• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Data Akhir ························································

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.3 Analisis Data Akhir ························································

4.1.3.1 Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data tes dan data angket yang diperoleh beristribusi normal atau tidak. Setelah dilakukan uji normalitas data akhir terhadap hasil tes akhir (postest) kelas eksperimen dan kelas kontrol, diperoleh hasil seperti yang diperlihatkan pada Tabel 4.4. Uji normalitas data akhir yang dilakukan dengan menggunakan program Microsoft Excell.

Tabel 4.4 Hasil Analisis Uji Normalitas Data Akhir

Data

Kriteria

Kelas Eksperimen

6,7153 7,81 Normal

Kelas Kontrol 6,8277 7,81 Normal

Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 29 Halaman 220

Berdasarkan dk = k-3 = 6 –3 = 3 dan α = 5%, diperoleh nilai = 7,81. Dari hasil analisis tersebut, diperoleh kelas sampel (kelas eksperimen dan

kelas kontrol) lebih kecil dari , maka Ho diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa data nilai tes akhir untuk kelas sampel berdistribusi normal

78

4.1.3.2 Uji Hipotesis

4.1.3.2.1 Aktivitas Belajar Siswa

Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui apakah aktivitas belajar kelompok eksperimen yang menggunakan pembelajaran dengan model Project Based Learning lebih besar daripada aktivitas belajar kelompok kontrol dengan menggunakan model ceramah dan diskusi. Untuk menguji kesamaan rata-rata uji t satu pihak ini digunakan untuk menguji hipotesis. Hipotesis statistik yang diajukan dalam uji ini adalah

Ho : aktivitas belajar kelas eksperimen tidak lebih tinggi atau sama dengan aktivitas belajar dan kelompok kontrol.

Ha : aktivitas belajar kelas eksperimen lebih tinggi daripada aktivitas belajar kelas kontrol.

Pada perhitungan aktivitas dicari besar r lalu diuji dengan uji t. Kriteria pengujian yaitu Ho diterima jika t hitung ≤ ttabel . Nilai ttabel dapat dilihat pada daftar distribusi t dengan dk = n1 + n2 – 2 dan taraf signifikansi 5% dan dk = 36 + 34 – 2 = 68 adalah ttabel = 1,688 dan diperoleh thitung= 11,2317 untuk aktivitas siswa. Karena t hitung > ttabel maka Ho ditolak. Artinya aktivitas belajar kelas eksperimen lebih tinggi daripada aktivitas belajar kelas kontrol. Analisis data aktivitas siswa dapat dilihat pada lampiran 30 halaman 222

79

4.1.3.2.2 Rata-rata Hasil Belajar Kognitif

Uji hipotesis ini dilakukan untuk mengetahui apakah rata-rata hasil belajar kognitif kelompok eksperimen yang menggunakan pembelajaran dengan model Project Based Learning lebih besar daripada rata-rata hasil belajar kognitif kelompok kontrol dengan menggunakan model ceramah dan diskusi. Untuk menguji kesamaan rata-rata uji t satu pihak ini digunakan untuk menguji hipotesis. Hipotesis statistik yang diajukan dalam uji ini adalah

Ho : rata-rata hasil belajar kognitif kelas eksperimen tidak lebih tinggi atau sama dengan rata-rata hasil belajar kognitif dan kelompok kontrol.

Ha : rata-rata hasil belajar kognitif kelas eksperimen lebih tinggi daripada rata- rata hasil belajar kognitif kelas kontrol.

Pada perhitungan hasil belajar kognitif dicari besar r lalu diuji dengan uji t. Kriteria pengujian yaitu Ho diterima jika t hitung≤ t tabel . Nilai ttabel dapat dilihat pada daftar distribusi t dengan dk = n1 + n2 – 2 dan taraf signifikansi 5% dan dk = 36 + 34 – 2 = 68 adalah ttabel = 1,688 dan diperoleh thitung = 3,2674. Karena thitung > ttabel maka Ho ditolak. Artinya rata-rata hasil belajar kognitif kelas eksperimen lebih tinggi daripada rata-rata hasil belajar kognitif kelas kontrol. Analisis data rata-rata hasil belajar kognitif dapat dilihat pada Lampiran 31 halaman 224

80

4.1.3.4 Uji Gain

4.1.3.4.1 Peningkatan Hasil Belajar Kognitif

Uji gain bertujuan untuk mengetahui besar peningkatan pemahaman siswa sebelum diberi perlakuan dan setelah diberi perlakuan. Uji peningkatan rata-rata hasil belajar kognitif siswa individu maupun klasikal antara kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat diperoleh melalui selisih antara nilai pretest dan nilai postest. Diketahui kriteria hasil uji gain untuk siswa nomor 1 kelas eksperimen dengan hasil pretes 28 dan postes 84 digeroleh n-gain sebesar 0,78 yang tergolong kriteria tinggi. Sedangkan siswa nomor 1 kelas kontrol dengan hasil pretes 56 dan postes 72 digeroleh n-gain sebesar 0,36 yang tergolong kriteria sedang. Secara klasikal, harga n-gain kelas eksperimen sebesar 0,61 tergolong dalam kriteia sedang. Sedangkan n-gain kelas kontrol sebesar 0,57 tergolong dalam kriteria sedang. Berikut hasil analisis klasikal kelas eksperimen dan kontrol dapat dilhat pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5 Hasil Uji Gain Peningkatan Hasil Belajar Klasikal

Kelas Kategori N-gain Peningkatan (%) Tinggi (%) Sedang (%) Rendah (%) Eksperimen 36,1 55,6 8,3 0,61 61 Kontrol 26,5 67,6 5,9 0,57 57

Keterangan: data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 32 halaman 226 Hasil N-gain kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada gambar 4.1

81

Gambar 4.1 Grafik N-gain Hasil Belajar Kogntif Kelas Ekperimen dan Kelas Kontrol

4.1.3.4.1 Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa

Aktivitas belajar siswa pada saat pembelajaran menggunakan model project based learning di amati dari pertemuan pertama sampai pertemuan terakhir untuk penilaiannya dilakukan pada saat pertemuan kedua dan keenam. Uji peningkatan aktivitas belajar siswa individu maupun klasikal dilakukan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Diketahui kriteria hasil uji gain untuk siswa nomor 1 kelas eksperimen dan kontrol adalah sama, nilai rata-rata aktivitas pada awal pertemuan 66 dan akhir pertemuan 77 digeroleh n-gain sebesar 0,32 yang tergolong kriteria sedang. Secara klasikal, harga n-gain kelas eksperimen sebesar 0,64 tergolong dalam kriteia sedang, n-gain pada kelas kontrol sebesar 0,45 tergolong dalam kriteria sedang. Untuk nilai rata-rata aktivitas belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol berturut- turut adalah 87,5 yang termasuk kriteria sangat tinggi dan 81,4 yang termasuk kriteria tinggi. Berikut hasil analisis klasikal kelas eksperimen dan kontrol dapat dilhat pada Tabel 4.6 36.1 55.6 8.3 61 26.5 67.6 5.9 57 0 10 20 30 40 50 60 70 80

Tinggi Sedang Rendah N-gain

Per

sen

tase

Kelas Ekperimen Kelas Kontrol

82

Tabel 4.6 Hasil Uji Gain Peningkatan Aktivitas Belajar Klasikal

Kelas Kategori N-gain Peningkatan

(%) Tinggi (%) Sedang (%) Rendah (%)

Eksperimen 44,4 55,6 0 0,64 64

Kontrol 8.8 85.3 5.9 0,45 45

Keterangan: data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 33 halaman 227

Hasil N-gain aktivitas belajar kelas eksperimen dapat dilihat pada gambar 4.2

Gambar 4.2 Grafik N-Gain Peningkatan Aktivitas Belajar Klasikal

Gambar 4.3. Rata-rata Skor Tiap Indikator Aktivitas Siswa 44.4 55.6 0 65 8.8 85.3 5.9 45 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

Tinggi Sedang Rendah N-gain

Pr e sen tase N -g ai n Kategori Peningkatan Kelas Eksperimen Kelas Kontrol 3.7 3.3 3.4 3.3 3.3 3.6 3.7 3.4 2.9 3.2 2.9 3.5 3 3.3 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 rata -r ata tiap in d ikat o r indikator Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

83

4.1.3.5Analisis Deskriptif untuk data Hasil Belajar Afektif dan Psikomotorik

Analisis deskriptif data hasil belajar afektif dan psikomotorik dilakukan untuk mengetahui aspek afektif meliputi aspek kehadiran siswa didalam kelas, kejujuran, minat terhadap pembelajaran, kedisplinan mengerjakan tugas, keberanian, menghargai pendapat orang lain, kerjasama kelompok, dan sopan satun dalam perilak atau bicara sedangkan aspek psikomotoriknya adalah kemampuan menyiapkan alat dan bahan praktikum, keterampilan melaksanakan praktikum, kemampuan melakukan pengamatan, kemampuan menyajikan dan mempresentasikan hasil praktikum siswa. Analisis deskriptif nilai afektif diperoleh nilai rata-rata aspek afektif dan skor total aspek afektif. Kelas eksperimen memperoleh nilai afektif rata-rata yaitu 87 dan skor total rata-rata aspeknya adalah 27,58 termasuk kategori sangat baik, sedangkan pada kelas kontrol memperoleh nilai afektif rata-rata yaitu 81 dan skor total rata-rata aspeknya adalah 25,88 termasuk kategori baik. Sedangkan untuk skor rata-rata tiap aspek kelas eksperimen adalah 3,46 yang termasuk kategori sangat tinggi dan kelas kontrol sebesar 3,25 yang termasuk kategori tinggi. Berikut hasil analisis persentase skor deskriptif aspek afektif siswa dapat dilihat pada Tabel 4.7.

Tabel 4.7 Hasil Analisis Persentase Skor Deskriptif Aspek Afektif Siswa Data Rata – rata skor

Tiap Aspek

Persentase Skor (%)

Kriteria Kelas Eksperimen 3,46 86,198 Sangat Baik

Kelas Kontrol 3,25 80,882 Baik

Berdasarkan hasil analisis diperoleh persentase skor afektif pada kelas eksperimen sebesar 86,198 % berkriteria sangat baik dan kelas kontrol sebesar 80,882 %

84

termasuk kriteri baik. Untuk nilai rata-rata tiap aspek afektif kelas eksperimen dan kelas kontrol dalam lembar observasi dapat dilihat pada Tabel 4.8 dan Tabel 4.9.

Tabel 4.8 Hasil Analisis Rata-rata tiap Aspek Afektif Siswa Kelas Eksperimen

No Aspek Kelas

Ekperimen Kriteria 1 Aspek kehadiran siswa didalam kelas 3,880 Sangat Tinggi

2 Aspek kejujuran 3,176 Tinggi

3 Aspek minat terhadap pembelajaran 3,306 Tinggi 4 Aspek kedisiplinan dalam mengerjakan tugas 3,444 Sangat Tinggi 5

Aspek keberanian siswa dalam mengerjakan

tugas didepan kelas 3,287 Tinggi

6 Aspek menghargai pendapat orang lain 3,407 Sangat Tinggi 7

Aspek kerjasama dalam menyelesaikan tugas

kelompok 3,417 Sangat Tinggi

8 Aspek sopan santun dalam perilaku/bicara 3,667 Sangat Tinggi Keterangan: data selangkapnya dapat dilihat pada lampiran 34 halaman 228

Tabel 4.9 Hasil Analisis Rata-rata tiap Aspek Afektif Siswa Kelas Kontrol

No Aspek Kelas

Kontrol Kriteria 1 Aspek kehadiran siswa didalam kelas 4,000 Sangat Tinggi

2 Aspek kejujuran 3,010 Tinggi

3 Aspek minat terhadap pembelajaran 2,931 Tinggi 4 Aspek kedisiplinan dalam mengerjakan tugas 3,049

5

Aspek keberanian siswa dalam mengerjakan

tugas didepan kelas 3,176 Tinggi

6 Aspek menghargai pendapat orang lain 2,971 Tinggi 7

Aspek kerjasama dalam menyelesaikan tugas

kelompok 3,186 Tinggi

8 Aspek sopan santun dalam perilaku/bicara 3,559 Sangat Tinggi Keterangan: data selangkapnya dapat dilihat pada lampiran 35 halaman 230

Hasil rata-rata nilai afektif tiap aspek kelas eksperimen dan kontrol terdapat pada Gambar 4.4

85

Gambar 4.4 Grafik Rata-rata Hasil Belajar Afektif

Berdasarkan informasi diatas diketahui bahwa model project based learning pada kelas ekperimen, dapat memotivasi siswa untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran baik dalam diskusi kelompok dan penyampain pendapat. Penilaian aspek psikomotorik siswa diperoleh dari hasil observasi terhadap siswa pada saat melakukan praktikum. Ada lima aspek yang diobservasi pada penilaian psikomotorik didalam kelas, dengan kategori tiap aspek meliputi sangat tinggi, tinggi, cukup, rendah dan sangat rendah (skor berturut-turut 4 sampai 1). Jumlah aspek dan kategori yang diobservasi untuk kelas eksperimen sama dengan kelas kontrol. Skor total rata- rata aspek psikomotorik kelas eksperimen mencapai 27,12 atau mencapai persentase 84,7512 % sehingga termasuk kriteria sangat baik. Sedangkan Skor total rata-rata aspek psikomotorik kelas kontrol mencapai 24,99 atau mencapai persentase 78,1080 % sehingga termasuk kriteria baik. Untuk hasil analisis persentase skor aspek psikomotorik siswa kelas eksperimen mampu siswa pada kelas kontrol dapat dilihat pada Tabel 4.10. 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 3.5 4.0 4.5 S ko r r ata -r ata Kelas Ekspeimen Kelas Kontrol

86

Tabel 4.10 Hasil Analisis Persentase Skor Deskriptif Aspek Psikomotorik Siswa Data Rata – rata

total skor

Persentase skor Kriteria Kelas Eksperimen 27,12 84,7512 Sangat Baik

Kelas Kontrol 24,99 78,1080 Baik

Hasil analisis rata-rata tiap aspek psikomotorik siswa kelas eksperimen maupun kelas kontol dapat dilihat pada Tabel 4.11 dan tabel 4.12

Tabel 4.11 Hasil Analisis Rata – rata Tiap Aspek Psikomotorik Siswa Kelas Eksperimen

No

Aspek Kelas

Eksperimen Kriteria 1

Aspek kemampuan siswa dalam persiapan praktikum

3,713

Sangat Tinggi 2 Aspek kemampuan siswa dalam kelengkapan

persiapan alat dan bahan 3,250 Tinggi

3 Aspek kemampuan siswa dalam ketrampilan

menggunakan alat praktikum 3,343 Tinggi

4 Aspek kemampuan siswa dalam penguasaan prosedur

kerja 3,102 Tinggi

5 Aspek kemampuan siswa dalam melakukan

kerjasama dalam kelompok 3,241 Tinggi

6 Aspek kemampuan siswa dalam melakukan

pengamatan 3,250 Tinggi

7 Aspek kemampuan siswa dalam memaparkan hasil

dan laporan praktikum 3,481

Sangat Tinggi 8 Aspek kemampuan siswa dalam melakukan

kebersihan tempat dan alat praktikum 3,741

Sangat Tinggi Keterangan: data selangkapnya dapat dilihat pada lampiran 36 halaman 246

Tabel 4.12 Hasil Analisis Rata-rata Tiap Aspek Psikomotorik Siswa Kelas Kontrol No

Aspek Kelas

87

1

Aspek kemampuan siswa dalam persiapan praktikum 3,588 Sangat Tinggi 2 Aspek kemampuan siswa dalam kelengkapan persiapan

alat dan bahan 2,755 Cukup

3 Aspek kemampuan siswa dalam ketrampilan

menggunakan alat praktikum 2,990 Tinggi

4 Aspek kemampuan siswa dalam penguasaan prosedur

kerja 2,765 Cukup

5 Aspek kemampuan siswa dalam melakukan kerjasama

dalam kelompok 3,127 Tinggi

6 Aspek kemampuan siswa dalam melakukan

pengamatan 2,529 Cukup

7 Aspek kemampuan siswa dalam memaparkan hasil dan

laporan praktikum 3,324 Tinggi

8 Aspek kemampuan siswa dalam melakukan kebersihan

tempat dan alat praktikum 3,916

Sangat Tinggi Keterangan : Data selengkapnya terdapat pada Lampiran 37 halaman 234

Hasil rata-rata skor tiap aspek psikomotorik tiap aspek kelas eksperimen dan kontrol terdapat pada Gambar 4.5

Gambar 4.5. Grafik Hasil Rata-rata Skor Tiap Aspek Psikomotorik

Berdasarkan data persentase skor aspek afektif dan aspek psikomotorik bahwa ada perbedaan hasil skor rata-rata skor pada tiap-tiap aspek psikomotorik. Sebenarnya

0 500 1,000 1,500 2,000 2,500 3,000 3,500 4,000 4,500 1 2 3 4 5 6 7 8 S ko r r ata -r ata Aspek Psikomotorik Kelas eksperimen Kelas Kontrol

88

siswa di kelas eksperimen dan kelas kontrol sudah mendapatkan pengetahuan tentang tata cara praktikum, penggunaan alat dan bahan, juga keselamatan laboratorium dari guru pengampu mata pelajaran kimia disekolah. Namun, siswa sering kali lalai dalam pengaplikasiannya. Oleh karena itu, siswa kelas eksperimen dingatkan lagi tentang cara penggunaan alat dan bahan praktikum dengan baik dan benar. Mereka diberi tugas untuk membuat alur praktikum dan memahami prosedur praktium dan dituntut teliti dalam pelaksanaan dan pengamatan praktikum sehingga hasil praktikum lebih baik. Penyusunan laporan praktikum juga harus sesuai dengan langkah-langkah metode ilmiah yang meliputi perumusan masalah, tujuan, landasan teori, hipotesis, pelaksanaan praktikum, data pengamatan, analisis data, dan kesimpulan. Dari hasil perhitungan, rata-rata nilai siswa kelas eksperimen dengan menggunakan pembelajaran proyek lebih tinggi dari pada rata-rata nilai siswa pada kelas kontrol.

4.1.3.6 Analisis Deskriptif untuk Data Angket

Analisis deskriptif untuk angket dilakukan untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran proyek (project based learning). Berikut analisis persentase skor dan rata-rata tiap aspek dapat dilihat pada Tabel 4.13

89

Keterangan: data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 46 halaman 246 Hasil analisis persentase skor tiap pernyataan dapat dilihat pada gambar 4.6

No Pernyataan Persentas e Skor Kriteri a Rata - rata tiap pernyataa n Kriteri a 1. Model Project Based Learning berlangsung

menyenangkan dan tidak membosankan. 84,03

Sangat

Baik 3,36 Tinggi

2.

Model Project Based Learning membuat saya tertarik untuk memahami materi kimia khususnya hidrokarbon dan minyak bumi

76,39 Baik 3,06 Tinggi

3.

Model Project Based Learning pada materi hidrokarbon dan minyak bumi memotivasi saya untuk lebih giat belajar.

73,61 Baik 2,94 Tinggi

4.

Model Project Based Learning pada materi hidrokarbon mudah dalam bekerjasama atau bertukar pikiran dengan teman.

74,31 Baik 2,97 Tinggi

5.

Model Project Based Learning pada materi hidrokarbon dan minyak bumi

meningkatkan kemandirian dan tanggung jawab saya dalam belajar kimia.

73,61 Baik 2,94 Tinggi

6.

Belajar kimia dengan Model Project Based Learning pada materi hidrokarbon dan minyak bumi membuat saya berani untuk berpendapat .

70,83 Baik 2,83 Tinggi

7.

Model Project Based Learning pada materi hidrokarbon melatih saya aktif dalam pembelajaran

76,39 Baik 3,06 Tinggi

8.

Proyek yang ditugaskan menggunakan Model Project Based Learning pada materi hidrokarbon dan minyak bumi membuat saya lebih terampil dan kreatif.

77,78 Baik 3,11 Tinggi

9.

Saya merasa kimia adalah mata pelajaran yang menyenangkan setelah menggunakan Model Project Based Learning dengan menghasilkan proyek dan produk menarik.

79,86 Baik 3,19 Tinggi

10.

Saya berharap Model Project Based Learning dapat diterapkan pada materi selanjutnya dan pada pembelajaran di mata pelajaran lainnya.

83,33 Baik 3,33 Tinggi

90

Gambar 4.6 Grafik Persentase Skor Data angket

Sedangkan hasil analisis rata-rata skor tiap aspek terdapat pada gambar 4.7

Gambar 4.7 Grafik Rata-rata Skor Tiap Pernyataan Angket 84.03 76.39 73.61 74.31 73.61 70.83 76.39 77.78 79.86 83.33 60.00 65.00 70.00 75.00 80.00 85.00 90.00 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Presentase Skor 3.36 3.06 2.94 2.97 2.94 2.83 3.06 3.11 3.19 3.33 2.50 2.60 2.70 2.80 2.90 3.00 3.10 3.20 3.30 3.40 3.50 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 R ata -r ata Aspek Rata-rata skor tiap aspek

91

91

4.2 Pembahasan

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar kognitif dan aktivitas belajar siswa dalam penerapan model Project Based Learning pada materi hidrokarbon dan minyak bumi di SMA N 14 Semarang. Hasil belajar meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik (Anni, 2012:270). Aspek kognitif di analisis menggunakan hasil tes yang sebelumnya sudah diujicobakan. dan hasil belajar dalam aspek afektif dan aspek psikomotorik di amati menggunakan lembar observasi. Penelitian ini diawali dengan pelaksanaan pembelajaran materi hidrokarbon dan minyak bumi. Pada akhir pembelajaran, kedua kelas diberikan tes untuk mengetahui peningkatan hasil belajar kognitif dan aktivitas belajar siswa. Kelas eksperimen dikenai model Project Based Learning dan siswa dituntut dapat menghasilkan suatu produk atau proyek tententu, sedangkan kelas kontrol dikenai metode ceramah dan diskusi yang biasa guru lakukan. Sebelum diberi perlakuan yang berbeda, kelas eksperimen dan kelas kontrol berawal dari kondisi yang sama, yaitu setelah diuji dengan uji normalitas populasi dan uji homogenitas populasi yang menunjukan bahwa populasi berdistribusi normal dan tidak ada perbedaan varians/homogen. Kemudian diuji kesamaan dua rata-rata populasi yang menujukan bahwa populasi memiliki kesepadanan. Hal ini menunjukan bahwa populasi tersebut memiliki karakteristik subyek yang tidak jauh berbeda atau sama.

Dalam kegiatan belajar mengajar, guru tidak harus terpaku dengan menggunakan metode tetapi guru sebaiknya menggunakan metode yang bervariasi agar jalannya pengajaran tidak membosankan, tetapi menarik perhatian siswa

92

92

(Djamarah, 2010:46). Berdasarkan hasil observasi awal, diketahui bahwa perlunya penekanan pada konsep kimia, penerapan pembelajaran yang kontekstual, inovatif, kreatif serta bermakna dengan metode pembelajaran yang dilakukan tidak hanya satu arah melainkan dua arah agar siswa mendapatkan kesempatan untuk berpartisipasi lebih aktif dalam pembelajaran sehingga pemahaman konsep meningkat. Suatu proses belajar akan baik, apabila proses belajar dapat membangkitkan aktivitas belajar. Aktivitas belajar akan muncul apabila siswa diberikan kesempatan untuk menemukan dan menggali pengetahuannya sendiri. Belajar adalah berbuat, memperoleh pengalaman tertentu sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Aktifitas merupakan hal terpenting dalam belajar. Hal ini sesuai dengan pendapat Munawaroh, A (2103) yang menyatakan bahwa aktivitas yang optimal akan berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa.

Penerapan project based learning dapat meningkatkan motivasi (Hutasuhut, 2010). Seseorang belajar jauh lebih baik melalui keterlibatannya secara aktif dalam proses belajar, yakni berpikir tentang apa yang dipelajari dan kemudian menerapkan apa yang telah dipelajari dalam situasi nyata (Sastrika et al., 2013). Salah satu ciri pembelajaran berbasis proyek adanya perilaku anggota kelompok yang bekerja secara bersama. Pelaksanaan proyek dilakukan secara kolaboratif dan inovatif, unik, yang berfokus pada pemecahan masalah yang berhubungan dengan kehidupan siswa. Model Project Based Learning diduga dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa karena dalam pembelajaran Project Based Learning atau pembelajaran berbasis proyek menekankan siswa dalam menghasilkan suatu proyek yang berkaitan dengan masalah-masalah yang ada dalam pembelajaran. Kegiatan belajar ini dilakukan secara berkelompok

93

93

sehingga siswa dapat berdiskusi, bertukar pikiran dan dapat memecahkan suatu masalah sehingga aktivitas dan hasil belajar siswa akan meningkat.