Tabel berikut ini memperlihatkan karakteristik dari responden yang dilihat dari faktor usia, jenis kelamin, pendidikan terakhir, suku, pekerjaan, jenis usaha dan melakukan investasi lain. Berikut adalah tabel yang menyajikan karakteristik responden investor di kota Salatiga yang menjadi responden berdasarkan jenis kelamin. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini:
24
Tabel 3. Karakteristik Responden
Sumber: data primer 2014
Tabel 3 dapat dijelaskan bahwa, sebagian besar responden investor laki-sebesar 57,78 % dengan usia antara 40 sampai dengan 50 tahun laki-sebesar 35,56 %. Pendidikan responden sebagian besar memiliki pendidikan minimal SMA sebesar 42,22 %. Berdasarkan suku responden, didominasi oleh responden dengan suku China (Tionghoa) sebesar 58,70 % dan Jawa (41,30 %). Hal tersebut menunjukkan bahwa, responden dengan suku China merupakan responden yang paling banyak sebagai investor dan menginvestasikan dananya untuk bersama
25
rekannya dalam membangun usaha. Pekerjaan responden, didominasi oleh responden dengan pekerjaan Wiraswasta (55,56 %). Hal tersebut menunjukkan bahwa responden dengan perkerjaan swasta merupakan responden yang paling bekecimpung dalam dunia usaha, sehingga tidak akan puas jika menjalankan satu usaha. Sehingga dengan kepemilikan dana akan lebih menginvestasikan dananya bersama rekannya untuk membangun usaha bersama. Jenis usaha yang dijalankan sebagian besar adalah usaha counter Handphone (24,44 %), dan usaha toko pakaian (20,00 %). Untuk lebih jelasnya jenis usaha yang dapat dilihat pada Tabel 4 berikut.
Tabel 4. Usaha Saat Ini
Usaha Saat Ini Jumlah Prosentase
Counter Handphone 11 24,44% Toko Pakaian 9 20,00% Bengkel Motor 8 17,78% Rental Mobil 6 13,33% Makanan (Kuliner) 5 11,11% Laundry Pakaian 4 8,89% Koperasi 2 4,44% Jumlah 45 100,00%
Sumber: data primer 2014
Tabel 5. Melakukan Investasi Lain Melakukan
Investasi Lain Jumlah Prosentase
Jenis
Investasi Lain Jumlah Prosentase
Ya 26 57,78% Emas 13 50,00% Tanah 8 30,77% Bangunan 5 19,23% Tidak 19 42,22% Jumlah 45 100,00% 26 100,00%
Sumber: data primer 2014
Tabel 5 menjelaskan bahwa, sebagian besar responden melakukan investasi lain sebesar 57,78 % dan tidak melakukan investasi lain sebesar 42,22
26
%. Jenis investasi lain yang dimiliki oleh responden adalah emas (50,00 %), tanah (30,77 %) dan bangunan (19,23 %).
Deskriptif Statistik
Sebelum melangkah ke uji regresi yang mempunyai fungsi menguji hipotesis, maka perlu melihat statistik deskriptif yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar nilai maksimum, minimum, dan rata-rata dari masing-masing variabel yang digunakan dalam penelitian ini.
1) Statistik Deskriptif Variabel Concientiousness Berdasarkan Gender dan Suku. Berikut tabel yang menyajikan perhitungan statistik deskriptif variabel concientiousness berdasarkan gender dan suku :
Tabel 6. Statistik Deskriptif Variabel Concientiousness Berdasarkan Gender
27
Tabel 7. Statistik Deskriptif Variabel Concientiousness Berdasarkan Suku
Sumber: data primer 2014
Berdasarkan hasil statistik deskriptif kepribadian Concientiousness Berdasarkan Gender(Tabel 6), diketahui bahwa rata-rata investor dengan jenis kelamin laki-laki memiliki rata-rata lebih tinggi daripada perempuan. Sementara rata-rata investor dengan suku China memiliki rata-rata lebih tinggi daripada investor Jawa (Tabel 7). Namun untuk secara keseluruhan para investor di kota Salatiga berdasarkan genderdan suku cenderung berpendapat setuju karena memiliki nilai rata-rata (mean) berada pada interval 3,41 – 4,20. Hal ini mengindikasikan bahwa persepsi para investor mengenai kepribadian dirinya adalah seorang yang memiliki rasa optimis yang tinggi dalam berinvestasi, seorang investor selalu fokus pada prestasi untuk berinvestasi, seorang investor memiliki kedisiplinan yang baik dalam berinvestasi, seorang investor merupakan
28
orang yang pekerja keras, seorang investor merupakan orang yang teliti dan cenderung berhati-hati dalam berinvestasi serta seorang investor merupakan orang yang selalu tekun dalam berinvestasi.
2) Statistik Deskriptif Variabel Risk Tolerance Berdasarkan Gender dan Suku Berikut tabel yang menyajikan statistik deskriptif variabel risk tolerance berdasarkan gender dan suku.
Tabel 8. Statistik Deskriptif Variabel Risk ToleranceBerdasarkan Gender
29
Tabel 9. Statistik Deskriptif Variabel Risk Tolerance Berdasarkan Suku
Sumber: data primer 2014
Berdasarkan hasil statistik deskriptif risk tolerance berdasarkan Gender(Tabel 8), diketahui bahwa rata-rata investor dengan jenis kelamin laki-laki memiliki rata-rata lebih tinggi dari perempuan. Sementara rata-rata investor dengan suku China memiliki rata-rata lebih tinggi daripada investor Jawa (Tabel 9).Hal ini mengindikasikan bahwa persepsi para investor mengenai risk tolerance untuk berinvestasi adalah semakin besar risiko akan memberikan kemungkinan hasil yang besar juga. Selain itu, investor mempertimbangkan secara hati-hati jenis instrument yang akan dimilikinya dan membatasi jumlah dana yang akan diinvestasikannya ke dalam instrument berisiko hingga porsi tertentu.
30 Uji Validitas dan Reliabilitas Data
Hasil uji validitas conscientiousness dan risk tolerance diperoleh nilai Item-Total Correlation tiap indikator lebih besar dari 0,3 artinya data valid dan dapat dianalisis lebih lanjut. Hasil uji reliabilitas berdasarkan pada nilai Cronbach Alpha (α), menunjukkan dari masing-masing variabel conscientiousness, gender, suku dan risk tolerance memenuhi unsur reliabilitas dengan nilai Cronbach Alpha (α) lebih besar dari 0,60. Dengan demikian, maka semua indikator dari variabel conscientiousness dan risk tolerance dapat digunakan dalam pengolahan data selanjutnya (Lampiran1).
Uji Asumsi Klasik
Pengujian asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji normalitas, uji autokorelasi dan uji heteroskedastisitas. Uji normalitas menggunakan uji kolmogorov-smirnov yang diperoleh nilai signifikansi 0,955 yang lebih besar dari 0,05 sehingga data dikatakan normal (lampiran 2). Dengan melihat nilai DW sebesar 1,956 yang berada pada nilai 1,66 sampai dengan 2,34 sehingga tidak ada masalah autokorelasi serta uji multikolinearitas diperoleh nilai VIF < 10 dan nilai tolerance< 0,1 (Lampiran 3). Uji heteroskedastisitas menggunakan uji glejser yang diperoleh nilai signifikansi yang lebih besar dari 0,05 sehingga data dikatakan tidak ada masalah heteroskedastisitas (lampiran 4).
31 Pengujian Hipotesis
Berdasarkan hasil uji regresi, diperoleh nilai F hitung sebesar 4,184 dengan tingkat tingkat signifikansi 0,011 dan karena nilai probalilitas 0,011 lebih kecil dari 0,05 maka model regresi bisa digunakan untuk memprediksi risk tolerance pada investor di kota Salatiga. Selain itu juga, dilihat dari hasil analisis diketahui R Square sebesar 0,534. Hal tersebut mampu menjelaskan perubahan variabel Conscientiousness, gender dan suku terhadap risk tolerance sebesar 53,40 %, sedangkan sisanya sebesar 46,60 % dijelaskan oleh variabel lain. Untuk menguji hipotesis yaitu mengetahui pengaruh conscientiousness, gender dan suku terhadap risk tolerance diketahui hasilnya sebagai berikut:
Tabel 10. Hasil Uji Individual (Uji t) Model
Unstandardized
Coefficients t hitung Sig B Constant 29,890 Conscientiousness 0,113 2,307 0,026 Gender 3,533 2,245 0,034 Suku 1,684 2,748 0,009 Adjusted R Square 0,534 F hitung 4,184 Sig F 0,011 N 45 Sumber: olahan SPSS
Tabel 10 menunjukkan bahwa hasil pengujian untuk Conscientiousness memberikan nilai beta = 0,113 dengan sig 0,026 < 0,05. Hal ini menyatakanbahwa Conscientiousness berpengaruh positif terhadaprisk tolerance. Untuk pengujian gender memberikan nilai beta = 3,533 dengan sig 0,034 < 0,05. Hal ini menyatakan bahwa gender berpengaruh positif terhadaprisk tolerance. Hasil yang sama juga terjadi pada variabel suku memberikan nilai beta = 1,684 dengan sig
32
0,009 < 0,05. Hal ini menyatakan bahwa sukuberpengaruh positif dan signifikan terhadaprisk tolerance.
Pembahasan
Pengaruh Kepribadian Conscientiousness Terhadap Risk Tolerance
Conscientiousness berpengaruh negatif dan signifikan terhadap risk tolerance.Hal ini berarti bahwa semakin tinggi kepribadian conscientiousness maka investor dalam bertindak seringkali melakukan pemikiran terlebih dahulu, hal ini membuat responden lebih berani dan memilih investasi jangka pendek. Selain itu juga investor yang memiliki kepribadian conscientiousnesstinggi akan berani mengambil resiko yang tinggi karena investor yakin akan memiliki target dalam berinvestasi, serta selalu yakin untuk mendapatkan keuntungan dalam berinvestasi.Hasil penelitian ini mendukung penelitian Farikha (2011) yang membuktikan bahwa conscientiousness berpengaruh signifikan terhadap risk tolerance. Berpengaruhnya conscientiousness terhadap risk tolerance mengindikasikan pola sifat investor yang terbentuk karena adanya suatu konsep umum dimana seorang investor tidak bisa mendapatkan sesuatu yang besar tanpa risiko yang besar. Jadi semakin besar risiko akan memberikan kemungkinan hasil yang besar juga. Di sini investor dibebaskan untuk memilih jenis kemungkinan hasil dan risiko berdasarkan keinginan dan kemampuan berinvestasi.
Hasil penelitian menunjukan bahwa investor laki-laki merupakan responden yang memiliki nilai tinggi pada conscientiousness ditunjukkan dengan perilaku yang sangat cermat dalam penggunaan anggaran
33
keuangannya.Kepribadian ini dicirikan seperti tertib/teratur, penuh pengendalian diri, terorganisasi, ambisius, fokus pada pencapaian dan disiplin diri.Umumnya pribadi yang tinggi kenuraniannya adalah seorang pekerja keras, peka terhadap suara hati, tepat waktu dan tekun.Tipe ini selalu melakukan suatu perbandingan terhadap harga sebuah produk sebelum diputuskan untuk membeli, juga selalu membuat sebuah catatan keuangan pribadi secara terinci. Pada saat kegiatan belanja dilakukan, kebutuhan (need) akan berperan lebih besar dari pada keinginan (want).
Investor dengan suku China yang memiliki conscientiousness yang tinggi. Mereka akan lebih berusaha dengan berbagai upaya agar kegiatan investasi dapat mendatangkan keuntungan dan akan senantiasa yakin akan selalu mendapatkan keuntungan yang besar dalam berinvestasi. Biasanya suku dengan kulit putih akan lebih berani dalam mengambil risiko (Kantiningsih, 2007). Suku Tionghoa biasanya dalam melakukan investasi lebih berani mengambil risiko dibandingkan dengan suku Jawa, karena sifat orang Tionghoa yang selalu pantang menyerah, gigih dalam berusaha, sehingga mereka memiliki preferensi risiko yang lebih berani (Ariani, 2011).
Sementara itu seorang investor dengan jenis kelamin perempuan dan investor dengan suku jawa merupakan investor yang memiliki sikap konservatif (hati-hati) dalam memilih investasi karena penyesalan yang timbul akibat kerugian investasi. Sehingga responden beranggapan bahwa memilih investasi dengan dana yang kecil akan lebih aman karena risiko yang ditimbulkan akan lebih kecil.
34 Pengaruh Gender Terhadap Risk Tolerance
Gender berpengaruh terhadap risk tolerance. Hasil ini sesuai dengan penelitian Barber dan Odean (2001) yang mengemukakan bahwa gender berpengaruh terhadap risk tolerance.Penelitian ini juga diperoleh hasil yang mana jenis kelamin laki-laki yang paling overconvidence dalam pengambilan keputusan untuk berinvestasi.Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Arano, Parker dan Terry (2010) yang menyatakan bahwa, gender laki-laki yang paling overconvidence dalam pengambilan keputusan untuk berinvestasi.Selain itu juga adanya perbedaan tipe antara pria dan wanita dalam menghadapi risiko.Investor laki-laki cenderung memiliki tipe investor yang berani mengambil risiko (risk taker) dengan nilai rata-rata 4,231 dan tipe investor yang hanya berani menanggung risiko yang sebanding dengan return yang akan diperolehnya (risk moderate) dengan rata-rata 3,885. Sementara itu investor wanita cenderung memiliki tipe investor yang takut atau enggan menanggung risiko (risk averter) dengan rata-rata 4,088 dan hanya berani menanggung risiko yang sebanding dengan return yang akan diperolehnya (risk moderate) dengan rata-rata 4,000. Hasil ini mendukung penelitian Eckel dan Grossman (2008) menemukan adanya perbedaan sikap antara pria dan wanita dalam menghadapi risiko, yang mana wanita lebih risk aversedaripada laki-laki. Perempuan tidak mungkin untuk berinvestasi dengan risiko lebih tinggi daripada laki-laki dengan karakteristik pribadi serupa secara signifikan (Olsen dan Cox, 2001).
35 Pengaruh Suku Terhadap Risk Tolerance
Suku berpengaruh terhadap risk tolerance. Hasil penelitian ini mendukung penelitian (Kantiningsih, 2007) dan Ariani (2011), yang mana suku berpengaruh terhadap risk tolerance pada keputusan investasi, yang mana suku Tionghoa yang paling overconvidence dalam pengambilan keputusan untuk berinvestasi selain itu juga adanya perbedaan tipe investorantara suku Tionghoa dan Jawa dalam menghadapi risiko. Investor dari suku China cenderung memiliki tipe investor yang berani mengambil risiko (risk taker) dengan nilai rata-rata 4,33 dan hanya berani menanggung risiko yang sebanding dengan return yang akan diperolehnya (Risk Moderate) dengan rata-rata 3,852. Sementara itu investor dari suku Jawa cenderung memiliki tipe investor yang takut atau enggan menanggung risiko (risk averter) dan hanya berani menanggung risiko yang sebanding dengan return yang akan diperolehnya (Risk Moderate) dengan rata-rata sebesar 3,842. Biasanya suku dengan kulit putih (Tionghoa) akan lebih berani dalam mengambil risiko (Kantiningsih, 2007). Suku Tionghoa biasanya dalam melakukan investasi lebih berani mengambil risiko dibandingkan dengan suku Jawa, karena sifat orang Tionghoa yang selalu pantang menyerah, gigih dalam berusaha, sehingga mereka memiliki preferensi risiko yang lebih berani (Ariani, 2011).
36 KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Kepribadian conscientiousness, gender dan suku berpengaruh terhadap risk tolerance. Hal ini berarti.seorang investor yang memiliki conscientiousness yang tinggi cenderung akan berusaha dengan berbagai upaya agar kegiatan investasi dapat mendatangkan keuntungan, seorang investor juga akan senantiasa yakin akan selalu mendapatkan keuntungan yang besar dalam berinvestasi. Investor laki-laki dan suku China cenderung memiliki tipe investor yang berani mengambil risiko (risk taker) daninvestor perempuan bersuku Jawa cenderung memiliki tipe investor yang takut atau enggan menanggung risiko (risk averter).
Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yang mungkin mempengaruhi hasil penelitian yang ingin dicapai. Keterbatasan-keterbatasan tersebut seperti koefisien determinasi (R Square) hanya sebesar 0,534 artinya bahwa sumbangan efektif variabel conscientiousness, gender dan suku berpengaruh terhadap risk tolerance sebesar 53,40 %. Sisanya sebesar 46,60 % adalah faktor-faktor lain yang kemungkinan dapat berpengaruh terhadap tingkat risk tolerance.
Saran
Saran untuk penelitian yang akan datang, diharapkan bagi peneliti untuk menambahkan variabel lain diluar observasi seperti usia, pendidikan, pekerjaan derta pendapatan.
37 Daftar Pustaka
Agustina, A. 2009. Profil Kepribadian dan Preferensi Investor dalam Investasi di Aset Finansial. Skripsi : Program S1 Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga (tidak dipublikasikan).
Arano, C., Parker., and Terry. 2010. Gender-Based Risk Aversion and Retirement Asset Allocation. Economic Inquiry Volume 48, Issue, pages 147-155. Ariani, L. 2011. Pengaruh Faktor Biopsychosocial dan Faktor Lingkungan
terhadap Risk Aversion Investor. Jurnal Ekonomi dan Bisnis. XVI (1), 57-65.
Barber, M dan Odean, T. 2001. Boys Will be Boys: Gender, Overconfidence and Common Stock Investment. The Quarterly Journal of Economics, 2: 261-292.
Baron dan Byrne. 2005. Psikologi Sosial. Jakarta: Erlangga
Bandhari, Gokul and Deaves, R.2006. The Demographics of Overconfidence. Journal of Behavioral Finance. Vol. 7, No.1 : 5-11.
Byrnes, J. P., Miller, D. C., and Schafer, W, D. 1999. Gender Difference in Risk Taking: A Meta Analysis, Psychological Bulletin. Vol.125, No.3 : 367-383.
Cooper, D. R and P. S. Schindler. 2006. Metode Riset Bisnis. Vol.2, No.9: 8-9 Eckel., Catherine, C., and Grossman, P. J. 2008. Forecasting Risk Attitude: An
Experimental Study Using Actual and Forecast Gamble Choices. Journal of Economic Behavior and Organization. Vol.68, Hal 1-17.
Fahmi, I. 2010. Manajemen Risiko: Teori, Kasus dan Solusi. Bandung: Alfabeta. Farikha, R. 2011. Pengaruh Tipe Kepribadian Big Five dan Kecerdasan Emosi
terhadap Perilaku Prososial Satuan Polisi Pamong Praja Kota Tangerang. Program S1 Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Filbeck, G., Hatfield, P., and Horvath, P. 2005. Risk Aversion and Personality Type. The Journal of Behavioral Finance. Vol.6, No.4, Hal 170-180. Feist, J., dan Feist, J. G. 2009. Theories of Personality. New York: McGraw-Hill.
38
Ghozali, I. 2006. Aplikasi Multivariate Lanjutan dengan Program SPSS. Badan Penerbitan Universitas Diponegoro.
Graham, J., Harvey, C., and Hung, H. 2005. Teori-teori Psikologi. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Indriani, L. 2010. Tipe Kepribadian dan Risk Aversion dalam Pengambilan Keputusan. Skripsi: Program S1 Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Satya Wacana (Tidak Dipublikasi).
Jones, C.P. 2004. Investment Analysisand Management: Ninth Edition. John Weley And Sons, Inc.
Mayfield, C., Perdue, G., and Wooten, K. 2008. Investment Management and Personality Type. Financial Service Review. Vol.17, 219-236.
Miranda, G. M. 2011. Overconfidence dalam Pengambilan Keputusan Keuangan berdasarkan Faktor Demografi. Skripsi: Program S1 Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Satya Wacana (Tidak Dipublikasi).
Mischel, W. 2003. Introduction to Personality. New York: Lehigh Press.
Nofsinger, J. R. 2005. Psychology of Investing. Second Edition. New Jersey. Precentice-Hall Inc.
Olsen, R. A., and Cox, C. M. 2001. The Influence of Gender on The Perception and Response to Investment Risk: The Case of Professional Investors. The Journal of Psychology and Financial Markets. Vol.2, 29-36.
Pervin, C. J. 2005. Personality Theory and Research. 9nd Ed. New York: John Wiley & Sons, Inc.
Pompian, Michael, M. 2012. Behavioral Finance and Investor Type. New York: John Wiley & Sons, Inc.
Rahardjo, S. 2006. Kiat Membangun Aset Kekayaan. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Robb, C., and Sharpe, D. L. 2009. Effect of Personal Financial Knowledge on College Student’s Credit Card Behavior. Journal of Financial and Planning. Vol 20.
Sekaran, U. 2006. Research Methods for Bussines. Fourth Edition. New York: Jhon Willy & Sons, Inc.
39
Supramono. 2007. Dari Keuangan Menuju Studi Perilaku Pengelolaan Keuangan. Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga.
Supramono, Kaudin, A, Mahastanti L. A, Damayanti T. W. 2010. Desain Penelitian Keuangan Berbasis Perilaku. Salatiga: Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana Press.
Trisnaningsih, S. 2003. Perbedaan Kinerja auditor Dilihat Dari Segi Gender. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 7, No 1.
Utami, Intiyas dan Supramono. 2003. Desain Proposal Penelitian studi Akuntansi dan Keuangan. Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga.
Watson, J., and McNaughton, M. 2007. Gender Difference in Risk Aversion and Expected Retirement Benefits. Financial Analysts Journal, Vol. 63, No. 4, p52-62.