercatat sebesar Rp. 606,370,242 triliun dan laba bersih sebersar Rp. 21,160,150 triliun. Laba yang digunakan untuk menhitung ROA adalah laba bersih setelah pajak, dengan tujuan untuk melihat kemampuan bank dalam memperoleh keuntungan setelah memenuhi semua kewajibannya (pajak).

Grafik 1

Perkembangan ROA Bank Rakyat Indonesia

Sumber : Laporan keuangan publikasi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., tahun 2004-2013 pada website BI dan website BRI.

16

Non Performing Loans (NPL)

Kualitas kredit (NPL) Bank Rakyat Indonesia selama tahun 2004-2006 cukup tinggi dan mendekati standar maksimum yang ditetapkan oleh Bank Indonesia (5%). Pada tahun 2005 nilai NPL meningkat 0,49% dibandingkan dengan tahun 2004, didominasi oleh besarnya kualitas kredit kurang lancar sebesar Rp. 998.587 miliar, kredit diragukan sebesar Rp. 1.372.983 triliun, dan kredit macet sebesar Rp. 1.271.873 triliun. Jika dibandingkan dengan dua tahun sebelumnya, nilai NPL ditahun 2006 cukup tinggi mendekati batas maksimum (4,81%) yang didominasi oleh besarnya kualitas kredit macet sebesar Rp. 142.264.450 miliar. Kualitas kredit macet tahun 2006 naik 0,13% dari tahun 2005, yaitu sebesar Rp. 28.359.815 miliar. Peningkatan NPL disebabkan oleh faktor mikro dan makro ekonomi yang belum kondusif. Dalam memperbaiki kualitas kredit bermasalah yang terjadi selama tahun 2004-2006, Bank Rakyat Indonesia terus melakukan upaya restrukturisasi kredit agar kualitas kredit bermasalah tidak terus meningkat. Pada tahun 2007 nilai NPL dapat ditekan menjadi 3,44%, dimana kualitas kredit diragukan turun sebesar Rp. 360.470 miliar menjadi Rp. 580.928 miliar, dan kualitas kredit macet turun sebesar Rp. 96.387 miliar menjadi Rp. 2.502.282 triliun. Nilai NPL pun mengalami penurunan yang cukup signifikan dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu sebesar 0,64% (2008). Meskipun nilai NPL turun, kualitas kredit kurang lancar, kredit diragukan, dan kredit macet meningkat. Hal ini dimungkinkan terjadi karena kenaikkan dalam kredit yang dikualifikasi (kredit bermasalah) lebih kecil dibandingkan dengan total kredit. Kualitas kredit kurang lancar tahun 2008 naik sebesar Rp. 293.807 miliar menjadi Rp. 1.139.613 triliun, kredit diragukan naik sebesar Rp. 254.393 miliar menjadi Rp. 835.321 miliar, dan kredit macet naik sebesar Rp.705.421 miliar menjadi Rp. 3.207.703 triliun. Tingginya kualitas kredit didominasi oleh rendahnya suku bunga yang diberikan dan kemudahan dalam pengajuan kredit, sehingga menyebabkan risiko gagal bayar tinggi. Akan tetapi, BRI terus melakukan upaya penyeimbangan di segmen UMKM dari 1,19% menjadi 1,02%, segmen konsumer dari 1,67% menjadi 1,08%, dan segmen kredit korporasi dari 4,62% menjadi 4,53%. Kualitas kredit dan nilai NPL tahun 2009 meningkat sebesar 0,72%

17

dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Kredit kurang lancar naik sebesar Rp. 511,815 miliar menjadi Rp. 1,651,428 triliun, kredit diragukan naik sebesar Rp. 832,122 miliar menjadi Rp. 1,667,443 triliun, dan kredit macet naik sebesar Rp. 731,739 miliar menjadi Rp.3,939,442 triliun. Bank Rakyat Indonesia memfokuskan pada pelayanan dan pengembangan segmen UMKM dan bisnis perusahaan menengah, dan berkomitmen untuk memberikan 80% dari total kredit untuk segmen ini. Meningkatnya NPL Bank BRI disebabkan oleh krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 2008.

Perkembangan NPL tahun 2010-2013 berangsur-angsur mulai membaik seterlah krisis ekonomi sepanjang tahun 2008. Hal ini terlihat pada nilai NPL Bank Rakyat Indonesia yang turun sebesar 0,74% (2010), 0,48% (2011), 0,52% (2012), dan 0,23% (2012). Tercatat besarnya kualitas kredit kurang lancar adalah sebesar Rp. 1,501,999 triliun, kredit diragukan sebesar Rp. 1,545,250 triliun, kredit macet sebesar Rp. 4,644,027 triliun (2010). Pada tahun 2011, besarnya kualitas kredit kurang lancar tercatat sebesar Rp. 872,078 miliar, kredit diragukan sebesar Rp. 950,245 miliar, dan kredit macet sebesar Rp. 4,337,877 triliun. Tahun 2012 nilai NPL turun menjadi 1,78% dengan kualitas kredit kurang lancar sebesar Rp. 882,522 miliar, kredit diragukan sebesar Rp. 937,509 miliar, dan kredit macet sebesar Rp. 4,422,874 triliun. Pada akhir tahun 2013 nilai NPL Bank BRI adalah sebesar 1,55% dengan kualitas kredit kurang lancar sebesar Rp. 976,354 miliar, kredit diragukan sebesar Rp. 1,093,912 triliun, dan kredit macet sebesar Rp. 4,631,662 triliun. Perkembangan NPL Bank BRI dapat ditunjukkan oleh grafik dibawah ini :

18

Grafik 2

Perkembangan NPL Bank Rakyat Indonesia

Sumber : Laporan keuangan publikasi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., tahun 2004-2013 pada website BI dan website BRI.

Capital Adequacy Ratio (CAR)

Perkembangan permodalan (CAR) Bank Rakyat Indonesia selama periode tahun 2004-2013 mengalami fluktuasi, tetapi masih berada diatas besarnya nilai CAR yang ditetapkan oleh BI. Pertumbuhan permodalan (CAR) tahun 2005 sebesar 15,29%, turun 0,9% dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2005 tercatat jumlah modal Bank Rakyat Indonesia sebesar Rp. 12,685,864 triliun dan ATMR sebesar Rp. 83,494,366 triliun. Penurunan ini terjadi karena cadangan umum PPAP yang dibentuk naik dari tahun sebelumnya, yaitu sebesar Rp. 142,550 miliar. CAR Bank Rakyat Indonesia pada akhir tahun 2006 tercatat sebesar 18,82%, naik sebesar 3,35% dari tahun 2005. Peningkatan ini disebabkan karena Bank Rakyat Indonesia fokus terhadap segmen UMKM. Peraturan Bank Indonesia No.8/3/DPNP/2006 tanggal 30 Januari 2006 yang mengubah perhitungan ATMR memberikan bobot risiko yang kecil terhadap pinjaman kepada usaha kecil, pegawai negeri dan pensiunan, dimana kredit ini memiliki kedudukan terbesar dalam portofolio kredit Bank Rakyat Indonesia. Pada tahun 2007 dan 2008 CAR mengalami penurunan sebesar 2,96% (2007) dan 2,68% (2008) dengan total modal sebesar Rp. 17,058,707 triliun (2007) dan Rp.

19

19,187,674 triliun (2008). Penurunan yang terjadi ditahun 2007 disebabkan karena laju pertumbuhan ATMR (kredit dan aktiva produktif lainnya) lebih cepat daripada pertumbuhan modal untuk memperkuat modal, sedangkan penurunan CAR tahun 2008 disebabkan karena laju pertumbuhan bisnis Bank BRI lebih cepat daripada akumulasi modal.

Perkembangan CAR Bank BRI pada tahun 2009 sedikit mengalami kenaikan meskipun telah terjadi krisis ekonomi pada tahun 2008 dengan total modal sebesar Rp. 22.839.021 triliun dan ATMR sebesar Rp. 173,068,002 triliun. Peningkatan ditahun ini terjadi karena rasio pembayaran dividen lebih rendah dan strategi manajemen untuk memperluas kredit terhadap kredit berisiko rendah. Perkembangan CAR Bank Rakyat Indonesia mulai semakin membaik, terlihat dari meningkatnya nilai CAR selama tahun 2010-2012. CAR Bank Rakyat Indonesia tahun 2010 adalah sebesar 15,60%, lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2009 yaitu 13,20%. Melalui Peraturan Bank Indonesia No. 10/15/PBI/2008 tanggal 24 September 2008, setiap bank diwajibkan untuk menghitung CAR dengan memasukkan risiko redit, risiko pasar, dan risiko operasional ke dalam akun. CAR Bank Rakyat Indonesia untuk risiko pasar dan risiko kredit sebesar 15,60% (2010), meningkat dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 13,20%. Peningkatan ini terjadi karena kebijakan manajemen Bank Rakyat Indonesia dalam memperluas kredit dengan bobot risiko yang lebih rendah. Sedangkan CAR dengan risiko kredit, risiko pasar dan risiko operasional pada Desember 2010 mencapai 13,76%. CAR Bank Rakyat Indonesia menunjukkan tren yang berkembang mencapai 14,96% pada akhir tahun 2011, dengan modal tercatat sebesar Rp. 41,815,988 triliun dan ATMR sebesar Rp. 279,602,642 triliun. Rendahnya rasio pembayaran dividen dari 35% (2009) menjadi 30% (2010) dan menjadi 20% (2011) berkontribusi signifikan terhadap peningkatan CAR. Realisasi CAR Bank Rakyat Indonesia tahun 2012 sebesar 16,95%, diatas CAR minimum yang ditetapkan oleh BI. Hal ini menunjukkan komposisi permodalan Perseroan sangat sehat karena didominasi oleh modal inti yang sebagian besar berasal dari laba. Pada tahun ini tercatat modal sebesar Rp. 55,133,677 triliun dan ATMR sebesar Rp. 325,352,028 triliun. Peningkatan yang terjadi menunjukkan bahwa

20

kemampuan Bank Rakyat Indonesia menghasilkan laba yang tinggi sehingga modal inti meningkat sebesar 35%, yang pada akhirnya meningkatkan rasio CAR pada Desember 2012. Bank Rakyat Indonesia mencatat kenaikan CAR dari 16,95% (2012) menjadi 16,99% (2013), dengan modal inti sebesar Rp. 69,472,036 triliun atau 26% dan ATMR setelah risiko kredit, risiko pasar dan risiko operasional sebesar Rp. 408,858,393 triliun diaas angka tahun sebelumnya. Kenaikkan ini didominasi oleh tambahan modal yang berasal dari perolehan laba yang cukup tinggi. Pada akhir tahun 2013, 87,33% dari aset Bank Rakyat Indonesia didanai oleh liabilitas sedangkan sisanya sebesar 12,67% didanai oleh ekuitas. Total aset Bank rakyat Indonesia tumbuh 13,58%, total liabilitas tumbuh sedikit lebih rendah yaitu sebesar 12,42%. Namun, kurangnya pertumbuhan disisi liabilitas tersebut dikompensasi oleh pertumbuhan total ekuitas yang naik 22,26%, yang didorong oleh peningkatan saldo laba sebesar 28,66%.

Grafik 3

Perkembangan CAR Bank Rakyat Indonesia

Sumber : Laporan keuangan publikasi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., tahun 2004-2013 pada website BI dan website BRI.

21

Loan to Deposit Ratio (LDR)

LDR Bank BRI berfluktuasi setiap tahun, dalam kurun waktu sepuluh tahun penelitian. Pada tahun 2005, LDR naik sebesar 2,14% menjadi sebesar 77,83% daripada tahun sebelumnya. Tercatat bahwa Dana Pihak Ketiga (DPK) adalah sebesar Rp. 95,05 triliun. DPK yang berhasil dihimpun pada tahun 2006 adalah sebesar Rp.124,47 triliun, naik 28,26% dibandingkan dengan tahun 2005. Giro menunjukkan pertumbuhan tertinggi pada tahun 2006. Perkembangan LDR Bank Rakyat Indonesia ditahun 2007 pun menurun, dan pada tahun inilah LDR memiliki nilai terendah. Sedangkan pada tahun 2008 dan 2009 LDR BRI kembali meningkat, dan menurun kembali pada tahun 2010 sebesar 5,71%.

LDR Bank BRI mengalami sedikit peningkatan dari 75,17% (2010) menjadi 76,20% (2011), disebabkan karena pertumbuhan kredit yang melampaui pertumbuhan DPK. Pada tahun 2012, Bank BRI berhasil meningkatkan outstanding kredit. Peningkatan tersebut termasuk pembiayaan syariah yang naik sebesar 23,49% menjadi senilai Rp. 11,25 triliun. Sedangkan untuk DPK, Bank BRI berhasil meningkatkan saldo sebesar Rp. 17,15 triliun mencapai Rp. 450,17 triliun. Selain itu, Bank BRI juga berhasil mempertahankan komposisi dana murah (Giro dan Tabungan) dan dana mahal pada kisaran 60% dan 40%. Per Desember 2012 pos tabungan mencapai sebesar Rp. 184,36 triliun atau naik 19,61% dari tahun 2011. Peningkatan ini menunjukkan keberhasilan sejumlah program promosi tabungan dan semakin beragam serta berkembangnya fitur-fitur produk tabungan yang menarik masyarakat untuk menabung di Bank BRI. Di akhir tahun 2013, LDR Bank BRI naik menjadi 88,54% dimana Bank BRI berhasil meningkatkan simpanan sebesar 12,02% mencapai Rp. 504,28 triliun. Selain itu, BRI juga berhasil mempertahankan komposisi dana murah (Giro dan Tabungan) dan dana mahal pada kisaran 58% dan 42%. Per Desember 2013 pos tabungan mencapai Rp. 213 triliun atau naik 15,31% dari tahun 2012 yang tercatat sebesar Rp. 184,72 triliun. Komposisi tabungan terhadap DPK berada di kisaran 42,24%. Peningkatan ini menunjukkan keberhasilan sejumlah program promosi tabungan dan semakin bearagam serta berkembangnya fitur-fitur produk tabungan yang menarik minat masyarakat untuk menabung di Bank BRI.

22

Grafik 4

Perkembangan LDR Bank Rakyat Indonesia

Sumber : Laporan keuangan publikasi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., tahun 2004-2013 pada website BI dan website BRI.

23

PENUTUP

Kesimpulan

Perkembangan kinerja keuangan Bank BRI selama periode tahun 2004-2013 mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. Perkembangan ROA pada tahun 2005-2009 mengalami penurunan, dimana turunnya ROA mencerminkan menurunnya kinerja Bank BRI. Namun, pada empat tahun terakhir (2010-2013) Bank BRI mulai memperbaiki dan meningkatkan kinerjanya yang tercermin melalui peningkatan ROA. Peningkatan ROA berarti kenaikkan dalam keuntungan secara kualitatif jika dibandingkan dengan total asetnya. Karena keuntungan merupakan tujuan utama dari suatu bisnis perbankan maka peningkatan ROA menceminkan kinerja Bank BRI yang baik. Perkembangan NPL selama tahun 2004-2013 menunjukkan tren yang menurun, dimana angka tahun terakhir adalah sebesar 1,55%. Selama kurun waktu penelitian, nilai NPL Bank BRI berada dibawah standar maksimum yang ditetapkan oleh Bank Indonesia yaitu sebesar 5%. Penurunan NPL mencerminkan bahwa semakin baiknya kualitas kredit bank BRI, sehubungan dengan risiko kredit bank akibat pemberian kredit. Dari sisi kecukupan modal, Bank BRI selalu baik karena nilai CAR Bank BRI berada jauh diatas ketentuan Bank Indonesia. CAR yang baik mencerminkan kecukupan modal yang baik, yang dapat memberikan kepercayaan masyarakat terhadap Bank BRI. Dari data penelitian yang ada jika dibandingkan dengan batasan Bank Indonesia, LDR Bank BRI masih dalam kondisi yang baik. Hal ini berarti bahwa loan yang diberikan mendekati DPK yang dikumpulkan bank. Selain itu, dari besarnya LDR, Bank BRI masih memiliki cadangan likuiditas untuk kewajiban jangka pendek, tetapi secara keseluruhan earning asset digunakan untuk kredit yang bisa menghasilkan keuntungan.

Keterbatasan Penelitian

1. Faktor-faktor penyebab turunnya kinerja keuangan Bank BRI sulit untuk diidentifikasi karena terbatas pada informasi makro ekonomi yang dipengaruhi oleh dampak krisis perekonomian global.

24

2. Rasio-rasio keuangan bank yang digunakan sebagai indikator untuk mengukur kinerja keuangan Bank BRI hanya terbatas pada ROA, NPL, CAR, dan LDR.

3. Dalam penelitian ini, hanya menganalisa dan mengukur tiap rasio saja, tetapi tidak menganalisa rasio mana yang paling berpengaruh terhadap kinerja Bank BRI.

Saran

1. Bank BRI perlu memperhatikan dan meningkatkan penilaian serta peninjauan terhadap besarnya dana yang disalurkan dalam bentuk kredit kepada masyarakat, sehingga meminimalkan terjadinya risiko kredit bermasalah.

2. Manajemen bank harus lebih teliti dalam pengelolaan modal. Meskipun CAR BRI baik, tetapi jika dibandingkan dengan industri bisnis lain (misalnya Bank Mandiri, Bank BCA) masih rendah, sehingga modal perlu ditingkatkan.

3. Untuk penelitian selanjutnya, diperlukan penambahan variabel untuk mengukur kinerja keuangan Bank BRI agar lebih mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat kesehatan dan kinerja bank.

4. Analisis rasio mana yang paling berpengaruh terhadap kinerja Bank BRI juga diperlukan untuk penelitian selanjutnya, sebagai evaluasi untuk perkembangan kinerja bank itu sendiri.

5. Bank BRI harus memperhatikan besarnya LDR. Karena semakin rendahnya LDR dari sisi likuiditas baik, tetapi dana yang menganggur lebih besar. Jika dana yang menganggur lebih besar, maka profitnya akan turun. Sebaliknya, jika LDR terlalu tinggi juga akan berisiko karena dana yang diberikan untuk kredit terlalu banyak sehingga dapat menimbulkan adanya kredit bermasalah.

25

Dokumen terkait