• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS DAN SINTESIS SINERGITAS STAKEHOLDER DAN PARTISIPASI MASYARAKAT

Berdasarkan hasil analisis profil komunitas menunjukkan bahwa derajat kesehatan masyarakat sudah baik, hal ini dapat dilihat tidak adanya kematian bayi balita dan ibu hamil. Hasil evaluasi kebijakan pemerintah dan swasta pada program posyandu sudah sesuai dengan kebutuhan namun ada ego sektoral. Program pemberdayaan baik dari pemerintah dan PT. Newmont Nusa Tenggara berjalan sendiri-sendiri padahal tujuan dan sasaran program sama sehingga belum membangun sinergitas. Adanya sinergitas akan membangun kekuatan baru yang dapat menghasilkan sebuah program yang efektif dan akuratif. Berdasarkan hal tersebut maka penting untuk menganalisis bagaimana sinergitas stakeholders (pemerintah dan PT Newmont) dan partisipasi masyarakat pada posyandu

Kebijakan Pemerintah

Setiap hal yang ada di dunia pasti ada tujuannya. Demikian dengan kebijakan publik, hadir dengan tujuan tertentu yaitu untuk mengatur kehidupan bersama yaitu mencapai tujuan (visi dan misi) bersama yang telah disepakati.

Gambar 6. Tahapan Kebijakan Publik

Sumber : Kebijakan Publik Formulasi, implementasi dan Evaluasi (Riant Nugroho D).

Dari gambar di atas jelas bahwa kebijakan publik adalah jalan mencapai tujuan bersama yang dicita-citakan. Jika cita-cita bangsa Indonesia adalah mencapai masyarakat yang adil dan makmur bedasarkan Pancasila ( Ketuhanan, Kamnusiaan, Persatuan, Demokrasi dan Keadilan)

dan UUD 1945 ( Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan hukum dan tidak semata-mata kekuasaan), maka kebijakan publik adalah seluruh prasarana dan sarana untuk mencapai tujuan tersebut.

Public Policy Masyarakat Pada Masa Awal Masyarakat Pada Masa Transisi Masayarakat Yang Dicita-citakan

Kebijakan sosial adalah seperangkat tindakan (course of action), kerangka kerja (framework), petunjuk (guideline), rencana (plan), peta (map) atau strategi yang dirancang untuk menterjemahkan visi politik pemerintah atau lembaga pemerintah ke dalam program dan tindakan untuk mencapai tujuan tertentu di bidang kesejahtraan sosial (social welfare). Karena urusan kesejahtraan sosial senantiasa menyangkut orang banyak, maka kebijakan sosial seringkali diidentikkan dengan kebijakan publik (Suharto, 2005).

Kesehatan merupakan hak asasi yang diamanatkan oleh UUD 1945 dan sebagai investasi, sehingga perlu diupayakan, diperjuangkan dan ditingkatkan oleh setiap individu dan oleh seluruh komponen bangsa, agar masyarakat dapat menikmati hidup sehat, dan pada akhirnya dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Hal ini perlu dilakukan, karena kesehatan bukanlah tanggungjawab pemerintah saja, namun merupakan tanggung jawab bersama pemerintah dan masyarakat termasuk swasta. Sumberdaya manusia yang sehat dan berkualitas merupakan modal utama atau investasi dalam pembangunan kesehatan. Kesehatan bersama-sama dengan pendidikan dan ekonomi merupakan pilar yang sangat mempengaruhi kualitas hidup sumberdaya manusia.

Departemen Kesehatan pada Tahun 1975 menetapkan kebijakan Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD). Adapun yang dimaksud dengan PKMD adalah strategi pembangunan kesehatan yang menerapkan prinsip gotong royong dan swadaya masyarakat, dengan tujuan agar masyarakat dapat menolong dirinya sendiri, melalui pengenalan dan penyelesaian masalah kesehatan yang dilakukan bersama petugas kesehatan secara lintas program dan lintas sektor terkait.

Pada tahap awal, kegiatan PKMD (Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa) yang pertama kali diperkenalkan di kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, diselenggarakan dalam berbagai bentuk. Kegiatan PKMD untuk perbaikan Gizi, dilaksankan melalui Karang Balita, sedangkan untuk penanggulangan diare dilaksanakan melalui Pos Penanggulangan Diare, untuk pengobatan masyarakat di perdesaan melalui Pos Kesehatan, serta untuk imunisasi dan keluarga berencana, melalui Pos Imunisasi dan Pos KB Desa.

Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraaan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi. Pelayanan kesehatan dasar adalah pelayanan yang mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi, yang sekurang-kurangnya mencakup 5 (lima) kegiatan, yakni KIA, KB, imunisasi,gizi dan penanggulangan diare (Depkes, 2006).

Kesehatan merupakan kebutuhan dasar masyarakat, oleh karena itu agar masyarakat dapat memenuhi kebutuhan dasarnya maka diperlukan perhatian pemerintah baik dalam bentuk kebijakan dan penganggaran. Di Kabupaten Sumbawa Barat berbagai upaya telah dilakukan oleh pmerintah dengan mengeluarkan Peraturan Bupati Sumbawa Barat Nomor 9 Tahun

2006 tentang Pelayanan Kesehatan/Pengobatan Gratis di Puskesmas dan Jaringannya di Kabupaten Sumbawa Barat.

Adapun tujuan umum dari kebijakan pelayanan/pengobatan gratis ini adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan perseorangan pada seluruh masyarakat Kabupaten Sumbawa Barat, sedangkan tujuan khusus pelayanan/pengobatan gratis adalah untuk :

1. Meningkatkan akses kepada seluruh masyarakat Kabupaten Sumbawa Barat untuk pelayanan dasar ;

2. Meningkat mutu pelayanan dasar masyarakat ;

Adapun sasaran dari kebijakan pelayanan kesehatan/pengobatan gratis ini adalah semua masyarakat penduduk Kabupaten Sumbawa Barat yang belum memiliki Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) yakni masyarakat yang tidak ditanggung oleh PJPK-MM, PT. ASKES, JAMSOSTEK dan jaminan asuransi lainnya, dengan menunjukkan identitas berupa KTP, Kartu Keluarga atau Sertifikat Gerakan Sejuta Pohon (SGSP) sebagai tanda berhak mendapatkan Pelayanan Kesehatan/Pengobatan Gratis di Kabupaten Sumbawa Barat.

Untuk mendukung pelaksanaan posyandu peemrintah membuat sebuah kebijakan tentang pembentukan Pengorganisasian Pokjanal (Kelompok Kerja Operasinal) Posyandu yang diatur dalam PERMENDAGRI NO 45 Tahun 2007 dengan struktur sebagai berikut :

Gambar 7. Struktur Pengorganisasian Pokjanal Posyandu Permendagri No 45 Tahun 2007

PENGORGANISASIAN POKJANAL POSYANDU

Desa/Kelurahan Pusat, Provinsi,

Kabupaten/Kota dan Kecamatan

Pokjanal Posyandu (Kades, Perangkat Desa,

Ormas, Anggota Masyarakat) Pokjanal Posyandu (Dinas/Instansi Terkait, Ormas, LSM, Swasta, dll) Pelaksanaan Kegiatan Posyandu (Kader)

Keberadaan Pokjanal posyandu tidak maksimal hanyak sebuah lambing akan tetapi aplikasinya tidak ada. Tugas dan fungsi Pokjanal adalah bagaimana agar posyandu dapat kembali pada rohnya yaitu posyandu adalah milik masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat. Selain itu adalah melakukan pembinaan pada posyandu sehingga posyandu yang berdaya.

Kebijakan CSR PT. Newmont Nusa Tenggara Dalam Pengembangan Posyandu

Pendahuluan

Dalam konteks pembangunan saat ini, keberhasilan sebuah perusahaan bukan lagi diukur dari keuntungan bisnis semata, melainkan juga melihat dari sejauhmana kepedulian perusahaan terhadap aspek sosial dan lingkungan. Dalam bisnis apapun, prioritas utama adalah keberlanjutan usaha, sedangkan keberlanjutan tanpa ditopang kepedulian terhadap aspek lingkungan dan sosial, berpotensi menimbulkan kendala-kendala baik berbentuk laten maupun manifest, yang tentunya akan menghambat pencapaian keuntungan perusahaan. Hal tersebut terkait konsep pembangunan berkelanjutan, yakni pembangunan yang diharapkan mampu memenuhi kebutuhan manusia saat ini tanpa mengorbankan kemampun generasi yang akan datang. Bagaimanapun sebuah bisnis tidak akan berjalan optimal jika tidak mampu menjaga cadangan sumber daya (resource), yang meliputi aspek sosial dalam hal ini Sumber Daya Manusia (SDM) dan aspek lingkungan atau Sumber Daya Alam (SDA).

Setidaknya terdapat tiga alasan penting mengapa kalangan usaha harus merespon CSR agar sejalan dengan jaminan keberlanjutan operasional perusahaan, sebagaimana dikemukan oleh Wibisono dalam Rahmat ad.el (2011).

Pertama, perusahaan adalah bagian dari masyarakat dan oleh karenanya wajar bila perusahaan memperhatikan kepentingan masyarakat. Perusahaan mesti menyadarai bahwa mereka beroperasi dalam satu tatanan lingkungan masyarakat. Kegiatan sosial ini berfungsi sebagai kompensasi atau upaya imbal balik atas penguasaan sumber daya alam atau sumber daya ekonomi oleh perusahaan yang kadang bersifat ekspansi dan eksplorasi, disamping sebagai kompensasi sosial karena timbul ketidak nyamanan pada masyarakat.

Kedua, kalangan bisnis dan masyarakat sebaiknya memiliki hubungan yang bersifat simbiosis mutualisme untuk mendapatkan dukungan dari masyarakat. Wajar bila perusahaan dituntut untuk memberikan kontribusi positif kepada masyarakat, sehingga biasa tercipta harmonisasi hubungan bahkan pendongkrakan citra dan performa perusahaan.

Ketiga, kegiatan CSR merupakan salah satu cara untuk meredam atau bahkan menghindari konflik sosial. Potensi konflik bisa berasal dari dampak operasional perusahaan atau akibat dari kesenjangan struktural dan ekonomi yang timbul antara masyarakat dengan komponen perusahaan.

Dalam melakukan praktek CSR tidak akan bisa lepas kaitannya dengan satakeholder atau pemangku kepentingan, karena irisannya besar

antara mempengaruhi dan dipengaruhi terkait dengan terpenuhinya kebutuhan masing-masing. Menurut Tanari dalam Rahmat ed.el (2011),

stakeholder adalah kelompok-kelompok yang dipengaruhi oleh organisasi tersebut sebagai dampak dari aktivitas-aktivitasnya. Jika dilakukan pemetaan, stakeholder dalam entitas perusahaan terbagi ke dalam 7 (tujuh) jenis, di antaranya : 1. Pelanggan, 2. Masyarakat, 3. Karyawan, 4. Pemegang saham, 5. Lingkungan,

6. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), dan 7. Pemerintah.

Kebijakan

Dalam melaksanakan tanggung jawab sosial, secara normatif merupakan kewajiban moral bagi jenis perusahaan apapun. Ketika perusahaan sebagai komunitas baru melakukan intervensi terhadap masyarakat lokal, sudah menjadi keharusan untuk melakukan adaptasi dan memberikan kontribusi, dikarenakan keberadaannya telah memberikan dampak baik positif maupun negatif. Tidak hanya berkutat pada aspek normatif, saat ini CSR telah diatur dalam beberapa peraturan yang sifatnya

mengikat agar „perusahaan tertentu‟ wajib menjalankan tanggung jawab

sosialnnya. Hal ini dapat dilihat beraneka regulasi mengenai tanggung jawab sebagai berikut.

1. Keputusan Mentri BUMN Tentang Program Kemitraan Bina Lingkungan

2. Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 tahun 2007 3. Undang-Undang Penanaman Modal Nomor 25 Tahun 2007 4. ISO 26000

Di Kabupaten Sumbawa Barat kewajiban perusahaan untuk melaksanakan kewajiban sosialnya terhadap masyarakat sekitar perusahaan melalui program CSRnya diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Sumbawa Barat No 34 Tahun 2011. Lahirnya kebijakan ini dengan tujuan agar dana CSR PT. Newmont Nusa Tenggaara khususnya dan perusahaan lain pada umum dapat menjadi bagian dari pendapatan daerah. Hal disebabkan devisitnya anggaran pendapat dan belanja daerah sehingga diperlukan sumber pendapatan lainnya. Adanya delegasi wewenang pemerintah pusat kepemerintah daerah yang tidak diimbangi dengan kewenangan yang sama untuk memperoleh dan mengatur keungannya. Pemerintah daerah yang masi “bayi” terpaksa disapih tanpa dukungan keuangan memadai untuk kegiatan pembangunannya.

Masalah praktek perimbangan keuangan pusat-daerah ditujukan lewat kasus seperti keterlambatan distribusi (dan pemotongan) hak oleh pemerintah pusat ke daerah. Faktor ini menjadi salah satu pendorong pemerintah daerah menekan perusahaan melalui berbagai cara. Semisal menerbitkan peraturan daerah (Perda) seperti yang dilakukan oleh

pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat tentang Kewajiban Perusahaan untuk Menjalankan CSRnya bagi Masyarakat Sekitar, yang intinya tak lain upaya menyiasati keuangan lewat perolehan dan peningkatan pendapatan.

Situasi di atas jelas tidak menguntungkan bagi terciptanya kemitraan yang sehat karena dominasi salah satu pihak; terutama karena perusahaan dipandang berkewajiban secara finansial kepada pemerintah. Akibat yang mungkin timbul adalah beban pembiayaan untuk kegiatan program pengembangan masyarakat, misalnya, menjadi lebih berat dari sisi perusahaan. Staf kantor pemerintah menganggap kegiatan tersebut sebagai projek, dimana mereka berharap keterlibatannya diganjar keuntungan ekonomi tertentu yang sebetulnya tidak sah. Organisasi masyarakat sipil, khususnya yang bergerak dibidang advokasi, di satu sisi sering kali menghindari keterlibatan intens dengan perusahaan. Alasan umumnya karena program pengembangan masyarakat dinilai tak lebih dari upaya untuk menutupi kesalahan serta memperkuat legitimasi bisnis perusahaan, (Sukada, ed, al 2007).

Implementasi Kebijakan

PT. Newmont Nusa Tenggara dalam menyusun sebuah program secara partisipatif melibatkan stakeholder yang ada di masyarakat, baik penerima program secara lansung ataupun pemangku kepentingan lainnya yang dianggap dapat mewakili masyarakat setempat yang akan dijadikan Renstra lima tahun. Dalam penyusunan renstra ini pihak PT. Newmont Nusa Tenggara bekerjasama dengan pihak independen yang dianggap memiliki kapasitas dan kredibilitas dalam menyusun sebuah Renstra yang betul-betul menjadi kebutuhan masyarakat setempat dengan menggunakan metode ilmiah seperti PRA, FGD. Kondisi ini didukung oleh pernyataan salah satu informan kami yaitu :

“…Beberapa tahun yang lalu kami diundang oleh pihak PT.

Newmont Nusa Tenggara untuk menyusun suatu program yang menjadi kebutuhan masyarakat, kami berdiskusi memaparkan kondisi masyarakat saat itu baik kondisi ekonomi, sosial, budaya kemudian kami mengajukan beberapa masukan sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang walaupun tidak semua kebutuhan itu dapat dipenuhi oleh PT. Newmont Nusa Tenggara akan tetapi beberapa tahun ini kami masyarakat tidak pernah lagi dilibatkan dalam penyusunan program. Jadi pada intinya kami dilibatkan oleh

PT. Newmont Nusa Tenggara dalam menyusun sebuah program…”

(ARH tokoh pendidikan Desa Goa).

Berdasarkan pernyataan di atas menggambarkan bahwa PT. Newmont Nusa Tenggara menjalankan tanggung jawab sosialnya sesuai dengan yang diamanatkan dalam peraturan pemerintah dalam bentuk Undang-undang yang walaupun tidak semua kebutuhan masyarakat dapat dipenuhi. Hal ini mengingat keterbatasan baik sumberdaya manusia dan sumber dana. Selain itu sifat dari program PT. Newmont Nusa Tenggara adalah mensuport program pemerintah mengingat program tersebut menjadi kebutuhan dasar

masyarakat dan ketidaksediaan anggaran di pemerintah. Kondisi ini sesuai dengan pernyataan bapak Aw salah satu staf PT. Newmont Nusa Tenggara yang mengatakan :

“…Selama beroperasi PT. Newmont Nusa Tenggara telah

melahirkan 3 (tiga) Renstra Lima tahunan, dalam beberapa tahun sebelumnya kami pihak PT. Newmont Nusa Tenggara dalam menyusun program yang dijadikan renstra lima tahun disusun oleh pihak independen yang dikontrak PT. Newmont Nusa Tenggara dengan motode penelitian ilmiah misalnya PRA, FGD dengan melibatkan masyarakat penerima program dan pihak terkait misalnya tokoh masyrakat, tokoh agama, tokoh pemuda, akademisi, pemerintah desa, instansi terkait di tingkat kecamatan dengan tujuan mencari masukan-masukan yang sekiranya menjadi program yang berorientasi kebutuhan masyarakat, akan tetapi mulai tahun 2013 metode PRA, FGD tidak lagi digunakan diganti dengan metode kuesioner. Selain itu kami dalam melaksnakan program tidak sepenuhnya mengacu pada renstra akan tetapi dapat berubah ditengah jalan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi sosial masyarakat dan program tersebut selalu dikoordinasikan dengan

pihak terkait atau pemerintah…” (bpk AW staf PT. Newmont Nusa

Tenggara).

Pernyataan di atas juga didukung oleh pernyataan salah satu informan yang juga menjadi mitra kerja PT. Newmont Nusa Tenggara sebagai berikut :

“…Dalam setiap tahap program CSR PT. NNT selalu bermitra

dengan NGO, pada tahap perencanaan dan evaluasi dilaksanakan oleh lembaga Transfor dan lain-lain, sedangkan pada tahap aplikasi PT. NNT bekerjasama dengan NGO, untuk kesehatan dengan NGO Lakmus, pendidikan dengan NGO YNTP, pertanian dengan NGO LP3SB, yang dituangkan dalam perjanjian kontrak kerja tahunan. Dalam pelaksanaan program oleh NGO, sekain melaksnakan program pengembangan masyarakat, juga melakukan

pemberdayaan masyarakat lokal dengan

memperkerjakan/melibatkan kader-kader atau CO (community

organizer) dari penduduk lokal dalam mengeksekusi program…”

(LMY Direktur Lakmus).

Semenjak beroperasinya PT. Newmont Nusa Tenggara telah melahirkan tiga renstar yaitu tahun 2004-2008, tahun 2009-2013 dan tahun 2014-2018. Dari tiga renstra tersebut terjadi perbedaan tujuan strategisnya, renstra tahun 2002 s/d 2013 ada lima tujuan strategis utama PT. Newmont Nusa Tenggara yaitu :

1. Bidang Pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan dasar dan menengah, pelayanan pendidikan non-formal, penyedian sarana dan prasarana pendidikan, peningkatan kapasitas guru serta

peningkatan keterampilan masyarakat melalui pelatihan, workshop dan kursus.

2. Bidang Pertanian, Kelautan dan Pariwisata bertujuan untuk meningkatkan kesejahtraan petani, nelayan dan masyarakat di sekitar lokasi pariwisata melalui beberapa program antara lain : bantuan peralatan dan sarana produksi pertanian dan nelayan, peningkatan nilai tambah produk, optimalisasi pengelolaan pariwisata dan promosi pasar. 3. Bidang Usaha Ekonomi Masyarakat bertujuan untuk meningkatkan

pendapatan rumah tangga dengan meningkatkan kesempatan penciptaan lapangan usaha serta meningkatkan keterampilan dan daya saing usaha lokal, guna mengurangi pengangguran dan merangsang penciptaan lapangan kerja.

4. Bidang Kesehatan bertujuan untuk meningkatkan standar kesehatan masyarakat demi terciptanya masyarakat yang sehat dan produktif melalui beberapa program antara lain : pendidikan kesehatan masyarakat, pelayanan kesehatan, penyediaan sarana dan prasaran kesehatan, dan peningkatan gizi masyarakat.

5. Bidang Sosial Budaya dan Agama bertujuan untuk mempertahankan dan melestarikan nilai-nilai, seni dan budaya yang ada di masyarakat sebagai upaya mewujudkan harmonisasi kehidupan bermasyarakat. Sedangkan renstra tahun 2014-2019 ada lima tujuan strategisnya yaitu :

1. Bidang Kesehatan : membantu pemerintah dalam membangun pelayanan kesehatan yang berkualitas menuju masyarakat sehat dan produktif.

2. Bidang Ekonomi : membantu pemerintah dalam meningkatkan pendapatan dan kesejahtraan masyarakat melalui penciptaan kesempatan kerja dan berwirausaha, terutama dalam sektor yang tidak berhubungan lansung dengan kegiatan tambang.

3. Bidang Pendidikan : membantu pemerintah dalam meningkatkan kualitas pendidikan formal dan non-formal untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat.

4. Bidang Sosial Budaya : membantu pemerintah dalam promosi dan apresiasi nilai sosial-budaya setempat menuju keharmonisan dan kerukunan masyarakat.

5. Bidang Lingkungan : membantu pemerintah dalam melestarikan lingkungan dan sumberdaya alam dengan meningkatkan kepedulian dan partisipasi masyarakat.

Tanggung jawab sosial PT. Newmont Nusa Tenggara kepada masyarakat lingkar tambang mencakup Kecamatan Jereweh, Maluk dan Sekongkang berjalan semenjak PT. Newmont Nusa Tenggara melakukan produksi Tahun 2000 yang mana program pemberdayaan berada di bawah departemen eksternal yang dieksekusi oleh YPESB (Yayasan Pengembangan Ekonomi Sumbawa Barat) sebuah yayasan yang didirikan oleh PT. Newmont Nusa Tenggara. Tetapi semenjak Tahun 2002 dibuat seksi Community Development (Comdev) untuk menjalankan program pemberdayaan masyarakat sesuai dengan kondisi masyarakat setempat

sehingga programnya berkisar di bidang pertanian dan peternakan serta didukung oleh program-program lain seperti pendidikan dan kesehatan.

Program CSR PT. Newmont Nusa Tenggara dibagi menjadi dua bagian yaitu pengembangan masyarakat dan pengembangan infrastruktur. Untuk pengembangan masyarakat bertujuan untuk meningkatkan sumber daya manusia sehingga menjadi terampil dan produktif serta meningkatkan taraf hidup sehingga menjadi masyarakat yang sejahtera. Pelaksanaan program pengembangan masyarakat PT. Newmont Nusa Tenggara bermitra dengan NGO lokal dengan tujuan untuk menciptakan lapangan pekerjaan dan memudahlan komunikasi dengan sasaran program, sedangkan untuk pengembangan infrastruktur bertujuan untuk memberikan sarana dan prasaran yang berkwalitas yang dapat memberikan manfaat bagi masyarakat banyak sehingga dapat mendukung kehidupan dan perekonomian masyarakat, pelaksanaan proyek fisik lebih banyak dikerjakan oleh kontraktor-kontraktor lokal dengan tujuan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat dan menciptakan lapangan pekerjaan. Realisasi anggaran CSR PT. Newmont Nusa Tenggara dapat kita lihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 15. Realisasi Anggaran CSR PT. Newmont Nusa Tenggara Tahun 2011-2013 NO KEGIATAN TAHUN 2011 % 2012 % 2013 % 1 Pengembangan Masyarakat Bidang Kesehatan 6.610.000.000 33,18 7.466.360.000 27,35 5.029.176.440 19,24 Total Pemberdayaan Masyarakat 19.921.496.020 27.297.985.500 26.144.986.450 2 Pengembangan Infrastruktur Sarana Kesehatan 1.296.626.000 5,56 1.923.566.720 5,68 1.375.566.720 8,16 Total Infrastruktur 23.313.870.000 33.881.461.120 16.856.878.390

Sumber : PT. Newmont Nusa Tenggara

Berdasarkan data di atas, pada Tahun 2011 anggaran untuk pemberdayaan bidang kesehatan sebesar Rp 6.610.000.000 atau 33,18% dari total anggaran CSR PT. Newmont Nusa Tenggara sebesar Rp 19.921.496.020, pada Tahun 2012 anggaran pemberdayaan bidang kesehatan sebesar Rp 7.466.360.000 atau 27,35% dengan total anggaran Rp 27.297.985.500, sedangkan pada Tahun 2013 sebesar Rp 5.029.176.440 atau 19,24% dari total anggaran sebesar Rp 26.144.986.450. Hal ini tergambar bahwa anggaran CSR PT. Newmont Nusa Tenggara dari tahun ke tahun mengalami fluktuatif dan begitu juga dengan anggaran untuk bidang kesehatan, dengan kondisi demikian menyebabkan program yang dilaksanakan tidak konsisten tiap tahunnya. Hal ini seperti pernyataan salah satu informent kami yang mengatakan sebagai beriktu.

“....Belum terlihat program yang berkelanjutan, hal ini terlihat dari model program yang terputus-putus setiap tahunnya sehingga program-program yang dikembangkan tidak dapat dilaksnakan secara maksimal, dan belum adanya sinergitas antara satu program dengan program lainnya (misalnya : program kesehatan dengan

program pertanian dan program lainnya)…” (Bpk LMY Direktur Lakmus ).

Dengan keterbatasan sumberdaya manusia dan untuk memberdayakan masyarakat dan menciptakan lapangan kerja, dalam menjalankan program perberdayaan masyarakat pihak PT. Newmont Nusa Tenggara selalu bekerjasama dengan pihak lain (LSM lokal) yang memiliki spesialisai dimasing-masing bidang sehingga dapat mempermudah baik cara komunikasi dengan masyarakat maupun evaluasi yang dilakukan oleh pihak PT, Newmont Nusa Tenggara sebagai pemberi dana program. Kondisi ini didukung oleh pernyataan bapak LMY selaku mitra kerja PT. Newmont Nusa Tenggara yaitu :

”…. Semenjak eksploitasi kami PT. Newmont Nusa Tenggara

melakukan program pemberdayaan masyarakat selalu bermitra dengan pihak ketiga mengingat PT. Newmont Nusa Tenggara memiliki keterbatasan sumberdaya manusia dan bertujuan untuk menciptakan lapangan kerja bagi para pencari kerja yang tidak dapat bekerja di PT. Newmont Nusa Tenggara dan untuk memudahkan komunikasi dengan masyarakat setempat serta

mempermudah evaluasi program pemberdayaannya…” (pernyataan

bapak AW staf PT. Newmont Nusa Tenggara tahun 2014).

Selain bermitra dengan pihak LSM, dalam menjalankan program pemberdayaan masyarakat pihak PT. Newmont Nusa Tenggara selalu bermitra dengan dinas terkait, mengingat sasaran program yang sama serta program pemberdayaan masyarakat yang bersifat mensuport program pemerintah yang memiliki keterbatasan sumber dana, sementara permasalahan di masyarakat khususnya bidang kesehatan sangat konpleks. Dengan keberadaan program pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan dan lainnya pemerintah merasa terbantu karena ada beberapa program yang dapat terlaksana, misalnya program pemberian makanan bergizi bagi bayi balita yang gizi kurang dan gizi buruk, pemeriksaan oleh dokter spesialis, pemeberian makanan pada saat posyandu, beberapa tahun ada pemberian insentif kader posyandu, pembangunan gedung posyandu, pelatihan kader, program kesehatan lingkungan dengan pengadaan truk sampah, penyuluhan kesehatan lingkungan.

”...Saya menjadi pendamping program kesehatan semenjak eksploitasi PT. Newmont Nusa Tenggara tahun 1999, pada awalnya lembaga mitra adalah YKSSI salah satu lembaga yang berdomisili di ibu kota provinsi NTB, tetapi semenjak Tahun 2006 PT. Newmont Nusa Tenggara memiliki kebijakan pemberdayaan lembaga/LSM local kahirnya kami bersama teman-teman local

membentuk Lakmus (Aliansi untuk Pemberdayaan Kesehatan

Dokumen terkait