• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS DAN PEMBAHASAN OLEH MANAJEMEN

Analisis dan Pembahasan Oleh Manajemen ini harus dibaca bersama-sama dengan Ikhtisar Data Keuangan Penting pada Bab IV pada Prospektus ini dan Laporan Keuangan Konsolidasi Perseroan beserta catatan-catatan di dalamnya yang terdapat pada Bab XVI pada Prospektus ini.

Pembahasan dan analisis keuangan berdasarkan Laporan Keuangan Konsolidasian Perseroan untuk periode sembilan bulan yang berakhir tanggal 30 September 2016 dan 2015 (tidak diaudit) serta tahun- tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2015, 2014 dan 2013. Data-data keuangan penting tersebut berasal dari Laporan Keuangan Konsolidasian Perseroan dan Entitas Anak untuk periode sembilan bulan yang berakhir pada tanggal 30 September 2016 yang telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik Amir Abadi Jusuf, Aryanto, Mawar & Rekan, member of the RSM network dengan opini wajar tanpa pengecualian yang ditandatangani oleh Rudi Hartono Purba, untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2015 yang telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik Amir Abadi Jusuf, Aryanto, Mawar & Rekan dengan opini wajar tanpa pengecualian yang ditandatangani oleh Rudi Hartono Purba, untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2014 yang telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik Aryanto, Amir Jusuf, Mawar & Saptoto dengan opini wajar tanpa pengecualian yang ditandatangani oleh Saptoto Agustomo, dan untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2013 yang telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik Aryanto, Amir Jusuf, Mawar & Saptoto dengan opini wajar tanpa pengecualian yang ditandatangani oleh Dudi Hadi Santoso.

1. UMUM

Perseroan didirikan pada tahun 1969. Perseroan memiliki dua kegiatan usaha utama, yaitu otomotif dan pembiayaan. Melalui grup otomotif Perseroan yang merupakan diler kendaraan merek Toyota di Jawa Tengah dan DI Yogyakarta, Perseroan melakukan penjualan kendaraan dan menyediakan layanan purna jual yang mencakup jasa perbengkelan dan penjualan suku cadang asli merek Toyota. Sampai dengan saat Prospektus ini diterbitkan, terdapat 22 jaringan diler Nasmoco. Selain, itu, Perseroan menawarkan fasilitas pembiayaan kendaraan bermotor melalui Entitas Anaknya. Sampai dengan saat Prospektus ini diterbitkan, Perseroan memiliki 37 kantor cabang jasa pembiayaan yang tersebar di pulau Jawa dan beberapa kota besar di Indonesia, yaitu Medan, Pontianak, Makassar, dan Denpasar. 2. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONDISI KEUANGAN DAN KINERJA

PERSEROAN

a. Kondisi Makro Ekonomi dan Industri Otomotif

Salah satu pendorong signiikan kegiatan usaha Perseroan adalah melalui penjualan kendaraan di

daerah Jawa Tengah dan DI Yogyakarta. Penjualan tersebut dapat dipengaruhi oleh berbagai hal. Salah satu faktor yang dapat menyebabkan pertumbuhan atau penurunan penjualan adalah keadaan makro ekonomi di Indonesia, khususnya di Jawa Tengah dan DI Yogyakarta. Selain kondisi ekonomi, pergerakan dan perkembangan di industri otomotif juga dapat berdampak kepada penjualan kendaraan di tingkat nasional maupun di tingkat daerah. Di samping itu, peningkatan daya beli konsumen khususnya di daerah Jawa Tengah dan DI Yogyakarta dapat mendorong penjualan dan meningkatkan kondisi keuangan Perseroan. Namun, jika kondisi makro ekonomi memburuk atau adanya krisis ekonomi yang

berdampak signiikan terhadap industri otomotif, maka hal tersebut juga dapat berdampak buruk bagi

kondisi keuangan Perseroan. Naiknya harga jual, biaya perawatan dan penggunaan kendaraan, atau

menurunnya daya beli konsumen serta laju inlasi merupakan contoh perubahan dalam industri otomotif

dan kondisi makro ekonomi yang dapat memberikan dampak negatif bagi Perseroan. Selain memberikan dampak terhadap penjualan kendaraan, pergerakan dan perubahan tren di industri otomotif juga dapat memberi dampak terhadap industri pembiayaan kendaraan. Bertumbuhnya industri otomotif secara positif dapat memberikan dampak positif terhadap perkembangan industri pembiayaan kendaraan. Dari waktu ke waktu, Perseroan memperhatikan kondisi industri dan menyesuaikan strategi usaha sesuai dengan perkembangan di industri.

b. Suku Bunga Acuan

Guna mendukung perekonomian Indonesia, Bank Indonesia dapat menggunakan suku bunga acuan

yang antara lain dapat berdampak terhadap inlasi, pola konsumsi, serta besarnya jumlah pinjaman

dan tabungan di masyarakat. Seiring dengan berubahnya tingkat suku bunga acuan Bank Indonesia yang menyesuaikan dengan kondisi perekonomian dari waktu ke waktu, tingkat suku bunga yang diterapkan oleh institusi keuangan serta likuiditas keuangan di masyarakat juga dapat berubah. Oleh karenanya, kegiatan usaha Perseroan juga dapat dipengaruhi oleh berubah atau tidaknya suku bunga acuan Bank Indonesia. Meningkatnya suku bunga acuan Bank Indonesia dapat memberikan dampak terhadap meningkatnya biaya bunga bagi konsumen. Biaya bunga yang meningkat terlalu tinggi dapat menyebabkan perubahan terhadap pola konsumsi masyarakat dan jumlah pembelian kendaraan. Selain perubahan terhadap jumlah pembelian kendaraan, meningkatnya suku bunga acuan Bank Indonesia juga dapat memberikan dampak terhadap meningkatnya biaya bunga yang dibayarkan oleh Perseroan untuk fasilitas kredit. Di saat yang sama, penerimaan margin bunga bersih bagi Perseroan juga dapat menurun karena Perseroan memberikan fasilitas kredit bagi konsumennya melalui Entitas Anak yang dimiliki oleh Perseroan.

c. Kebijakan dan Regulasi Pemerintah

Kebijakan dan regulasi yang diterapkan oleh Pemerintah dapat memberikan dampak terhadap kegiatan usaha Perseroan. Tingkat tarif dan kuota yang diterapkan oleh Pemerintah dapat mempengaruhi biaya pembuatan kendaraan dan biaya yang harus ditanggung oleh konsumen untuk membeli suatu kendaraan. Sama halnya juga dengan tingkat pajak yang diterapkan. Naik turunnya pajak khususnya pajak kendaraan bermotor juga dapat mempengaruhi penjualan kendaraan. Guna meningkatkan kondisi keuangan dan kinerja Perseroan, Perseroan senantiasa memperhatikan perkembangan kebijakan dan regulasi yang diterapkan oleh Pemerintah agar dapat menyesuaikan dan beradaptasi terhadap perubahan-perubahan yang ada.

d. Biaya Konsumen

Biaya keseluruhan atas kepemilikan kendaraan bagi konsumen dapat mempengaruhi tingkat permintaan kendaraan di industri otomotif. Biaya kepemilikan antara lain dapat dipengaruhi oleh harga pembuatan kendaraan yang dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Jika harga pembuatan kendaraan meningkat, maka peningkatan ini dapat dibebankan kepada konsumen. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi harga pembuatan kendaraan antara lain adalah perubahan kurs mata uang asing, perekonomian global serta perubahan di industri manufaktur seperti harga bahan baku, biaya tenaga kerja, tarif listrik, serta biaya-biaya lainnya. Semakin tinggi biaya-biaya tersebut, maka tingkat permintaan kendaraan di pasar otomotif domestik dapat terpengaruh.

e. Pendanaan

Perubahan pada faktor pendanaan seperti naik atau turunnya suka bunga acuan dapat memberikan dampak terhadap kondisi keuangan industri pembiayaan kendaraan. Kondisi keuangan industri pembiayaan kendaraan dapat berubah sewaktu-waktu dan juga dapat mempengaruhi kondisi keuangan dan kinerja Perseroan. Dalam hal ini, Perseroan bekerja sama dengan berbagai pihak yang dapat

menjadi salah satu sumber pendanaan Perseroan, serta melakukan diversiikasi pendanaan agar

3. ANALISIS KEUANGAN

ANALISIS LAPORAN LABA RUGI DAN PENGHASILAN KOMPREHENSIF LAIN

(dalam miliar Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

Uraian

Periode sembilan bulan yang berakhir

pada tanggal 30 September

Tahun yang berakhir pada

tanggal 31 Desember Pertumbuhan (%)

2016 2015 2015 2014 2013 30 Sep 2015 – 30 Sep 2016 31 Des 2014 – 31 Des 2015 31 Des 2013 – 31 Des 2014 PENDAPATAN 4.980,8 4.028,8 5.657,2 5.926,1 5.862,3 23,6 (4,5) 1,1

BEBAN POKOK PENJUALAN (4.126,2) (3.362,0) (4.772,8) (5.059,1) (4.965,4) 22,7 (5,7) 1,9

LABA BRUTO 854,6 666,8 884,4 867,0 896,9 28,2 2,0 (3,3)

BEBAN USAHA

Beban Usaha (513,8) (467,4) (630,1) (586,6) (531,2) 9,9 7,4 10,4

Pendapatan Lainnya 20,4 8,2 17,1 8,2 12,6 148,8 108,5 (34,9)

Beban Pajak Final (1,3) (1,1) (1,4) (1,2) (1,6) 18,2 16,7 (25,0)

Beban Lainnya (37,5) (2,5) (14,6) (4,0) (17,5) 1.400,0 265,0 (77,1)

LABA USAHA 322,4 204,0 255,4 283,4 359,2 58,0 (9,9) (21,1)

Beban Keuangan (73,2) (60,3) (84,5) (80,6) (30,0) 21,4 4,8 168,7

Bagian Laba Entitas Asosiasi (0,6) (1,1) (1,0) 1,1 0,5 (45,5) (190,9) 120,0

LABA SEBELUM PAJAK 248,6 142,6 169,9 203,9 329,7 74,3 (16,7) (38,2)

BEBAN PAJAK

PENGHASILAN (60,3) (33,5) (37,1) (43,8) (81,1) 80,0 (15,3) (46,0)

LABA TAHUN / PERIODE

BERJALAN 188,3 109,1 132,8 160,1 248,6 72,6 (17,1) (35,6)

PENDAPATAN

KOMPREHENSIF LAINNYA Pengukuran Kembali atas

Program Imbalan Pasti (15,2) 6,9 10,6 (2,5) 13,0 (320,3) (524,0) (119,2)

Pajak Penghasilan Terkait Pos-pos yang tidak akan

Direklasiikasi ke Laba Rugi 3,8 (1,7) (2,6) 0,6 (3,2) (323,5) (533,3) (118,8) TOTAL LABA

KOMPREHENSIF TAHUN /

PERIODE BERJALAN 176,9 114,3 140,8 158,2 258,4 54,8 (11,0) (38,8)

Pendapatan

Perbandingan Pendapatan untuk periode sembilan bulan yang berakhir pada tanggal 30 September 2016 dan 2015

Pendapatan Perseroan untuk periode sembilan bulan yang berakhir pada tanggal 30 September 2016 adalah sebesar Rp4.980,8 miliar, meningkat sebesar Rp952,0 miliar atau 23,6% dibandingkan dengan Pendapatan untuk periode sembilan bulan yang berakhir pada tanggal 30 September 2015 sebesar Rp4.028,8 miliar. Peningkatan ini terutama disebabkan oleh peningkatan pendapatan pembiayaan konsumen terkait dengan pengembangan usaha yang dilakukan. Di sisi lain, terjadi peningkatan unit kendaraan yang dijual serta peningkatan harga jual kendaraan per unit terkait dengan adanya produk baru yang dikeluarkan oleh Toyota pada awal tahun dan LCGC pada pertengahan tahun 2016.

Perbandingan Pendapatan untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2015 dan 2014 Pendapatan Perseroan untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2015 adalah sebesar Rp5.657,2 miliar, menurun sebesar Rp268,9 miliar atau 4,5% dibandingkan dengan Pendapatan untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2014 sebesar Rp5.926,1 miliar. Penurunan ini terutama disebabkan oleh terjadinya penurunan jumlah unit kendaraan yang dijual terkait penurunan minat beli

masyarakat, naiknya nilai tukar dolar Amerika, serta persaingan dari kompetitor yang cukup signiikan.

Di sisi lain, pendapatan pembiayaan konsumen Perseroan mengalami peningkatan terkait dengan pengembangan usaha yang dilakukan.

Perbandingan Pendapatan untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2014 dan 2013 Pendapatan Perseroan untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2014 adalah sebesar Rp5.926,1 miliar, meningkat sebesar Rp63,8 miliar atau 1,1% dibandingkan dengan Pendapatan untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2013 sebesar Rp5.862,3 miliar. Peningkatan ini terutama disebabkan oleh peningkatan pendapatan pembiayaan konsumen terkait dengan pengembangan usaha yang dilakukan. Di sisi lain, terjadi penurunan unit kendaraan yang dijual terkait kondisi ekonomi yang lesu secara nasional ditambah mulai adanya persaingan ketat dari kompetitor namun penurunan tersebut diimbangi dengan peningkatan harga jual kendaraan per unit.

Beban Pokok Pendapatan

Perbandingan Beban Pokok Pendapatan untuk periode sembilan bulan yang berakhir pada tanggal 30 September 2016 dan 2015

Beban Pokok Pendapatan Perseroan untuk periode sembilan bulan yang berakhir pada tanggal 30 September 2016 adalah sebesar Rp4.126,2 miliar, meningkat sebesar Rp764,2 miliar atau 22,7% dibandingkan dengan Beban Pokok Pendapatan untuk periode sembilan bulan yang berakhir pada tanggal 30 September 2015 sebesar Rp3.362,0 miliar. Peningkatan ini terutama disebabkan oleh peningkatan beban pokok penjualan kendaraan seiring dengan terjadinya kenaikan jumlah unit kendaraan yang dijual terkait dengan adanya produk baru yang dikeluarkan oleh Toyota pada awal tahun dan LCGC pada pertengahan tahun 2016.

Perbandingan Beban Pokok Pendapatan untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2015 dan 2014

Beban Pokok Pendapatan Perseroan untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2015 adalah sebesar Rp4.772,8 miliar, menurun sebesar Rp286,3 miliar atau 5,7% dibandingkan dengan Beban Pokok Pendapatan untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2014 sebesar Rp5.059,1 miliar. Penurunan ini terutama disebabkan oleh penurunan beban pokok penjualan kendaraan seiring dengan terjadinya penurunan jumlah unit kendaraan yang dijual terkait penurunan minat beli masyarakat,

naiknya nilai tukar dolar Amerika, serta persaingan dari kompetitor yang cukup signiikan.

Perbandingan Beban Pokok Pendapatan untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2014 dan 2013

Beban Pokok Pendapatan Perseroan untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2014 adalah sebesar Rp5.059,1 miliar, meningkat sebesar Rp93,7 miliar atau 1,9% dibandingkan dengan Beban Pokok Pendapatan untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2013 sebesar Rp4.965,4 miliar. Peningkatan ini terutama disebabkan oleh peningkatan harga beli kendaraan per unit. Peningkatan ini diimbangi dengan adanya penurunan jumlah unit yang dijual terkait kondisi ekonomi yang lesu ditambah mulai adanya persaingan dari kompetitor.

Pendapatan Lainnya

Perbandingan Pendapatan Lainnya untuk periode sembilan bulan yang berakhir pada tanggal 30 September 2016 dan 2015

Pendapatan Lainnya Perseroan untuk periode sembilan bulan yang berakhir pada tanggal 30 September 2016 adalah sebesar Rp20,4 miliar, meningkat sebesar Rp12,2 miliar atau 148,8% dibandingkan dengan Pendapatan Lainnya untuk periode sembilan bulan yang berakhir pada tanggal 30 September 2015 sebesar Rp8,2 miliar. Peningkatan ini terutama disebabkan oleh peningkatan laba pelepasan aset tetap dan pendapatan dividen dari entitas asosiasi.

Perbandingan Pendapatan Lainnya untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2015 dan 2014

Pendapatan Lainnya Perseroan untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2015 adalah sebesar Rp17,1 miliar, meningkat sebesar Rp8,9 miliar atau 108,5% dibandingkan dengan Pendapatan Lainnya untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2014 sebesar Rp8,2 miliar. Peningkatan ini terutama disebabkan oleh peningkatan laba pelepasan aset tetap.

Perbandingan Pendapatan Lainnya untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2014 dan 2013

Pendapatan Lainnya Perseroan untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2014 adalah sebesar Rp8,2 miliar, menurun sebesar Rp4,4 miliar atau 34,9% dibandingkan dengan Pendapatan Lainnya untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2014 sebesar Rp12,6 miliar. Penurunan ini terutama disebabkan oleh penurunan pendapatan dari leasing dan asuransi.

Beban Lainnya

Perbandingan Beban Lainnya untuk periode sembilan bulan yang berakhir pada tanggal 30 September 2016 dan 2015

Beban Lainnya Perseroan untuk periode sembilan bulan yang berakhir pada tanggal 30 September 2016 adalah sebesar Rp37,5 miliar, meningkat sebesar Rp35,0 miliar atau 1.400,0% dibandingkan dengan Beban Lainnya untuk periode sembilan bulan yang berakhir pada tanggal 30 September 2015 sebesar Rp2,5 miliar. Peningkatan ini terutama disebabkan oleh kenaikan beban provisi bank.

Perbandingan Beban Lainnya untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2015 dan 2014

Beban Lainnya Perseroan untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2015 adalah sebesar Rp14,6 miliar, menurun sebesar Rp10,6 miliar atau 265,0% dibandingkan dengan Beban Lainnya untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2014 sebesar Rp4,0 miliar. Penurunan ini terutama disebabkan oleh penurunan biaya sewa lokasi karena pemindahan lokasi penyimpanan kendaraan ke lokasi milik sendiri pada tahun 2015.

Perbandingan Beban Lainnya untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2014 dan 2013

Beban Lainnya Perseroan untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2014 adalah sebesar Rp4,0 miliar, menurun sebesar Rp13,5 miliar atau 77,1% dibandingkan dengan Beban Lainnya untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2014 sebesar Rp17,5 miliar. Penurunan ini terutama disebabkan oleh penurunan beban sewa lokasi.

Beban Keuangan

Perbandingan Beban Keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2014 dan 2013

Beban Keuangan Perseroan untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2014 adalah sebesar Rp80,6 miliar, meningkat sebesar Rp50,6 miliar atau 168,7% dibandingkan dengan Beban Keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2013 sebesar Rp30,0 miliar. Peningkatan ini terutama disebabkan oleh meningkatnya jumlah pinjaman untuk modal kerja dan naiknya suku bunga pinjaman.

Bagian Laba Entitas Asosiasi

Perbandingan Bagian Laba Entitas Asosiasi untuk periode sembilan bulan yang berakhir pada tanggal 30 September 2016 dan 2015

Bagian Laba Entitas Asosiasi Perseroan untuk periode sembilan bulan yang berakhir pada tanggal 30 September 2016 adalah sebesar negatif Rp0,6 miliar, meningkat sebesar Rp0,5 miliar atau 45,5% dibandingkan dengan Bagian Laba Entitas Asosiasi untuk periode sembilan bulan yang berakhir pada tanggal 30 September 2015 sebesar negatif Rp1,1 miliar. Peningkatan ini terutama disebabkan oleh keuntungan pada pada entitas asosiasi, yaitu PT Toyota Tsusho Logistic Center Nasmoco Transport. Perbandingan Bagian Laba Entitas Asosiasi untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2015 dan 2014

Bagian Laba Entitas Asosiasi Perseroan untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2015 adalah sebesar negatif Rp1,0 miliar, menurun sebesar Rp2,1 miliar atau 190,9% dibandingkan dengan Bagian Laba Entitas Asosiasi untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2014 sebesar Rp1,1 miliar. Penurunan ini terutama disebabkan oleh terjadinya penurunan kinerja entitas asosiasi pada tahun 2015 terkait menurunnya industri otomotif.

Perbandingan Bagian Laba Entitas Asosiasi untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2014 dan 2013

Bagian Laba Entitas Asosiasi Perseroan untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2014 adalah sebesar Rp1,1 miliar, meningkat sebesar Rp0,6 miliar atau 120,0% dibandingkan dengan Bagian Laba Entitas Asosiasi untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2013 sebesar Rp0,5 miliar. Peningkatan ini terutama disebabkan oleh peningkatan kinerja entitas asosiasi, yaitu PT Selaras Nusa Abadi.

Laba Sebelum Pajak

Perbandingan Laba Sebelum Pajak untuk periode sembilan bulan yang berakhir pada tanggal 30 September 2016 dan 2015

Laba Sebelum Pajak Perseroan untuk periode sembilan bulan yang berakhir pada tanggal 30 September 2016 adalah sebesar Rp248,6 miliar, meningkat sebesar Rp106,0 miliar atau 74,3% dibandingkan dengan Laba Sebelum Pajak untuk periode sembilan bulan yang berakhir pada tanggal 30 September 2015 sebesar Rp142,6 miliar. Peningkatan ini terutama disebabkan oleh hal-hal yang telah diuraikan di atas.

Perbandingan Laba Sebelum Pajak untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2014 dan 2013

Laba Sebelum Pajak Perseroan untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2014 adalah sebesar Rp203,9 miliar, menurun sebesar Rp125,8 miliar atau 38,2% dibandingkan dengan Laba Sebelum Pajak untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2013 sebesar Rp329,7 miliar. Penurunan ini terutama disebabkan oleh hal-hal yang telah diuraikan di atas.

Beban Pajak Penghasilan

Perbandingan Beban Pajak Penghasilan untuk periode sembilan bulan yang berakhir pada tanggal 30 September 2016 dan 2015

Beban Pajak Penghasilan Perseroan untuk periode sembilan bulan yang berakhir pada tanggal 30 September 2016 adalah sebesar Rp60,3 miliar, meningkat sebesar Rp26,8 miliar atau 80,0%

Perbandingan Beban Pajak Penghasilan untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2014 dan 2013

Beban Pajak Penghasilan Perseroan untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2014 adalah sebesar Rp43,8 miliar, menurun sebesar Rp37,3 miliar atau 46,0% dibandingkan dengan Beban Pajak Penghasilan untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2013 sebesar Rp81,1 miliar. Penurunan ini terutama disebabkan oleh penurunan beban pajak kini seiring dengan penurunan laba sebelum pajak.

Laba Tahun/Periode Berjalan

Perbandingan Laba Periode Berjalan untuk periode sembilan bulan yang berakhir pada tanggal 30 September 2016 dan 2015

Laba Periode Berjalan Perseroan untuk periode sembilan bulan yang berakhir pada tanggal 30 September 2016 adalah sebesar Rp188,3 miliar, meningkat sebesar Rp79,2 miliar atau 72,6% dibandingkan dengan Laba Periode Berjalan untuk periode sembilan bulan yang berakhir pada tanggal 30 September 2015 sebesar Rp109,1 miliar. Peningkatan ini terutama disebabkan oleh peningkatan unit kendaraan yang dijual terkait dengan adanya produk baru yang dikeluarkan oleh Toyota pada awal tahun dan LCGC pada pertengahan tahun 2016.

Perbandingan Laba Tahun Berjalan untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2015 dan 2014

Laba Tahun Berjalan Perseroan untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2015 adalah sebesar Rp132,8 miliar, menurun sebesar Rp27,3 miliar atau 17,1% dibandingkan dengan Laba Tahun Berjalan untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2014 sebesar Rp160,1 miliar. Penurunan ini terutama disebabkan oleh penurunan unit kendaraan yang dijual.

Perbandingan Laba Tahun Berjalan untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2014 dan 2013

Laba Tahun Berjalan Perseroan untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2014 adalah sebesar Rp160,1 miliar, menurun sebesar Rp88,5 miliar atau 35,6% dibandingkan dengan Laba Tahun Berjalan untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2013 sebesar Rp248,6 miliar. Penurunan ini terutama disebabkan oleh penurunan unit kendaraan yang dijual.

Pengukuran Kembali atas Program Imbalan Pasti

Perbandingan Pengukuran Kembali atas Program Imbalan Pasti untuk periode sembilan bulan yang berakhir pada tanggal 30 September 2016 dan 2015

Pengukuran Kembali atas Program Imbalan Pasti Perseroan untuk periode sembilan bulan yang berakhir pada tanggal 30 September 2016 adalah sebesar negatif Rp15,2 miliar, menurun sebesar Rp22,1 miliar atau 320,3% dibandingkan dengan Pengukuran Kembali atas Program Imbalan Pasti untuk periode sembilan bulan yang berakhir pada tanggal 30 September 2015 sebesar Rp6,9 miliar. Peningkatan ini terutama disebabkan oleh penurunan suku bunga diskonto untuk perhitungan liabilitas. Perbandingan Pengukuran Kembali atas Program Imbalan Pasti untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2015 dan 2014

Pengukuran Kembali atas Program Imbalan Pasti Perseroan untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2015 adalah sebesar Rp10,6 miliar, meningkat sebesar Rp13,1 miliar atau 524,0% dibandingkan dengan Pengukuran Kembali atas Program Imbalan Pasti untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2014 sebesar negatif Rp2,5 miliar. Peningkatan ini terutama disebabkan oleh meningkatnya liabilitas imbalan kerja pada tahun 2015.

Perbandingan Pengukuran Kembali atas Program Imbalan Pasti untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2014 dan 2013

Pengukuran Kembali atas Program Imbalan Pasti Perseroan untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2014 adalah sebesar negatif Rp2,5 miliar, menurun sebesar Rp15,5 miliar atau 119,2% dibandingkan dengan Pengukuran Kembali atas Program Imbalan Pasti untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2013 sebesar Rp13,0 miliar. Penurunan ini terutama disebabkan oleh penurunan tingkat diskonto pada tahun 2014.

Pajak Penghasilan Terkait Pos-pos yang tidak akan Direklasiikasi ke Laba Rugi

Perbandingan Pajak Penghasilan Terkait Pos-pos yang tidak akan Direklasiikasi ke Laba Rugi

untuk periode sembilan bulan yang berakhir pada tanggal 30 September 2016 dan 2015

Pajak Penghasilan Terkait Pos-pos yang tidak akan Direklasiikasi ke Laba Rugi Perseroan untuk

periode sembilan bulan yang berakhir pada tanggal 30 September 2016 adalah sebesar Rp3,8 miliar, meningkat sebesar Rp5,5 miliar atau 323,5% dibandingkan dengan Pajak Penghasilan Terkait Pos-

pos yang tidak akan Direklasiikasi ke Laba Rugi untuk periode sembilan bulan yang berakhir pada

tanggal 30 September 2015 sebesar negatif Rp1,7 miliar. Peningkatan ini terutama disebabkan oleh meningkatnya liabilitas imbalan kerja pada tahun 2016.

Perbandingan Pajak Penghasilan Terkait Pos-pos yang tidak akan Direklasiikasi ke Laba Rugi

untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2015 dan 2014

Beban Pajak Penghasilan Terkait Pos-pos yang tidak akan Direklasiikasi ke Laba Rugi Perseroan untuk

tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2015 adalah sebesar negatif Rp2,6 miliar, menurun

Dokumen terkait