1 PENDAHULUAN
Keputusan investasi yang dilakukan oleh seorang investor seringkali dipengaruhi oleh beberapa hal. Salah satu hal yang dapat mempengaruhi keputusan investasi adalah risk tolerance yang berani ditanggung oleh seorang investor. Hal ini dapat terjadi karena dalam pengambilan sebuah keputusan sering kali investor dihadapkan pada sebuah kondisi yang tidak pasti sehingga risk tolerance mulai berperan sebelum sebuah keputusan diambil.Saat ini tidak hanya investor laki-laki yang berinvestasi, namun banyak juga investor perempuan yang melakukan investasi.
Investor dalam mengambil setiap keputusan selalu mengedepankan pertimbangan-pertimbangan atas dasar rasionalitas terhadap keputusan yang akan diambil khususnya keputusan berinvestasi. Secara umum pilihan berinvestasi investor terbentuk atas dasar pertimbangan keuntungan dan risiko yang dihadapi. Namun tidak jarang dalam berperilaku investor mengabaikan rasionalitas yang menjadi landasan pengambilan keputusan berinvestasi. Selain itu juga faktor kepribadian investor dapat berpengaruh terhadap keputusan berinvestasi yang diambil investor. Risiko dapat ditafsirkan sebagai bentuk ketidakpastian tentang suatu keadaan yang akan terjadi di masa depan dengan keputusan yang diambil berdasarkan berbagai pertimbangan pada saat ini (Fahmi, 2010).
2
yang penelitiannya menjadi cukup produktif untuk menawarkan sumber makna dan arah bagi investor (Kahneman dalam Pompian, 2010).
Banyak investor yang tidak menyadari bahwa faktor psikologi dalam dirinya berpengaruh dalam pengambilan keputusan (Agustina, 2009). Mayfield, Perdue dan Wooten (2008) menjelaskan bahwa ada dua kelompok peneliti yang mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi investor dalam menentukan keputusan investasi. Kelompok pertama adalah kelompok yang menggunakan pendekatan demografi yang berhubungan dengan pengaruh jenis kelamin, etnik, kekayaan, pendapatan dan berbagai faktor lain sebagai penjelasan keputusan pengaturan investasi. Kelompok kedua mendasarkan pemikiran pada karakteristik psikologi investor yang menunjukkan berbagai pilihan dalam pengambilan keputusan investasi.
Sembel (2007) menunjukkan bahwa seorang psikolog dan investor bernama Jonathan Myers membagi profil investor berdasarkan 2 ciri-ciri, yaitu tipe kepribadian (personality trait) dan preferensi terhadap risiko (risk preference). Agustina (2009) mengungkapkan bahwa kepribadian digunakan untuk mengurangi kekurangan dari preferensi risiko di dalam pemilihan instrumen investasi, sehingga dengan mengkombinasikan keduanya (tipe kepribadian dan risk tolerance) investor dapat memprediksi arah niat pengambilan keputusan investasi dengan tepat.
3
suka merasa. Byrnes, Miller dan Schafer (1999) menyatakan bahwa perempuan akan lebih takut untuk menghadapi risiko dibandingkan dengan laki-laki. Penelitian terdahulu oleh Olsen dan Cox (2001) menunjukkan bahwa perempuan tidak mungkin untuk berinvestasi dengan risiko lebih tinggi daripada laki-laki dengan karakteristik pribadi serupa secara signifikan.
Penelitian lainnya seperti yang dilakukan oleh Barber dan Odean (2001) memberi bukti bahwa laki-laki lebih memiliki rasa overconvidence yang tinggi dibandingkan dengan perempuan. Overconvidence adalah perasaan percaya diri pada dirinya sendiri secara berlebihan (Supramono, 2007). Overconvidence terkadang membuat investor overestimate terhadap pengetahuan yang dimiliki dan underestimate terhadap risiko dan melebih-lebihkan kemampuan dalam hal melakukan kontrol atas apa yang terjadi (Nofsinger, 2005). Filbeck, Hatfield dan Horvath (2005) mengemukakan gagasan bahwa seorang individu cenderung bertindak normal bukannya rasional ketika membuat keputusan investasi. Perilaku yang tidak sepenuhnya rasional tersebut tidak terlepas dari pengaruh perasaan dan sikap seseorang seperti overconvidence, optimis, gengsi, khawatir dan konservatif (Supramono, 2007).
4
dalam kepribadiannya dapat dikelompokkan ke dalam 5 (lima) bagian secara empiris (Gosling, Rentfrow & Swann, 2003). Istilah big five pertama kali dicetuskan oleh Lew Goldberg (1981). Teori kepribadian “the big five” digunakan karena taksonomi kepribadian dari the big five secara umum dipandang sebagai yang paling mudah dimengerti dan diterima, khususnya untuk riset terapan (Mayfield dkk, 2008).
Dalam beberapa penelitian terdahulu, variabel-variabel tersebut ditemukan memiliki hasil yang masih beragam, sehingga masih terdapat kemungkinan untuk dilakukan penelitian lebih lanjut. Dilihat dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Indriani (2010) yang menyatakan bahwa untuk extraversion tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan atau keduanya cenderung sama dalam memilih keputusan investasi. Opennes to experience dan extraversion lebih suka menghadapi risiko dengan memilih investasi jangka panjang, sedangkan conscientiousness lebih suka untuk menghindari risiko dengan memilih investasi jangka pendek. Agreeableness dan neuroticism tidak berinvestasi dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
Sementra, Ariani (2011), mengenai pengaruh suku terhadap risk tolerance, menemukan bahwa suku Tionghoa biasanya dalam melakukan investasi lebih berani mengambil risiko dibandingkan dengan suku Jawa, karena sifat orang Tionghoa yang selalu pantang menyerah, gigih dalam berusaha, sehingga mereka memiliki preferensi risiko yang lebih berani.
5
tingkat conscientiousness responden cenderung rendah dan karena sebagian besar responden berusia 20-22 tahun, sehingga dalam bertindak seringkali tidak melakukan pemikiran terlebih dahulu, hal ini membuat responden lebih berani dan memilih investasi jangka pendek.
Farikha (2011) membuktikan bahwa dari kelima variabel big five hanya variabel conscientiousness yang signifikan. Itu berarti bahwa variabel conscientiousness berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel dependent. Gufron (2010) menyebutkan kepribadian conscientiousness lebih kerap diaplikasikan pada individu dalam lingkungan sosialnya. Dengan demikian, maka dari kelima tipe kepribadian the big five, peneliti hanya menggunakan satu tipe kepribadian yaitu conscientiousness sebagai variabel independent. Berdasarkan uraian di atas, maka persoalan penelitian yang dirumuskan yaitu sebagai berikut: 1) Apakah terdapat pengaruh kepribadian conscientiousnessterhadap risk
tolerance ?
2) Apakah terdapat pengaruhgender terhadap risk tolerance ? 3) Apakah terdapat pengaruh suku terhadap risk tolerance ?
6 TELAAH TEORITIS
Risk Tolerance
Risk tolerance atau toleransi risiko adalah tingkat kemampuan yang dapat diterima dalam mengambil suatu risiko investasi (Jones, 2004: 142). Menurut cognitive psycology, investor sering membuat kesalahan (cognitive bias) dalam mengolah informasi karena keputusan investor seringkali dipengaruhi oleh keyakinan dan preferensi terhadap risiko (Supramono dkk, 2010).
Dilihat dari kesediaannya menanggung risiko investasi, investor dapat dikategorikan menjadi 3 kelompok atau tipe (Agustina, 2009) :
1) Tipe investor yang berani mengambil risiko (risk taker)
Investor tipe ini adalah investor yang berani menanggung risiko.Widoatmojo dalam Putra (2011) mengungkapkan bahwa investor yang memiliki tipe berani mengambil risiko ini sangat menikmati risiko. Beberapa investor dengan tipe risk taker biasanya sering menghadapi risiko yang tinggi di lingkungan kerjanya. 2) Tipe investor yang takut atau enggan menanggung risiko (risk averter). Investor dengan tipe ini memiliki kecenderungan menggunakan pendekatan investasi yang konservatif atau mengutamakan keamanan (Sembel dan Sembel dalam Putra, 2011).Tidak mau mengambil risiko tambahan yang mereka anggap tidak terlalu diperlukan.Akan merasa senang ditawari investasi yang memiliki risiko yang rendah.
7
Semakin besar risiko yang akan dihadapi, semakin tinggi return yang diharapkan, semakin kecil risiko atas suatu investasi, semakin kecil return yang diharapkan. Tipe ini juga akan mempertimbangkan secara hati-hati jenis instrument yang akan dimilikinya dan membatasi jumlah dana yang akan diinvestasikannya kedalam instrument berisiko hingga porsi tertentu. Tipe ini juga akan cenderung memilih investasi yang memiliki risiko relative rendah.
8 Conscientiousness
Baron dan Byrne (2005) menyatakan bahwa kondisi suasana hati yang baik akan meningkatkan peluang terjadinya tingkah laku menolong orang lain, sedangkan kondisi suasana hati yang tidak baik akan menghambat pertolongan. Feist dan Feist (2009) menyatakan bahwa kepribadian conscientiousness orang-orang yang memiliki sifat sebagai berikut:
1) Optimis
Sifat optimis adalah sifat yang penuh dengan pikiran positif dan keyakinan pada diri sendiri. Orang yang memiliki sifat optimis biasanya penuh percaya diri dan berani mengambil keputusan. Meskipun tahu akan banyak rintangan di depan, orang optimis akan tetap mencoba maju. Dan seandainya gagal, orang optimis tidak akan kecewa dan bersedih terlalu lama. Karena mereka yakin akan bisa berhasil jika mau terus berusaha. Sifat optimis inilah yang harus ada dalam diri seseorang setiap kali ingin melakukan sesuatu.
2) Fokus pada prestasi kerja
Prestasi kerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalammelaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atasmemiliki perencaanan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu.
3) Disiplin
9
perilaku yang diinginkan, kebiasaan yang diharapkan dan sikap yang membawa kepada keberhasilan dalam mengarungi kehidupan. Oleh sebab itu, disiplin merupakan sesuatu yang perlukan untuk membawa seseorang sampai kepada tujuan yang diinginkan. Bisa dikatakan bahwa disiplin adalah Kunci Sukses 4) Kerja keras
Kerja keras adalah suatu sikap kerja yang penuh dengan motivasi (semangat) untuk mendapatkan apa yang dicita-citakan. Bekerja adalah kewajiban bagi setiap orang untuk memperoleh keberhasilan. Tanpa bekerja, seseorang tidak akan pernah memperoleh apa yang diharapkan. Jam kerjatidak terbatas pada waktu, dimana adapeluang di situ datang. Kadang-kadang seorang yang pekerja keras sulit untuk mengatur waktu kerjanya, serta memikirkan kemajuannya.Ide-idebaru selalu mendorongnya untuk bekerja kerasmerealisasikannya.
5) Teliti
10
konflik secara tidak langsung. Dihadapan orang lain, mereka dipandang pasif dan selalu mengalah.
6) Tekun
Sifat tekun adalah sifat sungguh-sungguh dalam bekerja. Bersungguh-sungguh dalam berusaha merupakan modal untuk rnemperoleh kesuksesan. Orang yang tekun tak mudah puas dengan hasil kerjanya. Ia akan terus memperbaiki diri. Caranya bisa bermacam-macam. Salah satunya adalah menerima kritik dari orang lain. Kritik yang membangun dapat dijadikan sebagai modal agar kita bisa menjadi lebih baik.
Sedangkan secara umum, orang-orang yang mendapat skor tinggi pada variabel conscientiousness merupakan orang yang pekerja keras, teliti, tepat waktu, disiplin dan tekun. Sebaliknya, orang dengan skor rendah cenderung malas, ceroboh, tidak tepat waktu, tidak disiplin, dan cenderung sembrono. Conscientiousness mendeskripsikan kontrol terhadap lingkungan sosial, berpikir sebelum bertindak, menunda kepuasan, mengikuti peraturan dan norma. Facet (subfaktor) yang terdapat dalam conscientiousness menurut Costa dan McRae dalam Pervin (2005) sebagai berikut :
1. Competence (kompetensi), kesanggupan, efektifitas dan kebijaksanaan dalam melakukan sesuatu.
2. Order (teratur), kemampuan berorganisasi
3. Dutifulness (patuh), memegang erat prinsip hidup
11
5. Self-discipline (disiplin), mampu mengatur diri sendiri
6. Deliberation (pertimbangan), selalu berpikir sebelum bertindak
Faktor Demografi
Variabel demografis menurut Robb dan Sharpe (2009) adalah suatu study yang mempelajari karakteristik, sikap dan perilaku seseorang yang dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti jenis kelamin, suku, status pendidikan dan pendapatan. Faktor-faktor demografis biasanya mempengaruhi perilaku seseorang, termasuk dalam perilaku keuangan. Faktor lain yang termasuk dalam demografis adalah usia. Faktor demografi adalah bagian yang melekat pada individu dan mampu untuk mempengaruhi individu dalam pengambilan keputusan keuangan (Miranda, 2011). Graham, Harvey dan Huang (2005) menyatakan bahwa demografi seorang investor menjelaskan persepsi kompetensinya dipengaruhi oleh karakteristik dari investor tersebut. Perbedaan karakteristik demografi dari investor menyebabkan investor merasa lebih kompeten dalam memahami informasi keuangan dan peluang yang ada. Demografi merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi perilaku seseorang dalam menghadapi keputusan yang berisiko (Filbeck dkk, 2005; Bhandari & Deaves, 2006).
Gender
12
Penelitian yang dilakukan oleh Olsen dan Cox (2001) memfokuskan pada investor yang telah terlatih secara profesional, menemukan bahwa adanya kecenderungan pengaruh perbedaan gender terhadap persepsi dan respon pada risiko investasi. Watson dan McNaughton (2007) membuktikan bahwa perempuan lebih cenderung memilih investasi yang konservatif dengan pengembalian yang lebih rendah dibanding laki-laki. Penelitian yang dilakukan oleh Arano, Parker dan Terry (2010) menambahkan bahwa dalam hal risiko, gender membedakan alokasi investasi antara laki-laki dengan perempuan. Hasil yang ditemukan adalah bahwa gender laki-laki yang paling overconfidence dalam pengambilan keputusan. Hal ini juga didukung oleh eksperimen yang dilakukan oleh Charness dan Gneezy (2007) menemukan hasil yang konsisten bahwa perempuan kurang berani berinvestasi, sehingga tampak lebih menolak risiko finansial daripada laki-laki.
Suku
Kelompok sosial dalam sistem sosial atau kebudayaan yang mempunyai arti atau kedudukan tertentu karena keturunan, adat, agama, bahasa dan sebagainya yang memiliki kesamaan dalam hal sejarah (keturunan), bahasa (baik yang digunakan ataupun tidak), sistem nilai, serta adat istiadat dan tradisi. Investor dengan latar belakang suku yang berbeda mempunyai perilaku keuangan yang berbeda juga.
13
kemampuan, hemat, hidup sederhana dan faktor yang paling berpengaruh besar yaitu keadaan pasar saat ini dan nilai-nilai budaya. Hubungan yang baik dengan sesama pedagang, pemasok maupun pembeli menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan seorang pedagang.
Pengembangan Hipotesis
Pengaruh Kepribadian Conscientiousness terhadap Risk Tolerance
Conscientiousness mendeskripsikan kontrol terhadap lingkungan sosial, berpikir sebelum bertindak, menunda kepuasan, mengikuti aturan dan norma. Individu yang memiliki sifat berpikir sebelum bertindak sangat memperhatikan langkah-langkah yang diambil terutama dalam berinvestasi. Individu ini sangat berhati-hati dalam memilih jenis investasi, individu yang berhati-hati lebih memilih menghindari risiko. Semakin tinggi tingkat conscientiousness, investor lebih menyukai untuk menghindari risiko.
Makin rendah tingkat conscientiousness investor lebih memilih untuk menghadapi risiko. Investor yang memiliki skor tinggi cenderung untuk menunjukkan disiplin diri, bertindak dengan patuh dan bertujuan untuk pencapaian; direncanakan daripada perilaku spontan. Dari sisi negatif, tipe kepribadian ini menjadi sangat perfeksionis, kompulsif, workaholic dan bosan. Tingkat conscientiousness yang rendah menunjukkan sikap tidak disiplin, ceroboh, tidak terarah serta mudah teralih perhatiannya.
14
conscientiousness berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel dependen. Gufron (2010) menyebutkan kepribadian conscientiousness lebih kerap diaplikasikan pada individu dalam lingkungan sosialnya.
H1 : Conscientiousness berpengaruh negatif dan signifikan terhadap risk tolerance.
Pengaruh Gender Terhadap Risk Tolerance
Barber dan Odean (2001) menyatakan bahwa gender merupakan faktor yang mempengaruhi tingkat kepercayaan diri seorang investor dalam mengambil resiko untuk berinvestasi. Arano, Parker dan Terry (2010) menambahkan bahwa dalam hal risiko, gender membedakan alokasi investasi antara laki-laki dengan perempuan. Hasil yang ditemukan adalah bahwa gender laki-laki yang paling overconvidence dalam pengambilan keputusan.
Penelitian oleh Eckel dan Grossman (2008) menemukan adanya perbedaan sikap antara pria dan wanita dalam menghadapi risiko. Eksperimen ini dilakukan pada mahasiswa dan membuktikan bahwa terdapat hubungan antara risk attitude dengan karakteristik psikologi dalam mengambil keputusan investasi bahwa secara signifikan wanita lebih risk averse daripada laki-laki. Graham dkk (2005) menemukan bahwa investor laki-laki lebih memiliki keyakinan bahwa mereka merupakan investor yang kompeten dikarenakan tinggi aktivitas investor (competence effect) melakukan perdagangan (trading) jika dibandingkan wanita yang bekerja paruh waktu.
15 Pengaruh SukuTerhadap Risk Tolerance
Etnis Jawa terkenal sebagai suku bangsa yang sopan dan halus, tetapi juga terkenal sebagai suku bangsa yang tertutup dan tidak mau terus terang (Maulana, 2007). Penduduk etnis Jawa menjaga keharmonisan, keserasian dan menghindari konflik, sehingga cenderung diam dan tidak mau membantah apabila terjadi perbedaan pendapat, karena sifat itulah penduduk etnis Jawa mudah untuk menyimpan dendam (Soedharmo, 2006). Budaya etnis Tionghoa untuk mengidentifikasi diri sebagai bagian dari sistem masyarakat Tionghoa adalah penggunaan nama keluarga Tionghoa.
Etnis Tionghoa cenderung menghindari aktivitas sosial, tetapi hasil penelitian pada etnis Tionghoa dari segi sosial yang dilakukan oleh Kantiningsih (2007) adalah rata-rata etnis Tionghoa yang menyukai aktivitas sosial lebih tinggi daripada yang tidak menyukai kegiatan sosial. Biasanya suku dengan kulit putih akan lebih berani dalam mengambil risiko. Suku Tionghoa biasanya dalam melakukan investasi lebih berani mengambil risiko dibandingkan dengan suku Jawa, karena sifat orang Tionghoa yang selalu pantang menyerah, gigih dalam berusaha, sehingga mereka memiliki preferensi risiko yang lebih berani (Ariani, 2011).
16 Model Penelitian
Berdasarkan penjelasan pengaruh antara berbagai variabel di atas, maka penulis merumuskan ke dalam model penelitian sebagai berikut :
Gambar 1. Model Penelitian
Berdasarkan kerangka pemikiran di atas dapat diartikan bahwa kadarrisk tolerance yang dimiliki oleh seorang investor dapat dipengaruhi oleh dua variabel yaitu conscientiousness dan faktor demografi (gender dan suku).
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer adalah data yang diambil langsung oleh peneliti sesuai dengan tujuan penelitian. Sumber data diperoleh dengan memberikan kuesioner pertanyaan-pertanyaan yang relevan terhadap topik yang diteliti untuk dijawab atau diisi oleh responden seorang investor di kota Salatiga secara langsung.
Conscientiousness
Risk Tolerance
17 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi penelitian ini adalah para investor yang ada di kota Salatiga. Teknik pengambilan sampel menggunakan non probability sampling dengan menggunakan teknik purposive sampling, dengan kriteria investor yang berinvestasi untuk membuka usaha. Karena dalam pengambilan sampel kesulitan untuk menemukan para investor, maka peneliti mentargetkan sebanyak 45 responden yang mengacu pada rules of thumb (Roscoe, 1975), maka ukuran sampel pada penelitian ini yaitu ukuran sampel yang layak adalah sampel yang memiliki jumlah paling sedikit adalah 30 responden.
Pengukuran Konsep
Setiap pernyataan baik variabel kepribadian conscientiousness dan faktor demografi (gender dan suku) diukur dengan menggunakan 5 point Skala Likert, dimana responden diminta untuk menjawab dengan pilihan angka antara 1-5 (1= sangat tidak setuju, dan 5= sangat setuju).
Indikator Empirik
Berikut indikator empirik dari aspek kepribadian conscientiousness dan faktor demografi (gender dan suku) terhadap risk tolerance.
Tabel 1. Variabel, Deskripsi, Sub Variabel dan Indikator
Variabel Deskripsi Sub Variabel Indikator
Conscientiousness
Merupakan
orang-orang yang
memiliki sifat optimis, fokus pada prestasi dan
Optimis
1. Mendapatkan keuntungan berinvestasi.
18 disiplin diri (Feist dan Feist, 2009)
keuntungan yang tertunda.
3. Kecil kemungkinan mengalami kegagalan investasi
Fokus pada prestasi
1. Mempunyai target 2. Target harus tercapai 3. Mendapatkan
keuntungan yang besar.
Disiplin
1. Tepat waktu.
2. Tidak harus
mengerjakan sesuatu sesegera mungkin
3. Tidak mudah
membatalkan perjanjian.
Kerja keras
1. Tidak mudah
menyerah 2. Berusahaagar
kegiatan investasi dapat mendatangkan keuntungan
3. Mencari peluang investasi
Teliti
1. Cermat dalam memilih investasi 2. Berhati-hati dalam
berinvestasi
3. Merencanakan, dalam setiap investasi
Tekun
1. Menekuni investasi yang dilakukan. 2. Tidak pernah berhenti
belajarkegiatan investasi
3. Belajar dari siapapun tentang kegiatan investasi
Gender Gender responden
Kondisi responden terkait dengan gender yang dimiliki saat ini
19 Suku Suku responden
Kondisi responden terkait dengan suku yang dimiliki saat ini
- Jawa - Tionghoa
Risk Tolerance
Merupakan tingkat kemampuan yang dapat diterima dalam mengambil suatu risiko investasi (Jones, 2004: 142).
Risk taker
1. Berani menanggung
risiko dalam
berinvestasi
2. Menikmati risiko dalam berinvestasi 3. Berani menghadapi
risiko yang tinggi dalam berinvestasi
Risk averter
1. Mengutamakan
keamanan dalam berinvestasi
2. Tidak mau
mengambil risiko yang tinggi dalam berinvestasi
3. Merasa senang ditawari investasi yang memiliki risiko yang rendah
Risk moderate
1. Berani menanggung risiko yang sebanding dengan keuntungan yang akan diperoleh 2. Mempertimbangkan
secara hati-hati jenis investasi sesuai dengan dana yang dimiliki
3. Memilih investasi yang memiliki risiko relative rendah
Metode Pengumpulan Data
20
responden yang berisi daftar pertanyaan yang menyangkut pengaruh conscientiousness, gender dan suku terhadap risk tolerance.
Teknik Analisis
Teknik analisis merupakan alat bantu yang digunakan untuk menyajikan data dalam bentuk yang lebih ringkas sehingga akan mempermudah bagi peneliti memberikan jawaban masalah yang telah dirumuskan (Utami & Supramono, 2003). Penelitian ini menggunakan software SPSS (Statistical Product and Service Solution) yang berfungsi untuk menganalisis data dan melakukan perhitungan statistik baik parametrik maupun non parametrik dengan basis windows (Ghozali, 2006). Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan statistik deskriptif kuantitatif dan alat analisis menggunakan regresi berganda
Uji Validitas dan Reliabilitas
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan statistik deskriptif dan alat analisis menggunakan regresi berganda. Sebelum melangkah ke uji regresi berganda data diuji keabsahannya sehingga dapat diuji lebih lanjut yaitu menggunakan uji validitas dan reliabilitas.
21
yang diteliti. Data dikatakan valid jika memiliki Corrected item-total correlation (r hitung) lebih besar 0.3 (Yogianto, 2005).
Uji reliabilitas : Uji reliabilitas diperlukan untuk menunjukkan sejauh mana suatu hasil pengukuran relatif konsisten jika diulangi berapa kali. Instrumen dikatakan reliable jika memiliki Alpha Cronbach lebih besar dari 0,6.
Uji Asumsi Klasik 1) Uji Normalitas
Uji Normalitas dilakukan dengan menggunakan uji kolmogorov-smirnov dengan cara membandingkan nilai probabilitas (p-value) yang diperoleh dengan taraf signifikan yang sudah ditemukan yaitu 0,05.
2) Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas dilakukan untuk mengetahui korelasi antar variable-variabel independen yang digunakan dalam penelitian. Uji multikolinearitas dalam penelitian ini dapat diketahui dengan melihat angka variance inflation factor (VIF) dan tolerance. Model regresi dikatakan bebas dari multikolinearitas apabila memiliki nilai VIF lebih kecil dari 10 dan mempunyai angka tolerance lebih besar dari 0,10 (Ghozali, 2005).
3) Uji Heteroskedastisitas
22
variabel independen. Apabila variabel independen signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen, maka ada indikasi terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2005).
Persamaan Regresi
Model persamaan regresi yang digunakan untuk menguji hipotesis ini adalah :
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3+ e Dimana :
Y : Keputusan pembelian X1 : Conscientiousnes
X2 : Gender
X3 : Suku
e : Error / Residual
a : Konstanta, perpotongan pada garis sumbu X b1,b2,b3 : Koefesien regresi
Selanjutnya dengan menggunakan SPSS 11.0 for windows, akan dihasilkan output regresi yang akan dijelaskan mengenai:
R square (R2) yaitu seberapa besar kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen.
23
Uji F, uji signifikansi apakah variabel independen secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Jika p-value lebih kecil dari 0,05 maka secara bersama-sama variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen.
ANALISIS DAN PEMBAHASAN Profil Responden
24
Tabel 3. Karakteristik Responden
Sumber: data primer 2014
25
rekannya dalam membangun usaha. Pekerjaan responden, didominasi oleh responden dengan pekerjaan Wiraswasta (55,56 %). Hal tersebut menunjukkan bahwa responden dengan perkerjaan swasta merupakan responden yang paling bekecimpung dalam dunia usaha, sehingga tidak akan puas jika menjalankan satu usaha. Sehingga dengan kepemilikan dana akan lebih menginvestasikan dananya bersama rekannya untuk membangun usaha bersama. Jenis usaha yang dijalankan sebagian besar adalah usaha counter Handphone (24,44 %), dan usaha toko pakaian (20,00 %). Untuk lebih jelasnya jenis usaha yang dapat dilihat pada Tabel 4 berikut.
Tabel 4. Usaha Saat Ini
Usaha Saat Ini Jumlah Prosentase
Counter Handphone 11 24,44%
Toko Pakaian 9 20,00%
Bengkel Motor 8 17,78%
Rental Mobil 6 13,33%
Makanan (Kuliner) 5 11,11%
Laundry Pakaian 4 8,89%
Koperasi 2 4,44%
Jumlah 45 100,00%
Sumber: data primer 2014
Tabel 5. Melakukan Investasi Lain Melakukan
Investasi Lain Jumlah Prosentase
Jenis
Investasi Lain Jumlah Prosentase
Ya 26 57,78%
Emas 13 50,00%
Tanah 8 30,77%
Bangunan 5 19,23%
Tidak 19 42,22%
Jumlah 45 100,00% 26 100,00%
Sumber: data primer 2014
26
%. Jenis investasi lain yang dimiliki oleh responden adalah emas (50,00 %), tanah (30,77 %) dan bangunan (19,23 %).
Deskriptif Statistik
Sebelum melangkah ke uji regresi yang mempunyai fungsi menguji hipotesis, maka perlu melihat statistik deskriptif yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar nilai maksimum, minimum, dan rata-rata dari masing-masing variabel yang digunakan dalam penelitian ini.
1) Statistik Deskriptif Variabel Concientiousness Berdasarkan Gender dan Suku. Berikut tabel yang menyajikan perhitungan statistik deskriptif variabel concientiousness berdasarkan gender dan suku :
Tabel 6. Statistik Deskriptif Variabel Concientiousness Berdasarkan Gender
27
Tabel 7. Statistik Deskriptif Variabel Concientiousness Berdasarkan Suku
Sumber: data primer 2014
28
orang yang pekerja keras, seorang investor merupakan orang yang teliti dan cenderung berhati-hati dalam berinvestasi serta seorang investor merupakan orang yang selalu tekun dalam berinvestasi.
2) Statistik Deskriptif Variabel Risk Tolerance Berdasarkan Gender dan Suku Berikut tabel yang menyajikan statistik deskriptif variabel risk tolerance berdasarkan gender dan suku.
Tabel 8. Statistik Deskriptif Variabel Risk ToleranceBerdasarkan Gender
29
Tabel 9. Statistik Deskriptif Variabel Risk Tolerance Berdasarkan Suku
Sumber: data primer 2014
30 Uji Validitas dan Reliabilitas Data
Hasil uji validitas conscientiousness dan risk tolerance diperoleh nilai Item-Total Correlation tiap indikator lebih besar dari 0,3 artinya data valid dan dapat dianalisis lebih lanjut. Hasil uji reliabilitas berdasarkan pada nilai Cronbach Alpha (α), menunjukkan dari masing-masing variabel conscientiousness, gender, suku dan risk tolerance memenuhi unsur reliabilitas dengan nilai Cronbach Alpha (α) lebih besar dari 0,60. Dengan demikian, maka semua indikator dari variabel
conscientiousness dan risk tolerance dapat digunakan dalam pengolahan data selanjutnya (Lampiran1).
Uji Asumsi Klasik
31 Pengujian Hipotesis
Berdasarkan hasil uji regresi, diperoleh nilai F hitung sebesar 4,184 dengan tingkat tingkat signifikansi 0,011 dan karena nilai probalilitas 0,011 lebih kecil dari 0,05 maka model regresi bisa digunakan untuk memprediksi risk tolerance pada investor di kota Salatiga. Selain itu juga, dilihat dari hasil analisis diketahui R Square sebesar 0,534. Hal tersebut mampu menjelaskan perubahan variabel Conscientiousness, gender dan suku terhadap risk tolerance sebesar 53,40 %, sedangkan sisanya sebesar 46,60 % dijelaskan oleh variabel lain. Untuk menguji hipotesis yaitu mengetahui pengaruh conscientiousness, gender dan suku terhadap risk tolerance diketahui hasilnya sebagai berikut:
Tabel 10. Hasil Uji Individual (Uji t) Model
Unstandardized
Coefficients t hitung Sig
B
Constant 29,890
Conscientiousness 0,113 2,307 0,026
Gender 3,533 2,245 0,034
Suku 1,684 2,748 0,009
Adjusted R Square 0,534
F hitung 4,184
Sig F 0,011
N 45
Sumber: olahan SPSS
[image:31.595.98.510.203.606.2]32
0,009 < 0,05. Hal ini menyatakan bahwa sukuberpengaruh positif dan signifikan terhadaprisk tolerance.
Pembahasan
Pengaruh Kepribadian Conscientiousness Terhadap Risk Tolerance
Conscientiousness berpengaruh negatif dan signifikan terhadap risk tolerance.Hal ini berarti bahwa semakin tinggi kepribadian conscientiousness maka investor dalam bertindak seringkali melakukan pemikiran terlebih dahulu, hal ini membuat responden lebih berani dan memilih investasi jangka pendek. Selain itu juga investor yang memiliki kepribadian conscientiousnesstinggi akan berani mengambil resiko yang tinggi karena investor yakin akan memiliki target dalam berinvestasi, serta selalu yakin untuk mendapatkan keuntungan dalam berinvestasi.Hasil penelitian ini mendukung penelitian Farikha (2011) yang membuktikan bahwa conscientiousness berpengaruh signifikan terhadap risk tolerance. Berpengaruhnya conscientiousness terhadap risk tolerance mengindikasikan pola sifat investor yang terbentuk karena adanya suatu konsep umum dimana seorang investor tidak bisa mendapatkan sesuatu yang besar tanpa risiko yang besar. Jadi semakin besar risiko akan memberikan kemungkinan hasil yang besar juga. Di sini investor dibebaskan untuk memilih jenis kemungkinan hasil dan risiko berdasarkan keinginan dan kemampuan berinvestasi.
33
keuangannya.Kepribadian ini dicirikan seperti tertib/teratur, penuh pengendalian diri, terorganisasi, ambisius, fokus pada pencapaian dan disiplin diri.Umumnya pribadi yang tinggi kenuraniannya adalah seorang pekerja keras, peka terhadap suara hati, tepat waktu dan tekun.Tipe ini selalu melakukan suatu perbandingan terhadap harga sebuah produk sebelum diputuskan untuk membeli, juga selalu membuat sebuah catatan keuangan pribadi secara terinci. Pada saat kegiatan belanja dilakukan, kebutuhan (need) akan berperan lebih besar dari pada keinginan (want).
Investor dengan suku China yang memiliki conscientiousness yang tinggi. Mereka akan lebih berusaha dengan berbagai upaya agar kegiatan investasi dapat mendatangkan keuntungan dan akan senantiasa yakin akan selalu mendapatkan keuntungan yang besar dalam berinvestasi. Biasanya suku dengan kulit putih akan lebih berani dalam mengambil risiko (Kantiningsih, 2007). Suku Tionghoa biasanya dalam melakukan investasi lebih berani mengambil risiko dibandingkan dengan suku Jawa, karena sifat orang Tionghoa yang selalu pantang menyerah, gigih dalam berusaha, sehingga mereka memiliki preferensi risiko yang lebih berani (Ariani, 2011).
34 Pengaruh Gender Terhadap Risk Tolerance
35 Pengaruh Suku Terhadap Risk Tolerance
36 KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Kepribadian conscientiousness, gender dan suku berpengaruh terhadap risk tolerance. Hal ini berarti.seorang investor yang memiliki conscientiousness yang tinggi cenderung akan berusaha dengan berbagai upaya agar kegiatan investasi dapat mendatangkan keuntungan, seorang investor juga akan senantiasa yakin akan selalu mendapatkan keuntungan yang besar dalam berinvestasi. Investor laki-laki dan suku China cenderung memiliki tipe investor yang berani mengambil risiko (risk taker) daninvestor perempuan bersuku Jawa cenderung memiliki tipe investor yang takut atau enggan menanggung risiko (risk averter).
Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yang mungkin mempengaruhi hasil penelitian yang ingin dicapai. Keterbatasan-keterbatasan tersebut seperti koefisien determinasi (R Square) hanya sebesar 0,534 artinya bahwa sumbangan efektif variabel conscientiousness, gender dan suku berpengaruh terhadap risk tolerance sebesar 53,40 %. Sisanya sebesar 46,60 % adalah faktor-faktor lain yang kemungkinan dapat berpengaruh terhadap tingkat risk tolerance.
Saran
37 Daftar Pustaka
Agustina, A. 2009. Profil Kepribadian dan Preferensi Investor dalam Investasi di Aset Finansial. Skripsi : Program S1 Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga (tidak dipublikasikan).
Arano, C., Parker., and Terry. 2010. Gender-Based Risk Aversion and Retirement Asset Allocation. Economic Inquiry Volume 48, Issue, pages 147-155. Ariani, L. 2011. Pengaruh Faktor Biopsychosocial dan Faktor Lingkungan
terhadap Risk Aversion Investor. Jurnal Ekonomi dan Bisnis. XVI (1), 57-65.
Barber, M dan Odean, T. 2001. Boys Will be Boys: Gender, Overconfidence and Common Stock Investment. The Quarterly Journal of Economics, 2: 261-292.
Baron dan Byrne. 2005. Psikologi Sosial. Jakarta: Erlangga
Bandhari, Gokul and Deaves, R.2006. The Demographics of Overconfidence. Journal of Behavioral Finance. Vol. 7, No.1 : 5-11.
Byrnes, J. P., Miller, D. C., and Schafer, W, D. 1999. Gender Difference in Risk Taking: A Meta Analysis, Psychological Bulletin. Vol.125, No.3 : 367-383.
Cooper, D. R and P. S. Schindler. 2006. Metode Riset Bisnis. Vol.2, No.9: 8-9 Eckel., Catherine, C., and Grossman, P. J. 2008. Forecasting Risk Attitude: An
Experimental Study Using Actual and Forecast Gamble Choices. Journal of Economic Behavior and Organization. Vol.68, Hal 1-17.
Fahmi, I. 2010. Manajemen Risiko: Teori, Kasus dan Solusi. Bandung: Alfabeta. Farikha, R. 2011. Pengaruh Tipe Kepribadian Big Five dan Kecerdasan Emosi
terhadap Perilaku Prososial Satuan Polisi Pamong Praja Kota Tangerang. Program S1 Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.
38
Ghozali, I. 2006. Aplikasi Multivariate Lanjutan dengan Program SPSS. Badan Penerbitan Universitas Diponegoro.
Graham, J., Harvey, C., and Hung, H. 2005. Teori-teori Psikologi. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Indriani, L. 2010. Tipe Kepribadian dan Risk Aversion dalam Pengambilan Keputusan. Skripsi: Program S1 Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Satya Wacana (Tidak Dipublikasi).
Jones, C.P. 2004. Investment Analysisand Management: Ninth Edition. John Weley And Sons, Inc.
Mayfield, C., Perdue, G., and Wooten, K. 2008. Investment Management and Personality Type. Financial Service Review. Vol.17, 219-236.
Miranda, G. M. 2011. Overconfidence dalam Pengambilan Keputusan Keuangan berdasarkan Faktor Demografi. Skripsi: Program S1 Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Satya Wacana (Tidak Dipublikasi).
Mischel, W. 2003. Introduction to Personality. New York: Lehigh Press.
Nofsinger, J. R. 2005. Psychology of Investing. Second Edition. New Jersey. Precentice-Hall Inc.
Olsen, R. A., and Cox, C. M. 2001. The Influence of Gender on The Perception and Response to Investment Risk: The Case of Professional Investors. The Journal of Psychology and Financial Markets. Vol.2, 29-36.
Pervin, C. J. 2005. Personality Theory and Research. 9nd Ed. New York: John Wiley & Sons, Inc.
Pompian, Michael, M. 2012. Behavioral Finance and Investor Type. New York: John Wiley & Sons, Inc.
Rahardjo, S. 2006. Kiat Membangun Aset Kekayaan. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Robb, C., and Sharpe, D. L. 2009. Effect of Personal Financial Knowledge on College Student’s Credit Card Behavior. Journal of Financial and Planning. Vol 20.
Sekaran, U. 2006. Research Methods for Bussines. Fourth Edition. New York: Jhon Willy & Sons, Inc.
39
Supramono. 2007. Dari Keuangan Menuju Studi Perilaku Pengelolaan Keuangan. Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga.
Supramono, Kaudin, A, Mahastanti L. A, Damayanti T. W. 2010. Desain Penelitian Keuangan Berbasis Perilaku. Salatiga: Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana Press.
Trisnaningsih, S. 2003. Perbedaan Kinerja auditor Dilihat Dari Segi Gender. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 7, No 1.
Utami, Intiyas dan Supramono. 2003. Desain Proposal Penelitian studi Akuntansi dan Keuangan. Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga.