Pada bagian ini menjelaskan mengenai gambaran umum responden, yang mendukung serta melengkapi hasil analisis data berdasarkan usia, jenis pekerjaan, lama berinvestasi, sumber dana, dan tujuan berinvestasi. Data diperoleh dari 40 responden pada bulan Agustus 2012 karena penyebaran kuisioner mulai dilakukan pada bulan Juni 2012 dan kembali hingga memenuhi kuota yang dibutuhkan pada bulan Agustus 2012.
20
Tabel 4.1 Hasil Penelitian Karakteristik Responden No Kategori Sub kategori jumlah %
1 Usia 14 – 30 tahun 24 60
31 – 40 tahun 8 20
41 – 50 tahun 8 20
2 Jenis pekerjaan Buruh 0 0
PNS 2 5
Pegawai Swasta 18 45
Wiraswasta 3 8
Praktisi 1 3
Lainnya 16 40
3 Lama berinvestasi 1 – 5 tahun 37 93
6 - 10 tahun 1 3
10 tahun 2 5
4 Sumber dana Sendiri 26 65
Pinjaman 12 30
Keduanya 2 5
5 Tujuan berinvestasi Jangka pendek 8 20
Jangka panjang 9 23
Keduanya 23 58
Sumber: Data primer diolah 2012
Dari tabel terlihat bahwa usia investor berkisar antara 14 tahun sampai 61 tahun. Namun investor terkonsentrasi pada responden antara usia 14 tahun dan 30 tahun yaitu sebanyak 24 orang. Investor pada usia ini tergolong usia muda dan produktif.
Rata – rata jenis pekerjaan responden adalah pegawai swasta yang mungkin memiliki fleksibel waktu sehingga mereka lebih memilih bermain investasi pada pasar modal. Rata – rata para investor tersebut telah melakukan investasi antara 1 tahun hingga 5 tahun. Hal ini mungkin dikarenakan perusahaan sekuritas di Salatiga belum lama dibuka sehingga rata – rata investor di Salatiga baru mencoba melakukan investasi khususnya di pasar modal Danareksa Sekuritas.
Kebanyakan dari investor tersebut melakukan investasi menggunakan dana sendiri mungkin dengan pertimbangan jika menggunakan dana pinjaman, risiko ke depan akan lebih besar karena pengembalian dana pinjaman tersebut.
21
Sedangkan tujuan berinvestasi investor tersebut bermacam – macam. Hal ini terlihat dari hasil pengisisan tujuan berinvestasi yang menunjukkan hasil lebih banyak pada kolom keduanya, yang berarti para investor melakukan investasi dengan tujuan jangka panjang dan jangka pendek. Tujuan investasi yang menunjukkan jangka panjang dan jangka pendek ini bisa diartikan bahwa para investor ini telah melakukan investasi portofolio. Portofolio dalam hal ini berarti kumpulan beberapa jenis asset dengan tujuan waktu yang berbeda.
Uji Validitas dan Reliabilitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur apakah pertanyaan maupun pernyataan dalam kuisioner yang sudah dibuat benar-benar dapat mengukur apa yang hendak kita ukur (Ghozali, 2011:52). Uji validitas dilakukan dengan membandingkan nilai r hitung dengan r tabel untuk degree of freedom (df) = n – 2, dalam hal ini n adalah jumlah sample. Pada penelitian ini jumlah sample (n)=40, maka besarnya df dapat dihitung 40 – 2 = 38. Dengan df=38 dan alpha=0,05 didapat r table = 0,263. Jika r hitung lebih besar dari r tabel maka perrnyataan atau indikator tersebut dinyatakan valid.
Sedangkan uji reliabilitas digunakan untuk mengukur suatu kuisioner yang merupakan indikator dari variabel. Suatu kuisioner dinyatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil. Suatu variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha > 0,70 (Nunnally, 1994 dalam Ghozali, 2011:47).
Dari penyebaran kuesioner yang telah diberikan kepada 40 orang responden, maka diperoleh data yang akan digunakan untuk menjawab persoalan penelitian. Hasil pengujian validitas dan reliabilitas disajikan dalam tabel 4.2 berikut ini:
22 Variabel Indikator Empirik Validitas (Corrected item - Total Corelation) > 0,263 Reliabilitas (Cronbach’s - Alpha) > 0,70 Overconfidence bias
OC1 0,873 valid 0,932 Reliabel
OC2 0,873 valid Cognitive dissonance bias CD1 0,632 valid 0,770 Reliabel CD2 0,632 valid Illusion of control bias
ILO1 0,775 valid 0,870 Reliabel
ILO2 0,775 valid
Loss aversion bias LA1 0,690 valid 0,807 Reliabel
LA2 0,690 valid
Regret aversion bias
RA1 0,762 valid 0,864 Reliabel
RA2 0,762 valid
Status quo bias SQ1 0,646 valid 0,760 Reliabel
SQ2 0,646 Valid Keputusan investasi KI1 KI2 0,768 0,768 valid 0,867 Reliabel valid
Sumber: Data primer diolah 2012
Dari tabel 4.2 diatas dapat diketahui bahwa setiap butir pernyataan dari masing-masing variabel overconfidence bias, cognitive dissonance bias, illusion of control bias, loss aversion bias, regret aversion bias, status quo bias dan keputusan investasi dapat dikatakan valid, karena nilai r hitung > dari r tabel yaitu 0,263. Hal ini berarti setiap butir pernyataan dalam kuisioner penelitian ini mampu untuk mangungkapkan apa yang hendak diukur.
Dalam penelitian ini suatu variabel dikatakan reliabel apabila nilai Cronbach Alpha ( ) lebih besar dari 0,70. Dari tabel 4.2 diatas dapat dilihat bahwa keseluruhan variabel dapat dikatakan reliabel, karena variabel overconfidence bias, cognitive dissonance bias,illusion of control bias, loss aversion bias, regret aversion bias, status quo bias dan keputusan investasi memiliki nilai Cronbach Alpha ( ) lebih dari 0,70.
23
Uji asumsi klasik diperlukan untuk mengetahui apakah hasil estimasi yang digunakan berdistribusi normal, bebas dari adanya gejala Multikolonieritas, gejala Heteroskedastisitas dan gejala Autokorelasi (Ghozali, 2005).
Uji Normalitas
Berdasarkan uji normalitas dengan menggunakan uji statistik non parametrik
Kolmogorov-Smirnov (K-S) menunjukkan angka Kolmogorov-Smirnov Z sebesar 0, 671 dengan nilai signifikansi 0,759 dan karena angka signifikan (Sig. > 0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa distribusi data residualnya adalah berdistribusi normal. Hasil tersebut dapat dilihat pada tabel yang telah disajikan pada lampiran 6.
Uji Multikolonieritas
Uji multikolinearitas digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya korelasi antar variabel bebas (independen) dalam model regresi (Ghozali, 2005). Hal ini dapat dilihat dari nilai tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Berikut hasil uji multikolonieritas pada tabel 4.3.
Tabel 4.3 UjiMultikolonieritas
Variabel Tolerance VIF
Overconfidence bias .685 1.459
Cognitive dissonance bias .485 2.064
Illusion of Control bias .711 1.406
Loss aversion bias .610 1.640
Regret aversion bias .653 1.531
Status quo bias .587 1.702
Sumber: Data primer diolah 2012
Dari tabel 4.3 di atas, nilai tolerance diatas menunjukan tidak ada variabel independen yang memiliki nilai tolerance kurang dari 0,10. Hasil perhitungan nilai Variance Inflation Factor (VIF) menunjukan tidak ada varibel independen
24
yang memiliki nilai VIF lebih dari 10. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinieritas antar varibel independen dalam model regresi.
Uji Heteroskedastisitas
Uji heterokedastisitas dilakukan untuk mengidentifikasi apakah terjadi ketidaksamaan variance dari residual antara satu pengamatan ke pengamatan yang lain dalam model regresi. Uji ini dilakukan menggunakan uji Glejser dengan mengusulkan untuk meregres nilai absolut residual terhadap variabel independen (Gujarati, 2003 dalam Ghozali, 2005). Hasil uji Gletser digambarkan pada tabel 4.4 berikut.
Tabel 4.4 Uji Heteroskedastisitas
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig. B Std. Error Beta (Constant) .102 .599 .171 .865 TOC .046 .059 .143 .777 .443 TCD -.045 .072 -.137 -.625 .536 TIOC -.076 .086 -.160 -.890 .380 TLA .033 .064 .100 .516 .609 TRA .038 .057 .125 .665 .510 TSQ .145 .067 .432 2.179 .037
a. Dependent Variable: absUt
Sumber: Data Primer diolah 2012
Dengan menggunakan uji Glejser, koefisien parameter untuk masing-masing varibel independen tidak ada yang signifikan (Sig. > 0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak mengandung adanya heteroskedastisitas. Analisis Regresi Berganda
Pengujian asumsi klasik regresi yang telah terpenuhi meliputi uji normalitas, multikolinearitas dan heteroskedastisitas sehingga memenuhi persyaratan untuk
25
melakukan analisis regresi berganda. Pengujian Hipotesis menggunakan nilai koefisien determinasi (R²), uji F dan uji t.
Koefisien Determinasi (R²)
Koefisien determinasi pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variabel dependen. Adapun nilai R² dari hasil perhitungan terlihat pada tabel 4.5 berikut ini. Dari Tampilan output SPSS model summary besarnya R Square adalah 0,459. Hal ini berarti 45,9% variasi pengambilan keputusan investasi investor dapat dijelaskan oleh cognitive bias dan
emotional bias. Sedangkan sisanya yaitu 54,1% (100% - 45,9% = 54,1%) dijelaskan oleh faktor lain diluar model.
Hasil Estimasi Model
Terdapat dua hasil pengujian estimasi model yaitu (1) estimasi model koefisien korelasi dengan menggunakan uji F, dan (2) estimasi model koefisien regresi dengan menggunakan uji t, seperti telah disajikan pada tabel 4.6 dan 4.7 berikut:
Tabel 4.6 Hasil Estimasi Model: Koefisien Korelasi
Model
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Regression 48.140 6 8.023 4.659 .022a
Residual 56.835 33 1.722
Total 104.975 39
a. Predictors: (Constant), TEB, TCB b. Dependent Variable: TKI
Sumber: Data Primer diolah 2012
Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh antara variabel independen dan variabel dependen secara bersama-sama (simultan). Dari uji ANOVA atau F test didapat nilai F hitung sebesar 4.659 dengan sigifikansi (Sig. <
26
0,05), maka model regresi dapat digunakan untuk memprediksi pengambilan keputusan investasi atau dapat dikatakan cognitive bias dan emotional bias secara bersama-sama berpengaruh terhadap pengambilan keputusan investasi.
Tabel 4.7 berikut menyajikan hasil estimasi model koefisien regresi dengan menggunakan uji t untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.
Tabel 4.7HasilEstimasi Model: Koefisien Regresi
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig. B Std. Error Beta (Constant) 5.117 1.212 4.222 .000 X1 (OC) -.376 .120 -.486 -3.142 .004* X2 (CD) -.062 .147 -.078 -.425 .673 X3 (ILO) .333 .174 .291 1.918 .064 X4 (LA) .332 .130 .418 2.548 .016* X5 (RA) -.307 .115 -.422 -2.665 .012* X6 (SQ) .480 .135 .596 3.566 .001*
a. Dependent Variable: TKI
Keterangan : *) signifikan pada level 5%
Sumber: Data Primer diolah 2012
Persamaan untuk model regresi berganda variabel overconvidence bias,cognitive dissonance bias, illusion of control bias, loss aversion bias, regret aversion bias,
dan status quo bias terhadap pengambilan keputusan investasi (KI) adalah: KI = 5.117 - 0,376OC - 0,062CD + 0,333ILO + 0,332LA – 0,307RA + 0,480SQ Dari tabel diatas diketahui bahwa uji t menggunakan tingkat signifikansi = 5% dengan memasukkan keenam variabel independen kedalam model regresi maka variabel yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengambilan keputusan investasi adalah variabel-variabel dalam emotional bias.
27
Tabel 4.8Hasil Penelitian
Hipotesis Pernyataan Hipotesis Sig. Keterangan
H1
Overconfidence bias berpengaruh positif
terhadap pengambilan keputusan investasi .004 Signifikan
H2
Cognitive dissonance bias berpengaruh positif
terhadap pengambilan keputusan investasi .673
Tidak Signifikan H3
Illusion of Control bias berpengaruh positif
terhadap pengambilan keputusan investasi .064
Tidak Signifikan H4
Loss aversion bias berpengaruh positif
terhadap pengambilan keputusan investasi .016 Signifikan
H5
Regret aversion bias berpengaruh positif
terhadap pengambilan keputusan investasi .012 Signifikan
H6
Status quo bias berpengaruh positif terhadap
pengambilan keputusan investasi .001 Signifikan
Berdasarkan hasil olah data ditemukan bahwa variabel cognitive dissonance bias dan illusion of control bias berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap pengambilan keputusan investasi. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis regresi yang menunjukkan tingkat signifikansi sebesar 0,673 dan 0,064 yang nilanya jauh lebih besar dari batas toleransi kesalahan yaitu 0,05. Dengan demikian H2 dan H3
tidak didukung oleh data. Hasil ini dapat diartikan bahwa dari sebagian para investor di Salatiga tidak selalu mengandalkan cognitivenya dan bahwa pengambilan keputusan investasi para investor memang tidak terpengaruh oleh
cognitive dissonance bias dan illusion of control bias. Investor di Salatiga cenderung tidak mendasarkan diri pada informasi awal yang mereka dapat, mereka menjadi ragu – ragu ketika mereka mendapatkan informasi baru dari pihak lain terhadap alternatif investasi yang akan mereka ambil.
28
Sedangkan pada hasil olah data yang menunjukkan bahwa overconvidence bias, loss aversion bias, regret aversion bias, dan status quo bias berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengambilan keputusan investasi. Dapat dilihat dari hasil analisis regresi yang menunjukkan tingkat signifikansi yang nilanya kurang dari batas toleransi kesalahan yaitu 0,05. Hasil ini dapat diartikan bahwa dari sebagian para investor di Salatiga terpengaruh oleh overconvidence bias,loss aversion bias, regret aversion bias, dan status quo bias dalam pengambilan keputusan investasinya. Investor lebih memilih surat berharga atau portofolio yang mereka rasa lebih familiar, mereka merasa takut dan tidak yakin untuk melakukan investasi yang sama yang pernah membuat mereka mengalami kerugian walaupun secara perhitungan atau informasi yang ada menyatakan bahwa asset yang akan mereka ambil itu akan menguntungkannya.
Sumber dana yang dimiliki dan digunakan oleh para investor untuk berinvestasi kadang menjadi pertimbangan dalam tujuan investasi dan pengambilan keputusan investasi mereka. Hal ini dapat mempengaruhi aspek
cognitive dan emotional para investor. Untuk memperdalam analisis data responden, dalam penelitian ini disajikan hasil crosstabulation antara sumber dana dan tujuan investasi sebagai berikut:
Tabel 4.9 Hasil Crosstabulation sumber dana * tujuan investasi
Sumber dana Tujuan investasi
Total jangka pendek jangka panjang keduanya
sendiri 4 7 15 26
pinjaman 4 1 7 12
keduanya 0 1 1 2
29
Dari hasil crosstab diatas dapat diketahui bahwa dari ke 40 investor sebagai responden, 26 investor menggunakan sumber dana sendiri dan 7 diantaranya mempunyai tujuan jangka panjang. Dengan menggunakan dana sendiri, investor bisa lebih leluasa menggunakan dananya untuk tujuan jangka panjang maupun jangka pendek. Namun dari hasil analisis terlihat bahwa mereka lebih cenderung melakukan investasi untuk tujuan investasi keduanya (jangka panjang dan jangka pendek), terlihat dari hasil tersebut angka dalam kolom keduanya menunjukkan angka 15 yang lebih besar dari jangka panjang sebanyak 7 dan jangka pendek sebanyak 4.
Tabel 4.10Hasil Crosstabulation pilihan investasi * usia
Pilihan investasi Usia Total 14 - 30 th 31 - 40 th > 40 th Saham 18 7 6 31 Warran 3 0 0 3 Opsi 0 0 1 1 Reksadana 8 2 2 12 Obligasi 3 3 3 9 Deposito 7 5 5 17
tanah dan bangunan 4 5 3 12
Index 1 0 0 1
Komoditi 1 0 0 1
lainnya (forex) 2 0 1 3
lainnya (tabungan investasi jk. Pjg) 1 1 2 4
lainnya (emas) 3 1 2 6
lainnya (asuransi) 1 0 1 2
52 24 26 102
Dari hasil tersebut, investor pada usia antara 14 tahun sampai 30 tahun lebih banyak memilih alternatif saham, deposito, reksadana, dan tanah & bangunan sebagai sarana investasi mereka karena alternatif investasi tersebut mereka rasa
30
lebih familiar dibandingkan dengan alternatif investasi asset seperti opsi, index, komoditi, dan lainnya. Hal ini terlihat bahwa lebih dari 50% responden (31 orang) yang mengisi kuisioner yang telah disebarkan lebih memilih saham sebagai alternatif investasi portofolio mereka. Mereka merasa takut dan tidak yakin untuk melakukan investasi yang mereka rasa kurang familiar karena hal tersebut bisa membuat mereka mengalami kerugian walaupun secara perhitungan atau informasi yang ada menyatakan bahwa asset yang akan mereka ambil itu akan menguntungkannya.
Tabel 4.11Hasil Crosstabulation sumber dana * cognitive bias
Sumber dana Cognitive Bias Total tidak setuju cukup setuju kurang setuju setuju sangat setuju Sendiri 4 7 7 2 6 26 pinjaman 2 4 1 1 4 12 keduanya 0 0 2 0 0 2 Total 6 11 10 3 10 40
Investor yang menggunakan sumber dana sendiri biasanya cenderung lebih percaya diri dalam pengambilan keputusan investasinya karena mereka tidak mempunyai tanggungan hutang. Namun disisi lain mereka juga sangat berharap untuk mendapatkan keuntungan dari hasil investasinya tersebut.
Tabel diatas menunjukkan bahwa investor sebanyak 26 orang yang menggunakan sumber dana sendiri merasa kurang setuju dengan cognitive bias. Dari ke 12 orang responden yang menggunakan dana pinjaman, ada 4 orang yang merasa cukup setuju dan 4 orang merasa sangat setuju. Sedangkan sisanya, 2 responden yang memilih keduanya (yaitu sendiri dan pinjaman) merasa kurang setuju terhadap cognitive bias. Namun dari seluruh sampel yang mengisi baik
31
yang menggunakan sumber dana sendiri, pinjaman maupun keduanya terlihat bahwa mereka merasa cukup setuju dengan cognitive bias. Hal ini menunjukkan hasil yang sama pada lampiran 3 yang telah disajikan dibelakang bahwa kategori rata - rata pada hasil statistik investor di Salatiga menunjukkan kategori cukup setuju pada kolom cognitive bias. Hasil ini berarti, para investor di Salatiga cenderung tidak menggunakan aspek cognitive bias dalam pengambilan keputusan investasinya. Mereka merasa cukup percaya bahwa ketika mereka mendapat keuntungan dalam berinvestasi, pencapaian tersebut karena kemampuan dan pengetahuan mereka sendiri. Ketika hendak berinvestasi, mereka cukup yakin dapat mengatasi semua masalah yang akan timbul setelah mereka melakukan investasi dan mereka juga cukup yakin dapat melakukan antisipasi jika terjadi masalah ditengah jalan. Dalam kasus ini terlihat bahwa investor merasa kurang percaya diri dalam pengambilan keputusan investasi mereka, aspek
overconvidence dan illusion of control bias tidak berpengaruh pada pengambilan keputusan investasi mereka.
KESIMPULAN
Berdasarkan pada pembahasan yang telah dilakukan diatas maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
Dari keenam variabel yaitu overconvidence bias, cognitive dissonance bias, illusion of control bias, loss aversion bias, regret aversion bias, dan status quo bias yang berpengaruh positif terhadap pengambilan keputusan investasi adalah
overconvidence bias,loss aversion bias, regret aversion bias, dan status quo bias.
32
berpengaruh signifikan terhadap pengambilan keputusan investasi. Dari hasil penelitian, investor cenderung lebih memilih alternatif investasi atau portofolio yang mereka rasa lebih familiar, mereka merasa takut dan tidak yakin untuk melakukan investasi yang sama yang pernah membuat mereka mengalami kerugian walaupun secara perhitungan atau informasi yang ada menyatakan bahwa asset yang akan mereka ambil itu akan menguntungkannya. Hal ini menandakan bahwa mereka lebih menggunakan aspek emotionalnya.
Implikasi Teoritis
Hasil temuan penelitian ini bertolak belakang dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Erricha (2010) dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa aspek-aspek bias dalam cognitve bias seperti overconvidence bias, cognitive dissonance bias, dan loss aversion bias berpengaruh terhadap pengambilan keputusan investasi para investor. Sedangkan dalam penelitian ini, aspek emotional bias yang berpengaruh positif. Namun hal ini sesuai dengan pernyataan Kadir (2001, dalam Enawati 2008) bahwa berperilaku irrasional (biases) biasanya bertindak tanpa logika dan dimungkinkan sebagian besar tindakannya dipengaruhi oleh suatu respon emosional.
Kecenderungan investor yang lebih menggunakan aspek emosionalnya akan lebih bias dalam pengambilan keputusan investasinya karena semuanya tidak dapat dilihat dan terkait langsung dengan proses pikiran atau keyakinan dan preferensi seseorang, dan hal ini yang membuat seseorang gagal dalam memahaminya meskipun pada saat itu berada di dalamnya. Hal ini kemungkinan dikarenakan kurangnya rasa percaya diri terhadap kemampuannya sendiri dalam
33
menganalisis alternatif saham yang akan diambil secara lebih mendalam dan lebih mudah terpengaruh dengan informasi yang baru mereka dapat. Hal ini mendukung pendapat Pompian (2006) yang menyatakan bahwa aspek bias merupakan aspek yang cenderung menghasilkan keputusan yang tidak menjamin ketepatan secara mutlak dan sebagai konsekuensinya seseorang memiliki kemungkinan untuk mengambil keputusan yang salah atau perkiraan yang melenceng.
Implikasi Terapan
Dari hasil penelitian yang didapat, investor lebih cenderung menggunakan aspek emosionalnya dalam pengambilan keputusan investasi dan bukan berdasarkan aspek kognitif yang mereka miliki, maka keputusan yang diambil kurang bisa tepat dan hanya cocok untuk keputusan jangka pendek. Ketika investor akan membuat keputusan keuangan, sebaiknya investor tidak secara terburu-buru melainkan dipikirkan secara tepat. Dengan kata lain, investor jangan membuat keputusan keuangan yang terlalu cepat tanpa didahului pertimbangan yang tepat sasaran, seperti yang diungkapkan oleh Graham (2008) bahwa investor perlu berpikir dua kali (think twice) sebelum bertransaksi saham.
Sebaiknya investor lebih berusaha menajamkan logikanya, melihat dan mempertimbangkan dari banyak aspek agar keputusan yang diambil lebih tepat sehingga tidak terjerumus kedalam permainan bias. Hal ini perlu diperhatikan karena seperti yang diungkapkan oleh Baker dan Nofsinger (2002) bahwa jika bias-bias tersebut terindikasi ada korelasi, maka investor yang mengalami salah satu bias akan berpeluang juga mengalami bias yang lain dan hal ini akan meningkatkan peluang perolehan risiko dari keputusan keuangan yang dibuat sebelumnya.
34
Keterbatasan Penelitian dan Penelitian Mendatang
Penelitian ini memungkinkan untuk dikembangkan lebih lanjut, karena masih terdapat beberapa keterbatasan penelitian sebagai berikut:
Seluruh variabel independen dalam penelitian ini hanya menyumbang 45,9% dari keseluruhan variabel independen, artinya masih terdapat 54,1% variabel-variabel independen lain yang belum diketahui dan diteliti secara ilmiah, mempengaruhi pengambilan keputusan investasi investor di Salatiga. Pilihan penggunaan variabel yang kontribusinya kecil ini dikarenakan pilihan variabel independen yang kurang tepat. Faktor – faktor lain yang mungkin mempengaruhi adalah sifat, kesukaan dan berbagai macam hal yang melekat dalam diri manusia (Ricciardi dan Simon, 2000). Seperti yang disebutkan oleh Ricciardi dan Simon (2000:2) bahwa behavioral finance dibangun oleh berbagai asumsi dan ide dari perilaku ekonomi. Keterlibatan emosi, sifat, kesukaan dan berbagai macam hal yang melekat dalam diri manusia sebagai makhluk intelektual dan sosial akan berinteraksi melandasi munculnya keputusan melakukan suatu tindakan. Oleh karena itu untuk penelitian mendatang dapat diteliti variabel lain seperti sifat dan kesukaan. Indikator dalam penelitian ini juga masih belum baku karena peneliti merumuskan sendiri sehingga dalam penelitian mendatang bisa dirumuskan dengan lebih baik lagi.
Cognitive bias dan emotional bias ini juga dapat dikaitkan dengan kinerja invesasi dimana kinerja investasi juga sangat dilihat oleh para investor sebelum melakukan investasi. Sebagai bagian dari proses investasi, investor perlu memantau dan mengevaluasi kinerja investasi portofolionya untuk melihat sejauh
35
mana strategi yang dipilihnya bekerja demi tercapainya tujuan investasi Kinerja investasi yang baik akan dapat meminimalisir risiko.
Karena dalam penyebaran kuisioner tidak dilakukan secara langsung (dalam penelitian ini disebar melalui email) dan tidak dalam pengawasan peneliti, maka pengisian tidak dapat dipantau dan hasil mungkin tidak sepenuhnya sesuai dengan kenyataan. Sebaiknya dalam penelitian mendatang, penyebaran dipantau langsung agar dapat lebih memudahkan responden dalam pengisian dan hasil dapat lebih sesuai dengan keadaan responden.
36 REFERENSI
Ahmad, Kamaruddin, 1996. “Dasar-dasar Manajemen Investasi”. PT Rineka Cipta : Jakarta.
Anwar, Jusuf., (2008), Pasar Modal Sebagai Sarana Pembiayaan dan Investasi. Bandung : P.T. Alumni.
Bailey, Jeffrey J & Chris Kinerson, “Regret Avoidance and Risk Tolerance”.
Association for Financial Counseling and Planning Education, 2005 : 23-28.
Baker, K. H. & Nofsinger, R. J. 2002. Psychological biases of investors. Financial services review 11(2002) 97-116
Bell, David.E, “Regret in Decision Making under uncertainty”, Operations Research, vol 30,1982: 961-981.
Droms, W G, “Investment asset allocation for PFP clients”, Journal of Accountancy, vol 163, 1987: 114-118.
Erricha, Kusuma D, 2010. Aspek Bias dalam Pengambilan Keputusan Investasi, Studi Investor Pasar Modal di Salatiga dan Semarang. UKSW.
Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Ghozali, Imam. 2011, Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS,
UNDIP.
Graham, B. 2008. The Intelligent Investor. Serambi. Jakarta
Hirschey, Mark & John Nofsinger, “Investments: Analysis and Behavior”, McGraw-Hill Companies, Inc. 2008.
Kahneman,Daniel & Amos Tversky, “Prospect Theory : An Analysis of Decision Under Risk “, Econometrica vol 47, no:2 1979: 263-292.
Kurniawan, Endro Lesmono, 2011, “Potensi Risk Aversion dalam Pengambilan Keputusan Investasi (Studi pada PT. Tripilar Betonmas)”. UKSW.
Loomes, Graham & Robert Sugden, “Regret Theory : An Alternative Theory of