• Tidak ada hasil yang ditemukan

Model Sinergitas Stakeholder Dalam Pengembangan Posyandu Plus Di Wilayah Tambang.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Model Sinergitas Stakeholder Dalam Pengembangan Posyandu Plus Di Wilayah Tambang."

Copied!
105
0
0

Teks penuh

(1)

MODEL SINERGITAS STAKEHOLDER

DALAM PENGEMBANGAN POSYANDU PLUS

DI WILAYAH TAMBANG

TAUFIKURRAHMAN

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK

CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Model Sinergitas Stakeholder Dalam Pengembangan Posyandu Plus Di Wilayah Tambang adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2015

(3)

RINGKASAN

TAUFIKURRAHMAN. Model Sinergitas Stakeholder dalam Pengembangan Posyandu Plus di Wilayah Tambang. Dibimbing oleh Dr TITIK SUMARTI dan Dr RILUS A, KINSENG.

Partisipasi masyarakat berarti keterlibatan masyarakat atau mengambil bagian, baik dalam perencanaan, pelaksanaan maupun evaluasi program posyandu, baik yang dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Sumbawa Barat dan PT. Newmont Nusa Tenggara. Tujuan kajian adalah: tujuan utama adalah untuk merumuskan model sinergitas stakeholder dalam pengembangan posyandu plus di wilayah tambang. Tujuan spesifik sebagai berikut: 1) mengkaji senergitas kebijakan pemerintah daerah Kabupaten Sumbawa Barat dan PT. Newmont Nusa Tenggara dalam pengembangan posyandu; 2) mengkaji partisipasi masyarakat dalam program posyandu ; dan 3) merumuskan model pengembangan posyandu plus di wilayah tambang.

Metode penelitian adalah metode kualitatif dengan 10 orang informan yang terdiri dari tokoh masyarakat, tokoh agama, akademisi, tokoh perempuan, pemerintah dan swasta. Penelitian menunjukkan bahwa sinergitas kebijakan pemerintah daerah Kabupaten Sumbawa Barat dan PT. Newmont Nusa Tenggara masih kurang dan tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan posyandu masih kurang (belum mencapai target pemerintah daerah) sehingga diperlukan model pengembangan masyarakat berbasis posyandu yang mengintegrasikan semua bidang atau disebut posyandu plus.

(4)

SUMMARY

Taufikurrahman. Synergy Model Stakeholders in Development of Integrated Service Post in Mine Areas. Supervised by Dr. Titik Sumarti and Dr Rilus A, Kinseng.

Community participation means the involvement of the community or take part, both in the planning, implementation and evaluation of Posyandu program, both implemented by the West Sumbawa regency administration and PT. Newmont Nusa Tenggara. The purpose of the study is: the main objective is to formulate a model of synergy between stakeholders in the development of Posyandu plus in the mine area. The following specific objectives: 1) assessing the policy senergitas West Sumbawa Regency government and PT. Newmont Nusa Tenggara in the development of neighborhood health center; 2) assess public participation in integrated service post program; and 3) formulating development integrated service post models in the mine area.

The research method is qualitative method with 10 informants consisting of community leaders, religious leaders, academics, women leaders, government and private. Research shows that the synergy of government policies of West Sumbawa and PT. Newmont Nusa Tenggara regency is still lacking and the level of community participation in integrated service post activities are lacking (not yet reached the target of local government) so that the necessary community-based development model that integrates all areas of neighborhood health center or called integrated service post.

(5)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan

tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(6)

MODEL SINERGITAS STAKEHOLDER

DALAM PENGEMBANGAN POSYANDU PLUS

DI WILAYAH TAMBANG

TAUFIKURRAHMAN

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional Pengembangan Masyarakat

pada

Program Studi Pengembangan Masyarakat

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(7)
(8)

Judul Kajian :Model Sinergitas Stakeholder Dalam Pengembangan Posyandu Plus Di Wilayah Tambang

Nama : Taufikurrahman NIM : I354120235

Disetujui oleh

Komisi Pembimbing

Dr Ir Titik Sumarti MC, MS Dr Rilus A. Kinseng MA Ketua Anggota

Diketahui oleh

Koordinator Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana Pengembangan Masyarakat

(9)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang maha pengasih dan penyayang atas segala Rahmat dan Nikmat-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam kajian ini adalah Model Sinergisitas Stakeholder Dalam Pengembangan Posyandu Plus di Wilayah Tambang.

Terima kasih penulis ucapkan kepada :

1. Ibu Dr Titik Sumarti MC, MS dan Dr Rilus A, Kinseng, MA selaku pembimbing dan Ir. Fredian Tonny, MSc yang telah banyak memberi saran dan masukan demi kesempurnaan kajian ini.

2. Pengelola dan staf PS MPM SPs IPB, teman-teman mahasiswa MPM Kabupaten Sumbawa Barat.

3. Ungkapan terima kasih yang tak terhingga penulis sampaikan kepada Bapak M. Amin, AMa. Pd, Ibu Aisyah, istriku tercinta Fathol Asmi, SPd. Sd dan anak-anakku tersayang Dzakiyyah dan Kaiyyisah atas do‟a dan kasih sayangnya.

4. Manajemen PT. Newmont Nusa Tenggara dan Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat.

5. Staf Lakmus atas dukungan dan do‟anya.

6. Informant yang telah memberikan banyak informasi demi terselasainya kajian ini.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, September 2015

(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 2

Perumusan Masalah 9

Tujuan Penelitian 10

Manfaat Kajian 10

Ruang Kajian 10

PENDEKATAN TEORITIS 13

Tinjauan Pustaka 13

Kerangka Pemikiran 22

METODE KAJIAN 25

Lokasi dan Waktu Kajian 25

Pendekatan Kajian 25

Perencanaan Strategis 27

PROFIL KOMUNITAS 29

Gambaran Umum Masyarakat Desa Goa 29

Gambaran Umum dan Kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten

Sumbawa Barat 36

Gambaran Umum dan Program PT. Newmont Nusa Tenggara 37

EVALUASI KEBIJAKAN DAN PROGRAM 39

Kebijakan Pemerintah Bidang Kesehatan dan Program Posyandu 39 Kebijakan PT. Newmont Nusa Tenggara Melalui CSR Bidang

Kesehatan 42

Partisipasi Masyarakat Dalam Program Posyandu 48 ANALISIS DAN SINTESIS SINERGITAS STAKEHOLDER

DAN PARTISIPASI MASYARAKAT 51

Kebijakan Pemerintah 51

Kebijakan CSR PT. Newmont Nusa Tenggara Dalam

Pengembangan Posyandu 54

Partisipasi Masyarakat Dalam Kegiatan Posyandu 63

PERANCANGAN AKSI 75

KESIMPULAN DAN SARAN 83

Kesimpulan 83

Saran 83

DAFTAR PUSTAKA 85

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Piramida CSR Menurut Archie B. Carrol 17

Gambar 2 Kerangka Pemikiran 23

Gambar 3 Reduksi Data, Penyajian Data dan Penarikan

Kesimpulan 26

Gambar 4 Rata-rata Capaian Hasil Posyandu di Desa Goa 46 Gambar 5 Jumlah Kasus Bayi Balita GB dan GK di Desa Goa 47

Gambar 6 Tahapan Kebijakan Publik 51

Gambar 7 Struktur Pengorganisasian Pokjanal Posyandu

Permendagri No 45 Tahun 2007 53

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Data Angka Harapan Hidup, Angka Kematian Ibu, Angka Kematian Balita dan Gizi Buruk di Kabupaten Sumbawa

Barat Tahun 2011-2013 1

Tabel 2 Jumlah Anggaran Program PNPM GSC Bidang Kesehatan di Kejamatan Jereweh Tahun 2010-2013 4 Tabel 3 Jumlah Anggaran Program PNPM GSC Bidang

Kesehatan di Desa Goa Tahun 2010-2013 5 Tabel 4 Data Hasil Pemantauan Gizi di Wilayah Puskesmas

Jereweh Tahun 2010-2012 7

Tabel 5 Jumlah Posyandu di Wilayah Tambang PT. Newmont Nusa Tenggara (Kecamatan Jereweh, Maluk dan

Sekongkang) Tahun 2013 8

Tabel 6 Informant Menurut Satus Sosial di Masyarakat Desa Goa 25 Tabel 7 Penggunaan Lahan/Tanah di Desa Goa Tahun 2012 29 Tabel 8 Perkembangan Jumlah Komposisi Penduduk Menurut

Katagori Usia di Desa Goa Tahun 2011 dan 2012 30 Tabel 9 Jumlah Rumah Tangga, Jumlah Penduduk Laki-laki,

Jumlah Penduduk Perempuan, Total Penduduk dan Jumlah Sex Ratio di Desa Goa Tahun 2011 dan 2012 31 Tabel 10 Jumlah Penduduk Desa Goa Berdasarkan Mata

Pencaharian Tahun 2012 31

Tabel 11 Luas Wilayah kabupaten Sumbawa Barat Menurut

Kecamatan Tahun 2008 37

Tabel 12 Hasil Kegiatan Posyandu di Desa Goa Tahun 2010-2012 40 Tabel 13 Data Hasil Kegiatan Pemantauan Gizi di Wilayah

Puskesmas Jereweh Tahun 2010-2012 45

Tabel 14 Jumlah Anggaran Insentif Kader Posyandu di Kabupaten

Sumbawa Barat Tahun 2012-2014 47

Tabel 15 Realisasi Anggaran CSR PT. Newmont Nusa Tenggara

Tahun 2011-2013 59

Tabel 16 Data Hasil Kegiatan Posyandu Wilayah Puskesmas di Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2011, 2012 dan 2013 65 Tabel 17 Data Aktual D/S Hasil Kegiatan Posyandu di Kecamatan

Jereweh Tahun 2011-2013 65

Tabel 18 Data Aktual D/S Hasil Kegiatan Posyandu di Desa Goa

(13)

PENDAHULUAN

Visi pembangunan nasional tahun 2005-2025 sebagaimana ditetapkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 adalah

„INDONESIA YANG MANDIRI, MAJU, ADIL DAN MAKMUR„. Untuk

mewujudkan visi tersebut ditetapkan 8 (delapan) arah pembangunan jangka panjang, yang salah satunya adalah mewujudkan bangsa yang berdaya saing.

Untuk mewujudkan bangsa yang berdaya saing, salah satu arah yang ditetapkan adalah mengedepankan pembangunan sumber daya manusia, yang ditandai dengan meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Unsur-unsur penting bagi peningkatan IPM adalah derajat kesehatan, tingkat pendidikan, dan pertumbuhan ekonomi. Derajad kesehatan dan tingkat pendidikan pada hakekatnya adalah investasi bagi terciptanya sumber daya manusia berkualitas, yang selanjutnya akan mendorong pertumbuhan ekonomi dan menurunkan tingkat kemiskinan. Dalam rangka mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, pembangunan kesehatan harus diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang.

Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik yang tangguh, mental yang kuat dan kesehatan yang prima di sampingpenguasaan terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi. Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Di kabupaten Sumbawa Barat, berdasarkan indikator derajat kesehatan, menunjukkan bahwa derajat kesehatan sudah baik, dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini :

Tabel 1.Data Angka Harapan Hidup, Angka Kematian Ibu, Angka Kematian Balita dan Gizi Buruk di kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2011-2013.

No Indikator Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013

1 Angka Harapan Hidup 61,28 61,45 61,66

2 Angka Kematian Ibu 255/100.000 212/100.000 116/100.000

3 Angka Kematian Bayi 22/1000 13/1000 9/1000

4 Angka Gizi Buruk 14 5 6

(14)

Keberhasilan pembangunan nasional bukan semata-mata menjadi tanggungjawab pemerintah saja, akan tetapi peran pihak lain sangat dibutuhkan yaitu swasta dengan program pemberdayaannya dan masyarakat sebagai subyek pembangunan untuk lebih aktif dan kreatif sehingga apapun program pemerintahyang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat akan berkelanjutan.

Keberadaan PT. Newmont Nusa Tenggara tetap berkomitmen untuk mendukung program pemerintah dengan program Community Development diberbagai bidang seperti pendidikan, kesehatan, pertanian, dan pengembangan ekonomi masyarakat, sehingga model kerjasama dalam berbagai program yang tujuannya adalah semata-mata untuk mensejahterakan masyarakat Kabupaten Sumbawa Barat khususnya masyarakat di wilayah operasional tambang.Dalam rangka menjaga eksistensi suatu perusahaan, maka perusahaan itu harus dapat menjaga keseimbangan hubungan baik dengan pihak lain yang dapat mempengaruhi eksistensi perusahaan dan Good Bussiness. Keseimbangan dapat dijaga dengan melakukan Corporate Social Responsibility (CSG).

Latar Belakang

Pembangunan kesehatan adalah bagian dari pembangunan nasional yang bertujuan meningkatkan kesadaran,kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Pembangunan kesehatan tersebut merupakan upaya seluruh potensi bangsa Indonesia baik masyarakat, swasta maupun pemerintah. Pembangunan kesehatan harus diimbangin dengan intervensi prilaku yang memungkinkan masyarakat lebih sadar,mau dan mampu melakukan hidup sehat sebagai prasyarat pembangunan yang berkelanjutan(sustainable development).

Pembangunan kesehatan juga tidak lepas dari komitmen Indonesia sebagai warga masyarakat dunia untuk ikut merealisasi tercapainya

Millenium Development Goals (MDGs). Dalam MDGs tersebut, kesehatan dapat dikatakan sebagai unsur dominan, karena dari delapan agenda MDGs lima diantaranya berkaitan langsung dengan kesehatan, dan tiga yang lain berkaitan secara tidak langsung. Lima agenda yang berkaitan langsung dengan kesehatan itu adalah Agenda ke-1 (Memberantas kemiskinan dan kelaparan), Agenda ke-4 (Menurunkan angka kematian anak), Agenda ke5 (Meningkatkan kesehatan ibu), Agenda ke-6 (Memerangi HIV dan AIDS, Malaria, dan penyakit lainnya), seta Agenda ke-7 (Melestarikan lingkungan hidup).

(15)

sumber daya dibidang kesehatan. Namun disamping itu, setiap orang juga tidak luput dari kewajiban-kewajiban dibidang kesehatan.

Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang ditandai penduduk yang hidup dengan perilaku dan dalam lingkungan sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang optimal diseluruh wilayah Republik Indonesia. Adapun tujuan utama dari pembangunan kesehatan yaitu :

1. Peningkatan kemampuan masyarakat untuk menolong dirinya sendiri dalam bidang kesehatan.

2. Perbaikan mutu lingkungan hidup yang dapat menjamin kesehatan. 3. Peningkatan status gizi masyarakat.

4. Pengurangan kesakitan (morbiditas) dan kematian (mortalitas), dan 5. Pengembangan keluarga sehat sejahtera.

Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan dan melandaskan pada memperhatikan kebijakan umum yang dikelompok sebagai berikut :

1. Peningkatan Kerjasama Lintas Sektoral.

2. Peningkatan Prilaku,Pemberdayaan Masyarakat dan Kemitraan Swasta. 3. Peningkatan Kesehatan Lingkungan.

4. Peningkatan Upaya Kesehatannya. 5. Peningkatan Sumber Daya Kesehatan.

6. Peningkatan Kebijakan dan Manajemen Pembangunan Kesehatan. 7. Peningkatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Kesehatan, dan 8. Peningkatan Lingkungan Sosial Budaya.

Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan dilaksanakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar/sosial dasar untuk mempercepat penurunan Angka Kematian Ibu dan angka Kematian Bayi.Posyandu merupakan sarana atau lembaga non formal sebagai tempat berkumpulnya masyarakat khususnya kelompok ibu-ibu, karena perempuan lebih banyak berperan dalam aktifitas keluarga, salah satunya adalah keterlibatan dalam kegiatan posyandu. Posyandu dapat dijadikan sebagai tempat untuk memberikan informasi-informasi tentang program baik yang dilakukan oleh pemerintah ataupun pihak swasta dan bidang-bidang lainnya seperti : pertanian, ekonomi dan pendidikan, selain bidang kesehatan, mengingat sasaran program baik program pemerintah ataupun swasta sebagian besar adalah ibu-ibu dan menjadi sasaran program bidang lainnya.

(16)

memperkuat antar kegiatan dan program untuk kelangsungan pelayanan di posyandu sesuai dengan situasi/kebutuhan lokal yang dalam kegiatannya tetap memperhatikan aspek pemberdayaan masyarakat.

Dalam pelaksanaan program kesehatan di masyarakat pada dasarnya banyak pihak yang terlibat seperti yang terjadi di wilayah Kecamatan Jereweh. Pihak-pihak tersebut adalah pemerintah mulai dari Kabupaten sampai tingkat desa; Dinas Kesehatan dan PNPM GSC, swasta (PT Newmont Nusa Tenggara), NGO pendamping dan masyarakat sebagai subyek program.

Adapun program kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah melalui Dinas Kesehatan yang pelaksanaan ditingkat kecamatan (Puskesmas) mencakup : (1) Kesehatan Ibu dan Anak, (2) Perbaikan Gizi Masyarakat, (3) Promosi Kesehatan, (4) Kesehatan Lingkungan, (5) Pengendalian Penyakit, dan (6) Pengobatan Dasar (Pelayanan di Puskesmas).

Selain program yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan di kecamatan Jereweh ada program Pemberdayaan Nasional Pembangunan Masyarakat Generasi Sehat dan Cerdas (PNPM GSC) yang dilaksanakan semenjak tahun 2010 dan berlanjut sampai sekarang. Dalam penentuan program dengan sistem partisipatif yaitu melakukan musyawarah mulai dari tingkat RT sampai dengan desa yang melibatkan penerima manfaat program dan mitra kerja, pelaksanaannya difasilitasi oleh fasilitator masing-masing desa.

Jumlah anggaran program PNPM GSC khususnya program kesehatan di kecamatan Jereweh dari tahun 2010 – 2013 dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 2. Jumlah Anggaran Program PNPM GSC Bidang Kesehatan di Kecamatan Jereweh Tahun 2010-2013

NO Tahun Anggaran Jumlah Anggaran

(Rp) Capaian

1 2010 437.064.600 100 %

2 2011 646.507.900 100 %

3 2012 683.858.000 100 %

4 2013 404.776.600 100 %

Sumber : Laporan PNPMGSC Kecamatan Jereweh

(17)

Tabel 3.Jumlah Anggaran ProgramPNPM GSC Bidang Kesehatan di Desa Goa Tahun 2010-2013

NO Tahun Anggaran Jumlah Anggaran

(Rp) Capaian

1 2010 52.739.200 100 %

2 2011 153.685.800 100 %

3 2012 140.959.800 100 %

4 2013 72.461.600 100 %

Sumber : Laporan PNPM GSC Kecamatan Jereweh

Anggaran PNPN GSC dari Tahun 2010 mengalami peningkatan di Tahun 2011 sebesar 291,4%. Peningkatan ini disebabkan adanya program fisik yaitu rehap 1 unit posyandu beserta fasilitas bermain dan bantuan bangku belajar untuk SDN Goa, tetapi mengalami penurunan pada Tahun 2012 dan Tahun 2013. Hal ini disebabkan masih adanya sisa anggaran tahun sebelumnya yang harus dihabiskan karena pencairan anggaran tidak pada awal tahun berjalan sehingga program asal-asalan yang penting anggaran habis, hal ini sesuai dengan pernyataan informen yaitu :

“…akibat tidak pada awal tahun berjalan waktu pencairan dana

program menyebabkan anggaran tidak bisa habis terpakai pada tahun berjalan sehingga harus dilanjutkan pada tahun berikutnya

dan kami harus menyusun program tambahan…”(Ibu Nr PL PNPM

GSC).

Kematian ibu, bayi dan balita menjadi fokus perhatian pemerintah khususnya Dinas Kesehatan karena menjadi isu dalam MDGs.Untuk menanggulangi kematian ibu, bayi dan balita serta gizi buruk dan kurang adalah denganprogram POSGIAT (Pos Gizi Masayarakat) yang diprakarsai oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa Barat. POSGIAT adalah metode penanganan kasus bayi balita gizi kurang dan buruk keluarga miskin dengan memberikan pengetahuan tentang makanan sehat berbahan lokal kepada orang tua yang didampingi oleh kader posyandu.(sumber rujukan: Dinas Kesehatan Sumbawa Barat, 2013).

POSGIAT adalah salah satu bentuk program kerjasama antara pemerintah dan PT Newmont Nusa Tenggara, pemerintah berperan sebagai tenaga tekhnis yang memberikan pengetahuan kepada sasaran posyandu tentang makanan sehat berbahan lokal dan PT Newmont Nusa Tenggara berperan sebagai pemberi anggaran sedangkan kader posyandu sebagai pengorganisir sasaran posyandu.

(18)

a. Bidang kesehatan, b. Bidang pendidikan c. Bidang pertanian d. Bidang ekonomi dan

e. Bidang sosial budaya dan agama.

Untuk program kesehatan adalah programnya bersifat support program yang telah direncanakan oleh dinas kesehatan Kabupaten Sumbawa Barat merupakan kebutuhan masyarakat, akan tetapi tidak dapat dilaksanakan karena keterbatasan anggaran. Jadi program CSR PT. Newmont Nusa Tenggara bukan program baru, sehingga ada pembagian peran antara pemerintah dan PT Newmont Nusa Tenggara. Adapun tujuan utama program CSR dibidang kesehatan masyarakat yang dilaksanakan oleh PT. Newmont Nusa Tenggara adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, untuk mencapai tujuan tersebut ada beberapa jenis kegiatan yang telah dilakukan oleh perusahaan antara lain :

1. Kesehatan Ibu dan Anak

a. Pemberian PMT penyuluhan di posyandu.

b. Pemberian PMT pemulihan bagi Bumil KEK di posyandu. c. Pemberian PMT pemulihan bagi bayi balita KEP di posyandu. d. Penyuluhan demo menu sehat di posyandu program POSGIAT

(Pos Gizi Masyarakat). 2. Penguatan kapasitas posyandu

a. Pelatihan kader posyandu.

b. Pemberian insentif kader posyandu. 3. Kesehatan lingkugan

a. Survey PHBS rumah tangga.

b. Penyuluhan PHBS (Prilaku Hidup Bersi dan Sehat). c. Kunjungan rumah bagi masyarakat yang tidak ber PHBS.

Alur program pemberdayaan masyarakat PT. Newmont Nusa Tenggara dibidang kesehatan adalah :

1. Perencanaan dengan sistem PRA di masing-masing Desa di Kecamatan Jereweh, Maluk dam Sekongkang sehingga melahirkan Rencana Strategis.

2. Program yang dilaksanakan adalah program yang disesuaikan dengan kondisi anggaran yang menjadi kebutuhan mendasar dengan skala prioritas dalam program.

3. Pendampingan program oleh lembaga mitra yang bekerja sama dengan instansi terkait dan pemerintah kecamatan dan desa.

(Sumber hasil PL2 evaluasi program PT. Newmont Nusa Tenggara).

(19)

PMT pemulihan dengan bahan lokal dengan standar gizi yang telah ditentukan oleh petugas gizi puskesmas.Dengan adanya program Comdev PT. Newmont Nusa Tenggara yang bekerja sama dengan Dinas Kesehatan (Puskesmas Jereweh) dari Tahun 2011 dalam bentuk program POSGIAT (Pos Gizi Masyarakat) di posyandu dapat menurunkan angka kasus gizi kurang dan buruk di Desa Goa.

Tabel 4. Data Hasil Pemantauan Gizi dari Tahun 2011-2013

No Uraian 2011 (%) 2012 (%) 2013 (%)

1 Bayi Balita Gizi Kurang 0,05 0,03 0,03

2 Bayi Balita Gizi Buruk 0,005 0,004 0,003

Sumber : Data Petugas Gizi Puskesmas Jereweh Desember tahun 2012

Berdasarkan data di atas angka gizi kurang dan gizi buruk dari Tahun 2011 terus mengalami penurunan hal ini disebabkan adanya program Posgiat (Pos Gizi Masyarakat) menggunakan bahan lokal yang bergizi tinggi yang diberikan setiap minggu selama 3 bulan yang dimonitor oleh kader posyandu.Selain makanan berbahan lokal, juga diberikan suplemen penambah nafsu makan dan pemeriksaan ke dokter spesialis anak untuk memastikan bayi balita tidak terdapat penyakit yang tetap menyebabkan perkembangan anak tidak normal.Program Posgiat adalah kerjasama antara Puskesmas Jereweh sebagai tenaga tekhnis dan PT. Newmont Nusa Tenggara menyiapkan anggaran.

Pelaksanaan posyandu di wilayah tambang dilaksanakan setiap bulan dan terjadwal yang telah disusun oleh Puskesmas.Dalam pelaksanaannya kader posyandu yang dibantu oleh pemerintah Desa yaitu RT dan Kepala Dusun membantu memberikan informasi kepada sasaran posyandu melalui media pengeras suara dan sistem undangan yang dibagikan oleh kader posyandu.Masyarakat yang menjadi kader posyandu adalah penduduk asli masing-masing desa sehingga mempermudah komunikasi dengan sasaran posyandu.Untuk legalitas formal kader posyandu mendapat SK pengangkatan dari Kepala Desa karena syarat sebuah posyandu untuk bisa mendapat dukungan anggaran baik dari pemerintah ataupun swasta posyandu dan kadernya harus legal.

(20)

Table 5.Jumalah Posyandu di Wilayah Tambang PT. Newmont Nusa Tenggara Tahun 2013

No Kecamatan Desa Jumlah Posyandu

1 Jereweh Belo 6

Beru 6

Goa 3

Dasan 3

2 Maluk Benete 4

Maluk 3

Bukit Damai 2

Pasir Putih 3

Mantun 3

3 Sekongkang Sekongkang Atas 3

Sekongkang Bawah 2

Kemuning 2

Tongo 3

Ai Kangkung 3

Tatar 2

Lemar Lempo 1

Talonang 1

Total 50

Sumber : Puskesmas Kecamatan Jereweh, Maluk dan Sekongkang

Penerapan CSR di Indonesia semakin meningkat dalam hal kuantitas maupun kualitas serta keragaman kegiatan dan pengelolaannya. Perihal penerapan CSR di Indonesia telah diatur dalam beberapa peraturan perundang-undangan dan keputusan menteri. Pelaksanaan CSR bagi penanam modal diatur pemerintah melalui UU No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal Luar Negeri No. 67 TLN No. 4274.Undang-undang ini disahkan padaTanggal 26 April 2007. Kewajiban CSR terdapat pada Pasal 15 dan Pasal 34 UU tersebut. PadaPasal 15 huruf b;Setiap penanam modal berkewajiban menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan; membuat laporan tentang kegiatan penanaman modal dan menyampaikan kepada Badan Koordinasi Penanaman Modal; menghormati tradisi masyarakat sekitar lokasi kegiatan usaha penanaman modal; mematuhi semua ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pelaksanaan CSR bagi Perseroan Terbatas (PT) diaturdalam UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Undang-undang ini berlaku sejak tanggal 16 Agustus 2007. Dalam pasal 74 ayat (1). Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya dibidang atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan.

(21)

melaksanakan kewajiban sosialnya terhadap masyarakat sekitar perusahaan melalui program CSRnya diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Sumbawa Barat No 34 Tahun 2011.

Masalah kesehatan dimasyarakat mulai dari masalah penyakit yang disebabkan oleh lingkungan, kematian ibu dan anak, gizi kurang dan buruk yang ada di Kabupaten Sumbawa Barat, dan khususnya di wilayah tambang PT. Newmont Nusa Tenggara. Dengan adanya sinergitaspemerintah, swasta, NGO dan masyarakatantar program berbasis posyandu, maka akan melahirkan suatu program yang efektif dan bermanfaat bagi masyarakat.Sinergitasyang terjadi pada saat ini hanyak pada program kesehatan,sedangkan dengan program lainnya masih bersifat ego sektoral, sehingga menjadi daya tarik peneliti untuk mengkaji bagaimana model sinergitas stakeholder dalam pengembangan posyandu plus di wilayah tambang?

Perumusan Masalah

Kabupaten Sumbawa Barat merupakan kabupaten yang baru hasil pemekaran dari Kabupaten induk Kabupaten Sumbawa, akan tetapi banyak terobosan yang telah dilakukan oleh pemerintah diberbagai bidang, khususnya dibidang kesehatan misalnya kebijakan pengobatan gratis bagi seluruh masyarakat Kabupaten Sumbawa Barat, ambulan gratis, persalinan gratis di petugas dan fasilitas kesehatan, bantuan biaya berobat lanjut kelas tiga di fasilitas kesehatan pemerintah.Hal ini semua sebagai bentuk perhatian dan tanggung jawab pemerintah untuk memberikan pelayanan maksimal bagi masyarakat.

PT. Newmont Nusa Tenggara mulai beroperasi di Kabupaten Sumbawa Barat semenjak Tahun 1986 dan mulai Tahun 1999 sudah mulai melaksanakan kegiatan CSRnya dibidang kesehatan, pendidikan, pertanian dan ekonomi masyarakat. Pelaksanaan program dibidang kesehatan telah dilaksanakan oleh perusahaan semenjak Tahun 1999 dalam beberapa kegiatan antara lain pendampingan posyandu, kesehatan ibu dan anak, kesehatan lingkungan dan peningkatan kapasitas tenaga medis. Dengan adanya program dibidang kesehatan ini, ada beberapa keuntungan diantaranya pelaksanaan posyandu berjalan sesuai jadwal dan ada makanan tambahan penyuluhan bagi sasaran posyandu yang sebelum adanya PT. Newmont Nusa Tenggara tidak ada pemberian makanan tambahan bagi ibu kekurangan energi kronis (KEK), serta bayi balita yang kekurangan energi protein (KEP), demo menu sehat yang berbahan baku lokal serta insentif kader posyandu, pendidikan dan penyuluhan PHBS (prilaku hidup bersih dan sehat) dimasyarakat dan sekolah.

(22)

Sumbawa Barat dan CSR PT. Newmont Nusa Tenggara dalam pengembangan posyandu di wilayah tambang ?

Keberhasilan sebuah program dapat dilihat dari tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan atau program baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun swasta. Dalam kegiatan posyandu keberhasilan program diukur denganjumlah D/S (jumlah yang datang ke posyandu dibagi sasaran posyandu). Sasaran posyandu memiliki karakteristik masyarakat yang berbeda akan tetapi tingkat partisipasi masyarakat juga berbeda, posyandu yang masyarakatnya ekonomi menengah, pendidikan tinggi tetapi angka partisipasinya rendah, berbeda dengan posyandu yang masyarakatnya ekonomi menengah kebawah dan pendidikan menengah tetapi tingkat partisipasi masyarakatnya tinggi, dengan demikian penulis tertarik untuk mengetahui sejauh manapartisipasi masyarakat dalam kegiatan posyandu?

Tujuan Penelitian

Dalam menjawab semua permasalahan maka tujuan penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengkaji sinergitas kebijakan pemerintah daerah Kabupaten Sumbawa Barat dan PT Mewmont Nusa Tenggara dalam pengembangan posyandu.

2. Mengkaji partisipasi masyarakat dalam program posyandu.

3. Merumuskan model pengembangan posyandu plus di wilayah tambang.

Manfaat Kajian

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah:

1. Bagi pemerintah yaitu sebagai bahan masukan dalam pembuatan dan penerapan kebijakan dibidang kesehatan.

2. Bagi masyarakat sebagai pengetahuan tentang pentingnya partisipasi dalam pemberdayaan masyarakat khususnya bidang kesehatan.

3. Bagi pihak swasta yaitu menjadi acuan dalam pelaksanaan tanggungjawab sosialnya bagi masyarakat di wilayah operasi tambang. dan

4. Bagi ilmu pengetahuan yaitu untuk memperkaya keilmuan tentang pengembangan kesehatan masyarakat melalui posyandu dari perspektif pengembangan masyarakat.

Ruang Kajian

(23)

1. Melihat sejauhmana implementasi kebijakan pemerintah di bidang kesehatan.

2. Implementasi kebijakan swasta dengan CSRnya dibidang kesehatan. dan

3. Tingkat partisipasi masyarakat dalam pengembangan masyarakat di bidang kesehatan melalui pendekatan posyandu untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di wilayah tambang.

(24)
(25)

PENDEKATAN TEORITIS

Dalam bab ini akan memaparkan tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran. Tinjauan pustaka ini berisi tentang pengertian posyandu, pemberdayaan dan pengembangan masyarakat, Corporate Social Rensponsibility (CSR), partisipasi, kemitraan tiga sektor (pemerintah, swasta dan masyarakat) dan model sinergitas.

Tinjauan Pustaka

Pengertian Posyandu

Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan dilaksanakan dari, oleh untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar/sosial dasar untuk mempercepat penurunan Angka Kematian Ibu dan angka Kematian Bayi. (Kementrerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2013)

Posyandu yang terintegrasi adalah kegiatan pelayanan sosial dasar keluarga dalam aspek pemantau tumbuh kembang anak.Dalam pelaksanaannya dilakukan secara koordinatif dan integratif serta saling memperkuat antar kegiatan dan program untuk kelangsungan pelayanan di posyandu sesuai dengan situasi/kebutuhan lokal yang dalam kegiatannya tetap memperhatikan aspek pemberdayaan masyarakat.

Kegiatan utama posyandu meliputi kegiatan pemantauan tumbuh kembang balita, pelayanan kesehatan ibu dan anak, seperti imunisasi mencakup pencegahan penyakit, penanggulangan diare, pelayanan KB, penyuluhan, dan konseling/rujukan konseling bila diperlukan.

Pemberdayaan dan Pengembangan Masyarakat

a. Pemberdayaan Masyarakat

Secara konsepsual, pemberdayaan atau pemberkuasaan (empowerment), berasal dari kata „power‟ (kekuasaan atau keberdayaan).

(26)

1. Bahwa kekuasaan dapat berubah. Jika kekuasaan tidak dapat berubah, pemberdayaan tidak mungkin terjadi dengan cara apapun.

2. Bahwa kekuasaan dapat diperluas. Konsep ini menekankan pada pengertian kekuasaan yang tidak statis, melainkan dinamis.

Definisi pemberdayaan banyak dikemukan oleh beberapa ahli ditinjau dari tujuan, proses, dan cara-cara pemberdayaan (Suharto, 2005 : 58-59) : 1. Pemberdayaan bertujuan untuk meningkatkan kekuasaan orang-orang

yang lemah atau tidak beruntung (ife, 1995).

2. Pemberdayaan adalah sebuah proses dengan mana orang menjadi cukup kuat untuk berpartisipasi dalam, berbagi pengontrolan atas, dan mempengaruhi terhadap, kejadian-kejadian serta lembaga-lembaga yang mempengaruhi kehidupannya. Pemberdayaan menekankan bahwa orang memperoleh keterampilan, pengetahuan, dan kekuasaan yang cukup untuk mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan orang lainyang menjadi perhatiannya (Parsons, et,al, 1994).

3. Pemberdayaan menunjuk pada usaha pengalokasikan kembali kekuasaan melalui pengubahan struktur sosial (Swift dan Levin, 1987). 4. Pemberdayaan adalah suatu cara dengan mana rakyat, organisasi dan

komunitas diarahkan akan mampu menguasai (atau berkuasa atas) kehidupannya (Rappaport, 1984).

Menurut Ife seperti dikutip dalam Suharto, (2005 : 59), pemberdayaan memuat dua pengertian kunci, kekuasaan dan kelompok lemah. Kekusaaan disini diartikan bukan hanyak menyangkut kekuasaan politik dalamarti sempit, melainkan kekuasaan atau penguasaan klien atas :

1. Pilihan-pilihan personal dan kesempatan-kesempatan hidup : kemampuan dalam membuat keputusan-keputusan mengenai gaya hidup, tempat tinggal, pekerjaan.

2. Pendefinisian kebutuhan : kemampuan menentukan kebutuhan selaras dengan aspirasi dan keinginannya.

3. Ide atau gagasan : kemampuan mengerkspresikan dan menyumbangkan gagasan dalam suatu forum atau diskusi secara bebas dan tanpa tekanan. 4. Lembaga-lembaga : kemampuan menjangkau, menggunakan dan

mempengaruhi pranata-pranata masyarakat, seperti lembaga kesejahtraan sosial, pendidikan dan kesehatan.

5. Sumber-sumber : kemampuan memobilisasi sumber-sumber formal, informal dan kemasyarakatan.

6. Aktivitas ekonomi : kemampuan memanfaatkan dan mengelola mekanisme produksi, distribusi, dan pertukaran barang serta jasa. 7. Reproduksi : kemampuan dalam kaitannya dengan proses kelahiran,

perawatan anak, pendidikan dan sosialisasi.

(27)

memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi maupun sosial seperti memiliki kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas dalam kehidupannya. Pengertian pemberdayaan sebagai tujuan seringkali dijadikan indikator keberhasilan pemberdayaan sebagai sebuah proses. (Suharto, 2005).

b. Pengembangan Masyarakat

Pengembangan masyarakat adalah suatu metode pekerjaan sosial yang tujuan utamanya untuk memperbaiki kualitas hidup masyarakat melalui pendayagunaan sumber-sumber yang ada pada mereka serta menekankan pada prinsip partisipasi sosial. Sebagai sebuah metode pekerjaan sosial, pemberdayaan masyarakat menunjuk pada interaksi aktif antara pekerja sosial dan masyarakat dengan mana mereka terlibat dalam proses perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi suatu program pembangunan kesejahtraan sosial (PKS) atau usaha kesejahtraan sosial (UKS), (Suharto, ed al 2005).

Kemudian dipaparkan oleh Suharto (2010), bahwa pengembangan masyarakat (community development) mengekspresikan nilai-nilai keadilan, kesetaraan, akuntabilitas, kesempatan, pilihan, partisipasi, kerjasama, dan proses belajar yang berkelanjutan. Pendidikan, pendampingan dan pemberdayaan adalah inti dari pengembangan masyarakat.Pengembangan masyarakat berkenaan dengan bagaimana mempengaruhi struktur dan relasi kekuasaan untuk menghilangkan hambatan-hambatan yang mencegah orang beradaptasi dalam kegiatan-kegiatan yang mempengaruhi kehidupan mereka.

Disebutkan pula oleh Suharto (2010), bahwa tujuan pengembangan masyarakat adalah memberdayakan individu-individu dan kelompok-kelompok orang melalui penguatan kapasitas (termasuk kesadaran, pengetahuan dan keterampilan-keterampilan) yang diperlukan untuk mengubah kualitas kehidupan komunitas mereka.Kapasitas tersebut seringkali berkaitan dengan penguatan aspek ekonomi dan politik melalui pembentukan kelompok-kelompok sosial besar yang bekerja berdasarkan agenda bersama.

Semua pengembangan masyarakat seharusnya bertujuan membangun masyarakat. pengembangan masyarakat melibatkan pengembangan modal sosial, memperkuat interaksi sosial dalam masyarakat, menyatukan mereka, dan membantu mereka untuk saling berkomunikasi dengan cara yang dapat mengarah pada dialog yang sejati, pemahaman dan aksi sosial. Hilangnya komunitas telah mengakibatkan perpecahan, isolasi dan individualisasi, dan pengembangan masyarakat mencoba membalik efek-efek ini. Pengembangan masyarakat sangat diperlukan jika pembentukan struktur dan proses level masyarakat yang baik dan langgeng ingin dicapai (Putnam dalamIfe, ed al. 2006).

(28)

masyarakat menerjemahkan nilai-nilai keterbukaan, persamaan, pertanggungjawaban, kesempatan, pilihan, partisipasi, saling menguntungkan, saling timbal balik, dan pembelajaran terus menerus.Inti dari pengembangan masyarakat adalah mendidik, membuat anggota masyarakat mampu mengerjakan sesuatu dengan memberikan kekuatan atau sarana yang diperlukan dan memberdayakan mereka (FCDL, dalam Zubaedi, 2013).

Corporate Social Responsibility (CSR)

CSR merupakan konsep yang terus berkembang namum belum memiliki sebuah defenisi standar maupun seperangkat kriteria spesifik yang diakui secara penuh oleh pihak-pihak yang terlibat di dalamnya.Secara konseptual, CSR juga bersinggungan dan bahkan sering dipertukarkan dengan frasa lain, seperti corporate rensponsibility, corporate sustainability, corporate accountabiity, corporate citizeship, dan corporate stewardship

(Suharto 2010).

Lebih lanjut Suharto (2010) memaparkan bahwa CSR diterapkan pada perusahaan-perusahaan yang beroperasi dalam konteks ekonomi global, nasional maupun lokal. Komitmen dan aktivitas CSR pada intinya merujuk pada aspek-aspek perilaku perusahaan(firm’s behavior), termasuk kebijakan dan program perusahaan yang menyangkut dua elemen kunci:

1. Good corporate governance : etika bisnis, manajemen sumber daya manusia, jaminan soisal bagi pegawai negeri, serta kesehatan, dan keselamatan kerja.

2. Good corporate responsibility : pelestarian lingkungan, pengembangan masyarakat (community development), perlindungan hak azasi manusia, perlindungan konsumen, relasi dengan pemasok, dan penghormatan terhadap hak-hak pemangku kepentingan lainnya.

Salah satu komponen penting dalam CSR adalah pengelolaan relasi dengan stakeholder, terutama masyarakat lokal.Saat ini CSR menjadi tolak ukur yang menentukan citra perusahaan di mata public.Dengan demikian, perilaku atau cara perusahaan memperhatikan dan melibatkan stakeholder, pekerja, pelanggan, pemasok, pemerintah, LSM, lembaga internasional, dan stakeholder lainnya merupakan konsep utama CSR. Kepatuhan perusahaan terhadap hukum dan peraturan-peraturan yang menyangkut aspek ekonomi, lingkungan, dan soisial bisa dijadikan indikator atau perangkat formal dalam mengukur kinerja CSR suatu perusahaan.Namun, CSR sering kali dimaknai sebagai komitmen dan kegiatan-kegiatan sektor swasta yang lebih dari sekadar kepatuhan terhadap hukum.

(29)

Menurut Carrol seperti dikutip dalam Alfitri (2011) dalam pengertian terbatas, tanggungjawab sosial perusahaan dipahami sebagai upaya untuk tunduk dan memenuhi hukum dan aturan main yang ada. Perusahaan sebagai alat dari pemegang saham (pemilik perusahaan), maka apabila perusahaan akan memberi sumbangan sosial, hal itu akan dilakukan oleh individu pemilik.

Apabila program CSR dilaksanakan dengan baik maka tanggung jawab sosial akan meningkatkan kepercayaan dan admosfir yang kondusif, baik secara internal maupun eksternal dengan para stakeholder termasuk bagi masyarakat disekitar perusahaan. Tanggungjawab sosial perusahaan dapat dilakukan dalam berbagai situasi dengan mempertimbangkan hasil terbaik. Pandangan yang lebih komprehensif dikemukakan oleh Carrol dalam Alfitri (2011) yang mengemukakan teori piramida CSR, menurutnya tanggungjawab sosial perusahaan dapat dilihat berdasarkan empat jenjang (ekonomi, hukum, etik dan filantrofis) yang merupakan satu kesatuan.

Gambar 1Piramida CSR menurut Archie B. Carrol

Konsep CSR telah mengalami perubahan. Konsep CSR lama menyatakan bahwa perusahaan hanyak mempunyai tanggungjawab kepada pemegang saham perusahaan saja. Konsep CSR yang baru menyatakan bahwa perusahaan juga harus mempunyai tanggungjawab kepada pekerja, pemasok, masyarakat dan lingkungan, dimana perusahaan itu menjalankan kegiatannya.

Partisipasi

Tanggung jawab Filantrofi Menjadi Warga

Yang Baik

Tanggung jawab Etik Berprilaku Etis

Tanggung jawab Hukum Memetuhi Hukum

(30)

Pengembangan masyarakat harus selalu berupaya untuk memaksimalkan partisipasi, dengan tujuan membuat setiap orang dalam masyarakat terlibat secara aktif dalam proses-proses dan kegiatan masyarakat, serta utnuk menciptakan kembali masa depan masyarakat dan individu. Dengan demikian, partispasi merupakan suatu bagian penting dari pemberdayaan dan penumbuhan kesadaran. Semakin banyak orang yang menjadi peserta aktif dan semakin lengkap partisipasinya, semakin ideal kepemilikian dan proses masyarakat serta proses-proses inklusif yang akan diwujudkan ( Ife, et al 2008).

Pengertian partisipasi secara umum dapat ditangkap dari istilah partisipasi adalah keikutsertaan seseorang atau sekelompok anggota masyarakat dalam suatu kegiatan. Definisi partisipasi banyak dikemukakan oleh beberapa ahli seperti dikutip dalam (Mardikanto 2010) :

1. Menurut Bornby (1974), mengartikan partisipasi sebagai tindakan

untuk “mengambil bagian”. Kegiatan atau pernyataan untuk

mengambil bagian dari kegiatan dengan maksud memperoleh manfaat. 2. Theodorson, (1969), partisipasi merupakan keikutsertaan seseorang

dalam kelompok sosial untuk mengambil bagian dari kegaiatan masyarakatnya, diluar pekerjaan atau profesinya sendiri.

3. Raharjo (1983), keikutsertaan tersebut, dilakukan sebagai akibat dari terjadinya interaksi sosial antara individu yang bersangkutan dengan anggota masyarakat yang lain.

4. Beal (1964), partisipasi khususnya partisipasi yang tumbuh karena pengaruh atau karena tumbuh adanya rangsangan dari luar, merupakan gejala yang dapat diindikasikan sebagai proses perubahan sosial yang eksogen.

5. Verhagen (1979), sebagai suatu kegiatan, partisipasi merupakan sesuatu bentuk khusus dari interaksi dan komunikasi yang berkaitan dengan pembagian : kewenangan, tanggung jawab dan manfaat.

Telahan tentang pengertian partisipasi di atas dapat disimpulkan bahwa partisipasi atau peran serta, pada dasarnya merupakan suatu bentuk kerlibatan dan keikutsertaan secara aktif dan sukarela, baik karena alasan-alasan dari dalam (intrinsik) maupun dari luar (ekstrinsik). Dalam keseluruhan proses kegiatan yang bersangkutan, yang mencakup : pengambilan keputusan dalam perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, (pemantauan, evaluasi dan pengawasan), serta pemanfaatan hasil-hasil kegiatan yang dicapai. Karena itu, Yadav (1980) dikutif dalam Totok dan Poerwoko (2012) mengemukakan ada empat macam kegiatan yang menunjukkan partisipasi masyarakat di dalam kegiatan pembangunan, yaitu partisipasi dalam :

1. Partisipasi dalam pengambilan keputusan

(31)

2. Partisipasi dalam pelaksanaan kegiatan

Partisipasi dalam pelaksanaan pembangunan harus dapat diartikan sebagai pemerataan sumbangan masyarakat dalam bentuk tenaga kerja, uang-tunai, dan atau berbagai bentuk korbanan lainnya yang sepadan dengan manfaat yang akan diterima oleh masing-masing warga masyarakat yang bersangkutan.

3. Partisipasi dalam pemantauan dan evaluasi pembangunan

Kegiatan pemantauan dan evaluasi program dan proyek pembangunan sangat dibutuhkan. Bujukan hanyak agar tujuannya dapat tercapai seperti yang diharapkan, tetapi juga dibutuhkan untuk memperoleh unpan balik dengan masalah-masalah dan kendala yang muncul dalam pelaksanaan pembangunan yang bersangkutan.

4. Partisipasi dalam pemanfaatan hasil pembangunan

Partisipasi masyarakat dalam pemanfaatan hasil pembangunan merupakan unsur terpenting yang sering terlupakan. Sebab, tujuan pembangunan adalah untuk memperbaiki hidup masyarakat banyak sehingga pemerataan hasil pembangunan merupakan tujuan utama. Disamping itu, pemanfaatan hasil pembangunan akan merangsang kemauan dan kesukarelaan masyarakat untuk selalu berpartisipasi dalam setiap program pembangunan yang akan datang.

Slamet (1985) dalam totok Mardikanto (2010) konsep-konsep pemberdayaan masyarakat, penerbit Faperta UNS, Surakarta), menyatakan bahwa tumbuh dan berkembangnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan, sangat ditentukan oleh tiga unsur pokok, yaitu:

1. Adanya kesempatan yang diberikan kepada masyarakat untuk berpartisipasi: kesempatan memperoleh informasi, kesempatan memanfaatkan dan memobilisasi sumberdaya (alam dan manusia) untuk pelaksanaan,kesempatan untuk memperoleh dan menggunakan teknologi yang tepat, termasuk peralatan yang menunjang, kesempatan berorganisasi, kesempatan mengembangkan kepemimpinan.

2. Adanya kemauan masyarakat untuk berpartisipasi: kemampuan untuk melaksanakan pembangunan (dipengaruhi tingkat pendidikan dan ketrampilan yang dimiliki).

3. Adanya kemampuan masyarakat untuk berpartisipasi: motivasi, sikap atau persepsi; dan peluang manfaat yang diperoleh (manfaat ekonomi dan non ekonomi).

Sinergitas Tiga Sektor (pemerintah, swasta dan masyarakat sipil)

CSR membuat perusahaan tidak lagi bekerja sendiri menjawab tuntutan-tuntutan di sekitarnya. Perusahaan berkosekuensi mendorong dan mendukung pertumbuhan kemitraan tiga sektor. Fokusnya berkenaan dengan alasan munculnya kesadaran kemitraan tiga sektor; peran apa saja yang dimainkan oleh pemerintah dan masyarakat sipil untuk mendorong praktik-praktik CSR yang memadai; manfaat dan resiko perlibatan berbagai pihak; serta hal-hal yang kritis yang penting diperhatikan.

(32)

kerangka ini dikenal fungsi hubungan masyarakat (Public Relation-PR) dan hubungan pemerintah (Goverment Relation). Distruktur perusahaan kedua fungsi jamak ditemukan sebagai devisi atau departemen eksternal.

Perubahan situasi sosial dan politik di tingkat lokal maupun global menyebabkan permasalahan yang dihadapi makin pelik dan tidak dapat lagi dikelola oleh fungsi PR dan Govrel. Apalagi dengan semakin mengecilnya dunia, dimana jarak dan waktu bukanlah pembatas yang ketat, perusahaan tidak dapat mengabaikan tuntutan dari kepentingan multi pihak. Solusinya akhirnya mensyaratkan pelibatan pihak lain, yang justru terkait dengan sebagian besar sumber penyelsaiaan masalah.

Kemitraan tiga sektor dalam konteks wacana dan praktek CSR mengandung arti kerjasama berdasarkan pengalokasian sumber daya secara efesien dan saling melengkapi antara perusahaan, pemerintah serta masyarakat sipil, berkenaan dengan tercapainya keberlanjutan (pembangunan lingkungan, maupun operasional perusahaan) Sukada, ed al (2007).

Hubungan ini bisa dikatakan sebagai pendekatan meningkatkan kinerja pengelolaan permasalahan sosial. Konsepnya mengandung pengertian proses membangun kepercayaan; pemecahan masalah bersama; dan pengelolaan antar perusahaan, pemerintah serta masyarakat sipil. Dan produk yang dapat diartikan sebagai seperangkat bangunan kesepakatan yang menghantarkan pada program aksi bersama. Secara konvensional perusahaan telah memberi kontribusi terhadap masyarakat lokal melalui, misalnya ; membayar pajak dan royalti, perekrutan tenaga kerja, serta pemberian barang dan jasa. Namun untuk memastikan perusahaan tetap memperoleh izin sosial beroperasi, mengelola resiko sosial dan meningkatkan reputasi perusahaan, peran harus dimainkan harus lebih dari itu.

Peran ini jelas menimbulkan kerumitan baru, terutama membumbungnya ekspektasi masyarakat dimasa-masa awal terkenal dengan sebutan the risk of being good hingga tuntutan-tuntutan pun membesar, bahkan terkadang hingga tingkat tak masuk akal. Kerumitan lain adalah bahaya ketergantungan masyarakat bila pengelolaan tidak secara tepat ditujukan meningkatkan kemandiriaan. Lainnya, sebab urusan pengembangan masyarakat bukanlah kompetensi utama perusahaan, apa yang dilakukan berpotensi mengakibatkan kegagalan implementasi program. Alasan ini yang selalu menjadi landasan bagi dibutuhkannya kemitraan strategik, dimana perusahaan menempatkan diri bukan sebagai aktor tunggal, tetapi melibatkan pemerintah sebagai regulator; masyarakat sebagai subjek CSR; serta kelompok-kelompok masyarakat sipil yang memiliki kompetensi sebagai agen perubahan.

Praktek Kemitraan Tiga Sektor di Indonesia

(33)

yang dialamatkan pemerintah dan kelompok-kelompok masyarakat sipil terhadap aktivitas bisnis perusahaan maupun kegiatan CSR.

Bagi banyak lembaga pemerintah, perusahaan kerap dianggap sebagai

“ladang” uang. Terlebih dengan adanya delegasi wewenang pemerintah

pusat kepemerintah daerah yang tidak diimbangi dengan kewenangan yang sama untuk memperoleh dan mengatur keungannya. Pemerintah daerah

yang masi “bayi” terpaksa disapih tanpa dukungan keuangan memadai

untuk kegiatan pembangunannya.

Masalah praktek perimbangan keuangan pusat-daerah ditujukan lewat kasus seperti keterlambatan distribusi (dan pemotongan) hak oleh pemerintah pusat ke daerah. Faktor ini menjadi salah satu pendorong pemerintah daerah menekan perusahaan melalui berbagai cara. Semisal menerbitkan peraturan daerah (Perda) seperti yang dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat tentang Kewajiban Perusahaan untuk Menjalankan CSRnya bagi Masyarakat Sekitar, yang intinya tak lain upaya menyiasati keuangan lewat perolehan dan peningkatan pendapatan.

Situasi di atas jelas tidak menguntungkan bagi terciptanya kemitraan yang sehat karena dominasi salah satu pihak; terutama karena perusahaan dipandang berkewajiban secara finansial kepada pemerintah. Akibat yang mungkin timbul adalah beban pembiayaan untuk kegiatan program pengembangan masyarakat, misalnya, menjadi lebih berat dari sisi perusahaan. Staf kantor pemerintah menganggap kegiatan tersebut sebagai projek, dimana mereka berharap keterlibatannya diganjar keuntungan ekonomi tertentu yang sebetulnya tidak sah. Organisasi masyarakat sipil, khususnya yang bergerak dibidang advokasi, di satu sisi sering kali menghindari keterlibatan intens dengan perusahaan. Alasan umumnya karena program pengembangan masyarakat dinilai tak lebih dari upaya untuk menutupi kesalahan serta memperkuat legitimasi bisnis perusahaan, (Sukada, ed, al 2007).

Dalam melakukan praktek CSR tidak akan bisa lepas kaitannya dengan stakeholder atau pemangku kepentingan, karena irisannya besar antara mempengaruhi dan dipengaruhi terkait dengan terpenuhinya kebutuhan masing-masing. Menurut Tanari dalam Rahmat ed.al (2011),

stakeholder adalah kelompok-kelompok yang dipengaruhi oleh organisasi tersebut sebagai dampak dari aktivitas-aktivitasnya. Jika dilakukan pemetaan, stakeholder dalam entitas perusahaan terbagi ke dalam 7 (tujuh) jenis, di antaranya :

6. Pelanggan, 7. Masyarakat, 8. Karyawan,

9. Pemegang saham, 10.Lingkungan,

11.Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), dan 12.Pemerintah.

(34)

Menurut Stephen R. Covey (1993) mengatakan bahwa sinergi (Synergy) adalah bentuk kerjasama win-win yang dihasilkan melalui kolaborasi masing-masing pihak tanpa adanya prasaan salah.Sinergi adalah saling mengisi dan melengkapi perbedaan untuk mencapai hasil lebih besar dari pada jumlah bagian per bagian. Sinergi yang dikerjakan bersama lebih baik hasilnya dari pada dikerjakan sendiri-sendiri, selain itu gabungan beberapa unsur akan menghasilkan sesuatu produk yang lebih unggul. Sinergi mengandung arti kombinasi sesuatu atau bagian yang dapat menghasilkan keluaran lebih baik dan lebih besar.

Konsep bersinergi diantarnya adalah berikut ini : 1. Berorientasi pada hasil dan positif

2. Perspektif beragam mengganti atau melengkapi paradigma 3. Saling bekerjasama dan bertujuan sama serta adanya kesepakatan 4. Saling efektif diusahakan dan merupakan suatu proses

Mewujudkan sinergi adalah keberhasilan bersama yang terbina dari kebiasaan.Mewujudkan sinergi bukan berarti berkompromi di tengah, melainkan mencari alternatif ketiga dan mencapai puncak.Sinergi adalah perbedaan bukan persamaan. Sinergi akan membangun kerjasama-kerjasama kreatif dengan cara menghormati perbedaan, membangun kekuatan dan mengkompensasikan kelemahan.

Menurut Walton (1999) definisi yang paling sederhana dari sinergi

adalah hasil upaya kerjasama atau “co-operative effort”, karena itu inti dari proses untuk menghasilkan kualitas sinergi adalah kerjasama.

Menurut Deardorff dan Williams dalam Usman (2011) sinergi adalah sebuah proses dimana interaksi dari dua atau lebih agen atau kekuatan akan menghasilkan pengaruh gabungan yang lebih besar dibandingkan jumlah dari pengaruh mereka secara individual.

Kerangka Pemikiran

Dalam kajian ini adapun kerangka pemikiran yang disampaikan oleh peneliti adalah bagaimana menjadi model dan strategi sinergitas antara kebijakan pemerintah dan implementasinya dalam program, kebijakan perusahaan dan implementasinya dalam program serta patisipasi masyarakat sebagai penerima manfaat program sehingga melahirkan sebuah model dalam pengembangan masyarakat di bidang kesehatan.

Banyaknya program di bidang kesehatan dengan tujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat belum tercapai disebabkan masih banyaknya keterbatasan dari pemerintah dalam bentuk anggaran dan tenaga teknis, sehingga untuk mencapai tujuan peningkatan derajat kesehatan masyarakat maka diperlukan adanya sinergitas program antara pemerintah, pihak swasta dan partisipasi masyarakat itu sendiri.

(35)

Tenggara untuk saling menutupi kekurangan yang ada pada kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Sumbawa Barat ataupun kebijakan CSR PT. Newmont Nusa Tenggara. Dengan adanya sinergi ini maka akan terbentuk kerjsama yang saling menguntungkan dengan demikian semua program akan berjalan secara efektif dan efeisien dan dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.

Implementasi kebijakan pemerintah daerah adalah melihat sejauhmana kebijakan tersebut apakah tepat sasaran dan bermanfaat bagi masyarakat dalam pengembangan posyandu di Kabupaten Sumbawa Barat.Implementasi kebijakan PT. Newmont Nusa Tenggara adalah melihat sejauhmana kebijakan CSRnya mengarah pada pemberdayaan masyarakat khususnya program kesehatan sehingga dapat mendorong berdayanya posyandu khususnya di lingkar tambang. Partisipasi masyarakat ada 2 (dua) yaitu partisipasi penerima manfaat program yaitu sasaran posyandu dan partisipasi masyarakat diluar program yaitu pemerintah desa, tokoh agama, tokoh masyarakat dan masyarakat lainnya mulai dari perencanaan sampai dengan evaluasi program. Maka konsep tersebut tertuang dalam kerangka pemikiran di bawah ini :

Gambar 2. Kerangka Pemikiran

Implementasi

Kebijakan

Pemerintah

Implementasi

Kebijakan

PT. Newmont Nusa

Tenggara

Sinergitas

Stakeholder

Partisipasi

Masyarakat dalam

Pengembangan Posyandu

(36)
(37)

METODE KAJIAN

Kajian ini dilakukan untuk menyusun strategi pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh stakeholder guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui pendekatan posyandu. Kebijakan pembangunan menjadi bahan bagi penyusunan desain program. Hubungan kausal dalam program berupa penggunaan desain bagi pemberian input dan proses penyelenggaraan program. Program memberikan hasil, yang dapat dimanfaatkan oleh pemanfaat. Dalam jangka panjang, pemanfaatan tersebut dapat menghasilkan dampak.

Lokasi dan Waktu Kajian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Goa Kecamatan Jereweh Kabupaten Sumbawa Barat Provinsi Nusa Tenggara Barat. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan karena dari hasil pemetaan sosial dan evaluasi kebijakan dan program terdapat hal yang menarik peneliti untuk melakukan penelitian, dimana Desa Goa salah satu desa pendampingan program kesehatan yang dilakukan oleh PT. Newmont Nusa Tenggara. Waktu pelaksanaan penelitian dari bulan Januari sampai dengan Desember 2014.

Pendekatan Kajian

Kajian ini menggunakan pendekatan metode kualitatif , menentukan informan yang menjadi tokoh di Desa Goa yang mana mereka merupakan penduduk asli Desa Goa yang paham secara mendalam tentang kehidupan masyarakat, sosial budaya dan perkembangan masyarakat serta dapat menjadi representatif masyarakat lainnya.

Pemilihan Informan

Dalam kajian ini penentuan informan melalui metode wawancara dengan pemerintah desa/instansi terkait, tokoh agama/masyarakat, akademisi, tokoh perempuan dan pihak swasta serta NGO, sehingga dapat disimpulkan siapa yang layak untuk menjadi informan. Adapun jumlah informan dalam penelitian ini adalah 10 orang terdiri :

Tabel 6. Informan menurut status sosial di masyarakat Desa Goa

No Status Sosial Jumlah

1 Tokoh Masyarakat 3

2 Tokoh Perempuan 1

3 Akademisi 1

4 Tokoh Agama 1

5 Pemerintah 3

6 Swasta 1

(38)

Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini ada dua jenis data yang akan digunakan, yaitu data primer dan data skunder. Data primer adalah data yang diperoleh secara lansung dari masyarakat sedangkan data skunder adalah data yang diperoleh dari laporan pihak terkait. Pengumpulan data dilakukan dengan metode :

1. Wawancara Mendalam (indepth interview), dilakukan kepada subyek penelitian penerima dan pelaksana program CSR yang dipilih secara

purposive dari kalangan pemerintah, perusahaan dan masyarakat. tujuannya adalah untuk mengetahui penerapan kebijakan CSR PT. Newmont Nusa Tenggara dan tingkat partisipasi masyarakat dalam program kesehatan.

2. Observasi/pengamatan dilakukan pada saat posyandu dan kegiatan POSGIAT yang dilakukan setiap bulan secara terjadwal dengan tujuan untuk melihat sejauhmana proses pelaksanaan kegaiatn/program yang dilakukan oleh pemerintah yang didukung oleh pihak swasta yaitu PT. Newmont Nusa Tenggara serta tingkat partisipasi masyarakat sebagai sasaran program.

3. Focus Group Discussion (FGD) dilakukan untuk memperoleh gambaran tentang perencanaan program, pelaksanaan program, pihak-pihak yang terlibat dalam program, dan tingkat partisipasi masyarakat dalam program. Selain itu untuk membangun kesadaran bersama masyarakat tentang pengelolaan program CSR di bidang kesehatan. 4. Dokumentasi digunakan dalam pengumpulan data skunder, berupa

dokumen-dokumen tentang potensi desa, hasil kegiatan program, pengetahuan dan program CSR yang diperoleh dari instansi terkait baik pemerintah dan swasta.

Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan dan analisis data dengan pendekatan kualitatif mengacu pada kerja yang diberikan Miles dan Huberman (1984) dalam Siyono (2011). Data yang didapatkan dari pendekatan kualitatif diolah melalui tiga jalur analisis, yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

Gambar 3 Reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Sumber : Sugiyono (2011 : 335)

Penyajian Data Pengumpulan Data

Data Collection

Penarikan Kesimpulan

Conclusions; Drawing/verifying

Reduksi Data

(39)

Perancangan Strategi

Metode Perancangan

Kegiatan perancangan program dilakukan dengan mengumpulkan data-data hasil wawancara data skunder yang akan dibawa dalam forum FGD (Focus Group Discution.)

Partisipasi Perancangan

Partisipan perancangan pada FGD terdiri dari : 1. Kader posyandu 3 orang ( Sr, YS; Uc ),

2. Ibu hamil 1 orang (DN),

3. Ibu bayi balita gizi buruk 1 orang (Dn), 4. Masyarakat 1orang (H T),

5. Puskesmas Jereweh 2 orang (Rh, Td), 6. Pemerintah Desa Goa 1 orang (AM),

7. NGO pendamping program 1 orang (LMY), 8. Fasilitator PNPM 1 orang (Nr), dan

9. Pihak PT. Newmont Nusa Tenggara 1 orang (Sh), 10.Instansi terkait 1 orang (Hw).

Proses Perancangan

Perancangan dilakukan dengan cara focus group discution (FGD) yang melibatkan semua partisipan. Focus Group Discution (FGD) adalah wawancara kelompok dari sejumlah individu dengan status sosial yang relatif sama, yang memfokuskan interaksi dalam kelompok berdasarkan pertanyaan-pertanyaan yang dikemukan oleh pendamping yang berperan sebagai moderator dalam kelompok diskusi tersebut (Stewart and Shamdasani, 1990; Krueger, 1988; dan Morgan 1988) dalam Nasdian (2014). Partisipan atau peserta FGD dalam suatu diskusi tidak lebih dari 10 orang dengan statis sosial atau tingkat jabatan (formal) yang relative sama.

(40)
(41)

PROFIL KOMUNITAS

Gambaran Umum Masyarakat Desa Goa

Desa Goa merupakan salah satu dari 17 desa yang berada di wilayah lingkar tambang PT Newmont Nusa Tenggara karena Desa Goa secara tidak lansung merasakan dampak dari keberadaan PT Newmont Nusa Tenggara baik secara ekonomi, budaya dan sosial kemasyarakatan. Desa Goa merupakan salah satu desa dari 4 desa yang berada di Kecamatan Jereweh. Masyarakat Desa Goa pada umumnya adalah masyarakat asli Desa Goa dan beberapa masyarakat pendatang, Desa Goa terdiri dari 3 (tiga) dusun yaitu Dusun Mekar terdiri dari RT 01, RT 02 dan RT 03, Dusun Goa terdiri dari RT 04, RT 05, RT 06 dan Dusun Mekar terdiri dari RT 07, RT 08 dan RT 09.

Desa Goa memiliki luas wilayah 4.357 Ha, berdasarkan data monografi desa tahun 2012, peruntukan wilayah yang paling luas adalah lahan kering pertanian tada hujan yakni 3.661,40 Ha. Peruntukan wilayah Desa Goa secara terperinci dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Penggunaan Lahan/Tanah di Desa Goa Kecamatan Jereweh Tahun 2012

No Penggunaan Lahan Luas (Ha) Persentase (%)

1 Lahan pertanian 360 8,26

2 Lahan kebun 199,20 4,57

3 Lahan tambak 21,50 0,49

4 Pemukiman 109,90 2,51

5 Lahan kering/hutan 3.661,40 84,03

6 Lain-lain 5 0,11

Sumber : Data Monografi Desa Goa Tahun 2012

Basis ekologi kehidupan masyarakat Desa Goa masih pada sektor pertanian padi sawah, perkebunan dan peternakan karena lahan pertanian masyarakat Desa Goa tidak mengalami perubahan fungsi misalnya kesektor perikanan air tawar, pertambangan ataupun industri hanyak saja ada pengurangan luas lahan pertanian beralih fungsih menjadi pemukiman.

(42)

Tabel 8. Perkembangan Jumlah Komposisi Penduduk menurut Katagori Usia di Desa Goa Tahun 2011 dan 2012

Usia Tahun 2011 Tahun 2012

0-4 150 158

5-9 161 166

10-14 173 178

15-19 125 129

20-24 106 110

25-29 124 125

30-34 156 157

35-39 135 136

40-44 113 113

45-49 103 103

50-54 69 69

55-59 59 59

60-64 40 40

65-69 43 43

70-74 21 21

75 ke atas 25 23

Total 1.603 1.630

Sumber : Laporan Profil Desa Goa tahun 2011 dan 2012

Berdasarkan data di atas pada Tahun 2011 usia penduduk Desa Goa kebanyakan dikelompok usia pendidikan dasar sejumlah 565 jiwa dan usia kerja 1.030 jiwa dan pada Tahun 2012 pendidikan dasar sejumlah 708 jiwa dan usia kerja sejumlah 1.041 jiwa. Rasio beban tanggungan pada tahun 2011 31 % penduduk usia 0-14 tahun, 64% penduduk berusia 15-64 tahun dan 5% penduduk berusia 65 tahun ke atas dan pada tahun 2012 31% penduduk usia 0-14 tahun, 64% penduduk berusia 15-64 tahun dan 5% penduduk berusia 65 tahun ke atas.

Tingginya angka rasio beban tanggungan merupakan indikasi dari beratnya beban tanggungan penduduk yang produktif untuk menanggung penduduk yang tidak produktif. Rasio beban tanggungan terdiri dari rasio beban umur muda dan rasio beban umur tua. Pada rumus di atas berarti masing-masing tanggungan terhadap umur 0-14 tahun (umur muda) dan tanggungan terhadap umur 65 tahun ke atas (umur tua). Tingginya rasio beban tanggungan umur muda mengindikasikan struktur umur muda sedangkan pada struktur umur tua terdapat rasio beban tanggungan umur tua yang relatif tinggi. Pada struktur umur muda lebih dari 40 pesen penduduk berumur kurang dari 15 tahun sedangkan yang berumur 65 tahun ke atas kurang dari 5 persen. Persentase penduduk di bawah 15 tahun kurang dari 30 persen pada struktur umur tua, sementara yang berumur 65 tahun ke atas lebih dari 10 persen. Jadi dari data di atas penduduk Desa Goa dapat dikatagorikan penduduk golongan muda.

(43)

beragama islam dan 3 jiwa atau 0,87 % beragama katolik dari total penduduk 1628 jiwa.

Di Desa Goa jumlah penduduk perempuan lebih tinggi dari penduduk laki-laki, hal ini dapat kita lihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Jumlah Rumah Tangga, Jumlah Penduduk Laki-laki, Jumlah Penduduk Perempuan, Total Penduduk dan Jumlah Sex Ratio di Desa Goa Kecamatan Jereweh Tahun 2011 dan Tahun 2012

No Tahun Rumah Tangga Laki Perempuan ∑ L + P ∑ Sex Ratio

1 2011 409 764 839 1.603 1.098

2 2012 412 784 847 1.631 1.08

Sumber : Profil Desa Goa Tahun 2011 dan 2012

Berdasarkan tabel di atas dapat kita lihat bahwa ratio perempuan lebih besar dari pada ratio laki-laki, pada Tahun 2011 sebesar 1.098 % dan Tahun 2012 sebesar 1.08 %.

Sebagian besar masyarakat goa bermata pencaharian pokoknya tetap sebagai petani, Pegawai Negeri Sipil dan karyawan swasta serta wiraswasta. Jumlah petani di Desa Goa adalah 1.042 orang, PNS 37 orang, karyawan 97 orang, wiraswasta 6 orang, TNI/Polri 2 orang.

Berdasarkan mata pencaharian penduduk, sebagian besar penduduk Desa Goa bekerja sebagai petani sebesar 1.402 orang, secara lebih lengkap dapat kita lihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Jumlah penduduk Desa Goa berdasarkan Mata Pencaharian Tahun 2012

No Jenis Pekerjaan Jumlah Persentase

1 Petani 1.042 88.01

2 PNS 37 3.13

3 Karyawan Swasta 97 8.20

4 Wiraswsta 6 0.50

5 TNI/Polri 2 0.16

Total 1.184 100,00

Sumber : Profil Desa Goa Tahun 2012

Berdasarkan data tabel 10 menunjukkan bahwa pekerjaan utama masyarakat Desa Goa adalah petani dan tidak terpengaruh dengan keberadaan tambang PT Newmont Nusa Tenggara, artinya tidak ada pergeseran pekerjaan masyarakat Desa Goa dari sektor pertanian ke sektor pertambangan.

Gambar

Gambaran Umum Masyarakat Desa Goa
Gambar 1 Piramida CSR Menurut Archie B. Carrol
Tabel 1.Data Angka Harapan Hidup, Angka Kematian Ibu, Angka           Kematian Balita dan Gizi Buruk di kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2011-2013
Tabel 3.Jumlah Anggaran ProgramPNPM GSC Bidang Kesehatan di Desa Goa Tahun 2010-2013
+7

Referensi

Dokumen terkait

Evaluasi Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Rambutan Pada Penggunaan Lahan Tegalan dan Perkebunan di Kecamatan Palasah Kabupaten Majalengka.. Universitas Pendidikan Indonesia |

Menurut Dembo (2004), Academic Self Management adalah suatu strategi yang digunakan oleh pelajar untuk mengontrol faktor – faktor yang menghambat dalam belajar ,

Penulisan hukum ini diajukan sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum (S.H) derajat S1 dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas

Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah “ Kesesuaian lahan untuk tanaman mahoni di Sub – DAS Logawa > 50 % kategori sangat. sesuai terutama

Ansari (2010 : 87) berpendapat bahwa berkomunikasi atau dialog antar siswa maupun dengan guru dapat meningkatkan pemahaman. Berdasarkan hasil observasi yang telah

[r]

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini yaitu telah dibuat game pengenalan huruf alfabet dengan baik, dan berdasarkan hasil kuisioner yang diisi guru SDLB- C Kerten dapat

Analisis pada kajian ini telah menemukan jawaban atas pertanyaan penelitian tentang pendapat masyarakat terhadap penggunaan bahasa asing di ruang publik.Mereka kurang bangga